BAB IV ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian ini meliputi : (i) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (ii) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia, dan (iii) pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon. A. Perilaku Argumen pada Perubahan Struktur Klausa Bahasa Indonesia Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, perubahan struktur klausa sering dibutuhkan untuk melesapkan sebuah unsur yang berkoreferensial pada penggabungan klausa. Perubahan struktur klausa tersebut akan berpengaruh pada argumen, baik berupa pergeseran dari inti menjadi bukan inti ataupun sebaliknya maupun kemunculan argumen yang sebelumnya tidak ada. Tentu saja pengaruh perubahan struktur klausa pada argumen tersebut akan mempengaruhi argumen pada penggabungan klausanya. Berdasarkan hal itu, penting untuk diketahui mengenai argumen dan pergeserannya pada perubahan struktur klausa. Pergeseran argumen yang dimaksud di sini adalah pergeseran dari unsur inti menjadi unsur bukan inti ataupun sebaliknya. Oleh karenanya, pembahasan dalam sub-bab ini akan dibagi menjadi dua yang meliputi : (1) perbedaan argumen inti, oblik, dan adjunct dan (2) pergeseran argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia. 36

2 1. Perbedaan Argumen Inti, Oblik, dan Adjunct dalam Bahasa Indonesia Argumen inti, oblik, dan adjunct adalah pelengkap predikat. Masingmasing pelengkap predikat tersebut memiliki ciri tersendiri untuk membedakannya. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa argumen inti adalah unsur pelengkap predikat yang kehadirannya selalu dituntut predikat, sedangkan kehadiran oblik hanya dituntut predikat tertentu dan kehadiran adjunct tidak dituntut predikat. Perbedaan antara argumen inti, oblik, dan adjunct ini dapat diperhatikan dari beberapa aspek. Forker dalam penelitiannya berjudul A Canonical Approach to the Argument/Adjunct Distinction mengungkapkan berbagai aspek untuk membedakan antara argumen dan adjunct (2014:28). Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan untuk membedakan antara argumen inti, oblik, dan adjunct dalam bahasa Indonesia. Dari beberapa aspek yang disebutkan oleh Forker, ada tiga aspek yang secara jelas dapat membedakan antara argumen inti, oblik, dan adjunct dalam bahasa Indonesia, yaitu berdasarkan kewajiban hadirnya, berdasarkan pemarkahnya, dan berdasarkan letaknya. Berdasarkan kewajiban hadirnya sebuah unsur, argumen inti dalam bahasa Indonesia wajib hadir karena argumen merupakan unsur pelengkap yang dituntut predikat. Apabila predikat dalam sebuah klausa tidak dilengkapi dengan salah satu atau kedua argumen inti, maka klausa tersebut tidak lengkap, baik secara semantis maupun sintaksis. Dalam bahasa Indonesia, yang dimaksud argumen inti adalah subjek dan objek. Adapun kehadiran oblik tergantung dari predikat atau verba itu sendiri. Hanya verba-verba tertentu saja yang menuntut hadirnya oblik. Hal ini 37

3 dapat dicontohkan unsur keterangan di Solo pada klausa saya tinggal di Solo. Walaupun biasanya sama-sama berupa keterangan, oblik berbeda dengan adjunct. Unsur keterangan yang tergolong adjunct kehadirannya tidak diwajibkan atau bersifat opsional (boleh hadir atau tidak hadir). Hal ini dapat diperhatikan pada data (1) dan (2) berikut ini. (1) Mereka melepas alas kaki di kaki tangga terakhir. (022/Solopos/ 2 November 2015) (2) Mia meletakkan majalah Cosmopolitan edisi bulan lalu di kursi kosong di sebelah kanannya. (119/Sunshine Become You/2012:209) Unsur-unsur pelengkap predikat pada data (1) dan (2) dapat dianalisis sebagai berikut. (1) Mereka melepas alas kaki di kaki tangga terakhir argumen predikat argumen keterangan (adjunct) (2) Mia meletakkan majalah Cosmopolitan edisi di kursi kosong di sebelah kanannya bulan lalu argumen predikat argumen keterangan (oblik) Pada data (1) predikat melepas menuntut adanya dua argumen inti yaitu argumen mereka dan argumen alas kaki. Begitu juga dengan predikat meletakkan pada data (2) yang menuntut adanya dua argumen inti, yaitu argumen Mia dan argumen majalah Cosmopolitan edisi bulan lalu. Jika salah satu argumen inti tersebut dihilangkan, maka data (1) dan data (2) bukan merupakan kalimat yang 38

4 tidak utuh karena verba melepas dan verba meletakkan merupakan verba transitif yang membutuhkan dua argumen. Adapun kehadiran keterangan di kaki tangga terakhir pada data (1) bersifat opsional karena kehadirannya tidak mempengaruhi kalimat baik secara sintaksis maupun semantis. Hal ini berbeda dengan keterangan di kursi kosong di samping kanannya pada data (2) jika dilihat dari kewajiban hadirnya. Keterangan di kursi kosong di samping kanannya pada data (2) wajib hadir karena predikat meletakkan menuntut adanya keterangan tempat tersebut. Jika keterangan pada data (2) dihilangkan, maka data (2) bukan merupakan kalimat yang utuh. Keterangan di kaki tangga terakhir pada data (1) yang kehadirannya bersifat opsional merupakan disebut adjunct sedangkan keterangan di kursi kosong di samping kanannya pada data (2) yang kehadirannya bersifat wajib pada verba tertentu, seperti verba meletakkan, disebut oblik. Berdasarkan pemarkahnya, argumen inti dalam bahasa Indonesia biasanya berupa nomina atau pronomina yang tidak bermarkah. Adapun oblik dan adjunct yang berupa nomina dalam bahasa Indonesia dimarkahi dengan hadirnya preposisi. Perbedaan pemarkahan antara argumen inti dengan oblik dan adjunct dapat dilihat pada data berikut. (3) Alex Hirano menutup ponsel. (094/Sunshine Becomes You/ 2012:27) (4) Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sukoharjo. (035/Solopos/ 16 November 2015) (5) Warga tak lagi mengharapkan bantuan dana dari pemerintah. (073/Kompas/ 30 November 2015) 39

5 berikut. Unsur-unsur kalimat pada data (3), (4), dan (5) dapat dianalisis sebagai (3) Alex Hirano menutup ponsel nomina verba nomina argumen predikat argumen (4) Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sukoharjo nomina verba nomina argumen predikat oblik (5) Warga tak lagi mengharapkan bantuan dana dari pemerintah nomina verba nomina nomina argumen predikat argumen adjunct Dari data (3), (4), dan (5) dapat diperhatikan perbedaan beberapa pelengkap predikat ketika semua unsurnya berupa nomina jika dilihat pemarkahnya. Data (3) menunjukkan dua pelengkap predikat berupa nomina Alex Hirano dan ponsel yang keduanya merupakan argumen dari kalimat tersebut. Baik nomina Alex Hirano maupun ponsel pada kalimat tersebut tidak dimarkahi oleh preposisi jadi kedua nomina tersebut merupakan argumen inti. Hal ini berbeda dengan nomina Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sukoharjo pada data (5) yang 40

6 merupakan oblik dan nomina pemerintah pada data (5) yang merupakan adjunct. Walau keduanya merupakan nomina, namun kedua nomina tersebut bukan termasuk argumen karena dimarkahi oleh preposisi oleh dan dari. Dengan demikian, tidak semua nomina dalam bahasa Indonesia adalah argumen. Jika sebuah nomina didahului oleh preposisi, maka nomina tersebut bukan lagi sebagai argumen. Berdasarkan jaraknya dari predikat, argumen terletak lebih dekat dengan predikat dibandingkan dengan oblik dan adjunct. Argumen subjek terletak tepat sebelum predikat dan argumen objek terletak tepat setelah predikat. Adapun jarak oblik dengan predikat tergantung oleh predikatnya. Jika predikatnya merupakan verba transitif, maka oblik terletak setelah objek. Akan tetapi jika predikatnya merupakan verba intransitif, maka oblik terletak tepat setelah predikat. Hal ini berlaku juga untuk jarak adjunct dan predikat yang letaknya tergantung verbanya. Mengenai perbedaan letak argumen inti, oblik, dan adjunct dapat diperhatikan lagi data (2), (3), (4), dan (5). Argumen-argumen subjek Alex Hirano, Ray, hal itu, dan warga terletak tepat sebelum predikat sedangkan argumenargumen objek ponsel dan bantuan dana terletak tepat setelah predikat. Adapun oblik di kursi kosong di sebelah kanannya pada data (2) terletak setelah objek majalah Cosmopolitan karena verba meletakkan merupakan verba transitif sedangkan pada oblik oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sukoharjo pada data (4) terletak setelah predikat karena predikat disampaikan merupakan verba intransitif. Hal ini berlaku pula pada unsur adjunct dari pemerintah pada data (5) yang terletak setelah objek sedangkan adjunct yang terletak setelah predikat dapat dicontohkan dengan unsur ke sungai pada klausa ia jatuh ke sungai. 41

7 Dengan deskripsi di atas, perbedaan antara argumen inti, oblik, dan adjunct dapat disimpulkan secara singkat pada tabel berikut. Tabel 2 Perbedaan Argumen Inti, Oblik, dan Adjunct Unsur yang Dibedakan Argumen Inti Oblik Adjunct Unsur Pembeda Kewajiban hadir + +/- - Pemarkah Jarak dari predikat + +/- +/- 2. Pergeseran Argumen pada Perubahan Struktur Klausa Bahasa Indonesia Pergeseran sebuah argumen sering terjadi sebagai akibat adanya perubahan struktur klausa. Perubahan struktur klausa ini bisa merupakan perubahan aktifpasif, kausatif, maupun aplikatif. Dalam bahasa Indonesia, masing-masing perubahan struktur memiliki pengaruhnya yang berbeda pada argumen. Berikut adalah pembahasan dari perubahan struktur klausa tersebut. a. Pergeseran argumen pada perubahan struktur aktif-pasif Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang klausa transitifnya memiliki tata ururtan SPO (subjek, predikat, objek) atau SVO (subjek, verba, objek) dengan predikat atau verba sebagai unsur utama klausa. Pada kalimat aktif transitif, subjek yang berperan sebagai pelaku aktivitas berada sebelum predikat dan objek sebagai 42

8 penerima atau penderita dari aktivitas terletak setelah predikat. Hal ini dapat diperhatikan dalam data (6a) berikut. (6) a. Maftuh menggiring bola itu. (063/Kompas/ 9 November 2015) Data (6a) menunjukkan kalimat aktif transitif dengan urutan SPO. Subjek Maftuh yang merupakan pelaku aktivitas terletak di depan verba aktif menggiring. Objek bola itu yang dikenai pekerjaan oleh Maftuh terletak setelah verba aktif menggiring. Dalam bahasa Indonesia, verba aktif biasanya ditandai dengan prefiks me-. Urutan antara subjek dan objek ini berbeda pada kalimat pasif, seperti yang dapat dilihat pada data (7) yang diubah menjadi kalimat pasif berikut. (6) b. Bola itu digiring oleh Maftuh Data (6b) menunjukkan adanya perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif yang ditandai dengan verba aktif menggiring menjadi verba pasif digiring. Objek bola itu yang pada data (6a) terletak setelah predikat menjadi sebelum predikat dan subjek Maftuh yang pada data (6b) terletak di depan predikat menjadi setelah predikat. Perubahan klausa atau kalimat dari aktif menjadi pasif dinamakan pemasifan. Pemasifan seperti contoh data (6) tersebut sesuai dengan rumusan Dixon mengenai pemasifan. Rumusan pemasifan tersebut adalah sebagai berikut. 43

9 a. Adanya perubahan struktur dari aktif transitif menjadi turunan pasif intransitif. b. Argumen objek pada struktur aktif transitif mengalami pergeseran menjadi argumen subjek yang merupakan satusatunya unsur inti pada struktur pasif intransitifnya. c. Argumen agen pada struktur aktif transitif menjadi fungsi periferal yang dimarkahi oleh hadirnya preposisi pada struktur pasif intransitif atau dilesapkan. d. Adanya pemarkah formal yang biasanya berupa afiks pada verbanya. Rumusan pemasifan Dixon tersebut dapat diterapkan pada proses pemasifan berikut ini. (7a) Teralis baja menyekat salah satu ruang penyimpanan itu. (7b) Salah satu ruang penyimpanan itu disekat oleh teralis baja. (074/Kompas/ 30 November 2015) Data (7b) merupakan bentuk kalimat pasif dari kalimat aktif (7a). Unsur-unsur pada kedua kalimat tersebut dapat dianalisis sebagai berikut. 44

10 (7a) Fungsi Peran Teralis baja menyekat salah satu ruang penyimpanan itu. argumen agen predikat argumen objek agen verba pasien (7b) Salah satu ruangan penyimpanan itu disekat oleh teralis baja Fungsi Peran argumen subjek predikat keterangan (adjunct) pasien verba agen Dari uraian unsur-unsur data (7a) dan (7b) tersebut dapat dilihat bahwa pada pemasifan dari struktur aktif (7a) menjadi struktur pasif (7b) terjadi adanya pergeseran argumen. Perubahan klausa dan pergeseran argumen pada proses pemasifan data (7) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Data (7a) yang merupakan kalimat aktif transitif menjadi bentuk turunan (7b) yang merupakan kalimat pasif intransitif. Kalimat (7a) memiliki dua argumen inti, yaitu argumen agen teralis baja dan argumen objek salah satu ruang penyimpanan itu. Akan tetapi, pada bentuk turunan 45

11 (7b), hanya ada satu argumen inti, yaitu argumen subjek salah satu ruang penyimpanan. b. Argumen objek salah satu ruang penyimpanan itu pada (7a) bergeser menjadi argumen subjek yang merupakan satu-satunya unsur inti pada data kalimat pasif (7b). c. Argumen agen teralis baja pada kalimat aktif (7a) bergeser menjadi unsur bukan inti pada kalimat pasif (7b) dengan ditandai dengan adanya preposisi oleh. d. Proses pemasifan dari (7a) menjadi (7b) ditandai dengan adanya perubahan afiks pada verba menyekat menjadi disekat. Rumusan pemasifan Dixon juga dapat diterapkan pada proses pemasifan data berikut. (8a) Preman menembaki mereka. (8b) Mereka ditembaki oleh preman (8c) Mereka ditembaki. (068/Kompas/ 30 November 2015) Data (8c) adalah bentuk kalimat pasif dari kalimat aktif (8a) yang mengalami perubahan menjadi bentuk (8b) sebelum menjadi data (8c). Perlu dicatat commit sebelumnya to user bahwa unsur preman merupakan 46

12 penambahan dari penulis untuk memudahkan penjelasan proses pemasifan tersebut. Unsur-unsur pada data (8a) dan (8b) dapat diuraikan sebagai berikut. (8a) Preman menembaki mereka Fungsi argumen agen predikat argumen objek Peran agen verba pasien (8b) Mereka ditembaki oleh preman Fungsi argumen predikat adjunct subjek Peran pasien verba agen Dari uraian unsur-unsur data (8a) dan (8b) tersebut dapat dilihat bahwa pada pemasifan dari kalimat aktif (8a) menjadi kalimat pasif (8b) terjadi adanya pergeseran argumen. Perubahan klausa dan pergeseran argumen pada proses pemasifan data (7) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Data (8a) yang merupakan kalimat aktif transitif menjadi bentuk turunan (8b) yang merupakan kalimat pasif intransitif. Kalimat (8a) memiliki dua argumen inti, yaitu argumen agen preman dan argumen objek mereka. Akan tetapi, pada bentuk turunan (8b) hanya ada satu argumen inti, yaitu commit argumen to subjek user mereka. 47

13 b. Argumen objek mereka pada kalimat aktif (8a) bergeser menjadi argumen subjek yang merupakan satu-satunya argumen inti pada data kalimat pasif (8b). c. Argumen agen preman pada kalimat aktif (8a) bergeser menjadi unsur bukan inti pada kalimat pasif (8b) yang ditandai dengan lesapnya unsur tersebut, seperti yang terlihat pada data (8c). Jika tidak dihilangkan, argumen agen preman akan menjadi unsur bukan inti yang ditandai dengan adanya preposisi oleh menjadi oleh preman. d. Proses pemasifan dari (8a) menjadi (8b) ditandai dengan adanya perubahan afiks pada verba menembaki menjadi verba ditembaki. Selain struktur pasif pada data (7) dan (8), bahasa Indonesia memiliki struktur pasif yang lain. Unsur-unsur pada pemasifan struktur ini tetap menjadi unsur inti walaupun terjadi pergeseran argumen. Struktur pasif yang dimaksud adalah sebagai berikut. (9a) Saya memilih pakaiannya. (9b) Pakaiannya saya pilih. (067/Kompas/ 30 November 2015) Data (9b) merupakan bentuk pasif dari kalimat aktif (9a). Unsur-unsur pada kalimat (9a) dan (9b) dapat dianalisis sebagai berikut. 48

14 (9a) Saya memilih pakaiannya Fungsi argumen agen predikat argumen objek Peran agen verba pasien (9b) Pakaiannya saya pilih Fungsi argumen objek argumen agen predikat Peran pasien agen verba Dari uraian unsur-unsur (9a) dan (9b) tersebut dapat dilihat bahwa pada pemasifan dari kalimat aktif (9a) menjadi kalimat pasif (9b) tidak ada pergeseran dari argumen inti menjadi unsur bukan inti. Hal ini tidak sesuai dengan rumusan Dixon yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Data (9a) yang merupakan kalimat aktif transitif tidak berubah menjadi bentuk turunan intransitif, melainkan berbentuk pasif transitif data (9b). Baik kalimat (9a) maupun (9b) sama-sama memiliki dua argumen, yaitu argumen agen saya dan argumen objek pakaiannya. b. Argumen objek pakaiannya pada kalimat aktif (9a) tetap menjadi argumen objek pada bentuk pasif (9b). c. Argumen agen saya pada kalimat aktif (9a) tetap menjadi argumen agen pada bentuk pasif (9b). 49

15 Dari data (7) dan (8), dapat disimpulkan bahwa proses pemasifan menyebabkan bergesernya argumen. Pergeseran argumen pada proses pemasifan ini terjadi baik pada argumen agen maupun argumen objeknya. Argumen objek bergeser menjadi argumen subjek sedangkan argumen agen yang merupakan unsur inti bergeser menjadi unsur bukan inti. Adapun proses pemasifan pada bentuk pasif (9) merupakan pengecualian karena tidak ada pergeseran argumen pada proses pemasifannya. b. Pergeseran argumen pada perubahan klausa kausatif Berbeda dengan pemasifan yang mengurangi jumlah argumen, perubahan dari struktur nonkausatif menjadi kausatif justru menambah jumlah argumen. Hal ini merupakan akibat dari munculnya argumen baru sebagai penyebab kejadian atau causer pada bentuk kausatif yang sebelumnya tidak ada. Pada proses pembentukan struktur kausatif secara morfologi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perubahan klausa dari bentuk intransitif menjadi bentuk transitif. b. Perubahan verba dari klausa nonkausatif yang merupakan verba dasar menjadi verba berimbuhan afiks yang memiliki arti membuat jadi yang menunjukan hubungan sebab akibat. 50

16 c. Munculnya argumen baru sebagai penyebab kejadian atau causer. Argumen baru tersebut menjadi argumen agen pada bentuk klausa kausatifnya. d. Adanya pergeseran argumen dari subjek yang merupakan satu-satunya argumen pada klausa intransitif menjadi argumen objek. Perubahan dari struktur nonkausatif menjadi kausatif secara morfologi dapat dilihat pada data berikut. (10a) Tangannya patah. (10b) Kau mematahkan tangannya. (095/Sunshine Becomes You/2012:48) Kalimat (10a) merupakan bentuk nonkausatif dari data kausatif (10b). Dari perubahan kalimat (10a) menjadi kalimat (10b) dapat dilihat bahwa : a. Kalimat nonkausatif (10a) yang merupakan kalimat intransitif berubah menjadi kalimat transitif pada bentuk kausatif (10b). b. Predikat patah pada kalimat (10a) mendapat akhiran kan menjadi mematahkan pada (10b) yang memiliki arti membuat jadi patah. 51

17 c. Munculnya argumen baru sebagai causer yang menjadi argumen agen, pada bentuk kausatif (10b), yaitu argumen kau. d. Terjadi pergeseran argumen tangannya. Pada (10a) argumen tangannya merupakan argumen subjek yang kemudian bergeser menjadi argumen objek pada bentuk kausatif (10b). Pembentukan kausatif secara morfologi juga dapat diperhatikan pada data berikut. (11a) Balekambang padat. (11b) Fans memadati Balekambang. (003/Solopos/ 2 November 2015) Data (11a) merupakan bentuk nonkausatif dari data kausatif (11b). Dari perubahan kalimat (11a) menjadi (11b) dapat dilihat bahwa : a. Kalimat nonkausatif (11a) yang merupakan kalimat intransitif berubah menjadi kalimat transitif pada bentuk kausatif (11b). b. Predikat padat pada kalimat (11a) mendapat imbuhan akhiran i menjadi memadati pada (11b) yang memiliki arti membuat commit jadi padat. to user 52

18 c. Munculnya argumen baru sebagai causer yang menjadi argumen agen pada bentuk kausatif (11b), yaitu argumen fans d. Terjadi pergeseran unsur argumen Balekambang. Pada (11a) argumen Balekambang merupakan argumen subjek yang kemudian bergeser menjadi argumen objek pada bentuk kausatif (11b). Pembentukan kausatif secara morfologi dengan verba berawalan per- dapat dilihat pada data berikut. (12a) Liburan mereka singkat (12b) Mereka mempersingkat liburan mereka. (103/Sunshine Becomes You/ 2012:71) Kalimat (12a) merupakan bentuk nonkausatif dari data kausatif (12b). Dari perubahan kalimat (12a) menjadi data (12b) dapat dilihat bahwa : a. Kalimat nonkausatif (12a) yang merupakan kalimat intransitif berubah menjadi kalimat transitif pada bentuk kausatif (12b). b. Predikat singkat pada kalimat (12a) mendapat imbuhan per- menjadi mempersingkat pada data (12b) yang memiliki arti commit membuat to user jadi lebih singkat. 53

19 c. Munculnya argumen baru sebagai causer yang menjadi argumen agen pada bentuk kausatif (12b), yaitu argumen mereka. d. Terjadi pergeseran argumen liburan mereka. Pada (12a) argumen liburan mereka merupakan argumen subjek yang kemudian bergeser menjadi argumen objek pada bentuk kausatif (12b). Pembentukan kausatif secara morfologi dengan imbuhan per kan dapat dilihat pada data berikut. (13a) Pelicans malu. (13b) Mereka mempermalukan Pelicans. (026/Solopos/ 2 November 2015) Kalimat (13a) merupakan bentuk nonkausatif dari data kausatif (13b). Dari perubahan struktur kalimat (13a) menjadi (13b) dapat dilihat bahwa : a. Kalimat nonkausatif (13a) yang merupakan kalimat intransitif berubah menajdi kalimat transitif pada bentuk kausatif (13b). b. Predikat malu pada kalimat (13a) mendapat imbuhan per kan menjadi mempermalukan pada data (13b) yang memiliki arti membuat jadi malu. 54

20 c. Munculnya argumen baru sebagai causer yang menjadi argumen agen pada bentuk kausatif (13b), yaitu argumen mereka. d. Terjadi pergeseran argumen Pelicans. Pada (13a) argumen Pelicans merupakan argumen subjek yang kemudian bergeser menjadi argumen objek pada bentuk kausatif (13b). Pembentukan kausatif secara morfologi dengan imbukan per i dapat dilihat pada data berikut. (14a) Drainase sudah baik. (14b) Pemerintah sudah memperbaiki drainase. (034/Solopos/ 16 November 2015) Bentuk (14a) merupakan bentuk nonkausatif dari data kausatif (14b). Dari perubahan kalimat (14a) menjadi data (14b) dapat dilihat bahwa : a. Kalimat nonkausatif (14a) yang merupakan kalimat intransitif berubah menjadi kalimat transitif pada bentuk kausatif (14b). b. Predikat baik pada kalimat (14a) mendapat imbuhan per--i menjadi verba memperbaiki pada data (14b) yang memiliki arti membuat jadi lebih baik. 55

21 c. Munculnya argumen baru sebagai causer yang menjadi argumen agen pada bentuk kausatif (14b), yaitu argumen pemerintah. d. Terjadi pergeseran argumen drainase. Pada (14a) argumen drainase merupakan argumen subjek yang kemudian bergeser menjadi argumen objek pada bentuk kausatif (14b). c. Pergeseran argumen pada perubahan struktur klausa aplikatif Selain pemasifan dan akusatif, perubahan struktur klausa yang berpengaruh pada kedudukan argumen juga terjadi pada perubahan struktur klausa aplikatif. Berbeda dengan akusatif yang berpengaruh pada bertambahnya jumlah argumen dengan munculnya argumen agen, perubahan struktur klausa aplikatif mempengaruhi kedudukan argumen objek dan oblik. Pengaruh perubahan struktur klausa aplikatif ini memberikan pengaruh yang berbeda terhadap klausa intransitif dan klausa transitif. Pada klausa intransitif, perubahan struktur klausa aplikatif berpengaruh pada bergesernya kedudukan argumen subjek menjadi argumen agen dan bertambahnya jumlah argumen inti akibat bergesernya oblik atau adjunct menjadi argumen objek. Hal ini dapat diperhatikan pada data berikut. 56

22 (15a) Ia berkencan dengan tokoh publik. (15b) Ia mengencani tokoh publik. (044/Solopos/ 16 November 2015) Data (15) merupakan proses perubahan struktur aplikatif dari kalimat (15a) menjadi (15b). Unsur-unsur pada kalimat (15a) dan (15b) dapat dianalisis sebagai berikut. (15a) Ia berkencan dengan tokoh publik argumen subjek (agen) verba oblik (pasien) (15b) Ia mengencani tokoh publik argumen agen (agen) verba argumen objek (pasien) Dari analisis unsur-unsur tersebut dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran argumen pada perubahan struktur aplikatif benefaktif dari (15a) menjadi (15b). Perubahan-perubahan yang terjadi pada perubahan struktur klausa (15a) menjadi (15b) dapat dijelaskan sebagai berikut. 57

23 a. Kalimat (15a) merupakan kalimat intransitif yang kemudian mengalami perubahan menjadi kalimat transitif pada bentuk (15b). b. Argumen subjek ia pada (15a) mengalami pergeseran menjadi argumen agen pada (15b). c. Adjunct dengan tokoh publik pada (15a) mengalami pergeseran menjadi argumen objek tokoh publik pada bentuk aplikatif (15b) dengan hilangnya preposisi dengan. d. Predikat berkencan pada (15a) mengalami perubahan menjadi mengencani pada bentuk aplikatif (15b) Bertambahnya jumlah argumen inti juga terjadi pada klausa intransitif yang mengalami perubahan aplikatif pada data berikut. (16a) Din Syamsudin berkunjung ke Jepang. (16b) Din Syamsudin mengunjungi Jepang. (059/Kompas/ 9 November 2015) Kalimat (16a) merupakan bentuk kalimat sebelum mengalami perubahan aplikatif. Unsur-unsur kalimat (16a) dan (16b) dapat dianalisis sebagai berikut. (16a) Din Syamsudin berkunjung ke Jepang argumen subjek (agen) verba oblik (pasien) 58

24 (16b) Din Syamsudin mengunjungi Jepang argumen agen (agen) verba argumen objek (pasien) Dari uraian unsur-unsur kalimat (16a) dan (16b) tersebut dapat dilihat bahwa pada pembentukan aplikatif dari kalimat (16a) menjadi data (16b) terjadi adanya pertambahan jumlah argumen dan pergeseran argumen. Proses pembentukan aplikatif dan perubahanperubahan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut. a. Kalimat (16a) merupakan kalimat intransitif yang kemudian mengalami perubahan menjadi kalimat transitif pada (16b). b. Argumen subjek Din Syamsudin mengalami pergeseran menjadi argumen agen pada bentuk aplikatif (16b). c. Oblik ke Jepang pada (16a) mengalami pergeseran menjadi argumen objek pada bentuk aplikatif (16b) dengan hilangnya preposisi ke. d. Predikat berkunjung pada (16a) menjadi mengunjungi pada bentuk aplikatif (16b). Pada klausa transitif, perubahan struktur klausa hanya berpengaruh pada bergesernya kedudukan argumen objek dengan oblik atau adjunct. commit Pergeseran to user kedudukan argumen dapat dilihat 59

25 dalam perubahan struktur klausa aplikatif dengan relasi alat pada klausa transitif sebagai berikut. (17a) Mia mencengkeram pinggiran nampan dengan tangannya. (17b) Mia mencengkeramkan tangannya ke pinggiran nampan. (097/Sunshine Becomes You/2012:50) Kalimat (17a) merupakan bentuk kalimat sebelum mengalami perubahan aplikatif. Unsur-unsur dari kalimat (17a) menjadi (17b) dapat dianalisis sebagai berikut. (17a) Mia mencengkeram pinggiran nampan dengan tangannya argumen verba argumen adjunct subjek objek (pasien) (agen) (pasien) (17b) Mia mencengkeramkan tangannya ke pinggiran nampan argumen verba argumen adjunct subjek objek (pasien) (agen) (pasien) 60

26 Dari analisis unsur-unsur kalimat (17a) dan (17b) tersebut dapat dilihat bahwa pada pembentukan aplikatif kalimat (17a) menjadi data (17b) terjadi adanya pergeseran argumen. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut. a. Argumen objek pinggiran nampan pada kalimat (17a) yang merupakan unsur inti bergeser menjadi adjunct ke pinggiran nampan pada bentuk aplikatif (17b) yang merupakan unsur bukan inti. b. Adjunct dengan tangannya pada kalimat (17a) bergeser menjadi argumen objek tangannya pada data (17b) dengan hilangnya preposisi dengan. c. Predikat mencengkeram pada (17a) menjadi mencengkeramkan pada bentuk aplikatif (17b). Pergeseran argumen objek dan oblik atau adjunct juga terjadi pada kalimat transitif yang mengalami perubahan aplikatif dengan relasi lokatif pada data berikut. (18a) Mia menuang kopi ke cangkir Paolo. (110/Sunshine Becomes You/2012:113) (18b) Mia menuangi cangkir Paolo dengan kopi. Data (18a) merupakan bentuk kalimat sebelum mengalami perubahan aplikatif dan commit (18b) to adalah user bentuk klausa setelah mengalami 61

27 perubahan aplikatif. Unsur-unsur kalimat (18a) dan (18b) dapat dianalisis sebagai berikut. (18a) Mia menuang kopi ke cangkir Paolo argumen verba argumen adjunct agen objek (pasien) (agen) (pasien) (18b) Mia menuangi cangkir dengan kopi Paolo Fungsi argumen verba argumen adjunct agen objek (pasien) (agen) (pasien) Dari analisis unsur-unsur kalimat (18a) dan (18b) tersebut terlihat bahwa pada pembentukan aplikatif dari (18a) menjadi (18c) terjadi pergeseran dari unsur bukan inti menjadi unsur inti dan sebaliknya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses pembentukan aplikatif pada data (18) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Argumen objek kopi pada (18a) yang merupakan unsur inti bergeser menjadi adjunct dengan kopi pada bentuk aplikatif (16b) dengan adanya preposisis dengan. 62

28 b. Adjunct ke cangkir Paolo pada (18a) bergeser menjadi argumen objek pada bentuk aplikatif (18b) dengan hilangnya preposisi ke. c. Predikat menuang pada (18a) menjadi menuangi pada bentuk aplikatif (18b) dengan adanya imbuhan i. Pengaruh yang berbeda ditunjukkan pada klausa transitif yang mengalami perubahan struktur klausa aplikatif dengan relasi benefaktif, seperti yang ditunjukkan pada data berikut. (19a) Mia membawa beberapa potong sandwich untuk Alex Hirano (19b) Mia membawakan Alex Hirano beberapa potong sandwich. (100/ Sunshine Becomes You/2012:57) Kalimat (19a) merupakan bentuk kalimat mengalami perubahan aplikatif. Unsur-unsur kalimat (19a) dan (19b) dapat dianalisis sebagai berikut. (19a) Mia membawa beberapa potong untuk Alex Hirano sandwich argumen verba argumen adjunct subjek objek (pasien) (agen) (pasien) 63

29 (19b) Mia membawakan Alex Hirano beberapa potong sandwich Fungsi argumen verba argumen argumen subjek objek objek tak (agen) langsung langsung (pasien) (pasien) Dari uraian unsur-unsur kalimat (19a) dan (19b) tersebut dapat dilihat bahwa terjadi adanya pergeseran argumen pada pembentukan aplikatif dari (19a) menjadi (19b). Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses pembentukan aplikatif data (19) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Argumen objek langsung beberapa potong sandwich pada (19a) bergeser menjadi objek tidak langsung pada (19b). b. Adjunct untuk Alex Hirano pada kalimat (19a) bergeser menjadi argumen objek langsung Alex Hirano pada (19b) dengan hilangnya preposisi untuk. c. Predikat membawa pada (19a) menjadi membawakan pada bentuk aplikatif (19b). 64

30 B. Pelesapan Argumen pada Penggabungan Klausa Bahasa Indonesia Salah satu penyebab adanya unsur yang lesap dalam sebuah kalimat adalah karena adanya unsur yang sama dan berkoreferensial. Unsur-unsur yang saling berkoreferensial ini sering muncul pada penggabungan klausa. Dalam bahasa Indonesia, penggabungan klausa ini dibagi menjadi dua, yaitu hubungan koordinasi dan hubungan subordinasi. Hubungan antarklausa koordinasi biasanya ditandai dengan konjungsi koordinasi, diantaranya yaitu konjungsi dan, serta, atau, tetapi, padahal, dan sebagainya. Adapun hubungan antarklausa subordinasi biasanya ditandai dengan konjungsi subordinasi, diantaranya yaitu konjungsi setelah, sebelum, sampai, sehingga, jika, agar, karena, dan sebagainya. Pembahasan mengenai pelesapan argumen pada penggabungan klausa dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan perubahan struktur klausa terhadap pelesapan argumennya yang terjadi pada penggabungan klausa. Seperti yang sudah dibahas pada sub-bab sebelumnya, masing-masing perubahan struktur klausa, baik aktif-pasif, kausatif, maupun aplikatif, menyebabkan terjadi pergeseran argumen. Jika pergeseran argumen ini terjadi pada argumen yang berkoreferensial, hal ini akan mempengaruhi pelesapan argumennya. Pengaruh tersebut bisa berupa penambahan, pergeseran, maupun penghilangan kekoreferensialan. Pengaruh ini bisa saja sama ataupun berbeda terhadap penggabungan klausa koordinasi dan subordinasi. Sebelum membahas perubahan struktur klausa pada pelesapan argumen, akan dibahas terlebih dahulu pelesapan argumen pada penggabungan klausa tanpa perubahan struktur klausa sebagai perbandingan antara pelesapan argumen tanpa 65

31 perubahan struktur klausa dengan pelesapan argumen yang klausanya mengalami perubahan struktur. Oleh karena itu, pembahasan pada sub-bab ini akan dibagi menjadi empat, yaitu : (1) pelesapan argumen pada penggabungan klausa tanpa perubahan struktur klausa, (2) pelesapan argumen pada penggabungan klausa dengan perubahan struktur klausa aktif-pasif, (3) pelesapan argumen pada penggabungan klausa dengan perubahan struktur klausa kausatif, dan (4) pelesapan argumen pada penggabungan klausa dengan perubahan struktur klausa aplikatif. 1. Pelesapan Argumen pada Penggabungan Klausa Tanpa Perubahan Struktur Klausa Pada bahasa Indonesia, pelesapan argumen yang dapat langsung dilakukan tanpa perubahan struktur klausa biasanya terjadi pada kekoreferensialan argumen yang menduduki fungsi yang sama atau kekoreferensialannya tidak melibatkan argumen objek. Pelesapan argumen tanpa perubahan struktur klausa ini dapat terjadi baik pada penggabungan klausa koordinasi maupun subordinasi. a. Pelesapan Argumen Tanpa Perubahan Struktur Klausa pada Penggabungan Klausa Koordinasi Pelesapan argumen pada penggabungan klausa koordinasi tanpa perubahan struktur klausa dapat diperhatikan pada data berikut. (20) Ia memang cerdas dan Ø bisa cepat belajar. (089/Sunshine Becomes You/2012:15) Data (20) merupakan penggabungan klausa koordinasi dengan hubungan koordinasi commit penjumlahan to user yang terdiri dari dua klausa, yaitu 66

32 (i) ia memang cerdas dan (ii) ia bisa cepat belajar. Pada data (20), masing-masing klausa hanya memiliki satu argumen, yaitu argumen subjek ia. Kekoreferensialan pada data (20) terjadi antara argumen subjek ia pada klausa (i) dengan argumen subjek ia pada klausa (ii). Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi koordinasi dan, maka salah satu dari argumen ia bisa dilesapkan. Pada data (20), argumen ia yang lesap merupakan argumen pada klausa (ii). Pelesapan pada data (20) dilakukan tanpa adanya perubahan struktur klausa. Pelesapan argumen yang terjadi tanpa adanya perubahan struktur klausa pada penggabungan klausa koordinasi juga dapat diperhatikan pada data (21) berikut. (21) Gembus pun membantu Koplo lalu Ø mencari bantuan guru. (002/Solopos/ 2 November 2015) Data (21) merupakan penggabungan klausa koordinasi dengan hubungan koordinasi urutan yang terdiri dari dua klausa, yaitu (i) Gembus pun membantu Koplo dan (ii) Gembus mencari bantuan guru. Klausa (i) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen Gembus dan argumen objek Koplo dan klausa (ii) juga memiliki dua argumen, yaitu argumen agen Gembus dan argumen objek bantuan guru. Kekoreferensialan argumen pada data (21) terjadi antara argumen agen klausa (i) dan argumen agen klausa (ii), yaitu Gembus. Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan, maka salah satu dari argumen agen Gembus dapat dilesapkan. Pada data (21), argumen 67

33 Gembus yang lesap adalah argumen pada klausa (ii). Pelesapan salah satu argumen Gembus pada data (21) dilakukan tanpa adanya perubahan struktur klausa. Pada bahasa Indonesia, pelesapan argumen biasanya terjadi pada kekoreferensialan argumen yang sama, seperti yang sudah dijelaskan pada data (20) dan data (21). Hal ini termasuk pada penggabungan klausa dengan dua kekoreferensialan seperti pada data (22) berikut. (22) Semua orang membaca Ø dan Ø mendengar ulasan awal yang positif. (140/Sunshine Becomes You/2012:406) Data (22) merupakan penggabungan klausa koordinasi dengan hubungan koordinasi penjumlahan yang terdiri dari dua klausa, yaitu (i) semua orang membaca ulasan awal yang positif dan (ii) semua orang mendengar ulasan awal yang positif. Klausa (i) dan (ii) sama-sama memiliki dua argumen yang menduduki fungsi yang sama, yaitu argumen agen semua orang dan argumen objek ulasan awal yang positif. Kekoreferensialan argumen pada data (22) terjadi antara argumen agen klausa (i) dengan (ii), yaitu argumen semua orang dan argumen objek klausa (i) dengan (ii), yaitu argumen ulasan awal yang positif. Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi dan maka salah satu dari argumen semua orang dan ulasan awal yang postif bisa dilesapkan. Pada data (22) argumen agen semua orang yang lesap adalah 68

34 argumen pada klausa (ii) dan argumen objek ulasan awal yang positif yang lesap adalah argumen pada klausa (i). Pelesapan salah satu argumen agen dan argumen objek pada data (22) terjadi tanpa perubahan stuktur klausa. b. Pelesapan Argumen Tanpa Perubahan Struktur Klausa pada Penggabungan Klausa Subordinasi Seperti halnya pada penggabungan klausa koordinasi, pelesapan argumen pada penggabungan klausa subordinasi biasanya terjadi pada kekoreferensialan pada argumen yang berkedudukan fungsi yang sama. Penggabungan klausa subordinasi dengan kekoreferensialan argumen yang berkedudukan sama dapat diperhatikan pada data berikut. (23) Setelah Ø menarik napas panjang beberapa kali, ia membuka tutup tabung obatnya. (137/Sunshine Becomes You/2012:371) Data (23) merupakan penggabungan klausa subordinasi dengan hubungan subordinasi waktu yang terdiri dari dua klausa, yaitu (i) ia menarik napas panjang beberapa kali dan (ii) ia membuka tutup tabung obatnya. Klausa (i) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen ia dan argumen objek napas panjang dan klausa (ii) juga memiliki dua argumen, yaitu argumen agen ia dan argumen objek tutup tabung obatnya. Kekoreferensialan argumen pada data (23) terjadi antara argumen agen klausa (i) dengan argumen objek klausa (ii), yaitu argumen ia. Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi setelah, maka salah satu dari argumen ia bisa 69

35 dilesapkan. Pada data (23), argumen yang lesap adalah argumen pada klausa (i). Pelesapan argumen ia pada data (23) terjadi tanpa adanya perubahan struktur klausa. Pelesapan argumen pada penggabungan klausa subordinasi tanpa perubahan struktur klausa juga dapat diperhatikan pada (24) berikut. (24) Ia keluar sambil Ø membawa tas tangan dan gaun. (125/Sunshine Becomes You/2012:267) Data (24) merupakan penggabungan klausa subordinasi dengan hubungan subordinasi waktu yang terdiri dari dua klausa, yaitu (i) ia keluar dan (ii) ia membawa tas tangan dan gaun. Klausa (i) hanya memiliki satu argumen, yaitu argumen subjek ia sedangkan klausa (ii) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen ia dan argumen objek tas tangan dan gaun. Kekoreferensialan argumen pada data (24) terjadi antara argumen subjek ia pada klausa (i) dengan argumen agen ia klausa (ii). Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi sambil, maka salah satu dari argumen ia bisa dilesapkan. Pada data (24), argumen yang lesap adalah argumen pada klausa (ii). Pelesapan argumen ia pada data (24) bisa langsung dilakukan tanpa perubahan struktur klausa. 70

36 2. Pelesapan Argumen pada Penggabungan Klausa dengan Perubahan Struktur Klausa Aktif-Pasif Dalam bahasa Indonesia, perubahan struktur klausa aktif-pasif sering ditemukan pada pelesapan argumen yang kekoreferensialannya melibatkan argumen objek. Pelesapan argumen pada penggabungan klausa dengan perubahan struktur klausa aktif-pasif akan dijelaskan pada penggabungan klausa koordinasi dan subordinasi berikut ini. a. Pelesapan Argumen dengan Perubahan Struktur Klausa Aktif-Pasif pada Penggabungan Klausa Koordinasi Data yang menunjukkan kekoreferensialan argumen yang membutuhkan perubahan struktur aktif-pasif pada penggabungan klausa koordinasi dapat diperhatikan berikut ini. (25) Ponselku hilang atau Ø dicuri orang yang lewat tadi. (117/Sunshine Becomes You/ 2012:187) Data (25) merupakan pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa koordinasi yang salah satu klausanya mengalami proses pemasifan. Sebelum mengalami pemasifan dan pelesapan argumen, bentuk lengkap data (25) ditunjukkan pada (25a). (25a) Ponselku hilang atau orang yang lewat tadi mencuri ponselku. Kalimat (25a) terdiri dari dua klausa, yaitu (i) ponselku hilang dan (ii) orang yang lewat tadi mencuri ponselku. Klausa (i) hanya memiliki satu argumen, commit yaitu to argumen user subjek ponselku sedangkan 71

37 klausa (ii) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen orang yang lewat dan argumen objek ponselku. Kekoreferensialan argumen pada (25a) terjadi antara argumen subjek klausa (i) dan argumen objek klausa (ii), yaitu argumen ponselku. Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi koordinasi atau maka salah satu dari argumen ponselku bisa dilesapkan. Namun pelesapan argumen ponselku secara langsung pada (25a) menyebabkan kalimatnya tidak berterima, seperti yang terlihat pada (25b) (25b) *Ponselku hilang atau orang yang lewat tadi mencuri Ø. Kalimat (25b) menunjukkan bahwa kekoreferensialan antara argumen subjek ponselku pada klausa (i) dengan argumen objek ponselku pada klausa (ii) tidak bisa dilesapkan secara langsung karena menyebabkan kalimatnya tidak berterima. Perubahan struktur klausa perlu dilakukan pada kalimat (25a) agar salah satu argumen yang berkoreferensial bisa dilesapkan. Perubahan struktur klausa aktif-pasif ini dilakukan pada klausa (ii). Proses perubahan struktur klausa pada klausa (ii) dapat digambarkan sebagai berikut. (25c) Orang yang lewat mencuri ponselku. (25d) Ponselku dicuri orang yang lewat. 72

38 Klausa (25c) merupakan klausa (ii) dari penggabungan klausa (25a). Pergeseran argumen pada perubahan struktur klausa (25c) menjadi (25d) dapat dianalisis sebagai berikut. (25c) Orang yang mencuri ponselku lewat tadi argumen agen verba argumen objek (agen) (pasien) (25d) Ponselku dicuri orang yang lewat argumen subjek (pasien) verba adjunct (agen) Dari analisis unsur-unsur klausa (25c) dan (25d) terlihat bahwa terjadi pergeseran argumen pada proses pemasifan tersebut. Perubahan klausa dan pergeseran argumen pada pemasifan (25c) menjadi (25d) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Klausa (25c) yang merupakan klausa aktif transitif menjadi bentuk turunan data (25d) yang merupakan kalimat pasif intransitif. Klausa (25c) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen orang yang lewat tadi dan argumen objek ponselku sedangkan klausa (25d) hanya memiliki satu argumen, yaitu argumen subjek ponselku. 73

39 b. Argumen objek ponselku pada (25c) bergeser menjadi argumen subjek pada (25d). c. Argumen agen orang yang lewat tadi pada (25c) bergeser menjadi adjunct. d. Predikat mencuri pada (25c) yang merupakan verba aktif yang ditandai dengan prefiks me- menjadi verba pasif pada (25d) yang ditandai dengan prefiks di-. Kembali lagi pada kalimat (25a), jika klausa (ii) sudah mengalami perubahan struktur aktif-pasif seperti yang digambarkan oleh (25c) dan (25d), maka pelesapan salah satu argumen yang berkoreferensial tersebut dapat dilakukan, seperti yang terlihat pada data (25). Akan tetapi, pemasifan tersebut juga menyebabkan pergeseran kekoreferensialan argumennya. Jika pada bentuk (25a), sebelum salah satu klausanya mengalami pemasifan, kekoreferensialan terjadi antara argumen subjek dengan argumen objek, pada bentuk pasifnya kekoreferensialan terjadi pada argumen subjek dengan argumen subjek. Proses pelesapan argumen pada data (25) ini dapat digambarkan pada bagan 2 berikut ini. 74

40 Bagan 2 Proses pelesapan argumen pada penggabungan klausa koordinasi dengan perubahan struktur klausa aktif-pasif Ponselku hilang atau orang yang lewat tadi mencuri ponselku. *Ponselku hilang atau orang yang lewat tadi mencuri Ø. Ponselku hilang atau ponselku dicuri orang yang lewat tadi. Ponselku hilang atau Ø dicuri orang yang lewat tadi. Selain pada kekoreferensialan antara argumen subjek dengan argumen, pemasifan juga terjadi pada kekoreferensialan antara argumen objek dengan argumen objek, seperti pada data berikut ini. (26) Gol itu diawali dengan umpan terobosan dari Daniel Pajero dan Ø diselesaikan Acacer. (064/Kompas/ 9 November 2015) Data (26) merupakan contoh pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa koordinasi yang kedua klausanya mengalami proses pemasifan. Sebelum mengalami proses pemasifan dan pelesapan argumen, bentuk dari data (26) ditunjukkan pada (26a). 75

41 (26a) Umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu dan Acacer menyelesaikan gol itu. Kalimat (26a) terdiri dari dua klausa, yaitu (i) umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu dan (ii) Acacer menyelesaikan gol itu. Klausa (i) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen umpan terobosan dari Daniel Pajero dan argumen objek gol itu begitu pula dengan klausa (ii) yang juga memiliki dua argumen, yaitu argumen agen Acacer dan argumen objek gol itu. Kekoreferensialan argumen pada (26a) terjadi antara argumen objek klausa (i) dan argumen objek klausa (ii), yaitu argumen gol itu. Apabila klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi koordinasi dan maka salah satu dari argumen gol itu bisa dilesapkan. Namun pelesapan argumen gol itu secara langsung pada (26a) menyebabkan kalimatnya tidak berterima, seperti yang terlihat pada (26b). (26b) *Umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu dan Acacer menyelesaikan Ø. Kalimat (26b) menunjukkan bahwa kekoreferensialan antara argumen objek gol itu pada klausa (i) dan klausa (ii) tidak bisa dilesapkan secara langsung. Perubahan struktur klausa perlu dilakukan pada kedua klausa (26a) sehingga terjadi pergeseran argumen agar salah satu argumen yang berkoreferensial bisa dilesapkan. Proses perubahan struktur klausa (i) dapat digambarkan dari perubahan klausa dari (26c) menjadi (26d) berikut ini. 76

42 (26c) Umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu. (26d) Gol itu diawali dengan umpan terobosan dari Daniel Pajero. Klausa (26c) merupakan klausa (i) dari penggabungan klausa (26a). Unsur-unsur klausa (26c) dan (26d) dapat dianalisis sebagai berikut. (26c) Umpan mengawali gol itu terobosan dari Daniel Pajero argumen agen verba argumen objek (agen) (pasien) (26d) Gol itu diawali dengan umpan terobosan dari Daniel Pajero Fungsi argumen subjek verba oblik (pasien) (agen) Dari analisis unsur-unsur klausa (26c) dan (26d) terlihat bahwa terjadi pergeseran argumen pada pemasifan tersebut. Perubahan klausa 77

43 dan pergeseran argumen pada proses pemasifan (26c) menjadi (26d) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Klausa (26c) yang merupakan klausa aktif transitif menjadi bentuk turunan data (26d) yang merupakan kalimat pasif intransitif. Klausa (26c) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen umpan terobosan dari Daniel Pajero dan argumen objek gol itu sedangkan klausa (26d) hanya memiliki satu argumen, yaitu argumen subjek gol itu. b. Argumen objek gol itu pada (26c) bergeser menjadi argumen subjek pada (26d) c. Argumen agen umpan terobosan dari Daniel Pajero pada (26c) bergeser menjadi oblik pada klausa (26d) yang ditandai dengan adanya preposisi dengan. d. Predikat mengawali pada (26c) yang merupakan verba aktif dengan adanya prefiks me- menjadi verba pasif diawali pada (26d) yang ditandai dengan prefiks di-. Selain klausa (i) yang mengalami perubahan struktur klausa seperti yang sudah dianalisis dari (26c) menjadi (26d), perubahan struktur klausa juga terjadi pada klausa (ii) dari bentuk (26a). Perubahan struktur klausa (ii) dari (26a) dapat digambar sebagai berikut. 78

44 (26e) Acacer menyelesaikan gol itu. (26f) Gol itu diselesaikan Acacer. Klausa (26e) merupakan klausa (ii) dari penggabungan klausa (26a). Pergeseran argumen pada perubahan struktur klausa (26e) menjadi (26f) dapat dianalisis sebagai berikut. (26e) Acacer menyelesaikan gol itu argumen agen (agen) verba argumen objek (pasien) (26f) Gol itu diselesaikan Acacer argumen subjek (pasien) verba oblik (agen) Dari analisis unsur-unsur (26e) da (26f) terlihat bahwa terjadi pergeseran argumen pada proses pemasifan tersebut. Perubahan klausa dan pergeseran argumen pada proses pemasifan (26e) menjadi (26f) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Klausa (26e) yang merupakan klausa aktif transitif menjadi bentuk turunan (26f) yang merupakan klausa 79

45 intransitif. Klausa (26e) memiliki dua argumen, yaitu argumen agen Acacer dan argumen objek gol itu. Adapun klausa (26f) hanya memiliki satu argumen, yaitu argumen subjek gol itu b. Argumen objek gol itu pada (26e) bergeser menjadi argumen subjek pada (26f). c. Argumen agen Acacer pada (26e) bergeser menjadi oblik. d. Predikat menyelesaikan pada (26e) merupakan verba aktif yang ditandai dengan prefiks me- menjadi verba pasif diselesaikan pada (26f) yang ditandai dengan prefiks di-. Kembali pada struktur kalimat (26a), setelah kedua klausanya mengalami pemasifan, maka pelesapan salah satu argumen yang berkoreferensial tersebut dapat dilakukan, seperti yang terlihat pada data (26). Akan tetapi, pemasifan pada data (26) juga mengakibatkan pergeseran kekoreferensialan argumen. Sebelum pemasifan, kekoreferensialan argumen terjadi antara argumen objek dengan argumen objek sedangkan kekoreferensialan argumen setelah pemasifan terjadi antara argumen subjek dengan argumen subjek. Proses pelesapan argumen pada data (26) ini dapat digambarkan pada bagan 3 di bawah ini. 80

46 Bagan 3 Proses pelesapan argumen pada penggabungan klausa koordinasi dengan perubahan struktur klausa aktif-pasif Umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu dan Acacer menyelesaikan gol itu. *Umpan terobosan dari Daniel Pajero mengawali gol itu dan Acacer menyelesaikan Ø. Gol itu diawali dengan umpan terobosan dari Daniel Pajero dan gol itu diselesaikan Acacer. Gol itu diawali dengan umpan terobosan dari Daniel Pajero dan Ø diselesaikan Acacer. Pelesapan argumen pada penggabungan klausa yang klausanya mengalami proses pemasifan, baik pada data (25) maupun (26), keduanya melibatkan argumen objek. Proses pemasifan menggeser argumen objek menjadi argumen subjek agar pelesapan argumen bisa dilesapkan. Namun pemasifan pada data (25) dan (26) juga berpengaruh pada kekoreferensialan argumennya. Pada data (25), kekoreferensialan argumen sebelum klausanya mengalami pemasifan terjadi antara argumen subjek dengan argumen objek. Adapun setelah mengalami pemasifan, kekoreferensialan pada data (25) bergeser menjadi antara argumen subjek dengan argumen subjek. Pergeseran 81

47 kekoreferensialan ini juga terjadi pada data (26) yang sebelum mengalami pemasifan, kekoreferensialan argumennya terjadi antara argumen objek dengan argumen objek. Adapun setelah mengalami pemasifan, kekoreferensialan argumen pada data (26) bergeser menjadi antara argumen subjek dengan argumen subjek. b. Pelesapan Argumen dengan Perubahan Struktur Klausa Aktif-Pasif pada Penggabungan Klausa Subordinasi Pelesapan argumen pada penggabungan klausa subordinasi dengan perubahan klausa aktif-pasif dapat dilihat pada data (29) berikut. (27) AC Milan gagal meraih empat kemenangan beruntun di Liga Italia setelah Ø ditahan imbang oleh Atlanta. (062/Kompas/ 9 November 2015) Data (27) merupakan pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa subordinasi dengan perubahan aktif-pasif pada salah satu klausanya. Bentuk data (27) sebelum mengalami perubahan struktur aktif-pasif dan pelesapan argumen ditunjukkan pada (27a) berikut ini. (27a) AC Milan gagal meraih empat kemenangan beruntun di Liga Italia setelah Atlanta menahan imbang AC Milan. Kalimat (27a) terdiri dari dua klausa, yaitu (i) AC Milan gagal meraih empat kemenangan beruntun di Liga Italia dan (i) Atlanta menahan imbang AC Milan. Klausa (i) memiliki dua argumen, yaitu 82

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan

Lebih terperinci

PERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA ABSTRACT

PERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA ABSTRACT PERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA F.X. Sawardi 1 ; Sumarlam 2 ; Dwi Purnanto 3 1 Doctoral Student of Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 2 Professor in Linguistics at Universitas

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu (1) hasil penelitian

Lebih terperinci

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis Halaman 90 KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Mulyadi Fakultas Sastra Abstract This article discusses behaviour of syntactic argument in the sentence structure of coordination in bahasa Indonesia. By

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014

PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 Artikel Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis seperti yang tercantum pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis seperti yang tercantum pada bab 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah melakukan analisis seperti yang tercantum pada bab sebelumnya, telah diuraikan satu persatu mengenai berbagai macam contoh kalimat yang mengandung verba

Lebih terperinci

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara Abstrak Artikel ini membahas perilaku argumen sintaktis pada struktur kalimat koordinasi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian bidang sintaksis yang pernah dilakukan terhadap BM masih belum dijamah atau diteliti secara lebih luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut

Lebih terperinci

Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i

Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i F.X. Sawardi FIB Universitas Sebelas Maret sawardi2012@gmail.com Diterima 14 Januari 2018/Disetujui 27 Maret 2018 Abtract This paper is based on the

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA

SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA Anstrak SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA I Made Netra, Petrus Pita, I Wayan Mandra, Paulus Subiyanto Universitas Udayana, Univeritas Flores, IHDN, PNB Artikel ini membahas tentang

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kajian lintas bahasa, adjektiva merupakan kategori yang memberikan keterangan terhadap nomina (Scrachter dan Shopen, 2007: 18). Senada dengan pernyataan tersebut,

Lebih terperinci

Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba. Asridayani

Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba. Asridayani ISSN: 2580-0728 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/krinok/index Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba Asridayani Faculty of Language, English Department University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 199 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Dari segi bentuk pengungkap BI diungkapkan dengan pengungkap kausatif tipe morfologis, leksikal, dan analitik. Pengungkap kausatif morfologis BI memiliki banyak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif ABSTRAK ANALISIS KONTRASTIF POLA KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PEMBUATAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori ini bermacam-macam, seperti : ukemi (bentuk pasif),

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori ini bermacam-macam, seperti : ukemi (bentuk pasif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kridalaksana (dalam Sutedi, 2004 : 75) diatesis yaitu kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI

PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

MEKANISASI PEMBENTUKAN VERBA BERSUFIKS {-KAN} STRUKTUR ARGUMEN, STRUKTUR LOGIS, DAN MAKNA SUFIKS {-KAN}

MEKANISASI PEMBENTUKAN VERBA BERSUFIKS {-KAN} STRUKTUR ARGUMEN, STRUKTUR LOGIS, DAN MAKNA SUFIKS {-KAN} MEKANISASI PEMBENTUKAN VERBA BERSUFIKS {-KAN} STRUKTUR ARGUMEN, STRUKTUR LOGIS, DAN MAKNA SUFIKS {-KAN} I Nyoman Sedeng nyoman_sedeng@hotmail.com Universitas Udayana 1. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia (BI)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN VERBA TRANSITIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KOTA PEKANBARU

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN VERBA TRANSITIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KOTA PEKANBARU 129 KEMAMPUAN MENGGUNAKAN VERBA TRANSITIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KOTA PEKANBARU Maryam Kasnaria Guru SMK Negeri 2 Kota Pekanbaru Email: maryam.kasnaria@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 F. X. Sawardi Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret saward2012@gmail.com Abstrak Artikel ini membicarakan perilaku tipe

Lebih terperinci

PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak

PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati Abstrak Tulisan ini membahas tentang rumusan tipe-tipe deiksis dalam bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VERBA PASIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JAWA (TINJAUAN SINTAKSIS)

PERBANDINGAN VERBA PASIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JAWA (TINJAUAN SINTAKSIS) digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN VERBA PASIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JAWA (TINJAUAN SINTAKSIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA

ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Refleksif dengan Kata diri, dirinya, dan diri sendiri dalam bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan termasuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Kata kunci : Kalimat Pasif, Ukemi, Judoubun, ~reru ~rareru, kontrastivitas

Kata kunci : Kalimat Pasif, Ukemi, Judoubun, ~reru ~rareru, kontrastivitas KONTRASTIVITAS KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA JEPANG (Kajian Struktur dan Makna) Oleh: Novia Oktaviyanti ABSTRAK Dalam suatu bahasa memiliki sistem bahasa yang berbeda dan menjadi ciri khas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh:

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai bahasa khususnya kalimat aktif dan pasif dengan menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 1. Penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Relasi gramatikal BMk kajian tipologi sintaksis dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA SERAWAI

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA SERAWAI Kata Kunci : KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA SERAWAI Wisman Hadi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSRACT Serawai Ethnic language causative construction in this paper is investigated through

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013 ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesalahan mahasiswa dalam menggunakan kalimat pasif bahasa Jepang, berikut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesalahan mahasiswa dalam menggunakan kalimat pasif bahasa Jepang, berikut BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang penulis lakukan mengenai kesalahan mahasiswa dalam menggunakan kalimat pasif bahasa Jepang, berikut adalah simpulan yang

Lebih terperinci

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES 1 KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES Suci Ramdani, Hana Nimashita, Nana Rahayu ramdanijantapan@gmail.com, hana_nimashita@yahoo.co.id, nana_rh12@yahoo.com Number Phone: 085272517366 Japanese Language Study

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. karena sebagai pihak yang menderita tindakan. Namun, tidak semua bentuk pasif

BAB IV KESIMPULAN. karena sebagai pihak yang menderita tindakan. Namun, tidak semua bentuk pasif BAB IV KESIMPULAN Analisis pada skripsi ini memperlihatkan kontras antara penggunaan bentuk pasif dalam bp dan bi. Pada bentuk pasif, terdapat inferioritas pada pasiennya karena sebagai pihak yang menderita

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan Berikut ini disajikan simpulan dari seluruh rangkaian kegiatan studi tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. BG digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

TIGA TATARAN ERGATIVITAS DALAM BAHASA TAE

TIGA TATARAN ERGATIVITAS DALAM BAHASA TAE Linguistik Indonesia, Februari 2013, 15-41 Tahun ke-31, No. 1 Copyright 2013, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 TIGA TATARAN ERGATIVITAS DALAM BAHASA TAE Gufran Ali Ibrahim* Universitas

Lebih terperinci

KETERANGAN MODALITAS DAN KETERANGAN TUJUAN DALAM RUBRIK AKADEMIA DI SURAT KABAR JOGLOSEMAR EDISI OKTOBER 2011: KAJIAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI

KETERANGAN MODALITAS DAN KETERANGAN TUJUAN DALAM RUBRIK AKADEMIA DI SURAT KABAR JOGLOSEMAR EDISI OKTOBER 2011: KAJIAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI KETERANGAN MODALITAS DAN KETERANGAN TUJUAN DALAM RUBRIK AKADEMIA DI SURAT KABAR JOGLOSEMAR EDISI 17-20 OKTOBER 2011: KAJIAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014

ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014 ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014 Oleh Dewi Apriliani 09210144032 Dewiapriliani.DA4@gmail.com ABSTRAK Skripsi

Lebih terperinci

OBJEK DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Wagiati*) Abstract

OBJEK DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Wagiati*) Abstract OBJEK DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Wagiati*) Abstract Object as one of syntactic function with the following features (1) it is on the rightmost of transitive active verbs, (2) it becomes subject if the

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VERBA nana- -(k) DALAM BAHASA ROTE: ANTARA PASIF DAN ANTIKAUSATIF

PEMBENTUKAN VERBA nana- -(k) DALAM BAHASA ROTE: ANTARA PASIF DAN ANTIKAUSATIF PEMBENTUKAN VERBA nana- -(k) DALAM BAHASA ROTE: ANTARA PASIF DAN ANTIKAUSATIF Jermy Imanuel Balukh STIBA Cakrawala Nusantara Kupang E-mail: jbalukh@yahoo.com.au Abstrak Makalah ini menganalisis hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki berbagai karakteristik sendiri termasuk dalam aspek fonologi, morfologi, semantik atau sintaksisnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh

BAB II LANDASAN TEORI. pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan kalimat pasif bahasa Indonesia. Penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan kalimat pasif bahasa Indonesia. Penggunaannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalimat pasif bahasa Jepang merupakan materi yang cukup sulit jika dibandingkan dengan kalimat pasif bahasa Indonesia. Penggunaannya pun terbilang jarang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27

BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor

Lebih terperinci

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci