BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri PT Cipta Sukma Mandiri merupakan wajib pajak badan sesuai yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 36 Pasal 2 ayat 1 yang disebutkan, bahwa sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas. Perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa atau organisasi sosial politik, lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan bentuk badan lainnya. Jika ditinjau dari pengertian diatas maka PT Cipta Sukma Mandiri adalah salah satu dari Wajib Pajak yang berbentuk Badan. Yang menjadikan PT Cipta Sukma mandiri memiliki kewajiban perpajakan, salah satu kewajiban perpajakannya adalah Pajak Penghasilan Badan yang harus dibayar setiap periodenya. Selain itu PT Cipta Sukma Mandiri juga merupakan perusahaan yang melakukan usaha di bidang jasa rental pelaratan baik elektronik maupun tidak elektronik yang biasanya digunakan untuk keprluan media entertain yang dimaksudkan keperluan peralatan shooting tersebut dikenakan PPh Pasal 23 oleh pelanggan Nomor Pokok Wajib Pajak Sebagai Wajib Pajak Badan, PT Cipta Sukma Mandiri wajib mendaftarkan dirinya ke Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Untuk itu PT Cipta Sukma Mandiri mendaftarkan dirinya guna mendapatkan NPWP dengan No Selain memenuhi ketentuan administrasi dalam hal pendaftaran NPWP, PT Cipta Sukma Mandiri juga mempergunakan NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan NPWP di setiap dokumen perpajakan miliknya, diantaranya terhadap SPT Tahunan maupun SPT Masa.

2 4.1.2 Kewajiban Perpajakan Perusahaan Perusahaan ini dalam kewajiban perpajakan diantaranya melakukan pelaporan terhadap PPh Pasal 21 atas gaji pegawai, PPh Pasal 23 untuk pemotongan pajak atas jasa dalam bidang nya, dan PPh Pasal 25. Untuk perincian pembayaran angsuran PPh Pasal 25 pada PT Cipta Sukma Mandiri dalam tahun 2010, 2011,2012 sebagai berikut : 4.2 Analisis Perhitungan PPh 23 PT Cipta Sukma Mandiri pada tahun 2010, 2011, dan 2012 Penulis melakukan pengecekan terhadap PT Cipta Sukma Mandiri dalam melakukan pelaporan dan penyetoran yang merupakan suatu kewajiban perusahaan tersebut dalam kegiatan perpajakannya. Juga dalam pengenaan tarif PPh 23 sesuai tarif menurut PMK-244/PMK.03/2008 yaitu terhadap d4iden dan hadiah 15%, terhadap jasa 2%, jika PKP tidak memiliki NPWP maka dikenakan 4% dari penghasilan bruto nya. Dan penulis telah mengevaluasi PPh 23 yang telah dilakukan perusahaan sehingga penulis menganggap perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam menyetor maupun melaporkan. Juga dalam pengenaan tarif PPh Pasal 23 pun perusahaan telah memperhitungkan nya dengan tepat. Penulis membuat rinciannya berbentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Perincian Pembayaran Angsuran PPh 23 pada tahun 2010 No. Bulan Disetor Dilaporkan Keterangan 1 Januari 8 februari februari 2010 Tidak ada keterlambatan 2 Februari 9 maret maret 2010 Tidak ada keterlambatan 3 Maret 9 april april 2010 Terjadi pembentulan di bulan juni yang dilaporkan pada tanggal 17 juni April - - Tidak ada transaksi PPh 23 5 Mei 10 juni juni 2010 Tidak ada keterlambatan 6 Juni 8 juli juli 2010 Tidak ada keterlambatan 7 Juli - - Tidak ada transaksi PPh 23 8 Agustus - - Tidak ada transaksi PPh 23 9 September - - Tidak ada transaksi PPh Oktober 9 november november 2010 Tidak ada keterlambatan 11 November 9 desember desember 2010 Tidak ada keterlambatan

3 12 Desember 10 januari januari 2011 Tidak ada keterlambatan Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2010 dalam penerapan PPh pasal 23 nya, perusahaan tidak ada keterlambatan baik dari segi pelaporan maupun penyetoran kewajiban PPh 23 nya. Adapun terdapat di tabel no. 4, 7, 8, dan 9 PT Cipta Sukma Mandiri tidak memiliki transaksi PPh 23, maka dari bulan yang disebutkan tidak memiliki tanggal lapor dan setor dalam kewajiban PPh Pasal 23. Tabel 4.2 Perincian Pengenaan Tarif PPh 23 pada tahun 2010 No. Bulan PPh yang Jumlah Bruto PMK- Dipotong/ Imbalan 244/PMK.03/20 Terutang (Rp.) 08Tarif (Rp.) (%) Keterangan Selisih 1 Januari & 4 Sesuai - - Februari Sesuai - 3 Maret ,.18 2 Sesuai - 4 April Tidak ada - transaksi 5 Mei & 4 Sesuai - 6 Juni Sesuai - 7 Juli Tidak ada - transaksi 8 Agustus Tidak ada - transaksi 9 September Tidak ada - transaksi 10 Oktober Sesuai - 11 November Sesuai - 12 Desember Sesuai - Berdasarakan tabel tersebut pada tahun 2010 PT Cipta Sukma Mandiri dalam melakukan perhitungan atau tarif PPh Pasal 23 sudah sesuai menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam dengan undang undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Atau yang tidak ber-npwp dikenakan 4% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Penulis melakukan analisis terhadap jasa-jasa selama tiga tahun terhitung sejak tahun 2010, 2011 sampai 2012 dan menemukan adanya

4 pendapatan-pendapatan yang sebenarnya merupakan objek PPh 23, dengan menghitung ulang dan melihat rincian bukti potong, perusahaan telah tepat. Namun dalam tiap bulan terdapat pengenaan pajak yang memiliki NPWP dan tidak ber NPWP. Maka Penulis membuat rincian tahun 2010 pada tabel yang memiliki tarif 2% dan 4% dalam kolom tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Perincian Pengenaan PPh 23 yang terdapat Tarif berbeda di setiap bulanpada Tahun 2010 No. Bulan Jumlah Bruto PPh Terutang Tarif PKP Tanggal 1 Januari 2,951,020 59,020 2 PT. Layar Perak Sarana Film 27/01/10 1,171,875 46,875 4 Rental Production Service 28/01/10 Total 4,122, ,895 2 Mei 285,714 5,714 2 Nurhadi 911,458 36,458 4 H. Suhaery Total 1,197,172 42,172 3 Desember 1,943,500 38,870 2 PT. Cinerent 15/12/10 24,000, ,000 2 Sukma Widjaja 29/12/10 892,857 17,857 2 PT. Layar Perak Sarana 30/12/10 642,857 12,857 2 PT. Layar Perak Sarana 30/12/10 Total 27,479, ,584 Tabel 4.4 Perincian Pembayaran Angsuran PPh 23 pada tahun 2011Pasal 23 tahun 2011 No. Bulan Disetor Dilaporkan Keterangan 1 Januari 10 februari februari 2011 Tidak ada keterlambatan 2 Februari 8 maret maret 2011 Tidak ada keterlambatan 3 Maret 8 april april 2011 Tidak ada keterlambatan 4 April 10 mei mei 2011 Tidak ada keterlambatan 5 Mei 10 juni juni 2011 Tidak ada keterlambatan 6 Juni 7 juli juli 2011 Tidak ada keterlambatan 7 Juli 8 agustus agustus 2011 Tidak ada keterlambatan 8 Agustus 8 september september 2011 Tidak ada keterlambatan 9 September 10 oktober oktober 2011 Tidak ada keterlambatan 10 Oktober 7 november november 2011 Tidak ada keterlambatan 11 November 16 desember desember 2011 Tidak ada keterlambatan 12 Desember 09 januari januari 2011 Tidak ada keterlambatan

5 Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2011 dalam penerapan PPh pasal 23 nya, perusahaan tidak ada keterlambatan baik dari segi pelaporan maupun penyetoran kewajiban PPh 23 nya. Sehingga tidak menimbulkan permasalahan terhadap penyetoran maupun pelaporannya. Tabel 4.5 Perincian Pengenaan Tarif PPh 23 pada tahun 2011 Jumlah Bruto PPh yang PMK- No. Bulan Imbalan Dipotong/ 244/PMK.03/20 Selisih Keterangan (Rp.) Terutang 08Tarif (Rp.) (%) 1 Januari Sesuai - 2 Februari Sesuai - 3 Maret & 4 Sesuai - 4 April Sesuai - 5 Mei Sesuai - 6 Juni & 4 Sesuai - 7 Juli & 4 Sesuai - 8 Agustus & 4 Sesuai - 9 September Sesuai - 10 Oktober & 4 Sesuai - 11 November & 4 Sesuai - 12 Desember & 4 Sesuai - Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2011 dalam penerapan PPh pasal 23 nya, perusahaan tidak ada keterlambatan baik dari segi pelaporan maupun penyetoran kewajiban PPh 23 nya. Terdapat dari setiap tabel ataupun yang mana tiap bulan berbeda dalam penerapan tarif, dikarenakan PKP yang berhubungan ada yang memiliki NPWP dengan tarif 2% dan yang tidak melmiliki NPWP dikenakan 100% (2%). Dengan hal demikian, maka Penulis membuat rincian sebagai berikut: Tabel 4.6 Perincian Pengenaan PPh 23 yang terdapat Tarif berbeda di setiap bulanpada tahun 2011 No. Bulan Jumlah Bruto PPh Terutang Tarif PKP Tanggal 1 Maret 4,522,000 90,440 2 PT. Film Q Indonesia 4/3/11 375,000 15,000 4 Darma 11/3/11 Total 4,897, ,440 2 Juli ,720 2 PT. Film Q Indonesia 8/7/11

6 ,250 4 Kaki Langit Frame 13/07/ ,500 2 Budiharto 27/07/11 710,000 14,200 2 PT. Kampung Artis 29/07/11 3 Agustus 640,000 12,800 2 PT. Cinerent 8/8/11 4,166, ,666 4 Bianglala Production 12/8/11 20,700, ,000 2 Paska Mirrage Rabani 25/08/11 4 November Andri 1/11/11 364,583 14,583 2 Erry Wibianto 22/11/ ,583 4 Kaki Langit Frame 22/11/11 3,125, ,000 4 Bianglala Production 22/11/11 255,000 5,100 2 PT. Kampung Artis 29/11/ Andri 29/11/11 Total 13,617, ,597 5 Desember 833,333 33,333 4 Jaka 1/12/11 10,416, ,666 4 Bianglala Production 2/12/ ,833 4 Dashrent Equipment 10/12/11 3,125,000 62,500 2 PT. Cinerent 20/12/11 24,000, ,000 2 Sukma Widjaja 27/12/11 3,125,000 62,500 4 Bianglala Production 28/12/11 Total 25,830,697 1,033,223 4 Kaki Langit Frame 28/12/11 Tabel 4.7 Perincian Pembayaran Angsuran PPh 23 pada Tahun 2012 No. Bulan Disetor Dilaporkan Keterangan 1 Januari - - Tidak ada transaksi 2 Februari 8 maret maret 2012 Tidak ada keterlambatan 3 Maret 10 april april 2012 Tidak ada keterlambatan 4 April 9 mei mei 2012 Tidak ada keterlambatan 5 Mei 7 juni juni 2012 Tidak ada keterlambatan 6 Juni 9 juli juli 2012 Tidak ada keterlambatan 7 Juli 8 agustus agustus 2012 Tidak ada keterlambatan 8 Agustus 7 september september 2012 Tidak ada keterlambatan 9 September 9 oktober oktober 2012 Tidak ada keterlambatan 10 Oktober 8 november november 2012 Tidak ada keterlambatan 11 November 7 desember desember 2012 Tidak ada keterlambatan 12 Desember 09 januari januari 2013 Tidak ada keterlambatan

7 Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2012 dalam penerapan PPh pasal 23 nya, perusahaan tidak ada keterlambatan baik dari segi pelaporan maupun penyetoran kewajiban PPh 23 nya. Adapun terdapat di tabel no. 1 yang mana dimaksudkan pada transaksi bulan Januari PT Cipta Sukma Mandiri tidak memiliki transaksi PPh 23, maka dari bulan yang disebutkan tidak memiliki tanggal lapor dan tanggal setor dalam kewajiban PPh Pasal 23. Tabel 4.8 Perincian Pengenaan Tarif PPh 23 pada Tahun 2012 Jumlah Bruto PPh yang PMK- Selisih No. Bulan Imbalan Dipotong/ 244/PMK.03/ (Rp.) Terutang 2008Tarif Keterangan (Rp.) (%) 1 Januari Tidak ada - transaksi 2 Februari & 4 Sesuai - 3 Maret Sesuai - 4 April & 4 Sesuai - 5 Mei & 4 Sesuai - 6 Juni & 4 Sesuai - 7 Juli & 4 Sesuai - 8 Agustus & 4 Sesuai - 9 September & 4 Sesuai - 10 Oktober & 4 Sesuai - 11 November & 4 Sesuai - 12 Desember & 4 Sesuai - Berdasarakan tabel tersebut pada tahun 2012 PT Cipta Sukma Mandiri dalam melakukan perhitungan atau tarif PPh Pasal 23 sudah sesuai menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam dengan undang undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Atau yang tidak ber-npwp dikenakan 4% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Penulis melakukan analisis terhadap jasa-jasa selama tiga tahun terhitung sejak tahun 2010, 2011 sampai 2012 dan menemukan adanya pendapatan-pendapatan yang sebenarnya merupakan objek PPh 23, dengan

8 menghitung ulang dan melihat rincian bukti potong, perusahaan telah tepat. Namun dalam tiap bulan terdapat pengenaan pajak yang memiliki NPWP dan tidak ber NPWP. Maka Penulis membuat rincian tahun 2012 pada tabel yang memiliki tarif 2% dan 4% dalam kolom tabel sebagai berikut: Tabel 4.9 Perincian Pengenaan PPh 23 yang terdapat Tarif berbeda di setiap bulanpada Tahun 2012 No. Bulan Jumlah Bruto PPh Terutang Tarif PKP Tanggal 1 Februari 7,316, ,320 2 PT. Film Q 11/2/12 20,260, ,416 4 Kaki Langit Frame 21/02/12 2,447,916 97,916 4 Andri 22/02/12 2,083,333 83,333 4 Bianglala Production 27/02/12 Total 32,107,665 1,137,985 2 Desember 4,325,000 86,500 2 Elang Perkasa Film 14/12/12 11,600, ,000 4 Alfa Xiscoria 20/11/12 3,305,500 66,110 2 PT. Cinerent 27/11/12 5,468, ,750 4 Bianglala 27/11/12 12,000, ,000 2 Sukma Widjaja 27/11/12 Total 36,699,250 1,075, Rekonsiliasi Perhitungan Laba / Rugi Laporan keuangan yang telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip dalam Standar Akuntansi Keuangan merupakan Laporan Keuangan Komersial. Seperti yang telah dijelaskan penulis pada bab II, yang mengakibatkan adanya perbedaan prinsipprinsip antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan dalam hal perhitungan laba kena pajak, maka laporan keuangan komersial yang telah disusun tersebut dilakukan pengoreksian sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan fiskal. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dimana ada beban-beban yang dapat dikurangkan atau tidak dapat dikurangkan di dalam laporan keuangan dan apabila hal itu terjadi harus dilakukan koreksi fiskal. Penulis dan perusahaan melakukan koreksi fiskal terhadap PT Cipta Sukma Mandiri dalam periode tahun 2010, 2011, dan 2012 dibawah ini :

9 Tabel 4.10 Rekonsiliasi Perhitungan Laba/Rugi Fiskal Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2010PT Cipta Sukma Mandiri Pendapatan URAIAN MENURUT KOMERSIAL VERSI PT CSM VERSI PENULIS POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF MENURUT FISKAL Total Pendapatan 1,359,751,984 1,359,751,984 BIAYA ATAS PENDAPATAN BIAYA USAHA Gaji karyawan lepas 175,411,454 Kesehatan karyawan lepas 298, , ,000 - THR karyawan lepas 9,550,000 9,550,000 BBM genset 40,158,695 40,158,695 BBM pengangkutan alat 11,617,200 11,617,200 Perawatan perbaikan kendaraan & peralatan 26,594,000 26,594,000 Suku cadang peralatan 30,016,050 30,016,050 Bahan habis pakai 18,104,600 18,104,600 Sewa peralatan/ kendaraan kepada pihak lain 57,289,623 57,289,623 Tol & parkir 1,846,500 1,846,500 Penggantian kerusakan kepada pihak lain 200, ,000 TOTAL BIAYA ATAS PENDAPATAN 371,086, ,788,122 PENGELUARAN OPERASIONAL Gaji karyawan tetap 399,280, ,280,111 THR karyawan tetap 38,084,000 38,084,000 Kesehatan karyawan tetap 1,952,500 1,952,500 1,952,500 - Pesangon 1,000,000 1,000,000 Listrik, air dan telepon 19,983,395 19,983,395 Telepon selular 7,372,101 3,686,050 3,686,050 3,686,050 Internet 400, ,000 Transport& BBM operasional kantor 12,507,070 12,507,070 ATK, Materai, Photocopy 16,071,400 16,071,400 Iklan 92,000 92,000 Retribusi kebersihan & keamanan 720, ,000 Pemeliharaan prasarana kantor 9,971,380 9,971, Rumah tangga 4,080,330 4,080,330 4,080,330 - Perawatan inv. kantor & kendaraan oprs 1,269,000 1,269,000 Teknis & adm kendaraan 14,671,000 7,335,500-7,335,500 Booking fee 8,300,000 8,300,000 Biaya entertainment 12,342,850 12,342,850 12,342,850 - Sewa kantor / bangunan 35,000,000 35,000,000 Umum dll 530, , ,000 - Selisih penerimaan piutang & pembulatan 12,668,678 12,668,

10 Biaya leasing 26,832,400 26,832,400 TOTAL BIAYA PENGELUARAN OPERASIONAL 623,549, ,549,390 TOTAL BIAYA 994,635, ,635,512 Laba / Rugi Sebelum Penyusutan 365,116,472 52,865, ,981,760,50 BIAYA NON OPERASIONAL Penyusutan peralatan 215,577, ,577,890 Penyusutan inventaris kantor 15,627,371 15,627,371 Penyusutan kendaraan 41,812,500 41,812,500 TOTAL BIAYA NON OPERASIONAL 273,017, ,017,760 Laba / Rugi Setelah Penyusutan 92,098, ,964,000 Pendapatan Lain Pendapatan luar usaha Pendapatan bunga bank 1,854,316 1,854,316 1,854,316 - Total Pendapatan Lain 1,854,316 Pengeluaran Lain Pengeluaran luar usaha Pajak bunga bank 370, , ,863 - Administrasi bank 692, ,000 Total Pengeluaran Lain 1,062, ,000 LABA BERSIH PT CSM 92,890, ,271,999 Dalam rekonsiliasi fiskal PT Cipta Sukma Mandiri, terdapat berbagai koreksi fiskal positif dan negatif. Koreksi fiskal dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kesehatan karyawan lepas Berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf (e) UU no 36 tahun 2008 yang menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak. Oleh karena itu penulis setuju dilakukan koreksi fiskal atas biaya kesehatan karyawan lepas sebesar Rp Kesehatan karyawan tetap Biaya pengobatan ataupun kesehatan harus dikoreksi, karena biaya pengobatan tersebut untuk kesehatan para karyawan yang dibayarkan langsung kepada rumah sakit, apotek, juga dokter sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahan dan bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Oleh karena itu penulis setuju dilakukan koreksi fiskal atas biaya kesehatan karyawan tetap sebesar Rp

11 2. Telepon seluler Biaya pemakaian ataupun penggunaan pulsa yang diberikan oleh perusahaan hanya untuk keperluan perusahaan, dengan adanya ketentuan hal tersebut maka hanya diberikan kepada bagian tertentu saja yaitu bagian tekhnik, marketing, manajer, kepala bagian dan direktur. Biaya tersebut dikoreksi oleh perusahaan sebesar Rp ,50 oleh karena itu penulis sependapat dengan perusahaan. Yang mana dari keseluruhan biaya telepon seluler sebesar Rp ,00 hanya dikenakan sebesar 50% dari jumlah pengenaan biaya telepon seluler tersebut, mengoreksi sebesar Rp , Pemeliharaan prasarana kantor Biaya untuk pemeliharaan prasarana kantor atau perusahaan seharusnya dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto perusahaan. Karena menurut pasal 6 ayat 1 termasuk kedalam biaya 3M, yang dimaksudkan 3M ialah yang mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Maka seharusnya tidak dilakukan koreksi positif sebesar Rp Rumah tangga Keperluan rumah tangga kantor, tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto karena ternyata keperluan rumah tangga ini ternyata yang dimaksudkan untuk pemilik saham. Atas ketentuan tersebut, maka penulis setuju atas koreksi positif yang diperhitungan perusahaan sebesar Rp Teknis & adm kendaraan Yang dimaksudkan dengan biaya pemilharaan kendaraan sebesar Rp sehingga Perusahaan melakukan koreksi positif sebesar 50% dengan nilai Rp Tetapi penulis tidak setuju dengan perhitungan perusahaan, karena seharusnya tidak dilakukan koreksi 50% atas biaya tersebut, kecuali penggunan terhadap kendaraan sedan, yang mana perusahaan tidak memiliki mobil sedan. Dikarenakan perusahaan tidak memiliki sedan, maka seharusnya perusahaan tidak melakukan koreksi positif sebesar Rp Entertainment Menurut SE-27/PJ.22/1986 yang menyatakan bahwa biaya entertainment bisa dikurangkan dengan penghasilan bruto dengan syarat

12 disertai normatifnya. Perusahaan melakukan koreksi sebesar Rp Biaya entertainment yang dimaksud oleh perusahaan yaitu biaya entertainment dalam hal untuk keperluan proyek yang dilakukan perusahaan atau dalam melakukan jamuan, seperti makan di restoran dan sebagainya. Biaya enetertainment ini pun tidak mempunyai daftar normatif. Oleh karena itu penulis sependapat dengan perusahaan untuk mengkoreksi biaya tersebut. 5. Selisih penerimaan piutang Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-undang PPh mengatur bahwa piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dan memenuhi syarat tertentu) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak (sebagai deductable expenses). Syaratsyarat yang ditetapkan agar biaya kerugian penghapusan piutang tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah sbb : a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; d. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh; Berdasarkan penjelasan pasal 6 ayat 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat yang ditetapkan agar piutang yang nyata-nyata tidak dapat dihapus dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah untuk membuktikan bahwa wajib pajak (kreditur) telah melakukan upaya yang maksimal atau terakhir dalam melakukan penagihan piutangnya. Maka penulis mengoreksi, seharusnya selisih penerimaan piutang tersebut tidak dilakukan koreksi positif. 6. Umum dan lain-lain

13 Dalam penerapan pengenaan biaya umum dan lain-lain perusahaan melakukan koreksi positif sebesar Rp sehingga penulis pun setuju atas koreksi yang dilakukan perusahaan, dikarenakan biaya tersebut tidak jelas spesifikasi nya dan tidak memiliki normatif nya. 7. Pendapatan bunga bank Pendapatan bunga bank merupakan penghasilan diluar usaha, dipotong PPh Bersifat final, sehingga harus dilakukan koreksi dalam perhitungan laporan keuangan fiskal, maka penulis setuju dengan penerapan perusahaan. 8. Pajak bunga bank Biaya pajak bunga bank yang dikeluarkan Perusahaan selama tahun 2010 adalah sebesar Rp Dari jumlah tersebut, biaya Pajak tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto, karena merupakan biaya yang timbul dari hasil pemeriksaan tahun-tahun pajak sebelumnya, dimana biaya pajak tersebut adalah Non Deductible Expense, sebagaimana berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, yang berbunyi bahwa Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT yang tidak boleh dikurangkan salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Perusahaan melakukan koreksi negatif terhadap pajak bunga bank sebesar Rp ,30. Namun penulis tidak setuju, atas dasar peraturan yang telah disebutkan diatas seharusnya perusahaan melakukan koreksi positif sebesar Rp ,30. a. Biaya penjualan antara lain: 1. Materai 2. Marketing Biaya tersebut merupakan biaya penjualan yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan. Sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biaya-biaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. b. Biaya umum lain nya antara lain : 1. Biaya pesangon 2. Biaya ATK 3. Biaya transprortasi, BBM operasional

14 4. Biaya buku dan fotokopi 5. Biaya kebersihan 6. Biaya perawatan peralatan kerja 7. Biaya pemesanan 8. Biaya sewa kantor 9. Biaya leasing 10. Biaya gaji pegawai 11. Biaya THR 12. Biaya administrasi bank Biaya umum yang disebutkan tersebut merupakan biaya lain yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a no 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biaya-biaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. Berdasarkan Laporan Laba Rugi yang digunakan dalam menghitung SPT Tahunan tahun Tabel 4.11 Rekonsiliasi Perhitungan Laba/Rugi Fiskal Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2011 PT Cipta Sukma Mandiri Pendapatan URAIAN MENURUT KOMERSIAL VERSI PT CSM VERSI PENULIS POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF MENURUT FISKAL Pendapatan usaha 2,170,781,275 2,170,781,275 Total pendapatan 2,170,781,275 2,170,781,275 BIAYA USAHA Gaji karyawan lepas 55,767,762 55,767,762 THR karyawan lepas 2,731,412 2,731,412 BBM genset 71,011,605 71,011,605 BBM pengangkutan alat 21,517,305 21,517,305 Perawatan suku cadang peralatan 81,034,470 81,034,470 Perawatan perbaikan kendaraan & peralatan 43,557,790 43,557,790 Kesehatan karyawan lepas 85,000 85,000 85,000 - Sewa kendaraan kepada pihak lain 206,007, ,007,183 Tol & parkir 3,700,900 3,700,900 Biaya pengganti kerusakan kepada pihak lain 1,950,000 1,950,000 Bahan habis pakai & perlengkapan perusahaan 20,624,000 20,624,000 TOTAL BIAYA ATAS PENDAPATAN 507,987, ,902,427 PENGELUARAN OPERASIONAL

15 Biaya Administrasi & umum Gaji karyawan tetap 526,369, ,369,053 THR karyawan tetap 40,665,946 40,665,946 Pelatihan & pendidikan karyawan 1,275,000 1,275,000 Listrik, air, telepon & internet 21,154,074 21,154,074 Telepon selular 6,423,442 3,211,721 3,211,721 3,211,721 Transportasi & BBM operasional 22,453,767 22,453,767 ATK, materai, foto kopi, buku 13,713,622 13,713,622 Kebersihan & keamanan 700, ,000 Perbaikan & pemeliharaan prasarana perkantoran 4,083,840 4,083,840 Rumah tangga 6,934,200 6,934, Teknis & admin kendaraan 21,226,000 21,226,000 Perawatan, perbaikan inv. kantor & suku cadang 2,839,500 2,839,500 Booking fee 13,201,540 13,201,540 Biaya selisih penerimaan piutang 10,393,421 10,393, Biaya entertainment 17,493,840 9,393,840 17,493,840 8,100,000 Umum dll 2,532,800 2,032,800 2,532, ,000 Sewa kantor / bangunan 75,000,000 75,000,000 Biaya leasing 61,324,200 61,324,200 TOTAL BIAYA PENGELUARAN OPERASIONAL 847,765, ,808,063 TOTAL BIAYA 1,355,752,472 1,323,710,490 Laba / Rugi Sebelum Penyusutan 815,028,803 12,668, ,808,063 BIAYA NON OPERASIONAL Penyusutan peralatan 173,332, ,332,073 Penyusutan inventaris kantor 15,299,204 15,299,204 Penyusutan kendaraan 47,546,685 47,546,685 TOTAL BIAYA NON OPERASIONAL 236,177, ,177,963 Laba / Rugi Setelah Penyusutan 578,850, ,892,822 Pendapatan Lain Pendapatan bunga bank 2,633,092 2,633,092 2,633,092 - Total Pendapatan Lain 2,633,092 Pengeluaran Lain Pengeluaran luar usaha Pajak bunga bank 526, , ,618 - Administrasi bank 705, ,000 Total Pengeluaran Lain 1,231, ,000 LABA BERSIH PT CSM 580,252,313 32,568,600 2,633, ,187, Kesehatan karyawan lepas

16 Biaya pengobatan ataupun kesehatan harus dikoreksi, karena biaya pengobatan tersebut untuk kesehatan para karyawan yang dibayarkan langsung kepada rumah sakit, apotek, juga dokter sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahan dan bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Oleh karena itu penulis setuju dilakukan koreksi fiskal atas biaya kesehatan karyawan tetap sebesar Rp Telepon seluler Biaya pemakaian ataupun penggunaan pulsa yang diberikan oleh perusahaan hanya untuk keperluan perusahaan, dengan adanya ketentuan hal tersebut maka hanya diberikan kepada bagian tertentu saja yaitu bagian tekhnik, marketing, manajer, kepala bagian dan direktur. Biaya tersebut dikoreksi oleh perusahaan sebesar Rp oleh karena itu penulis sependapat dengan perusahaan. Yang mana dari keseluruhan biaya telepon seluler sebesar Rp hanya dikenakan sebesar 50% dari jumlah pengenaan biaya telepon seluler tersebut, mengoreksi sebesar Rp Rumah tangga Keperluan rumah tangga kantor, tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto karena ternyata keperluan rumah tangga ini ternyata yang dimaksudkan untuk pemilik saham. Atas ketentuan tersebut, maka penulis setuju atas koreksi positif yang diperhitungan perusahaan sebesar Rp Biaya selisih penerimaan piutang Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-undang PPh mengatur bahwa piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dan memenuhi syarat tertentu) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak (sebagai deductable expenses). Syarat-syarat yang ditetapkan agar biaya kerugian penghapusan piutang tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah sbb : a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan

17 dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; d. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh; Berdasarkan penjelasan pasal 6 ayat 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat yang ditetapkan agar piutang yang nyata-nyata tidak dapat dihapus dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah untuk membuktikan bahwa wajib pajak (kreditur) telah melakukan upaya yang maksimal atau terakhir dalam melakukan penagihan piutangnya. Maka penulis mengoreksi, seharusnya selisih penerimaan piutang tersebut tidak dilakukan koreksi positif. 5. Entertainment Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986 yang bahwa biaya entertainment bisa dikurangkan dengan penghasilan bruto dengan syarat disertai normatifnya. Perusahaan melakukan koreksi sebesar Rp dari nilai yang sesungguhnya sebesar Rp Biaya entertainment yang dimaksud oleh perusahaan yaitu biaya entertainment dalam hal untuk keperluan proyek yang dilakukan perusahaan tetapi dalam perusahaan ini biaya enetertainment ini tidak mempunyai daftar normatif. Maka penulis tidak sependapat, seharusnya ini tidak dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp Umum dan lain-lain Dalam penerapan pengenaan biaya umum dan lain-lain perusahaan melakukan koreksi positif sebesar Rp , dari keseluruhan biaya umum dan lain-lain sebesar Rp Sehingga penulis tidak setuju atas koreksi yang dilakukan perusahaan, dikarenakan biaya tersebut tidak jelas spesifikasi nya, maka penulis mengoreksi positif sebesar Rp yang sebagaimana mestinya. 7. Pendapatan bunga bank Pendapatan bunga bank merupakan penghasilan diluar usaha, dipotong PPh Bersifat final, sehingga harus dilakukan koreksi dalam perhitungan laporan keuangan fiskal, maka penulis setuju dengan penerapan perusahaan. Dengan koreksi negative sebesar Rp Pajak bunga bank

18 Biaya pajak bunga bank yang dikeluarkan Perusahaan selama tahun 2011 adalah sebesar Rp Dari jumlah tersebut, biaya Pajak tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto, karena merupakan biaya yang timbul dari hasil pemeriksaan tahun-tahun pajak sebelumnya, dimana biaya pajak tersebut adalah Non Deductible Expense, sebagaimana berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, yang berbunyi bahwa Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT yang tidak boleh dikurangkan salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Perusahaan melakukan koreksi positif terhadap pajak bunga bank sebesar Rp Maka penulis setuju, karena perusahaan sudah tepat melakukan koreksi berdasarkan peraturannya. a. Biaya penjualan antara lain: 1. Materai 2. Marketing Biaya tersebut merupakan biaya penjualan yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan. Sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biaya-biaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. b.biaya umum lain nya antara lain : 1. Biaya pesangon 2. Biaya ATK 3. Biaya transprortasi, BBM operasional 4. Biaya buku dan fotokopi 5. Biaya kebersihan 6. Biaya perawatan peralatan kerja 7. Biaya pemesanan 8. Biaya sewa kantor 9. Biaya leasing 10. Biaya gaji pegawai 11. Biaya THR 12. Biaya administrasi bank Biaya umum yang disebutan tersebut merupakan biaya lain yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan

19 sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a no 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biaya-biaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. Tabel 4.12 PT Cipta Sukma Mandirirekonsiliasi perhitungan laba/rugi fiskal Untuk periode yang berakhir 31 desember 2012 Pendapatan URAIAN MENURUT KOMERSIAL VERSI PT CSM VERSI PENULIS POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF MENURUT FISKAL Pendapatan usaha 2,323,940,438 2,323,940,438 Total pendapatan 2,323,940,438 2,323,940,438 Biaya usaha Gaji karyawan lepas 163,816, ,816,391 THR karyawan lepas 6,031,912 6,031,912 BBM genset & BBM pengangkut genset 66,589,813 66,589,813 Perawatan suku cadang peralatan 35,384,400 35,384,400 Perawatan perbaikan kendaraan & peralatan 21,536,382 21,536,382 Bahan habis pakai & perlengkapan perusahaan 7,441,990 7,441,990 Sewa kendaraan kepada pihak lain 255,134, ,134,776 Tol & parkir 4,920,500 4,920,500 TOTAL BIAYA ATAS PENDAPATAN 560,856, ,856,164 PENGELUARAN OPERASIONAL Gaji karyawan tetap 580,039, ,039,595 THR karyawan tetap 47,994,208 47,994,208 Kesehatan karyawan tetap 2,361,800 2,361,800 2,361,800 - Listrik, air, telepon,ineternet 17,425,454 17,425,454 Telepon selular 9,915,574 4,957,787 4,957,787 4,957,787 Transportasi & BBM operasional 29,528,220 29,528,220 ATK, materai, foto kopi, buku 19,852,980 19,852,980 Kebersihan & keamanan 720, ,000 Perbaikan & pemeliharaan prasarana perkantoran 1,428,000 1,428,000 Rumah tangga 8,370,352 8,370,352 8,370,352 - Biaya selisih penerimaan piutang 9,377,232 9,377, Perawatan, perbaikan inv. kantor & suku cadang 1,757,800 1,757,800 Teknis & administrasi kendaraan 19,935, ,935,000 Booking fee 5,350,000 5,350,000 Biaya entertainment 18,026,524 18,026,524 18,026,524 - Sewa kantor / bangunan 90,000,000 90,000,000 Umum dll 2,889,000 2,889,000 2,889,000 - Biaya leasing 61,324,200 61,324,200 TOTAL BIAYA PENGELUARAN OPERASIONAL 926,263, ,281,224 TOTAL BIAYA 1,487,120,083 1,441,137,388 Laba / Rugi Sebelum Penyusutan 836,820, ,803,050 BIAYA NON OPERASIONAL Penyusutan peralatan 1,177,186,163 1,177,186,163 Penyusutan inventaris kantor 14,305,704 14,305,704 Penyusutan kendaraan 51,543,523 51,543,523 TOTAL BIAYA NON OPERASIONAL 243,546, ,546,262

20 Laba / Rugi Setelah Penyusutan 593,274, ,256,788 Pendapatan Lain Pendapatan bunga bank 3,932,327 3,932,327 3,932,327 - Total Pendapatan Lain 3,932,327 - Pengeluaran Lain Pengeluaran luar usaha Pajak bunga bank 786, , ,465 - Administrasi bank 20,230,000 20,230,000 Total Pengeluaran Lain 21,016,465 20,230,000 LABA BERSIH PT CSM 576,189,955 46,769, ,026, Telepon seluler Biaya pemakaian ataupun penggunaan pulsa yang diberikan oleh perusahaan hanya untuk keperluan perusahaan, dengan adanya ketentuan hal tersebut maka hanya diberikan kepada bagian tertentu saja yaitu bagian tekhnik, marketing, manajer, kepala bagian dan direktur. Biaya tersebut dikoreksi oleh perusahaan sebesar Rp oleh karena itu penulis sependapat dengan perusahaan. Yang mana dari keseluruhan biaya telepon seluler sebesar Rp hanya dikenakan sebesar 50% dari jumlah pengenaan biaya telepon seluler tersebut, mengoreksi sebesar Rp Kesehatan karyawan tetap Biaya pengobatan ataupun kesehatan harus dikoreksi, karena biaya pengobatan tersebut untuk kesehatan para karyawan yang dibayarkan langsung kepada rumah sakit, apotek, juga dokter sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahan dan bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Oleh karena itu penulis setuju dilakukan koreksi fiskal atas biaya kesehatan karyawan tetap sebesar Rp Rumah tangga Keperluan rumah tangga kantor, tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto karena ternyata keperluan rumah tangga ini ternyata yang dimaksudkan untuk pemilik saham. Atas ketentuan tersebut, maka penulis setuju atas koreksi positif yang diperhitungan perusahaan sebesar Rp Biaya selisih penerimaan piutang Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-undang PPh mengatur bahwa

21 piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dan memenuhi syarat tertentu) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak (sebagai deductable expenses). Syarat-syarat yang ditetapkan agar biaya kerugian penghapusan piutang tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah sbb : a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu c. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh; Berdasarkan penjelasan pasal 6 ayat 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat yang ditetapkan agar piutang yang nyata-nyata tidak dapat dihapus dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah untuk membuktikan bahwa wajib pajak (kreditur) telah melakukan upaya yang maksimal atau terakhir dalam melakukan penagihan piutangnya. Maka penulis mengoreksi, seharusnya selisih penerimaan piutang tersebut tidak dilakukan koreksi positif. 5.Entertainment Menurut SE-27/PJ.22/1986 yang menyatakan bahwa biaya entertainment bisa dikurangkan dengan penghasilan bruto dengan syarat disertai normatifnya. Perusahaan melakukan koreksi sebesar Rp Biaya entertainment yang dimaksud oleh perusahaan yaitu biaya entertainment dalam hal untuk keperluan proyek yang dilakukan perusahaan dan biaya enetertainment ini tidak mempunyai daftar normatif. Oleh karena itu penulis sependapat dengan perusahaan untuk mengkoreksi biaya tersebut. 6. Umum dan lain-lain

22 Dalam penerapan pengenaan biaya umum dan lain-lain perusahaan melakukan koreksi positif sebesar Rp sehingga penulis pun setuju atas koreksi yang dilakukan perusahaan, dikarenakan biaya tersebut tidak jelas spesifikasi nya dan tidak memiliki normatif nya. 7. Pendapatan Bunga bank Pendapatan bunga bank merupakan penghasilan diluar usaha, dipotong PPh Bersifat final, sehingga harus dilakukan koreksi dalam perhitungan laporan keuangan fiskal, maka penulis setuju dengan penerapan perusahaan. 2. Pajak bunga bank Biaya pajak bunga bank yang dikeluarkan Perusahaan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp ,42 Dari jumlah tersebut, biaya Pajak tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto, karena merupakan biaya yang timbul dari hasil pemeriksaan tahun-tahun pajak sebelumnya, dimana biaya pajak tersebut adalah Non Deductible Expense, sebagaimana berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, yang berbunyi bahwa Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT yang tidak boleh dikurangkan salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Perusahaan melakukan koreksi positiftif terhadap pajak bunga bank sebesar Rp ,42. Maka penulis setuju, karena perusahaan sudah tepat melakukan koreksi berdasarkan peraturannya. 3. Biaya penjualan antara lain: a. Materai b. Marketing Biaya tersebut merupakan biaya penjualan yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan. Sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biayabiaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. 10. Biaya umum lain nya antara lain : 1. Biaya pesangon 2. Biaya ATK 3. Biaya transprortasi, BBM operasional 4. Biaya buku dan fotokopi 5. Biaya kebersihan

23 6. Biaya perawatan peralatan kerja 7. Biaya pemesanan 8. Biaya sewa kantor 9. Biaya leasing 10. Biaya gaji pegawai 11. Biaya THR 11. Biaya administrasi bank Biaya umum yang disebutan tersebut merupakan biaya lain yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a no 36 tahun Atas ketentuan tersebut yang mendasari, maka biaya-biaya yang disebutkan tidak perlu dikoreksi fiskal. 12. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan atas akt4a tetap dihitung dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line method), dimana setiap tahunnya berdasarkan umur ekonomis atas masing-masing aktiva tetap yang termasuk menyusut nilai manfaatnya Perhitungan PPh Pasal 25 Tahun 2010 PPh 23 : yaitu transaksi dalam bidang jasa perawatan, pemeliharaan software dan jasa konsultan keuangan, dan jasa lain-lain yang dipotong PPh pasal 23. Yang mana perusahaan PT Cipta Sukma Mandiri bergerak dibidang jasa. PPh 24 : Perusahaan tidak adanya kredit pajak luar negeri a) Menurut SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan atau form 1771 dengan nama wajib pajak adalah PT Cipta Sukma Mandiri. Besarnya angsuran PPh pasal 25/29 pada tahun berjalan adalah Rp dengan perhitungan sebagai berikut : a) PKP yang dibulatkan : Rp b) PPh terutang : 25% x 50% x : Rp c) PPh Pasal 23 : Rp d) Angsuran PPh Pasal 25 : Rp e) Kredit pajak : Rp. ( ) f) PPh yang harus dibayar sendiri : Rp g) Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp

24 Perhitungan PPh Pasal 25 Menurut Penulis a. PKP yang dibulatkan : Rp b. PPh terutang : 25% x 50% x : Rp c. Kredit pajak : Rp. ( ) d. PPh yang harus dibayar sendiri Rp e. Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp Penghasilan kena pajak menurut perusahaan dan menurut penulis berbeda karena dari rekonsiliasi yang dilakukan perusahaan dengan penulis memiliki beberapa perbedaan dalam penerapan rekonsiliasi fiskal. Menurut perusahaan: Menurut penulis: Sehingga terdapat selisih perbedaan: PPh terutang antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, ini dikarenakan atas dasar penghasilan kena pajak yang terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : Kredit pajak antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, dikarenakan perusahaan dalam melakukan perhitungan angsuran PPh 25 nya memasukkan angsuran PPh 25 pada tahun sebelum nya. Yang mana dimaksudkan adalah perhitungan PPh Pasal 29. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : PPh yang harus dibayar sendiri terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis, yang menyebabkan PPh pasal 25 (1/12) atau PPh pasal yang dibayarkan nya juga berbeda. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda :

25 4.3.2 Perhitungan PPh Pasal 25 Tahun 2011 PPh 23 : yaitu transaksi dalam bidang jasa perawatan, pemeliharaan software dan jasa konsultan keuangan, dan jasa lain-lain yang dipotong PPh pasal 23. Yang mana perusahaan PT Cipta Sukma Mandiri bergerak dibidang jasa. PPh 24 : Perusahaan tidak adanya kredit pajak luar negeri a) Menurut SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan atau form 1771 dengan nama wajib pajak adalah PT Cipta Sukma Mandiri. Besarnya angsuran PPh pasal 25 pada tahun berjalan adalah Rp dengan perhitungan sebagai berikut : a) PKP yang dibulatkan : Rp b) PPh Terutang : 25% x 50% x : Rp c) PPh Pasal 23 : Rp d) Angsuran PPh Pasal 25 : Rp e) Kredit pajak : Rp. ( ) f) PPh yang harus dibayar sendiri : Rp g) Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp b) Menurut Penulis a) PKP yang dibulatkan : Rp b) PPh Terutang : 25% x 50% x : Rp c) Kredit pajak : Rp d) PPh yang harus dibayar sendiri : Rp e) Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp Penghasilan kena pajak menurut perusahaan dan menurut penulis berbeda karena dari rekonsiliasi yang dilakukan perusahaan dengan penulis memiliki beberapa perbedaan dalam penerapan rekonsiliasi fiskal. Menurut perusahaan: Menurut penulis: Sehingga terdapat selisih perbedaan: PPh terutang antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, ini dikarenakan atas dasar penghasilan kena pajak yang terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda :

26 3. Kredit pajak antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, dikarenakan perusahaan dalam melakukan perhitungan angsuran PPh 25 nya memasukkan angsuran PPh 25 pada tahun sebelum nya. Yang mana yang dimaksud perusahaan pada perhitungan tersebut sebenarnya merupakan perhitungan PPh Pasal 29. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : PPh yang harus dibayar sendiri terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis, yang menyebabkan PPh pasal 25/29 (1/12) atau PPh pasal yang dibayarkan nya juga berbeda. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : Perhitungan PPh Pasal 25 Tahun 2012 PPh 23 : yaitu transaksi dalam bidang jasa perawatan, pemeliharaan software dan jasa konsultan keuangan, dan jasa lain-lain yang dipotong PPh pasal 23. Yang mana perusahaan PT Cipta Sukma Mandiri bergerak dibidang jasa. PPh 24 : Perusahaan tidak adanya kredit pajak luar negeri a. Menurut SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan atau form 1771 dengan nama wajib pajak adalah PT Cipta Sukma Mandiri. Besarnya angsuran PPh pasal 25 pada tahun berjalan adalah Rp dengan perhitungan sebagai berikut : a) PKP yang dibulatkan : Rp b) PPh Terutang : 25% x 50% x : Rp c) Angsuran PPh Pasal 25 : Rp d) PPh Pasal 23 : Rp e) Kredit pajak : Rp. ( ) f) PPh yang harus dibayar sendiri : Rp g) Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp b. Menurut Penulis a) PKP yang dibulatkan : Rp b) PPh Terutang : 25% x 50% x : Rp

27 c) Kredit pajak : Rp. ( ) d) PPh yang harus dibayar sendiri : Rp e) Cicilan PPh untuk tahun berikutnya(1/12) : Rp Penghasilan kena pajak menurut perusahaan dan menurut penulis berbeda karena dari rekonsiliasi yang dilakukan perusahaan dengan penulis memiliki beberapa perbedaan dalam penerapan rekonsiliasi fiskal. Menurut perusahaan: Menurut penulis: Sehingga terdapat selisih perbedaan: PPh terutang antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, ini dikarenakan atas dasar penghasilan kena pajak yang terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : Kredit pajak antara perusahaan dan penulis terdapat perbedaan, dikarenakan perusahaan dalam melakukan perhitungan angsuran PPh 25 nya memasukkan angsuran PPh 25 pada tahun sebelum nya. Yang mana yang dimaksud perusahaan pada perhitungan tersebut sebenarnya merupakan perhitungan PPh Pasal 29. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda : PPh yang harus dibayar sendiri terdapat perbedaan antara perusahaan dan penulis, yang menyebabkan PPh pasal 25/29 (1/12) atau PPh pasal yang dibayarkan nya juga berbeda. Menurut perusahaan : Menurut penulis : Beda :

28 4.4 Kewajiban Perpajakan PPh Pasal Pelaksanaan Angsuran PPh 25 Menurut PT Cipta Sukma Mandiri Setiap perusahaan yang mana dalam melakukan kewajiban perpajakannya tidak hanya melakukan perpajakan antara lain melakukan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai, kemudaian PPh Pasal 23 terkait dengan pemotongan pajak yang dilakukan perusahaan klien pada saat pembayaran nilai atas jasa nya, PPh Pasal 25 dan PPN nya. Setiap perusahaan tentu akan melakukan perhitungan atau pelaksanaan dan penerapan terhadap PPh Pasal 25. Maka perusahaan ini pun melakukan kegiatan PPh Pasal 25 pada tahun 2010, 2011, dan Untuk itu perincian pembayaran PPh 25 PT Cipta Sukma Mandiri sebagai berikut : Tabel 4.13 Perincian Pembayaran Angsuran PPh 25 Tahun 2010 No. Bulan Disetor Jumlah (Rp) 1 12 Februari 2010 Angsuran PPh 25 Masa Januari Maret 2010 Angsuran PPh 25 Masa Februari April 2010 Angsuran PPh 25 Masa Maret Mei 2010 Angsuran PPh 25 Masa April Juni 2010 Angsuran PPh 25 Masa Mei Juli 2010 Angsuran PPh 25 Masa Juni Agustus 2010 Angsuran PPh 25 Masa Juli September 2011 Angsuran PPh 25 Masa Agustus Oktober 2010 Angsuran PPh 25 Masa September November 2010 Angsuran PPh 25 Masa Oktober Desember 2010 Angsuran PPh 25 Masa November Januari 2011 Angsuran PPh 25 Masa Desember Tabel 4.14 Perincian Pembayaran Angsuran PPh 25 Tahun 2011 No. Bulan Disetor Jumlah (Rp) 1 10 Februari 2011 Angsuran PPh 25 Masa Januari Maret 2011 Angsuran PPh 25 Masa Februari April 2010 Angsuran PPh 25 Masa Maret Mei 2011 Angsuran PPh 25 Masa April Juni 2011 Angsuran PPh 25 Masa Mei Juli 2010 Angsuran PPh 25 Masa Juni Agustus 2010 Angsuran PPh 25 Masa Juli September 2011 Angsuran PPh 25 Masa Agustus Oktober 2011 Angsuran PPh 25 Masa September November 2011 Angsuran PPh 25 Masa Oktober

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal untuk Penentuan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Pada PT. Bijama Makmur Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran,

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 58 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Nutricircle World Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi alat laboratorium, reagen kimia klinik dan seluruh perlengkapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan Wajib Pajak Badan PT. MBPK. Laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. MBPK bertujuan untuk informasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi terhadap laporan laba/ rugi perusahaan, dan melakukan rekonsiliasi perhitungan laba/ rugi, maka dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 : 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan atas Pendapatan dan Beban PT. XYZ PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengelolaan gedung dan jasa lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)

Lebih terperinci

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2. sahamnya tidak diperdagangkan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan BAB IV PEMBAHASAN IV.I Perubahan Peraturan Pajak Penghasilan Untuk meningkatkan penerimaan negara khususnya disektor pajak, pemerintah melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia.

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah 29 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah Tax Planning merupakan langkah awal dalam pengelolaan pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan 65 BAB IV Analisis Hasil Dan Pembahasan A. Koreksi Fiskal Dalam Penentuan Pajak Penghasilan Badan PT. Anugerah Kemas Indah. Telah diketahui bahwa Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771 SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak pada PT ADIS Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT ADIS

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Beban dan Kompensasi Kerugian sesuai SAK dan UU Pajak Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Beda Tetap dan Beda Waktu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif By Afifudin PSP FE Unisma 2 MEKANISME/SIKLUS

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahaasan Masalah 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. Bagi negara semakin besar jumlah pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu, manajemen pajak harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT TGS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris dengan No Akte 145 tanggal 23 April 1996. Akta pendirian tersebut

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire Vennotschap/ Perseroan Komanditer). Perusahaan ini didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Penulis ditempatkan pada Seksi Pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Komersial PT. XYZ. Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. XYZ, bertujuan sebagai alat informasi untuk memberikan gambaran keuangan perusahaan. Selain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC IV.1 Evaluasi Atas Penghasilan Pada PT AIDC Pasal 4 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 secara rinci memberikan pengertian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, perhitungan, dan pembahasan terhadap Laporan Keuangan dan pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract 1 Pelaksanaan Pajak dan Exposur Pajak, Studi Kasus pada PT ABC Tahun 2012 Melinda Ardhias Debby Fitriasari Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini menganalisis pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada CV X, berikut adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian: 1. CV X telah melakukan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK 2011 Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa Periode akuntansi yang diterapkan di PT Persada Aman Sentosa adalah tahun takwim, yaitu periode yang dimulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi Laporan laba/rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi 1 SISTEMATIKA 1. 2. 3. Konsep Rekonsiliasi Rincian Item Rekonsiliasi Kasus dan Ilustrasi 3 Bagan Pajak Perusahaan Dipotong PPh 23 atas penghasilan jasa Penghitungan Pajak Perusahaan Penghasilan XXX Beban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci