PENDEKATAN PENELITIAN

Transkripsi

1 PENDEKATAN PENELITIAN Kerangka Pemikiran Rumah tangga petani miskin di pinggiran perkotaan dicirikan oleh terbatasnya pemilikan lahan pertanian dan kepemilikan aset produksi lainnya, serta juga terbatasnya konsumsi rumah tangga terhadap pangan dan non pangan (pendidikan, perurnahan, dll). Berkaitan dengan aset produksi lahan, terbatasnya lahan pertanian yang dimiliki, sangat terkait dengan pengaruh aspek struktural yaitu karena meningkatnya konversi penggunaan lahan dari peruntukan pertanian menjadi peruntukan industri dan pemukiman. Hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya kesempatan kerja bagi rumah tangga petani di pinggiran perkotaan untuk tetap bertahan hidup, sehingga memungkinkan mereka jatuh kepada kemiskinan yang semakin dalam. Selain daripada itu, kemiskinan yang terjadi dalam rumah tangga petani juga bisa disebabkan oleh pengaruh struktur internal dalam rumah tangga itu sendiri, misalnya pengaruh sumberdaya keluarga, seperti ukuran dan komposisi (usia, jenis kelamin) keanggotaan rumah tangga. Struktur internal rumah tangga ini berubah menurut tahapan ekspansi dalarn rumah tangga4. Seperti yang dikemukakan Sitorus (1999) sebelumnya, untuk mengatasi berkurangnya kesempatan kerja di daerah pinggiran perkotaan, strategi yang dilaksanakan oleh petani untuk tetap bertahan hidup di bidang ekonomi adalah 4 Menurut White (dah Sitorus, 1989). taliapan ekspansi demografis dapat dibcdahan atas. ( I ) ekspansi dini (anak tenua berusia 0-9 tahun); (2) ekspansi penengallan (anak tcnua bcrtrsia tahun); (3) ekspansi lanjut (anak tertua berusia 15 tahun ke atas); dan (4) ekspansi pcnychariin (iidii anak yang memisahkan diri dari rumah tangga).

2 melalui pola nafkah ganda dan di bidang non-ekonomi melalui lembaga kesejahteraan asli. Dalarn pola nafkah ganda, selain bekerja di sektor pertanian, rumah tangga petani juga melakukan kegiatan ekonomi lain, seperti berdagang kecil-kecilan, menarik becak, dsb. Seperti juga White (1990) mengemukakan bahwa RT usahatani gurem atau tak bertanah, yang penghasilannya dari usahatani maupun buruh tani, tidak mencukupi kebutuhan hidup dasarnya (RT "defisit pertanian") akan rnengalokasikan sebagian dari tenaga kerja mereka - tanpa modal, dan karenanya dengan imbalan yang rendah - ke dalam kegiatan luar pertanian sebagai strategi bertahan hidup (survival strategy). Selain itu, rnenurut Sitorus (1989), strategi ekonomi rumah tangga menunjukkan struktur alokasi tenaga kerja dalam rumah tangga yang pada prinsipnya berkaitan dengan "pola peranan" (work roles) atau pola kerja individu pria dan wanita (dewasa dan anak-anak) anggota rumah tangga. Struktur alokasi tenaga kerja petani ini dipertimbangkan dalam kaitannya dengan tahapan ekspansi demografis dan tingkat penguasaan tanah dalam rumah tangga petani tersebut. Berkaitan dengan strategi sosial, rurnah tangga petani miskin selain memanfaatkan lembaga kesejahteraan asli, juga mengembangkan jejaring sosial dalam kaltannya dengan hubungan kerja dan produksi. Menurut Sitorus (1999), beragam kelembagaan kesejahteraan asli yang hidup dalarn masyarakat pada prinsipnya adalah bentuk-bentuk pengorganisasian sumberdaya antar rumah tangga Lembaga kesejahteraan asli tersebut dapat dibedakan atas tiga tipe, ya~tu 1 T~pe pertukaran, dlmana lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme pertukaran uang, barang atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentlngan lndlvldu

3 2. Tipe penghimpunan, dimana lembaga kesejaheraan asli berupa mekanisme penghimpunan uang, barang, atau tenaga yang berorientasi untuk pemenuhan kepentingan individu. 3. Tipe pembagian, dimana lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme pembagian, barang atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu, kelompok atau masyarakat. Berkaitan dengan strategi sosial, dimana rumah tangga petani miskin mengembangkan jejaring sosial untuk bertahan hidup, dalam kerangka analisisnya Friedman (1992) mengemukakan bahwa ada delapan dasar kekuatan sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan rumah tangga miskin, yaitu: 1. Ruang bertahan hidup yang merupakan dasar teritorial dari ekonomi rumah tangga. 2. Waktu berlebih, yaitu waktu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi rumah tangga, guna mencapai suatu kehidupan rumah tangga yang subsisten. 3. Pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan tingkat pendidikan dan keahlian khusus anggota rumah tangga. 4. lnformasi tepat yang bisa didapatkan. 5. Organisasi sosial, baik formal dan informal dimana anggota keluarga terlibat di dalamnya. 6. Jaringan sosial yang secara esensial didasarkan pada pola resiprositas. 7. Alat-alat untuk bekerja dan mata pencaharian. 8. Surnberdaya keuangan.

4 Selain yang tersebut di atas, strategi bertahan hidup dalam rumah tangga juga dipengaruhi juga oleh kondisi sosial ekonomi wilayah pinggiran perkotaan, intervensi pemerintah, swasta dan LSM terhadap suatu komunitas, serta pola hubungan produksi. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan seperti bagan alur seperti yang terlihat pada gambar 1. Aspek Strutural (Konversi lahan pertanian) - Karakteristik Kemiskinan dalam Rumah Tangga petani I. * 1 Sumberdaya Internal Rumah tangga Strategi Ekonomi (berkaitan dengan struktur alokasi tenaga kerja rumah tanggal - Pola nafkah ganda (memanfaatkan lahan tidur, usaha lain) - Optimalisasi tenaga kerja rumah tangga Strategi Sosial - Memanfaatkan lembaga kesejahteraan asli - Mengembangkan jejaring sosial pemerintah, Swasta, dan LSM Pola Hubungan Produksi Gambar 1. Karakteristik Kemiskinan dan Strategi Bertahan Hidup daiam Rumah Tangga Petani

5 Hipotesis Pengarah Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas, maka hipotesis pengarah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa strategi sosial ekonomi yang dilakukan oleh petani miskin pinggiran perkotaan sangat terkait dengan kondisi sosial ekonomi wilayah setempat, intervensi pemerintah/swasta/lsm, serta pola hubungan produksi diantara sesarna petani sendiri serta antara petani dan pedagang. Metodologi Penelitian Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kabupaten Bekasi, provinsi Jawa Barat. Pemilihan kabupaten Bekasi sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa kabupaten Bekasi merupakan daerah pengembangan dari kota Jakarta, dimana banyak ditemukan lahan-lahan kosong yang dimanfaatkan oleh para petani. Dari kabupaten terpilih ini ditentukan kecamatan Tarnbun sebagai lokasi penelitian dengan desa Jatimulya sebagai sampel. Pemilihan desa Jatimulya sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa Jatimulya merupakan desa yang terletak di daerah pinggiran perkotaan (daerah peri-urban), yaitu desa yang berbatasan langsung dengan kotamadya Bekas~ Kr~teria yang digunakan dalam pemilihan desa Jatimulya sebagat lokasi penelltian didasarkan pada beberapa kriteria yang dikemukakan McGee (1987 F~rman, 1992) sebagai desa- kota, yaitu yang dicirikan oleh: (1) kepadatan populasi tinggi; (2) secara umum tetapi tidak ekslusif rnerupakan daerah sawah dengan sangat sedikit pemiiik lahan (landholding); (3) daerah tersebut menyediakan kesempatan kerja bagi para migran dari pedesaan dan pasar bagi produk pertanian, (4) daerah tersebut

6 dicirikan oleh beragam aktivitas non-pertanian, termasuk industri, transportasi dan perdagangan; (5) ada interaksi antara aktivitas perkotaan dengan aktivitas pedesaan; (6) penggunaan lahan merupakan suatu campuran yang kuat sebagai daerah pemukiman, daerah industri, pembangunan suburban dan penggunaanpenggunaan lainnya yang saling berdampingan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan di RW 08, dusun Rawasapi yaitu tempat lokasi lahan terlantar (lahan tidur) milik PT. ASABRI, yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli Metode dan Subjek Kasus Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif. Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik desa pinggiran perkotaan dan masyarakatnya dilakukan melalui studi komunitas (Arensberg dan Kimball, 1972); untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik rumah tangga petani miskin di daerah pinggiran perkotaan dilakukan studi kasus melalui pengamatan dan wawancara yang rnenggunakan kuesioner tak berstruktur; untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan dilakukan melalui kelompok diskusi dan studi kasus; sedangkan untuk mendapatkan informasi mengenai strategi bertahan hidup dilakukan melalui studi kasus. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder (tabel 1).

7 Tabel 1. Jenis data Primer yang Diambil dan Metode yang Digunakan Tujuan penelitian 1. Untuk mengkaji karakteristik desa pinggiran perkotaan dan masyarakatnya Jenis informasi yang akan diambil Tingkat Desa 1. Keadaan Umum Wilayah : letak, luas, topografi, penggunaan lahanltanah, kondisi dan pola pemukiman, kondisi rumah, dll), fasilitas-fasilitas (ekonomi-pasar, koperasi, bank; pendidikan-sekolah, madrasah, dll; kesehatan - puskesmas, klinik; air bersih - sumur, pompa, PAM; agama - rumah ibadah; MCK; sarana dan prasarana perhubungan. 2. Penduduk: karakteristik demografi (komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan); jumlah rumah tangga dan jumlah anggotalrt; jumlah angkatan kerja produktif dan tidak produktif; kepadatan penduduk; gerak penduduk. 3. Mata Pencaharian: jenis pekerjaan dan jumlah penduduk pada masing-masing jenis pekerjaan; jenis pekerjaan yang berkaitan dengan pola nafkah ganda. 4. Kondisi sosial dalam masyarakat: sistem dan keadaan pelapisan sosial (jumlah petani, dasar pembentukan pelapisan sosial - luas penguasaan tanah, bentuk rumah dan pekerjaan tetap, martabat seseorang, dsb); tingkatan lapisan sosial; 5. Kondisi ekonomi dalam masyarakat: jenis usaha (pertanian dan non-pertanian: perdagangan, jasa, industri rt); pusat kegiatan usaha; pola nafkah ganda. 6. Pemilikan dan penguasaan aset produksi: jenis dan jumlah (tanah, ternak, alat-alat kerja); pola penguasaan aset produksi (pemilikanlmelalui pewarisan atau beli sendiri, penyewaan, sakap, gadai, dll); struktur penguasaan aset produksi (tingkatan dan ratarata penguasaan aset, serta status kepemilikan). 7. Kelembagaan: lembaga formal (LKMD, Karang taruna, PKK, dsb) dan lembaga informal (pengajian, arisan, yayasan, gotongroyong, dsb). Metode pengumpulan data Studi Komunitas Profil desa dan wawancara informal dengan Kepalal Aparat Desa Profil desa dan wawancara informal dengan Kepalal Aparat Desa Profil desa dan wawancara informal dengan Kepala I Aparat Desa Diskusi kelompok dengan lnforman Kunci Profil desa dan wawancara informal dengan Kepalal Aparat desa, diskusi kelompok dengan lnforman Kunci Prof11 desa, wawancara informal dengan Kepalal Aparat desa, diskusi kelompok dengan lnforman Kunci Wawancara informal dengan Kepalal Aparat desa; diskusi kelompok dengan lnforman Kunci

8 2. Untuk mengkaji bagaimana karakteristik rumah tangga masyarakat pinggiran perkotaan. P Tingkat Rumah Tangga 1. Keragaan rumah tangga petani miskin: asalusul dan status sosial ekonomi. 2. Pemilikan dan penguasaan aset produksi: jenis dan jumlah (tanah, ternak, alat-alat kerja); pola penguasaan aset produksi (pemilikanlmelalui pewarisan atau beli sendiri, penyewaan, sakap, gadai, dll); struktur penguasaan aset produksi (rata-rata penguasaan aset, serta status kepemilikan). Studi Kasus Wawancara mendalam dengan rumah tangga kasus Wawancara mendalam dengan rumah tangga kasus dan pengamatan berpartisipasi 3. Kondisi sosial ekonomi dalam rumah tangga: sifat usahatani (komersiallsubsisten); mata pencaharian (pertanianlnon pertanian), pola konsumsi (frekuensi makan, menu); tingkat pendidikan keluarga (SDISMPISMUIPTI lainnya); tingkat kesehatan; bentuk dan kondisi rumah, dsb. Wawancara mendalam dengan rumah tangga kasus dan pengamatan berpartisipasi Untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. 3. Untuk mengkaji strategi yang dilakukan rumah tangga untuk mengatasi kemiskinan di daerah pinggiran perkotaan. 4. Ukuran kerniskinan dalam masyarakat: ukuran ekonomi (kepemilikan aset produksi dan barang berharga lainnya, pendapatan, kondisi rumah); ukuran sosial (pendidikan dan keterampilan, jenis dan sifat pekerjaan) Tingkat Rumah Tangga Struktur internal dalam rumah tangga: jumlah anggota rt; komposisi rumah tangga menurut umur dan jenis kelamin; potensi tenaga kerja dalam rumah tangga; bentuk rumah tangga fiurnlah keluaraa inti) Tingkat Rumah Tangga 1. Strategi ekonomi RT: pembagian kerja; pola nafkah dan; penghasilan dalam rumah tangga. 2 Stsategl sos~al pemanfaatan lembaga kesejahteraan as11 dan pengembangan jejaring sos~al 3. Per~laku berusahatan~ keahlian berusahatani; eara pemperoleh saprod1 (membeli, rnemlnjam, bag4 hasll, dsb), cara memasarkan produk (membawa ke pasar, menunggu psmbel~, dsb) Diskusi kelompok dengan informan kunci Wawancara mendalam dan penga-matan berpar-tisipasi Studi Kasus Wawancara mendalam dengan rumah tangga kasus dan pengamatan berpartisipasi) 4. Kekuatan Sos~al ruang bertahan h~dup yang merupakan dasar ter~tor~al dar~ ekonom~ rumah tangga, waktu berlebih dalam RT. pengetahuan dan keahl~an yang dlm111k1 awggota RT, ~nformasl yang b~sa ddapatkan RT, keterlibatan dalam organlsasl soscal, baik formal dan informal, jarlngan sosral yang didasarkan pada pola rescprosltas, alat-alat yang digunakan RT untuk bekerja, serta sumberdaya keuangan

9 Untuk mengkaji sampai sejauh mana peranan "stakeholder" (pemerintah, swasta dan organisasi IokalILSM) dalam upaya mengatasi kemiskinan di daerah pinggiran perkotaan. Tingkat Desa 1. Ragam intervensi dan manfaatnya dalam masyarakat: pemerintah (bantuan pendidikanlpelatihan, koperasi, puskesmas, lembaga perkreditan, dsb); swasta (klinik, lembaga perkreditan, dsb), LSM (bantuan pendidikanl pelatihan, lembaga prekreditan, dsb) 2. Manfaat intervensi terhadap rumah tangga miskin Wawancara informal dengan Kepalal Aparat Desa dan diskusi kelompok dengan informan Kunci Data primer dikumpulkan dari informan, rumah tangga kasus, serta anggota-anggota RT lain yang ada dalam rumah tangga tersebut sebagai subjek kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner terbuka, yang dilakukan dalam beberapa kali kunjungan, serta pengamatan berpartisipasi terhadap rumah tangga kasus. Para informan, rumah tangga kasus serta anggota RT dipilih secara sengaja (purposive), sesuai dengan data yang dibutuhkan dan relevan dengan penelitian. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. lnforman yang dipilih meliputi tokoh-tokoh formal dan informal yang ada di desa kasus. Tokoh-tokoh formal tersebut terdiri dari kepala desa dan perangkat desa lainnya. Sedangkan tokoh informal terdiri dari tokoh agama, tokoh wanita dan tokoh pemuda. Penentuan rumah tangga kasus dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1 Menentukan ukuran kemiskinan menurut masyarakat setempat, dengan d~dasarkan pada informasi yang didapatkan dari pemuka desa dan tokohtokoh masyarakat melalui diskusi kelompok.

10 2. Mengidentifikasi rurnah tangga petani rniskin berdasarkan keterangan yang didapatkan dari para inforrnan. 3. Dari rurnah tangga kasus dipilih secara sengaja 10 rurnah tangga kasus berdasarkan kriteria yang ditetapkan tersebut. Anggota-anggota rurnah tangga sebagai subjek kasus adalah rnerekarnereka yang tergolong usia kerja, yaitu yang berusia lebih atau sarna dengan 15 tahun. lnforrnasi yang digali dari inforrnan dan responden penelitian berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dirurnuskan sebelurnnya. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data sudah dirnulai semenjak penelitian lapang. Tahapan pengolahan data rneliputi: 1. Editing data, yang bertujuan untuk menyeleksi data lapangan guna rnenghindari kesalahan dan penyimpangan sewaktu pengurnpulan data di lapangan. 2. Tabulasi data, yang dilakukan setelah penyeleksian data. 3. Pernbuatan tabel analisa. Analisa data dilakukan dengan cara Xabulasi silang dan deskriptif kualitatif.