BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang konsep-konsep yang akan diteliti. Arikunto (2007:127) mengatakan bahwa Kerangka teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung dalam penelitian. Penelitian yang membahas suatu permasalahan haruslah didukung teoriteori dari pemikiran para ahli. Selain itu, penggunaan teori dalam sebuah penelitian juga mempunyai dasar yang kuat dalam memperoleh suatu kebenaran. Mengingat pentingnya teori, maka dalam uraian ini penulis akan memberikan uraian dari variabel yang akan diteliti. 1. Kesalahan Berbahasa a. Pengertian Kesalahan Berbahasa Keterampilan berbahasa mengenal adanya keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang melaksanakan aktivitas berbahasa dengan sengaja atau tidak sengaja, pasti membuat kesalahan. Kesalahan biasanya bersifat sistematis dan terjadi secara konsisten, sehingga jika tidak diperbaiki maka kesalahan itu dapat berlangsung lama. 9

2 10 Pateda (1998:57) menyatakan tiga kategori dasar kesalahan, yaitu: 1. kesalahan presistematik, yakni kesalahan yang muncul ketika si terdidik mencoba mengatasi persoalan penggunaan bahasa 2. kesalahan sistematis, yakni kesalahan yang muncul apabila si terdidik telah memiliki kompetensi bahasa tertentu atau bahasa sasaran 3. kesalahan pascasistematik, yakni kesalahan yang dibuat si terdidik ketika ia mempraktikkan bahasa. Maka dari itu, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Tarigan (1984:126) bahwa, Kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian bahasa disebabkan oleh faktor kompetensi. Analisis kesalahan berbahasa sangat diperlukan untuk mengetahui betapa bahasa diucapkan, ditulis, disusun, dan berfungsi (Samsuri, 1987:6). Tujuan analisis kesalahan berbahasa yaitu sebagai umpan balik demi kepentingan penyusunan materi pembelajaran bahasa (Parera, 1997:141). Lebih lanjut, Wilkins (dalam Parera, 1997:142) menyatakan bahwa dengan teori analisis kesalahan berbahasa, orang dapat langsung menjelaskan kesalalahan-kesalahan berbahasa siswa dengan lebih memuaskan, lebih langsung, lebih berhasil, dan menghemat waktu. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa berarti kegiatan yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui, mengklasifikasikan, serta mengevaluasi kesalahan dalam berbahasa, supaya terdapat adanya pemahaman yang lebih baik.

3 11 b. Jenis Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa memiliki berbagai jenis sesuai dengan letak dari kesalahan yang terjadi dalam kegiatan berbahasa. Pateda (1998:50) menyebutkan kesalahan berbahasa tersebut di antaranya (1) daerah kesalahan fonologis; (2) daerah kesalahan morfologis; (3) daerah kesalahan sintaksis; dan (4) daerah kesalahan semantis. Hastuti (1989:73) juga menyebutkan empat jenis kesalahan berbahasa, yaitu (1) kesalahan leksikon; (2) kesalahan sintaksis; (3) kesalahan morfologis; dan (4) kesalahan ortografi. Kemudian Tarigan (1984:178) berdasarkan taksonomi linguistik membedakan kesalahan berbahasa atas kesalahan fonologi, kesalahan morfologi, kesalahan sintaksis, dan kesalahan leksikon. Kesalahan fonologi mencakup kesalahan pelafalan dan penulisan fonem, kata baku dan tidak baku. Kesalahan morfologi terdiri dari kesalahan afiks, kesalahan kata ulang, kesalahan kata majemuk, dan kesalahan bentuk kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel, sedangkan kesalahan leksikon meliputi kesalahan penggunaan kata yang tidak atau kurang tepat. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa jenis kesalahan berbahasa terdiri dari kesalahan fonologis, morfologis, sintaksis, semantis, ortografi, dan leksikon. Pada penelitian ini, penulis hanya akan

4 12 memfokuskan pada analisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis, yang mencakup kesalahan pada frasa dan kalimat. 2. Langkah-langkah Analisis Kesalahan Berbahasa Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan penelitian. Ellis (dalam Tarigan, 1984:63) menyebutkan lima prosedur atau metodologi dalam menganalisis kesalahan, yaitu mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasi kesalahan, dan mengevaluasi kesalahan. Sridhar (dalam Tarigan, 1984:62) menyebutkan enam prosedur dalam menganalisis kesalahan, yaitu mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasi kesalahan, menjelaskan frekuensi kesalahan, mengidentifikasi daerah kesulitan/kesalahan, dan mengoreksi kesalahan. Selanjutnya, Tarigan (1984:64) menyatakan bahwa analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah kerja, yaitu: 1) mengumpulkan data kesalahan 2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan 3) memperingkat kesalahan 4) menjelaskan kesalahan 5) memprakirakan daerah rawan kesalahan

5 13 6) mengoreksi kesalahan Sejalan dengan itu, Tarigan (1984:63) menyusun langkah-langkah kerja baru analisis kesalahan melalui penyelesaian, pengurutan, dan penggabungan. Hasil modifikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) mengunpulkan data, berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya hasil ulangan, karangan, dan percetakan 2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, mengenali dan memilih kesalahan berdasarkan kategori berbahasa, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata dan penyusunan kalimat 3) memperingkatkan kesalahan, mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi dan keseringannya 4) menjelaskan kesalahan, menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar 5) memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan, meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan 6) mengoreksi kesalahan, memperbaiki dan bisa dapat menghilangkan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran serasi. Apabila memperhatikan beberapa langkah yang sudah disebutkan di atas, tentu analisis kesalahan berbahasa sangat perlu diberlakukan dalam proses

6 14 pembelajaran di sekolah, dengan cara mengetahui letak kesalahan berbahasa pada peserta didik berdasarkan sampel, lalu mengidentifikasi serta menjelaskan kesalahan tersebut, untuk kemudian mengoreksi masing-masing kesalahan tersebut agar peserta didik mendapatkan pemahaman yang baik. 3. Hakikat Sintaksis a. Pengertian Sintaksis Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Verhaar (dalam Sari, 2002:15) menyatakan bahwa sintaksis merupakan tata bahasa yang menyelediki semua hubungan antar kata dan antar kelompok kata atau antar frasa dalam satuan dasar sintaksis yaitu kalimat. Verhaar (dalam Markhamah, 2013:5) juga menyatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem. Maka, dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu tata bahasa yang di dalamnya terdapat struktur-struktur pembentuk berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. b. Satuan Sintaksis

7 15 Secara hierarkial, satuan sintaksis dibedakan atas lima macam, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 2015:37). Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Berdasarkan tabel di atas, maka urutannya adalah kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frasa. Lalu, frasa membentuk klausa; klausa membentuk kalimat; kalimat membentuk wacana. Jadi, apabila kata merupakan satuan terkecil, maka wacana merupakan satuan terbesar. 1. Kata Menurut Chaer (2015:37), kata merupakan satuan terbesar dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam morfologi, kata dibentuk dari bentuk dasar melalui proses morfologi afiksasi, reduplikasi, atau komposisi. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata yang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsifungsi sintaksis. 2. Frasa

8 16 Frasa merupakan satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook dalam Tarigan, 1993:93). Kemudian Rusyana dan Samsuri (dalam Arifin dan Junaiyah, 2008:18), menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikat. Selain itu, terdapat dua macam sifat frasa, yakni frasa sebagai suatu fungsi dan frasa sebagai suatu bentuk. Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis yang terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Sedangkan sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang nonpredikat. 3. Klausa Klausa dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat atau predikat saja tanpa adanya intonasi final (Badu lu dan Herman, 2005:55). Sebagai unsur kalimat, klausa tidak selalu berdiri sendiri tetapi dapat berkombinasi dengan klausa lain, dengan tataran, fungsi, dan kelas yang sama atau berbeda. Dengan demikian, suatu kalimat dapat memiliki satu klausa atau lebih. 4. Kalimat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:956), kalimat adalah (1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; (2) perkataan; (3) ling satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Sedangkan menurut Chaer (2009:44), kalimat adalah satuan sintaksis yang

9 17 disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Sejalan dengan pendapat Ramlan (2010:20), bahwa yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsur, melainkan intonasinya. Kalimat memiliki lima unsur pembentuk. Seperti dikemukakan Finoza (2008: ), bahwa unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam bukubuku tata bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). 5. Wacana Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis, wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat (Chaer, 2015:46). Sehingga, kalimat yang terbentuk tersebut tentu merupakan bagian dari wacana baik tertulis maupun lisan. c. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Dalam berbahasa kita mengucapkan kalimat-kalimat untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau gagasan kita (Markhamah, 2010:143).

10 18 Menurut Setyawati (2013:68), kesalahan berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya: (a) adanya pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) kesalahan susunan kata, (d) penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, (e) penggunaan superlatif yang berlebihan, (f) penjamakan ganda, dan (g) penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat. Setyawati (2013:76) juga menyatakan bahwa kesalahan dalam tataran kalimat adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan: a. kalimat tidak bersubjek b. kalimat tidak berpredikat c. kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung) d. penggandaan subjek e. antara predikat dan objek yang tersisipi f. kalimat yang tidak logis g. kalimat yang ambiguitas h. penghilangan konjungsi i. penggunaan konjungsi yang berlebihan j. urutan yang tidak paralel Sebab-sebab terjadinya kesalahan sintaksis terbagi menjadi 9 kesalahan di antaranya: (1) kalimat berstruktur tidak baku, (2) kalimat ambigu, (3) kalimat yang tidak jelas, (4) diksi yang tidak tepat dalam membentuk kalimat, (5)

11 19 kontaminasi kalimat, (6) koherensi, (7) penggunaan kata mubazr, (8) kata serapan yang tidak tepat dalam membentuk kalimat, dan (9) logika kalimat. Berkaitan dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan bahwa kesalahan dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Sebab penelitian kali ini hanya akan mengambil dua unsurnya saja yang berupa frasa dan kalimat, maka berikut akan diuraikan rincian dari kesalahan-kesalahan tersebut. 1. Kesalahan bidang frasa - Penggunaan kata depan tidak tepat. Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena menggunakan kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa. Misalnya: di masa seharusnya pada masa itu; di waktu itu seharusnya pada waktu itu; di malam ini seharusnya pada malam ini. - Penyusunan frasa yang salah struktur. Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Misalnya: belajar sudah seharusnya sudah belajar; minum belum seharusnya belum minum. - Penambahan yang dalam frasa benda (B+S) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang. Misalnya: petani yang muda seharusnya petani muda; pedagang yang hebat seharusnya pedagang hebat. - Penambahan kata dari dalam frasa benda (B+B)

12 20 Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung dari karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal. Misalnya: gadis dari Bali seharusnya gadis Bali; pisang dari Ambon seharusnya pisang ambon. - Penambahan kata kepunyaan dalam frasa benda (B+Pr) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyaan posesif. Misalnya: daster kepunyaan ibu seharusnya daster ibu; golok milik Abdullah seharusnya golok Abdullah. - Penambahan kata untuk dalam frasa kerja (K pasif + K lain) Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tampak jelas. Misalnya: diajar untuk membaca seharusnya diajar membaca; dituduh untuk membunuh seharusnya dituduh membunuh. - Penghilangan kata yang dalam frasa benda (benda + yang + K pasif) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk memperjelas makna frase tersebut. Misalnya: kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki; taman kupelihara seharusnya taman yang kupelihara. - Penghilangan kata oleh dalam frasa kerja pasif (K pasif + oleh + B) Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja pasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh di antaranya untuk memperjelas makna pasif frase tersebut. Misalnya:

13 21 diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu; dinasehati kakak seharusnya dinasehati oleh kakak. - Penghilangan kata yang dalam frasa sifat (yang + paling + sifat) Frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang. Misalnya: paling besar seharusnya yang paling besar; sangat berwibawa seharusnya yang sangat berwibawa. 2. Kesalahan bidang kalimat - Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti: (a) Amin pergi ke rumahnya Rudy seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy (b) Buku ditulis oleh saya seharusnya Buku itu saya tulis (c) Rumah itu dibuat oleh saya seharusnya Rumah itu saya buat. - Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek. Misalnya: Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya: Pertemuan itu membahas berbagai persoalan, atau Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persoalan.

14 22 - Penggunaan subjek yang berlebihan Contoh kalimat yang menggunakan dua subjek yang sama misalnya: Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam. - Penggunaan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk Dalam kalimat majemuk setara berlawanan, kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Misalnya: Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi ke sekolah. Seharusnya kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tetap pergi ke sekolah. - Penggunaan kalimat yang tidak logis Misalnya pada kalimat: Buku itu membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis, sehingga perlu diperbaiki menjadi: Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. - Penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat Kedua kata penghubung berpasangan seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia. Misalnya: Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis seharusnya Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis. - Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing

15 23 Kata di mana, yang mana, dengan siapa adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Misalnya: Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar seharusnya Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar. Kemudian, Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana memberi contoh-contoh dengan jelas pula seharusnya Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas karena contoh-contohnya jelas pula. - Penggunaan kalimat yang tidak padu Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur. Misalnya: Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu seharusnya Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu. - Penyusunan kalimat yang mubazir Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata yang berualng secara berlebihan, sedangkan penggunaan dua kata itu relatif sama maknanya. Misalnya: Dalam konsep pendidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan seharusnya Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan.

16 24 4. Kaidah Teks Prosedur Kompleks a. Keterampilan Menulis Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca (Tarigan, 1986:3). Gie (2002:23) mengatakan mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan atau menyampaikan melalui bahasa tulisan kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan komunikasi satu arah berupa tulisan yang dibuat oleh seseorang untuk mengungkapkan gagasannya, sehingga pembaca dapat memahaminya. b. Pengertian Teks Prosedur Kompleks Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang (Depdiknas, 2012:1422). Sejalan dengan pendapat Sudaryat (2009:106) yang menyatakan bahwa teks juga disebut dengan wacana tulis yang melibatkan penulis dan pembaca. Salah satu teks yang dipelajari di kelas X dan akan menjadi fokus penelitian kali ini yaitu teks prosedur kompleks. Prosedur adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang. Sedangkan kompleks berarti mengandung beberapa unsur yang rumit, sulit, dan saling berhubungan. Kemendikbud (2013:40)

17 25 menyatakan, Dengan melihat karangan yang terdapat pada setiap langkah, ternyata keterangan seperti itulah yang menjadikan teks prosedur kompleks itu disebut kompleks. Untuk mencapai suatu tujuan sebaiknya menggunakan langkah-langkah yang berurutan tanpa melangkahi urutan. Selanjutnya, menurut Kosasih (2013:91), Prosedur kompleks ini sering dibutuhkan dan sangat bermanfaat sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca prosedur kompleks, suatu kegiatan dapat terselesaikan dengan cara yang sistematis dan sesuai aturan. Sejalan dengan pendapat Priyani (2013:62) yang menyatakan teks prosedur kompleks adalah teks yang memberikan petunjuk untuk melakukan atau menggunakan sesuatu dengan langkah-langkah yang urut. Ada beberapa kaidah yang berlaku pada teks prosedur kompleks menurut Kosasih (2013:66-67), seperti berikut ini. a. Di dalam teks prosedur kompleks banyak dijumpai kalimat perintah. Kalimat perintah itu digunakan sebagai anak judul, seperti: 1) Bacalah peluang kerja 2) Carilah informasi sebanyak-banyaknya 3) Jangan mudah tergoda b. Konsekuensi dari penggunaan kalimat perintah, banyak juga yang menggunakan kalimat imperatif, seperti kata yang menyatakan perintah, keharusan, atau larangan. Contoh: harus, jangan, perlu, tak perlu, carilah, bacalah. c. Di dalam teks prosedur terdapat kata penghubung yang menyatakan urutan kegiatan, seperti dan, lalu, kemudian, setelah, dan selanjutnya.

18 26 Kata-kata tersebut sering muncul karena konsekuensi dari langkahlangkah penggunaan sesuatu yang bersifat kronologis. Maka, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan penjelasan di atas, bahwa teks prosedur kompleks menjabarkan langkah-langkah kegiatan yang berurutan dan sesuai aturan untuk mencapai suatu tujuan, serta di dalamnya menggunakan kalimat yang menyatakan perintah ataupun larangan yang dilanjutkan dengan kata penghubung untuk setiap urutan kegiatannya. c. Struktur Teks Prosedur Kompleks Struktur dimaksudkan sebagai cara sesuatu disusun atau dibangun. Sama halnya dengan teks prosedur kompleks, terdapat struktur yang membangun teks tersebut, sebagai berikut. 1. Tujuan yang akan dicapai Berisi tujuan dari suatu pembuatan teks prosedur kompleks atau hasil akhir yang dicapai (dapat berupa judul) TUJUAN Hal yang harus diperhatikan saat ditilang agar tidak dirugikan.

19 27 2. Langkah-langkah Berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah ini merupakan urutan yang biasanya tidak dapat diubah urutannya. Pertama, kenali si petugas. LANGKAH-LANGKAH Kedua, pahami kesalahan. Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran. Keempat, jangan serahkan kendaraan atau STNK begitu saja. Kelima, terima atau tolak tuduhan. Kemendikbud, 2013:39

20 28 Contoh lain teks prosedur kompleks, yaitu: Tujuan: Hal ini yang harus diperhatikan saat pengurusan SIM C. Dengan memperhatikan hal ini, Anda tidak akan melewatkan langkah-langkah proses pengurusan SIM C. Langkah-langkah: Pertama, memenuhi setiap persyaratan administrasi. Kedua, mendaftar ke bagian administrasi. Ketiga, mengikuti ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tertulis. d. Ciri-ciri Kebahasaan Teks Prosedur Kompleks Menurut Kemendikbud (2013:48-52), ciri-ciri kebahasaan teks prosedur kompleks dapat terlihat dalam penggunaan: 1) Kata Penghubung Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat (Hasan Alwi, dkk., 2003:296). Macam-macam konjungsi: a. konjungsi waktu: sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu

21 29 b. konjungsi gabungan: dan, serta, dengan c. konjungsi pertentangan: tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan d. konjungsi pilihan: atau e. konjungsi penegasan/penguatan: bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun f. konjungsi pembatasan: kecuali, selain, asal g. konjungsi tujuan: agar, supaya, untuk h. konjungsi persyaratan: kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila i. konjungsi perincian: yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni j. konjungsi penjelasan: bahwa k. konjungsi sebab akibat: karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya l. konjungsi perbandingan: bagai, seperti, ibarat, serupa m. konjungsi penyimpulan: oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian. 2) Kata Ganti Benda Pronomina atau kata ganti benda adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda, seperti aku, engkau, dia. Pronomina terdiri atas empat bagian, yaitu: pronomina persona (kata ganti diri), pronomina demonstratif

22 30 (kata ganti petunjuk), pronomina introgatif (kata ganti tanya), dan pronomina tak tentu. Contoh: Jika pengendara melakukan pelanggaran, tentu pihak yang berwajib menilangnya 3) Kata Kerja Kata kerja atau verba adalah suatu jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata kerja transistif dan kata kerja intransistif. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek. Contoh: membeli, memukul, membunuh. Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Contoh: tidur. 4) Menggunakan Kalimat Perintah Penggunaan kalimat perintah adalah pemakaian kata kerja imperatif, yakni kata yang menyatakan perintah, keharusan, atau larangan. Seperti: bacalah, carilah, pakailah. 5) Terdapat Bahan atau Materi Berkaitan mengenai hal apa yang menjadi tujuan atau fokus permasalahan.

23 31 6) Koherensi Koherensi adalah tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagianbagiannya berkaitan satu dengan yang lainnya (Depdiknas, 2012:712). Koheren dalam teks prosedur kompleks adalah hubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain di dalam teks prosedur tersebut. 7) Ejaan Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (Depdiknas, 2012:353). Ejaan yang terdapat dalam teks prosedur kompleks meliputi, 1) penggunaan tanda baca, seperti: titik, koma, tanda seru, dan lain-lain; 2) penulisan huruf kapital atau huruf besar; 3) penggunaan kalimat yang efektif, artinya kalimat yang digunakan harus mudah dipahami oleh pembaca. e. Contoh Teks Prosedur Kompleks Cara Pembuatan Paspor Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.

24 32 Berikut langkah-langkah untuk membuat paspor: 1. Datang dahulu ke kantor imigrasi. Bisa datang ke kantor imigrasi yang tertera pada KTP kita atau datang saja ke kantor imigrasi terdekat. 2. Kemudian Anda beli formulir permohonan. Formulir permohonan ada di loket yang sudah disediakan, isi dengan lengkap formulir tersebut sesuai dokumen yang Anda miliki dan bawalah dokumen yang asli. 3. Serahkan formulir yang telah diisi ke loket pendaftaran. 4. Setelah itu ambil tanda terima dan jadwal foto serta pengambilan sidik jari. Untuk pengambilan sidik jari dan jadwal foto bisa datang pada hari berikutnya jika nomor antrian Anda masih lama. 5. Apabila Anda sudah foto dan mengambil sidik jari, maka Anda akan sampai pada tahap wawancara dengan menunjukkan dokumen asli. 6. Setelah tahap wawancara selesai, langkah selanjutnya adalah membayar buku paspor dan menandatangani buku paspor serta minta informasi kapan jadwal pengambilan paspor yang sudah selesai. 7. Pada saat tanggal yang telah ditentukan, kita dapat datang kembali ke kantor imigrasi untuk mengambil paspor yang telah jadi. Biasanya dalam waktu seminggu, paspor baru Anda sudah selesai dan bisa diambil. B. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual perlu dijelaskan setelah dikemukakannya landasan teori, guna menunjukkan keterkaitan antar konsep untuk menentukan perencanaan

25 33 yang berhubungan dengan penelitian. Kerangka konseptual juga menjelaskan secara teoretis tentang variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah analisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis, sedangkan variabel terikatnya adalah teks prosedur kompleks. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengambilan sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Sehingga analisis kesalahan berbahasa sangat diperlukan agar peserta didik mendapatkan pemahaman yang baik berdasarkan kesalahan yang kemudian harus dikoreksi. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membahas gabungan kata menjadi sebuah kalimat yang padu. Satuan sintaksis terdiri atas kata sebagai satuan terkecil, lalu frasa yang kemudian membentuk klausa, selanjutnya membentuk kalimat, dan terakhir wacana sebagai satuan terbesarnya. Fokus penelitian menitikberatkan pada kesalahan penggunaan frasa dan kalimat. Frasa adalah satuan gramatikal di atas kata dan di bawah klausa yang bersifat nonpredikatif. Sedangkan kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata ataupun klausa yang memiliki intonasi final dan secara relatif dapat berdiri sendiri. Teks prosedur kompleks berisi langkah-langkah kegiatan yang tersusun secara urut guna mencapai suatu tujuan. Prosedur kegiatan tersebut umumnya

26 34 banyak menggunakan kalimat perintah, kata kerja, serta kalimat penghubung di dalamnya. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka konseptual yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis akan memberikan pertanyaan penelitian terkait. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berarti tidak merumuskan hipotesis dalam langkah penelitiannya, sehingga akan dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai pengganti hipotesis. Pertanyaan penelitian merupakan landasan untuk pemecahan masalah penelitian sampai penelitian ini terbukti melalui data yang dikumpulkan. Untuk itu, pertanyaan penelitian tersebut adalah: Bagaimanakah kesalahan penggunaan sintaksis yang berupa frasa dan kalimat pada penulisan teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 15 Medan tahun pembelajaran 2016/2017?

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Eltita Natalia Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang untuk menuangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang untuk menuangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK Oleh: Hikmahtul Ngulumiyah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI Pada bab II berisi tentang konsep kajian pustaka dan landasan teori. Tinjauan pustaka terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Nurul Fajarya Drs. Azhar Umar, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam bahasa menurut sarananya terdiri atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan ragam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa Subbab ini menguraikan tiga hal pokok, yaitu pengertian kesalahan berbahasa, klasifikasi kesalahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN LINGUISTIK PADA SURAT-SURAT RESMI PADA SURAT-SURAT RESMI DI KANTOR DESA TEGUHAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Nurul Hidayahmuji Lestari 1), Panji Kuncoro Hadi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai salah satu alat interaksi sosial. Terdapat dua bahasa yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

TIPE-TIPE KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA SMA BINA SPORA MANDIRI CIGOMBONG BOGOR

TIPE-TIPE KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA SMA BINA SPORA MANDIRI CIGOMBONG BOGOR DEIKSIS Vol. 09 No.03, September 2017 p-issn: 2085-2274, e-issn 2502-227X hal. 300-315 TIPE-TIPE KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA SMA BINA SPORA MANDIRI CIGOMBONG BOGOR Endang Wiyanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 1. Pengantar Makalah ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) 1. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2. SKS : 2 SKS 3. Semester : GANJIL 2014/2015 4. Program Studi :DESAIN INTERIOR 5. Dosen Pengampu : Dr.

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Dengan bahasa kita dapat mengutarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai bahasa pasti tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa ilmu tauhid dalam dirinya. Hal ini dapat diurai melalui proses pendalaman dan penjabaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH Disusun: INDAH FITRIANA A 310 080 016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci