BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten
|
|
- Agus Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya adalah Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Di kota tersebut juga terdapat bandar udara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor. Kabupaten Sumba Barat Daya adalah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, sebagai pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, dan dibentuk berdasarkan UU no. 16 tahun Kabupaten Sumba Barat Daya mewilayahi delapan kecamatan, Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Utara, Kecamatan Laura, Kecamatan Wewewa Barat, Kecamatan Wewewa Selatan, Kecamatan Wewewa Timur, dan Kecamatan Wewewa Utara. Ditinjau dari sudut bahasanya, para peneliti yang telah melakukan penelitian ke Sumba mempunyai pandangan yang berbeda tentang situasi kebahasaan di Sumba. Syamsudin (1996:22-23) menganggap bahwa di Sumba hanya terdapat satu bahasa, yaitu BS dengan tujuh dialeknya, yaitu dialek Kambera, dialek Loli, dialek Waijewa, dialek Mamboro, dialek Lamboya, dialek Kodi, dan dialek Tana Righu. Di sisi lain, dikatakan bahwa di Sumba terdapat dua bahasa, yaitu BS Timur dan BS Barat. BS Timur terdiri atas dialek Kambera, dialek Manggara, dialek Manggana, dialek Mawakina, dan dialek Manggarikuna. BS Barat 1
2 2 (Wewewa) terdiri atas dialek Kodi, dialek Lamboya, dialek Mamora, dialek Wanokaka, dialek Laora, dialek Loli, dan dialek Anakalang (Onvlee, 1976; Kapita, 1965:65). Djawa (2000) menganggap bahwa lek Kambera, lek Loli, lek Kodi, dan lek Lamboya di Sumba sebagai bahasa yang berbeda. Budasi (2007) menyimpulkan bahwa ketujuh isolek yang terdapat di Sumba, yakni isolek Kodi, isolek Wewewa, isolek Lamboya, isolek Kambera, isolek Mamboro, isolek Wanokaka, dan isolek Anakalang masing-masing berstatus sebagai bahasa yang berkerabat yang berbeda dan berada dalam satu kelompok bahasa, yakni kelompok bahasa Sumba. Di sisi lain, Putra (2007) menyatakan bahwa di Sumba terdapat satu bahasa dengan lima dialeknya, yakni (1) dialek Mauralewa- Kambera, (2) dialek Wano Tana (Wanokaka dan Katiku Tana), (3) dialek Waijewa-Loli, (4) dialek Kodi, dan (5) dialek Lamboya. Dari beberapa pandangan yang mengungkapkan situasi kebahasaan di Sumba, peneliti tertarik untuk meneliti bahasa Sumba Dialek Waijewa, yaitu merujuk pada temuan Putra (2007). BSDW dipandang perlu untuk diteliti karena belum ada yang meneliti. Penelitian yang ditemukan hanya penelitian terhadap dialek Kambera. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di antaranya A Short Grammar of Kambera oleh Merian Klamer (1998), Sari (1998) yang meneliti Fonologi Bahasa Sumba Dialek Kambera di Sumba Timur: Analisis Generatif Transformasi, Kedudukan dan Fungsi Dialek Kambera di Sumba Timur oleh Yuliana, Pertalian Fonem Bahasa Austronsia Purba dengan Bahasa Sumba Dialek Kambera dan Manggarai oleh Widarsini (1985), Kata-Kata Tabu Bahasa Sumba Dialek Kambera oleh
3 3 Ariningsih (1997), Rekonstruksi Protobahasa Kambera-Loli-Kodi-Lamboya di Sumba oleh Djawa (2000), Kesantunan Berbahasa pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur oleh Simpen (disertasi, 2008). BSDW merupakan subkelompok bahasa Bima-Sumba. Menurut Syamsudin (1996), bahasa Bima-Sumba terdiri atas tripilah subkelompok, yaitu (a) bahasa Bima dan Komodo, (b) bahasa Manggarai, Ngada, yang terdiri atas Manggarai dan Ngada-Lio, dan (c) bahasa Sumba dan Sawu. Kekerabatan bahasa Bima-Sumba dapat dilihat dari kemiripan strukturnya yang masing-masing dapat dilihat pada contoh (1) dan (2) bahasa Bima dan (3) dan (4) BSDW seperti berikut. Contoh : (1) Nahu ntau ana. 1T punya anak Saya punya anak. (2) Nahu wara tolu -na ana-ku. 1T ada tiga-3 anak Saya (ada) mempunyai tiga anak. ( Satyawati, 2009: 176) (3) Yauwa waani ana-nggu. 1T punya anak-1tgen Saya mempunyai anak. (4) Yauwa waani atouda ana-nggu. 1T punya 3 anak-1tgen Saya punya tiga anak. Kalimat (1) dan (2) mempunyai struktur yang mirip dengan kalimat (3) dan (4). Kemiripan tersebut terlihat pada struktur kalimatnya, yaitu memiliki struktur SVO dan munculnya pronomina klitik, yaitu klitik {-ku} pada kalimat (2) dan klitik {-nggu} pada kalimat (3) dan (4).
4 4 BSDW, yaitu Bahasa Sumba Dialek Waijewa yang biasa disebut Wewewa oleh masyarakat Sumba dipakai, oleh sekitar orang penutur yang bermukim di empat kecamatan di Sumba Barat Daya, yaitu Kecamatan Wewewa Utara, Kecamatan Wewewa Timur, Kecamatan Wewewa Barat, dan Kecamatan Wewewa Selatan. Wilayah pemakaian dialek ini berbatasan dengan dialek Kodi. Faktor lain yang menjadikan BSDW sebagai objek penelitian ini adalah bahwa BSDW belum memiliki dokumen tertulis mengenai bahasa tersebut khususnya dokumen yang terkait dengan sistem gramatikanya. Sejauh ini tata bahasa Sumba yang ada hanya mengenai dialek Kambera. Jika dibandingkan antara dialek Waijewa dan Kambera, kedua dialek tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan pada kedua bahasa itu dapat terlihat pada bentuk pronomina klitik sebagai pemarkah kasus nominatif dan genitif, demonstrativa, pemarkah morfologis kausatif, dan pemarkah perelatif O, sedangkan perbedaannya terlihat pada bentuk pronomina klitik sebagai pemarkah kasus akusatif dan perelatif subjek. Hal itu dapat terlihat pada konstruksi berikut. Contoh : (5a) Na tau na- palu- ka (nyungga) (Klamer,1998:63) DEM orang 3TNm- pukul- 1TAk 1T Orang itu memukul saya (6a) Da tau [da pa- wua nggu dui] (Klamer,1998:341) DEM orang DEM REL- beri-1tpgen uang Orang-orang yang saya beri uang (7a) Na anakeda [ na ma-njoru] (Klamer,1998:319) DEM anak DEM RELs-jatuh Anak yang jatuh
5 5 (8a) Da- pa- katuda ya na anakeda (Klamer,1998:180) 3JNm KAUS- tidur- 3TAk DEM anakeda Mereka menidurkan anak itu. (5b) Na ata na- palu -wa -ngga (you wa) DEM orang 3TNm- pukul -P.def - 1TAk 1T Orang itu memukul saya (6b) Hidda ata [pa ya nggu riti] DEM orang RELo-beri-1TGEN uang Orang-orang yang saya beri uang (7b) Na lakawa [ a- warraka] DEM anak RELs-jatuh Anak yang jatuh itu (8b) Hidda a -pa -ndura na lakawa 3J 3JNm KAUS-tidur DEM anak Mereka menidurkan anak itu. (SD-Inf) Struktur (5a 8a) adalah dialek Kambera, sedangkan struktur (5b 8b) adalah dialek Waijewa. Pada struktur (5a dan (5b) ditemukan pronomina klitik {na-} yang merujuk pada persona ketiga tunggal yang berfungsi sebagai pemarkah kasus nominatif. Pada konstruksi (6a) dan (6b) terlihat bahwa kedua dialek itu memiliki klitik {pa-} yang memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai perelatif argumen O. Klitik {pa-} yang ditemukan pada konstruksi (8a) dan (8b) memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pemarkah kausatif. Demikian juga halnya dengan klitik {-nggu} pada konstruksi (6a) dan (6b). Klitik itu berfungsi sebagai pemarkah kasus genitif. Kedua dialek itu memiliki bentuk demonstrativa yang sama yang diungkapkan dengan na itu. Perbedaan pada kedua dialek itu terlihat pada konstruksi (5), (6), (7) dan (8). Pada konstruksi (5a) pronomina klitik {-ka} digunakan sebagai pemarkah kasus akusatif yang merujuk pada persona pertama tunggal, sedangkan pada konstruksi (5b) klitik yang digunakan sebagai pemarkah
6 6 kasus akusatif untuk persona pertama tunggal adalah klitik {-ngga}. Pada konstruksi (6a) demonstrativa jamak diungkapkan dengan da mereka, sedangkan pada konstruksi (6b) demonstrativa jamak diungkapkan dengan hidda mereka. Perelatifan argumen S pada konstruksi (7a) diungkapkan dengan klitik {ma- } yang, sedangkan pada konstruksi (7b) perelatifan argumen S diungkapkan dengan klitik {a-} yang. Pemarkah kasus nominatif untuk persona ketiga jamak pada konstruksi (8a) diungkapkan dengan klitik {da-}, sedangkan pada konstruksi (8b) pemarkah nominatif persona ketiga jamak diungkapkan dengan klitik {a-}. Dari segi struktur klausa BSDW memiliki struktur klausa bahwa poros (head) klausa inti adalah predikat. Predikat bisa diisi oleh verba, nomina, atau adposisi. Contoh : (9) Nyai nai - malle. 3 T 3TNm lari Dia lari. (10) Yamme petani 1Jekls petani Kami orang petani. (11) Haidai bonggai ne lara dana. banyak anjing DEM jalan AP Anjing-anjing itu di jalan. Secara universal BSDW memiliki dua bentuk klausa dasar, yaitu klausa intransitif dan klausa transitif. Klausa intransitif memiliki satu argumen inti, yaitu S, dan klausa transitif memiliki dua argumen inti, yaitu A dan O
7 7 Contoh: (12) Yauwai kui kako. 1T 1TNm- jalan Saya berjalan. (13) Nyai nai -dakura muj wo uj. 3T 3TNm tikam - 2TAk 2T Dia menikam kamu. Contoh (12) merupakan klausa intransitif yang hanya memiliki satu argumen inti, yaitu S yauwa saya. Contoh (13) adalah klausa transitif yang terdiri atas dua argumen inti, yaitu A nya dia dan O wo u kamu. Ditinjau dari strategi penggabungan klausa, BSDW memiliki strategi penggabungan klausa pada struktur koordinatif dan struktur subordinatif. Strategi penggabungan klausa subordinatif dapat dilihat dalam hal perelatifan dan klausa pelengkap. Dalam struktur koordinatif klausa yang dapat digabungkan adalah dua klausa bebas atau lebih. Klausa yang digabungkan bentuknya bervariasi. Struktur koordinatif dapat dibentuk oleh dua buah klausa intransitif, klausa intransitif dan transitif, klausa transitif dan transitif, klausa transitif dan intransitif. Klausa tersebut digabungkan dengan menggunakan konjungsi, seperti mono dan takka tetapi, dan atau. Contoh : (14) Nyai nai - rio mono nai - kako ndura. 3T 3TNm mandi KONJ 3TNm- pergi tidur S1 S2 Dia mandi lalu pergi tidur.
8 8 (15) Yauwai kui -mandauta, takka kui - mbei-ge. IT 1TNm- gugup KONJ 1TNm- tertarik-emp S1 S2 Aku merasa gugup, tetapi tertarik. (16) Nyai nai -dekea bu bu - nai mono - nai - ta i - wij 3T 3TNm- ambil rokok-3tgen KONJ 3TNm- taruh -P.def A1 O1 A2 O2 asbak dana asbak AP Dia mengambil rokoknya dan menaruh di asbak. Struktur (14) dan (15) dibentuk oleh dua buah klausa intransitif. Subjek klausa intransitif pertama berkoreferensi dengan subjek klausa intransitif kedua sehingga subjek klausa kedua dilesapkan. Pada struktur koordinatif (16) ditemukan bahwa kedua klausa yang membentuknya adalah klausa transitif dan dimarkahi oleh konjungsi mono dan. Subjek dan objek klausa kedua berkoreferensi dengan subjek dan objek klausa pertama sehingga subjek dan objek klausa kedua dilesapkan. Strategi penggabungan klausa pelengkap BSDW dapat dilakukan melalui serialisasi verba, aposisi, dan penggabungan klausa tujuan (purposive linking). Contoh : (17) Yauwai kui - mbei-ge pawilli hotel dana. 1T 1TNm - ingin-emp bekerja hotel AP Saya ingin bekerja di hotel. (18) Yammei mai - eta -wij hid daj aj - tama ne koro. 1J 1JeklsNm -lihat -P.def 3J 3JNm- masuk DEM kamar dana AP Kami melihat bahwa mereka masuk ke kamar itu.
9 9 (19) Yammei mai - pata -wej da mai- koko- -ki Balij. 1Jekls 1JeklsNm -putus- P.def NEG 1J-eklsNm pergi-neg Bali Kami memutuskan untuk tidak pergi ke Bali. Contoh (17) merupakan strategi penggabungan klausa pelengkap melalui serialisasi verba, yaitu mbei ingin dan pawilli bekerja. Strategi penggabungan klausa pada kalimat (18) menunjukkan strategi aposisi yaitu tanpa dimarkahi oleh konjungsi. Pada contoh (19) penggabungan klausa yang dipakai adalah penggabungan tujuan yang tidak dimarkahi oleh konjungsi. Secara semantis klausa Da ma-kako ki Bali Tidak pergi ke Bali mengungkapkan makna tujuan, namun secara sintaktis klausa tersebut berfungsi sebagai objek verba pata putus. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti strategi penggabungan klausa BSDW dengan menggunakan pendekatan tipologi bahasa. Kajian mengenai strategi penggabungan klausa BSDW diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang karakteristik BSDW. 1.2 Rumusan Masalah Uraian latar belakang di atas telah menggambarkan adanya berbagai masalah yang bisa dikaji dalam penelitian. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah struktur klausa BSDW? (2) Bagaimanakah struktur argumen dan valensi verba BSDW? (3) Bagaimanakah strategi penggabungan klausanya dalam struktur koordinatif dan struktur subordinatif?
10 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menyangkut penelitian bahasa dipandang dari dimensi teori, sedangkan tujuan khusus meliputi objek penelitian itu sendiri. Kedua tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut Tujuan Umum Tujuan umum penelitian meliputi dua hal, yaitu tujuan yang bersifat empiris dan teoretis. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) memperkaya fakta tentang kajian sintaktis bahasa Sumba dialek Waijewa, khususnya mengenai strategi penggabungan klausanya; (2) menguji dan menjelaskan pendekatan tipologi bahasa Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini berkaitan erat dengan masalah-masalah yang diteliti. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : (1) menjelaskan struktur klausa BSDW; (2) menjelaskan struktur argumen dan valensi verba BSDW; (3) menjelaskan strategi penggabungan klausa BSDW dalam struktur koordinatif dan struktur subordinatif.
11 Manfaat Penelitian Setiap penelitian di samping mempunyai tujuan tentu diharapkan ada manfaatnya. Dilihat dari segi manfaatnya, penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis Manfaat Teoretis Penelitian strategi penggabungan klausa BSDW memiliki beberapa manfaat teoretis. Secara teoretis, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan acuan dalam usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang berhubungan dengan konstruksi klausa dan strategi penggabungannya. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan teori linguistik untuk bahasa-bahasa Austronesia. Manfaat teoretis lainnya ialah hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber dalam pemahaman tipologi sebuah bahasa Manfaat Praktis Dari segi manfaat praktisnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pendidikan dan pengajaran, khususnya tentang BSDW yang belum mempunyai dokumen tertulis tentang tata bahasa BSDW. Bagi peneliti BSDW, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan tentang klausa BSDW. Di samping itu, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan rangsangan pada penutur BSDW dalam mempertahankan bahasa dan budaya lokal sebagai wahana pengungkap jati diri penuturnya.
12 Ruang Lingkup Penelitian tipologi bahasa memiliki aspek yang cukup luas. Aspek tersebut meliputi aspek fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Setiap aspek juga memiliki cakupan yang luas. Dalam penelitian ini, penelitian dibatasi pada beberapa aspek yang berkaitan dengan strategi penggabungan klausa. Aspek yang diteliti dan dianalisis adalah : (1) struktur klausa BSDW yang terdiri atas jenisjenis klausa BSDW dan pemarkah BSDW, (2) struktur argumen dalam valensi BSDW, (3) strategi penggabungan klausa dalam struktur yang meliputi jenis-jenis kalimat koordinatif, strategi penggabungan klausa yang subjeknya berbeda, strategi penggabungan klausa yang subjeknya sama, dan (4) strategi penggabungan klausa pada struktur subordinatif yang terdiri atas (a) strategi penggabungan klausa relatif, (b) strategi penggabungan klausa pelengkap, dan (c) strategi penggabungan klausa keterangan.
BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dilakukan. Oleh sebab itu, kajian pustaka yang dipaparkan adalah penelitian
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Seperti yang telah diungkapkan dalam latar belakang bahwa penelitian terhadap BSDW khususnya yang berkaitan dengan
Lebih terperinciPOLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI
Linguistik Indonesia, Agustus 2016, 129-145 Volume ke-34, No. 2 Copyright 2016, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 POLA PEMARKAHAN ARGUMEN BAHASA KODI Gusti Nyoman Ayu Sukerti Politeknik
Lebih terperinciRELASI GRAMATIKAL BAHASA KODI : KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS
TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA KODI : KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS GUSTI NYOMAN AYU SUKERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA KODI : KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah
Lebih terperinciPOLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR
POLA PEMARKAH KEASPEKAN BAHASA KODI : PENDEKATAN TEORI ROLE AND REFERENCE GRAMMAR Gusti Nyoman Ayu Sukerti Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Bali. Telp. +62 361 701981
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses sosial masyarakat sebab bahasa merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Muna (yang selanjutnya disingkat BM) digunakan sebagai alat komunikasi atau bahasa pengantar dalam interaksi kehidupan oleh hampir semua penduduk yang mendiami
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa
Lebih terperinciKONSTRUKSI KEASPEKAN IMPERFEKTIF PROGRESIFBAHASA KODI, SUMBA BARAT DAYA
KONSTRUKSI KEASPEKAN IMPERFEKTIF PROGRESIFBAHASA KODI, SUMBA BARAT DAYA Gusti Nyoman Ayu Sukerti (1), Ketut Artawa (2), Made Sri Satyawati (3) (1) Universitas Jambi Fakultas Keguruan Kampus Pinang Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Alor. Pulau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian ini meliputi : (i) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (ii) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan
BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/122; TLN NO. 1655 Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab
8.1 Simpulan BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan
Lebih terperinciNOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA
NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinciPemarkah Diatesis Bahasa Bima Made Sri Satyawati Universitas Udayana
Pemarkah Diatesis Bahasa Bima Made Sri Satyawati Universitas Udayana 1. Pendahuluan Bahasa Bima adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk yang bermukim di bbagian Timur Pulau Sumbawa (Syamsudin, 1996:13).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian dialek geografi yang dipandang erat relevansinya dengan penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciKlasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.
Klasifikasi (Abdul Chaer) Tipologi Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Bentuk Garis keturunan proto Induk bahasa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 69 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH- DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR PRESIDEN, Menimbang : a. Bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bahasa dan lingkungan saling terkait. Lingkungan memengaruhi bahasa dan bahasa mencerminkan lingkungan. Bahasa dan lingkungan membentuk bahasa lingkungan dan lingkungan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Linguistik Historis Komparatif Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan Berikut ini disajikan simpulan dari seluruh rangkaian kegiatan studi tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya terhadap
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dengan maksud merangkum seluruh uraian yang terdapat pada bagian pembahasan, pada bagian ini dirumuskan berbagai simpulan. Simpulan yang dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek
1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Para
Lebih terperinciUU 69/1958, PEMBENTUKAN DAERAH DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *)
UU 69/1958, PEMBENTUKAN DAERAH DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:69 TAHUN 1958 (69/1958)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat
Lebih terperinciTATA URUTAN KATA BAHASA ILIUNG DIALEK TUGUNG: Sebuah Kajian Awal Berdasarkan Tipologi Sintaksis
JIPB, Vol. 01, No. 02, Mei 2014 ISSN: 2303-2820 TATA URUTAN KATA BAHASA ILIUNG DIALEK TUGUNG: Sebuah Kajian Awal Berdasarkan Tipologi Sintaksis Fredy Frits Maunareng & Nirmalasari M. Malaimakuni Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
Lebih terperinciPERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1
PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 F. X. Sawardi Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret saward2012@gmail.com Abstrak Artikel ini membicarakan perilaku tipe
Lebih terperinciTESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG: ANALISIS FUNGSI SINTAKSIS
TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG: ANALISIS FUNGSI SINTAKSIS I MADE BUDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam lingkungan
Lebih terperinciRELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif
RELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif Oleh I Gede Budasi FBS Undiksha-Singaraja Abstrak Makalah ini bertujuan: (1) mendeskripsikan
Lebih terperinciPEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak
PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati Abstrak Tulisan ini membahas tentang rumusan tipe-tipe deiksis dalam bahasa Indonesia.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan
Lebih terperinciKONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN
TESIS KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN NANIANA NIMROD BENU PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia sudah banyak dilakukan. Namun tidak demikian penelitian mengenai ragamragam bahasa dan dialek.
Lebih terperinciTentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH- DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *)
Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/122; TLN NO. 1655 Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA
ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA I Wayan Budiarta STIBA Mentari Kupang Jalan Mentari II/4 Km 06 Oesapa Kupang Telepon 0380-823132 budy4rt4@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, maka amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang perlu dikaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia
Lebih terperinciFenomena Kalimat Transformasi Tunggal Bahasa Angkola (Kajian Teori Pendeskripsian Sintaksis) Husniah Ramadhani Pulungan 1 Sumarlam 2
Fenomena Kalimat Transformasi Tunggal Bahasa Angkola (Kajian Teori Pendeskripsian Sintaksis) Husniah Ramadhani Pulungan 1 Sumarlam 2 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Linguistik Pascasarjana UNS 2 Dosen
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinci10 Jenis Kata Menurut Aristoteles
Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciPERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi
PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
199 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Dari segi bentuk pengungkap BI diungkapkan dengan pengungkap kausatif tipe morfologis, leksikal, dan analitik. Pengungkap kausatif morfologis BI memiliki banyak
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para linguis historis komparatif Indonesia selama ini pada umumnya lebih tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama diakui bahwa di
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciAnak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciKALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis
Halaman 90 KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Mulyadi Fakultas Sastra Abstract This article discusses behaviour of syntactic argument in the sentence structure of coordination in bahasa Indonesia. By
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berpenduduk ±120 juta jiwa. Selain menjadi bahasa nasional, BJ juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang (selanjutnya disingkat BJ) digunakan sebagai alat komunikasi atau pengantar dalam interaksi kehidupan oleh masyarakat Jepang yang berpenduduk ±120 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah
BAB II KERANGKA TEORETIS Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai masalah ini. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah hasil kajian Dempwolff
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian bidang sintaksis yang pernah dilakukan terhadap BM masih belum dijamah atau diteliti secara lebih luas dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciPERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA ABSTRACT
PERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA F.X. Sawardi 1 ; Sumarlam 2 ; Dwi Purnanto 3 1 Doctoral Student of Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 2 Professor in Linguistics at Universitas
Lebih terperinciFUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO
FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Relasi gramatikal BMk kajian tipologi sintaksis dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasa yang digunakan sebagai
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas suku bangsa yang beragam dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinciSISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA
Anstrak SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA I Made Netra, Petrus Pita, I Wayan Mandra, Paulus Subiyanto Universitas Udayana, Univeritas Flores, IHDN, PNB Artikel ini membahas tentang
Lebih terperinciSTRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN
STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH ROHFINTA OKTORIA SINAGA NIM 100701024 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STRUKTUR SEMANTIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa,
Lebih terperinci