EVALUASI PERBEDAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT FISKAL DAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT TCH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PERBEDAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT FISKAL DAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT TCH)"

Transkripsi

1 EVALUASI PERBEDAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT FISKAL DAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT TCH) Listiani Dwi Astari Fany Inasius, S.E., M.M., M.B.A., BKP Universitas Bina Nusantara, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta, ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pelaksanaan rekonsiliasi fiskal pada PT TCH, apakah sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Selain itu penelitian ini untuk mengevaluasi pendapatan dam biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaaan sebagai acuan rekonsiliasi fiskal. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode kualitatif dengan melibatkan banyak waktu dalam penelitian. Dan objek penelitiannya adalah PT TCH. Metode analisis yang digunakan oleh penulis yaitu dengan studi literatur dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu adanya perbedaan koreksi fiskal yang disusun oleh perusahaan dengan penulis, sehingga jumlah laba (rugi) sebelum pajak pun berbeda. Kesimpulan dari penelitian ini, PT TCH melakukan rekonsiliasi fiskal pada akun pendapatan sesuai dengan peraturan perpajakan, sedangkan pada biaya-biaya ada yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. (LDA) Kata Kunci: rekonsiliasi fiskal, pajak penghasilan, pajak penghasilan badan ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the implementation of fiscal reconciliation in PT TCH, whether it is accordance with the tax regulation. And evaluate revenue and expenses as reference of fiscal reconciliation. Research method used by the author is the author uses a qualitative method involves a lot of time in research. The object of research is PT TCH. The analytical method used by author that the study of literature and documentation. The result from this study is, there s difference in fiscal correction compiled by the company with the author. So that the amount of earning before income tax was different. The conclusion is PT TCH reconcile fiscal accordance with the tax regulations on revenue, while there re expenses that are not in accordance with tax regulations. (LDA) Keywords: reconciliation of fiscal, income tax, corporate income tax

2 PENDAHULUAN Suatu perusahaan dinyatakan berhasil dapat diukur dengan seberapa besar laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Karena alasan inilah setiap perusahaan selalu ingin memiliki laba yang tinggi. Atas laba yang diperoleh tersebut, maka perusahaan harus membayarkan pajak kepada negara. Di Indonesia pemungutan pajak menerapkan self assessment system yang dimana wajib pajak dapat menghitung, melaporkan dan menyetorkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dengan menerapkan self assessment system, jumlah dasar pengenaan pajak yang dihitung oleh wajib pajak bisa berbeda. Hal ini terjadi karena perbedaan penyuusnan laporan keuangan menurut perusahaan dengan laporan keuangan menurut fiskal. Laporan keuangan menurut perusahaan (laporan keuangan komersial) disusun berdasar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sedangkan laporan keuangan menurut fiskal (laporan keuangan fiskal) disusun berdasarkan Undang-Undang Perpajakan. Hal inilah yang menjadi penyebab perhitungan laba rugi perusahaan menurut komersial dengan fiskal ada perbedaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengetahui besarnya jumlah pajak penghasilan yang terutang. Oleh karena perbedaan-perbedaan pengakuan dan ketentuan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal tersebut, penulis berminat untuk menulis skripsi dengan judul: Evaluasi Perbedaan Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Menurut Fiskal dan Komersil (Studi Kasus pada PT TCH) Pada tahun 2012, telah dilakukan penelitian dengan judul Evaluasi Rekonsiliasi Fiskal Penghasilan Badan Tahun 2009, 2010, dan 2011 (Studi Kasus: PT TWD) yang disusun oleh Rosidah. Dalam penelitiannya, salah satu tujuannya untuk mengetahui bagaimana PT TWD telah melakukan rekonsiliasi fiskal yang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku, serta megevaluasi biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini, selain mengevaluasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, penulis juga mengevaluasi pendapatan yang diterima oleh PT TCH. Selain itu juga untuk mengetahui perhitungan pajak setelah rekonsiliasi fiskal pada PT TCH. Pada tahun 2013 penelitian mengenai dampak International Accounting Standard (IAS) Nomor 16 terhadap laba kena pajak pada PT X (nama disamarkan oleh penulis jurnal untuk menjaga privasi dari perusahaan). Dalam penelitian ini, terjadi perbedaan perlakuan akuntansi pada aktiva tetap. Menurut akuntansi pada penyusutan aktiva tetap, IFRS memberikan kebebasan pada setiap perusahaan untuk menentukan masa manfaat suatu aktiva asalkan dilakukan dengan konsisten sehingga manfaat suatu aktiva tetap diestimasi sendiri oleh perusahaan. Sedangkan menurut perpajakan, masa manfaat suatu aktiva tetap diatur dalam pasal 11 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang berisi tentang ketentuan penyusutan dan tarif penyusutan. Penggunaan IFRS oleh perusahaan mengharuskan perusahaan menyesuaikan semua hal terkait laporan keuangan agar sesuai dengan ketentuan IFRS. Salah satunya adalah IAS 16 yang menyatakan aktiva tetap dalam pelaporannya harus menggunakan nilai wajar sehingga harus dinilai kembali setiap tahunnya. Oleh karena itu, yang menjadi dasar penyusutan menurut akuntansi adalah nilai wajar sedangkan menurut fiskal yang menjadi dasar penyusutannya adalah nilai buku dari aktiva tetap tersebut sehingga berdampak pada laporan laba rugi dan perlu dilakukan koreksi fiskal atas dampak yang ditimbulkan. Koreksi yang ditimbulkan atas digunakannya standar yang berbeda dalam penghitungan penyusutan aktiva tetap adalah koreksi fiskal berupa perbedaan tetap. PT. X dalam menghitung nilai penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode saldo menurun ganda. Kesimpulannya, bahwa dampak yang ditimbulkan dari penerapan IFRS khususnya IAS No. 16 terhadap penentuan laba kena pajak adalah adanya koreksi fiskal yang menyebabkan nilai laba kena pajak berbeda dengan nilai laba menurut akuntansi. A.A. Ngr. Yudi Surya Kusuma dan I Kadek Sumadi (2013) Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis menarik kesimpulan masalah pada penelitian ini, yaitu bagaimana perhitungan pendapatan pada laporan laba rugi komersial dan fiskal di PT TCH? Bagaimana perhitungan biaya-biaya pada laporan laba rugi komersial dan fiskal di PT TCH? Dan bagaimana perhitungan pajak pengahasilan yang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku untuk PT TCH? Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT TCH memiliki untuk mengetahui pendapatan pada laporan laba rugi komersial dan fiskal di PT TCH, mengetahui biaya-biaya pada laporan laba rugi komersial dan fiskal di PT TCH dan mengetahui perhitungan pajak penghasilan yng sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku untuk PT TCH

3 METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data kualitatif, karena penelitian dilakukan dengan satu objek penelitian, yaitu PT TCH. Dan data yang digunakan adalah data primer yang langsung diperoleh dari PT TCH. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah analisis data deskriptif, yaitu analisis yang memberi gambaran atau deskripsi suatu populasi data yang dianalisis dapat berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk melengkapi hasil penelitian yang dilakukan pada PT TCH, dan metode tersebut terdiri dari: 1. Studi literatur Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur dan buku-buku ilmiah, dan sumber-sumber lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang bersifat ilmiah yang ada hubungan dengan objek penelitian yang bersangkutan, sehingga informasinya lebih bisa dipertanggung-jawabkan. 2. Dokumentasi Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti berupa dokumen-dokumen dan keterangan-keterangan, laporan keuangan perusahaan tahun 2012 dan 2013, SPT serta bahanbahan referensi lain yang dibutuhkan untuk kelancaran penelitian yang dilakukan oleh penulis. HASIL DAN BAHASAN Untuk mendapatkan laba (rugi) fiskal dalam perhitungan Pajak Penghasilan Badan, maka diperlukan adanya analisis atas biaya komersial untuk menentukan apakah biaya-biaya komersial tersebut diakui oleh fiskal atau tidak. Dimana biaya yang tidak diakui oleh fiskal akan dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal terdiri dari dua, yaitu koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif koreksi yang mengakibatkan penghasilan neto fiskal bertambah, sehingga jumlah penghasilan berdasarkan fiskal lebih besar daripada penghasilan berdasarkan komersial. Sedangkan koreksi negatif adalah koreksi yang mengakibatkan penghasilan neto fiskal berkurang, sehingga jumlah penghasilan neto fiskal lebih kecil jika dibandingkan dengan neto komersial. Sebelum dilakukan koreksi fiskal, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu penghasilan dan biaya-biaya yang terjadi pada PT. TCH. Berikut ini adalah peendapatan dan biaya-biaya yang diperoleh dan dikeluarkan oleh PT. TCH secara umum dari tahun 2012 sampai dengan 2014 a. Pendapatan yang diterima dari kegiatan usaha PT TCH yaitu penjualan CPO dan kernel dan pendapatan sewa infrastruktur. Penjualan CPO dan kernel merupakan hasil utama dari produksi PT TCH. Sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan, keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta merupakan objek pajak penghasilan. Diatur dalam pasal 4 ayat (2) huruf d Undang-Undang Pajak Penghasilan bahwa penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan merupakan pajak penghasilan yang bersifat final. Sehingga pendapatan sewa infrastruktur merupakan bagian dari penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final dan tidak termasuk objek pajak. Selain pendapatan sewa infrastruktur, ada pendapatan lainnya yang diperoleh diluar kegiatan usaha yang dikenakan pajak penghasilan bersifat final dan tidak termasuk objek pajak, yaitu sewa lahan HGU dan bunga giro deposito (diatur dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan). b. Gaji/tunjangan direksi dan karyawannya adalah semua gaji yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawan. Gaji dan tunjangan tersebut diberikan kepada karyawannya berdasarkan golongan dan jabatan masing-masing karyawan. PT TCH tidak menanggung PPh 21. PPh 21 ditanggung oleh masing-masing karyawan. Sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan bahwa biaya berkenaan dengan pekerjaan atas jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang dapat dikurangkan dengan agai bipenghasilan bruto.

4 c. Penyusutan aktiva tetap merupakan penyusutan aktiva tetap berupa bangunan dan jalanan, kendaraan, mesin dan peralatan, dan inventaris kantor. Sesuai dengan pasal 11 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan, penyusutan aktiva tetap dapat menjadi pengurang penghasilan bruto apabila perusahaan dalam menghitung penyusutannya menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun. PT TCH menerapkan metode garis lurus dalam menghitung penyusutan aktiva tetap. d. Transportasi dan akomodasi dinas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan dinas karyawan, direktur dan direksi. Biaya ini diakui fiskal sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf a dimana biaya perjalanan diakui sebagai biaya fiskal. Dan berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Nomor KEP-220/PJ./2002 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan. Mengatakan bahwa biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II dan biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II. e. Pajak merupakan bagian dari biaya fiskal. Sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf a, pajak merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto, selama pajak yang dimaksud bukan merupakan pajak penghasilan. Biaya pajak pada PT TCH dikeluarkan untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Daerah dan lain-lain. f. Rumah tangga kantor atau keperluan kantor adalah biaya untuk membeli perlengkapan kantor yang mendukung kegiatan usaha. g. Pemeliharaan aktiva dikeluarkan oleh perusahaaan sebagai pengeluaran terhadap pemeliharaan dan perawatan aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan. h. Peralatan dan ATK digunakan untuk keperluan administrasi perusahaan seperti stempel, alat tulis, meja dan sebagainya. i. Telpon, PLN dan air adalah biaya yang digunakan untuk keperluan selama di kantor. Akan tetapi biaya telpon terdapat biaya telpon seluler yang diberikan kepada karyawan dengan jabatan tertentu sebesar Rp setiap karyawan per bulan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan. Mengatakan bahwa perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I, dan biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan. Sedangkan PLN dan air digunakan untuk keperluan kantor pusat, dan perkebunan kelapa sawit. j. Jasa professional digunakan untuk berupa biaya psikotes, biaya rekrut jasa professional seperti biaya akuntan, biaya publikasi pengumuman lowongan kerja di website dan lainlain k. Jamuan dan entertain dikeluarkan oleh perusahaan berupa jamuan tamu dipakai perusahaan untuk menjamu pelanggan, maupun kolega-kolega perusahaan. Berdassarkan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan biaya jamuan dan entertain dapat dijadikan pengurang dari penghasilan bruto. Untuk biaya jamuan dan entertain yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto diatur lebih jelas dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertainment dan Sejenisnya bahwa biaya entertainment, representasi, jamuan, dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak harus dapat membuktikan bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil). Wajib Pajak

5 yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan brutonya, agar melampirkan pada SPT Tahunan daftar nominatif. l. Pendidikan dan pelatihan merupakan pengeluaran perusahaan untuk kegiatan training para karyawan dan calon karyawan. Selain diatur dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang Pajak penghasilan, biaya pendidikan dan pelatihan juga diatur dalam pasal 1 huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan DariPenghasilan Bruto, yang mengatakan bahwa sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan. Sehingga biaya ang dikeluarkan oleh PT TCH dalam hal pendidikan dan pelatihan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. m. Asuransi termasuk asuransi untuk direktur dan manajer, asuransi kendaraan operasional perusahaan, asuransi untuk karyawan, dan lain sebagainya. Asuransi tersebut menjadi tanggungan perusahaan. n. Perizinan dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan izin berkaitan dengan jalannya perusahaan tersebut. o. Imbalan pasca kerja atau dana pensiun merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada k aryawan yang telah habis massa kerjanya. p. Piutang tak tertagih merupakan piutang yang tidak laagi dibayarkan oleh vendor dengan beberapa alasan. Didalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, ada beberapa piutang tak tertagih yang dapat dibebankan sebagai biaya fiskal. q. Beban bunga merupakan beban bunga kredit investasi dan kredit modal kerja. r. Pemasaran dan penjualan merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, bahwa biaya promosi dan penjualan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto. s. Rugi selisih kurs merupakan pendapatan maupun beban lainnya yang terjadi atas pembelian valuta asing. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-Undang Pajak Penghasilan kerugian selisih kurs mata uang asing dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. t. Lain-lain merupan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kebutuhan mess atau dapur, pengajian, buka puasa bersama, perayaan ulang tahun kantor, paket ramadhan, dan lainlain. Setelah dilakukan koreksi fiskal, pada tahun 2012 dan 2013, PT TCH mengalami rugi fiskal. sedangkan tahun 204, PT TCH mengalami laba fiskal. Berikut ini adalah rincian dari koreksi fiskal yang dilakukan penulis: A. Pendapatan Sewa Infrastruktur (2012, 2013, 2014) Diatur dalam pasal 4 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tetang Pajak Penghasilan bahwa penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan merupakan pajak penghasilan yang bersifat final. Sehingga pendapatan sewa infrastruktur merupakan bagian dari penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final dan tidak termasuk objek pajak. Maka perlu dilakukan koreksi fiskal berupa koreksi fiskal negatif terhadap akun ini. B. Biaya telepon (2012, 2013, 2014) Biaya telepon terdapat biaya telepon seluler yang diberikan kepada karyawan dengan jabatan tertentu sebesar Rp setiap karyawan per bulan untuk 2 orang pegawai dengan jabatan tertentu. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan. Mengatakan bahwa biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan. Sehingga pada PT TCH pembebanan biaya telpon ini perlu dilakukan koreksi fiskal dengan perhitungan sebagai berikut:

6 a. Pegawai dengan jabatan tertentu yang memperoleh fasilitas berlangganan atau pengisian tiap bulan 2 orang b. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pegawai dengan jabatan tertentu dalam memberi fasilitas berlangganan atau pengisian tiap bulan Rp Biaya yang diakui oleh fiskal 50% Jadi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memberi fasilitas berlangganan atau pengisian selama tahun 2012 adalah = ( 2 x Rp x 12 ) x50% = Rp C. Biaya jamuan dan entertaimen (2012, 2013, 2014) Berdassarkan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan biaya jamuan dan entertain dapat dijadikan pengurang dari penghasilan bruto. Untuk biaya jamuan dan entertain yang dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto diatur lebih jelas dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertainment dan Sejenisnya bahwa biaya entertainment, representasi, jamuan, dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak harus dapat membuktikan bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil). Wajib Pajak yang mengurangkan biayabiaya tersebut dari penghasilan brutonya, agar melampirkan pada SPT Tahunan daftar nominatif. Tetapi PT TCH tidak mencantumkan daftar nomitif pada SPT, sehingga pada akun ini dibutuhkan koreksi fiskal. D. Pendapatan sewa lahan HGU 02 untuk tower (2014) Diatur dalam pasal 4 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tetang Pajak Penghasilan bahwa penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan merupakan pajak penghasilan yang bersifat final. Sehingga pendapatan sewa lahan untuk tower merupakan bagian dari penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final dan tidak termasuk objek pajak. Maka perlu dilakukan koreksi fiskal berupa koreksi fiskal negatif terhadap akun ini. E. Pendapatan bunga giro dan deposito (2012, 2013, 2014) Diatur dalam pasal 4 ayat (2) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan bahwa penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi merupakan pajak penghasilan yang bersifat final. Sehingga pendapatan bunga giro dan deposito merupakan bagian dari penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final dan tidak termasuk objek pajak. F. Beban lain-lain diluar kegiatan usaha (2012, 2013, 2014) Beban lain-lain yang dikeluarkan dari akun ini merupakan natura berupa buka puasa bersama, perayaan ulang tahun kantor, paket ramadhan, dan lain-lain. Natura yang boleh dijadikan pengurang penghasilan bruto diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 Tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalam Dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan Di Daerah Tertentu dan Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja yaitu: a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut. c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya. Natura yang dikeluarkan PT TCH tidak sesuai dengan Peratutan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh

7 Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalam Dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan Di Daerah Tertentu dan Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja. Adapun daftar kompensasi kerugian fiskal PT TCH selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, yaitu: Tabel 1 Tahun Keterangan Fiskal Penulis 2012 Rugi Fiskal (52,269,586,751) (52,267,786,751) 2013 Rugi Fiskal (14,858,463,554) (14,856,663,554) Sisa rugi fiskal (67,128,050,305) (67,124,450,305) 2014 Laba Fiskal 9,288,157,658 9,331,957,658 Sisa rugi fiskal (57,839,892,647) (57,792,492,647) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pengertian dan ketentuaan kompensasi kerugian fiskal adalah sebagai berikut: 1. Kerugian fiskal adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan Direktur Jendral Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jendral Pajak. 2. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak seebelumnya terdapat kerugian fiskal. 3. Kerugian fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya hasilnya mengalami kerugian. 4. Kerugian fiskal tersebut dapat dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. 5. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan menunjukan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurrut SPT Tahunan PPh atau hasil pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahunan PPh tersebut harus segera dibetulkan sesuai dengan ketetapan dan prosedur pembetulan SPT. Akibat adanya rugi fiskal yang dialami PT TCH tahun 2012 dan 2013 maka kerugian tahun 2012 dikompensasikan ke tahun Dan kerugian pada ahun 2013 dikompensasikan pada tahun Dari tabel 4.7, tahun 2014 masih menunjukan rugi fiskal sehingga kerugian tersebut dikompensasikan ke tahun berikutnya. SIMPULAN DAN SARAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan perhitungan dan pembahasan terhadap biaya-biaya dan pendapatan sesuai dengan peraturan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan Badan yang dilakukan oleh PT TCH. Dari hasil perhitungan tersebut, penulis menarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Perhitungan pendapatan pada laporan laba rugi menurut komersial disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sedangkan pendapatan pada laporan laba rugi menurut fiskal disusun berdasarkan peraturan perpajakan. Pada perhitungan pendapatan menurut fiskal dan penulis tidak terdapat perbedaan. Akun-akun pendapatan dilakukan secara benar oleh PT TCH, dimana pendapatan yang dikenakan pajak final dan bukan objek pajak penghasilan sudah dikelompokkan dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan. 2. Perhitungan biaya-biaya pada laporan laba rugi menurut komersial disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan biaya-biaya pada laporan laba rugi menururt fiskal disusun berdasarkan peraturan perpajakan. Meskipun begitu dalam melakukan rekonsiliasi fiskal, ada akun biaya yang tidak dikoreksi oleh PT TCH. Sehingga ada perbedaan dalam perhitungan biaya antara laporan laba rugi menurut fiskal dan perhitungan yang telah dilakukan oleh penulis. 3. Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal terhadap laporan laba rugi PT TCH, PT TCH mengalami kerugian selama 2 tahun, yaitu tahun 2012 dan Pada tahun 2014 PT TCH baru

8 mengalami laba fiskal sebesar Rp menurut penulis dan Rp menurut fiskal. atas kerugian yang dialami PT TCH, maka pembayarannya ditangguhkan ditahun pajak berikutnya. Kerugian yang dialami oleh PT TCH ini dapat dikompensasikan ditahun pajak berikutnya selama 5 tahun berturut-turut. Berdasarkan pembahsan serta kesimpulan yang telah diuraikan terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk PT TCH dalam melakukan rekonsiliasi fiskal yaitu: 1. Perusahaan seharusnya membuat daftar nominatif apabila adanya pengeluaran atas biaya perjamuan. Dengan begitu biaya tersebut bisa menjadi pengurang penghasilan bruto sehingga penghasilan kena pajak lebih kecil. Untuk ketentuan biaya perjamuan diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertainment dan Sejenisnya. 2. Sebaiknta PT TCH melakukan pembetulan SPT yang telah disampaikan. Karena ada korekfi yang belum dilakukan oleh perusahaan dan menyebabkan penghasilan kena pajak perusahaan lebih kecil. Pembetulan ini dapat disampaikan dengan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya tahun pajak. 3. Dalam pembetulan SPT karena kesalahan perhitungan perpajakan terutang, perusahaan harus menghitung kembali pajak terutang dengan benar dan teliti sehingga dapat terhindar dari sanksi administrasi. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan bisa mengikuti perkembangan peraturan perpajakan yang berlaku. Selain itu juga diharapkan data yang diperoleh pada penelitian selanjutnya lebih lengkap dari penelitian saat ini. REFERENSI Burton, Richard. Ilyas, Wirawan, B. (2011). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat Direktur Jendral Pajak KEP-220/PJ/2002 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan diakses pada 28 Mei 2015 Hastoni. dkk. April Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal Terhadap Perhitungan PPh Terutang Pada PDAN Tirta Pacuan Bogor. Vol. 9, No.1, Hal Langguju, CC Ryan. dkk. September Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Koreksi Fiskal Pajak Penghasilan Pada PT Bitung Mina Utama di Kota Bitung. Ejournal. Universitas Sam Ratulangi Manado diakses 18 Februari Hal Lawrencius, G.S. (2011). Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Fiskal Untuk Menghitung PPh Bukan Terutang Pada PT Fajar Selatan Palembang. Jurnal Ilmiah Mahasiswaa STIE MDP Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta Octavianus, Caesar. (2103). Rekonsiliasi Fiskal Pada Laporan Laba Rugi PT DPM Untuk Menghitung Pajak Terhutang. Skripsi S-1. Universitas Bina Nusantara Resmi, Siti. (2014). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Rosidah (2012). Evaluasi Rekonsiliasi Fiskal Penghasilan Badan Tahun 2009, 2010, 2011 (Studi Kasus: PT TWD). Skripsi S-1. Universitas Bina Nusantara Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2010 Tentanf Sumbangan Penaanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangaan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan Olahraga dan Biaya Pengembangan Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto

9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK Tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan Dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan Di Daerah dan Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja Subjek Pajak Penghasilan. diakses pada 15 April 2015 Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-27/PJ-22/1986 Tentang Biaya dan sejenisnya. diakses pada 25 Mei 2015 Entertain Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan RIWAYAT PENULIS Listiani Dwi Astari lahir di kota Bekasi pada tanggal 28 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ekonomi pada tahun 2015

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG Caesar Octavianus, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969, octavianus_caesar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. NCP

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. NCP PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. NCP ERNY HERTEANY Jalan H. Merin No. 71 Meruya Selatan Jakarta Barat, 087884574311, ernyherteany@gmail.com Dr. Gustian Djuanda, S.E.,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT DICKSEN Villa Kapuk Mas Blok F4 no12a, 08988093877, biohazartswt@yahoo.com Yunita Anwar, SE., MM., BKP ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD Vergi Selvia Jl. Dukuh 2 E4 No. 3 Tanjung Duren-Jakarta Barat, 087887549074, vergie_tjhia@yahoo.com Maya Safira Dewi, SE Ak., M.Si ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) IV.1 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. Hal paling utama dalam melaksanakan perencanaan pajak

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu, manajemen pajak harus dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PPh BADAN PADA PT. CLB Hendra Martin Christy JL Tebet Timur Dalam 4B no 9, Jakarta Selatan Email : Hendra_martin19@yahoo.com Dosen Pembimbing : Maya

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH

ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 9 No. 1, April 2009 : 9-17 ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi alat laboratorium, reagen kimia klinik dan seluruh perlengkapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 58 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Nutricircle World Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL Fitriani Saragih Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email : fitrianisakhmad@gmail.com ABSTRACT This study aimed to determine the corporate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA Peter Vredy Chandra Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan gang Keluarga No.

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T)

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T) PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T) Lili Mariana, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi atas pelaksanaan perencanaan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Laba Rugi Komersial Dalam Penentuan PPh Terhutang Pada PT. Mutiara Intrareksa

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi terhadap laporan laba/ rugi perusahaan, dan melakukan rekonsiliasi perhitungan laba/ rugi, maka dapat

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Resmi (2011: 74) Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL MENJADI LAPORAN KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh BADAN TERHUTANG PADA PT FAJAR SELATAN PALEMBANG Gracia Stephani Lauwrensius (gracia.stephani@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA NAMA: DINNI ZEVANI NPM: 22213588 JURUSAN: EKONOMI PEMBIMBING: Dr. SIGIT SUKMONO, SE., MM. LATAR BELAKANG Pajak Sistem

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban Pajak pada PT. Malta Printindo. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport 58 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 8, November 215, 5866 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, perhitungan, dan pembahasan terhadap Laporan Keuangan dan pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri PT Cipta Sukma Mandiri merupakan wajib pajak badan sesuai yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 36 Pasal 2 ayat 1

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO

ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO ANALISIS KETENTUAN PAJAK YAYASAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG PADA YAYASAN PENDIDIKAN M DI SIDOARJO Dewi Agustya Ningrum, SE., M.Ak. Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi UMAHA, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS

Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS Elindia Farahiya Adani Komplek Cipulir Permai Blok N No. 11 Jakarta Selatan, 081294630023, el_farahi@ymail.com Drs. Hery Gunawan, M.M. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract 1 Pelaksanaan Pajak dan Exposur Pajak, Studi Kasus pada PT ABC Tahun 2012 Melinda Ardhias Debby Fitriasari Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini menganalisis pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PT.X DI SURABAYA JURNAL. Disusun Oleh : INDRASWARI NIM : PROGRAM STUDI AKUNTANSI

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PT.X DI SURABAYA JURNAL. Disusun Oleh : INDRASWARI NIM : PROGRAM STUDI AKUNTANSI ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PT.X DI SURABAYA JURNAL Disusun Oleh : INDRASWARI NIM : 01113131 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau

BAB IV PEMBAHASAN. (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Ketentuan Pengisian SPT Tahunan IV.1.1 Penggunaan Kurs Mata Uang Asing Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara;

Lebih terperinci

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG BERKAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar Bapak atau ibu yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Kristen Maranatha ( UKM ) di Bandung yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.2 Desember 2017, 271-282 E-ISSN: 2528-0163 271 Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo Leny Rismawaty 1, Indra Wijaya 1,* 1 Akuntansi; Akademi Akuntansi

Lebih terperinci

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL RINGKASAN REKONSILIASI KETERANGAN LABA BRUTO USAHA Penjualan Neto -/- HPP 1. Penjualan Neto a. Metode Pengakuan Pendapatan Akrual - Akrual b. Potongan Penjualan > Metode Realisasi > Metode Penyisihan c.

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. XPRESS CLEAN BER$SAUDARA berdiri pada tahun 1995 dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR. Muhammad 373-383

Lebih terperinci

ANALISA KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN PADA KONSULTAN PAJAK VAUDY STARWORLD & PARTNERS JAKARTA. Hartanti 1, Kenny T. Fadjari 2

ANALISA KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN PADA KONSULTAN PAJAK VAUDY STARWORLD & PARTNERS JAKARTA. Hartanti 1, Kenny T. Fadjari 2 ANALISA KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN PADA KONSULTAN PAJAK VAUDY STARWORLD & PARTNERS JAKARTA Hartanti 1, Kenny T. Fadjari 2 1) Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Jl.

Lebih terperinci