MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-XI/2013

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda [Pasal 1] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. RR. Kamarijah ACARA Perbaikan Permohonan (II) Selasa, 22 Oktober 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Muhammad Alim (Anggota) 3) Patrialis Akbar (Anggota) Fadzlun Budi SN Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Subali 2. Tri Nur Taufan 3. Hariyati

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang dalam Perkara Nomor 81/PUU-XI/2013 dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Ya, selamat siang Saudara-Saudara sekalian. Pada hari ini kita akan melaksanakan sidang tentang pemeriksaan perbaikan permohonan dan pertama kali saya minta pada Para Pemohon untuk menjelaskan siapa yang hadir pada hari ini. Dinyalakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya, terima kasih, Yang Mulia. Nama saya Subali, S.H. Kuasa Hukum dari Pemohon. Dan sebelahnya rekan kami. 3. KUASA HUKUM PEMOHON: TRI NUR TAUFAN Terima kasih, kami Tri Nur Taufan, S.H. Kuasa Hukum dari Pemohon. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: HARIYATI Terima kasih, kami Bu Hariyati, S.H. Kuasa Hukum dari Pemohon. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya, kami sudah menerima perbaikan permohonan Anda, tapi saya menyilahkan Anda untuk menjelaskan di mana saya yang Anda perbaiki. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Jadi sesuai dengan saran, Yang Mulia, pertama kali yang harus dipertajam adalah kedudukan Pemohon berkaitan dengan Undang- Undang Nomor Undang-Undang tentang Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda. Jadi langsung kepada pokok permohonan. Bahwa intinya Pemohon berpendapat perlu diadakannya uji norma hukum atas Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, yang berada di

5 wilayah Republik Indonesia. Sebagaimana sudah kami dan dalam bukti P-2 karena implementasinya telah merugikan Pemohon sebagai warga negara Indonesia, dalam hal ini kami sudah menjelaskan bukti P-3 dan bukti P-4, yang telah menempati tanah negara bebas yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 121B, RT 008/RW 001, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, sejak tahun 1950 hingga sekarang tanpa terputus-putus. Dalam bukti P-5, Yang Mulia. Tetapi atas tanah tersebut, telah direkayasa dijadikan bagian objek nasionalisasi menjadi aset PT. KAI, dengan mendasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. Sehingga terjadi pelanggaran atas hak dan kewenangan konstitusional Pemohon sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 28A, Pasal 28B ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4). Selanjutnya bahwa ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, berbunyi sebagai berikut. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik yang penuh dan bebas negara Republik Indonesia. Bahwa dalam penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, berbunyi sebagai berikut. Bersamaan dengan berlakunya undangundang ini oleh peraturan pemerintah akan ditunjuk objek mana yang dikenakan nasionalisasi, dasar penunjukan adalah kepentingan negara menurut kebijaksanaan pemerintah dalam melakukan ( suara tidak terdengar jelas) tersebut, pemerintah senantiasa berpedoman pada perlindungan, baik kepentingan dari pihak ketiga dalam hal ini pemerintah, yang bersangkutan dengan perusahaan yang dikenakan nasionalisasi. Bahwa dipertajam lagi selanjutnya dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan Pasal 28A, Setiap orang berhak untuk (...) 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, itu langsung saja terus. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya, sekarang poin selanjutnya. Bahwa menurut hemat Pemohon, terjadinya kerugian hak dan kewenangan konstitusional Pemohon dan orang lain adalah sebagai sebab akibat adanya penetapan lokasi tanah yang akan dinasionalisasi sebagaimana terjadi dalam perkara a quo. Sedangkan dalam kaitan Pasal 1 dan dengan demikian pula atas penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang

6 Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, yang menegaskan bahwa dasar penunjukan adalah kepentingan negara menurut kebijaksanaan pemerintah. Dalam melakukan penunjukan tersebut, pemerintah senantiasa berpedoman pada perlindungan hak kepentingan dari pihak ketiga yang bersangkutan dengan perusahaan yang dikenakan nasionalisasi. Bahwa Pemohon berhak atas negara bebas yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 121B, RT 008/RW 001, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang seluas 169 meter persegi dengan batas-batasnya, sebelah utara rumah ibu Veronika, sebelah selatan jalan lingkungan, sebelah timur bengkel, sebelah barat jalan kampung. Sebagaimana kita lampirkan dalam bukti P-9. Berdasarkan Pasal 1 Kepres Nomor 32 Tahun 1979 tentang pokok-pokok kebijaksanaan dalam rangka pemberian hak baru atas tanah asal konversi hak-hak barat yang berbunyi sebagai berikut. a. Tanah hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai asal konversi hak barat yang jangka waktunya akan berakhir selambatlambatnya pada tanggal 24 September 1980 sebagaimana yang dimaksud dakam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 pada saat berakhirnya hak yang bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara (bukti P-10). b. Pasal 5 Kepres Nomor 32 Tahun 1979 tentang pokok-pokok (suara tidak terdengar jelas) dalam rangka pemberian hak baru atas tanah asal konversi hak-hak barat yang bunyinya sebagai berikut. Tanahtanah perkampungan bekas hak guna bangunan, dan hak pakai asal hak konversi hak barat yang telah mejadi perkampungan atau diduduki rakyat akan diberikan prioritas kepada rakyat yang mendudukinya, setelah dipenuhinya persyaratan-persyaratan yang menyangkut kepentingan bekas pemegang hak tanah. Sama, bukti P-10. c. Surat dari Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang Nomor 968/ /IV/2013 Tertanggal 3 April Dasar ini adalah kami lampirkan dalam bukti P-8. d. Bahwa pemerintah dalam hal ini PT.KAI secara melanggar hukum melakukan manipulasi rekayasa tanah atas tanah negara bebas yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 121B RT 008 RW 01 Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang menjadi bagian tanah objek nasionalisasi yang sebetulnya bukan objek tanah yang dapat dinasionalisasikan berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958, sebagaimana terjadi pada tanah yang telah ditempati Pemohon beserta keluarganya sebagai warga negara Indonesia sejak tahun 1950 hingga sekarang. Kami lampirkan dalam bukti P-5. e. Bahwa selanjutnya, telah terjadi perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini PT. KAI dalam menentukan

7 objek tanah yang akan dinasionalisasi berdasarkan ketentuan norma Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda adalah sebagai berikut. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda berbunyi sebagai berikut. Perusahaan-perusaaan Kereta Api milik Belanda yang ada di dalam Republik Indonesia sebagaimana terperinci dalam Pasal 2 dikenakan nasionalisasi. f. Selanjutnya, Yang Mulia. Bahwa kemudian dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda sebagai berikut. Perusahaan Kereta Api termasuk dalam Pasal 1 adalah milik (suara tidak terdengar jelas) milik Semarang Joana Stoomtram Maatschappij, milik Serajoedal Stoomtram Maatschappij, milik Oost- Java Stoomtram Maatschappij, milik NV. Mojokerto Stoomtram Maatschappij, milik NV. Kediri Stoomtram Maatschappij, milik NV. Malang Stoomtram Maatschappij, milik NV. Probolinggo Stoomtram Maatschappij, milik NV. Pasuruan Stoomtram Maatschappij, milik NV. Madura Stoomtram Maatschappij. Semua berkedudukan di negara Belanda dan semua diwakili seorang wakil (suara tidak terdengar jelas) van de Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij yang berkedudukan di Bandung, sebagaimana yang kami yakinkan dalam bukti P-11. g. Bahwa menurut pendapat Pemerintah dalam hal ini PT.KAI, tanah negara bebas yang telah ditempati Pemohon sejak tahun 1950 hingga sekarang tanpa terputus-putus a quo dalam perkara ini dianggap termasuk bagian dari tanah bekas milik NV. Nederlandsch- Indische Spoorwegmaatschappij yang dapat dijadikan objek nasionalisasi menurut ketetuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun Padahal sebetulnya tanah dimaksud bukan merupakan bagian dari bekas tanah milik Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij. Lalu selanjutnya, bahwa ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda dalam menentukan objek tanah yang akan dikenakan nasionalisasi hanya mengindahkan kepentingan pemerintah, dalam hal ini PT. KAI dengan perusahaan yang dikenakan nasionalisasi. Padahal seharusnya juga memperhatikan warga negara dan/atau masyarakat yang berhak atas tanah karena sudah menempati tanah dimaksud sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda sehingga bertentangan dengan Pasal 28A, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang -Undang Dasar 1945 karena... karenanya Pemohon memohon agar Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda

8 seharusnya berbunyi, Perusahan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kepentingan warga negara Indonesia yang berhak karena sudah menempati tanah dimaksud dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi miliknya penuh dan bebas negara Republik Indonesia. Yang Mulia yang kami hormati bahwa yang disampaikan Pemohon ini sebenarnya telah menjadi permasalahan umum di masyarakat Kota Semarang, Kota Surakarta, Surabaya, Madiun, Magelang hingga kini belum ada jalan untuk penyelesaian yang sebaik-baiknya. Oleh karenanya, Pemohon sangat berharap melalui Mahkamah Konstitusi dan kepada Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi untuk kiranya penentuan objek nasionalisasi terhadap tanah-tanah yang dianggap milik perusahaan-perusahaan Belanda harus memperhatikan kepentingan warga negara dan/atau masyarakat Indonesia yang sudah menempati sehingga dapat tercapainya kepastian hukum di tengah masyarakat. Selanjutnya petitum. Berdasarkan alasan-alasan dalam hal-hal sebagaimana tersebut di atas, maka Pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut; 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda dalam Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 162 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1690 dapat merugikan dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon dan bahkan masyarakat luas sehingga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 162 Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 1690 seharusnya berbunyi, Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah harus memperhatikan kepentingan warga negara Indonesia yang berhak karena sudah menempati tanah dimaksud dikenakan nasionalisasi menjadi miliknya penuh dan bebas negara Republik Indonesia. 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam berita negara Republik Indonesia atau kalau Yang Mulia berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

9 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya, semuanya sudah Anda bacakan, tapi kalau Anda melihat pada nomor 5 ini kebetulan saya halaman 88 di tempat saya tidak ada ya. Saya terima perbaikan permohonan Anda, ya kalau saya melihat di sini kelihatannya ini kasus konkret ya dan Anda di sini sebetulnya malah memberikan legal standing-nya tidak hanya Pemohon tapi Anda mengatakan merugikan hak Pemohon dan bahkan masyarakat luas. Ini legal standing-nya siapa jadinya? Kalau Anda tadi mengatakan kan hanya Ibu Veronica, tapi kemudian dengan masyarakat yang lain? Kalau saya melihat di sini di dalam halaman 9 kelihatannya ini sudah lebih jelas ya perusahaan-perusahaan kereta api milik Belanda yang ada dalam Republik Indonesia sebagaimana terperinci dalam Pasal 2 dikenakan nasionalisasi. Kemudian di sini dikatakan bahwa peraturan pemerintah itu adalah 1 sampai 10. Kemudian di sini dikatakan semua berkedudukan di negeri Belanda dan semua diwakili oleh seorang wakil Nederlandsch Indonesische Spoorwegmaatschappij maskapai yang dikedudukan di Bandung, ini di angka 8 Anda sudah mengatakan pendapat pemerintah hal ini KAI tanah bebas yang telah ditempati Pemohon adalah tanah yang merupakan juga tanah milik NV Nederlandsch. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Yang Mulia, saya tetap berpedoman bahwa ini adalah sengketa konstitusional karena apa karena dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958 itu hanya mengakomodir satu pemerintah dalam hal ini KAI bisa BUMN, Pemerintah, dan yang kedua adalah perusahaanperusahaan milik Belanda yang terkena nasionalisasi tapi dalam hal ini undang-undang belum mengatur tentang kepentingan warga Negara yang berhak atas tanah di maksud. Untuk itu maka undang-undang ini kami nilai bertentangan dengan konstitusi karena Pemohon di sini hak-hak untuk menempati tanah yang dimaksud dijamin oleh konstitusi dalam hal ini adalah pasal yang sudah kami uraikan. Jadi di sini kami tetap menganggap sengketa konstitusional, maksud saya mungkin yang dimaksud Yang Mulia adalah peristiwa konkret itu bukan maksud saya, konkret dalam arti adalah contoh-contoh yang lain itu punya permasalahan yang sama, sehingga untuk mempertajam kedudukan Pemohon berkaitan dengan Undang- Undang Nasionalisasi, maka kami tidak ada jalan lain untuk memperjelas dan mempertajam sesuai dengan arahan Yang Mulia pada sidang hari ini.

10 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, kalau Anda mengatakan di sini halaman 10, Pasal 1 Undang- Undang Nomor 86 itu seharusnya berbunyi, Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Indonesia akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan warga negara Indonesia yang berhak karena sudah menampati tahap dimaksud. Dikenakan nasionalisasi, dan dinyatakan menjadi milik yang penuh dan bebas negara Republik Indonesia. Padahal kan pasalnya kan tidak seperti itu. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Jadi begini Yang Mulia ( ) 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ini tidak sesuai dengan petitum Anda, ya. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya, ya. 15. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Jadi petitumnya Anda ingin seperti itu. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Bersyarat ya? 17. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, makanya ini kalau Anda melihat pada petitum nomor 2 itu, kemudian Anda melihat pada memperluas pada legal standing ya dapat merugikan hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon dan bahkan masyarakat luas. Dapat itu kan berarti juga dapat tidak. 18. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya.

11 19. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya kan kalau Anda mengatakan dapat merugikan hak, tentu juga bisa dikatakan dapat tidak merugikan hak. Ya, kan, nah ini Anda harus harus jeli karena Anda di sini dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon dan bahkan masyarakat luas sehingga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Jadi, Anda mengatakan ini bertentangan dengan konstitusi itu masih ragu-ragu, dapat bertentangan, dapat tidak bertentangan. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya, ya. 21. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Gitu kan, nanti kalau Anda tetap seperti permohonan yang akan Anda majukan ini tolong nanti direnvoi sebentar. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya. 23. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Ya. Karena kata dapat itu bisa mempunyai dua apa... arti. Ya, bisa dapat dilaksanakan dan dapat tidak dilaksanakan. Gitu ya, ya kami terima permohonan Anda, dan Anda memberikan bukti tertulis sampai bukti P KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI P-12, ya. 25. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, saya nyatakan sah. KETUK PALU 1X Ya. Masih ada yang perlu disampaikan?

12 26. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Kami mohon penjelasan berkaitan dengan apa yang disarankan Yang Mulia bahwa petitumnya harus disinkronkan, apakah ini masih ada waktu dalam ( ) 27. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Kalau petitum yang angka 2 kan Anda tinggal menghilangkan kata dapat itu kan, jadi itu kan. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Oh, ya, ya. 29. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Kalau yang kedua memang kan Anda inginnya kan conditional. 30. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Conditional. 31. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya kan konstitusional atau inkonstitusional. Sesuai dengan itu kan, rumusan kan seperti ini, jadi yang petitum nomor 2 saja yang Anda renvoi supaya jelas, kalau ada muatan ini bertentangan atau tidak ini merugikan Pemohon. 32. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya. 33. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Itu. 34. KUASA HUKUM PEMOHON: SUBALI Ya, ya.

13 35. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Kalau sudah tidak ada permasalahan, maka sidang ini saya akhiri dan akan saya sampaikan pada Rapat Permusyawaratan Hakim bagaimana kelanjutan dari permohonan ini, ya nanti Anda akan mendapatkan panggilan, seandainya ini akan dilanjutkan dalam sidang Pleno, ya. Karena sudah selesai, maka saya nyatakan sidang ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 22 Oktober 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.