BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau
|
|
- Yuliani Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian yang relevan. Tujuannya, secara etis menghargai penulis-penulis terdahulu dan untuk menunjukkan keunggulan atau kekurangan serta posisi penulis di dalam rangkaian perjalanan ilmu pengetahuan yang telah berjalan lama (Subroto, 2007:96). Dari berbagai literatur penelitian yang peneliti telusuri belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia menggunakan teori Tata Bahasa Kasus.. Beberapa penelitian yang secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, disertasi yang berjudul Struktur Peran dalam Klausa Bahasa Indonesia yang diajukan oleh Mastoyo (2015) kepada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian Mastoyo ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur peran dalam klausa bahasa Indonesia. Tujuan utama tersebut diwujudkan melalui tujuan khusus, yaitu (a) memaparkan jumlah dan jenis makna predikator; (b) memaparkan jumlah dan jenis peran argumen; (c) memaparkan bentuk morfemis kategori predikator; dan (d) memaparkan pelbagai struktur peran dalam klausa. Dalam tujuan (b ) juga disinggung peran argumen dan peran non-argumen. 10
2 11 Kedua, skripsi yang berjudul Analisis Semantik Verba Proses dalam Bahasa Indonesia: Pendekatan Tata Bahasa Kasus Model Chafe (1970) yang disusun oleh Rahmawati (200 3) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam skripsi tersebut Rahmawati (i) merumuskan ciri sintaksis dan semantik verba proses bentuk D, ber-d dan me(n)-d, (ii) merumuskan tipe-tipe semantik verba proses bentuk D, ber-d dan me(n)-d, (iii) merumuskan struktur semantik dan proses pos-semantik verba proses bentuk D, ber-d dan me(n)-d, dan (iv) merumuskan proses derivasi verba proses bentuk D, ber-d dan me(n)-d dalam kaitannya dengan verba lain. Penelitian Verba Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia (Analisis Tata Bahasa Kasus) ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, terutama mengenai masalah utama yang dikaji. Penelitian ini lebih memfokuskan pada verba berprefiks ber- dalam hubungannya dengan nomina atau frasa nomina pengikut verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. B. Landasan Teori 1. Verba Menurut Kridalaksana, verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses; dalam bahasa Indonesia, kelas ini ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat dan lebih (2008:254). Alwi, et.al. menyatakan ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati perilaku semantisnya, perilaku sintaktisnya, dan segi bentuknya.
3 12 a. Perilaku Semantisnya Alwi, et.al. menyatakan bahwa setiap verba memiliki makna inheren yang terdapat di dalamnya. Makna inheren suatu verba tidak terikat dengan wujud verba, seperti berwujud kata dasar, kata yang tanpa afiks, atau kata yang dengan afiks. Verba dengan dasar seperti lari memiliki makna inheren menyatakan perbuatan. Demikian juga verba asal seperti pergi juga memiliki makna inheren menyatakan perbuatan. Adapun verba berafiks me- seperti menguning memiliki makna inheren menyatakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (2003:88-89). Alwi, et.al. juga menambahkan selain tidak terikat dengan wujud verba, makna inheren suatu verba juga tidak selalu berkaitan dengan status ketransitifan verba tersebut. Suatu verba taktransitif dapat memiliki makna inheren menyatakan perbuatan seperti lari atau memiliki makna inheren menyatakan suatu proses seperti menguning. Adapun verba transitif juga dapat memiliki makna inheren seperti halnya verba taktransitif. Hal itu dapat dilihat pada verba transitif memasak yang memiliki makna inheren menyatakan perbuatan (2003:89-90). b. Perilaku Sintaktisnya Alwi, et.al. menyatakan bahwa berdasarkan perilaku sintaktisnya, verba dibedakan menjadi dua, yaitu verba transitif dan verba taktransitif (2003:90). Alwi, et.al. menambahkan bahwa verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam
4 13 kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif (2003:91-93). Verba transitif dibedakan menjadi dua, yakni (i) verba ekatransitif adalah verba transitif yang diikuti oleh satu objek dan (ii) verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap (Alwi, et.al. 2003:91). Verba taktransitif atau juga disebut dengan verba intransitif adalah verba yang menghindarkan objek (Kridalaksana, 2008:255). Alwi, et.al. juga menyatakan bahwa verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif (2003:93). c. Segi Bentuknya Menurut Alwi, et.al. bahasa Indonesia memiliki dua macam bentuk verba, yakni (i) verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis seperti mandi dan (ii) verba turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan atau pada posisi sintaktisnya (2003:98). Verba turunan dibedakan lagi menjadi tiga subkelompok. (a) Verba yang dasarnya adalah dasar bebas, tetapi memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba (afiks digunakan secara wajib) seperti darat menjadi mendarat (Alwi, et.al. 2003:98).
5 14 (b) Verba yang dasarnya adalah dasar bebas yang dapat pula memiliki afiks (afiks digunakan secara manasuka) seperti (me)makan (Alwi, et.al. 2003:98). (c) Verba yang dasarnya adalah dasar terikat yang memerlukan afiks seperti bertemu (Alwi, et.al. 2003:98). Temu termasuk dalam verba dengan dasar terikat karena temu tidak dapat berdiri sendiri atau harus menggunakan afiks dalam sebuah kalimat. Hal itu dapat dilihat pada kalimat Ali bertemu Ani di kantor. Kalimat tersebut tidak dapat dinyatakan dalam kalimat *Ali temu Ani di kantor. 2. Tata Bahasa Kasus Tata bahasa kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya yang berjudul The Case for Case tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in Linguistic Theory terbitan Holt Rinehart dan Winston. Kemudian direvisi pada tahun 1970 (Chaer, 2007:370). Dalam teorinya, Fillmore membagi kalimat atas modalitas dan proposisi. Modalitas adalah satu himpunan dalam kalimat yang bercirikan negasi, kala, aspek, dan adverbial. Negasi adalah suatu penyangkalan, peniadaan, kata sangkalan. Misalnya dalam kalimat uang itu bukan milikku. Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam kalimat (Chaer, 2007:260), misalnya dalam kalimat Pak Lurah sedang mandi. Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu
6 15 secara internal dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses (Chaer, 2007:259), misalnya dalam kalimat dia sudah makan. Adverbial adalah suatu fungsi pemberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat (Sugono, 2008:12), misalnya dalam kalimat dia sangat cantik. Proposisi merupakan himpunan yang terdiri dari verba dan sejumlah nomina. Hubungan antara nomina dan verba itu disebut sebagai kasus. Pembagian kalimat atas modalitas dan proposisi menurut Fillmore adalah sebagai berikut. Kalimat modalitas proposisi negasi kala aspek adverbial verba kasus 1 kasus 2 kasus 3 Kasus dalam teori Tata Bahasa Kasus adalah hubungan antara verba dengan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini diberi label kasus. Misalnya dalam kalimat bahasa Inggris Jhon opened the door with the key, argumen 1 Jhon berkasus pelaku, argumen 2 door berkasus tujuan, argumen 3 key berkasus alat. Contoh
7 16 di atas jika dimasukkan ke dalam bagan pembagian kalimat atas modalitas dan proposisi menjadi seperti berikut. Jhon opened the door with the key modalitas proposisi kala verba pelaku tujuan alat past open Jhon door key Dalam perkembangan teori TBK, Fillmore merevisi kasus-kasus yang muncul berdasarkan hubungan antara verba dengan nomina dalam sebuah kalimat. Revisi kasus-kasus tersebut adalah agentif (A), experiencer (E), instrumental (I), Objektif (O), Lokatif (L), Sumber (S), goal (G), waktu (W), komitatif (K om), dan benefaktif (B). Berikut penjelasan kasus-kasus tersebut. a) Agentif (A) Agentif ialah kasus yang menandai pelaksana tindakan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:34 0). Agentif adalah kasus yang menyatakan pelaku atau pemrakarsa dari satu perbuatan atau pekerjaan (Parera, 1988: 125). Chaer menyebut kasus agentif dengan agent. Agent adalah pelaku perbuatan atau yang melakukan sesuatu perbuatan, seperti perbuatan
8 17 makan, menendang, dan membawa ( 2007:372). Misalnya Saya makan di kantin, Abi menendang bola, dan Ani membawa payung. b) Experiencer (E) Samsuri menyatakan experiencer adalah kasus yang menandai sesuatu yang dikenai atau terpengaruh oleh tindakan atau kegiatan yang dinyatakan oleh verba (1987:341). Parera menyebut experiencer dengan kasus pengalami. Kasus ini dituntut oleh satu verbum mengalami ; kasus ini menyatakan orang mengalami dan kena satu peristiwa psikologis, sensasi, emosi, dan kognitif (1988:125). Kasus experiencer adalah yang mengalami peristiwa psikologis. Misalnya seperti saya dan dia dalam kalimat Saya tahu dan Dia merasa takut. (Chaer, 2007:372). c) Instrumental (I) Instrumental ialah kasus yang menandai kekuatan atau objek yang terlibat secara kausal dalam tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341). Instrumen tal adalah kasus menyatakan dorongan, penyebab, alat terjadinya sesuatu (Parera. 1988:126). Saparnis dalam makalahnya yang berjudul Tata Bahasa Kasus ( Case Grammar) berpendapat bahwa kasus instrumental (Saparnis menyebutnya kasus Instrumen) adalah kasus yang mempunyai ciri [-hidup] yang
9 18 tidak bernyawa, secara kausal merupakan penyebab suatu tindakan atau keadaan yang diekspresikan oleh verba. Kasus ini diberi pemarkah dengan preposisi with dalam bahasa Inggris. Ini bukan berarti bahwa setiap frasa benda yang didahului oleh preposisi with adalah alat. Misalnya, Jhon opened the door with a key. a key merupakan alat untuk membuka pintu dan menyebabkan pintu terbuka (2008:128). d) Objektif (O) Objektif adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus apa saja yang diwakili oleh nomina yang peranannya dalam kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba diidentifikasi oleh penafsiran verba itu sendiri; konsep ini dapat secara nyata dibatasi pada benda-benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341). Objektif adalah kasus yang menyatakan nomen ini statis atau berkendaraan seperti yang dinyatakan oleh makna verbum; kasus ini paling netral (Parera. 1988: 126). Chaer menyebut kasus objektif dengan sebutan object. Yaitu sesuatu yang dikenai perbuatan, atau yang mengalami suatu proses. Misalnya adalah bola dan rumah dalam kalimat Dika menendang bola dan Pak Lurah membangun rumah (2007:372).
10 19 e) Lokatif (L) Lokatif adalah kasus yang menunjuk ke lokasi atau orientasi spasial suatu situasi atau tindakan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341). Lokatif adalah kasus yang menunjukkan tempat dari sesuatu nomen atau perubahan tempat dari nomen (Parera. 1988:126). Contoh kasus lokatif dalam sebuah kalimat misalnya, Anita mengajar di Aceh. Aceh merupakan kasus lokatif. f) Sumber (S) Samsuri menyatakan kasus sumber adalah kasus yang menyatakan asal mula atau titik permulaan yang dinyatakan oleh verba (1987:348). Sumber adalah yang menyatakan asal atau titik permulaan/awal (Parera, 1988:126). Menurut Saparnis, kasus sumber merupakan sumber atau penyebab terjadinya proses atau kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dalam kalimat Gempa meruntuhkan gedunggedung tinggi, Hayati mengecewakan aku, dan Angin menggoyangkan daun-daunan. Kata gempa, Hayati, dan angin merupakan sumber dari kegiatan, proses, atau keadaan yang disebutkan verba (2008:129). g) Goal (G) Sebelum direvisi kasus goal bernama kasus faktitif. Faktitif yaitu kasus sesuatu yang merupakan hasil tindakan atau
11 20 keadaan yang dinyatakan oleh verba atau dipahami sebagai bagian makna verba (Samsuri, 1987:341). Chaer menjelaskan bahwa kasus goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang kemudian. Contohnya adalah guru dalam kalimat Dia mau jadi guru (2007:372). h) Waktu (W) Waktu adalah kasus yang menunjuk ke orientasi temporal tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341). Waktu adalah kasus yang menyatakan orientasi waktu (Parera. 1988:126). Saparnis menjelaskan bahwa kasus waktu adalah waktu yang terpakai atau diduduki oleh suatu proses, kegiatan, atau keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dalam kalimat Tuti datang kemarin, kata kemarin adalah kasus waktu (2008:129). i) Komitatif (Kom) Komitatif adalah kasus yang menyatakan keikutsertaan sesuatu pada tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987: 341). Komitatif adalah kasus yang menyatakan peran kesertaan; kami sebut kasus peserta (Parera. 1988: 127). Saparnis menyebut kasus komitaif dengan sebutan kasus penyerta. Menurut Saparnis kasus penyerta adalah frasa benda yang mempunyai hubungan konjungtif dengan frasa benda lain, yang ditandai oleh preposisi dengan, bersama, dan sebagainya.
12 21 Contoh MS main catur dengan Latief dan MS bersama Latief main catur. Kata Latief merupakan kasus penyerta (2008:129). j) Benefaktif (B) Benefaktif adalah kasus yang menyatakan fungsi semantis memperoleh untung dari tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341). Benefaktif adalah kasus yang menyatakan nomen memperoleh, memiliki, dan atau kehilangan sesuatu; kasus ini kami sebut pula pemeroleh (Parera, 1988:126). Menurut Saparnis kasus benefaktif mempunyai ciri [+ hidup]. Kasus yang ditujukan bagi makhluk hidup (yang bernyawa) yang memperoleh keuntungan dari tindakan yang diperikan oleh verba (2008:129). Fillmore, dalam Saparnis menyatakan bahwa dalam Bahasa Inggris, kasus ini dinyatakan dengan preposisi for (2008:129). Dalam kalimat Jack opened the door for Paul, kata Paul menunjukkan kasus benefaktif. Benefaktif adalah nomina atau frasa nomina yang mengacu kepada orang atau binatang yang memperoleh keuntugan atau dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari tindakan verba (2008:129). Contoh dalam bahasa Indonesia adalah Ibu memberikan kepada adik, kata adik menunjukkan kasus benefaktif.
13 22 3. Klasifikasi Verba Chafe Chafe dalam Parera menggolongkan verba secara semantis menjadi empat jenis yaitu, verba keadaan, verba aksi, verba proses, dan verba aksiproses (1988:128). Berikut penjelasan mengenai keempat jenis verba di atas. a) Verba keadaan Verba keadaan adalah verba yang berfitur semantis keadaan. Fitur semantis adalah makna inheren yang terdapat di dalam suatu verba. Verba keadaan dapat menjadi jawaban dari pertanyaan subjek dalam keadaan apa?. Misalnya dalam kalimat Ani sakit, sakit merupakan jenis verba keadan. Sakit mengandung makna inheren suatu keadaan yaitu keadaan sakit. Secara lengkapnya jika makna inheren itu ditampakkan kalimat Ani sakit menjadi Ani dalam keadaan sakit. Sakit juga dapat menjadi jawaban dari pertanyaan Ani dalam keadaan apa?, Ani dalam keadaan sakit. b) Verba aksi Verba aksi adalah verba yang berfitur semantis aksi. Fitur semantis adalah makna inheren yang terdapat di dalam suatu verba. Verba aksi dapat menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan subjek?. Misalnya dalam kalimat Ani mandi. Mandi merupakan jenis verba aksi karena mandi mengandung makna inheren suatu perbuatan atau aksi. Makna
14 23 inheren yang terkandung dalam mandi adalah melakukan keagiatan mandi. Jadi jika makna inheren mandi dalam kalimat Ani mandi ditampakkan akan menjadi Ani melakukan kegiataan mandi. Mandi juga dapat menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan Ani? jawabannya adalah mandi. c) Verba proses Verba proses adalah verba yang berfitur semantis proses. Fitur semantis adalah makna inheren yang terdapat di dalam suatu verba. Verba proses dapat menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang terjadi pada subjek?. Dalam kalimat padi itu menguning. Menguning mengandung makna inheren suatu proses atau suatu perubahan dari yang sebelumnya tidak kuning menjadi kuning. Menguning juga dapat menjadi pertanyaan apa yang terjadi pada padi?, jawabannya adalah menguning. d) Verba aksi-proses Verba aksi-proses adalah verba yang berfitur semantis aksiproses. Fitur semantis adalah makna inheren yang terdapat di dalam suatu verba. Jadi verba aksi-proses adalah verba yang memiliki makna inheren aksi juga proses. Verba aksi-proses dapat menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan subjek terhadap objek?. Misalnya dalam kalimat Ali membunuh anjing. Membunuh merupakan jenis verba aksi-
15 24 proses karena verba membunh menuntut hadirnya dua nomina yang membunuh dan yang dibunuh. Kehadiran dua nomina yang mengikuti verba membunuh itu bersifat wajib karena jika salah satu nomina dilesapkan, maka akan terbentuk kalimat yang tidak berterima. *Ali membunuh dan *membunuh anjing. Makna inheren verba membunuh adalah suatu aksi membunuh sesuatu yang bernyawa serta mengandung makna proses membunuh sesuatu nomina yang awalnya bernyawa menjadi tidak bernyawa. Selain itu, verba aksi-proses juga dapat diketahui dengan menggunakan pertanyaan apa yang dilakukan subjek terhadap objek?. Dengan demikian, verba aksi-proses adalah verba yang mengandung makna inheren suatu aksi-proses dan memerlukan dua nomina dalam pengekspresiannya menjadi sebuah kalimat. C. Kerangka Pikir Deskripsi penelitian Verba Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia (Analisis Tata Bahasa Kasus) dapat dituangkan ke dalam kerangka pikir sebagai berikut. 1. Tahap pertama, yakni penulis menentukan permasalahan mengenai kasus verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Dalam pengekspresiannya verba berprefiks ber- memiliki beberapa kasus yang disebabkan oleh makna semantis yang dimiliki masing-masing verba. Verba berprefiks ber-
16 25 diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu verba keadaan, verba aksi, verba proses, dan verba aksi-proses. 2. Tahap kedua, yakni penulis mendeskripsikan kasus-kasus apa saja yang dimiliki verba berprefiks ber-. Setelah mengetahui kasus-kasus apa saja yang dimiliki verba ber- penulis menyusun kerangka kasus yang dimiliki verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. 3. Tahap ketiga, penulis mendeskripsikan analisis teori Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks ber- bahasa Indonesia. 4. Tahap keempat, penulis menyimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan berdasarkan analisis kasus verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia.
17 26 Bagan Kerangka Pikir Verba Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia (Analisis Tata Bahasa Kasus) Verba Berprefiks ber- V. Keadaan V. Aksi V. Proses V.Aksi-Proses Kasus-kasus yang dimiliki verba berprefiks ber- Kerangka kasus verba berprefiks ber- Analisis teori Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Simpulan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinciTata Bahasa Kasus (Case Grammar)
Tata Bahasa asus (Case Grammar) Suparnis Abstract: Case grammar was first introduced by Charles J. Fillmore. It is a modification of the theory of grammar transformation which previously presents the conceptual
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinci3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.
1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciKata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract
PERILAKU OBJEK KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Mas Sukardi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Vetaran Bangun Nusantara Jl. S. Humardani Jombor Sukoharjo/ Mahasiswa S3 Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciPerhatikan kalimat di bawah ini!
KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciPEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI
PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan
Lebih terperinciVERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA
VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O
Lebih terperinciFUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO
FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciOBJEK DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Wagiati*) Abstract
OBJEK DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Wagiati*) Abstract Object as one of syntactic function with the following features (1) it is on the rightmost of transitive active verbs, (2) it becomes subject if the
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kajian lintas bahasa, adjektiva merupakan kategori yang memberikan keterangan terhadap nomina (Scrachter dan Shopen, 2007: 18). Senada dengan pernyataan tersebut,
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS VERBA INFLEKSIONAL BAHASA INDONESIA (Syntactic Categories of Inflectional Verbs in Indonesian Language) oleh/by: Wagiran
PERILAKU SINTAKSIS VERBA INFLEKSIONAL BAHASA INDONESIA (Syntactic Categories of Inflectional Verbs in Indonesian Language) oleh/by: Wagiran Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Gedung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciVERBA BERPREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Tata Bahasa Kasus)
VERBA BERPREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Tata Bahasa Kasus) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciFUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA
FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kata Keterangan Batasan dan Ciri Kata Keterangan Kata Keterangan dari Segi Bentuknya
II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada babbab selanjutnya. 2. 1 Kata Keterangan 2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Keterangan Menurut tatarannya kata keterangan
Lebih terperinciKLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D
KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS VERBA DEADJEKTIVA DALAM BAHASA INDONESIA
PERILAKU SINTAKSIS VERBA DEADJEKTIVA DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian ini meliputi : (i) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (ii) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia,
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinciI. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam
I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal
Lebih terperinciBAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA
MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciOleh Septia Sugiarsih
Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata
Lebih terperinciBASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)
BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).
Lebih terperinciPENGGUNAAN VERBA PADA SURAT KABAR KOMPAS
PENGGUNAAN VERBA PADA SURAT KABAR KOMPAS Nusarini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pos-el: nusarini@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciVERBA TRANSITIF DAN OBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA
Linguistik Indonesia Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, 69-75 Copyright 2010 by Masyarakat Linguistik Indonesia VERBA TRANSITIF DAN OBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma* Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciKAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES
1 KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES Suci Ramdani, Hana Nimashita, Nana Rahayu ramdanijantapan@gmail.com, hana_nimashita@yahoo.co.id, nana_rh12@yahoo.com Number Phone: 085272517366 Japanese Language Study
Lebih terperinciPERAN LOKATIF DALAM NOVEL THE HUNGER GAMES: SUATU KAJIAN SEMANTIS
Akhmad Haqiqi Ma mun: Peran atif dalam Novel PERAN LOKATIF DALAM NOVEL THE HUNGER GAMES: SUATU KAJIAN SEMANTIS Akhmad Haqiqi Ma mun FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr HAMKA Jakarta Korespondensi: Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,
654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciKONSTITUEN PASCAVERBA PASIF YANG BERMORFEM TERIKAT DI-+ {-KAN/ -I} DALAM BAHASA INDONESIA: Kajian Struktur dan Makna
KONSTITUEN PASCAVERBA PASIF YANG BERMORFEM TERIKAT DI-+ {-KAN/ -I} DALAM BAHASA INDONESIA: Kajian Struktur dan Makna TESIS diajukan sebagai bahan Sidang Magister pada Program Studi Ilmu Sastra Bidang Kajian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran
Lebih terperinciBAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN
BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN Oleh: Jatmika Nurhadi (060801) Dadang Baharudin Yusup (060525) DAFTAR ISI 1. STRUKTUR BATIN DAN STRUKTUR LAHIR 2. PROPOSISI 3. KONSTITUEN SEBAGAI REALITA PSIKOLOGIS 4.
Lebih terperinciKATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257
KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinciPENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kata Benda Batasan dan Ciri Kata Benda yang + kata sifat Kata Benda Dasar
3 2 TINJAUAN PUSTAKA Ada dua masalah yang menjadi tinjauan dalam menganalisis pembentukan kata benda pada bahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph. Pertama, masalah aturan pembentukan kata benda
Lebih terperinciPERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.
PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
Lebih terperinci2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations
2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciVERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS
STRUKTUR KLAUSA VERBAL DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG: SUATU ANALISIS KONTRASTIF Wahya, Nani Sunarni, Endah Purnamasari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian
Lebih terperinciAnalisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak
Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Lebih terperinciIHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI)
IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI) Pada beberapa bahasa aspek, temporalitas, dan modalitas merupakan subbahasan semantik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada,
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat
9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciAnalisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia
Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.1 Kata Kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan
Lebih terperinciVERBA BERPELENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA SUATU KAJIAN STRUKTUR DAN SEMANTIK. Eni Karlieni Fakultas Sastra Unpad Bandung
VERBA BERPELENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA SUATU KAJIAN STRUKTUR DAN SEMANTIK Eni Karlieni Fakultas Sastra Unpad Bandung Abstract This research study attempts to describe morphological forms of verbs with
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi
Lebih terperinciFRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI
FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis).
24 BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
Lebih terperinciK A N D A I. Volume 9 No. 1, Mei 2013 Halaman 59-70
K A N D A I Volume 9 No. 1, Mei 2013 Halaman 59-70 HUBUNGAN PERAN ALAT DENGAN VERBA BERDASARKAN PERILAKU SEMANTIS: KAJIAN SINTAKTIS DAN SEMANTIS (The Relationship Between The Instrument Role and Verbs
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAKAIAN VERBA AKTIF SEBAGAI PREDIKAT DALAM BERITA UTAMA KORAN KOMPAS EDISI OKTOBER 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh:
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai bahasa khususnya kalimat aktif dan pasif dengan menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 1. Penelitian yang berjudul
Lebih terperinci