BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia menjadi manusia. Bahkan, menurut sabuah filosofi, adalah bahasa yang menjadi sumber kehidupan dan kekuatan manusia (Fromkin dan Rodman, 1993: 3). Memandang bahasa sebagai sumber kehidupan dan kekuatan manusia berarti sama dengan memandang bahasa sebagai sebuah peti perkakas. Kesamaan itu bisa dilihat dari segi vitalitas dan kebergunaan yang mempunyai konsekwensi yang sangat besar dalam kehidupan, yaitu untuk mengembangkan ilmu linguistik sendiri, mempersiapkan bahan pendidikan, menerjemahkan atau menafsirkan antara bahasa-bahasa, mengajar, atau belajar berbicara bahasa kedua. Pandangan yang dimaksud adalah perspektif yang menganggap bahasa sebagai alat untuk komunikasi (Payne, 2011: 7-8). Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang utama dalam kehidupan. Melalui bahasa, manusia dapat melakukan interaksi dengan sesamanya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993: 21). 1

2 Fakta bahwa siapapun dengan kapasitas dan kebutuhan kejiwaan, emosi, dan badaniah yang umum, yang berpartisipasi dalam masyarakat dengan manusia lain, mengembangkan jenis perilaku komunikatif yang terpola. Pola linguistik dalam pikiran seseorang harus cocok, secara kurang atau lebih dekat, dengan pola yang ada di dalam pikiran orang lain agar supaya komunikasi antara pikiran dapat berjalan (Payne, 2011: 1-2). Pola-pola yang memberi struktur pada bunyi-bunyi yang dibuat orang ketika berkomunikasi dalam bahasa dalam sebuah masyarakat merupakan objek studi sentral dalam ilmu linguistik (Trask, 1999: 82). Menurut Payne (2011: 5) perspektif linguistik mengenali bahwa bahasa berisi elemen-elemen bentuk, seperti kata, frase, dan klausa, yang digunakan penutur untuk memberikan arti, mengungkapkan, merepresentasikan, atau menunjuk konsep-konsep yang ingin dikomunikasikan dengan orang lain. Chomsky menegaskan (sebagai kutipan Fromkin dan Rodman, 1993: 75) bahwa tujuan fundamental dalam analisis linguistik sebuah bahasa adalah untuk memisahkan rangkaian gramatikal yang merupakan kalimat bahasa itu dari rangkaian yang tidak gramatikal dan bukan merupakan kalimat bahasa tersebut, dan untuk mempelajari struktur rangkaian gramatikal. Setiap kalimat adalah sebuah rangkaian kata-kata, tetapi tidak setiap rangkaian kata-kata adalah kalimat. Rangkaian kata-kata yang memenuhi aturan sintaksis dikatakan sebagai gramatikal, sebaliknya rangkaian kata yang melanggar aturan sintaktis dikatakan tidak gramatikal. Penilaian gramatikalitas tidak 2

3 idiosyncratic dan tidak berubah-ubah, tetapi ditentukan oleh aturan yang diberikan oleh penutur bahasa (Fromkin dan Rodman, 1993: 73-74). Kalimat bukan merupakan deretan kata yang acak. Kalimat memenuhi pola khusus yang ditentukan oleh aturan sintaktis bahasa. Hal ini benar untuk semua bahasa manusia, seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa penutur bahasa bisa membedakan manakah kombinasi kata yang gramatikal dan manakah yang tidak, dan bisa membenarkan deretan kata yang tidak gramatikal menjadi gramatikal. Concord merupakan salah satu pola khusus yang ditentukan oleh aturan sintaksis bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dengan kata lain, bahasa Arab dan bahasa Inggris memasang aturan concord dalam hampir seluruh struktur kebahasaannya, khususnya dalam tataran klausa dan frase. Concord adalah hubungan antara dua satuan gramatikal yang saling serasi antara satu dengan yang lain (Quirk et al, 1985:755). Contohnya sebagai berikut: (1) He always eats a sandwich for lunch. dia : p.ke-3. tgl. / makan : p.ke-3 tgl, simp pres t. dia selalu makan sandwich untuk makan siang. (data dari Azar, 1989: 13). (2) I want to ask you. saya : non-p.ke-3 tgl. / ingin : non-p.ke-3 tgl. simp pres t. saya ingin bertanya padamu. (data dari Palmer, 1988: 17) 3

4 Pada dua contoh kalimat bahasa Inggris di atas dapat dilihat adanya keserasian antara dua satuan gramatikal. Dalam kalimat (1) subjek He yang merupakan persona ketiga tunggal serasi dengan verba sails yang merupakan verba dasar dengan tambahan sufiks s/es dan diperuntukkan untuk subjek persona ketiga tunggal. Kemudian, dalam kalimat (2) subjek I yang bukan merupakan persona ketiga tunggal serasi dengan verba sail yang berupa verba dasar tanpa tambahan sufiks dan diperuntukkan untuk selain subjek persona ketiga tunggal. Jadi, dalam bahasa Inggris untuk kalimat yang berkala simple present keserasian antara subjek dengan verbanya adalah bahwa subjek yang berupa selain persona ketiga tunggal atau subjek nomina jamak serasi dengan verba dalam bentuk dasar tanpa tambahan sufiks, dan subjek yang berupa persona ketiga tunggal atau subjek nomina tunggal serasi dengan verba bentuk dasar dengan tambahan sufiks s/es. Keserasian-keserasian seperti itulah dinamakan dengan concord. Berikut ini contoh bahasa Arab: (3) Aliyyun yaktubu. Ali : tgl, mask. / sedang/akan menulis : p.ke-3. tgl, mask. pres/fut t. Ali sedang/akan menulis. (data dari Ghulayaini, 1912: 59). (4) Fāthimatu taktubu. Fathimah : tgl. fem. / sedang/akan menulis : p.ke-3. tgl. fem. pres/fut t. Fathimah sedang/akan menulis. (data dari Ghulayaini, 1912: 59). Pada tiga contoh klausa bahasa Arab di atas juga dapat dilihat keserasian antara subjek dan verbanya. Dalam kalimat (3) subjek Aliyyun yang merupakan 4

5 persona ketiga maskulin tunggal serasi dengan yaktubu yang merupakan bentuk dasar verba present tense bahasa Arab dan mencerminkan persona ketiga maskulin tunggal. Selanjutnya, dalam kalimat (4 ) subjek Fāthimatu yang merupakan persona ketiga feminin tunggal serasi dengan verba taktubu yang mencerminkan persona ketiga feminin tunggal dengan ciri prefiks t-. Di samping sebagai sebuah pola khusus, concord juga merupakan fenomena gramatikal dalam struktur lingual suatu bahasa. Yang dimaksud gramatikal adalah sebuah istilah untuk kesesuaian terhadap aturan kebahasaan. Dengan demikian, pelanggaran terhadap concord menyebabkan struktur lingual menjadi tidak gramatikal. Contohnya adalah: (5) My friend lives in Boston. temanku : tgl. / tinggal : tgl, simp pres t. temanku tinggal di Boston. (data dari Azar, 1989: 88) (6) My friends live in Boston. teman-temanku : jam. / tinggal : jam. simp pres t. teman-temanku tinggal di Boston. (data dari Azar, 1989: 88). Dua contoh di atas adalah contoh kalimat yang gramatikal, karena antara subjek dan predikatnya terdapat kesamaan kategori gramatikal. Pada kalimat (5) subjek my friend adalah tunggal dan verba lives adalah tunggal. Jadi, keduanya concord karena sama-sama tunggal. Pada kalimat ( 6) subjek my friends adalah jamak dan verba live adalah jamak. Jadi, keduanya juga concord karena sama- 5

6 sama jamak. Susunan seperti ini dianggap gramatikal karena terdapat kesamaan dalam kategori gramatikal sekunder yang dikandung subjek dan predikatnya. Hal ini berbeda dengan susunan kalimat di bawah ini: (5a) *My friend live in Boston. temanku : tgl. / tinggal : jam. simp pres t. temanku tinggal di Boston. (data dari Azar, 1989: 88) (6a) *My friends lives in Boston. teman-temanku : jam. / tinggal : tgl, simp pres t. teman-temanku tinggal di Boston. (data dari Azar, 1989: 88) Dua contoh di atas menunjukkan dua klausa bahasa Inggris yang tidak gramatikal. Klausa (5a) menunjukkan ketidakserasian antara subjek my friend dan verba live. My friend merupakan subjek tunggal. Live merupakan verba jamak. Dengan demikian, antara subjek my friend dan verba live tidak terdapat concord, karena dalam masing-masing kata tersebut tidak terdapat kesesuaian dalam kategori gramatikal. Seharusnya, untuk subjek my friend verbanya adalah lives. Sedangkan, verba live digunakan untuk subjek persona jamak. Selanjutnya, klausa (6a) juga tidak gramatikal. Hal ini karena subjek my friends dan verba lives tidak terdapat kesamaan dalam kategori gramatikal, dalam arti my friends merupakan subjek jamak dan lives merupakan verba tunggal. Verba yang tepat untuk subjek my friends adalah live dalam bentuk verba dasar tanpa tambahan sufiks s/es. 6

7 Demikian contoh fenomena tidak gramatikal dalam struktur lingual bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab fenomena seperti itu contohnya sebagai berikut: (7) Jāˋa al-musāfiru. datang : p.ke-3. tgl. mask. past t. / musafir itu : def. tgl, mask. musafir itu datang. (data dari Ghulayaini, 1912: 198). (8) Jāˋat Fāthimatu. datang : p.ke-3, tgl. fem. past t. / Fathimah : tgl, fem. Fathimah datang. (data dari Ghulayaini, 1912: 198). Data di atas menunjukkan susunan kalimat yang gramtikal. Terkait dengan concord, kegramatikalan itu ditunjukkan dengan adanya kesamaan dalam kategori gramatikal sekunder. Subjek al-musāfiru adalah maskulin dan verba Jāˋa adalah juga maskulin (7). Jadi, keduanya sama-sama maskulin. Subjek Fāthimatu adalah feminin dan verba jāˋat adalah juga feminin (8). Jadi, keduanya sama -sama feminin. Demikian itu dalam kaitan concod dianggap gramatikal, karena antara subjek dan predikat terdapat unsur kesamaan dalam hal kategori gramatikal sekunder yang dikandungnya. Hal ini berbeda dengan susunan kalimat berikut ini: (7a) *Jāˋat al-musāfiru. datang : p.ke-3, tgl. fem. past t. / musafir itu : tgl, mask. musafir itu datang. (data dari Ghulayaini, 1912: 198). (8a) *Jāˋa Fāthimatu. datang : p.ke-3, tgl. mask. past t. / Fathimah : tgl. fem. 7

8 Fathimah datang. (data dari Ghulayaini, 1912: 198). Data-data di atas menunjukkan ketidakgramatikalan dalam susunan kalimatnya. Ketidakgramatikalan itu disebabkan oleh tidak adanya concord antara subjek dan predikatnya, dalam arti bahwa antara subjek dan predikatnya tidak terdapat kesamaan dalam kategori gramatikal sekunder. Pada kalimat (7a) subjek al-musāfiru adalah maskulin dan verba jāˋat adalah feminin. Jadi, keduanya tidak sama jendernya. Kemudian, pada kalimat (8a) saubjek Fāthimatu adalah feminin dan verba Jāˋa adalah maskulin. Jadi, keduanya juga tidak sama jendernya. Dalam kaitan concord, kondisi demikian ini dianggap tidak gramatikal. Jadi, ketidaksamaan dalam kategori gramatikal sekunder antara subjek dan predikat mengakibatkan susunan kalimat tidak concord dan dianggap tidak gramatikal. Concord, yang juga disebut agreement, memang merupakan sebuah fenomena yang sangat umum dalam bahasa-bahasa fleksi. Namun, fenomena ini tidak hadir secara sama dalam bahasa-bahasa tersebut. Dari beberapa contoh kalimat di atas dapat dipahami bahwa bahasa Arab dan bahasa Inggris sama-sama menentukan aturan concord dalam aturan sintaksisnya. Namun, bahasa bersifat unik, dalam arti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya (Chaer, 1994: 49). Terkait dengan hal itu, p ertanyaannya adalah bagaimanakah perbandingan concord yang ada dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Oleh karena itu, dengan melakukan kajian kontrastif penelitian ini akan menyelidiki perbandingan concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. 8

9 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab? 2. Bagaimana bentuk-bentuk concord dalam bahasa Inggris? 3. Bagaimana kesamaan dan perbedaan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris? 1.3 Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Inggris. 3. Menguraikan kesamaan dan perbedaan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. 1.4 Manfaat Penelitian Dua manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis. Yang dimaksud dengan manfaat teoretis dari penelitian ini 9

10 adalah bahwa penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan uraian yang lebih banyak terkait bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta kesamaan dan perbedaannya. Sedangkan, yang dimaksud dengan manfaat praktis dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengetahuan, pengajaran, dan penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam berbagai segi kehidupan, khususnya terkait dengan concord dalam dua bahasa tersebut. 1.5 Kajian Pustaka Beberapa tesis dan disertasi memiliki keterkaitan dengan penelitian concord bahasa Arab dan bahasa Inggris ini. Ditemukan sebanyak tiga tesis dan satu disertasi, yakni sebagai berikut: (1) tesis Persesuaian Subjek-Verba dalam Bahasa Inggris dan Permasalahannya bagi Pembelajar Bahasa Inggris: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UAD oleh Nurlatifah Hidayati (2005), (2) tesis Kopula dalam Kalimat Bahasa Inggris, Rusia,dan Arab: Sebuah Studi Kontrastif oleh Japen Sarage (2012), (3) tesis Verba dan Permasalahannya dalam Kalimat Bahasa Inggris oleh Wa Ode Fatmawati (2009), dan (4) disertasi Verba dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia: Studi Gramatika Kontrastif oleh Tajudin Nur (2008). Berdasarkan hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, ditemukan sebuah tesis yang sedikit memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Tesis itu ditulis oleh Nurlatifah Hidayati (200 5). Namun, terdapat beberapa perbedaan antara tesis 10

11 tersebut dengan penelitian ini. Perbedaannya adalah: pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hidayati adalah studi kasus, sementara penelitian ini merupakan studi pustaka dalam penelitian linguistik kontrastif murni. Kedua, Hidayati hanya memfokuskan penelitiannya pada bahasa Inggris, sementara penelitian ini memfokus diri pada bahasa Arab dan bahasa Inggris dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai paradigma awal. Ketiga, fokus penelitian Hidayati hanya pada persesuaian subjek-predikat dan bersifat mendeskripsikan, sementara penelitian ini bersifat menjelaskan concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris dan membandingkan concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dari bentuk-bentuknya. Berikut uraian karya-karya tulis tersebut terkait dengan penelitian ini: Pertama, tesis Persesuaian Subjek-Verba dalam Bahasa Inggris dan Permasalahannya bagi Pembelajar Bahasa Inggris: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UAD yang ditulis oleh Nurlatifah Hidayati (2005), meneliti tentang persesuaiaan subjek-verba dalam bahasa Inggris. Penelitian yang dilakukan hanya mengidentifikasi bahwa ada dua macam persesuaian subjekverba dalam bahasa Inggris. Persesuaian yang pertama dipengaruhi oleh jenis kala. Poin kedua adalah persesuaian subjek-verba yang dipengaruhi oleh bentuk subjek. Penelitian itu tidak menyebutkan secara rinci unsur-unsur apa saja dari bentuk-bentuk subjek itu yang mempengaruhi persesuaian subjek-verba. Penelitian ini membandingkan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Kedua, tesis berjudul Kopula dalam Kalimat Bahasa Inggris, Rusia, dan Arab: Sebuah Studi Kontrastif yang ditulis oleh Japen Sarage (2012), 11

12 menjelaskan tentang hubungan subjek dan kopula. Dijelaskan bahwa perubahan bentuk kopula diakibatkan oleh pengaruh kala, jender, persona, dan jumlah. Topik utama penelitian ini adalah kopula. Tesis ini membandingkan bahasa Inggris, bahasa Rusia dan bahasa Arab. Ketiga, tesis yang ditulis oleh Wa Ode Fatmawati dengan judul Verba dan Permasalahannya dalam Kalimat Bahasa Inggris (2009) meneliti tentang verba dalam kalimat bahasa Inggris. Ditemukan bahwa verba memiliki bentuk yang berbeda-beda. Kala yang berbeda memiliki bentuk verba yang berbeda. Subjek tunggal menuntut verba tunggal dan subjek jamak menuntut verba jamak. Tesis ini mendeskripsikan ragam dan jenis verba dalam kalimat terkait dengan kala dalam bahasa Inggris. Keempat, disertasi Tajudin Nur yang berjudul Verba dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia: Studi Gramatika Kontrastif (2008) meneliti semantik dan fakta gramatika verba dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, yang menyangkut kategori-kategori yang dimilikinya, yaitu kala, aspek, modus, diatesis, persona, jumlah dan jender. Ditemukan bahwa verba dalam bahasa Arab secara semantik mengandung konsep kala, aspek, modus, diatesis, dan subjek (persona, jumlah, dan jender) yang digramatikalkan melalui infleksi-infleksi yang menjadikan verba dalam bahasa Arab sarat dengan pemarkah gramatika. 12

13 1.6 Metodologi Penelitian Hasil penelitian yang baik ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memilih dan menerapkan metode dan teknik-teknik analisis. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Sudaryanto (1986: 62) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan sematamata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa perian bahasa yang berupa paparan seperti adanya. Sedangkan, penelitian ini disifati dengan kualitatif karena alasan bahwa penelitian ini tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penjelasan dan penafsiran terhadap hasil analisanya Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang dianalisa berupa frase dan klausa yang mengandung concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Secara khusus data penelitian yang berbentuk klausa adalah berupa kalimat tunggal. Data-data tersebut diperoleh dari sumber data bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah bahasa tulisan yang berasal dari literatur-literatur bahasa Arab dan bahasa Inggris, baik yang berupa cetak maupun elektronik (e-book). Adapun sumber data bahasa Arab diambil dari buku tata bahasa bahasa Arab klasik dan buku tata bahasa bahasa Arab modern, yaitu: Al- Amrithy ( Amrithy, 2006), Ad-Durūs Al- Arabiyyah. 13

14 (Ghulayaini, 1912), Jami Ad-Durūs Al- Arabiyyah (Ghulayaini, 1974), Jami Ad- Durūs Al- Arabiyyah (Ghulayaini, 2007), An-Nahwu al-wāfiy (Hasan, 1976), Alfiyyah Ibn Malik (Ibnu Malik, 2006), Syarh Ibn Aqil (Ibnu Aqil, 2010), dan Matn Al-Ājurūmiyyah (Shanhaji, 2006). Adapun sumber data bahasa Inggris diambil dari buku-buku tata bahasa bahasa Inggris, yaitu: Understanding and Using English Grammar (Azar, 1989), An Introduction to English Grammar (Greenbaum dan Nelson, 2002), Discovering Language, The Structure of Modern English (Jeffries, 2006), Essentials of English Grammar (Jespersen, 2006), The English Verb (Palmer, 1988), How English Works A Grammar Handbook with Readings (Raimes, 2008), dan English Verbs and Essentials of Grammar for ESL Learners (Swick, 2010). Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993: ). Berikut adalah uraiannya: Metode Penyediaan Data Dalam penelitian ini, metode penyediaan data yang digunakan adalah metode simak. Metode simak dapat disebut juga metode observasi (Kesuma, 2007: 45). Dalam melaksanakan metode simak, penelitian ini menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan berupa teknik sadap, yaitu sebuah teknik pelaksanaan dari metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang (Sudaryanto, 1993: 133). 14

15 Menurut Kesuma (2007: 46), penggunaan bahasa yang disadap dapat berbentuk bahasa lisan atau bahasa tulisan. Jadi, penelitian ini menggunakan metode tersebut untuk menjaring data-data yang berupa data bahasa tulisan. Adapun teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap adalah teknik menjaring data dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma, 2007: 46). Jadi, dalam menjaring data penelitian, peneliti tidak terlibat langsung dalam proses pembentukan dan pemunculan calon data, karena data tersebut sudah terbentuk dalam buku-buku sebagai produk bahasa tulisan penuturnya. Dari data-data yang sudah terbentuk dalam buku-buku sebagai sumber data penelitian, kemudian peneliti mencatatnya dalam kartu-kartu data atau langsung mengetiknya dalam komputer. Demikian proses penjaringan data yang dilakukan dalam penelitian ini Metode Analisis Data Data kebahasaan dari penelitian ini dianalisis secara kualiatatif. Menganalisis berarti mengurai atau memilah-milah dan membedakan unsur-unsur yang membentuk satuan lingual atau mengurai satuan lingual ke dalam komponen-komponennya (Subroto, 2007: 59). Ada dua metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode yang menggunakan unsur internal kebahasaan dari satu bahasa sebagai alat penentunya 15

16 (Sudaryanto, 1993: 15). Metode ini digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk concord dalam satu bahasa, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Adapun metode padan adalah metode yang menggunakan unsur eksternal kebahasaan dari bahasa lain sebagai alat penentunya untuk dipadankan kepada bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Metode ini digunakan untuk menganalisa perbandingan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, sehingga ditemukan kesamaan dan perbedaannya. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode padan translasional. Metode padan translasional adalah metode padan yang alat penentunya bahasa lain (Kesuma, 2007: 51). Lebih lanjut, Kesuma menjelaskan (2007: 51), metode ini digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa lain. Bahasa lain yang dimaksud adalah bahasa Inggris jika bahasa yang sedang diteliti adalah bahasa Arab, atau sebaliknya, bahasa lain tersebut adalah bahasa Arab jika bahasa lain yang sedang diteliti adalah bahasa Inggris. Sedangkan, satuan kebahasaan yang dimaksud dapat berupa afiks-afiks infleksi, kelas kata, frase, dan klausa, sehingga dengan metode padan translasional ini kesamaan dan perbedaan concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris dapat diketahui. Dalam metode agih teknik yang digunakan adalah teknik dasar bagi unsur langsung. Adapun teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisa data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagianbagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993, sebagai kutipan 16

17 Kesuma, 2007: 58). Sedangkan, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik baca markah, teknik ganti, teknik lesap, teknik balik, dan teknik pemarkahan. Dalam metode padan teknik yang digunakan adalah teknik hubung banding. Teknik hubung banding adalah teknik analisis data dengan cara membandingkan satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur satuan kebahasaan yang ditentukan (Sudaryanto, 1993, sebagai kutipan Kesuma, 2007: 55). Satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis itu adalah satuan-satuan kebahasaan dari bahasa Arab yang ditentukan dengan satuan-satuan kebahasaan dari bahasa Inggris, atau sebaliknya. Satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis itu berupa klausa dan frase dari bahasa Arab dan bahasa Inggris. Semua teknik yang digunakan itu, baik dalam metode agih maupun dalam metode padan, adalah untuk menentukan satuan-satuan lingual yang memiliki keserasian dalam suatu struktur kebahasaan dari bahasa Arab dan bahasa Inggris, sehingga dapat diidentifikasi adanya concord dalam struktur kebahasaan tersebut. Kemudian, teknik-teknik itu juga digunakan untuk menentukan kesamaan dan perbedaan bentuk-bentuk concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris Metode Penyajian Data Tahap terakhir dari penelitian tesis ini adalah tahap penyajian data. Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal dan metode informal. Metode penyajian data formal adalah penyajian hasil analisis 17

18 data dengan menggunakan simbol-simbol. Sedangkan, Metode penyajian data informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: ). Demikianlah metode penelitian sekaligus juga teknik-teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. 1.7 Sistematika Penulisan Adapun hasil penelitian concord dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris akan disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1) Bab I pendahuluan, berisi: latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 2) Bab II landasan teori, berisi: tata bahasa dan concord, perbedaan concord dengan government, concord dan infleksi, concord dan relasi gramatikal, concord dan gramatikalitas, dan kajian kontrastif tentang concord. 3) Bab III concord dalam tataran klausa, mencakup: pengantar dan bentukbentuk serta uraian tentang concord dalam tataran klausa. 4) Bab IV concord dalam tataran frase, mencakup: pengantar dan bentukbentuk serta uraian tentang concord dalam tataran frase. 5) Bab V penutup, berisi: kesimpulan dan saran. 18

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83). BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subroto,Edi berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka yang berada di sekitar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klausa merupakan satuan sintaksis yang memiliki ciri seperti kalimat, tapi klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya agar dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi utama dalam kehidupan sosial. Dengan bahasa anggota masyarakat menyampaikan pikiran untuk melakukan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, baik itu tanda diluar rumah, dalam rumah, maupun dilingkungan sekitar. Namun manusia tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Refleksif dengan Kata diri, dirinya, dan diri sendiri dalam bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Bahasa pada dasarnya adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang memuat kaidah-kaidah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang memuat kaidah-kaidah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang memuat kaidah-kaidah tentang bentuk kata, urutan kata, fungsi kata dan kalimat. Begitu juga bahasa Jepang, dimana aturan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang menelaah tentang asas-asas umum yang berlaku pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu linguistik mikro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga komponen dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan satu sistem simbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sistem

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional Oleh: Tatang Suparman NIP 132206488 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Thema-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN KEBAHASAAN*)

METODE PENELITIAN KEBAHASAAN*) METODE PENELITIAN KEBAHASAAN*) Agus Budi Wahyudi PBSID, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Pendahuluan Hakikat bahasa itu adalah simbol. Manusia mempergunakan bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari.

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa selain bahasa ibu merupakan hal yang sangat penting di zaman ini. Belajar bahasa asing merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif ABSTRAK ANALISIS KONTRASTIF POLA KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PEMBUATAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori ini bermacam-macam, seperti : ukemi (bentuk pasif),

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori ini bermacam-macam, seperti : ukemi (bentuk pasif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kridalaksana (dalam Sutedi, 2004 : 75) diatesis yaitu kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan seharihari.dalam

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan seharihari.dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan seharihari.dalam berbagai macam kegiatan dan interaksi, peranan bahasa sangatlah penting. Mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penulis rasakan sangat sulit untuk dipelajari adalah bagian grammar atau

BAB I PENDAHULUAN. yang penulis rasakan sangat sulit untuk dipelajari adalah bagian grammar atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai seseorang yang bukan merupakan penutur asli, penulis dapat memahami bahwa belajar bahasa Inggris bukanlah suatu hal yang mudah. Bagian yang penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci