METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian"

Transkripsi

1 METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain), penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi yang efektif dan kondisi yang kondusif untuk mencapai efektivitas tersebut (Sitorus dan Agusta, 2005). Evaluasi sumatif ini digunakan untuk menilai efektifitas program yang telah dilaksanakan dan mengetahui tingkat perkembangan KUBE. Kajian ini menggunakan metoda kualitatif yang dilakukan untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan permasalahan KUBE dan perkembangannya dengan tujuan memperoleh informasi tentang keragaan ketiga KUBE, tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada aras mikro dengan pendekatan subyektif-mikro. Pendekatan ini digunakan untuk memahami program dan tindakan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota KUBE dan menilai efektifitasnya melalui interaksi langsung dengan pengurus dan anggota KUBE. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola perilaku, tindakan dan interaksi sosial keluarga miskin dalam pengembangan KUBE untuk mencapai tujuannya. Strategi Kajian Strategi kajian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi aras mikro yang relevan untuk kajian komunitas karena dapat menangkap realitas sosial secara holistik dan mendalam, lebih mudah dipahami dan bersifat mendalam-menyeluruh-rinci (trimatra), dapat mengungkap pola hubungan yang bersifat amung (Sitorus dan Agusta, 2005). Studi kasus ini dilakukan dengan menerapkan metode kerja eksplanasi, yaitu memahami keragaan ketiga KUBE,

2 25 tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada seluruh KUBE di Kelurahan Kebon Waru yang berjumlah tiga KUBE, yaitu KUBE HPMBK-1, KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3. Masing-masing KUBE beranggotakan 10 orang. Alasan pemilihan strategi studi kasus ini adalah: 1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang dikelola keluarga miskin di Kelurahan Kebon Waru dapat berjalan dibandingkan dengan KUBE di wilayah lainnya yang ada di Kota Bandung. 2. Ketiga KUBE di Kelurahan Kebon Waru mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda walaupun pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama, sehingga perlu diketahui permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan yang berbeda untuk menyusun strategi berupa program untuk mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kajian Lokasi Kajian Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal (lihat Lampiran 1, Peta Lokasi Kajian). Penentuan lokasi kajian ini dilakukan dengan pertimbangan: 1. Masalah kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru merupakan masalah yang paling menonjol dibandingkan dengan masalah lain. Jumlah keluarga miskin di wilayah ini mencapai 1780 KK atau 38,12 persen dari keseluruhan rumah tangga dan 147 KK berada di RW Di kelurahan ini dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat miskin yaitu Program Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga (AKSK) melalui KUBE.

3 26 Waktu Pelaksanaan Kajian Kajian dilaksanakan secara bertahap dengan kegiatannya meliputi pemetaan sosial, evaluasi program pengembangan masyarakat, penyusunan dan seminar rancangan kajian, pelaksanaan kajian dan penyusunan program, penulisan laporan, seminar dan ujian akhir. Jadwal pelaksanaan kajian lebih rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian NO JENIS KEGIATAN 1. Pemetaan Sosial (PL 1) Evaluasi 2. Program (PL.2) 3. Penyusunan dan Seminar Rancangan 4. Kajian Pelaksanaan Kajian dan Penyusunan Program 5. Penulisan Laporan 6. Seminar Laporan 7. Ujian Akhir 8. Perbaikan Laporan 9. Penggandaan Laporan TAHUN TAHUN Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi: 1. Keragaan ketiga KUBE, meliputi SDM anggota, struktur KUBE, kepemimpinan dalam KUBE, manajemen KUBE dan jaringan kerjasama/kemitraan dengan pihak lain. 2. Tngkat perkembangan ketiga KUBE mengacu pada tipologi perkembangannya

4 27 3. Permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. 4. Strategi yang dapat dilakukan agar ketiga KUBE tidak mengalami ketimpangan dalam perkembangannya. Sumber Data Data dalam kajian bersumber dari: 1. Data primer: bersumber dari responden dan informan. Responden terdiri dari anggota, pengurus KUBE dan pendamping sosial. Informan terdiri dari tokoh masyarakat, aparat desa, dan petugas Dinas Sosial. Responden dan informan tidak ditentukan jumlahnya, tetapi berpatokan pada kecukupan informasi tentang masalah kajian. 2. Data sekunder; bersumber dari dokumen KUBE, dokumen kelurahan (monografi, laporan-laporan, dan surat resmi) yang dapat mendukung kecukupan data. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam kajian adalah: 1. Studi dokumen, yaitu mempelajari data yang bersumber dari dokumen kelurahan (monografi, laporan-laporan), dokumen kecamatan serta dokumen tertulis lain yang dapat mendukung kecukupan data. Pedoman studi dokumen lihat pada lampiran Pengamatan berperan serta, yaitu melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data dengan berinteraksi sosial dengan subjek kajian dalam lingkungan subjek kajian. Pedoman pengamatan berperanserta lihat pada lampiran Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan temu muka berulang antara peneliti dengan subjek kajian dalam suasana kesetaraan, keakraban dan informal untuk memahami pandangan hidupnya, pengalaman hidupnya, situasi sosial dan hal lain yang terkait dengan masalah kajian. Pedoman wawancara lihat pada lampiran 4.

5 28 4. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion), yaitu mengadakan diskusi secara sistematis dengan melibatkan subjek kajian untuk memahami permasalahan tertentu secara terfokus. Pada diskusi ini, peneliti berperan sebagai fasilitator. FGD dilaksanakan pada saat memahami keragaan ketiga KUBE dan menyusun rancangan program untuk mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE. Pedoman diskusi kelompok terfokus lihat pada lampiran 5. Secara lebih rinci, metoda pengumpulan data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Masalah, Topik, Sumber data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data No Masalah Topik Sumber Data Teknik Instrumen 1. Keragaan ketiga KUBE 1. SDM anggota 2. Struktur KUBE 3. Kepemimpinan 4. Manajemen KUBE 5. Jaringan kerjasama dengan pihak lain. 1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendampin g sosial 4. Dokumen 1. Wawancara 2. Pengamatan lapangan 3. Studi dokumentasi 1. Pedoman wawancara 2. Pedoman pengamatan lapangan 3. Panduan studi dokumentasi 2. Tingkat perkembangan ketiga KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE 1. KUBE HPMBK-1 (Tipologi berkembang) 2. KUBE HPMBK-2 dan HPMBK-3 (Tipologi tumbuh) 1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendamping sosial 4. Dokumen 1. Wawancara 2. Pengamatan lapangan 3. Studi dokumentasi 1. Pedoman wawancara 2. Pedoman pengamatan lapangan 3. Panduan studi dokumentasi 3. Permasalahan yang menyebabkan perbedaan tingkat perkembangan ketiga KUBE 1. KUBE HPMBK-1 2. KUBE HPMBK-2 3. KUBE HPMBK-3 1. Pengurus 2. Anggota 3. Pendamping sosial 1. Wawancara 2. Pengamatan lapangan. 1. Pedoman wawancara 2. Pedoman pengamatan lapangan 4. Strategi dalam mengatasi perbedaan tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE (penyusunan program) Penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE 1. Anggota 2. Pengurus 3. Pendamping sosial 4. Tokoh masyarakat 5. Aparat kelurahan 6. Dinas Sosial Diskusi kelompok Pedoman diskusi

6 29 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Kegiatan dalam reduksi data ini adalah menyeleksi data, membuat ringkasan dan menggolongkan data. 2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks, grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti tindakan masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan dan proposisi. 4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan pengurus dan pendamping KUBE. Penyusunan Program Penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan pengurus, anggota, pendamping sosial, tokoh masyarakat, aparat kelurahan, Dinas Sosial dan pengusaha lokal melalui diskusi kelompok terfokus. Tujuannya adalah agar program yang disusun sesuai dengan permasalahan yang menyebabkan perbedaan tingkat perkembangan pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama serta untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Proses penyusunan program dilakukan melalui tahapan analisis masalah dan kebutuhan, identifikasi sumber-sumber dan penentuan masalah, dan penyusunan program dalam mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE sebagai strategi pengembangan KUBE.

7 PETA SOSIAL KELURAHAN KEBON WARU Gambaran Lokasi Kelurahan Kebon Waru merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Kondisi alam dengan permukaan tanah berbentuk dataran, terletak pada ketinggian tanah ± 700 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata pertahun 2400 milimeter dengan keadaan suhu rata-rata 23 s/d 25 derajat Celcius. Secara geografis Kelurahan Kebon Waru berada di wilayah Kota Bandung Bagian Tengah dengan batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cibeunying Kidul. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebon Gedang. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kacapiring. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kiaracondong. Kelurahan Kebon Waru terletak di kawasan Jalan Jakarta, berjarak 2 kilometer dari pusat pemerintahan propinsi. Dari kecamatan dan pusat kota berjarak 2.5 kilometer. Lokasi ini relatif mudah dijangkau karena dilalui angkutan kota berbagai jurusan. Kemudahan transportasi serta letaknya yang berdekatan dengan pabrik-pabrik dan fasilitas lain seperti pertokoan, pasar, sekolah dan poliklinik menyebabkan Kelurahan Kebon Waru banyak didatangi para pendatang untuk bekerja, bersekolah dan bermukim di daerah tersebut. Wilayah Kelurahan Kebon Waru terbagi menjadi 8 Rukun Warga (RW) dan 67 Rukun Tetangga (RT). Luas wilayah Kelurahan Kebon Waru adalah 96 hektar dengan sebagian besar peruntukannya adalah pemukiman, perindustrian dan perkantoran. Lebih rinci, peruntukan lahan dapat dilihat di Tabel 3.

8 31 Tabel 3 Peruntukan Lahan di Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 No Peuntukan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pemukiman 63, Perkantoran/Perindustrian 30, Prasarana Umum Lainnya Sekolah 2, Tempat Peribadatan 0, Tempat Olah Raga 0, Jumlah 96, Sumber data: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Berdasarkan data penggunaan lahan dapat diketahui bahwa persen dari luas wilayah digunakan untuk pemukiman penduduk, persen untuk perkantoran dan perindustrian. Penggunaan lahan untuk pemukiman, perindustrian dan perkantoran yang sangat besar menunjukkan bahwa masyarakat Kebon Waru merupakan masyarakat perkotaan yang tidak mengandalkan sumberdaya lahan untuk kehidupannya. Mereka lebih banyak bekerja di sektor industri, perdagangan dan sektor informal. Masalah Kemiskinan dalam Komunitas Batasan Kemiskinan Menurut Komunitas Masalah kesejahteraan sosial di Kelurahan Kebon Waru beraneka ragam. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang paling menonjol dibandingkan dengan masalah lain. Keluarga miskin di Kelurahan ini berjumlah rumah tangga atau 38,12 persen dari keseluruhan rumah tangga (Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru, 2005). Dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), mereka semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dalam wilayah ini keluarga miskin tersebar di semua Rukun Warga yang berjumlah 8 RW. Di RW 01, jumlah keluarga miskin 147 keluarga. Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan yang dialami oleh individu maupun kelompok masyarakat yang didasarkan pada nilai atau norma yang

9 32 berlaku dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa orang miskin adalah mereka yang tingkat pendapatan tidak sesuai dengan tata nilai dan norma masyarakat. Tata nilai atau norma masyarakat bersifat relatif, sehingga kemiskinan pada suatu masyarakat tidak tentu berlaku dalam masyarakat lain. Menurut pandangan masyarakat Kelurahan Kebon Waru, yang termasuk kategori miskin adalah: 1. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau mempunyai pekerjaan tetapi tidak tetap/serabutan. 2. Keluarga yang pendapatannya kurang, yaitu berpenghasilan kurang dari Rp ,- per bulan, sehingga pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. 3. Keluarga yang tidak dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat SLTP. 4. Keluarga yang rumahnya sempit yaitu berukuran kurang dari 21 meter persegi dengan penghuni lebih dari 5 orang dan tidak memiliki perabotan yang memadai. Berdasarkan ciri-ciri keluarga miskin menurut pandangan masyarakat tersebut, maka ada kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara data yang ada di Kantor Kelurahan dengan fakta di lapangan menurut pandangan masyarakat. Hal ini disebabkan data di Kantor Kelurahan hanya berdasarkan pada data yang dikeluarkan BPS. Kemiskinan dalam Komunitas Kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru terkait dengan faktor kependudukan, mata pencaharian, pelapisan sosial dan kelembagaan masyarakat. Kependudukan. Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan proses-proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan migrasi. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama (Rusli, 1995). Pada Tahun 2005, jumlah penduduk Kelurahan Kebon Waru adalah sebanyak jiwa yang terdiri dari 8170 jiwa laki-laki dan 8172 jiwa perempuan. Jumlah KK rumah tangga. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin tersaji dalam Tabel 4.

10 33 Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (Tahun) Jumlah Lebih jelas, komposisi penduduk Kelurahan Kebon Waru berdasarkan umur dan jenis kelamin disajikan dengan piramida penduduk pada Gambar 2. Gambar 2 Piramida Penduduk Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Laki-laki Perempuan Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005

11 34 Dari komposisi penduduk terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja golongan umur tahun sebanyak orang (68,33%). Hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Kebon Waru merupakan wilayah yang potensial bagi penyediaan sumber tenaga kerja. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau Rasio Jenis Kelamin di Kelurahan Kebon Waru adalah 100. Ini berarti setiap 100 perempuan terdapat 100 orang laki-laki atau jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan (50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan). Dari Gambar 2 juga terlihat bahwa jumlah usia produktif lebih besar daripada non produktif. Besarnya beban tanggungan penduduk dapat dihitung dengan melihat perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah usia produktif (usia kerja). Jika golongan umur tahun dipandang sebagai usia produktif, maka rasio beban tanggungan adalah 44 persen. Ini berarti setiap 100 orang yang produktif menanggung 44 orang yang tidak produktif atau mendekati perbandingan 2 : 1. Dengan perbandingan ini rata-rata dalam setiap rumah tangga terdapat satu orang usia non produktif. Keberadaan anggota rumah tangga yang tidak produktif bagi keluarga miskin akan menambah beban tanggungan karena tidak dapat menambah pendapatan keluarga. Di sisi lain, kebutuhan anggota pada usia non produktif juga meningkat seperti biaya pendidikan bagi anak atau biaya perawatan kesehatan untuk orang usia lanjut. Menurut tingkat pendidikan, penduduk di Kelurahan Kebon Waru sebagian besar berada pada taraf pendidikan di bawah SLTP yang mencakup antara lain tidak tamat SD dan tamat SD. Sebagian kecil dari penduduk berpendidikan SLTP ke atas, termasuk di dalamnya penduduk yang memiliki tingkat pendidikan sarjana muda dan sarjana. Secara lebih jelas, tingkat pendidikan penduduk disajikan pada Tabel 5.

12 35 Tabel 5 Komposisi Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak/Belum Sekolah ,31 2 Tidak Tamat SD ,43 3 Belum Tamat SD ,90 4 Tamat SD ,21 5 SLTP ,83 6 SLTA ,23 7 Akademi/Sarjana Muda 376 2,30 8 Sarjana 455 2,78 Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Kelurahan Kebon Waru masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari persentase penduduk yang masih berada di bawah tingkat pendidikan SLTP sebanyak jiwa atau sekitar persen. Penduduk yang berpendidikan SLTP dan SLTA sebanyak 5240 jiwa atau persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan sarjana muda dan sarjana sebanyak 831 jiwa atau 5.09 persen. Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia, karena dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang ada sejalan dengan perkembangan masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang kerja. Keluarga miskin di wilayah Kebon Waru sebagian besar berpendidikan sampai SD. Lebih rinci tingkat pendidikan keluarga miskin ini dapat dilihat pada Gambar 3.

13 36 Gambar 3 Komposisi Keluarga Miskin di Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Pendidikan Tahun % Tidak Tamat SD SD SLTP 24% 1% 6% SLTA Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Penduduk miskin berdasarkan pendidikannya terdiri dari tidak tamat SD 427 (24%), tamat SD (69%), SLTP 102 (6%) dan SLTA (1%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan keluarga miskin rendah. Rendahnya pendidikan ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang kerja, sehingga mereka kurang berkesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan memadai. Hal ini diindikasikan dari sebagian besar pekerjaan yang dimiliki keluarga miskin tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan tingkat pendapatan kurang memadai, seperti buruh bangunan, buruh angkat junjung, jualan keliling, tukang parkir, tukang sampah, pemulung dan sektor informal. Dari jenis-jenis pekerjaan ini mereka kesulitan untuk meningkatkan pendapatan. Gambaran tentang jenis pekerjaan keluarga miskin secara lebih jelas disajikan pada Gambar 5 sub bab Mata Pencaharian.. Mata Pencaharian. Sebagian besar penduduk Kelurahan Kebon Waru bekerja sebagai buruh dan serabutan/sektor informal. Termasuk dalam buruh ini adalah buruh pabrik, buruh angkat junjung di pasar, buruh bangunan dan tenaga kasar di pertokoan. Serabutan/sektor informal adalah jenis pekerjaan yang digeluti sendiri atau tidak terikat dengan pihak lain seperti pedagang kaki lima, pedagang dengan membuka toko/warungan, pedagang keliling, pemulung dan orang yang bekerja tidak tetap kadang-kadang berjualan, lain waktu menjadi buruh bangunan

14 atau bekerja berdasarkan permintaan. Lebih rinci, mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi Penduduk Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005 No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil ABRI Pegawai Swasta Pedagang Pensiunan Buruh Jasa Wiraswasta Serabutan /sektor informal ,63 Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah orang yang bekerja orang dari KK. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian keluarga tidak hanya mengandalkan satu orang sebagai sumber pendapatan, melainkan terdapat lebih dari satu orang yang bekerja. Dari Tabel 6, juga dapat dilihat bahwa jiwa (48,43%) penduduk wilayah ini mempunyai mata pencaharian sebagai buruh. Buruh yang paling banyak adalah buruh pabrik. Hal ini disebabkan di Kelurahan Kebon Waru terdapat beberapa industri baik berskala besar, sedang dan kecil. Pertokoan dan warung juga merupakan bagian dari sistem perekonomian di Kelurahan Kebon Waru. Jumlah toko sebanyak 41 buah baik toko besar atau grosir maupun toko kecil dan jumlah warung sebanyak 165 buah, sehingga dapat dipahami jika mata pencaharian sebagai pedagang menempati urutan cukup tinggi sebanyak 788 jiwa (11.68%).

15 38 Pada keluarga miskin, hampir semua bekerja di sektor pekerjaan yang tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Jenis pekerjaan yang banyak digeluti orang miskin adalah buruh (buruh pabrik, buruh bangunan dan buruh angkat junjung), sektor jasa (tukang parkir, penjaga keamanan, tukang cuci, pembantu rumah tangga dan tukang sampah) dan sektor informal, seperti jualan keliling, jualan asongan, jualan makanan jadi, jualan dengan membuka warungan kecil, industri rumah tangga skala kecil, pemulung, dan orang yang bekerja berdasarkan permintaan. Hal ini terkait dengan pendidikan keluarga miskin yang sebagian besar hanya tamat atau tidak tamat SD. Secara lebih rinci, komposisi penduduk miskin berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Komposisi Keluarga Miskin di Kelurahan Kebon Waru Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2005 Buruh Pabrik 34% Buruh bangunan Buruh angkat junjung Tukang parkir 1% 1% 3% 5% 56% Pembantu rumah tangga Serabutan/ Sektor informal Sumber: Kantor Kelurahan Kebon Waru Tahun 2005 Berdasarkan jenis pekerjaan, keluarga miskin di Kelurahan Kebon Waru terdiri dari buruh pabrik 981 rumah tangga (56%), buruh bangunan 96 rumah tangga (5%), buruh angkat junjung 48 rumah tangga (3%), tukang parkir 21 rumah tangga (1%), pembantu rumah tangga 24 orang (1%) dan serabutan/sektor informal 610 rumah tangga (34%). Tidak seperti jenis pekerjaan yang relatif mapan misalnya PNS, POLRI atau karyawan swasta, jenis pekerjaan ini biasanya mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan untuk modal kerja atau meningkatkan usahanya. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan

16 39 kemampuan untuk mengakses permodalan, seperti kesulitan untuk mengajukan kredit ke bank dan juga kurang kesempatan untuk meningkatkan kemampuan usaha, seperti mengikuti pelatihan keterampilan dan membangun kerjasama dengan pihak lain untuk pemasaran hasil produksi. Keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga miskin ini menyebabkan mereka kurang kesempatan untuk meningkatkan pendapatan yang memadai untuk mencukupi kebutuhankebutuhannya. Sumberdaya ekonomi, berupa sumberdaya alam tidak mendukung sistem perekonomian penduduk. Tidak ada penduduk yang mengandalkan pendapatan dari lahan atau dari sektor pertanian. Sumberdaya yang memberikan kontribusi bagi perekonomian penduduk adalah industri, pertokoan, pasar, dan lembaga keuangan (bank). Di wilayah ini terdapat 6 buah pabrik garment, industri atau pabrik berskala besar, misalnya DC Garment dan Multi Garment yang pemasarannya di ekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Industri atau usaha dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi lokal adalah industri rumah tangga yang dilakukan di rumah-rumah penduduk seperti industri olahan makanan, industri alat-alat mobil dengan bahan dasar dari karet, industri alat-alat olah raga, dan konveksi yang memproduksi celana jeans dan pakaian seragam sekolah. Wilayah kelurahan Kebon Waru juga berdekatan dengan pasar dan pertokoan. Di sektor-sektor usaha tersebut sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, karyawan swasta, jasa, dan sektor informal. Sumberdaya lain adalah sumberdaya kelembagaan berupa Kelompok Usaha Bersama Himpunan Pemberdayaan Masyarakat Bhakti Kesuma (KUBE HPMBK). KUBE ini merupakan kelembagaan ekonomi yang dibentuk oleh pemerintah untuk membantu keluarga miskin dalam meningkatkan pendapatan melalui bantuan permodalan. Namun disayangkan, sumberdaya ini masih mengalami keterbatasan untuk menjangkau semua keluarga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Kebon Waru. Sampai tahun 2006 KUBE HPMBK baru dapat menjangkau 30 orang dari keluarga miskin di RW 01.

17 40 Struktur Komunitas. Masyarakat di Kelurahan Kebon Waru terdiri dari campuran penduduk asli dan pendatang baik yang menjadi penduduk tetap maupun sementara. Hal tersebut menyebabkan wilayah ini sangat heterogen baik dari nilai-nilai masyarakat maupun pelapisan sosialnya. Unsur utama pelapisan sosial di wilayah ini lebih didasarkan kepada penguasaan atau kepemilikan asetaset ekonomi seperti penguasaan lahan, modal dan alat-alat produksi. Pelapisan sosial pada masyarakat ini dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah, kepemilikan sarana transportasi, dan jenis pekerjaan. Selain itu tingkat pendidikan dan keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan atau keagamaan juga mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat. Di Kelurahan Kebon Waru terdapat tiga lapisan sosial. Strata sosial tertinggi diduduki oleh pemimpin formal, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha besar, dan pegawai negeri. Strata sosial berikutnya adalah orang yang cukup mapan, pendidikan cukup tinggi dan pendapatan juga cukup, seperti karyawan swasta, pedagang dan pengusaha dengan modal cukup besar. Lapisan terbawah adalah orang miksin yang pada umumnya bekerja sebagai buruh berpendapatan rendah dan serabutan. Pelapisan sosial tersebut dapat terlihat pada Gambar 5. Gambar 5 Pelapisan Sosial di Kelurahan Kebon Waru Pemimpin formal, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pengusaha besar, Pegawai Negeri Karyawan swasta, pedagang dan pengusaha dengan modal cukup besar Buruh dan pekerja serabutan

18 41 Pelapisan sosial bagi keluarga miskin berpengaruh terhadap partisipasi dalam pembangunan dan dalam kehidupan kemasyarakatan. Hampir tidak ada keluarga yang tergolong miskin ini dilibatkan dalam penyusunan rencana pembangunan di tingkat kelurahan atau RW. Dalam kehidupan kemasyarakatan, misalnya acara peringatan HUT RI di tingkat RW atau kelurahan, jarang melibatkan orang miskin dalam susunan kepanitiaan. Partisipasi mereka dalam pembangunan lebih banyak dalam bentuk sumbangan tenaga. Kepemimpinan dalam komunitas terdiri dari pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal adalah aparat kelurahan serta jajarannya. Pemimpin informal adalah pemimpin yang diakui oleh masyarakat karena kharisma atau kepandaiannya. Termasuk dalam pemimpin informal adalah pengurus RT/RW, tokoh agama dan tokoh pemuda. Dalam kehidupan sosial di Kelurahan Kebon Waru, pemimpin informal sangat besar peranannya. Hampir semua keputusan pembangunan di tingkat RW atau RT melibatkan mereka di dalamnya. Kelembagaan masyarakat. Di Kelurahan Kebon Waru terdapat lembagalembaga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu: 1. Kelembagaan ekonomi: kelompok P2KP, kelompok UP2K-PKK, kelompok arisan, dan Kelompok Usaha Bersama Himpunan Pemberdayaan Masyarakat Bhakti Kesuma (KUBE HPMBK). 2. Kelembagaan pendidikan: Sekolah Dasar 2 buah dan Perguruan Tinggi 3 buah. 3. Kelembagaan keagamaan: Majelis Ta lim dan kelompok pengajian. Majelis Ta lim secara rutin mengadakan pengajian seminggu dua kali setiap Kamis dan Jum at yang diikuti oleh warga baik orang tua, remaja maupun anak-anak. Kelompok pengajian ada di setiap RW yang secara rutin mengadakan pengajian seminggu sekali. 4. Kelembagaan politik: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan programprogram pembagunan di tingkat kelurahan.

19 42 Disamping lembaga-lembaga sebagaimana telah disebutkan masih ada bentuk-bentuk kelembagaan masyarakat, seperti kekeluargaan, ketetanggaan dan gotong royong yang masih terpelihara diantara masyarakat yang tempat tinggalnya saling berdekatan atau dalam satu wilayah RT. Berdasarkan batasan dan faktor-faktor yang terkait dengan kemiskinan sebagaimana telah dikemukakan, maka dapat dijelaskan bahwa kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: 1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang terlihat dari 93 persen orang miskin berpendidikan tamat dan tidak tamat SD. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini menghambat kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan memadai. 2. Ketidakcakapan bekerja/berusaha yang terlihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki orang miskin umumnya tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus, seperti buruh (buruh pabrik, buruh bangunan dan buruh angkat junjung), sektor jasa (tukang parkir, tukang cuci, tukang sampah, penjaga keamanan dan pembantu rumah tangga), sektor informal/serabutan (jualan kaki lima, jualan dengan membuka warungan kecil, jualan keliling, jualan asongan, pemulung dan orang yang bekerja berdasarkan permintaan). Faktor eksternal yang terkait dengan kemiskinan adalah: 1. Keterbatasan akses terhadap sumber daya permodalan baik untuk modal kerja maupun meningkatkan usahanya, seperti kesulitan mengajukan kredit ke bank atau lembaga keuangan lain. 2. Adanya penilaian yang kurang mendukung pengembangan kemampuan orang miskin yang terlihat dari penempatan mereka pada lapisan terbawah dalam stratifikasi sosial, sehingga membatasi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Kajian Tipe kajian dalam rancangan ini adalah Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan strategi studi kasus. Studi kasus merupakan pilihan yang relevan untuk mengkaji suatu komunitas, karena karakter

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH 4.1. Kondisi Geografis Kelurahan Pakembaran Di Kecamatan Slawi terdapat 5 Kelurahan dan 5 Desa.

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Tipe kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah tipologi Kajian Deskripsi. Menurut Sitorus dan Agusta (2004) kajian deskripsi merupakan kajian yang mendokumentasikan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM PETA SOSIAL DESA BANJARARUM Gambaran Lokasi Desa Banjararum merupakan satu dari empat desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI Desa Babakan Pari berada di ketinggian 600 m dpl, luas wilayah desa 212.535 ha adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun No. 16 tahun 2001 tanggal 16 Agustus 2001 tentang pembentukan dan struktur organisasi tata kerja Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 28 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan dari tinjauan pustaka pada bab terdahulu, dapat dibuat suatu kerangka pikir yang berupa hipotesa pengarah dalam melakukan kajian ini, hipotesis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari 15 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02 19 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Sejarah Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya yaitu berdiri diawali dengan adanya kepala

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KOMUNITAS

PETA SOSIAL KOMUNITAS PETA SOSIAL KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 1 telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah melakukan pemetaan sosial dan masalah sosial yang penting dan sangat dirasakan oleh masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN 46 BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambar 3 Peta Kabupaten S idoarjo Gambar 4 Peta Lokasi TPST Janti Berseri 47 A. Kondisi Geografis Letak geografis Desa Janti terletak di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Data Geografis Desa Kenteng yang berada sekitar 43 Km arah selatan dari ibukota Kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan teori-teori yang mendukung rencana penulisan yang terkait.

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung 2.1.1 Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini akan mengemukakan hasil temuan data pada lokasi yang berfungsi sebagai pendukung analisa permasalahan yang ada. 4.. Gambaran Umum Desa Pulorejo 4... Letak geografis

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 36 3.1 Metode Kajian Metode kajian yang digunakan merupakan metode kajian komunitas eksplanasi, yaitu proses pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS 4.1. Lokasi Kelurahan Cicadas merupakan salah satu Kelurahan dari enam Kelurahan di Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung, memiliki luas wilayah sebesar 55

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah responden yang memberikan jawaban melalui angket. Adapun yang menjadi responden

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG 4.1. Keadaan Umum Lokasi 4.1.2. Kelurahan Sukamiskin Kelurahan Sukamiskin merupakan tipologi perkotaan, memiliki luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. 3.1 Batas Kajian

III. METODE KAJIAN. 3.1 Batas Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1 Batas Kajian Karena keterbatasan waktu dan dana maka penulis membatasi kajian ini pada satu yaitu RT 02 RW 07 Kelurahan Benua Melayu Laut Kecamatan Pontianak Selatan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan III. METODOLOGI 3.1. Metode Kajian Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif 3). Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara lengkap dan mendetail tentang

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini akan membahas Kelurahan Setiamanah secara umum sebagai wilayah studi. Kelurahan Setiamanah merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Cimahi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL. luas wilayah Hektar (Ha). Secara georafis, Kelurahan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL. luas wilayah Hektar (Ha). Secara georafis, Kelurahan BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL A. Kondisi Geografis Dan Demografis 1. Kondisi Geografis Desa Sei. Injab adalah salah satu desa yang berada dikelurahan Terkul Kecamatan Rupat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan 1. Pasar Tiban a. Pengertian Pasar Tiban Pasar tiban berasal dari kata pasar dan tiban, pengertian pasar secara sederhana

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Hasil survei ini merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi sesungguhnya dari wilayah Mergangsan Kidul, Kelurahan Wirogunan. Hasil survei ini

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG. Kondisi Alam Kelurahan Gedawang merupakan kelurahan yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kondisi daratan Kelurahan Gedawang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 21 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran. Peran humas dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentunya memerlukan strategi yang mengacu kepada prinsip masyarakat. Artinya respons masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah kelurahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah kelurahan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan Kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di Kecamatan Kedungwuni, yang terletak di sebelah utara Kecamatan Kedungwuni

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci