BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi"

Transkripsi

1 BAB IV STUDI KASUS 4.1 DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN Wilayah kajian merupakan wilayah kepulauan yang berlokasi di propinsi Maluku. Pusat kegiatan akan diwakili oleh masing-masing pelabuhan di wilayah tersebut yang kemudian dinotasikan dalam centroid dan node untuk pemodelan jaringannya. Dasar pembagian wilayah kajian berdasarkan batas administrasi. Sehingga dari total tujuh kabupaten dan satu ibu kota akan dibagi menjadi 13 wilayah (Maluku Tengah dibagi empat wilayah dan Maluku Tenggara Barat menjadi tiga). Masing masing wilayah kajian diwakili oleh satu pelabuhan, seperti yang tertera pada gambar berikut. Seram Bagian Barat Wahai Buru Ambon Saparua Amahai Seram Bagian Timur Kep. Banda Maluku Tenggara Kep. Tanimbar Kep. Aru Wonreli Kep. Tenggara Pelabuhan Gambar 4.1 Wilayah studi Keadaan rute penyeberangan di Maluku masih belum memadai untuk menunjang sistem transportasi antar pulau. Di sisi lain pemerintah memiliki keterbatasan dalam menyediakan sarana dan prasarana transportasi antar pulau. Sehingga perlu adanya perencanaan rute baru dengan melibatkan sektor swasta. Pengkajian rute lebih lanjut IV-1

2 akan berorientasi pada keuntungan untuk memberi tawaran yang menarik bagi pihak swasta. Menilik peran sebagai pihak operator maka kriteria optimal didapat dengan memaksimalkan keuntungan. Kondisi yang ada bahwa operator memiliki sumber daya yang terbatas dalam perencanaan rute, yaitu hanya memiliki armada sejumlah dua buah kapal. Maka peninjauan rute tidak terbatas pada sebuah rute, agar ditujukan dapat memberikan alternatif bagi operator. Moda transportasi yang digunakan mempertimbangkan potensi pergerakan, waktu operasional harian, dan kondisi geografis wilayah. Dengan pertimbangan tersebut moda feri dipilih karena fungsi dan kecocokannya (Lampiran III C): Kapasitas maksimum 650 penumpang dan 19 kendaraan Jarak tempuh maksimum 350 km untuk satu pergerakan pergi saja. Kecepatan tempuh 16 knot atau 29 km/jam Melalui ilustrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kasus yang dihadapi merupakan penelusuran ruas yang menghubungkan sekumpulan titik dalam suatu jaringan. Sehingga keberadaan graph berguna untuk memodelkan permasalahan ke dalam bentuk yang sederhana. F B E H 8 A 3 C 4 D 7 G I 9 10 J Pelabuhan M L K Centroid Gambar 4.2 Pemodelan jaringan IV-2

3 Mengikuti alur pengerjaan contoh kasus sebelumnya, pergerakan berprinsip source target disertakan guna memberikan gambaran masalah yang dikaji. Perbedaannya, pengerjaan dengan prinsip source target tidak menyertakan batasan jarak tempuh, namun hanya dibatasi pada kapasitas penumpang dan kendaraan saja. Berbeda dengan kasus sebelumnya, penerapan dengan pergerakan yang bersifat bebas tidak menggunakan titik awal dan akhir (starting ending point) pergerakan. Sehingga otomatis menyertakan semua batasan dalam perhitungan baik kapasitas maupun jarak tempuh maksimal. 4.2 PENETAPAN NILAI DAN BATASAN ALGORITMA GENETIKA Mengikuti perbandingan metode sebelumnya, permasalahan jaringan yang dihadapi akan diselesaikan menggunakan metode algoritma genetika. Sehubungan pencatatan muatan di setiap ruasnya, metode algoritma genetika lebih mampu mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sesuai asumsi yang digunakan, pengerjaan lebih lanjut hanya memperhitungkan pergerakan ke satu arah saja. Dan mengawali pengerjaan di wilayah kajian, prinsip pergerakan menggunakan starting dan ending point (source target) akan disertakan untuk memberikan pengarahan pemahaman masalah. Parameter algoritma genetika dan tetapan variabel yang digunakan dalam perhitungan diberikan dibawah, sedangkan data matriks asal tujuan penumpang, kendaraan dan jarak beserta garis keinginan disajikan pada Lampiran I dan II. Panjang kromosom : 13 gen Jumlah kromosom : 30 Jumlah populasi : 100 Cross over rate : 80% Proses seleksi : Roulette Wheel Mutation rate : 1% Batasan jarak Penalti : 350 km : 0 (bila melebihi batas) IV-3

4 Kap. penumpang Kap. kendaraan : 650 penumpang : 19 kendaraan Tp T k : 500 Rp/km-penumpang : Rp//km-smp B o : Rp/km Bp : Rp/node-hari Bp : Rp/hari Kapal : 2 (informasi tambahan disajikan pada Lampiran III dan IV) Penalti ditujukan untuk mengkoreksi perhitungan pada fungsi objektif ketika terdapat kromosom yang memiliki rute dengan panjang lintasan melebihi batasan maksimal. Penentuan banyaknya jumlah populasi maupun kromosom dalam satu populasi di atas merupakan hasil dari penelitian (Frazilla, 2005 dan Goldberg, 1989). Dengan kesimpulan, jumlah kromosom dan populasi tersebut menghasilkan solusi optimal yang dinilai efektif dan baik. 4.3 HASIL PERHITUNGAN Sebagai informasi, keseluruhan hasil perhitungan didapatkan melalui eksekusi program visual basic yang dibuat menggunakan konsep metoda algoritma genetika. Proses penghitungan tahapan metoda mengikuti penjelasan pada bab sebelumnya. Penyertaan hasil meliputi dua kasus, baik pada pergerakan dengan starting ending point maupun pergerakan yang bersifat bebas mempertimbangkan sumber daya (dua kapal) dan batasan yang ada Pergerakan Dengan Starting Ending Nilai keuntungan yang ditunjukkan pada grafik mengikuti perhitungan seperti dijelaskan sebelumnya. Yaitu, melalui perhitungan muatan, jarak, dan keuntungan itu sendiri secara per ruas. Perlu diketahui, nilai variabel penumpang dan kendaraan IV-4

5 beserta jarak merupakan penjumlahan dari setiap ruas yang dilewati, sedangkan jumlah pelabuhan hanya menghitung setiap pelabuhan yang disinggahi saja. Kromosom yang mencerminkan kapal 1 dengan rute R merupakan kumpulan dari ruas (a 12, a 23, a 34, a 45, a 56, a 67, a 78, a 89, a 910, a 1011, a 1112, a 913 ). Muatan per ruas akan memperhitungkan kumulatif penumpang dan kendaraan yang bergerak mengunakan ruas bersangkutan. Sehingga perhitungan muatan dapat ditunjukkan sebagai berikut: M p a 12 = T p AB + T p AC + T p AD + T p AE + T p AF + T p AG + T p AH + T p AI + T p AJ + T p AK + T p AL + T p AM = = 19 smp/hari Dengan menggunakan prinsip yang sama akan didapat hasil untuk setiap ruasnya. M p a 23 = 623 M p a 34 = 614 M p a 45 = 653 M p a56 = 699 M p a67 = 306 M p a78 = 323 M p a 89 = 268 M p a 910 = 171 M p a 1011 = 190 M p a 1112 = 208 M p a 913 = 192 Maka jumlah keseluruhan penumpang adalah: = = 4266 penumpang/hari Dan jumlah keseluruhan kendaraan terhitung adalah: M p a M k a = = 228 smp/hari Untuk perhitungan jarak hanya menjumlahkan jarak dari ruas-ruas yang dilewati. da ij ij ij = da12 + da23 + da34 + da45 + da56 + da67 + da78 + da89 + da910 + da da da 1213 IV-5

6 = = 2934 km Maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh rute perjalanan kapal 1 yaitu lebih dari 1 hari. Apabila dengan kecepatan 29 km/jam dan jarak perjalanan 2934 km, maka didapat waktu perjalanan sebesar kurang lebih 4 hari. Selain itu, setelah mencapai pelabuhan tujuan maka kapal kembali lagi ke pelabuhan asal dengan menggunakan jarak terpendek. Hal tersebut dilakukan untuk pengoperasian kapal 1 pada periode selanjutnya. Sehingga akan mempengaruhi nilai keuntungan, dimana biaya akan bertambah. Dari hasil skala jarak antara node 13 ke node 1, didapat nilai jarak sebesar 445 km. Sehingga total waktu perjalanan untuk 1 periode operasi kapal 3379km adalah 2934 km km = = jam 5 hari. 29km / jam Baik muatan kendaraan dan penumpang dalam perhitungan bukan merupakan kumulatif pada ruas aij namun melalui koreksumlah terlebih dahulu. Bila melebihi kapasitas kapal maka nilai variabel yang dimasukkan dalam fungsi adalah 650 dan 19 sesuai dengan kapasitasnya. Pada perhitungan sebelumnya, angka yang tercetak tebal menunjukkan bahwa muatan pada ruas tersebut telah melewati kapasitas kapal. Untuk penyederhanaan bentuk nominal, maka nilai fungsi objektif per ruas dibagi dengan pada nilai tetapan yang berfungsi sebagai pengali. Dengan fungsi yang telah dirumuskan sebelumnya, maka perhitungan dapat ditunjukkan sebagai berikut: Ka12 = (M p a12* Tp * da12) + (M k a12 * Tk * da12) (Bo * da12) (Bp * Np) = (19 * 0,5 * 170) + (19 * 1 * 170) (73 * 170) (150 * 1) = rupiah/hari Dengan menggunakan rumusan dan ketentuan yang sama maka perhitungan untuk setiap ruasnya adalah: Ka 23 = Ka 34 = Ka 45 = Ka 56 = Ka 67 = Ka 78 = Ka89 = Ka910 = Ka1011 = IV-6

7 Ka 1112 = Ka 1213 = Maka fungsi keuntungan adalah. Ka FOK 5xB k ij t = (dalam rupiah per - 5 hari *1.000). Dengan memperhitungkan biaya operasional dan biaya pelabuhan dari node 13 ke node 1, maka nilai FOK k menjadi sebesar (445 x 73) (150 x 1) = Rp / 5 hari. Fu ngsi Objektif ( ) : Nilai FOK Maksimum : Rata-rata FOK Generasi ke Gambar 4.3 Grafik nilai maksimum - rata-rata kajian Source Target Pada kasus kapal 2 diasumsikan diberangkatkan setengah jam setelah kapal 1 beroperasi. Kapal 2 ini diberangkatkan untuk menampung sisa penumpang dan kendaraan dari kapal 1. Sedangkan untuk kapal 2 terbentuk dengan rute R merupakan kumpulan dari ruas (a15, a58, a811, a1112, a1213). Dengan menggunakan prinsip yang sama akan didapat hasil untuk setiap ruasnya. Maka jumlah keseluruhan penumpang adalah: M p a ij = = 87 penumpang/hari Dan jumlah keseluruhan kendaraan terhitung adalah: M k a ij = 0 smp/hari Untuk perhitungan jarak hanya menjumlahkan jarak dari ruas-ruas yang dilewati. da ij = = km IV-7

8 Dengan jarak yang besar diatas, maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh rute perjalanan kapal 2 yaitu lebih dari 1 hari. Apabila dengan kecepatan 29 km/jam dan 1284km jarak perjalanan km, maka didapat waktu perjalanan sebesar, = 29km / jam jam 2 hari. Maka fungsi keuntungan : FOK Ka 2xB = = Rp ,- (dalam rupiah per - 2 hari *1.000) Pada kasus pergerakan kapal 2 dengan prinsip source dan target rute memberikan nilai keuntungan yang negatif. Hal tersebut menyebabkan rute tersebut tidak dipakai dan kapal 2 dioperasikan pada hari selanjutnya dengan rute dan nilai keuntungan yang sama dengan kapal 1. Perbedaan antara kapal 1 dan kapal 2 hanya waktu operasi dengan selang 1 hari. Untuk rute yang terbentuk disajikan pada Gambar 4.3. Sehingga didapat periode waktu perjalanan kapal 1 dan 2 pada Tabel 4.1 berikut k ij t Tabel 4.1 Periode Waktu Perjalanan Kapal 1 dan 2 dengan Starting-Ending Hari Kapal Waktu perjalanan kapal 1 Waktu perjalanan kapal 2 Sehingga dalam 1 tahun apabila dihitung sebanyak 300 hari didapat kapal 1 dan beroperasi sebanyak 60 trip perjalanan satu arah. Pada kasus pergerakan kapal 5 1 dan 2 dengan prinsip source dan target rute yang memberikan keuntungan maksimum adalah dengan mengunjungi semua pelabuhan. Rute tersebut memberikan nilai keuntungan sebesar Rp ,- per 5 hari. Untuk keuntungan per tahun didapatkan dengan mengalikan hasil tersebut dengan 60. Nilai ini merupakan hari IV-8

9 efektif operasional kapal untuk satu tahunnya. Maka akan didapat nilai sebesar Rp milyar,- per tahunnya. Rute Kapal 1 dan 2 dengan Start-End Gambar 4.4 Rute penyeberangan kapal 1 dan 2 kajian Source Target Prinsip source target memaksa pergerakan kapal 1 dan 2 mengunjungi starting dan ending point yang ditentukan, yaitu node 1 dan 13. Dengan tidak adanya batasan jarak tempuh maksimal, menjadikan penelusuran rute mengejar fungsi objektif. Dan proses tersebut menghasilkan suatu rute yang menghubungkan seluruh pelabuhan, dengan kromosom Kromosom tersebut memberikan nilai keuntungan sebesar Rp. 15,1 milyar,- per tahunnya dan diketahui merupakan nilai yang terbesar. Rute terbentuk dapat dilihat pada Gambar 4.4 diatas. Pengerjaan kasus penentuan rute dengan starting ending point dilakukan untuk memudahkan pemahaman permasalahan selanjutnya. Selain itu, hal tersebut dilakukan sebagai pengantar dari bab sebelumnya. Tetapi rute yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan keadaan nyata, baik dari segi moda transportasi (feri) dan waktu operasional. Oleh karena itu, pergerakan tanpa starting ending menjadi sorotan utama dalam kajian ini. IV-9

10 4.3.2 Pergerakan Tanpa Starting Ending Point Penelusuran rute tanpa titik awal dan akhir pada kasus kajian terbagi dalam dua pengerjaan untuk dua buah kapal. Pada kapal pertama rute yang memberikan keuntungan maksimum adalah rute R 36. Rute R 36 dengan kromosom mencerminkan pergerakan kapal yang bergerak dari kota Ambon menuju Wahai. Perhitungan detail sebagai berikut: Ka36 = (M p a36* Tp * da36) + (M k a36 * Tk * da36) (Bo * da36) (Bp * Np) = (413 * 0,5 * 314) + (19 * 1 * 314) (73 * 314) (150 * 1) = (rupiah perhari *1.000) Angka tercetak tebal (19) menunjukkan muatan penumpang pada ruas tersebut telah melewati batasan kapasitas yang ditetapkan. Sehingga nilai tercatat sama dengan kapasitas kapal. Maka fungsi keuntungan diberikan adalah. FOK k Ka ij B t = = (dalam rupiah per hari*1.000) Dikarenakan kapal 1 harus kembali ke pelabuhan asal maka nilai keuntungan diatas dikurangi biaya operasional dan pelabuhan, sehingga didapat (314 x 73) (150 x 1) = Rp ,- per hari. Sedangkan periode waktu perjalanan kapal 1 314x2km masih dalam satuan per hari karena memakai kurang lebih 21, 6jam. 29km / jam Rute tersebut memberikan nilai keuntungan sebesar Rp ,- per hari. Untuk keuntungan per tahun didapatkan dengan mengalikan hasil tersebut dengan 300, yang merupakan hari efektif operasional kapal untuk satu tahunnya. Maka didapat nilai sebesar Rp. 7,2 milyar,- per tahunnya. Perilaku nilai-nilai maksimum dan rata-rata yang mengarah pada satu nilai yang sama untuk kapal pertama dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut. IV-10

11 Fungsi Objektif ( ) : Nilai FOK Maksimum : Rata-rata FOK Generasi ke Gambar 4.5 Grafik nilai maksimum - rata-rata kapal I Pengerjaan selanjutnya memperhitungkan perubahan data akibat pergerakan kapal pertama. Penelusuran rute untuk kapal kedua menghasilkan rute R 23 yang berarti kapal bergerak menyinggahi dari pelabuhan kedua (Seram Barat) menuju pelabuhan ketiga (Ambon). Perhitungan keuntungan rute kedua diberikan sebagai berikut: Ka 23 = (M p a 23 * T p * da 23 ) + (M k a 23 * T k * da 23 ) (B o * da 23 ) (B p * N p ) = (510 * 0,5 * 66) + (19 * 1 * 66) (73 * 66) (150 * 1) = (rupiah perhari *1.000) Maka fungsi keuntungan diberikan adalah. FOK k Ka ij B t = = (dalam rupiah perhari *1.000) Begitu juga dengan kapal 2 harus kembali ke pelabuhan asal maka nilai keuntungan diatas dikurangi biaya operasional dan pelabuhan, sehingga didapat (66 x 73) (150 x 1) = Rp ,- per hari. Sedangkan periode waktu perjalanan kapal 66x2km 1 masih dalam satuan per hari karena memakai kurang lebih 4, 5 jam. 29km / jam IV-11

12 Pada perhitungan program rute dihasilkan ditunjukkan dengan kode kromosom memiliki nilai keuntungan sebesar Rp ,- per hari. Keuntungan per tahunnya yang didapatkan sebesar Rp ,- * 300 = Rp. 2,3 milyar,- per tahun. Perilaku nilai-nilai maksimum dan rata-rata kapal kedua dapat dilihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut: Fungsi Objektif ( ) : Nilai FOKMaksimum : Rata-rata FOK Generasi ke Gambar 4.6 Grafik nilai maksimum - rata-rata kapal II Kedua rute yang ditelusuri untuk dua buah kapal berada berada dalam batasan kriteria yang ditetapkan. Yaitu, jarak tempuh kapal sebesar 350 km. Rute pertama (R36) diketahui memilikarak 314 km, sedang rute kedua (R23) memilikarak 66 km. Persoalan penumpang dan kendaraan yang tidak terangkut pada kapal satu diperhitungkan pada pergerakan kapal kedua, begitu juga selanjutnya. Perhitungan dilakukan dengan meninggalkan penumpang atau kendaraan yang tidak terangkut untuk pergerakan kapal selanjutnya. Keseluruhan rute dapat dilihat pada Gambar 4.7. Untuk fungsi objektif kombinasi rute dari kedua kapal R326 tidak muncul menjadi solusi paling baik dikarenakan kodifikasi yang ditetapkan dan data matriks asal tujuan dari node 3 ke node 2 tidak ada nilainya. Oleh karena itu, rute kombinasi tersebut tidak terpilih menjadi solusi dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, asumsi arah pergerakan dan kodifikasi untuk penentuan rute optimal pada kasus ini menjadi sangat penting. IV-12

13 R 36 : Ambon Wahai (kapal 1) R 23 : Seram Barat Ambon (kapal 2) Gambar 4.7 Rute penyeberangan yang membentuk keuntungan maksimim di Maluku hasil eksekusi program 4.4 ANALISIS PERHITUNGAN Analisis perhitungan dilakukan terhadap sejumlah faktor yang dirasa memiliki keterkaitan ataupun pengaruh pada hasil perhitungan. Adapun tingkat efektivitas yang dicari, dimaksudkan untuk melihat rasio rute yang ditelusuri dibandingkan dengan sekian banyaknya kombinasi yang mungkin. Hasil pengamatan grafik perhitungan, diperlihatkan melalui analisis terhadap kecederungan perilaku nilai maksimum fungsi terhadap nilai rata-ratanya Batasan Jarak Minimum Pemberian batasan dinilai tidak berimbang dengan jarak sebagian antar node pelabuhan yang besar. Bisa dikatakan bahwa terdapat beberapa ruas lintasan yang sudah memilikarak melebihi batasan. Ditambah penetapan penalti untuk setiap rute yang melewati batasan, mengakibatkan minimnya variasi rute yang dapat ditelusuri. Kecilnya batasan jarak yang ditetapkan (350 km) menjadikan penelusuran rute dapat diperkirakan dengan melihat kondisi wilayah kajian saja. Yaitu, dengan memilih ruas terpendek dari seluruh ruas dan memiliki keinginan pergerakan yang besar. Namun sebaliknya akan berbeda bila meninjau pada jaringan yang dikaji, kompleksivitas dan IV-13

14 ragam variasi yang diberikan menuntut penggunaan algoritma genetika dalam proses menelusurinya. Untuk contoh penjelasannya disajikan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Evaluasi kumpulan kromosom yang terkena penalti Asumsi Pergerakan Satu Arah Secara otomatis penetapan asumsi ini ikut membatasi alternatif-alternatif rute yang terbentuk. Terbatasnya pergerakan ke dalam satu arah saja tidak cukup menjaring seluruh kemungkinan pergerakan dan merepresentasikan kondisi sebenarnya. Dikatakan demikian, karena bisa jadi terdapat keinginan-keinginan pergerakan yang besar pada arah yang berlawanan. Sehingga faktor inipun ikut membatasi variasi pergerakan yang mungkin terjadi dan cukup memberikan efek dalam ragam kromosom yang dibangkitkan. IV-14

15 4.4.3 Tingkat Efektivitas Algoritma Genetika Analisis tingkat efektivitas dilakukan dengan menghitung jumlah kromosom yang terevaluasi dibandingkan dengan total kombinasi yang mungkin terbentuk. Jumlah kromosom terevaluasi didapat bergantung dari hasil perhitungan program, sedangkan total kombinasi rute ditentukan mengunakan rumusan 2 n - 1. Pada Tabel 4.2 di bawah dapat dihitung tingkat efektivitas pergerakan kapal I (tanpa starting ending point) sebesar 695 / 8191 = 8,50 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menelusuri rute yang memiliki nilai maksimum, metode algoritma genetika hanya mengevaluasi 8,5 persen dari keseluruhan kombinasi rute yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki kapabilitas dan efektivitas yang baik dalam pengerjaannya. Tabel 4.2 Tingkat Efektivitas Algoritma Genetika Tingkat Efektivitas Program Starting - Ending Point Tanpa Starting - Ending P No Macam Kajian Kapal I Kapal II Kapal I Kapal II 1 Jumlah Kromosom Terevaluasi Jumlah Kromosom Tidak Ditelusuri Jumlah Iterasi Program Total Kombinasi (n = 11/13 node) Efektivitas Program (%) 40,79 40,79 8,48 7,63 Kondisi berbeda ditunjukkan pada kajian starting-ending dengan hasil perhitungan tingkat efektivitas sebesar 40,79 %. Namun jika menilik grafik nilai maksimum yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, rute dengan nilai maksimum sudah ditemukan pada awal generasi. Kesan tidak efektif bila melihat persentase tersebut, disebabkan oleh besarnya jumlah generasi yang ditetapkan. Sehingga pada generasi lanjutan setelah munculnya nilai maksimum, ada penelusuran lain yang dilakukan sampai batas generasi yang ditetapkan Nilai Generasi Awal (Tanpa Starting Ending Point) Kesamaan yang diperlihatkan pada hasil penelusuran untuk pergerakan kedua kapal dalam kajian ini, adalah pada nilai fungsi objektif generasi awal yang sama dengan nol. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.5, dan 4.6, nilai tersebut merupakan dampak terkenanya penalti seluruh kromosom sejak awal bangkitan. Dan dapat IV-15

16 dikatakan bahwa kromosom tersebut mencerminkan rute dengan jarak yang melebihi batasan maksimal. Perbaikan nilai fungsi selanjutnya dikarenakan operator genetika mampu membentuk kromosom yang memenuhi batasan yang diminta. Perilaku nilai maksimum yang semakin membaik pada generasi selanjutnya menunjukkan bekerjanya proses eliminasi kromosom yang tidak unggul pada metode ini. Yaitu, setelah dilewatkan pada tahapan operator genetika Konvergensi Nilai Rata-Rata Hasil Perhitungan Melalui pengamatan terhadap grafik, banyaknya jumlah kromosom unggul dalam satu generasi diperlihatkan dari grafik nilai rata-rata yang mendekati nilai maksimum. Artinya semakin mendekatinya grafik nilai rata-rata pada grafik nilai maksimum maka komposisi kromosom unggul dalam satu generasi tersebut pasti lebih banyak dari kromosom tidak unggul. Pada Gambar 4.9, dapat diamati kromosom dengan nilai fungsi objektif besar memiliki perbandingan lebih banyak daripada kromosom dengan nilai fungsi objektif kecil. Kemungkinan lain dapat diberikan, bahwa proporsi perbandingan kromosom yang tidak unggul bisa jadi lebih sedikit, namun memiliki pautan nilai yang besar dengan kromosom yang memiliki nilai maksimum. Sehingga pada grafik yang ditampilkan, kromosom yang memiliki nilai fungsi objektif sangat kecil seolah menarik garis grafik nilai rata-rata menjauhi garis grafik nilai maksimum. Fungsi Objektif ( ) : Nilai FOK Maksimum : Rata-rata FOK Generasi ke Gambar 4.9 Contoh perilaku konvergensi nilai maksimum dan rata-rata IV-16

17 4.4.6 Hubungan Jumlah Kromosom Dan Jumlah Generasi Batasan jumlah generasi tidak memberikan pengaruh pada hasil perhitungan namun lebih menunjukkan kepada di generasi ke berapa perilaku nilai-nilai maksimum didapatkan tetap dan tidak berubah. Contoh pada gambar di bawah, grafik (a) dengan kombinasumlah kromosom sebanyak 30 buah dan jumlah generasi 100 buah menjumpai nilai maksimum pada kromosom ke 5 di generasi ke 71. Sedangkan pada grafik (b), dengan kombinasumlah kromosom sebanyak 60 buah dan jumlah generasi 50 buah, nilai maksimum ditemui pada kromosom ke 45 di generasi ke 29. Fungsi Objektif ( ) Generasi ke Generasi ke : Nilai FOK Maksimum : Rata-rata fungsi objektif (a) (b) Gambar 4.10 Perbandingan kombinasumlah kromosom dan jumlah generasi Dapat disimpulkan, dengan total kombinasi yang sama (jumlah kromosom * jumlah generasi) akan didapatkan perilaku yang berbeda. Semakin banyak jumlah kromosom dalam satu generasi maka biasanya akan semakin sedikit jumlah generasi yang dibutuhkan untuk melihat perilaku tersebut Pengaruh Bilangan Acak Yang Tidak Tetap Bisa dikatakan bahwa eksekusi program bergantung pada bangkitan bilangan acak. Pembangkitan bilangan acak pada setiap kromosom menggunakan konsep bangkitan yang berbeda-beda di setiap kali eksekusi programnya. Sehingga kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan penelusuran kromosom pada operator genetika. Dengan IV-17

18 prinsip tersebut menyebabkan nilai maksimum dan bentuk grafik yang dijumpai dapat berbeda-beda. Sebagai contoh pada kasus kapal pertama (menggunakan data yang sama), nilai fungsi objektif optimal ditemukan berbeda jauh dengan nilai optimal yang seharusnya. Solusi yang mungkin dapat diberikan adalah dengan pengkombinasian nilai mutasi dan pindah silang yang cukup. Dengan begitu, diharapkan keberagaman kromosom dalam satu generasi dapat terjadi dan nilai optimal yang seharusnya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk muncul. Penjagaan keberadaan kromosom unggul selanjutnya dapat dilakukan dengan penerapan metoda seleksi yang lebih baik. Sehingga kromosom tersebut pun dapat bertahan hingga akhir generasi. Gambar 4.11 Contoh eksekusi program pada kasus yang sama IV-18

OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB IV ANALISIS MASALAH BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Tampilan Program Persoalan TSP yang dibahas pada tugas akhir ini memiliki kompleksitas atau ruang solusi yang jauh lebih besar dari TSP biasa yakni TSP asimetris dan simetris.

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5] Algoritma Genetika [5] Fitness adalah nilai yang menyatakan baik-tidaknya suatu jalur penyelesaian dalam permasalahan TSP,sehingga dijadikan nilai acuan dalam mencari jalur penyelesaian optimal dalam algoritma

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing menggunakan algoritma memetika, akan diberikan contoh sebagai berikut. Contoh Misalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma Genetika merupakan metode yang menggunakan evolusi alam sebagai gagasan utamanya dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Algoritma ini diterapkan

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Bab IV Simulasi dan Pembahasan Bab IV Simulasi dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Simulasi Untuk menganalisis program pemodelan network flow analysis yang telah dirancang maka perlu dilakukan simulasi program tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Departemen Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum, biasa disebut Departemen PU, sempat bernama "Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah" (1999-2000)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Galon. Air Mineral di PT Artha Envirotama (Evita) Sleman

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Galon. Air Mineral di PT Artha Envirotama (Evita) Sleman BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model matematika dari pendistribusian galon air mineral dan penyelesaiannya dengan algoritma genetika menggunakan order crossover dan cycle crossover.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU

PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU PRESENTASI TUGAS AKHIR KS091336 PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU Oleh : Maya Sagita W. 5208

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Masalah yang dihadapi oleh perusahaan jasa angkutan adalah merencanakan dan menentukan rute yang optimal untuk dioperasikan didalam wilayah kajian. Wilayah kajian dapat dikarakteristikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ABSTRAKSI RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Tedy Rismawan, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP Prosedur AM dan GRASP dalam menyelesaikan PFSP dapat digambarkan oleh flowchart berikut: NEH GRASP SOLUSI NEH SOLUSI ELIT MEMETIKA

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENJADWALAN ACARA TELEVISI SWASTA MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMALISASI PENJADWALAN ACARA TELEVISI SWASTA MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMALISASI PENJADWALAN ACARA TELEVISI SWASTA MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Aek Mustofa *, Esmeralda C Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Achmad Yani Jl.

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (CVRPTW) UNTUK OPTIMASI RUTE PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI CROSSOVER DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (CVRPTW) PADA PENDISTRIBUSIAN AIR MINERAL DI PT ARTHA ENVIROTAMA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis. III. METODOLOGI A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan rendah merupakan program nasional dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB VIII APLIKASI MODEL BAB VIII APLIKASI MODEL 8.1. Umum Seluruh tahapan dalam proses pengembangan model pemilihan moda, pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh prediksi jumlah penumpang yang menggunakan moda tertentu jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA Melalui enjelasan konse jaringan grah, dalam menelusuri rute menuntut adanya enggunaan metoda yang teat. Merunut ada tinjauan ustaka, setidaknya akan digunakan

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berbeda di, melambangkan rusuk di G dan jika adalah. a. dan berikatan (adjacent) di. b. rusuk hadir (joining) simpul dan di

BAB II KAJIAN TEORI. berbeda di, melambangkan rusuk di G dan jika adalah. a. dan berikatan (adjacent) di. b. rusuk hadir (joining) simpul dan di 1. Teori graf BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Graf G membentuk suatu graf jika terdapat pasangan himpunan ) )), dimana ) (simpul pada graf G) tidak kosong dan ) (rusuk pada graf G). Jika dan adalah sepasang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± 13.677 pulau, sehingga dapat dikatakan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Beranjak dari kondisi geografis tersebut

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV.

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DAN NEAREST NEIGHBOUR PADA PENDISTRIBUSIAN ROTI DI CV. JOGJA TRANSPORT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan Kota Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan kutipan dari Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No. 56 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Objek pariwisata di Yogyakarta sudah semakin beragam mulai dari wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat wisatawan dapat dibuat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHAULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci