BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Manajemen Mutu ISO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Manajemen Mutu ISO"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Manajemen Mutu ISO Organisasi internasional untuk standarisasi atau lebih dikenal dengan sebutan ISO adalah federasi dunia dari badan standar nasional (badan anggota ISO). Pekerjaan penyiapan Standar Internasional biasanya dilakukan melalui komite teknik ISO. Tiap badan anggota yang berkepentingan dalam suatu bahasan dimana komite tekniknya telah dibentuk berhak untuk diwakili pada komite itu. Organisasi Internasional, pemerintah dan badan non pemerintah, dalam hubungannya dengan ISO juga melakukan kerja sama dalam pekerjaan ini. ISO bekerja sama erat dengan komisi elektronik internasional (IEC) dalam semua masalah standarisasi elektro teknik. Standar ISO dirumuskan oleh Panitia Teknis PK Sistem Manajemen Mutu, dan telah dikonsensuskan pada tanggal 23 Desember 2008 di Jakarta. Judul Standar Internasional ISO 9001 telah dirubah pada edisi ini dan tidak lagi mencakup istilah Pemastian Mutu. Hal ini mencerminkan fakta bahwa persyaratan sistem manajemen mutu yang dijelaskan dalam edisi ISO 9001 ini 5

2 selain mencakup pemastian mutu produk juga untuk mencapai kepuasan pelanggan. Adopsi sistem manajemen mutu hendaknya suatu keputusan strategis dari organisasi. Rancangan dan penerapan sistem manajemen mutu dipengaruhi oleh lingkungan organisasi, kebutuhan yang berbeda, sasaran khusus, produk yang disediakan, proses yang digunakan dan ukuran serta struktur dari organisasi. Bukanlah tujuan dari Standar Internasional ini untuk menetapkan keseragaman terhadap struktur sistem manajemen mutu ataupun pendokumentasiannya. Persyaratan sistem manajemen mutu yang dijelaskan dalam standar internasional ini selaras dengan persyaratan produk. Standar ini juga dapat digunakan oleh pihak internal maupun eksternal, termasuk lembaga sertifikasi untuk meninjau kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan legal terkait. Prinsip prinsip manajemen mutu seperti yang tertera pada SNI ISO 9000 dan ISO 9004 telah menjadi acuan dalam pengembangan Standar ini. Standar Internasional ini mendorong adaptasi pendekatan proses pada saat penyusunan, penerapan dan peningkatan efektifitas sistem manajemen mutu, untuk mencapai kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan pelanggan. Suatu Organisasi untuk dapat berfungsi efektif, haruslah melakukan identifikasi dan pengaturan terhadap beberapa aktifitas proses yang berkaitan. Sebuah aktifitas yang menggunakan sumberdaya dan melakukan pengaturan untuk merubah masukan menjadi keluaran dapat dianggap sebagai suatu proses. Seringkali keluaran dari suatu proses akan secara langsung menjadi masukan proses berikutnya. 6

3 Penerapan dari suatu sistem didalam organisasi, bersama dengan identifikasi dan interaksi antara proses proses ini dengan manajemennya dapat dikatakan sebagai pendekatan proses. Keuntungan dalam pendekatan proses adalah pengendalian berjalan yang diberikan melalui keterkaitan antara proses proses individu didalam sistem, termasuk kombinasi dan interaksinya. Ketika digunakan didalam sistem manajemen mutu, beberapa pendekatan menekankan kepentingan dari : 1) Pemahaman dan pemenuhan persyaratan, 2) Keperluan untuk memperhatikan proses proses dalam hal menambah nilai, 3) Menyediakan hasil dari kinerja proses dan efektifitasnya, dan 4) Peningkatan terus menerus dari proses berdasarkan pengukuran obyektif. Model proses berdasarkan sistem manajemen mutu yang diperlihatkan gambar 2.1 menggambarkan bahwa pelanggan memainkan peranan penting dalam menentukan persyaratan sebagai masukan. Pemantauan kepuasan pelanggan memerlukan evaluasi dari informasi didapat sehubungan dengan persepsi pelanggan apakah Organisasi sudah memenuhi persyaratan pelanggan. Model ini memenuhi seluruh persyaratan Standar Internasional tetapi tidak dapat menggambarkan proses secara lebih rinci. Metodologi yang dikenal sebagai Plan Do Check Action (PDCA) dapat diterapkan pada semua proses. Model PDCA diperlihatkan pada gambar 2.1 dan secara ringkas dijelaskan sebagai berikut : 1. Plan (rencanakan) Menetapkan sasaran dan proses yang dibutuhkan untuk mencapai hasil sesuai persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi. 7

4 2. Do (lakukan) Menerapkan dan operasi dari proses. 3. Check (periksa) Memantau dan mengukur proses dan produk dengan kebijakan, sasaran dan persyaratan produk dan laporan hasil. 4. Act (tindaki) Mengambil tindakan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja proses. Peningkatan berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu Tanggung jawab Manajemen Pelanggan Manajemen Sumberdaya Pengukuran Analisa dan Peningkatan Pelanggan Kepuasan Persyaratan Realisasi Produk/jasa Produk/jasa Legend : Aktifitas menambah Aliran informasi Gambar 2.1. Model PDCA SNI ISO 9001 menjelaskan beberapa persyaratan untuk sistem manajemen mutu yang dapat digunakan untuk penerapan internal organisasi atau untuk keperluan sertifikasi atau tujuan kontrak. Fokus utama dari ISO 9001 ini adalah 8

5 mengefektifkan sistem manajemen mutu untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Standar Internasional ini tidak termasuk persyaratan khusus untuk sistem manajemen lain seperti dalam manajemen lingkungan, kesehatan dan manajemen keselamatan, manajemen keuangan atau manajemen resiko. Akan tetapi Standar Internasional ini memungkinkan suatu organisasi untuk memasukkan atau menggabungkan persyaratan sistem manajemen lain yang terkait kedalam sistem manajemen mutu. Dimungkinkan bagi suatu organisasi untuk mengadaptasi sistem manajemennya dalam menetapkan sistem manajemen mutu yang sesuai dengan persyaratan Standar Internasional ini Ruang Lingkup ISO Skematik ruang lingkup ISO dapat digambarkan pada gambar 2.2. berikut ini : CORE BUSSINES Sales Marketing PPIC Production Warehouse SUPPORTING BUSSINES CDL Purchasing IT QC Training HRD GA QA Recruitment Personalia HRD & GA Engineering Marketing Services Security FM MGT Finance Accounting Traffic & Shipping Gambar 2.2. Ruang Lingkup ISO

6 Elemen elemen Sistem Manajemen Mutu ISO Secara garis besar elemen yang terdapat pada sistem manajemen mutu ISO memuat beberapa hal, antara lain : Persyaratan Sistem Manajemen Mutu : 1. Lingkup 5. Tanggung jawab Manajemen 2. Acuan Normatif 6. Pengelolaan sumber daya 3. Istilah dan Definisi 7. Realisasi Produk 4. Sistem Manajemen Mutu 8. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan. Penjelasan elemen Sistem Manajemen Mutu ISO dapat dilihat pada Persyaratan Sistem Manajemen Mutu Elemen Sistem Manajemen Mutu ISO yang Terkait dengan Kalibrasi Elemen Sistem Manajemen Mutu ISO yang terkait dengan Kalibrasi adalah elemen pada point 7.6 yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut (secara jelas lihat Persyaratan Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 pada Persyaratan Sistem Manajemen Mutu) : 7.6. Pengendalian Peralatan Pengukuran dan Pemantauan Organisasi harus menetapkan pemantauan dan pengukuran yang dilakukan dan peralatan pemantau dan pengukur yang diperlukan untuk memberikan bukti kesesuaian produk terhadap persyaratan yang ditetapkan Organisasi harus menetapkan proses untuk memastikan bahwa pengukuran dan pemantauan dapat dilakukan dan dilaksanakan 10

7 dengan cara konsisten konsisten dengan persyaratan pemantauan dan pengukuran. Apabila diperlukan untuk memastikan keabsahan hasil, peralatan pengukuran harus: a. Dikalibrasi atau diverifikasi atau keduanya pada selang waktu tertentu, atau sebelum digunakan terhadap standar pengukuran yang tertelusur ke standar pengukuran internasional atau nasional; apabila standar tersebut tidak ada, dasar yang digunakan untuk kalilbrasi atau verifikasi harus direkam b. Disetel atau disetel ulang secukupnya. c. Memiliki identifikasi guna menetapkan status kalibrasinya. d. Dijaga keamanannya dari penyetelan yang dapat membuat hasil pengukurannya tidak sah.. e. Dilindungi dari kerusakan dan penurunan mutu selama penanganan, perawatan dan penyimpanan. Selain itu, organisasi harus menilai dan merekam keabsahan hasil pengukuran sebelumnya bila peralatan ditemukan tidak memenuhi persyaratan. Organisasi harus melakukan tindakan yang sesuai pada peralatan dan setiap produk yang terpengaruh. Rekaman hasil kalibrasi dan verifikasi harus dipelihara (point pada ISO 9001:2008). 11

8 2.2. ISO GUIDE 25 (SNI ) Apakah ISO GUIDE 25? Kegiatan kalibrasi atau yang berkaitan dengan masalah kalibrasi tertuang pada beberapa persyaratan teknis dari ISO GUIDE 25 atau SNI yang merupakan standar acuan dari laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian atau kalibrasi. Sejak ISO/ IEC direvisi pada tahun 1982, penggunaan sistem mutu dalam laboratorium berkembang pesat. Banyak negara memakai ISO/ IEC Guide 25 sebagai dasar untuk membentuk sistem mutu di laboratorium dan untuk pengakuan kemampuannya, misalnya dengan akreditasi. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak perkembangan dalam bidang jaminan mutu karena itu perlu disusun pedoman dan standar baru yang telah disempurnakan. Pedoman yang merupakan revisi dari ISO/ IEC Guide 25 tahun 1982 ini, difokuskan pada kegiatan laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji dengan memperhatikan persyaratan kemampuan laboratorium yang tercantum dalam OECD (Organization for Economic Cooperation Development), Code of Good Laboratory Practice (GLP) dan ISO seri 9000 tentang standar jaminan mutu. Pedoman ini bertujuan untuk : a. Menimbulkan kemampuan dan kepercayaan pada laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji dengan menerapkan persyaratan yang tertera pada pedoman ini. 12

9 b. Memudahkan penghapusan hambatan non pajak diperdagangkan melalui penerimaan hasil kalibrasi dan hasil uji antar negara. c. Mempermudah kerjasama antar laboratorium dan antar instansi dalam tukar menukar informasi, pengalaman dan harmonisasi standar serta prosedurnya. Pedoman ini ditujukan khusus untuk laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji. Laboratorium yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan pedoman ini, sudah sesuai dengan persyaratan standar ISO seri 9000, termasuk didalamnya model yang diuraikan dalam ISO 9002 jika laboratorium yang bersangkutan bertindak sebagai pengkalibrasi dari penguji Ruang Lingkup dan Elemen elemen ISO Guide 25 Lingkup ISO/ IEC Guide 25 terdiri dari 3 aspek pokok antara lain Administrasi/ Umum, Manajemen dan Teknis. Secara skematik Lingkup ISO Guide 25 diperlihatkan pada gambar 2.3 berikut ini : ISO Guide ISO/IEC Guide ISO 9000 SERIES 1987 ISO/IEC Guide ISO 9000 SERIES 1994 ISO 9000 SERIES AND ISO/ IEC Guide 25 Gambar 2.3. Skematik Lingkup ISO Guide 25 13

10 Dalam ISO Guide 25 terdapat beberapa elemen atau penjelasan yang menerangkan beberapa persyaratan standar atau umum laboratorium atau yang biasa disebut General Requirement for the Competence of Testing and Calibration Laboratories (Persyaratan Umum Kemampuan Laboratorium Kalibrasi dan Laboratorium Penguji) sesuai dengan Pedoman BSN (Badan Standardisasi Nasional). Ringkasan dari penjelasan ISO Guide 25 dan menjadi beberapa elemen yang terdapat dalam Pedoman DSN adalah sebagai berikut : 1) Ruang Lingkup 2) Acuan 3) Definisi 4) Organisasi dan Manajemen (Pengelolaan) 5) Sistem Mutu, Audit dan Kaji Ulang 6) Personalia 7) Sarana dan Lingkungan 8) Peralatan dan Bahan Pembanding 9) Mampu Telusur Pengukuran dan Kalibrasi 10) Metode Kalibrasi dan Pengujian 11) Penanganan Barang yang Dikalibrasi dan Diuji 12) Rekaman 13) Sertifikat dan Laporan 14) Subkontrak Kalibrasi atau Pengujian 15) Jasa Penunjang dan Perbekalan dari luar 16) Pengaduan/ Keluhan 14

11 Struktur Elemen ISO Guide 25 Gambaran sekilas struktur elemen ISO Guide pada tahun 1999 diperlihatkan pada table 2.1. berikut ini : Table 2.1. Struktur elemen ISO Guide 25 tahun Umum 2. Persyaratan Sistem Mgt 3. Persyaratan Teknis 1.1. Ruang Lingkup 1.2. Acuan 1.3. Definisi 2.1. Sistem Mgt. Mutu 2.2. Organisasi dan Mgt 2.3. Kontrol Dokumen dan Informasi 2.4. Kaji Ulang (Review) Permintaan Tender dan Kontrak 2.5. Subkontrak Pengujian dan Kalibrasi 2.6. Pengadaan Jasa dan Barang 2.7. Jasa kepada Pelanggan dan Umpan Balik 2.8. Kontrol Ketidaksesuaian 2.9. Tindak Perbaikan Tindak Pencegahan Catatan (Records) Audit Internal 3.1. Personil 3.2. Akomodasi da Kondisi Lingkungan 3.3. Metoda dan Kalibrasi 3.4. Peralatan 3.5. Telusuran Pengukuran 3.6. Pengambilan Contoh (Sampling) 3.7. Penanganan Contoh/ Barang untuk Uji dan Kalibrasi 3.8. Jaminan Hasil Uji dan Kalibrasi 3.9. Pelaporan Hasil Uji Kalibrasi Catatan Mutu 15

12 2.13. Kaji Ulang (Review) Mgt Dokumentasi Sistem Mutu ISO Guide 25 a. Struktur Dokumentasi Struktur dokumentasi dalam Sistem Mutu ISO Guide 25 berbentuk pyramid yang terdiri dari 4 (empat) bagian terbesar yaitu form (menempati struktur terendah), Instruction (tahap III), Procedures (tahap II) dan urutan tertinggi adalah Quality Manual. Struktur dokumentasi Sistem Mutu ISO Guide 25 diperlihatkan pada gambar 2.4. QUALITY MANUAL PROCEDURES I II Kebijakan Organisasi Tanggungjawab Penerapan Tanggungjawab Hubungan antar unit INSTRUCTION III Instruksi Kerja FORMS IV Catatan Mutu Gambar 2.4. Struktur dokumentasi Sistem Mutu ISO Guide 25 Quality manual adalah suatu dokumen mengenai kebijakan yang merupakan tanggungjawab manajemen senior dan tidak memerlukan cakupan rincian prosedur. Quality manual menjelaskan tentang Elemen sistem mutu ISO Guide 25 yang dilakukan dan diterapkan untuk menjamin konsistensi mutu hasil 16

13 uji laboratorium, kebijakan organisasi/ perusahaan, Bagaimana kebijakan tersebut dipenuhi dan Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya. Quality manual harus mencakup tiga materi utama, yaitu : 1) Pernyataan kebijakan mutu Suatu pernyataan dari top manajemen (representative tertinggi pada organisasi tersebut) yang menyatakan keterkaitannya untuk menerapkan dan memelihara standar mutu yang tinggi dalam organisasi/ laboratorium tersebut. 2) Prosedur pengorganisasian dan administrasi Materi yang menguraikan tanggungjawab dan wewenang organisasi administrasi petugas penanggungjawab dan prosedur organisasi yang terkait. 3) Instruksi kerja Materi yang menguraikan metoda pengujian khusus dan petunjuk administrasi maupun teknis secara rinci yang perlu dalam penugasan dan pelaksanaan pengujian. Untuk sistem dokumentasi Quality Manual yang permanen dengan biaya wajar dan mudah di revisi disarankan untuk memakai sistem jilid lepas. Semua halaman baru dan revisi harus diberi nomor revisi dan tanggal penerbitan untuk memudahkan pengendalian atas setiap halaman. 17

14 b. Mengapa Perlu Dokumentasi Perusahaan merupakan tim yang sangat besar dan kompleks. Agar fungsi berjalan dengan baik dan menjadi tim pemenang, maka sangat penting bagi semua anggota untuk mengerti dengan benar di bagian mana mereka berperan dan juga aturan serta tanggungjawab terhadap anggota tim lainnya. Dokumentasi akan memberikan gambaran umum kepada karyawan mengenai kebijakan, metode kerja, tanggungjawab, batas wewenang dan sebagainya secara jelas dan tidak bermakna ganda. c. Keuntungan Sistem Dokumentasi Sistem dokumentasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : 1) Merupakan catatan permanent, 2) Mendefinisikan tanggungjawab dengan jelas, 3) Pengawasan dapat dilakukan secara teratur, 4) Merupakan referensi yang baik untuk staf yang baru, 5) Mengurangi pelatihan verbal dan sebagai alat Bantu pelatihan, 6) Memberi kemudahan dalam menelusuri sebab kesalahan, dan 7) Dapat meyakinkan pihak luar (pelanggan, calon pelanggan, badan akreditasi) bahwa organisasi memiliki rencana sistem manajemen yang baik. d. Pendokumentasian Aspek aspek Sistem Mutu Pandangan beberapa orang mengenai sistem mutu adalah sesuatu yang pada dasarnya birokratik dan berkaitan dengan pekerjaan tulis menulis. Sebagian pernyataan ini benar, akan tetapi tidak ada cara lain untuk mendefinisikan tanggungjawab, pekerjaan apa yang perlu dilakukan dan lain lain selain melalui penulisan. Pada prakteknya jika 18

15 dokumen telah sekali dibuat dengan benar maka akan relatif mudah untuk diperbarui dan dipelihara. 1) Sistem Mutu Kerangka kerja (frame work) termasuk : struktur organisasi, prosedur yang mendukung operasional perusahaan. Sistem mutu digambarkan dengan hirarki : a) Tujuan dan kebijakan organisasi, b) Standar prosedur yang konsisten dengan tujuan dan kebijakan, c) Instruksi kerja, dan d) Rekaman/ catatan. Untuk mengkoordinasikan partisipasi dan keterlibatan dalam implementasi sistem mutu perlu seorang manajer mutu. 2) Dokumentasi Sistem Mutu Dokumentasi ini harus mudah di up date dan prosedur harus mudah dijelaskan secara sederhana. Dokumen harus terkontrol kepada setiap penerima : a) Personil yang bertanggungjawab melakukan up date, b) Setiap dokumen baru atau hasil revisi telah diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat berwenang, c) Keluarkan dokumen yang tidak berlaku, dan d) Daftar referensi dari edisi yang berlaku merupakan bagian dari sistem mutu. Sistem mutu adalah dasar utama dari operasional suatu laboratorium. Tujuan yang sebetulnya dari sistem mutu adalah untuk mengendalikan mutu operasional laboratorium, bukan untuk 19

16 memuaskan standar sistem mutu atau badan akreditasi meskipun memerlukan pembuktian melalui assessment (penilaian) Perbandingan Elemen ISO 9001 dengan ISO Guide 25 Elemen yang terdapat dalam ISO 9001 agak berbeda dengan elemen yang terdapat dalam ISO/ IEC Guide 25. Perbandingan Elemen ISO 9001 dengan ISO/ IEC Guide 25 diperlihatkan pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Perbandingan Elemen ISO 9001 dengan ISO/ IEC Guide 25 ISO 9001 ISO/ IEC GUIDE Management Responsibility 1. Organization and Management 2. Quality Sistem 2. Quality Sistem Audit and Review 3. Contract Review 3. Personel 4. Design Control 4. Accomodation and Environment 5. Document and Data Control 5. Equipment and Reference Materials 6. Purchasing 6. Measurement, Traceability and Calibration 7. Control of Customer Supplied 7. Calibration and Test Methods Product 8. Product Identification and Traceability 8. Handling of Calibration and Test Items 9. Process Control 9. Records 10. Inspection and Testing 10. Certificates and Reports 20

17 11. Control of Inspection Measuring and Test Equipment 11. Subcontracting of Calibration Or Testing 12. Inspection and Test Status 12. Outside Support Services and Supplies 13. Control of Non Conforming 13. Complains Product 14. Corrective and Preventive Action 15. Handling Storage Packing Preservation and Delivery 16. Control of Quality Records 17. Internal Quality Audits 18. Training 19. Servicing 20. Statistical Technique 2.4. Filosofi Kalibrasi Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Mutu suatu produk dan pelayanan sangat tergantung pada hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Hasil pengukuran tersebut harus tertelusur ke standar nasional/ internasional. Untuk menghasilkan mutu produk dan pelayanan 21

18 yang dapat dipercaya, dibutuhkan instrumen ukur yang handal yaitu instrumen yang dikalibrasi secara teratur Pengertian Kalibrasi Berdasarkan pedoman DSN , kalibrasi ialah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional dan atau internasional (Ped. DSN ) Tujuan & Manfaat Kalibrasi Dari definisi tersebut diatas maka tujuan kalibrasi adalah : a. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu instrumen ukur; atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. b. Menjamin hasil hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. c. Untuk meyakinkan dalam pengukuran. Dengan kata lain, kalibrasi adalah prosedur yang menjadi jaminan anda bahwa alat bekerja dan bahwa nilai yang dihasilkan sama dengan acuan pada beberapa struktur pengukuran. d. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya Tingkat Kalibrasi Sebagai laboratorium boleh membuat pengukuran dengan beberapa tingkat ketidakpastian, maka kalibrasi dapat berlaku pada jumlah tingkatan. Secara umum tingkatan kalibrasi terbagi 3 (tiga), yaitu : 22

19 a. Pengecekan Merupakan kalibrasi tingkat paling rendah, intinya mengecek alat dengan perbandingan. b. Validasi Tingkat berikutnya, mengecek alat dengan pengamatan. c. Kalibrasi Tingkat tertinggi dari kalibrasi, biasanya membandingkan alat dengan standar yang lebih tinggi Ketertelusuran Ialah proses dimana penunjukkan dari suatu instrumen ukur atau bahan ukur dapat dibandingkan dengan standar nasional untuk besaran tertentu melalui satu atau lebih tahapan/ tingkatan Hirarki Kalibrasi Ialah suatu hirarki yang menggambarkan bagaimana sistem kalibrasi inhouse berinteraksi dengan infrastruktur metrologi yang ada. Dengan semakin terbuka dan meningkatnya kegiatan perdagangan dalam era globalisasi ini, kegiatan kalibrasi peralatan ukur sangat diperlukan agar produsen yang membuat produk dan pelanggan/ pengguna produk tersebut dapat mengukur dengan ukuran yang sama, dengan demikian kepastian mutu akan semakin terjamin Kalibrasi In House Sistem kalibrasi in house menjamin bahwa semua peralatan ukur/ uji yang digunakan di perusahaan, dikalibrasi secara tetap dan teratur terhadap standar acuannya. 23

20 Standar acuan sebuah perusahaan harus mempunyai ketertelusuran pengukuran yaitu dengan mengkalibrasi standar acuan tersebut ke laboratorium kalibrasi terakreditasi atau ke laboratorium standar nasional. Kalibrasi in house dapat dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi, label kalibrasi atau cara lainnya yang sesuai. Data kalibrasi harus disimpan dalam jangka waktu tertentu Periode (selang) Kalibrasi Selang kalibrasi suatu alat ukur tergantung pada karakteristik dan tujuan pemakaiannya. Ditinjau dari segi karakteristiknya, makin tinggi kualitas metrologis makin panjang selang kalibrasinya. Dan bila ditinjau dari tujuan pemakaiannya, semakin kritis dampak hasil ukurnya semakin pendek selang kalibrasinya. Jadi secara umum selang kalibrasi dipengaruhi oleh : jenis alat ukur, frekuensi pemakaian dan pemeliharaan. Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara, yaitu : a. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali, setahun sekali dst. b. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya : 1000 jam pakai, 5000 jam pakai dst. c. Kombinasi cara pertama dan kedua diatas, misalnya 6 bulan sekali atau 1000 jam pakai, tergantung mana yang dahulu Dokumen Standar dan Laboratorium Pada prinsipnya semua kegiatan dalam rangka pengelolaan standar dan laboratorium harus terdokumentasi dengan baik, sehingga mempunyai kesan 24

21 bahwa di laboratorium tersebut sudah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai dalam pedoman DSN dan dokumen OIML. Laboratorium juga harus memenuhi kondisi dan persyaratan persyaratan tertentu, kondisi dan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: a. Persyaratan Ruangan Ruangan laboratorium harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga proses kalibrasi dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah beberapa persyaratan ruangan laboratorium : 1) Lokasi sebaiknya dibawah tanah (basement)/ lantai dasar. 2) Ukuran ruangan 70 s/d 100 m 2. 3) Tinggi ruangan minimum 3 meter. 4) Sebaiknya tidak menggunakan jendela tetapi apabila dengan sangat terpaksa menggunakan jendela, hindari sinar matahari secara langsung dan dapat menahan masuknya debu semaksimal mungkin. 5) Pintu masuk harus dibuat dua (rangkap) untuk meredam aliran udara yang disebabkan oleh dibuka tututp pintunya. 6) Lantai tidak boleh menimbulkan efek elektrostatik, mudah dibersihkan, tidak licin, tahan api dan goresan sebaiknya digunakan vinyl. 7) Dinding sebaiknya dicat dengan warna terang yang lunak. 8) Dilengkapi dengan meja tahan getar sebaiknya mempunyai pondasi yang terpisah dengan pondasi ruangan. 9) Ruangan untuk persiapan kalibrasi (membersihkan peralatan) dibuat terpisah ukuran 30 m 2. 25

22 b. Persyaratan Pengkondisian Ruangan Hasil kalibrasi akan dipengaruhi dengan kondisi ruangan laboratorium yang ada, karena hal tersebut maka perlu diperhatikan kondisi ruangan seperti suhu ruangan harus dikondisikan pada 20 atau 23 ºC ± 0.5 ºC, kelembaban relative maksimum diatur agar tidak lebih dari 70 %, Ventilasi 10 %, Penerangan 300 lx dan sebaiknya menggunakan lampu TL, Medan magnet maksimum 40 A/m, Vibrasi 8 Hz 63 Hz, dan lain lain. c. Perlengkapan Laboratorium Perlengkapan laboratorium yang harus ada antara lain alat pengukur suhu (thermometer), Alat pengukur tekanan udara (barometer), Alat pemantau suhu dan kelembaban udara (thermohygrometer), Air Condition (AC) dan Standar Kalibrator Sumber sumber yang mempengaruhi Hasil Kalibrasi Sumber sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi antara lain prosedur, kalibrator, lingkungan, alat yang dikalibrasi, tenaga pengkalibrasi dan periode kalibrasi Verifikasi Standar Setiap pelaksanaan kalibrasi terhadap UTTP (Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya) milik umum, standar tingkat IV, III, II masing masing harus dibandingkan dengan standar yang setingkat lebih tinggi dengan menggunakan komparator atau alat bantu yang lain sesuai dengan klasifikasinya. Sedangkan Standar Nasional Satuan Panjang harus dikalibrasi dengan cara absolute terhadap panjang gelombang cahaya minimal dengan bantuan sistem Laser Interferometer.. 26

23 2.5. Kalibrasi Temperatur Konsep Suhu Konsep suhu, seperti halnya konsep gaya, memasuki dunia ilmu fisika melalui pintu pancaindera. Dengan ototnya manusia dapat merasakan berat ringannya suatu benda. Melalui indera perasa pada kulit setiap orang pasti pernah merasakan suatu sensasi yang khas ketika ia berada dibawah sengatan terik matahari, atau ketika meraba sebongkah es. Sensasi yang biasa dilukiskan dengan memakai ungkapan ungkapan seperti : panas, hangat, sejuk, dingin, dsb. Sehubungan dengan sensasi panas/ dingin ini ada satu kenyataan yang bersifat fundamental, yaitu sebagai berikut : Bila dua benda, yang satu panas dan yang lainnya dingin, disinggungkan satu sama lain maka setelah beberapa saat pada akhirnya kedua benda itu terasa sama panasnya atau sama dinginnya tergantung pada perbandingan ukuran kedua benda itu. Bila benda yang panas jauh lebih kecil ukurannya daripada benda yang dingin, maka pada akhirnya benda panas itu menjadi sama dinginnya dengan benda dingin yang besar itu sedang benda dingin terasa seperti tidak mengalami perubahan. Jadi harus ada faktor atau sifat benda yang akan menjadi ukuran seberapa panasnya atau dinginnya benda tersebut. Faktor ini tidak lain adalah apa yang sehari hari dikenal dengan sebutan suhu. Ketika meraba suatu benda kita menggunakan indera perasa suhu untuk menentukan apakah benda itu panas atau dingin. Makin panas benda itu makin tinggi suhunya. 27

24 Jelaslah bahwa penentuan suhu dengan pancaindera bersifat kualitatif (panas, dingin, dsb), dan seringkali tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu untuk dapat mengukur suhu secara kuantitatif haruslah ide mengenai suhu itu dibebaskan kaitannya dengan pancaindera dan menerangkannya dalam bahasa teknis ilmiah. Artinya harus dicari operasi fisis dan instrumentasi yang bagaimana yang dapat menuntun kita ke pengertian suhu sehingga kita dapat mengukurnya dengan akurat Pengertian Suhu Bayangkanlah sistem A dan sistem B bersinggungan melalui dinding adiabatic dan kedua sistem ini bersama sama bersinggungan dengan sistem C via dinding diatermis. Gambar 2.5. memperlihatkan Sistem Kesetimbangan Thermal. Sistem C Sistem C Sistem A Sistem B Sistem A Sistem B Gambar a Gambar b Gambar 2.5. Sistem Kesetimbangan Thermal. Seluruh sistem ini berada didalam ruangan yang seluruhnya berdinding adiabatic. Percobaan menunjukkan bahwa setelah sistem A setimbang thermal dengan sistem C demikian pula B telah setimbang thermal dengan C ternyata 28

25 bahwa bila dinding adiabatic pemisah A dengan B diganti oleh dinding diatermis, kedua sistem itu (A dan B) ternyata telah berada dalam keadaam setimbang. Jadi : dua buah sistem yang setimbang thermal dengan sistem yang ketiga akan setimbang thermal satu sama lain. Hukum ini terkenal dengan nama hukum termodinamika yang ke 0 (nol). Ringkasnya bila sistem A dan sistem B disinggungkan satu sama lain dengan langsung atau via dinding diatermis, maka kedua sistem itu mungkin ternyata sedang tidak setimbang thermal atau telah setimbang thermal satu sama lain. Timbul pertanyaan : Faktor apakah gerangan yang menentukan bahwa dua sistem setimbang thermal atau tidak setimbang thermal?. Percobaan percobaan menunjukkan bahwa tidak ada satupun besaran besaran yang telah dikenal dalam mekanika, kelistrikan atau kemagnitan, seperti misalnya : masa, masa jenis, modulus elastisitas, muatan listrik atau magnit, yang dapat menjadi faktor penentu kesetimbangan thermal. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa mestilah ada suatu property baru atau kuantitas baru yang menjadi faktor penentu tersebut. Besaran baru ini adalah Suhu. Suhu suatu sistem adalah besaran yang akan menentukan apakah sistem itu akan berada dalam keadaan setimbang thermal dengan sistem lainnya ataukah tidak. Bila beberapa sistem berada dalam keadaan setimbang thermal maka dikatakan semua sistem itu mempunyai suhu yang sama. Operasi fisis tersebut diatas yang melahirkan konsep suhu, menekankan ide dasar bahwa suhu dari suatu sistem pada akhirnya akan sama dengan suhu sistem lainnya bila semuanya bersinggungan satu sama lain didalam ruangan yang seluruhnya berdinding adiabatic. 29

26 Termometer Prosedur yang paling sederhana untuk menentukan suhu dari beberapa sistem adalah memilih salah satu sistem dari sistem tersebut sebagai indikator adanya kesetimbangan thermal antara sistem yang dipilih tadi dengan sistem lainnya. Sistem yang dipilih sebagai indikator ini dinamakan termometer dan koordinat keadaannya disebut besaran termometrik. Hukum termodinamika yang ke 0 menjamin bahwa penunjukkan termometer adalah suhu dari semua sistem yang setimbang thermal dengan termometer. Karakteristik yang penting dari suatu termometer adalah sensitifitasnya tinggi, akurasinya tinggi, reproduksibilitasnya baik dan responnya cepat. Jenis termometer yang memenuhi persyaratan tersebut antara lain adalah : a. Termokopel Termokopel terdiri dari dua utas kawat yang berbeda. Di salah satu ujungnya kedua kawat ini disatukan dengan di solder atau di las sedang ujung lainnya dari setiap logam itu dijaga agar bersuhu sama dan tetap. t1 A t2 Cu Panas B Cu Dingin Gambar 2.6. Termokopel Voltmeter 30

27 Ujung ujung yang bersatu itu disebut sambungan pengukur (measuring junction) sedang ujung lainnya disebut sambungan referensi (reference junction). b. Termometer Tahanan Tahanan listrik dari logam akan berubah bila suhunya berubah. Dengan demikian tahanan listrik suatu logam (biasanya platina) dapat dipakai untuk menentukan suhu. Dengan perkataan lain tahanan listrik R dapat menjadi besaran termometrik Kalibrasi Massa Konsep Massa a. Massa Massa didefinisikan sebagai sifat materi suatu benda/ objek yang menyatakan banyaknya zat yang terkandung dalam benda tersebut. Massa suatu benda tidak tergantung pada temperatur, volume ataupun lokasi benda tersebut. Massa sebenarnya (True Mass) adalah masa yang diturunkan dari rumus Newton yaitu : F = m x a dimana : F = Gaya, yang merupakan besaran vector (Newton) m = Massa, yang merupakan besaran scalar (kg) a = Percepatan, merupakan besaran vector (kgm/s 2 ) Suhu tidak mempengaruhi perubahan nilai massa suatu benda selama tidak ada bagian benda yang menguap atau aus. Namun suhu berpengaruh 31

28 terhadap densitas benda maupun udara disekitar. Ini menyebabkan berubahnya gaya angkat udara terhadap benda. b. Berat Didalam bidang metrologi istilah berat dan massa adalah berbeda., berat sama dengan gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda. W dimana : W F M = F = m. g = Berat benda (N) = Gaya gravitasi (N) = Massa benda (kg) G = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) Berat benda nilainya tergantung pada nilai gravitasi (g) yang nilainya bervariasi pada tiap lokasi, dengan kata lain berat tergantung pada lokasi pengukuran dilakukan. Contoh : di equator (g) = 9.78 m/s 2 di kutub utara (g) = 9.83 m/s 2 Benda yang memiliki massa 1 kg memiliki berat yang lebih besar di kutub utara dibanding di equator. c. Massa Konvensional Massa konvensional adalah nilai massa yang distandarkan pada kondisi standar, yaitu : Temperatur = 20 ºC Densitas udara Densitas anak timbangan standar = 1.2 kg/m = 8000 kg/ m 3 3 (terbuat dari stainless steel pada temperatur 20 ºC) 32

29 Mc = M ( / 8000 ) d. Satuan Massa Menurut sistem Satuan Internasional (SI), satuan massa adalah kilogram dengan simbol kg. Satuan satuan massa diluar SI yaitu Grain (64,79891 mg), Pound (453,59237 g) dan Troy Pound (373, g) Standard massa Hingga kini perwujudan standar massa belum dapat direalisasikan dalam bentuk konstanta alam. Pada tahun 1790, standar massa absolut didefinisikan sebagai massa 1 liter air murni pada temperatur 4 ºC. Sedangkan untuk keperluan praktis maka pada tahun 1799 digunakan silinder yang terbuat dari platinum yang massanya sama dengan 1 liter air murni pada temperatur 4 ºC. Sejak tahun 1889 standar massa didefinisikan sebagai : Massa kilogram prototip internasional yang berupa silinder terbuat dari 90 % Pt dan 10 % Ir dengan ukuran tinggi dan diameternya masing masing 39 mm serta densitasnya 21.5 g/cm 3. Sampai saat ini standar tersebut disimpan di BPIM (Bureau International des poids et Measures) Sevres dekat kota Paris. Sedangkan untuk massa 1 kg dan dibawah 1 kg adalah berupa anak timbangan (weights) yang klasifikasinya dibuat oleh OIML (Organization International de Metrologie Legale) terdiri dari kelas E, F dan M Timbangan Penimbangan adalah salah satu bentuk tertua dari pengukuran dan juga salah satu alat penimbangan yang paling tepat. 33

30 Penimbangan banyak digunakan pada industri dan perdagangan, oleh karena itu penting bahwa kecermatan timbangan yang digunakan perlu diketahui. Lebih dari tiga puluh tahun yang lalu bentuk timbangan tidak berubah yang berarti dari timbangan konvensional sampai ke timbangan elektronik, tetapi prinsipnya masih sama. a. Teori Kesetimbangan Bila sebuah benda yang bergantung dan dapat berayun ayun pada satu titik akan terjadi kemungkinan setimbang yaitu setimbang tetap (stabil), setimbang goyah (labil) dan setimbang indifferent. 1) Setimbang Tetap (Stabil) Setimbang tetap (stabil) mempunyai karakteristik antara lain salah satu daun ditaruh imbuh, daun yang ditaruh imbuh turun, daun lainnya imbuh naik, daun yang ditaruh imbuh tidak boleh turun terus akan turun naik sampai pada satu titik kesetimbangan. Bila imbuh diambil lagi neraca dapat kembali ke keadaan semula dan titik berat berada dibawah titik tumpuan. 2) Setimbang Goyah (Labil) Setimbang goyah (labil) mempunyai karakteristik bila salah satu daun neraca ditekan sedikit kebawah dan dilepaskan lagi maka neraca akan bergerak terus keatas dan kebawah dan titik berat berimpit dengan titik tumpuan. 34

31 3) Setimbang Indifferent (Senantiasa Setimbang) Karakteristik setimbang indifferent (senantiasa setimbang), bila salah satu daun neraca ditekan sedikit kebawah atau ke atas dan neraca tidak kembali lagi dalam keadaan semula, akan tetapi diam seperti saat daun neraca dilepaskan dan titik berat berada diatas titik tumpuan. Yang diinginkan dalam timbangan adalah keadaan setimbang tetap (stabil) b. Tipe atau Jenis Timbangan Timbangan dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu : 1) Timbangan Dua Pan, Tiga Pisau Timbangan dua pan, tiga pisau dikenal dengan istilah two pan balances, three knife edge balances. Timbangan ini dikenal sebagai timbangan sama lengan, karena ujung pisau mendukung pan, tiga pisau tersebut menyeimbangkanny. Contohnya timbangan emas. 2) Timbangan Pan Tunggal, Dua Pisau Timbangan pan tunggal, dua pisau disebut juga dengan single pan balances, two knife edge balances. Timbangan ini biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu timbangan pembebanan diatas (Top Loading) dan timbangan analitik. 3) Timbangan Kompensasi Gaya Elektromagnetik Konstruksi timbangan kompensasi gaya elektromagnetik atau disebut juga electromagnetik force compensation balances kebanyakan top loading, sebuah koil kaku terpasang disela sela magnit. 35

32 Ketika massa ditambahkan diatas pan, sensor mendeteksi dan menyebabkan arus melalui koil bertambah. Contoh timbangan ini adalah timbangan elektronik Teori Ketidakpastian Definisi Definisi tentang teori ketidakpastian dijabarkan dengan beberapa pernyataan sebagai berikut : Setiap pengukuran berulang selalu ada kesalahan, karena nilai yang dihasilkan hanyalah merupakan nilai dugaan terhadap nilai benar. Tanpa pernyataan kuantitatif kesalahan, suatu hasil pengukuran terasa kurang mempunyai arti. Setiap pengukuran mempunyai tujuan tertentu, untuk itu perlu suatu indikator pengukur kualitas pengukuran. Indikator tersebut harus memenuhi persyaratan Universal, konsisten, dapat diukur/ dikuantitatifkan dan mempunyai arti yang jelas dan tidak membingungkan. Indikator tersebut adalah ketidakpastian (Uncertainty). Dari pernyataan pernyataan tersebut diatas maka kita dapat mendefinisikan bahwa : Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu parameter yang menetapkan rentang ukur/ kisaran yang didalamnya diperkirakan ada nilai benar/ kuantitas yang diukur. Ketidakpastian ditunjukkan dengan tanda ±. 36

33 Prinsip Dasar Prinsip prinsip dasar atau umum mencakup beberapa hal yaitu : Masing masing komponen ketidakpastian di-estimasi sehingga ketidakpastian ekivalen dengan simpangan bakunya (standar deviasi). Komponen tersebut disebut ketidakpastian baku : banyak satuan (misalnya ºC, gram, milliliter) dari komponen ketidakpastian berbeda dengan satuan hasil pengukuran maka diperlukan faktor konversi yang biasa disebut koefisien sensitivitas yaitu koefisien yang berhubungan dengan sensitivitas suatu contoh/ peralatan yang diukur terhadap pengaruh tertentu. Kemudian komponen ketidakpastian baku tersebut digabungkan menghasilkan ketidakpastian secara keseluruhan Latar Belakang Pengukuran Ketidakpastian Sejarah pemakaian ketidakpastian : a) Pengukuran standar satuan massa dan panjang telah dimulai pada 5000 tahun yang lalu, b) Pengukuran telah menjadi bagian dari kehidupan modern sejak revolusi industri di Inggris dan Perancis pada 2 abad yang lalu, c) Tidak ada satupun bagian dari benda yang dibuat tepat ukurannya, tidak ada satupun instrumen atau alat yang dibuat tepat spesifikasinya, yang ada adalah toleransi dari pembuatannya (manufacturing tolerance) yang diukur sebagai ketidakpastian. a) Pendekatan Umum di Masa Lampau Pendekatan umum dimasa lampau : 1) Keinginan mengurangi error secara konsisten, 2) Pengukuran dilakukan berulang, 3) Sebaran data dari ulangan dijadikan indikator tunggal untuk mengukur error, 37

34 4) Adanya instrumentasi yang semakin canggih, dengan resolusi yang baik sekali, timbul residual error disebabkan oleh kalibrasi yang tidak sempurna, koreksi yang tidak tepat yang lebih besar dari resolusi instrumen, 5) Model dikembangkan yang mengkombinasikan kesalah acak dan sistematis, 6) National Physical Laboratory (Inggris) melalui British Calibration Services (BCS) pertama kali menggunakan model yang dikembangkan tersebut, tetapi tidak dapat diterima secara utuh meskipun sederhana dan tidak memerlukan skill yang tinggi, 7) Batasi sumber ketidakpastian dengan menambahkan setiap komponen ketidakpastian yang paling mungkin kedalam Ketidakpastian Total. b) The ISO Guide, The Guide to Expression of Uncertainty in Measurement (1993) Dalam ISO Guide dijelaskan bahwa : 1) Ketidakpastian penting untuk setiap nilai pengukuran, 2) Bagaimana seharusnya ketidakpastian dievaluasi, 3) Memberikan pendekatan gabungan dengan basis matematis, 4) Universal dan dapat diaplikasikan untuk setiap pengukuran, 5) Hasilnya dapat digunakan oleh pihak lain, 6) Ada dua tipe : Tipe A dan Tipe B Keuntungan Adopsi ISO Guide Keuntungan mengadopsi ISO Guide untuk pengukuran ketidakpastian antara lain : a) Metode Universal dan diakui secara Internasional, b) Applicable untuk semua jenis pengukuran dan semua input data, c) Penjelasan sederhana, d) Komponen ketidakpastian yang konsisten dan 38

35 independen sehingga hasilnya dapat ditransfer ke pengukuran lain, e) Lebih memiliki Confident Level dan Accepted oleh Laboratory lain Beda Ketidakpastian (Uncertainty) dan Kesalahan (Error) Ketidakpastian atau yang biasa kita sebut Uncertainty dan Kesalahan atau Error ditampilkan pada tabel 2.5. berikut ini : Table 2.3. Beda Ketidakpastian (Uncertainty) dan Kesalahan (Error) Ketidakpastian (Uncertainty) Berupa rentang/ kisaran Kesalahan (Error) Pengamatan tunggal Perlu nilai benar (menggunakan Tidak perlu nilai benar standar acuan/ bahan acuan standar yang mampu telusur) Sumber sumber Ketidakpastian dan Kesalahan a. Sumber sumber Ketidakpastian Faktor penyebab dari ketidakpastian dapat dipengaruhi oleh beberapa sumber penyebab, antara lain : 1) Standar (Standard) dan Referensi (Reference) Reference atau standard yang digunakan untuk pembandingan dengan alat/ bahan ukur memiliki nilai dan ketidakpastian standar. Setiap referensi/ standar dibandingkan dengan standar yang lebih tinggi secara telusur (traceable). Nilai ketidakpastian dihubungkan dengan laporan/ sertifikat kalibrasi. 2) Workpiece 39

36 Adalah obyek yang menjadi subyek pengukuran yang memiliki nilai karakteristik (measurand) yang akan diukur dan tergantung pada kualitas dari workpiece. Kualitas benda menentukan kontribusi ketidakpastian. 3) Instrumen Proses yang menggunakan suatu instrumen dapat merubah nilai measurand. Instrumen tidak sempurna, non-linieritas, zerodrifts, histerisis, scale factor drifts, dan sebagainya dapat mempengaruhi nilai dan memberikan kontribusi ketidakpastian. Contoh banyak instrumen listrik dapat menimbulkan finite energy yang menghasilkan circuit loading dan menjadi kesalahan sistematis. 4) Metoda Seringkali banyak metoda digunakan untuk memperoleh nilai measurand. Null method atau non contact method digunakan jika saat pengukuran, instrumen mungkin mempengaruhi measurand. Metoda yang menggunakan perbedaan nilai yang besar harus dihindari, nilai yang sama besarnya dapat menjadi besar dalam perbedaannya. 5) Lingkungan (Environment) Lingkungan pengukuran adalah sumber utama pengaruh pada ketidakpastian. Contoh suhu, kelembaban ruangan, medan electromagnet dari transmitter radio yang diperbesar dengan semikonduktor dalam instrumen. 40

37 6) Personil Personil yang mengerjakan pengukuran (operator) juga mempengaruhi. 7) Sumber lain Contoh ketidakcukupan mendefinisikan measurand, ketidaktelitian menetapkan nilai konstanta dalam perhitungan, variasi observasi berulang dan Bukan Ketidakpastian adalah kesalahan transfer data, pemakaian instrumen ukur yang salah (Blunder). b. Sumber sumber Kesalahan Secara garis besar sumber kesalahan terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistematis. Kesalahan acak disebabkan karena adanya pengukuran berulang, banyak berhubungan dengan instrumen ukur, peralatan/ contoh yang diukur, prosedur, lingkungan. Untuk mengantisipasi hal ini sebaiknya pengulangan dilakukan tidak kurang dari 5 kali (sebaiknya 7 kali), serta pendugaan komponen acak dilakukan dengan pendekatan tipe A pada pengukuran yang berulang. Sedangkan kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang bersifat tetap dan banyak disebabkan oleh pengaruh ambient temperatur, kelembaban, ketidakpastian yang diberikan oleh sertifikat dan lainnya yang dapat memperbesar kesalahan dalam perhitungan ketidakpastian. 41

38 Analisa Sumber sumber Ketidakpastian a. Prinsip Sumber ketidakpastian dapat dianalisa berdasarkan prinsip mengidentifikasi pengaruh pengaruh menggunakan A cause and effect diagram atau diagram Ishikawa atau Fishbond dan penyederhanaan dan pemecahan kembali duplikasi untuk menjamin bahwa tidak ada perhitungan duplikasi. b. Analisa Cause and Effect Cause and effect dapat dianalisa melalui beberapa tahapan, yaitu : 1) Tulis persamaan/ model secara lengkap. Parameter dalam persamaan tersebut ditulis sebagai cabang utama dalam diagram, 2) Pikirkan setiap tahap metode dan tambahkan faktor selanjutnya dalam diagram, pekerjaan diatur dari efek utama. Misalnya pengaruh lingkungan dan matriks, 3) untuk setiap cabang, tambahkan faktor yang berkontribusi sampai pada faktor sekecil kecilnya (yang pengaruhnya dapat diabaikan), dan 4) Pecahkan duplikasi dan susun kembali untuk mengklarifikasi kontribusi dan susun group yang berhubungan dengannya Penentuan, Perhitungan dan Penyajian Ketidakpastian Penentuan ketidakpastian ini dipengaruhi beberapa komponen, antara lain : a) Komponen Ketidakpastian, b) Ketidakpastian komponen (Standard Uncertainty) dan Derajat Bebas Komponen, c) Ketidakpastian Gabungan (Combined Uncertainty), d) Derajat Bebas Efektif (Effective Degree of Freedom) dan Faktor Cakupan (Coverage Factor), e) Tingkat 42

39 Kepercayaan (Confident Level), f) Ketidakpastian pengukuran (Expanded Uncertainty). Dalam komponen ketidakpastian ini terdapat 2 (dua) tipe, yaitu Tipe A dan Tipe B. Tipe A dievaluasi dengan menggunakan metode standar statistik untuk menganalisa set data atau beberapa set data pengukuran yang mengandung kesalahan acak (sebutan sebelumnya). Dicirikan dengan Estimated Variance atau Standard Deviation dan Derajat Bebas. Sedangkan tipe B dievaluasi dengan cara yang berbeda dengan cara statistik, termasuk yang sebelumnya disebut kesalahan sistematik. Nilai yang dianggap sebagai variance (diasumsikan) termasuk estimated variance atau standar deviasi, nilai rataan (bias saja 0) dan derajat bebas. Perhitungan ketidakpastian baku tipe B ini berdasarkan sebaran kejadiannya sebagai berikut : a. Sebaran Normal/ Sebaran Gauss (Gaussian Distribution) Merupakan sebaran nilai ukur yang berada di sekitar suatu harga dan sebaran nilai ukurnya dibatasi oleh : µ ± kδ k = faktor cakupan yang tergantung kepada tingkat kepercayaan yang dipilih. Bila tingkat kepercayaan : 68 % maka faktor k = 1 90 % maka faktor k = % maka faktor k = 2 43

40 99 % maka faktor k = % maka faktor k = 3 b. Sebaran Segi Empat (Rectangular) Sebaran ini digunakan didasarkan pada asumsi bahwa kemungkinan sebaran nilai pada suatu daerah yang tak terhingga tetapi tidak cukup pengetahuan tentang proses yang menunjukkan nilai mana yang lebih mungkin terjadi. Setiap kejadian dianggap mempunyai peluang yang sama. Hal ini muncul dari kasus yang paling jelek dan range tersebut ditetapkan simetrik disekitar nilai rata rata. c. Sebaran Segi Tiga (Triangular) Sebaran ini digunakan berdasarkan asumsi seperti sebaran segi empat tetapi lebih pasti bahwa peluang kejadiannya sering terjadi pada nilai rata ratanya. Key parameter komponen tipe B antara lain : Estimasi sebaran pengukuran jika hanya satu nilai yang ada (tidak ada ulangan), Nilai Resolusi yang terbaca, Nilai Histerisis, Nilai Pembulatan dan presisi yang terhingga. Residu koreksi (contoh koreksi kondisi lingkungan, suhu, dll), Nilai koreksi, efek metoda pengukuran dan Nilai Ketidakpastian Instrumen dari kalibrasinya. Sedangkan langkah perhitungan untuk penentuan ketidakpastian dapat dilakukan berdasarkan tahapan langkah sebagai berikut : a) Kumpulkan semua faktor yang memberikan kontribusi ketidakpastian, b) Buat Model Pengukuran, c) Tetapkan Ketidakpastian Komponen, d) Hitung Ketidakpastian Gabungan, kemudian jika perlu, e) Hitung Derajat Bebas 44

41 Efektif, f) Pilih Tingkat Kepercayaan, g) Tetapkan Faktor Cakupan, dan h) Hitung Ketidakpastian Expanded. Sumber sumber informasi mengenai cara atau metode penentuan dan perhitungan ketidakpastian didapatkan dari pengukuran berulang (repeatabilitas), data percobaan, data literature, spesifikasi pabrik dan sertifikat, pengalaman serta data interkomparasi. Nilai yang dilaporkan direkomendasikan agar terdiri hanya angka angka yang memang signifikan dan ditulis sesuai dengan aturan. Cara penyajian ketidakpastian hasil pengujian/ pengukuran dilaporkan sebagai berikut : ± mg/kg (pada tingkat kepercayaan 95 % dengan faktor cakupan 2) Keuntungan Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran ketidakpastian memberikan dampak yang positif bagi pengukuran dalam proses kalibrasi. Dari pelaksanaan evaluasi ketidakpastian ini dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu : a. Meningkatkan pengertian ketidakpastian b. Dapat membandingkan hasil yang berbeda c. Membantu pengambilan keputusan d. Meningkatkan kepercayaan terhadap hasil pengukuran 45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO7.6 ISO 9001 2008) di PT Torabika Eka Semesta dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011 PERTEMUAN KE-5 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO 17025 : 2005 SEJARAH ISO 17025 : 2008 GLP 1. The New Zealand Testing Laboratory Registration Act of 1972 2. Mendirikan A Testing Laboratory Registration Council

Lebih terperinci

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia Tera dan Kalibrasi dr. Naila Amalia 1. Pendahuluan Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

Lanjutan ISO Konsistensi Mutu. 6. Aspek Legal. 7. Peningkatan Produktivitas. 8. Meningkatkan unjuk kerja keuangan. 9.

Lanjutan ISO Konsistensi Mutu. 6. Aspek Legal. 7. Peningkatan Produktivitas. 8. Meningkatkan unjuk kerja keuangan. 9. STANDARISASI (ISO) Sistem manajemen mutu yang berlaku secara internasional adalah ISO 9000 (The International Organization for Standardization) Tujuan ISO adalah mengembangkan dan mempromosikan standar-standar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN disampaikan pada : WORKSHOP VALIDASI DATA ASPAK DINKES PROPINSI SUL-SEL Makassar, 20 Perbruari 2018 herwin.bpfkmks@gmail.com Peraturan Terkait UU NO. 36 TAHUN 2009

Lebih terperinci

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja Manajemen laboratorium by Djadjat Tisnadjaja 1 Praktek berlaboratorium yang benar (GLP) Penggunaan istilah Good Laboratory Practice (GLP) dalam suatu peraturan pertama kalai ditemukan dalam New Zealand

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Sugeng Hariyadi 1, Fitria Hidayanti 1, Sunartoto Gunadi 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional, Jakarta

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 Menimbang : UU No.2/1981 tentang ML a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung Pengukuran Teknik, Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Teknik Mesin UBL KONSEP DASAR PENGUKURAN TEKNIK Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung 1.1 Pengukuran ( measurement ) Pengukuran adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO DAN ISO / IEC DI PT X

TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO DAN ISO / IEC DI PT X TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001-2008 DAN ISO / IEC 17025 DI PT X Disusun Oleh: Nama : Yunita Ramadhani NIM : 4160411-089 Program Studi : Teknik Industri

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA Yohanes Susanto Begitu banyak keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan hasil pengujian kimia kuantitatif. Hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1923, 2015 BAPETEN. Labotarium. Dosimetri Eksterna. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA ANALISIS PENERAPAN ISO TS 16949 DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Pittauli Aritonang NPM : 35412674 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ina

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005 ISSN 1979-2409 Evaluasi Audit Internal LUB PTBN 2008-2011 Untuk Menilai Efektifitas Implementasi ISO/I 17025:2005 (Masripah) EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN 2008-2011 UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

MIA APRIANTHY ( )

MIA APRIANTHY ( ) OLEH: I PUTU WIDHARMADI (122080050) ACHMAD ANWARUDIN (122080002) MIA APRIANTHY (122080076) KELOMPOK II PENDAHULUAN Seri ISO 9000 adalah suatu system terpadu untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Sistem mutu adalah rangkaian struktur organisasi, tanggung jawab,

Sistem mutu adalah rangkaian struktur organisasi, tanggung jawab, BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Mutu Mutu ialah karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat (Nezvizond Chatab,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017 JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Januari 1 TRAINING PROMO AWAL TAHUN "Implementasi Control Chart Pada Pengujian Februari 1 Pelatihan Tiga Hari : Pemilihan, Revisi

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci

Analisis Sistem Manajemen Mutu dalam Upaya Mempertahankan ISO 9001 : 2000 (Studi Kasus PT. Mertex Indonesia-Mojokerto) Abstrak

Analisis Sistem Manajemen Mutu dalam Upaya Mempertahankan ISO 9001 : 2000 (Studi Kasus PT. Mertex Indonesia-Mojokerto) Abstrak Analisis Sistem Mutu dalam Upaya Mempertahankan ISO 9001 : 2000 (Studi Kasus PT. Mertex Indonesia-Mojokerto) Farida Pulansari Teknik Industri FTI-UP Veteran Jawa Timur Abstrak Sertifikasi ISO 9000 mutlak

Lebih terperinci

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN 1. Pendahuluan Untuk mengharmonisasikan hasil asesmen laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN, diperlukan Pedoman tentang Klasifikasi Ketidaksesuaian. Pedoman KAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi laboratorium yang berskala nasional

Lebih terperinci

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya BAB 1. PENGUKURAN & KESALAHAN By Aksan,ST,MT Teknik Listrik PNUP Materi : @. Konsep dasar & istilah dalam pengukuran @. Angka-angka penting @. Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya @. Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Proses Menurut Wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

Bab 1 Besaran dan Pengukuran

Bab 1 Besaran dan Pengukuran Bab 1 Besaran dan Pengukuran Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti "alam". Maka "Ilmu Fisika" adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bendabenda di alam, gejala-gejala alam, kejadian-kejadian

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN PENGUKURAN PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

1) Organisasi Laboratorium

1) Organisasi Laboratorium Good Laboratory Practice (GLP) atau praktek laboratorium yang benar pertama kali ditemukan dalam New Zealand Testing Laboratory Registraction Act of 1972. Undang-undang tersebut bertujuan untuk menetapkan

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO 14001 SECARA BERSAMAAN Sumito Abstrak ISO seri 9000 tentang sistem manajemen mutu pertama kali diterbitkan oleh organisasi standardisasi internasional (ISO) pada tahun

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005 PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Materi Besaran Fisika Pengukuran dan Satuan Satuan Sistem Internasional Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok Awalan Satuan Konversi Satuan Pengukuran Pengukuran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB 1. Ruang Lingkup UNIVERSITAS GADJAH MADA Halaman : 1 dari 7 PETUNJUK TIMBANGAN (ELEKTRONIK DAN MEKANIK) Instruksi kerja ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan jenis elektronik dan mekanik.

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015 Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi Topik Konsep dasar Audit Mutu Internal Perencanaan dan Persiapan Audit Mutu Internal Pelaksanaan Audit Mutu Internal Pelaporan

Lebih terperinci

STANDAR INTERNASIONAL

STANDAR INTERNASIONAL STANDAR INTERNASIONAL ISO/IEC 17025 Edisi kedua 15-05-2005 ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi Diterjemahkan oleh Komite

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

LOGO KONSEP DASAR MASSA

LOGO KONSEP DASAR MASSA KONSEP DASAR MASSA Oleh : Adi Candra Purnama,ST. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Mampu menjelaskan konsep dasar massa Pengertian Metrologi adalah ilmu tentang sifat-sifat ukur atau pengetahuan

Lebih terperinci

Diagram blok sistem pengukuran

Diagram blok sistem pengukuran TEKNIK PENGUKURAN Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan 180 Lampiran 1 Perancangan Sistem Manajemen Mutu Pada PT. Garuda Indonesia Pedoman Mutu Sistem Manajemen Mutu Perusahaan Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT. Garuda Indonesia harus menerapkan sistem

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI

KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI Masdiana C Padaga Disampaikan pada Pelatihan Audit Laboratorium Berbasis ISO/IEC 17025-2008 untuk Audit Internal. Universitas Brawijaya, Malang 12-14 April 2016 Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hampir semua orang sadar tentang perkembangan pesat dibidang teknologi elektronik dalam kurun waktu belakangan ini. Perkataan elektronik saja sudah cukup untuk memberi

Lebih terperinci

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017 JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Maret 1 Highly Effective Leadership Rp 4,500,000,- 02 Maret - 03 Maret 2 Teknik Kalibrasi Alat Ukur Dasar Rp 8,850,000,- 06 Maret

Lebih terperinci

BAB 1: BESARAN DAN SATUAN

BAB 1: BESARAN DAN SATUAN BAB 1: BESARAN DAN SATUAN Ilmu fisika mempelajari berbagai gejala alam, penyebab terjadinya, akibatnya maupun pemakaiannya. Ilmu ini sudah berkembang sangat jauh dan memasuki hampir semua bidang kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS Syamsir Abduh Sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi melalui penetapan kebijakan dan sasaran mutu dan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 634/MPP/Kep/10/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 634/MPP/Kep/10/2004 TENTANG 33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 634/MPP/Kep/10/2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN LABORATORIUM METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Amalia Rakhmawati email: amelchan_tique@yahoo.com Laboratorium Volgat Balai Kalibrasi Pusat Pengawasan Mutu Barang Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan Sites.google.com/site/calibrationconsultancy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI. Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh /09/2016 Penerbitan pertama /06/2017 Perubahan format MT MM

RIWAYAT REVISI. Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh /09/2016 Penerbitan pertama /06/2017 Perubahan format MT MM Dibuat oleh: Halaman 1 dari 5 Disahkan oleh: (Manajer Teknis) (Manajer Mutu) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 07/09/2016 Penerbitan pertama

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci