BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27
|
|
- Yohanes Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor Timur dari dan kemudian menjadi sebuah negara melalui referendum pada 30 Agustus Secara administratif RDTL dibagi menjadi tiga belas distritu, yaitu Aileu, Ainaro, Baucau, Bobonaro, Cova-Lima, Ermera, Lautem, Liquica, Manatuto, Maliana, Manufahi, Oecussi, dan Viqueque. Di antara tiga belas distrik yang telah disebutkan di atas memiliki ragam bahasa dan budaya yang berbeda-beda karena terdapat tiga puluh dua bahasa lokal yang saat ini tetap hidup dan tersebar hampir di semua wilayah RDTL dengan jumlah penutur yang cukup banyak. Salah satu dari bahasa-bahasa itu adalah bahasa Makasae (selanjutnya disingkat BMk) yang saat ini masih aktif digunakan oleh para penuturnya dan berkembang sebagai alat komunikasi, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dalam penelitian Correia (2011) dijelaskan bahwa nenek moyang BMk begitu juga bahasa-bahasa rumpun Papua Timor seperti, Pantar dan Alor, diperkenalkan pada pulau itu kira-kira tahun yang lalu oleh para pengembara dari Bomberai Penisula, Papua Barat. Bukti yang berhubungan dengan linguistik memberi kesan bahwa para pengembara Papua yang dulunya berusaha menghindari gangguan dari para penyerbu orang-orang pelaut 1
2 2 Austronesia yang berlayar ke Ceram, kemudian mereka masuk ke pulau-pulau berikutnya yang saat ini disebut laut Arafura. Mereka terus berlayar menuju ke Timor, Wetar, Alor, dan Flores kemudian bermukim di sana dan melakukan pernikahan campuran dengan penduduk asli setempat. Logat Bomberai mereka ditanamkan di daerah-daerah ini, tetapi pengaruh dari golongan pra-papua cukup berpengaruh sehingga melahirkan bahasa muncul di mana-mana. Dalam hal ini BMk memiliki beberapa dialek, seperti dialek Watulari, dialek Ossu, dialek Laga dan dialek Quelicai. Perbedaan dialek yang satu dengan yang lain disebabkan oleh penggunaan intonasi kalimat dan kosa kata, tetapi semua penutur dari keempat dialek tersebut masih dapat berkomunikasi dengan penutur BMk yang lain. Daerah sebaran BMk mencakup tiga distritu, yaitu Distritu Baucau, Distritu Viqueque, dan Distritu Lospalos. Akan tetapi, BMk paling banyak digunakan di Distritu Baucau yang terdiri atas enam (subdistrik/kecamatan), yaitu Subdistrik Baguia, Baucau, Quelicai, Laga, Venilale, dan Vemasse. Selanjutnya, BMk paling banyak digunakan di Subdistrik Laga, Quelicai, dan Baguia, sedangkan Subdistritu Venilale dan Vemase berbahasa Waima a dan Imidiki Kairui. Subdistritu Baucau menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Makasae, bahasa Waima a, dan bahasa Tetun. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat di Baucau masih menggunakan BMk sebagai alat komunikasi sehari-hari oleh penuturnya antara satu dengan yang lain. Selain itu, BMk juga digunakan dalam upacara adat, misalnya, upacara penyambutan kelahiran, kematian dan perkawinan selain berfungsi sebagai alat komunikasi antara intraetnis dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Begitu juga BMk digunakan dalam
3 3 melestarikan warisan karya sastra lisan, seperti (1) Rakalele (tuturan yang dilagukan untuk mengiringi tarian ketika menebang pohon untuk membuat rumah adat yang sakral), (2) Datalolo (cerita rakyat), (3) Lopoda (upacara untuk memperingati kelahiran bayi), (4) Data su a (upacara untuk permohonan keselamatan), dan (5) Tetelee (nyanyian untuk kematian atau kesedihan). Pada umumnya bahasa-bahasa yang ada di RDTL belum memiliki tulisan sehingga penggunaannya masih difokuskan pada bentuk lisan dan bukan pada bentuk tulisan karena hampir semua bahasa-bahasa lokal di RDTL belum memiliki bahasa tulis dan masih digunakan secara lisan. Selain BMk, ada bahasa asing yang juga cukup aktif digunakan di RDTL, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Portugis. Bahasa Portugis digunakan sebagai bahasa kenegaraan dan bahasa Tetun sebagai bahasa nasional RDTL, sedangkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pekerja. Correia (2011:6) menjelaskan bahwa jumlah penutur BMk paling banyak keempat di RDTL dengan jumlah 110,960,11 dan masing-masing dapat mengusai dua bahasa atau bahkan bisa menguasai lebih dari tiga bahasa daerah. Juliette (2008) juga menjelaskan bahwa BMk merupakan rumpun bahasa Papua (Trans- New Guenia) yang memiliki penutur di samping bahasa daerah lainnya, seperti bahasa Fataluku, bahasa Makalero, bahasa Galole, bahasa Imidiki-Kairui, bahasa Waima a, dan bahasa-bahasa lainnya. Selanjutnya, Correia (2011:25) menjelaskan bahwa dari aspek fonologi BMk memiliki lima buah vokal dasar, yaitu /a/ /e/ /i/ /o/ /u/. Selain lima buah vokal yang telah disebutkan di atas, BMk juga memiliki tiga belas konsonan asli, yaitu /b/ /d/ /f/ /g/ /h/ /k/ /l/ /m/ /n/ /r/ /s/
4 4 /t/ /w/ /'/ dan ditambah dengan empat konsonan asing, yaitu /p/ /r/ /z/ /v/. Moravcsik (2013) dalam bukunya yang berjudul Introducing Language Typology membagi tipologi bahasa menjadi lima bagian, yaitu (i) tipologi leksikal, (ii) tipologi sintaktik, (iii) tipologi morfologi, serta (iv) tipologi fonologi dan tipologi perubahan bahasa. Berdasarkan uraian Moravcsik di atas maka penelitian ini hanya difokuskan pada relasi gramatikal untuk menentukan seperti apa fenomena kebahasaan pada BMk dari aspek tipologi sintaksis. Hal lain yang juga menarik dari BMk untuk dijadikan objek penelitian karena struktur dasar BMk dibangun melalui SOV. Dari aspek morfologi BMk tergolong dalam bahasa isolasi yang miskin dalam proses pemarkah morfologis, baik dari klausa intransitif klausa transitif, ekatransitif, maupun klausa dwitransitif. Ketika BMk digunakan, bentuk asal verba tidak terikat karena verba BMk bisa berdiri sendiri tanpa pemarkah morfologis. Berikut ini adalah tata urutan kanonik BMk. a. SV b. SOV c. OSV Predikat BMk disusun oleh unsur verba yang dibedakan menjadi klausa intransitif dan transitif. Selanjutnya, klausa transitif diperluas menjadi klausa berpredikat verba ekatransitif dan dwitransitif/ditransitif. Berikut ini adalah contoh tentang tata urut klausa intransitif BMk yang tidak mengalami proses morfologis atau verba persesuaian dengan subjek, baik dari subjek persona tunggal maupun subjek persona jamak yang merupakan ciri khas bahasa isolasi.
5 5 a) Subjek + Verba (1.1) Ani la a 1T pergi Saya pergi (1.2) Ini erata 2J tiba Kami tiba (1.3) Pi la a 1J pergi Kita pergi (1.4) Ai erata 2T tiba Kamu tiba Klausa intransitif BMk pada contoh ( ) di atas menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pemarkah khusus morfologis atau verba persesuaian pada frasa verba intransitif BMk, baik pronomina persona pertama tunggal maupun pronomina persona ketiga jamak. Verba BMk bisa berdiri sendiri dan tidak memiliki verba persesuaian pada pronomina pertama tunggal sampai dengan pronomina ketiga jamak. Berikut ini adalah contoh verba klausa transitif BMk. b) Subjek + Objek + Verba (1.5) Ani gi ti ala 1T 3T tendang Saya menendang dia (1.6) Ai gi base 2T 3T pukul Kamu memukul dia (1.7) Ini atesia saunu 2J ubi kayu tanam Kami menanam ubi kayu
6 6 (1.8) Gi teli ko e 3T jagung panen Dia panen jagung Klausa transitif BMk pada contoh ( ) di atas juga menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pemarkah morfologis dan verba persesuaian dengan frasa verba BMk, baik dari pronomina persona pertama tunggal maupun pronomina pesona ketiga jamak. c) Pasien+Agen+Verba (1.9) Gi ani ini base 3T 1T MARK PAS-pukul Dia saya pukul (1.10) Arabau era ini lasi Kerbau 3J MARK PAS-potong Kerbau mereka potong (1.11) * Seu pi nawa Daging 1J makan Daging makan kita (1.12) * Arabau era lasi Kerbau 3J PAS-potong Kerbau memotong mereka Berbeda dari klausa adanya pemarkah ini apabila objek dalam klausa transitif muncul di awal kalimat untuk membentuk kalimat pasif. Namun, BMk tidak seperti bahasa Indonesia yang memiliki pemarkah pasif di dan ter untuk membentuk kalimat pasif. Tetapi apabila tidak ada pemarkah ini ketika subjeknya bukan persona (animate) maka kalimat itu menjadi tidak gramatikal secara semantis.
7 7 d) Klausa Dwitransitif Jika klausa ekatransitif menuntut kehadiran dua argumen inti, maka berbeda dengan klausa dwitransitif/ditransitif yang menuntut kehadiran tiga argumen inti dalam kalimat. Contohnya dalam bahasa Indonesia, klausa ditransitif salah satunya ditandai oleh pemarkah morfologis kan yang berfungsi untuk meningkatkan kehadiran argumen, contohnya pada klausa saya membeli baju (verba membeli mengikat dua argumen, saya dan baju ), kemudian saya membelikan adik baju (verba membelikan mengikat tiga argumen, saya, adik, dan baju ). Berikut ini adalah contoh klausa dwitransitif. (1.13) Abo asukai era gau paunu seranake Kakek 3J POSP roti bawa Kakek membawa roti untuk mereka (1.14) Mama ani gau nawa-nawa asaara ma u Mama 1T POSP makanan kirim Mama mengirim makanan untuk saya (1.15) Mama ini nawa-nawa ma ani gau asaara ma u Mama FOK makanan MARK 1T POSP kirim Mama yang mengirimi saya makanan (1.16) Nawa-nawa mama ini ma ani gau asaara ma u Makanan mama FOK MARK 1T POSP kirim Makanan mama yang kirim untuk saya Berdasarkan contoh klausa dwitransitif/ditransitif pada klausa (1.13) - (1.16) yang telah diuraikan di atas, yakni menunjukkan bahwa setiap klausa terdapat tiga argumen inti yang hadir pada struktur klausa tersebut. Setiap bahasa tentu dibangun melalui dua frasa penting, yakni frasa nomina (FN) dan frasa verba (FV). Demikian juga klausa dasar BMk yang dibentuk melalui FN dan FV sebelum beberapa frasa tambahan, seperti Fnum, FP,
8 8 FA, dan F.ADV. Berikut ini adalah beberapa contoh tentang konstruksi klausa dasar BMk nonverba. (1.17) Gi ani base 3T 1T pukul Dia memukul saya (1.18) Bai lola e Babi dua Babi dua ekor (1.19) Pi oma isi e e 1J rumah POSP Kita ada di rumah (1.20) Era gira-gira 3J gila Mereka gila (1.21) Ini e e ere 2J di sini Kami di sini (1.22) Ai pulisi 2T polisi Kamu polisi Data pada contoh klausa ( ) di atas adalah gambaran untuk membentuk klausa dasar BMk, baik dari klausa verba maupun dengan klausa nonverba. Klausa (1.17) terdiri atas dua frasa nomina, dan satu frasa verba, klausa (1.18) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa numeralia, klausa (1.19) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa posposisi, klausa (1.20) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa adjektiva, klausa (1.21) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa adverbia, dan klausa (1.22) terdiri atas dua frasa nomina. Dalam kaitan ini, Artawa (1998:21) berpendapat bahwa pembahasan relasi gramatikal menyangkut istilah akusatif, ergatif atau S-terpilah yang biasa
9 9 digunakan untuk menjelaskan suatu pola relasi gramatikal. Secara morfologis hal ini relatif mudah dilihat, misalnya, pada bahasa Inggris, tetapi hal ini sangatlah tidak mudah untuk dilihat atau dijelaskan pada bahasa-bahasa Austronesia Barat, seperti pada bahasa Filipina. Berdasarkan pendapat Artawa di atas, dapat dilihat permasalahan relasi gramatikal BMk yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Papua (Trans-New Guenia). Untuk mengetahui apakah BMk cenderung ke dalam bahasa yang bertipe nominatif-akusatif, ergatif-absolutif, atau dengan sistem S-terpilah, maka harus diadakan pengetesan melalui struktur kalimat atau klausa. Berbicara tentang struktur klausa/kalimat suatu bahasa tertentu sangatlah penting dan harus dilihat struktur kalimat dasar yang terkait dengan kehadiran argumen inti di dalam klausa/kalimat tersebut. Oleh karena dengan mengetahui pola struktur dasar bahasa tersebut akan menjadi penentu tipologi suatu bahasa apakah bahasa X itu bertipe bahasa akusatif, ergatif, atau S-terpilah? Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas maka penelitian relasi gramatikal tipologi sintaksis ini dilakukan untuk mengkaji dan menentukan secara khusus tentang tipologi BMk. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah disajikan pada latar belakang di atas, yakni menunjukkan bahwa fenomena kebahasan bahasa Makasae khususnya tipologi relasi gramatikal menarik untuk diteliti. Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
10 10 a. Bagaimanakah struktur dasar klausa BMk? b. Bagaimanakah sistem pivot BMk? c. Bagaimanakah tipologi relasi gramatikal BMk? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperkaya wawasan kajian struktur dasar klausa BMk dengan mengkaji fenomena kebahasaan dari aspek tipologi relasi gramatikal supaya dapat menentukan tipologi BMk. Dari aspek teoretis, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan penerapan teori tipologi bahasa supaya dapat menentukan konstruksi tipe klausa dasar BMk. Penelitian ini juga bertujuan memberikan kontribusi bagi peneliti berikutnya yang ingin membawa BMk ke arah yang berbeda yang belum tersentuh dalam penelitian ini. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang meliputi tiga hal, yaitu (1) menganalisis struktur dasar klausa BMk, (2) menganalisis sistem pivot BMk, dan (3) menganalisis tipologi relasi gramatikal yang diharapkan dapat memberikan pemetaan yang komprehensif pada BMk sebagai salah satu bahasa rumpun Papua atau Non-Austronesian yang masih dijaga keberadaannya oleh para penuturnya.
11 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat penting yang harus dicapai, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis yang diharapkan bisa memberi sumbangan bagi BMk dan dapat diterapkan secara maksimal. Kedua manfaat penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah linguistik, khususnya linguistik mikro dalam usaha memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan relasi gramatikal, khususnya tipologi sintaksis. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa pengetahuan baru bagi pencinta linguistik, khususnya pada relasi gramatikal BMk tipologi sintaksis dan memberikan kontribusi bagi pengembangan BMk sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana fenomena keunikan yang ada pada BMk. Penelitian ini juga bertujuan menerapkan teori tipologi dan teori tata bahasa relasional dalam menelaah relasi gramatikal BMk sebagai bahasa non-austronesia di RDTL Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bahan ajar di sekolah-sekolah karena sejauh ini belum ditemukan buku tata bahasa BMk yang bisa dijadikan sebuah pedoman pengajaran di Distrik Baucau, Viqueque, dan
12 12 Lospalos di RDTL. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan langkah yang positif bagi penutur BMk dalam usaha mempertahankan dan melestarikan bahasanya supaya pada masa mendatang BMk terus dijaga keberadaannya sehingga mampu hidup sejajar dengan bahasa Austronesia atau non Austronesia yang ada di RDTL.
BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa
Lebih terperinciTESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS
TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS ANTONIO CONSTANTINO SOARES PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciVERBA BERVALENSI SATU, DUA, DAN TIGA PADA BAHASA MAKASAE
VERBA BERVALENSI SATU, DUA, DAN TIGA PADA BAHASA MAKASAE Antonio Constantino Soares Master of Linguistics Program, Udayana State University Email: antoniosoares907@yahoo.com Abstract Makasae language which
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1976 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR DAN KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DI TIMOR TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman moderen ini dunia teknologi berperan sangat penting di bidang komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam melakukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Relasi gramatikal BMk kajian tipologi sintaksis dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah
Lebih terperinciALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA
ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA I Wayan Budiarta STIBA Mentari Kupang Jalan Mentari II/4 Km 06 Oesapa Kupang Telepon 0380-823132 budy4rt4@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini berjudul
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,
654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
Lebih terperinciKLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D
KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciLAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN
LAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN 1. Lampiran ini menyediakan gambaran umum kemiskinan di Timor Lorosae berdasarkan data Indonesia sampai tahun 1999. 2. Selama tahun 1999, 56 persen penduduk Timor
Lebih terperinciREGULASI NO. 2000/14
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10
Lebih terperinciPERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi
PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciTATA URUTAN KATA BAHASA ILIUNG DIALEK TUGUNG: Sebuah Kajian Awal Berdasarkan Tipologi Sintaksis
JIPB, Vol. 01, No. 02, Mei 2014 ISSN: 2303-2820 TATA URUTAN KATA BAHASA ILIUNG DIALEK TUGUNG: Sebuah Kajian Awal Berdasarkan Tipologi Sintaksis Fredy Frits Maunareng & Nirmalasari M. Malaimakuni Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para linguis historis komparatif Indonesia selama ini pada umumnya lebih tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama diakui bahwa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan wilayah di Timor Leste khusunya di distrit Ermera dan Sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timor Leste merupakan negara kecil ini mempunyai luas (14.609, 38 km 2 ), yang terdiri dari 13 distrit diantaranya : Distrit Aileu, Ainaro, Baucau, Bobonaro, Cova lima,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. BG digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa
Lebih terperinciFENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1. Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang
FENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1 Abstrak Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang e-mail: juf_ely@yahoo.com Dikotomi tipologis struktur gramatikal bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciDESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA: Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Bidang Ilmu Humaniora DESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura Peneliti Utama Dr. Akhmad Sofyan, M.Hum Anggota
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan Berikut ini disajikan simpulan dari seluruh rangkaian kegiatan studi tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinci10 Jenis Kata Menurut Aristoteles
Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berpenduduk ±120 juta jiwa. Selain menjadi bahasa nasional, BJ juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang (selanjutnya disingkat BJ) digunakan sebagai alat komunikasi atau pengantar dalam interaksi kehidupan oleh masyarakat Jepang yang berpenduduk ±120 juta
Lebih terperinciPERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1
PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 F. X. Sawardi Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret saward2012@gmail.com Abstrak Artikel ini membicarakan perilaku tipe
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada keterampilan mendengar dan
Lebih terperinciPerhatikan kalimat di bawah ini!
KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciKata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract
PERILAKU OBJEK KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Mas Sukardi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Vetaran Bangun Nusantara Jl. S. Humardani Jombor Sukoharjo/ Mahasiswa S3 Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengantar Pembahasan pada bab ini tentang sejarah singkat pemerintahan Timor Leste dan pra kondisi penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste. Hal ini diperlukan
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas suku bangsa yang beragam dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar
Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis
Lebih terperinciSTRUKTUR KLAUSA BAHASA MUNA DIALEK GULAMAS
STRUKTUR KLAUSA BAHASA MUNA DIALEK GULAMAS Indra Saputra Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah struktur klausa verbal bahasa Muna dialek Gulamas? Penelitian ini bertujuan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).
Lebih terperinciSENSUS PENDUDUK DAN PERUMAHAN JULI 2010
Kopi...dari... República Democrática de Timor-Leste SENSUS PENDUDUK DAN PERUMAHAN JULI 20 KUISIONER RUMAHTANGGA BAGIAN 1. IDENTIFIKASI LOKASI Kode 1. Distrik (Kabupaten)... 2. Sub-distrik (Kecamatan)...
Lebih terperinciAGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA
AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan
BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinci