BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah
|
|
- Suparman Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KERANGKA TEORETIS Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai masalah ini. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah hasil kajian Dempwolff (1934, 1937, 1938). Dalam bukunya, Dempwolff membagi rumpun bahasa Austronesia menjadi 3 bagian, yaitu bagian Indonesia, bagian Melanesia, dan bagian Polynesia. Bahasa yang diambil sebagai contoh dari bagian Indonesia adalah Tagalok, Toba-Batak, Jawa, Melayu, Ngaju-Dayak, dan Hova (malagasi). Bahasa yang diambil sebagai contoh dari bagian Melanesia ialah bahasa Fiji, dan bahasa Sa a, sedangkan bahasa yang dipakai sebagai contoh dari bagian Polynesia ialah bahasa Tonga, Futuna dan bahasa Samoa. Alasan diambilnya bahasabahasa tersebut adalah bahasa yang diperbandingkan haruslah diambil dari bahasabahasa yang berbeda, letaknya berjauhan, dan dari anggota sub-sub rumpun yang berlainan agar rekonstruksinya betul-betul mewakili semua bahasa-bahasa yang tergabung dalam rumpun itu. Dalam penelitian Dempwolff yang diterbitkan pada tahun 1934 sampai dengan 1938, diterapkan metode perbandingan vertikal. Unsur kebahasaan yang ia periksa hanyalah kata-kata saja. Bentuk kata-kata itu diperbandingkan dalam kesebelas bahasa tersebut di atas. Berdasarkan kajiannya ini, Dempwolff berhasil menunjukkan bentuk-bentuk bunyi yang kiranya dipakai oleh nenek moyang zaman Proto Austronesia dan menampilkan kata-kata yang kiranya juga terpakai pada zaman
2 itu. Kata-kata yang direkonstruksi oleh Dempwolff ini dikenal sebagai Kamus Proto Austronesia dengan jumlah halaman 164, dengan judul English Finder List of Proto Austronesia. Cendikiawan yang paling banyak memberikan tambahan atas karya Dempwolff adalah Isidore Dyen dan Blust. Kedua linguis ini membuat tambahan revisi hasil karya Dempwolf berupa daftar-daftar fonem yang direvisi. Mereka membuat revisi ejaan bahasa proto yang diberi judul Proto Austronesia Adenda, ini merupakan ejaan standar yang digunakan oleh para linguis hingga saat ini. Selain menambah inventori fonem bahasa Proto Austronesia, Dyen (1965) juga telah membuat klasifikasi baru dari bahasa-bahasa Austronesia dengan menggunakan metode leksikostatistik. Menurut Dyen bahasa-bahasa Austronesia berjumlah sekitar 500 bahasa. Dari jumlah itu Dyen mengambil 303 bahasa yang ada kamus atau daftar kata yang cukup lengkap yang betul-betul diklasifikasi. Dari daftar sebanyak itu ternyata 58 dapat digolongkan sebagai dialek-dialek saja sehingga bahasa yang diklasifikasi adalah sejumlah 245 buah. Dyen (1965) mengelompokkan rumpun Austronesia berdasarkan hasil penelitiannya terhadap 245 bahasa yang bertujuan untuk mengelompokkan bahasabahasa Austronesia. Dyen memilah bahasa-bahasa Austronesia pertama-tama menjadi dua kelompok, yaitu kelompok utama Melayu-Polinesia dan kelompok Irian Timur- Melanesia. Selanjutnya, Dyen memilah kelompok Melayu-Polinesia kedalam tiga bagian yakni bahasa-bahasa Hesperonia, Moluccan Linkage (kelompok besar
3 Maluku), dan Heonesia. Kelompok besar Maluku dipilah lagi menjadi kelompok Sula Bacan, Ambon Timur dan Halmahera Selatan-Irian Barat. Menurut Dyen wilayah bahasa-bahasa Austronesia meliputi Filipina, Formosa, Madagaskar dan Indonesia Barat termasuk kedalam kelompok besar Hesperonesia. Kelompok Indonesia Barat meliputi bahasa-bahasa di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada bagan di bawah ini: Bagan 1. Wilayah Bahasa-bahasa Austronesia Filipina Proto-Austronesia Madagaskar Melayu-Polinesia Irian Timur- Melanesia Formosa Hesperonesia Maluku Heonesia Indonesia Barat Sula Bacan Ambon Timur Halmahera selatan-irian Barat (Sumber : Dyen, 1965) Sementara itu menurut pakar bahasa Austronesia, Peter Bellwood, berbagai proto-bahasa yang pernah tersebar dari Filipina sampai Kepulauan Bismarck, boleh dikatakan satu bahasa, namun dengan sedikit perbedaan variasi dialek. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahasa daerah yang berkembang di kepulauan
4 Indonesia ini berasal dari rumpun yang sama yaitu bahasa Austronesia, seperti yang digambarkan pada bagan berikut : Bagan 2. Rumpun Bahasa Austronesia BAHASA BAHASA AUSTRIS BAHASA-BAHASA AUSTRO-ASIA BAHASA-BAHASA TIBET-CINA BAHASA-BAHASA AUSTRONESIA Bahasa-Bahasa Nusantara Bahasa-bahasa Polinesia Bahasa-Bahasa Mikronesia Bahasa-Bahasa Melanesia (Sumber: Wapedia, 2009) Bahasa Austronesia juga merupakan bagian dari bahasa Austris. Selain itu, bahasa Austro-Asia dan bahasa Tibet-Cina juga termasuk rumpun bahasa Austris. Rumpun bahasa Austronesia ini terbagi lagi kedalam empat kelompok yaitu: 1. Bahasa-bahasa Kepulauan Melayu atau Bahasa Nusantara. Contoh : bahasa Melayu, Aceh, Jawa, Sunda, Dayak, Tagalog, Solo, Roto, Sika dan lain-lain.
5 2. Bahasa-bahasa Polinesia Contoh : bahasa Hawaii, Tonga, Maori, Haiti 3. Bahasa-bahasa Melanesia Contoh : bahasa-bahasa di Kepulauan Fiji, Irian and Kepulaun Caledonia 4. Bahasa-bahasa Mikronesia Contoh : bahasa-bahasa di Kepulauan Marianna, Marshall, Carolina dan Gilbert Berdasarkan hasil rekonstruksi, yang kemudian ditemukan pula sejumlah kata dasar, bahasa Austronesia Purba memiliki sistem fonem vokal sebagai berikut (Mbete 1981 : 24-26). Fonem vokal sebanyak empat buah yaitu /i, ə, a, u/. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Bagan 3. Fonem Vokal Bahasa Austronesia i ə u a (Sumber : Mbete, 1981) 2.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian Linguistik Historis Komparatif yang relevan untuk mendukung penelitian ini. Misalnya, Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia dengan
6 Bahasa Lio dan Bahasa Ngada di Flores Tengah oleh Mbete (1981). Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa: a. sebagian besar bunyi bahasa Austronesia Purba tetap terwaris dalam bahasa Lio dan Ngada; b. selain tetap terwaris, beberapa fonem bahasa Austronesia Purba mengalami perubahan bunyi dalam bahasa Lio dan Ngada; c. perubahan bunyi bahasa Austronesia dalam Bahasa Lio dan Ngada, dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu penggantian (subtitusi), penyatuan (merger), pemekaran (Split), dan penghilangan. Tahun 1981 Basuki kembali meneliti tentang Refleksi Fonem Proto Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa. Penelitian ini dilakukan untuk Penataran Linguistik Konstrastif dan Historis Komparatif tahap II Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Disimpulkan bahwa: a. bahasa Sasak dan Sumbawa pada masa lalu pernah mengalami sejarah perkembangan bersama, pada suatu masa yang lebih muda dari masa perkembangan bahasa Austronesia. b. di dalam pohon keluarga bahasa Austronesia, tempat bahasa meso (bahasa proto) adalah lebih rendah dari Proto-Melayu Polinesia. Kemudian, Mbete (1990) meneliti Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa dengan judul Rekonstruksi Protobahasa Bali-Sasak-Sumbawa. Kesimpulan penelitian dari
7 Rekonstruksi Protobahasa Bali-Sasak-Sumbawa untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Sastra pada Universitas Indonesia ini adalah: 1. Bahasa Bali di Pulau Bali, bahasa Sasak di Pulau Lombok, bahasa Sumbawa di Pulau Sumbawa memiliki hubungan kekerabatan erat sebagai suatu kelompok tersendiri. Kelompok bahasa ini disebut bahasa Bali-Sasak-Sumbawa. Berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang membuktikan tingkat keeratan hubungan kekerabatan, ternyata bahwa kelompok bahasa Bali-Sasak-Sumbawa terpilah dua yaitu bahasa bali dan subkelompok bahasa Sasak-Sumbawa. Subkelompok bahasa Sasak-Sumbawa, yang memiliki hubungan keseasalan yang sejajar dengan bahasa Bali, terdiri atas bahasa Sasak-dan bahasa Sumbawa. Susunan kekerabatan bahasa itu tampak pada bagan di bawah ini: Bagan 4. Susunan Kekerabatan Bahasa (Sumber : Mbete, 1990) 2. Pengelompokan bahasa dan pensubkelompokan bahasa Bali, bahasa Sasak, dan Sumbawa, didasarkan pada bukti-bukti kuantitatif dan kualitatif. 3. Penempatan ketiga bahasa itu ke dalam kelompok Bali-Sasak-Sumbawa, sesuai pila dengan pengelompokan Dyen yang berdasarkan bukti-bukti kuantitatif.
8 4. Hubungan keseasalan antara bahasa Bali, bahasa Sasak, dan bahasa sumbawa dengan protobahasa Austronesia (PAN), ditemukan pula dalam penelitian ini. Hubungan keseasalan itu tampak pada pantulan fonem dan perangkat kata Proto- Austronesia pada protobahasa Bali-Sasak-Sumbawa. 5. Penamaan protobahasa Bali-Sasak-Sumbawa menyuratkan adanya hubungan keseasalan antara bahasa bali, Sasak, dan Sumbawa. 6. Pembuktian hubungan kekelompokan dan kesubkelompokan bahasa Bali, Sasak, dan Sumbawa tidak hanya dilakukan dari bawah ke atas, melainkan juga dari atas ke bawah. 7. Kelompok bahasa Bali-Sasak-Sumbawa memiliki pertalian kata-kata seasal (kognat) dengan persentase kesamaan rata-rata antara bahasa Bali dan subkelompok Sasak-Sumbawa 50% yang merupakan bukti kuantitatif.kemudian ada inovasi bersama yang merupakan bukti kualitatif. 8. Melalui rekonstruksi fonologi, dapat ditemukan dan dirumuskan kaidah-kaidah perubahan fonem. Namun terjadi pula penyimpangan-penyimpangan dari kaidah yang memang memerlukan penjelasan dan penelaaahan khusus. Pada tahun 2001, Widayati melakukan penelitian yang sejenis dengan judul Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam bahasa Melayu Asahan, disimpulkan bahwa fonem-fonem turunan dalam Bahasa Melayu Asahan (BMA) ada yang merupakan refleksi langsung dari PM (Melayu Purba) dn tetap sebagai retensi dan ada pula yang telah mengalami inovasi bentuk.
9 2.2 Kerangka Konseptual Model Perkembangan Bahasa Penelitian mengenai fonem-fonem dalam bahasa Austronesia mengacu kepada ilmu Lnguistik Historis Komparatif (LHK). Banyak teori yang berhubungan dengan sejarah perkembangan dan perubahan bahasa. Bila diselusuri lebih dalam, maka ditemukanlah proses dan faktor (mekanisme) perubahan itu. Penelaahan atas bahasabahasa yang diduga memiliki kesamaan-kesamaan tertentu oleh para ahli disimpulkan bahwa bahasa itu berkerabat dan berasal dari satu bahasa. Bahasa asal itu lazim disebut bahasa induk atau bahasa purba (proto). Bahasa purba yang hidup pada beribu-ribu tahun yang lalu berkembang dan pecah menjadi beberapa bahasa baru. Kemudian mereka membandingkan dan merumuskan keteraturan-keteraturan perubahan yang kemudian disebut hukum bunyi. Di samping itu ditemukan pula analogi sebagai sebab lain adanya perubahan. Hukum bunyi menimbulkan perubahan pada tataran bunyi (fonem) sedangkan analogi adalah penyebab segi-segi ketatabahasaan (Bynon, 1979:24 dalam Mbete 1981). Dibalik perubahan-perubahan yang terjadi itu, ada pula unsur-unsur terusan yang terwaris (retensi) yang meliputi: fonem, kata dasar dengan semantiknya,serta unsur-unsur ketatabahasaan baik morfologi maupun sintaksisnya. Di antara perubahan-perubahan itu, perubahan bunyi merupakan salah satu penanda perubahan unsur terkecil dalam bahasa tetapi cukup menarik untuk diteliti dan ditelaah. Perubahan bunyi ini yang kemudian menggambarkan refleksi-refleksi atau pertalianpertalian bunyi diantar bahasa-bahasa berkerabat, bukanlah suatu peristiwa yang
10 kebetulan. Pada dasarnya perubahan itu diatur dan ditentukan oleh suatu prinsip keteraturan, dalam arti bunyi itu berubah secara teratur melalui proses-proses tertentu dan berlangsung dalam suatu periode yang lama (Bynon, 1979:25 dalam Mbete 1981). Bynon juga menguraikan adanya tiga model daripada perkembangan bahasa yaitu, model kaum neogramarrian, model kaum strukturalis, dan model kaum transformasional-generatif Model Kaum neogramarrian Kaum neogramarrian adalah sekelompok sarjana Indo-Eropa yang bekerja dan mempunyai hubungan dengan Universitas Leipzig pada akhir abad 19. Untuk ilmu bahasa historis mereka memberikan dasar yang kokoh dengan membuat formulasi tentang prinsip-prinsip metodologis dan postulat teoritis yang membimbing mereka didalam pekerjaan mereka serta sekaligus mencobakan prinsip-prinsip ini didalam kerja praktek. Kaum neogramarrian membuat postulat tentang prinsip dasar didalam perkembangan bahasa, yaitu hukum bunyi dan analogi. Mereka menyatakan bahwa perubahan bahasa didasari oleh prinsip hukum bunyi tanpa kekecualian (Bynon, 1977:25). Dengan hukum bunyi tanpa kekecualian ini dapat diartikan bahwa arah dari perubahan bunyi adalah sama pada semua masyarakat bahasa yang mengalami perubahan tersebut dan semua kata dimana ada bunyi yang mengalami perubahan yang terjadi pada lingkungan fonetik yang sama juga dipengaruhi oleh lingkungan dengan cara yang sama. Karena kaum ini berpendapat bahwa kaidah-kaidah fonologis dapat diformulasikan tanpa mengacu
11 kepada morfologi, sintaksis, dan semantik. Prinsip yang kedua adalah analogi. Lain daripada kaidah-kaidah fonologis yang bebas tadi, perubahan analogis sepenuhnya tergantung pada struktur gramatikal Model Kaum Strukturalis Kaum strukturalis adalah para ahli bahasa aliran praha di Eropa seperti Ferdinand de Saussare dan para pengikut Bloomfield. Kaum ini menerangkan perubahan fonologis dengan memakai fonem. Adapun aspek-aspek perubahan fonologis bagi kaum strukturalis adalah: 1. Perubahan fonologis dapat mempengaruhi inventori fonem, yakni dapat menyebabkan bertambah dan berkurangnya jumlah fonem. 2. Perubahan fonologis mungkin saja tidak mempengaruhi inventori fonem,tetapi dapat mengubah distribusi fonem-fonem tertentu 3. Perubahan yang sama dapat mengganti incidence dari /a/ dan /e/, yani distribusinya pada item-item leksikal dan gramatikal pada bahasa tersebut Model Kaum Transformasional-Generatif untuk Evolusi Bahasa Kaum ini mengenal dua macam perubahan, yaitu perubahan fonologis dan perubahan sintaktik. Didalam perubahan fonologis mereka membedakan antara inovasi dan penyusunan kembali secara sistematik. Sedangkan dalam perubahan secara sintaktik mereka mengenal perubahan-perubahan didalam sintaksis dari frasa benda (noun phrase), frasa kerja (verb phrase) dan item leksikal.
12 2.3. Kerangka Teori Penelitian refleksi fonem proto austronesia dalam bahasa Aceh dan bahasa Melayu ini mengacu pada teori ilmu Linguistik Histori Komparatif dan Linguistik Bandingan Historis. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penelitian mengenai fonem-fonem bahasa Austronesia mengacu pada Ilmu Sejarah Perbandingan Bahasa atau Linguistik Historis Komparatif (Mbete, 1981) Teori Migrasi Bahasa Menurut Keraf (1984:172) terdapat dua istilah penting dalam teori migrasi ini, yaitu istilah wilayah (area) dan daerah (region). Wilayah suatu bahasa adalah tempattempat dimana terdapat pemakai-pemakai suatu bahasa. Dalam kenyataan suatu bahasa dapat terdiri dari suatu tempat yang secara geografis bersinambungan, atau dapat pula terdiri dari sejumlah tempat yang secara geografis terpisah satu dari yang lain. Tiap satuan tempat yang secara geografis terpisah dari yang lain tetapi dihuni oleh penutur-penutur bahasa yang sama disebut daerah bahasa (region). Perpindahan penduduk atau penutur bahasa dari satu daerah ke daerah lain dapat mengakibatkan terjadinya daerah-daerah bahasa. Hal ini menyebabkan daerah yang didatangi terjadi perbedaan bahasa atau dialek. Teori ini didasarkan pada dua dalil, yaitu: 1. Wilayah asal bahasa-bahasa sekerabat merupakan suatu daerah yang bersinambung; 2. Jumlah migrasi yang mungkin direkonstruksi akan berbanding terbalik dengan jumlah gerak perpindahan dari tiap bahasa.
13 Dalil yang pertama memberi suatu dasar untuk menemukan suatu daerah asal yang merupakan daerah kesatuan bagi bahasa-bahasa yang terpisah letaknya dewasa ini, daripada mengambil semua daerah secara bersama-sama sebagai wilayah asal. Dalil kedua dapat dianggap sebagai kaidah gerak yang paling minimal. Ini berarti, bila jumlah gerak dalam dua buah peluang migrasi yang direkonstruksikan itu berbeda, maka migrasi dengan jumlah gerak yang paling kecil mempunyai peluang yang paling besar sebagai migrasi yang sesungguhnya pernah terjadi (Keraf, 1984:173) Teori Hukum Bunyi Korespondensi Bunyi Hukum bunyi yang kemudian diganti dengan istilah korespondensi bunyi pada abad XX, pada hakekatnya adalah suatu metode untuk menemukan hubungan antar bahasa dalam bidang bunyi bahasa (Keraf,1984:40). Teknik penetapan korespondensi bunyi antarbahasa akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesa mengenai bunyibunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. Penetapan sebuah fonem proto dilakukan melalui rekonstruksi atau pemulihan, yang bisa dilakukan berulang-ulang untuk menemukan fonem-fonem proto dari tingkat-tingkat perkembangan sebelumnya. Karena penetapan fonem proto harus dilakukan melalui unsur-unsur bentuk (morfem atau kata dasar), rekonstruksi fonem-fonem proto itu akan menghasilkan pula morfem proto yang dianggap pernah ada dalam bahasa proto dari sejumlah bahasa kerabat. Itulah sebabnya mengapa dalam Linguistik Historis Komparatf dipersoalkan pula kata-kata kerabat, yaitu kata-
14 kata yang dianggap dimiliki bersama oleh bahasa-bahasa kerabat karena diwariskan bersama dari bahasa protonya (Keraf, 1984).
BAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1 Sejarah Singkat Penutur Bahasa Austronesia Penutur bahasa Austronesia diperkirakan telah mendiami kepulauan di Asia Tenggara sekitar 5000 tahun yang lalu. Mereka diduga berasal
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Linguistik Historis Komparatif Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek
1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa terjadi karena antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak memiliki hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari bahasa Proto (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia sudah banyak dilakukan. Namun tidak demikian penelitian mengenai ragamragam bahasa dan dialek.
Lebih terperinciII. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN UJIAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7). Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tentang Kajian Historis Komparatif pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak belum pernah
Lebih terperinciLEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF Jurnal Skripsi Oleh: Kurnia Novita Sari NIM A2A008030 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan
Lebih terperinciKlasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.
Klasifikasi (Abdul Chaer) Tipologi Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Bentuk Garis keturunan proto Induk bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, maka amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang perlu dikaji
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab
8.1 Simpulan BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat
Lebih terperinciKLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK
KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK Jurnal Skripsi Oleh : Nursirwan NIM A2A008038 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 Klasifikasi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU 2.1 Konsep Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang menyangkut objek, proses, yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi
180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kajian relasi kekerabatan bahasa-bahasa di Wakatobi memperlihatkan bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi sebagai bahasa tersendiri dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian data kebahasaan aktual yang masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Alor. Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa Melayu Standar, Serawai,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dengan maksud merangkum seluruh uraian yang terdapat pada bagian pembahasan, pada bagian ini dirumuskan berbagai simpulan. Simpulan yang dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 365-351 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat dipisahkan dari pengembangan bahasa nasional. Salah satu upaya untuk mengembangkan bahasa
Lebih terperinciBAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.
BAB X SIMPULAN DAN SARAN 10.1 Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para linguis historis komparatif Indonesia selama ini pada umumnya lebih tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama diakui bahwa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu
Lebih terperinciGLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR Suparman 1, Charmilasari 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciKAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA
1 KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA Oleh La Ode Rely (Ketua) Fatmah AR. Umar (Anggota 1) Salam (Anggota 2) Universitas Negeri Gorontalo Program Studi
Lebih terperinciWAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO. Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM
WAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM 13010113130065 Program Studi S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIP INTISARI Waktu pisah dan kean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu metode pengelompokan bahasa adalah leksikostatistik. Leksikostatistik merupakan suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah perbatasan antara wilayah tutur bahasa-bahasa Austronesia dengan wilayah tutur bahasa-bahasa
Lebih terperinciRELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO. Gitit I.P. Wacana*
RELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO Gitit I.P. Wacana* ABSTRACT Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan relasi historis kekerabatan yang terdapat dalam bahasa Pamona, Bada dan Napu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam KBBI konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING...
DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENETAPAN UJIAN... iv PANITIA PENGUJI... v PERNYATAAN KEASLIAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...
Lebih terperinciT. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan
Lebih terperinciSTUDI LINGUISTIK DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA: KE ARAH PEMAHAMAN DIRI MELALUI KAJIAN VARIASI BAHASA
STUDI LINGUISTIK DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA: KE ARAH PEMAHAMAN DIRI MELALUI KAJIAN VARIASI BAHASA Mahsun Universitas Mataram Abstrak The Republic of Indonesia is a nation-state built upon a diversity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan kekerabatan tersebut selanjutnya diabstraksikan dalam bentuk silsilah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedekatan hubungan dalam suatu komunitas dapat ditelusuri dengan mengamati kesamaan bahasa yang digunakan di komunitas tersebut. Bahasa, selain digunakan sebagai
Lebih terperinciPERUBAHAN BUNYI FONEM VOKAL ETIMON-ETIMON PROTO- AUSTRONESIA DALAM BAHASA INDONESIA
1 PERUBAHAN BUNYI FONEM VOKAL ETIMON-ETIMON PROTO- AUSTRONESIA DALAM BAHASA INDONESIA FERY FREDY ANDRIAN Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana abstract This study focused
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan latar belakang skripsi sangat penting, disamping menunjukkan kepribadian sang penulis, juga lebih menunjukkan bahwa seseorang
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STUDI PERUBAHAN BAHASA DI MASA SEKARANG MASIH RELEVANKAH?
Tinjauan Pustaka: PERKEMBANGAN STUDI PERUBAHAN BAHASA DI MASA SEKARANG MASIH RELEVANKAH? Anggy Denok Sukmawati Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK-LIPI) buedandelion23@gmail.com Judul
Lebih terperinciK A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14
K A N D A I Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14 KEKERABATAN BAHASA TAMUAN, WARINGIN, DAYAK NGAJU, KADORIH, MAANYAN, DAN DUSUN LAWANGAN (Language Kinship of Tamuan, Waringin, Dayak Nguji, Kadorih, Maanyan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah banyak dilakukan, baik yang dilakukan secara individual maupun secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian tentang bahasa-bahasa di Indonesia serta variasinya hingga saat ini sudah banyak dilakukan, baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelembagaan.
Lebih terperinciRELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif
RELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif Oleh I Gede Budasi FBS Undiksha-Singaraja Abstrak Makalah ini bertujuan: (1) mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian tentang konvergensi dan divergensi berkaitan erat dengan proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan sejumlah pemahaman terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu
Lebih terperinci(26 November February 1913) By: Ubaidillah
TEORI LINGUISTIK STRUKTURAL Ferdinand de Saussure (26 November 1857 22 February 1913) Sumber Bacaan: 1. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics, Competition and Evolution. Hutchinson: London, Melbourne,
Lebih terperinciPerbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu (Malaysia) dalam Sistem Ejaan
Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu (Malaysia) dalam Sistem Ejaan Wiwik Darmini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Univet Bantara Sukoharjo, Jalan Letjen S. Humardani
Lebih terperinciCabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1
Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan
Lebih terperinciHakikat Linguistik Bandingan
Modul 1 Hakikat Linguistik Bandingan H PENDAHULUAN Drs. Krisanjaya, M.Hum. akikat Linguistik Bandingan ini mencakup materi tentang pengertian, tujuan, dan sifat kajian linguistik bandingan, objek dan ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas suku bangsa yang beragam dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah
Lebih terperinciBAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk
BAB IX TEMUAN BARU Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, berikut ini disajikan kristalisasi hasil penelitian sekaligus merupakan temuan baru disertasi ini. 9.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,1983).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN. penelitian Wakidi dkk. dengan judul Morfosintaksis Bahasa Blagar dan La Ino
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan tulisan ini, terutama dengan objek penelitian ini masih sangat jarang dilakukan. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciREFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL)
HUMANIORA Moh. Masrukhi VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 86-93 REFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL) Moh. Masrukhi* I. Pengantar ada hakikatnya perubahan bahasa adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa secara genetik di Indonesia masih sangat kurang. Dalam sejarah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Linguistik Diakronis 1 yang menghasilkan pengelompokan bahasa secara genetik di Indonesia masih sangat kurang. Dalam sejarah perkembangannya di Indonesia,
Lebih terperinciKORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA
KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA Arifa Rachmi Putri Undip Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Email: arifaputri10@gmail.com ABSTRACT Putri, Arifa Rachmi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sangat penting peranannya dalam masyarakat, karena tanpa bahasa manusia akan sulit untuk menyampaikan ide
Lebih terperinciObservasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita
Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran Nopsi Marga Handayani 14148118 Sekar Manik Pranita - 14148159 Perjalanan Panjang Manusia Sebelum abad ke-18 Gagasan evolusi muncul Abad ke-18
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut bahasa Or dan linguistik
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Beberapa hasil penelitian yang relevan patut dikaji berkaitan dengan objek penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia memiliki daya pikat tersendiri bagi peneliti asing. Meskipun
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, uraian masalah, tujuan, manfaat, asumsi dasar, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.
Lebih terperinciBahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif
Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dialektologi yang meletakkan titik fokus pada kajian kebervariasian penggunaan bahasa dalam wujud dialek atau subdialek di bumi Nusantara, dewasa ini telah
Lebih terperinciRendi Rismanto* ABSTRAK
Kekerabatan Kosakata Bahasa Sunda dengan Bahasa Melayu Betawi di Kota Tangerang Selatan: Kajian Linguistik Historis Komparatif Oleh Rendi Rismanto* 180110080010 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Kekerabatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipergunakan
Lebih terperinci2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan
Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Binti Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia 43400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok
Lebih terperinciJEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)
LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK) PENANGGUNGJAWAB PROGRAM Dr. Hj. Nurhayati, M. Hum. Dibiayai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mentawai merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahasa Mentawai digunakan untuk berkomunikasi dalam aktivitas
Lebih terperinciProgram Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Telepon: , Faksimile.
KEKERABATAN BAHASA-BAHASA ETNIS MELAYU, BATAK, SUNDA, BUGIS, DAN JAWA DI PROVINSI JAMBI: SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF YUNDI FITRAH DAN RENGKI AFRIA Program Studi Sastra Indonesia Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY
ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY ARTIKEL E-JOURNAL diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) OLEH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa. Pelafalan bisa diandaikan seperti bentuk luar dari bahasa, kosakata adalah seperti bahan
Lebih terperinciSejarah Perkembangan Ilmu Linguistik
BBM 3106 TEORI LINGUISTIK Bersemuka I Oleh Prof. Madya Dr. AhmadMahmood Musanif Unit 1 Sejarah Perkembangan Ilmu Linguistik Ilmu linguistik wujud sejak zaman Yunani dan berkembang pada zaman Romawi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang
Lebih terperinciSEJARAH ALIRAN LINGUISTIK
SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK Linguistik Tradisional Dalam pendidikan formal ada istilah kata tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai
Lebih terperinciPEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA
PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciLINGUISTIK SEBAGAI ILMU
LINGUISTIK SEBAGAI ILMU Pada bab pertama sudah disebutkan bahwa linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. 2.1 KEILMIAHAN LINGUISTIK Sebelum membicarakan keilmiahan linguistik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB 8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
BAB 8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK Studi linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan, yaitu: Spekulasi: pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris melainkan pada dongeng/rekaan
Lebih terperinci