BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama
|
|
- Verawati Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para linguis historis komparatif Indonesia selama ini pada umumnya lebih tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama diakui bahwa di Indonesia terdapat juga bahasa-bahasa Non-Austronesia (NAN). Di luar peneliti Indonesia, peneliti Belanda Van deer Veen (1915) telah mengindikasikan adanya bahasa-bahasa NAN di Halmahera Utara (HU). Capell juga telah menunjukkan keberadaan bahasa-bahasa NAN di Timor Leste sejak tahun Cowan (1957) selain meneliti, bahkan telah menentukan apakah bahasa-bahasa yang ada di sepanjang Flores dan Papua Nugini itu termasuk AN atau NAN. Sampai saat ini bahkan telah teridentifikasi bahasa-bahasa NAN di Indonesia, yakni 10 (sepuluh) bahasa di HU (Voorhoeve, 1984) dan 14 (empat belas) bahasa di sekitar Timor-Alor-Pantar (TAP) (Grimes, 1988) serta sekurangkurangnya terdapat 7 (tujuh) bahasa di wilayah Kepala Burung (KB) (Voorhoeve, 1984) yang semuanya diteliti linguis asing. Terlepas dari itu, diakui pula minat para peneliti terhadap bahasa-bahasa NAN belum terlalu tinggi. Wurm pada tahun 1975 pernah mengatakan adanya kekosongan minat penelitian historis komparatif terhadap bahasa-bahasa NAN kelompok Filum Trans-New Guenia (TNG), kecuali bahasa-bahasa HU, lebihlebih hubungannya dengan AN dan itu terjadi hingga sekarang. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan itu, sekaligus merangsang 1
2 2 para peneliti lain untuk lebih tertarik pada bahasa-bahasa NAN dan lebih jauh tentang relasinya dengan bahasa-bahasa AN di Indonesia. Berkenaan dengan relasi antara bahasa AN dengan NAN, bahasa-bahasa yang termasuk kelompok bahasa HU dan bahasa-bahasa kelompok TAP merupakan wilayah potensial dan penting untuk dikaji selain kelompok bahasa Kepala Burung (KB). Dikatakan potensial, karena wilayah itu merupakan wilayah bahasa NAN terbesar di Indonesia dan belum banyak dikenal, lebih-lebih hubungan di antaranya yang belum terungkap dengan jelas (Cowan, 1957). Bahasa-bahasa itu dikatakan penting, mengingat wilayah itu merupakan kawasan pertemuan bahasa-bahasa Indonesia barat (AN) dengan bahasa-bahasa Indonesia timur (NAN) yang disebut juga Filum Papua Barat NAN (Capell, 1975) (bandingkan pula garis batas bahasa Brandes, 1884). Sebagai bahasa yang dalam perkembangannya mengalami proses kontak dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, dimungkinkan terjadinya proses borrowing secara bebas dalam jangka waktu yang lama (Greenberg, 1971). Hal ini telah digambarkan bahwa beberapa bahasa di kawasan itu sulit dikatakan bahasa AN berdasarkan indikator leksikal dan gramatikalnya (Capell, 1975). Demikian juga, bahasa-bahasa NAN di wilayah ini banyak mengandung kosakata pinjaman dari bahasa AN, termasuk kata ganti orang kedua dan ketiga (Wurm dan Voorhoeve, 1975). Dalam konteks potensi dan urgensi sebuah kajian bahasa di kawasan itu, bahasa Oirata (Or) memenuhi kriteria yang memadai sehingga layak dijadikan objek penelitian. Pertama, bahasa Or diasumsikan memiliki hubungan dengan bahasa-bahasa di Timor sebagaimana tercermin dalam tulisan Oirata, a Timorese
3 3 Settlement on Kisar (de Jong, 1937). Kedua, Greenberg (1971) menyatakan bahwa bahasa Or memiliki hubungan dekat dengan bahasa Bunak (Bn) dan Makasai (Mk) di Timor Leste dan bahasa Abui (Ab) di Alor yang dikategorikan sebagai subkelompok internal Timor-Alor (TA). Ketiga, Capell (1975) bahkan melengkapi kelompok TA tersebut menjadi bahasa Ab di Alor, bahasa Bn, Mk, Fataluku (Ft), dan Lovaea (Lov) di Timor Leste serta bahasa Or di Pulau Kisar. Hanya saja, Capell menambahkan bahwa posisi setiap bahasa dalam kelompok TA tersebut belumlah koheren sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut. Keempat, bahasa Or berada di dua desa di Pulau Kisar, sebuah pulau kecil di sebelah timur laut Timor Leste, termasuk wilayah Maluku Barat Daya (Cowan, 1965). Penduduk Pulau Kisar selain berbicara bahasa Or sebagai bahasa NAN, juga menggunakan bahasa Kisar (Ks) yang termasuk bahasa AN. Penutur bahasa Or sekitar orang, sementara penutur bahasa Ks diperkirakan orang (Fernandez, 2002). Sebagai bahasa yang hidup berdampingan di sebuah pulau kecil, penutur kedua bahasa dengan kultur yang berbeda itu diyakini saling berinteraksi sesamanya dan bermuara pada terjadinya peristiwa kontak bahasa. Peristiwa tersebut dalam jangka waktu lama, pelan tetapi pasti memberi peluang bagi terjadinya proses perubahan sistem bahasa itu, baik secara internal maupun secara eksternal. Proses perubahan bahasa Or secara internal dapat terjadi akibat perjalanan panjang antara sesama bahasa segenetis dan proses perubahan eksternal terjadi sebagai akibat kontak bahasa dengan bahasa-bahasa lain.
4 4 1.2 Rumusan Masalah Bahasa Or sampai sejauh ini diyakini telah mengalami proses perjalanan yang panjang sebagaimana terjadi pada setiap bahasa pada umumnya. Jika asumsi de Jong (1937) bahwa bahasa tersebut berasal dari daratan Timor itu benar, penutur bahasa itu akan membawa serta budayanya dan terjadi proses akulturasi dengan budaya penduduk asli di sekitarnya. Kondisi ini diperkuat pula dengan perjalanan sejarah lintas perdagangan di wilayah itu serta faktor penjajahan cukup memberi andil bagi kompleksitas perubahan bahasa itu menjadi bahasa seperti sekarang ini. Hal itu mengindikasikan bahwa menemukan identitas ciri bahasa tersebut dan bahasa-bahasa yang berhubungan dengannya merupakan hal yang esensial dalam penelitian ini. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah identitas ciri yang esensial bahasa Or dan bahasabahasa yang berhubungan dengan bahasa tersebut? Bahasa Or yang diindikasikan berkerabat dengan bahasa-bahasa di Timor Leste, yakni bahasa Bn dan Mk (Greenberg, 1971) dan dengan bahasa Mk, Ft, dan Lov (Capell, 1975), maka penelusuran terhadap relasi kekerabatan bahasabahasa tersebut menjadi penting, terutama menyangkut kejelasan hubungan genetisnya serta kedudukan setiap bahasa dalam kelompok itu karena kedua pengelompokan tersebut masih mengandung perbedaan. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian berikutnya adalah: (2) Bagaimanakah hubungan genetis bahasa Or dengan bahasa-bahasa di Timor Leste sebagai sesama bahasa NAN? (3) Bukti-bukti kebahasaan apa yang dapat memperjelas kekerabatan bahasa-bahasa tersebut?
5 5 Di samping pentingnya kejelasan hubungan genetis bahasa-bahasa itu, penelusuran lebih lanjut terhadap bahasa Or sebagai bahasa mandiri yang secara hakiki berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya dalam kelompok itu juga merupakan masalah yang tidak kalah penting dibandingkan dengan masalahmasalah sebelumnya. Bahasa Or sebagaimana digambarkan di atas merupakan bahasa yang telah mengalami perubahan dengan proses perjalanan yang panjang. Oleh karena itu, penelusuran terhadap eviden-eviden yang terjadi selama proses perubahan bahasa itu, terutama dalam bentuk fitur-fitur fonologis merupakan fakta bahasa penting yang tidak patut diabaikan dalam penelitian bahasa. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian selanjutnya adalah: (4) Bagaimanakah wujud perubahan bahasa Or, baik yang terjadi sebagai proses secara internal maupun eksternal? (5) Mengapa perubahan tersebut terjadi dan faktor apa yang berpengaruh terhadap perubahan bahasa tersebut? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Klarifikasi terhadap rumusan masalah di atas perlu dilakukan untuk memperjelas ruang lingkup masalah penelitian ini terutama dari aspek jumlah bahasa yang diteliti dan aspek fakta kebahasaan yang dikaji. Untuk survei awal, penelitian ini mengamati enam bahasa, yakni satu bahasa di Pulau Kisar dan lima bahasa di Timor Leste. Selanjutnya, ditetapkan tiga bahasa NAN, yaitu bahasa Or, Ft, dan bahasa Mk dipilih sebagai objek penelitian. Penetapan atas tiga bahasa NAN sebagai objek penelitian, berdasarkan hasil pengumpulan data kuantitatif awal sebagai berikut.
6 6 Bagan 1: Persentase Kognat (Data Kuantitatif Awal) Fataluku 43 Makasai Bunak Tetun Kisar Tetun Bunak Makasai Fataluku Oirata Data yang dikumpulkan dengan menggunakan Daftar 200 kosakata dasar Swadesh (revisi Blust, 1980) itu menunjukkan bahwa ketiga bahasa Or-Ft-Mk lebih dekat dibandingkan dengan bahasa Bn dan bahasa-bahasa lainnya. Sebuah bahasa yang sering disebut (Capell, 1975), yakni bahasa Lov tidak ditemukan dalam pengumpulan data awal. Dengan demikian, pada survei awal ditetapkan tiga bahasa NAN sebagai objek penelitian. Bahasa Ks, salah satu bahasa AN dipilih sebagai bahasa kaji banding didasarkan atas fakta lapangan bahwa bahasa tersebut hidup berdampingan dengan bahasa Or (Fernandez, 2002). Pada penelitian lanjutan dilakukan pengamatan terhadap sembilan bahasa dengan mencermati pula unsur bahasa lain seperti bahasa In, Bel, Por, dan Am yang terserap pada bahasa Or. Fakta kebahasaan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi aspek leksikal, ciri fonologis, hubungan genetis bahasa Or, Ft, Mk, dan wujud perubahan bahasa Or. Ciri fonologis bahasa mencakup jumlah dan jenis vokal, konsonan, diftong, cluster, penyukuan, dan ciri unik lainnya yang ditemukan dalam setiap bahasa itu. Hubungan genetis meliputi pengelompokan bahasa berdasarkan bukti kuantitatif
7 7 dan kualitatif yang ditemukan, rekonstruksi protobahasa (protofonem dan protokata) pada kelompok dan subkelompok di bawahnya. Wujud perubahan bahasa terdiri atas pernik-pernik fonem dan tahapan pembentukannya menjadi mozaik fonologi dan asal-usul setiap fonem yang mungkin terjadi selama perjalanan bahasa sampai menjadi bahasa Or saat ini. 1.4 Hipotesis Berangkat dari data kuantitatif di atas dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan (de Jong, 1937), (Capell, 1944), (Cowan, 1965), (Greenberg, 1971), dan (Capell, 1975), hipotesis kekerabatan kelompok bahasa yang diteliti dimungkinkan membentuk silsilah dengan pola tripilah atau dwipilah. Jika silsilah relasi kekeratannya menganut pola tripilah dapat digambarkan dalam bentuk bagan 2, tetapi kalau kekerabatannya menganut pola dwipilah akan mengacu pada salah satu dari bagan 3. Bagan-bagan tersebut ditampilkan sebagai berikut. Bagan 2: Kekerabatan Bahasa Or-Ft-Mk dengan Pola Tripilah OFM Or Ft Mk
8 8 Bagan 3: Kekerabatan Bahasa Or-Ft-Mk dengan Pola Dwipilah A OFM B OFM OF FM Or Ft Mk Or Ft Mk Berdasarkan hasil survei awal di atas, di mana ketiga bahasa tersebut memiliki kedekatan dan angka persentase sementara yang ditemukan berbeda satu sama lain, dapat ditarik sebuah hipotesis kerja dalam bentuk silsilah dengan pola dwipilah seperti pada bagan 3: A. Alasannya adalah angka persentase kognat bahasa Or dengan bahasa Ft paling tinggi dibandingkan dengan angka persentase bahasa-bahasa yang lainnya. 1.5 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini merepresentasikan sejumlah rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas. Pertama, mengidentifikasi ciri esensial bahasa Or, Ft, dan bahasa Mk. Identifikasi ciri esensial bahasa itu dimaksudkan untuk memperoleh gambaran singkat keberadaan setiap bahasa itu dan mendeskripsikan secara konkret fonologi setiap bahasa secara sinkronik. Dengan demikian, secara fonologis sinkronik bahasa-bahasa itu tampak jelas kekhasannya sebagai bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya.
9 9 Kedua, mengklarifikasi relasi kekerabatan secara genetis bahasa-bahasa Or- Ft-Mk melalui pengelompokan dan rekonstruksi protobahasnya. Pengelompokan dilakukan berdasarkan bukti-bukti kuantitatif dan kualitatif yang ditemukan di lapangan. Rekonstruksi protobahasa merupakan penelusuran lebih lanjut terhadap bukti-bukti kualitatif untuk menemukan fakta keterwarisan unsur-unsur asali yang dimiliki bersama ketiga bahasa itu. Berdasarkan fakta-fakta kebahasaan itulah, klarifikasi hubungan genetis bahasa-bahasa itu menjadi jelas yang direalisasikan dalam bentuk garis silsilah bahasa (tripilah atau dwipilah). Berdasarkan pola hubungan genetis kelompok bahasa itu akan tergambar pula secara nyata posisi setiap bahasa dalam kelompok dan subkelompok di bawahnya. Kejelasan pola hubungan genetis bahasa Or-Ft-Mk yang diwujudkan melalui proses pengelompokan dan rekonstruksi protobahasanya dapat juga memberi makna sebagai pembuktian kembali pengelompokan Greenberg (1971) dan Capell (1975) yang diyakini mempunyai nilai strategis bagi pengelompokan bahasabahasa NAN yang lebih luas di kawasan itu. Ketiga, merunut asal-usul fonem yang mungkin terjadi pada bahasa Or. Kejelasan asal-usul fonem bahasa Or dapat memberi fakta sejarah perjalanan panjang bahasa ini sebagai bahasa yang berelasi secara internal antarsesama bahasa segenetis sebagai kelompok bahasa NAN dan berinteraksi secara eksternal dengan bahasa-bahasa lain di wilayah itu.
BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk
BAB IX TEMUAN BARU Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, berikut ini disajikan kristalisasi hasil penelitian sekaligus merupakan temuan baru disertasi ini. 9.1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7). Dalam
Lebih terperinciBAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.
BAB X SIMPULAN DAN SARAN 10.1 Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab
8.1 Simpulan BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan
Lebih terperinciEVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA DAN KEKERABATANNYA DENGAN BAHASA-BAHASA NONAUSTRONESIA DI TIMOR LESTE
EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA DAN KEKERABATANNYA DENGAN BAHASA-BAHASA NONAUSTRONESIA DI TIMOR LESTE Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Linguistik Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Alor. Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, maka amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang perlu dikaji
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN. penelitian Wakidi dkk. dengan judul Morfosintaksis Bahasa Blagar dan La Ino
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan tulisan ini, terutama dengan objek penelitian ini masih sangat jarang dilakukan. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut bahasa Or dan linguistik
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Beberapa hasil penelitian yang relevan patut dikaji berkaitan dengan objek penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Linguistik Historis Komparatif Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek
1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Para
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian data kebahasaan aktual yang masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah perbatasan antara wilayah tutur bahasa-bahasa Austronesia dengan wilayah tutur bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi
180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kajian relasi kekerabatan bahasa-bahasa di Wakatobi memperlihatkan bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi sebagai bahasa tersendiri dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa terjadi karena antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak memiliki hubungan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah
BAB II KERANGKA TEORETIS Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai masalah ini. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah hasil kajian Dempwolff
Lebih terperinciINVENTARISASI BAHASA-BAHASA DAERAH DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Inyo Yos Fernandez Inventarisasi HUMANIORA Bahasa-bahasa Daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur VOLUME 19 No. 3 Oktober 2007 Halaman 241 247 INVENTARISASI BAHASA-BAHASA DAERAH DI PROPINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciKlasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.
Klasifikasi (Abdul Chaer) Tipologi Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Bentuk Garis keturunan proto Induk bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia sudah banyak dilakukan. Namun tidak demikian penelitian mengenai ragamragam bahasa dan dialek.
Lebih terperinciPEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 365-351 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA
Lebih terperinciBahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan
Lebih terperinciT. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan salah
Lebih terperinciGLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR Suparman 1, Charmilasari 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciKLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK
KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK Jurnal Skripsi Oleh : Nursirwan NIM A2A008038 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 Klasifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan kekerabatan tersebut selanjutnya diabstraksikan dalam bentuk silsilah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedekatan hubungan dalam suatu komunitas dapat ditelusuri dengan mengamati kesamaan bahasa yang digunakan di komunitas tersebut. Bahasa, selain digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari bahasa Proto (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tentang Kajian Historis Komparatif pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak belum pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mentawai merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahasa Mentawai digunakan untuk berkomunikasi dalam aktivitas
Lebih terperinciKAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA
KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciRELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO. Gitit I.P. Wacana*
RELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO Gitit I.P. Wacana* ABSTRACT Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan relasi historis kekerabatan yang terdapat dalam bahasa Pamona, Bada dan Napu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia memiliki daya pikat tersendiri bagi peneliti asing. Meskipun
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, uraian masalah, tujuan, manfaat, asumsi dasar, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Bahasa
Lebih terperinciII. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN UJIAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sangat penting peranannya dalam masyarakat, karena tanpa bahasa manusia akan sulit untuk menyampaikan ide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa Melayu Standar, Serawai,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga
320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU 2.1 Konsep Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang menyangkut objek, proses, yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
Lebih terperinciLEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF Jurnal Skripsi Oleh: Kurnia Novita Sari NIM A2A008030 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciIDENTITAS GENETIS BAHASA BARANUSA DI NTT BERDASARKAN REFLEKSNYA TERHADAP PROTO-AUSTRONESIA
IDENTITAS GENETIS BAHASA BARANUSA DI NTT BERDASARKAN REFLEKSNYA TERHADAP PROTO-AUSTRONESIA Yunus Sulistyono 1 Inyo Yos Fernandez 2 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Keguruan dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN KHUSUS WILAYAH PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DAN/ATAU WILAYAH PERBATASAN BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah surga bahasa, terkenal sebagai negara dengan jumlah bahasa dan budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah surga bahasa, terkenal sebagai negara dengan jumlah bahasa dan budaya terbanyak di dunia. Jumlah bahasa daerah di seluruh kepulauan Indonesia yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam merupakan bagian yang integral dengan hidup manusia. Pengalaman manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan kedalam komunitas.
Lebih terperinci2 (Pasir) 1 di Provinsi Kalimantan Timur. Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian terhadap bahasa Paser (selanjutnya disingkat PSR). Kal
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki kekayaan yang sangat luar biasa, termasuk kekayaan aneka ragam bahasa yang dimiliki ditiap daerahnya. Menutur penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dalam kehidupan sosialnya berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan bahasa. Dalam sosiolinguistik, masyarakat tersebut kemudian disebut sebagai masyarakat
Lebih terperinciBAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pekerjaan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Daerah pengamatan yang akan dijadikan objek penelitian adalah Kelurahan
Lebih terperinciK A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14
K A N D A I Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14 KEKERABATAN BAHASA TAMUAN, WARINGIN, DAYAK NGAJU, KADORIH, MAANYAN, DAN DUSUN LAWANGAN (Language Kinship of Tamuan, Waringin, Dayak Nguji, Kadorih, Maanyan,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan
Lebih terperinciRELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif
RELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif Oleh I Gede Budasi FBS Undiksha-Singaraja Abstrak Makalah ini bertujuan: (1) mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat dipisahkan dari pengembangan bahasa nasional. Salah satu upaya untuk mengembangkan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dialektologi yang meletakkan titik fokus pada kajian kebervariasian penggunaan bahasa dalam wujud dialek atau subdialek di bumi Nusantara, dewasa ini telah
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciPANTULAN (REFLEKS) PROTO AUSTRONESIA (PAN) KE PROTOBAHASA KABOLA, PROTOBAHASA HAMAP, DAN PROTOBAHASA KLON DI PULAU ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR
Vol. 1, No. 1, Juli 2017, 32-45 PANTULAN (REFLEKS) PROTO AUSTRONESIA (PAN) KE PROTOBAHASA KABOLA, PROTOBAHASA HAMAP, DAN PROTOBAHASA KLON DI PULAU ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR Ida Ayu Iran Adhiti IKIP PGRI
Lebih terperinciPERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia. Karina Jayanti
PERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia Karina Jayanti BAHASA (Menurut Ahli) ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. (Depdiknas, 2005: 3) BAHASA (Menurut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERTUGAS DALAM OPERASI PENGAMANAN PADA PULAU-PULAU KECIL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus
Lebih terperinciHMT 322/4 Aspek-aspek Teori Linguistik Am Dan Penerapannya
UNIVERSITI SAINS MALAYSIA Peperiksaan Kursus Semasa Cuti Panjang Sidang Akademik 2000/2001 April/Mei 2001 HMT 322/4 Aspek-aspek Teori Linguistik Am Dan Penerapannya Masa : 3 jam Sila pastikan kertas peperiksaan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Antilla, Raimo An Itroduction to Historical and Comparative Linguistics. New York: Macmillan.
138 DAFTAR PUSTAKA Antilla, Raimo. 1972. An Itroduction to Historical and Comparative Linguistics. New York: Macmillan. Antonsen, Elmer H. 1990. Phonological Change: Phonetic, Phonemic, and Phonotactic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciJurnal TUTUR, Vol. 4 No. 1 Februari 2018 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL) KEBERTAHANAN FONOLOGIS BAHASA HELONG
KEBERTAHANAN FONOLOGIS BAHASA HELONG Halus Mandala Universitas Muhammadiyah Mataram e-mail: halusm@ymail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji kebertahanan fonologis salah satu bahasa dari kekerabatan bahasa.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciNo b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan sebuah negara (state s border) dapat dipandang dalam konsep batas negara sebagai sebuah ruang geografis (geographical space) dan sebagai ruang sosial-budaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat sekitar pengguna
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.
BAB 5 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Ditemukan perubahan kosakata di seluruh titik pengamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Dalam
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN GENETIS BAHASA KABOLA, BAHASA HAMAP, DAN BAHASA KLON DI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR. Ida Ayu Iran Adhiti IKIP PGRI Bali ...
PENGELOMPOKAN GENETIS BAHASA KABOLA, BAHASA HAMAP, DAN BAHASA KLON DI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Ida Ayu Iran Adhiti IKIP PGRI Bali Email:... Abstrak Pembinaan dan pengembangan bahasa di wilayah Nusa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1 Sejarah Singkat Penutur Bahasa Austronesia Penutur bahasa Austronesia diperkirakan telah mendiami kepulauan di Asia Tenggara sekitar 5000 tahun yang lalu. Mereka diduga berasal
Lebih terperinciKEKERABATAN BAHASA KABOLA, BAHASA HAMAP, DAN BAHASA KLON DI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR
DISERTASI KEKERABATAN BAHASA KABOLA, BAHASA HAMAP, DAN BAHASA KLON DI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR IDA AYU IRAN ADHITI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 iii DISERTASI KEKERABATAN
Lebih terperinciWAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO. Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM
WAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM 13010113130065 Program Studi S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIP INTISARI Waktu pisah dan kean
Lebih terperinciREFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL)
HUMANIORA Moh. Masrukhi VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 86-93 REFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL) Moh. Masrukhi* I. Pengantar ada hakikatnya perubahan bahasa adalah
Lebih terperinciBahasa dan Budaya Jawa Seloguding-an. di Kabupaten Probolinggo: Potret Kebertahanan. Sebuah Entitas Masyarakat Jawa Lama dalam Dominasi Madura
Bahasa dan Budaya Jawa Seloguding-an di Kabupaten Probolinggo: Potret Kebertahanan Sebuah Entitas Masyarakat Jawa Lama dalam Dominasi Madura Imam Qalyubi Pendahuluan Para ahli bahasa memperkirakan bahwa
Lebih terperinci2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan
Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Binti Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia 43400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah telah melahirkan desentralisasi fiskal yang dapat memberikan suatu perubahan kewenangan bagi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
Lebih terperinciJEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)
LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK) PENANGGUNGJAWAB PROGRAM Dr. Hj. Nurhayati, M. Hum. Dibiayai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam KBBI konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciPERBANDINGAN SISTEM NUMERALIA BAHASA BIAK DAN BAHASA DUSNER DI TELUK CENDRAWASIH PAPUA. Hendy Yuniarto
PERBANDINGAN SISTEM NUMERALIA BAHASA BIAK DAN BAHASA DUSNER DI TELUK CENDRAWASIH PAPUA Hendy Yuniarto hendyyuniarto@yahoo.com Abstrak Tulisan singkat ini membahas tentang perbandingan sistem numeralia
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap bahasa yang digunakan di masing-masing negara memiliki bunyi yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengucapan bunyi bahasa sebagai alat interaksi penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengucapan bunyi bahasa sebagai alat interaksi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengucapan inilah bisa jadi saling memahami antara manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna
Lebih terperinci