SKRIPSI KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL."

Transkripsi

1 SKRIPSI KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO Oleh Dyah Wahyuningsih H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2 KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh Dyah Wahyuningsih H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

3 SKRIPSI KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO Dyah Wahyuningsih H Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS NIP Ir. Ato Sulistvo. MP NIP Surakarta, Juni 2012 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan, Prof. Df. Ir. H. Bambang Puiiasmanto. MS NIP

4 SKRIPSI KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO yang dipersiapkan dan disusun oleh Dyah Wahyuningsih H telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 14 Mei 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi Susunan Tim Penguji: Ketua Anggota I Anggota II Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS Ir. Ato Sulistyo, MP Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si NIP NIP NIP iv

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta ala atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Pengaruh Unsur Iklim terhadap Fekunditas, Fertilitas, dan Luas Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Di Sukoharjo. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Program Studi Agroteknologi dan Dosen Pembahas atas kritik, saran dan bimbingannya. 3. Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS selaku Pembimbing Utama dan Ir. Ato Sulistyo, MP selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping atas dorongan, semangat, waktu, ilmu, dan bimbingan yang diberikan. 4. Bapak Sulis dan bapak Surono selaku pembimbing lapangan atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang diberikan. 5. Terima kasih atas kasih sayang yang tulus dari bapak dan ibu yang mungkin tak akan bisa terbalaskan. 6. Adik-adikku Tia dan Bella atas semangat dan dukungannya. 7. Agus Nur Cahyo atas bantuan dan semangat yang diberikan. 8. Teman-teman Agroteknologi 2008 Solmated yang telah membantu, memberikan semangat, dan dukungannya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala bantuan baik langsung maupun tidak langsung, kritik, saran, dan dorongan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. v

6 Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Surakarta, Mei 2012 Penulis vi

7 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x RINGKASAN... xi SUMMARY... xii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Wereng Batang Coklat (WBC) Sistematika dan Morfologi WBC Penyebaran WBC Biologi dan Serangan WBC... 5 B. Dampak Iklim terhadap WBC... 7 III. METODE PENELITAN... 9 A. Waktu dan Tempat penelitian... 9 B. Bahan dan Alat... 9 C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data... 9 D. Pelaksanaan Penelitian E. Pengamatan Peubah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian B. Fekunditas WBC C. Fertilitas WBC vii

8 viii D. Luas Serangan WBC V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Hasil analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo Tahun Hasil analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo Tahun Judul dalam Lampiran 5. Summary output analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC Anova uji F pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC Uji T pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Fekunditas WBC Summary output analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC Anova uji F pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC Uji T pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC Analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC Anova uji F pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC Uji T pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC Summary output analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC Anova uji F kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC Uji T kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC ix

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Luas serangan WBC di Sukoharjo tahun pada musim tanam (MT) 1 dan Judul dalam Lampiran 4. Wereng batang coklat (WBC) Telur WBC pada pelepah padi Bibit padi Data sekunder iklim Pencarian WBC di sawah Kurungan percobaan Padi untuk pengujian yang dipasangi termohigrometer x

11 RINGKASAN KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO. Skripsi: Dyah Wahyuningsih (H ). Pembimbing: Sholahuddin, Ato Sulistyo, Hadiwiyono, Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Pengembangan produksi padi di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala seperti serangan hama dan penyakit. Di antara hama yang menyerang adalah wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal.). Sukoharjo merupakan daerah endemi wereng batang coklat (WBC). Peningkatan serangan WBC diduga ditentukan oleh faktor iklim. Studi tentang serangan WBC di Sukoharjo perlu dilakukan guna pemecahan masalah tersebut. Beberapa aspek yang penting yang perlu dipelajari adalah bagaimana pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC dan bagaimana pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC serta mempelajari pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Palur, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (PHPT) Palur, serta sepuluh lokasi di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo mulai Juli 2011 sampai September Penelitian ini dilaksanakan dengan memanfaatkan data sekunder iklim dan luas serangan WBC di wilayah Kabupaten Sukoharjo selama 10 tahun ( ) dan percobaan lapang di Gatak dan Mojolaban. Fekunditas dihitung dengan menghitung jumlah telur yang dihasilkan betina WBC. Penghitungan fertilitas dengan menghitung jumlah telur yang menetas menjadi nimfa. Luas serangan WBC diperoleh dari data sekunder luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo (tahun ). Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban harian tidak memberi pengaruh terhadap fekunditas WBC. Suhu rata-rata harian memberikan pengaruh terhadap fertilitas WBC. Suhu dan kelembaban secara bersama memberikan kontribusi sebesar 48 %. Musim tanam dan kelembaban memberikan pengaruh terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo (tahun ). Sumbangan pengaruh yang diberikan sebesar 33%. Kelembaban mempunyai hubungan yang positif dengan luas serangan WBC. xi

12 SUMMARY STUDY ON THE INFLUENCE OF CLIMATE ELEMENT TO FECUNDITY, FERTILITY, AND ATTACK WIDE OF BROWN PLANTHOPPER (NILAPARVATA LUGENS STAL.) IN SUKOHARJO. Thesis-S1: Dyah Wahyuningsih. Advisers: Sholahuddin, Ato Sulistyo, Hadiwiyono. Study program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Production development of paddy in Indonesia is facing many problems such pests and plant diseases. Among the pests is brown planthopper (Nilaparvata lugens Stal.). Sukoharjo is an endemic area of brown planthopper (BPH). It is thought that BPH attack is determined by climate factor. Study concerning the brown planthopper (BPH) in Sukoharjo is needed to be held in order to solve the problem. Many important aspects are how the influence of temperature and humidity to fecundity and fertility, how the influence of climate element, and planting season to attack wide of BPH in Sukoharjo. This research was purposed to study the influence of temperature and humidity to fecundity and fertility of BPH and the influence of climate element, and planting season to attack wide of BPH in Sukoharjo. This research was held in department of agriculture conselling Palur, Laboratory of Plants Pests and Diseases Observation Palur, and ten location in Gatak and Mojolaban, Sukoharjo. The research was carried out on July until September The research was held using secondary data of climate and attack wide of BPH during 2001 th th and field experiment in Gatak and Mojolaban. Fecundity was calculated from total eggs of female BPH. Fertility was calculated from total fertile eggs and nimph of BPH. Attack wide of BPH was collected from secondary data attack wide of BPH during 2001 th th in Sukoharjo. The data were analyzed using the regression analysis. The result showed that daily temperature and humidity had not influence to fecundity of BPH. Daily temperature influenced to fertility of BPH. Temperature and humidity together had contribution 48% to fertility of BPH. Planting season and humidity had contribution 33 % to attack wide of BPH during 2001 th th. Humidity had positive corelation to attack wide of BPH. xii

13 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang besar pada tahun 2010 sebanyak jiwa (BPS 2011) dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan beras semakin tinggi. Untuk memenuhi permintaan maka perlu adanya peningkatan produktivitas padi. Pengembangan produksi padi di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Serangan hama dan penyakit masih menjadi kendala utama pengembangan produksi padi di Indonesia. Di antara hama yang menyerang adalah wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal.). Wereng batang coklat (WBC) secara langsung merusak tanaman padi karena nimfa dan imagonya menghisap cairan sel tanaman sehingga tanaman kering dan akhirnya mati. Kerusakan secara tidak langsung terjadi karena serangan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa yang ditularkannya. Kerusakan berat yang disebabkan oleh wereng coklat terkadang ditemukan pada persemaian, tetapi sebagian besar menyerang pada saat tanaman padi masak menjelang panen. Serangan wereng coklat dapat menurunkan produksi padi Nasional. Hal ini terbukti dari angka ramalan II (ARM-II) pada Agustus 2010 produksi padi mencapai ton padahal angka tetap (ATAP) 2009 telah mencapai selisihnya kenaikan produksi hanya ton dengan kenaikan produksi hanya 1,17%. Kenaikan produksi yang rendah ini akan mengganggu stabilitas nasional dalam hal kerawanan pangan. Hal ini disebabkan pada produksi 2008 ke produksi 2009 kenaikannya mencapai 5%. Bila mengacu kepada Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dengan target produksi meningkat 5% maka terjadi penurunan produksi sebesar 3,83% (Baehaki, 2011). Untung dan Trisyono (2010) menyatakan bahwa di wilayah Gatak, Sukoharjo, populasi WBC mencapai >100 ekor per rumpun pada tanaman padi yang masih hijau dan berumur sekitar 30 hari. Semua rumpun padi terserang oleh WBC. Pada tanaman muda (sekitar commit 10 to hari) user populasi WBC sangat tinggi, dan 1

14 2 bahkan beberapa rumpun dipenuhi oleh imago WBC sampai pada bagian pucuk daun. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merupakan salah satu pengaruh perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia. Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim dan serangan OPT merupakan salah satu aspek yang harus menjadi rencana strategi Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim, akibat ancaman OPT setiap tahun terus terjadi. Perkembangan hama dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung, terjadinya anomali musim, yakni masih adanya hujan di musim kemarau juga dapat menstimulasi serangan OPT (Susanti et al. 2009). Wirajaswadi (2010) menyatakan bahwa wereng coklat merupakan salah satu jenis hama tanaman padi yang sangat berbahaya dan sering menunjukkan ledakan (out break) atau serangan dengan intensitas berat dalam skala luas bersamaan dengan terjadinya penyimpangan iklim. Hama ini pada kondisi cuaca/iklim yang sesuai dapat berkembang dengan cepat disertai kemampuan menyebar (migrasi) yang luas, menjadikan hama ini sangat merusak. Penyimpangan iklim merupakan fenomena alam yang sulit diprediksi kemunculannya dan memiliki dampak diantaranya berkembangnya populasi WBC pada tanaman padi. Hal tersebut karena terciptanya lingkungan yang sangat kondusif untuk proses perkembangbiakan WBC. Apabila kondisi mendukung, sebagian besar telur menetas dan populasi satu ekor betina fertil per rumpun sudah dapat menyebabkan puso pertanaman padi.

15 3 B. Perumusan Masalah Wereng batang coklat (WBC) merupakan hama padi yang merugikan. WBC pada kondisi iklim/cuaca yang sesuai perkembangan populasi sangat cepat sehingga menjadi sangat merugikan. Populasi WBC cepat meningkat pada kelembaban tinggi (70%- 80%), suhu siang hari optimum (28-30 o C), intensitas matahari rendah, pemupukan nitrogen yang tinggi, tanaman yang rimbun, air lahan basah, dan angin lemah (Nurbaeti et al. 2010). Seekor betina WBC dapat meletakkan telur butir (BBPTP 2009, Wirajaswadi 2010), apabila kondisi tidak sesuai fertilitas tetasnya sangat rendah sehingga tidak merugikan, namun pada kondisi yang sesuai fertilitas tetasnya sangat tinggi sehingga musuh alami yang adapun tidak dapat mengendalikan. Akibatnya populasi WBC berkembang cepat dan terjadi epidemi ledakan serangan yang sangat hebat. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC dan bagaimana pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC. 2. Mempelajari pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo.

16 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Wereng Batang Coklat (WBC) 1. Sistematika dan Morfologi WBC Nilaparvata lugens termasuk ordo Homoptera, family Delphacidae (plant hopper). Anggota familia ini, tibia kaki belakang mempunyai apical spur (taji yang letaknya pada apex). Familia ini merupakan familia planthoppers yang anggotanya terbanyak. Kebanyakan berukuran agak kecil dan banyak sayapnya pendek (Ananda 1986). N. lugens atau wereng batang cokelat termasuk ke dalam Ordo Hemiptera, subordo Auchenorryncha, famili Delphacidae. Hama ini menyerang tanaman dari famili Gramineae tetapi padi merupakan inang utamanya (Kalshoven 1981). Bentuk telur wereng coklat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan panjangnya antara 0,830-1,000 milimeter. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera ( bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang yang tumbuh tidak normal (Baehaki 1992). Telur wereng coklat berwarna putih krim, semakin lama berubah warna menjadi gelap, berukuran panjang 0,9 mm, lebar 0,2 mm. Secara keseluruhan siklus hidup wereng coklat berkisar antara hari. Serangga dewasa khususnya yang bersayap panjang mempunyai kemampuan terbang (migrasi) sekitar km (Wirajaswadi 2010). 2. Penyebaran WBC Persebaran wereng batang cokelat mencapai India, Asia Tenggara dan Cina. Sejak tahun 1970, keberadaan N. lugens menjadi hama penting karena 4

17 5 persebarannya luas di Indonesia dan menyebabkan tanaman padi hopperburn (Kalshoven 1981). Pada saat ini wereng coklat tersebar di Indonesia mulai dari Aceh, Maluku sampai Irian Jaya. Akibat serangan wereng coklat sangat dirasakan diberbagai tingkat kebijakan. Hama tersebut sulit dikendalikan sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit (Baehaki, Widiarta 2009). Pergerakan dari tanaman satu ketanaman lain dilakukan oleh makroptera. Gerakan pemencaran ini menunjukkan adanya wereng coklat yang meninggalkan tanaman tua atau memencar pada akhir generasi ketiga menuju tanaman muda. Sebenanrnya gerakan pemencaran ini sudah dilakukan pada generasi kedua dan mencapai puncaknya pada generasi ketiga pada tanaman mendekati panen atau rusak (Baehaki, Widiarta 2009). 3. Biologi dan Serangan WBC Metamorfosis wereng coklat sederhana atau bertingkat disebut dengan heterometabola. Serangga muda yang menetas disebut nimfa dan makanannya serupa dengan induknya. Nimfa mengalami lima kali pergantian kulit (instar) dan rata-rata yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa adalah 12, 8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa bergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul (Baehaki, Widiarta 2009). Hama wereng coklat bertipe strategi-r dengan ciri: 1) populasi hama dapat menemukan habitatnya dengan cepat, 2) berkembang biak dengan cepat dan mampu mempergunakan sumber makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, 3) mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru sebelum habitat lama tidak berguna lagi, dan 4) hama ini mempunyai potensi biotik yang tinggi, dapat memanfaatkan makanan yang banyak dalam waktu singkat sehingga terjadi ledakan populasi dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit (Baehaki, Munawar 2008). Secara fenotipik karakter suatu biotipe dapat jelas dibedakan satu dengan yang lain, secara genetik biotipe wereng cokelat sulit dibedakan. Berdasarkan analisa variasi molekuler (DNA), commit terlihat to bahwa user variasi terutama terdeteksi antar

18 6 individu (79.1%) daripada antar populasi (20.9%). Hal ini menunjukkan bahwa variasi dalam satu populasi biotipe cukup tinggi (Bahagiawati, Rijzaani 2005). Biotipe wereng coklat yang ada dilapang beragam. Ekspresi gejala fenotipe akibat serangan wereng coklat dapat terjadi akibat satu biotipe yang dominan dilapang. Terkadang ekspresi gejala fenotipe akibat wereng coklat dilapang dapat disebabkan oleh beberapa biotipe (Baehaki, Munawar 2008). Serangan wereng coklat yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara substansial, mengakibatkan kelumpuhan perekonomian tingkat petani, hal ini terbukti dengan laporan dari beberapa propinsi untuk tahun 2004 dan 2005 telah terjadi serangan wereng coklat terhadap beberapa varietas padi yang diunggulkan. Pada MT (musim tanam) 2005 luas serangan wereng coklat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat mencapai ha (BBPTP 2009). Wereng batang coklat, N. lugens (Homoptera: Delphacidae) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi, dan tanaman lain yang termasuk kedalam genus Oryza. Wereng yang tersebar di India, Asia Tenggara, dan Asia Timur ini dapat menyebabkan kerusakan langsung berupa menguningnya rummpun padi seperti terbakar (hopperburn), dan tidak langsung dengan cara penyebaran penyakit kerdil (Putra et al. 2002). Wereng coklat merupakan hama laten, disamping merusak langsung menghisap cairan tanaman dengan alat mulut khusus untuk menusuk dan menghisap juga dapat mentransfer virus kerdil hampa dan kerdil rumput tipe I yang serangannya dapat melebihi serangan wereng itu sendiri. Sejak 2006 wereng coklat juga mentransfer virus kerdil rumput tipe II yang serangannya sudah meluas di sentra produksi padi Pulau Jawa, bahkan pada awal tahun 2008 virus kerdil rumput tipe II ditemukan di Simalungun, Sumatera Utara (Baehaki, Abdullah 2007).

19 7 B. Dampak iklim terhadap Wereng Batang Coklat Kelembaban udara lebih berpengaruh terhadap fluktuasi nilai Indeks Ekoklimatik dari pada suhu udara. Hasil simulasi perubahan iklim memperlihatkan bahwa wereng batang cokelat lebih mengalami cekaman basah daripada cekaman panas. Secara umum, peningkatan suhu udara dan curah hujan merupakan keadaan kurang nyaman bagi wereng batang cokelat (Sajaroh 2010). Pada musim tanam musim hujan kegagalan tanam akan meningkat. Peristiwa La-Nina dapat mengakibatkan meningkatnya populasi hama dan banjir. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kelembaban dan curah hujan (Irawan 2006). Suhu yang tinggi membuat aktifitas wereng batang coklat berkurang dan daya makannya juga berkurang yang berpengaruh terhadap intensitas serangan. Kelembaban ruangan juga mempengaruhi intensitas serangan, dimana kelembaban terlalu rendah untuk perkembangan yang baik bagi serangga yaitu rata-rata sebesar 60% (Zahara 2002). Apabila kondisi lingkungan memenuhi, populasi WBC dan luas serangan dapat meningkat secara tajam dalam waktu yang singkat karena hama ini mempunyai kemampuan biotis yang sangat tinggi dan migrasi dalam jarak jauh. Fenomena tersebut terjadi dalam dua tahun terakhir di daerah endemis WBC seperti Kabupaten Klaten dan berbagai daerah sentra produksi padi lainnya di pulau Jawa dan Sumatera (Untung, Trisyono 2010). Komponen cuaca bisa berperan sebagai faktor utama (k-faktor) maupun sebagai faktor pendukung. Sebagai k-faktor, suatu komponen cuaca bisa langsung menentukan kejadian serangan beberapa saat kedepan, sedangkan sebagai faktor pendukung, peran cuaca adalah hanya menentukan peluang dan tingkat kerusakan tertinggi apabila terjadi serangan. Dengan pemantauan cuaca yang baik, adanya perubahan cuaca sesaat maupun kondisi jangka panjangnya yang akan berpengaruh terhadap organisme pengganggu tanaman bisa diketahui sedini mungkin (Supriyono 2006).

20 8 C. Hipotesis 1. Suhu dan kelembaban memberikan pengaruh nyata terhadap fekunditas dan fertilitas WBC. 2. Unsur iklim dan musim tanam memberikan pengaruh nyata terhadap luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo.

21 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Suhu dan kelembaban harian tidak memberi pengaruh terhadap fekunditas WBC. 2. Suhu rata-rata harian memberikan pengaruh terhadap fertilitas WBC. Suhu dan kelembaban secara bersama memberikan kontribusi pengaruh sebesar 48 %. 3. Musim tanam dan kelembaban memberikan pengaruh terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo (tahun ). Sumbangan pengaruh yang diberikan sebesar 33%. Kelembaban mempunyai hubungan yang positif dengan luas serangan WBC. B. Saran Pada penelitian ini saran yang sebaiknya dilakukan yaitu perlu adanya data unsur iklim tambahan seperti cahaya matahari dan angin serta jumlah populasi WBC. Penelitian bisa dilanjutkan pada musim tanam yang berbeda. 25

22 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian pengaruh unsur iklim terhadap fekunditas, fertilitas dan luas serangan wereng batang coklat (WBC) dilakukan di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah, dengan luas wilayah kurang lebih km 2. Secara geografis terletak diantara bagian ujung timur O LS, bagian ujung barat O LS, bagian ujung utara 7.32 O BT, bagian ujung selatan 7.49 O BT. Secara topografi wilayahnya terdiri atas daerah dataran rendah dan perbukitan. Salah satu faktor yang mendukung pertanian di daerah ini adalah adanya aliran sungai Bengawan Solo yang menjadi sumber pengairan sawah-sawah penduduk. Iklim di Sukoharjo sama halnya dengan iklim di daerah tropis yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April sampai September, sementara musim penghujan terjadi antara bulan Oktober sampai Maret. Hasil workshop dari Laboratorium PHPT Surakarta (2011) luas tanaman padi di wilayah Sukoharjo (per Maret 2011) adalah Ha. Musim tanam padi I pada bulan April- September dan musim tanam padi II pada bulan Oktober- Maret. Berdasarkan data sekunder luas serangan WBC musim tanam I dan II tahun 2010, Kabupaten Sukoharjo merupakan wilayah dengan luas serangan terbesar di Eks- Karisidenan Surakarta yaitu seluas Ha dan Ha. Percobaan lapang penelitian ini bertempat di 10 lokasi yang tersebar di Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Data dari Laboratorium PHPT Surakarta (2011) Mojolaban merupakan daerah kronis endemis WBC, luas serangan WBC pada musim tanam 2010/2011 s/d Maret 2011 adalah Ha. Gatak merupakan daerah potensial serangan WBC, luas serangan WBC pada musim tanam 2010/2011 s/d Maret 2011 adalah 120 Ha. 13

23 14 B. Fekunditas WBC Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan oleh betina WBC. Telur WBC berbentuk seperti sisir pisang dan berwarna putih bening. Seekor WBC mampu bertelur sebanyak butir yang diletakkan secara berkelompok pada pelepah daun. Siklus hidup wereng coklat cukup singkat sehingga proses pergantian generasi berlangsung dengan cepat. Stadia telur berlangsung selama 4-8 hari, stadia nimfa 14 hari dan stadia dewasa (imago) hari (Wirajaswadi 2010). Grafik fekunditas, suhu dan kelembaban dari 10 lokasi di Kecamatan Gatak dan Mojolaban disajikan dalam Gambar fekunditas Suhu Kelembaban Gambar 1. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak. Fekunditas WBC berkisar antara telur dengan kisaran suhu 26,904-30,214 o C dan kelembaban antara 54,142-64,357 %. Fekunditas WBC tertinggi yaitu sebanyak 215 telur pada suhu 27,309 o C dan kelembaban 62,095 %. Fekunditas terendah sebanyak 81 telur pada suhu 29,309 o C dan kelembaban 58,119 %.

24 15 Data fekunditas yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC (lampiran 1). Hasil analisis uji F dan uji T disajikan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R 2 Suhu (X 1 ) -32,59 0,06 ns 0,15 ns 0,42 Intercept 1608,02 0,057 ns Kelembaban (X 2 ) -9,34 0,14 ns Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan Persamaan : Y= 1608,02-32,59 X 1-9,34 X 2 Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC (Tabel 1) menunjukkan p-value (F)= 0,15 ns yang berarti bahwa suhu dan kelembaban secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap fekunditas WBC. Pada uji parsial (uji T) menunjukkan p-value suhu sebesar 0,06 ns dan p- value kelembaban sebesar 0,14 ns yang berarti apabila asumsi faktor-faktor lain yang tidak diteliti tetap atau tidak berubah maka masing-masing variabel suhu dan kelembaban tidak memberikan sumbangan atau pengaruh terhadap fekunditas. Koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 42 %, berarti sumbangan suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC sebesar 42 %. Sisanya 58 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Persamaan regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC adalah Y= 1608,02-32,59 X 1-9,34 X 2 dimana X 1 adalah suhu dan X 2 adalah kelembaban. Suhu dan kelembaban bernilai negatif yang berarti suhu dan kelembaban berhubungan berlawanan dengan fekunditas. Hasil pengukuran suhu menunjukkan rata-rata suhu harian sebesar 26,9-30,21 o C (Gambar 1). Penelitian Hou dan Lee (1984) betina WBC dewasa yang bunting diberi perlakuan suhu tinggi 32 o C selama 3 hari menunjukkan hasil fekunditas yang rendah. Pengukuran rata- rata kelembaban di lapang berkisar antara 54,14 % 64, 35 % (Gambar commit 1). Kondisi to user suhu rata-rata yang tinggi disertai

25 16 kelembaban yang tinggi merupakan kondisi cuaca yang mampu menunjang perkembangan pathogen sehingga memungkinkan terjadinya hama atau penyakit (Arifin, Adi 2000). Kehidupan dan perkembangan WBC dipengaruhi oleh faktor dalam yang dimiliki WBC itu sendiri dan faktor luar yaitu kondisi lingkungan tempat WBC melakukan aktivitasnya. Faktor dalam tersebut antaralain kemampuan berkembangbiak dan sifat mempertahankan diri. Menurut Hidayat dan Sartiami (2011) fekunditas dipengaruhi oleh kemampuan berkembangbiak. Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin (sex ratio). Hama tersebut semakin cepat berkembang biak, semakin tinggi kemampuan berkembangbiaknya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina. Perbandingan populasi WBC menurut Baehaki (1992), pada setiap kepadatan populasi wereng brakiptera lebih tinggi daripada makroptera. Pada penelitian ini WBC yang digunakan untuk pengujian adalah WBC bunting yang merupakan wereng brakiptera. Baehaki (1992) menyatakan bahwa WBC dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) dan bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil). Umumnya wereng brakhiptera bertubuh lebih besar dan mempunyai tungkai dan peletak telur yang lebih panjang. Wereng brakiptera berfungsi untuk berkembangbiak dan tetap tinggal ditempat itu. Fungsi wereng makroptera untuk migrasi mencari tempat baru dan berkembangbiak membentuk wereng betina brakiptera pada generasi pertamanya. Fekunditas bisa dipengaruhi faktor lain seperti pemupukan. Pada penelitian ini media yang digunakan untuk menanam padi adalah tanah sawah yang telah mendapat pemberian pupuk sebelumnya. Sianipar (1988) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan pupuk urea menunjukkan korelasi positif dengan keperidian wereng coklat. Penggunaan pupuk urea yang semakin tinggi

26 menyebabkan semakin tinggi pula biomassa batang padi. Pengaruh biomassa batang padi terhadap keperidian wereng coklat menunjukkan korelasi positif. 17 C. Fertilitas WBC WBC mengalami metamorfosis tidak sempurna dengan siklus dari telur menetas menjadi nimfa kemudian menjadi imago. Fertilitas WBC adalah telur WBC fertil yang menetas menjadi nimfa. Fertilitas dihitung dengan menghitung jumlah nimfa yang ditemukan disekitar tanaman padi didalam kurungan percobaan. Nimfa WBC berukuran kecil dan berwarna putih. Berikut ini gambar grafik fertilitas, suhu dan kelembaban di 10 lokasi percobaan di Kecamatan Mojolaban dan Gatak, Kabupaten Sukoharjo fertilitas Suhu Kelembaban Gambar 2. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak. Telur yang dihasilkan (fekunditas) dengan telur yang menetas (fertilitas) jumlahnya tidak sama. Tidak semua telur yang dihasilkan berhasil menetas. Dari data fekunditas dan fertilitas (Gambar 1 dan 2) menunjukkan hasil tertinggi telur berhasil menetas 100 % dan yang terendah 75,93 %. Hal ini ditunjukkan ketika pengamatan terdapat telur yang busuk. Telur busuk dicirikan berwarna hitam dan tidak berisi lagi. Diduga telur busuk karena adanya parasitoid telur WBC. Menurut Kartohardjono (2011) pada areal pertanaman padi ditemukan beberapa musuh alami wereng batang coklat, antara lain parasitoid Anagrus sp. dan

27 18 Oligosita sp. Parasitoid telur dapat memparasitasi telur WBC 45%- 87% (Nurbaeti et al. 2010) Uji F dan uji T dilakukan dengan analisis regresi sehingga didapat persamaan regresi. Data hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC (lampiran 2) disajikan dalam tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R 2 Intercept 1697,89 0,04* Suhu (X 1) -35,26 0,04* 0,099 ns 0,48 Kelembaban (X 2) -9,63 0,12 ns Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan * : signifikan/beda nyata Persamaan :Y= 1697,89-35,26 X 1 9,63 X 2 Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC (Tabel 2) menunjukkan p-value(f) = 0,099 ns yang berarti bahwa suhu dan kelembaban secara bersama tidak berpengaruh terhadap fertilitas WBC. Hasil uji parsial menunjukkan p-value suhu 0,04 yang signifikan. Suhu memberikan signifikasi sumbangan terhadap fertilitas WBC. Kelembaban tidak memberikan sumbangan pengaruh terhadap fertilitas. Sumbangan semua variabel bebas (suhu dan kelembaban) terhadap fertilitas adalah sebesar 48 % (R 2 ). Sisanya 52 % fertilitas dipengaruhi faktor lain selain suhu dan kelembaban yang tidak diteliti. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y= 1697,89-35,26 X 1 9,63 X 2 dimana X 1 adalah suhu dan X 2 adalah kelembaban. Suhu dan kelembaban mempunyai nilai yang negatif. Hal ini berarti suhu dan kelembaban mempunyai hubungan yang berlawanan terhadap fertilitas WBC. Koefisien suhu bernilai 35,26 yang berarti setiap kenaikan suhu 1 o C akan menurunkan fertilitas sebesar 35,26 nimfa dan sebaliknya pada kisaran suhu penelitian 26,90-30,21 0 C (Gambar 2).

28 19 Suhu berpengaruh signifikan terhadap fertilitas WBC. Reflinaldon et al. (2007) dalam penelitiannya pengaruh suhu terhadap keperidian Hemiptarsenus varicornis menyatakan bahwa selama masa hidup imago betina, suhu akan sangat berperan terhadap proses pematangan telur. Diduga produksi atau kerja enzim yang terlibat dalam proses pematangan telur dipengaruhi oleh suhu. Fertilitas menunjukkan adanya generasi baru WBC sebagai dinamika populasi WBC. Yadav et al.(2010) dalam penelitiannya menyebutkan hubungan diantara dinamika populasi WBC dan suhu dianalisis dan ditemukan sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi perkembangan populasi. Populasi WBC dapat berkembang cepat dalam kondisi yang kondusif pada suhu optimum o C (BPTP Jateng 2011).

29 20 D. Luas Serangan WBC Kumpulan imago dan nimfa WBC mengisap cairan tanaman, mengakibatkan tanaman menjadi merana, tumbuh kerdil, daun-daun mulai kuning, layu dan akhirnya menimbulkan gejala serangan WBC yang disebut hopperburn atau mati kering (Baehaki, Widiarta 2009). Data luas serangan WBC yang digunakan selama kurun waktu 10 tahun ( ). Musim tanam 1 berlangsung antara bulan April- September yang merupakan musim tanam kemarau. Musim tanam 2 berlangsung antara bulan Oktober- Maret yang merupakan musim tanam penghujan. Data luas serangan WBC pada musim tanam 1 dan 2 selama kurun waktu 10 tahun disajikan dalam gambar 3 berikut. Luas serangan (Ha) Tahun MT 1 MT 2 Gambar 3. Luas serangan WBC di Sukoharjo tahun pada musim tanam (MT) 1 dan 2. Keterangan: 1= tahun 2001, 2= tahun 2002, 3= tahun 2003,..., 10= tahun 2010 MT 1= musim tanam 1, MT 2= musim tanam 2 Luas serangan WBC tertinggi terjadi tahun 2010 pada musim tanam 1/ musim kemarau (April- September) yaitu seluas 4436 Ha. Terlihat rentang yang sangat mencolok dibandingkan luas serangan WBC di tahun-tahun sebelumnya (Gambar 3). Diduga ledakan serangan WBC yang menyebabkan luasnya serangan karena pada saat musim tanam tersebut commit merupakan to user musim kemarau basah.

30 21 Perkembangan hama dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung, terjadinya anomali musim, yakni masih adanya hujan di musim kemarau juga dapat menstimulasi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pada kondisi lingkungan yang sesuai serangan WBC bisa meningkat. Analisis pengaruh unsur iklim (jumlah bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu dan kelembaban) dan musim tanam terhadap luas serangan WBC (lampiran 3) disajikan dalam tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R 2 Intercept ,036* Bulan basah (X 1 ) 261,781 0,795 ns Bulan lembab (X 2 ) 77,105 0,940 ns Bulan kering (X 3 ) -834,082 0,463 ns 0,01* 0,69 Suhu (X 4 ) 73,378 0,862 ns Kelembaban (X 5 ) 1269,688 0,044* Musim tanam (D 1 ) 4953,696 0,001** Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan * : signifikan/beda nyata ** : sangat signifikan/ beda sangat nyata Persamaan : Y= ,781 X ,105 X 2-834,082 X ,378 X ,688 X ,696 D 1 Hasil analisis regresi pengaruh musim tanam, bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu dan kelembaban terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun (Tabel 3) menunjukkan musim tanam dan unsur iklim seperti bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu dan kelembaban secara bersama memberikan sumbangan pengaruh terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo. Berdasarkan uji parsial, variabel yang memberikan sumbangan pengaruh nyata terhadap luas serangan WBC hanya musim tanam dan kelembaban. Hasil analisis regresi pengaruh musim tanam dan kelembaban terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun (lampiran 4) disajikan dalam tabel 4 berikut.

31 Tabel 4. Hasil analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R 2 Intercept ,013* Kelembaban (X 1 ) 1907,501 0,013* 0,03 * 0,33 Musim Tanam (D 1 ) 1057,714 0,037* Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % * : signifikan/beda nyata Persamaan : Y= ,50 X ,714 D 1 22 Hasil analisis regresi pengaruh musim tanam dan kelembaban terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun (Tabel 4) menunjukkan bahwa musim tanam dan kelembaban memberikan signifikasi sumbangan pengaruh terhadap luas serangan WBC. Musim tanam penghujan dan musim tanam kemarau berpengaruh nyata terhadap luas serangan WBC. Nilai R 2 sebesar 33% berarti musim tanam dan kelembaban memberikan sumbangan pengaruh terhadap luas serangan WBC sebesar 33% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Faktor lain yang bisa mempengaruhi serangan WBC karena budidaya pertanian oleh manusia antara lain pemupukan yang kurang tepat, varietas rentan, pemakaian pestisida yang tidak tepat dan pola tanam. Faktor alami yang mempengaruhi selain faktor iklim yaitu adanya musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen. Apabila praktek budidaya yang dilakukan kurang tepat dan peran musuh alami tidak optimal maka populasi WBC bisa tinggi sehingga menyebabkan luasnya serangan. Faktor iklim sendiri juga berpengaruh terhadap parasitoid WBC. Roja (2009) menyatakan bahwa parasitoid sangat rentan terhadap perubahan faktor iklim. Kehidupannya akan cepat terganggu jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban udara. Parasitoid yang menempatkan telurnya pada inangnya berupa hama tanaman, efektifitasnya akan terlihat jika populasi hama tanaman lebih tinggi dari populasi parasitoid. Pada saat itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama. Persamaan regresi Y= ,50 X ,714 D 1 menunjukkan bahwa musim tanam dan kelembaban commit mempunyai to user hubungan yang positif atau

32 23 searah dengan luas serangan. Peningkatan kelembaban akan diikuti oleh semakin besarnya luas serangan WBC. Win et al. (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kelembaban berkorelasi positif dengan populasi WBC, kelembaban berpengaruh 21,9 % terhadap populasi WBC pada musim kering. Populasi yang semakin meningkat menyebabkan semakin meningkat pula serangan WBC. Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan musim tanam penghujan dan kemarau memberikan pengaruh terhadap luas serangan. WBC dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok baik dimusim penghujan maupun musim kemarau. Baehaki (2008) menyatakan bahwa pada era tahun sebelum 1994 serangga ini merupakan serangga yang menyerang tanman padi di musim hujan, tetapi setelah tahun 1994 serangga ini menyerang tanaman padi pada musim hujan dan kemarau, apabila hujan berlanjut kemusim kemarau atau adanya fenomena La-Nina. Indikator dan faktor penyebab ledakan serangan WBC adalah terjadi anomali iklim La-Nina, yang ditandai dengan turunnya hujan di musim kemarau (kemarau basah). Parameter iklim yang menjadi indikator serangan WBC tinggi adalah adanya perbedaan suhu minimum O C dan kelembabab relatif 6-10% lebih tinggi dibandingkan kondisi saat iklim normal. Musim kemarau yang basah menyebabkan air cukup tersedia untuk tanam padi (BPTP Sulsel, 2010). Waktu tanam yang tidak serempak dan kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat menjadi pemicu serangan OPT. Pemanasan global menjadi penyebab dari adanya iklim ekstrim La-Nina dan ketidak teraturan musim. Susanti et al. (2009) menyatakan perubahan iklim global diperkirakan akan menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim akan meningkat. Iklim bumi berubah secara cepat karena meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Meningkatnya kandungan GRK menimbulkan efek GRK di atmosfir. Efek GRK ini menghambat pelepasan panas dari atmosfir yang menyebabkan suhu bumi meningkat. Pada kondisi iklim ekstrim La-Nina, curah hujan tinggi sehingga menyebabkan peningkatan kelembaban commit udara to user sangat signifikan yang menstimulasi

33 24 ledakan serangan OPT. Menurut Yadav et al. (2010) Kelembaban ditemukan sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi penangkapan WBC sebagai indikator populasi WBC. Banyaknya populasi WBC dan adanya kemampuan WBC sebagai vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa dilapang menyebabkan luas serangan yang semakin besar. Ledakan serangan WBC yang besar terjadi pada tahun 1998 dan 12 tahun kemudian pada 2010 terjadi ledakan yang melampaui ledakan wereng coklat di tahun Pada kurun waktu terjadi ledakan-ledakan yang kecil dengan luas ledakan kurang dari 50% dibanding ledakan 1998 maupun ledakan wereng coklat Membludaknya jumlah wereng coklat yang terus menerus selama 2 musim pada 2010, di sebabkan oleh pola pertanaman tidak serempak, menanam varietas rentan, praktek budidaya (pemakaian pupuk nitrogen yang terlalu tinggi dan pengairan selalu tergenang sepanjang fase pertumbuhan tanaman padi). Ledakan wereng coklat juga disebabkan adanya perubahan biotipe wereng coklat (Baehaki, 2011).

34 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian mulai bulan Juli sampai September Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Palur, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (PHPT) Palur, serta sepuluh lokasi di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah WBC bunting, benih padi (varietas Ciherang), tanah sawah, dan data sekunder iklim dan luas serangan WBC (tahun ). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurungan kassa, ember, jaring serangga, sedotan aspirator, kotak rearing, termohigrometer, lup, mikroskop binokulair, hand counter serta alat pendukung lainnya. C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data 1. Percobaan lapang Penelitian dilaksanakan dengan menginvestasikan WBC bunting dalam kurungan berisi tanaman padi dalam ember. Kurungan dibuat sebanyak 10 kurungan, masing-masing kurungan berisi 4 ember yang ditanami padi. Lima kurungan diletakkan di daerah Gatak, Sukoharjo dan sisanya lima kurungan diletakkan di Mojolaban, Sukoharjo. Satu kurungan diinvestasi 12 ekor WBC bunting. Variabel tergantung adalah fekunditas dan fertilitas WBC dan sebagai variabel bebas adalah suhu dan kelembaban harian. Analisis hubungan variabel bebas terhadap variabel tergantung menggunakan analisis regresi berganda. Y= a 1 +b 1 X 1 +b 2 X 2 dengan Y= variabel tergantung (fekunditas dan fertilitas WBC), X 1 = suhu, dan X 2 = kelembaban. Uji F dan Uji T pada taraf 5 %. 9

35 10 2. Pemanfaatan data sekunder luas serangan WBC dan iklim di wilayah Sukoharjo Data sekunder yang berupa data luas serangan WBC dan iklim ( suhu, kelembaban, dan curah hujan) diperoleh dari Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (PHPT) Palur. Data yang digunakan adalah data dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ( ). Kriteria yang digunakan untuk menentukan bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah adalah metode Schmidth-Fergusson. Adapun kategorinya sebagai berikut: - Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm - Bulan lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 60 sampai dengan 100 mm - Bulan basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 100 mm. Variabel tergantung adalah luas serangan WBC dan sebagai variabel bebas adalah suhu, kelembaban, jumlah bulan basah, jumlah bulan lembab, dan jumlah bulan kering. Analisis hubungan variabel bebas terhadap variabel tergantung menggunakan analisis regresi berganda. Y= a 1 +b 1 X 1 +b 2 X 2...b n X n +d 1 D 1 dengan Y= variabel tergantung (luas serangan WBC), X= variabel bebas (suhu, kelembaban, jumlah bulan basah, jumlah bulan lembab, dan jumlah bulan kering), dan D= variabel dummy (musim tanam penghujan/ musim tanam kemarau). Uji F dan Uji T pada taraf 5 %. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Percobaan lapang a. Penanaman padi Benih padi varietas Ciherang direndam dalam air selama 24 jam kemudian ditiriskan. Benih padi yang berkecambah ditanam pada ember dengan media tanam tanah sawah dalam kondisi tergenang. Ember media tanam dibuat sebanyak 40 buah, masing-masing ember ditanami 5 benih. Tanaman padi dipelihara dalam kurungan untuk investasi WBC dengan commit menyisakan to user satu rumpun tanaman saja.

36 11 b. Perbanyakan wereng batang coklat (WBC) WBC diambil dari lapangan dengan menggunakan jaring serangga dan sedotan aspirator. WBC yang didapat selanjutnya dipelihara dalam kotak rearing dan diberi pakan tanaman padi. c. Pengujian Investasi WBC dilakukan pada saat padi berumur 40 hari setelah tanam. Sebanyak 40 ember dibagi kedalam 10 kurungan, masing-masing kurungan berisi 4 ember. 5 kurungan diletakkan di 5 lokasi daerah Gatak, Sukoharjo, sisanya 5 kurungan diletakkan di 5 lokasi daerah Mojolaban, Sukoharjo. Setiap kurungan diinvestasi 12 ekor WBC bunting. Setiap hari dicatat suhu dan kelembabannya melalui termohigrometer hingga akhir pengamatan. Dua minggu setelah investasi, dilakukan pengamatan terhadap jumlah telur dan jumlah nimfanya. 2. Pemanfaatan data sekunder luas serangan WBC dan iklim dari Laboratorium PHPT Palur, untuk mempelajari pengaruh unsur iklim, tahun dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo. E. Pengamatan Peubah 1. Peubah tergantung a. Fekunditas ( jumlah telur yang dihasilkan) Cara menghitung jumlah telur yang dihasilkan dengan cara menghitung telur yang menetas (nimfa) maupun yang belum menetas pada pelepah daun dan dilihat menggunakan mikroskop dan dihitung menggunakan hand counter. b. Fertilitas (penetasan) Fertilitas dihitung dari jumlah telur yang menetas yang berwujud nimfa. c. Luas Serangan WBC Data luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo selama kurun waktu 10 tahun ( ) diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Laboratorium PHPT Palur.

37 12 2. Peubah tetap Suhu ( 0 C) dan kelembaban (%) dalam percobaan lapang diperoleh dengan mengukur menggunakan termohigrometer dengan mencatat setiap hari pada waktu pagi hari (pukul 07.00), siang hari (pukul 13.00), dan sore hari (pukul 18.00). Unsur iklim tahunan (suhu, kelembaban, curah hujan), dan musim tanam di Kabupaten Sukoharjo selama kurun waktu 10 tahun ( ) diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Laboratorium PHPT Palur.

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hama merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pertanian termasuk Indonesia, dimana iklim tropis cocok untuk perkembangan hama. Hama dapat menimbulkan

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H0709117 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI Oleh SIDIQ DWI WARSITO H0709112 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim Keragaman iklim merupakan perubahan nilai rerata atau varian dari unsurunsur iklim seperti radiasi matahari, suhu, curah hujan, kelembaban, angin dan sebagainya dalam rentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall) Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total pada tanaman padi (hopperburn) sebagai akibat dari hilangnya

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur. 6 regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon. Persamaan regresi linier sederhana

Lebih terperinci

SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR. Oleh MAYANG SARI H

SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR. Oleh MAYANG SARI H SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR Oleh MAYANG SARI H0708127 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

SKRIPSI. KERAGAMAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall) (HOMOPTERA:DELPHACIDAE) BERDASARKAN MARKA PROTEIN TOTAL

SKRIPSI. KERAGAMAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall) (HOMOPTERA:DELPHACIDAE) BERDASARKAN MARKA PROTEIN TOTAL SKRIPSI KERAGAMAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall) (HOMOPTERA:DELPHACIDAE) BERDASARKAN MARKA PROTEIN TOTAL Oleh Oktaviana Brian Kusuma H0709087 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Wereng Batang Cokelat

TINJAUAN PUSTAKA Wereng Batang Cokelat TINJAUAN PUSTAKA Wereng Batang Cokelat Wereng batang cokelat (WBC) Nilaparvata lugens Stål adalah serangga yang termasuk dalam Ordo Hemiptera, Subordo Auchenorrhyncha, Superfamili Fulgoroidea, Famili Delphacidae

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aplikasi Insektisida terhadap Populasi WBC dan Musuh Alaminya di Lapangan Nilaparvata lugens Populasi wereng batang cokelat (WBC) selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G24103044 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd pertemuan sayap depan. Panjang badan serangga jantan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H SKRIPSI PEMUPUKAN, KETERSEDIAAN DAN SERAPAN K OLEH PADI SAWAH DI GRUMUSOL untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H SKRIPSI PERAN TUMBUHAN BERBUNGA DALAM MENJAGA KEBERADAAN PARASITOID HAMA PENTING PADI Oleh Okky Ekawati H0709086 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan Nilai keperidian imago WBC N. lugens brakhiptera dan makroptera biotipe 3 generasi induk yang dipaparkan pada perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

PENINGKATAN KERAGAMAN TUMBUHAN BERBUNGA SEBAGAI DAYA TARIK PREDATOR HAMA PADI SKRIPSI

PENINGKATAN KERAGAMAN TUMBUHAN BERBUNGA SEBAGAI DAYA TARIK PREDATOR HAMA PADI SKRIPSI PENINGKATAN KERAGAMAN TUMBUHAN BERBUNGA SEBAGAI DAYA TARIK PREDATOR HAMA PADI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan III. BAHANDAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT

INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens Stål. (HEMIPTERA: DELPHACIDAE) DENGAN KEPIK PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis Reuter. (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA PADI VARIETAS CIHERANG ZULFIRMAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Nadhifah H

SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Nadhifah H SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK Oleh : Nadhifah H0712132 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 PENILAIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hama tanaman merupakan salah satu kendala yang dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu hama penting pada tanaman padi adalah wereng batang cokelat (Nilapavarta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENANDA MOLEKULAR BEBERAPA KULTIVAR BERDASARKAN ANALISIS PROTEIN TOTAL. Oleh Mei Nazilatun Nikmah H

IDENTIFIKASI PENANDA MOLEKULAR BEBERAPA KULTIVAR BERDASARKAN ANALISIS PROTEIN TOTAL. Oleh Mei Nazilatun Nikmah H SKRIPSI IDENTIFIKASI PENANDA MOLEKULAR BEBERAPA KULTIVAR PADI TAHAN WERENG BERDASARKAN ANALISIS PROTEIN TOTAL Oleh Mei Nazilatun Nikmah H0709069 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LIMBAH TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN WERENG COKLAT PADA PADI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PREDATOR

EFEKTIVITAS LIMBAH TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN WERENG COKLAT PADA PADI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PREDATOR EFEKTIVITAS LIMBAH TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN WERENG COKLAT PADA PADI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PREDATOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.

Lebih terperinci

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA Sri Hartati Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. A. Yani Km. 34 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : tatiekmanis@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas

Lebih terperinci

SKRIPSI. POPULASI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall.) DAN PREDATOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI LOKAL NON AROMATIK

SKRIPSI. POPULASI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall.) DAN PREDATOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI LOKAL NON AROMATIK SKRIPSI POPULASI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall.) DAN PREDATOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI LOKAL NON AROMATIK Oleh DYAH PRATIWI ANGGRIANI H0712063 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT TANGGAP FUNGSIONAL PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis REUTER (HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens STÅL. (HEMIPTERA: DELPHACIDAE) RITA OKTARINA DEPARTEMEN PROTEKSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL Oleh Widyabhakti Kisbintari H0709125 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON Oleh Usman Avandi H0709120 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN DENSITAS WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens L.) TERHADAP KERUSAKAN DAUN DAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR 64 SKRIPSI

PERBEDAAN DENSITAS WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens L.) TERHADAP KERUSAKAN DAUN DAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR 64 SKRIPSI PERBEDAAN DENSITAS WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens L.) TERHADAP KERUSAKAN DAUN DAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR 64 SKRIPSI Oleh Lailiatul Khoiriyah NIM 060210193091 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H0709011 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PADA EMPAT VARIETAS TANAMAN PADI

PADA EMPAT VARIETAS TANAMAN PADI BIOLOGI Nilaparvata lugens Stall (Homoptera : Delphacidae) PADA EMPAT VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) (Biology of Nilaparvata lugens Stall [Homoptera : Delphacidae] of four varieties of rice plant

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN 0 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN PRAKATA v DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i DAFTAR LAMPIRAN ii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Keaslian Penelitian 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN HAMA WERENG BATANG COKELAT

ANALISIS KESESUAIAN HAMA WERENG BATANG COKELAT ANALISIS KESESUAIAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stal.) TERHADAP FAKTOR IKLIM MENGGUNAKAN PEMODELAN CLIMEX 3.0 (Studi Kasus Kabupaten Cilacap) AMRI SAJAROH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 1 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G241344 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN POPULASI DAN PEMBENTUKAN MAKROPTERA TIGA BIOTIPE WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens Stål PADA SEMBILAN VARIETAS PADI

PERKEMBANGAN POPULASI DAN PEMBENTUKAN MAKROPTERA TIGA BIOTIPE WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens Stål PADA SEMBILAN VARIETAS PADI PERKEMBANGAN POPULASI DAN PEMBENTUKAN MAKROPTERA TIGA BIOTIPE WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens Stål PADA SEMBILAN VARIETAS PADI WAHYU FITRININGTYAS DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Kasumbogo Untung dan Y. Andi Trisyono Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 55281 Rangkuman Eksekutif Indonesia pertama kali

Lebih terperinci

EFFECT OF ZEOLITE ADDITION TO BROWN PLANTHOPPER PRESENCE ON SOME VARIETIES OF RICE

EFFECT OF ZEOLITE ADDITION TO BROWN PLANTHOPPER PRESENCE ON SOME VARIETIES OF RICE JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH ISSN : 2302-8226 EFFECT OF ZEOLITE ADDITION TO BROWN PLANTHOPPER PRESENCE ON SOME VARIETIES OF RICE Sidiq Dwi W 1), Sholahuddin 2), Ato Sulistyo 2) 1) Undergraduate Student

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.)

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.) RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.) Oleh LIA SUSANTI 12110048 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tanaman pertanian yang diusahakan adalah tanaman padi (Oryza Sativa L.). Tanaman padi (O.sativa) merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H0709085 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci