Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu"

Transkripsi

1 DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Indonesia Tel. : , Fax. : , sertifikasi@bsn.go.id Weblokasi :

2 DPLS 19 Issue Number : 0 Desember 2013 LEMBAR PERSETUJUAN Diperiksa oleh : Disetujui oleh : Sekretaris Jenderal Komite Akreditasi Nasional (K A N) i

3 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Ketua KAN bertugas mengatur persyaratan dan tata cara pemberian sertifikasi produk, dan sesuai dengan dokumen prosedur di KAN (PSM 02) sekretaris Jenderal KAN bertugas menyetujui pedoman untuk lembaga sertifikasi produk (LSPro) dan lembaga verifikasi legalitas kayu (LVLK). Untuk menjaga kredibilitas LSPro/LVLK terakreditasi dalam mengoperasikan skema sertifikasi yang menerapkan prinsip-prinsip pengambilan sampel lokasi audit. Dokumen ini telah dipersiapkan untuk menyelaraskan prinsip umum untuk proses sertifikasi yang dilakukan oleh LSPro/LVLK kepada organisasi induk (untuk sertifikasi produk) dan / atau koperasi (untuk verifikasi legalitas kayu). Pedoman ini digunakan sebagai acuan LSPro/LVLK dan/atau pemilik skema sertifikasi dalam merancang sistem sertifikasi serta dalam rangka mengembangkan dan memvalidasi skema sertifikasi produk.. Pedoman ini juga memberikan persyaratan umum untuk sampling lokasi audit dalam prosedur sertifikasi produk dan verifikasi legalitas kayu. 1

4 1. Ruang Lingkup 1.1. Dokumen ini menetapkan persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh lembaga sertifikasi (LSPro/LVLK) dan organisasi yang disertifikasi ketika mereka ingin menerapkan sampling lokasi audit dalam sertifikasi produk terakreditasi SNI ISO/IEC 17065:2012 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) Pedoman ini berisi ketentuan umum tentang pengelolaan skema sertifikasi dengan menerapkan sampling audit untuk multi lokasi yang menyatakan bahwa suatu organisasi telah memenuhi persyaratan dasar dapat atau tidak dapat dilakukannya sampling audit untuk multi-lokasi. Skema sertifikasi tersebut meliputi bagaimana LSPro/LVLK menetapkan kebijakan ini dalam dokumentasi mutu dan skema sertifikasinya LSPro/LVLK harus memastikan bahwa persyaratan yang tercantum dalam dokumen ini diacu dalam dokumen normatif dan skema sertifikasi, dan hal tersebut sejalan dengan Kebijakan Skema Penilaian Kesesuaian. Kriteria minimum harus dipenuhi, kegagalan untuk melakukannya akan mengarah pada skema tidak diterima untuk sertifikasi terakreditasi oleh KAN Istilah "harus" yang digunakan didalam di dokumen ini untuk menunjukkan ketentuan-ketentuan yang mencerminkan persyaratan KAN adalah wajib. Istilah "sebaiknya" digunakan untuk menunjukkan panduan yang meskipun tidak wajib, disediakan sebagai sarana peningkatan Dokumen ini tidak dapat diterapkan pada skema sertifikasi produk untuk organisasi multilokasi dimana kegiatan proses produksinya berbeda antar lokasi, atau proses produksinya merupakan bagian dari proses produksi keseluruhan meskipun dalam sistem manajemen yang sama Sampling lokasi untuk sertifikasi produk hanya bisa diterapkan untuk sistem sertifikasi tipe 5 yang menerapkan sistem manajemen, sedangkan untuk organisasi multi-lokasi yang tidak menerapkan sistem sertifikasi tipe 5, maka sampling lokasi tidak dapat dilakukan Sampling lokasi audit pada sertifikasi produk hanya dapat dilaksanakan apabila jumlah lokasi dengan sistem manajemen yang sama berjumlah lebih dari sepuluh (10) lokasi dan hanya dapat dilaksanakan pada proses survailen/resertifikasi untuk pelaksanaan audit sistem manajemen mutu, sedangkan audit/inspeksi pabrik dan pengambilan contoh uji tidak dapat dilakukan untuk seluruh tahapan dalam siklus sertifikasi 1.9. Sampling lokasi audit pada legalitas kayu hanya dapat dilaksanakan apabila jumlah lokasi dengan lingkup sertifikasi yang sama berjumlah lebih dari sepuluh (10) lokasi dan hanya dapat dilaksanakan pada proses survailen/resertifikasi Penerapan pedoman ini tidak akan menggantikan persyaratan yang telah ditetapkan dalam persyaratan sertifikasi produk tipe 5 dengan menggunakan sistem manajemen keamanan pangan lainnya misalnya ISO 22003, ketika persyaratan tersebut ditetapkan untuk sistem manajemen pendukung sebagai bagian dari skema sertifikasi. 2

5 2. DOKUMEN NORMATIF 1. IAF MD1 : 2007 " IAF Dokumen Wajib untuk Sertifikasi Beberapa Lokasi Berdasarkan Sampling " 2. SNI ISO/IEC 17000:2009, Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum, yang merupakan adopsi ISO/IEC 17000:2004, Conformity assessment Vocabulary and general principles. 3. DEFINISI Terlepas dari definisi yang diberikan di bawah ini dan dalam dokumen normatif ( lihat bab 2 ), definisi dari ISO : 2004 " Penilaian kesesuaian - Kosakata dan prinsip umum " berlaku untuk dokumen ini Lokasi Lokasi adalah lokasi permanen di mana sebuah organisasi melakukan proses produksi. Lokasi dapat mencakup semua bidang tanah atau air di mana kegiatan di bawah kendali organisasi pada lokasi tertentu yang dilakukan termasuk terhubung atau berhubungan penyimpanan bahan baku, produk sampingan, produk antara, produk akhir dan bahan limbah, dan setiap peralatan atau infrastruktur yang terlibat dalam kegiatan, apakah tetap atau tidak tetap. Atau, jika diperlukan oleh hukum, definisi yang diatur dalam peraturan perundang undangan dapat digunakan Set Lokasi Sejumlah lokasi yang beroperasi dengan kriteria di IAF MD1 : 2007 pasal yang " berkelompok " dengan tujuan memungkinkan pengambilan sampel di antara lokasi-lokasi tersebut saat melakukan kegiatan sertifikasi. (Lihat juga IAF MD1 : 2007 Bab ) Dasar Pemikiran : Sebuah organisasi bersertifikat dapat mencakup beberapa jenis produk/proses yang bukan dari jenis yang sama secara substansial. Pada saat yang sama mungkin ada beberapa lokasi proses operasi yang dari jenis yang sama misalnya 5 lokasi proses operasi A, Beberapa waktu 4 lokasi yang beroperasi proses B dan 8 lokasi beroperasi proses C. Dalam contoh ini 5 lokasi untuk proses A merupakan satu set lokasi dan begitu juga lokasi 4 untuk proses B dan 8 lokasi untuk proses C Organisasi multi - lokasi Sebuah organisasi multi-lokasi didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki fungsi mengidentifikasi pusat (selanjutnya disebut sebagai organisasi induk - tetapi belum tentu markas organisasi) di mana kegiatan tertentu direncanakan, dikendalikan atau dikelola dan jaringan kantor cabang (lokasi) di mana kegiatan tersebut sepenuhnya atau sebagian dilakukan Sertifikasi multi-lokasi Sertifikasi produk untuk organisasi multi-lokasi termasuk beberapa lokasi di mana pengambilan sampel lokasi dapat digunakan oleh LSPro/LVLK dalam pekerjaan penilaian kesesuaian. Ruang lingkup sertifikasi meliputi 3

6 produk yang sebenarnya dan proses seperti yang didefinisikan dalam dokumen normatif menggambarkan skema tersebut. Setiap lokasi yang dicakup oleh sertifikasi ini disebutkan pada dokumentasi sertifikat utama dan setiap lokasi berhak untuk mendapatkan sendiri sub - sertifikat (lihat juga MD1 bagian 4.4 ). Semua lokasi yang dicakup oleh sertifikasi multi-lokasi memiliki proses, mereka dievaluasi oleh LSPro/LVLK sesuai dengan prinsip-prinsip dokumen ini dan dengan demikian mereka, secara umum, mungkin perdagangan produk dengan klaim yang disertifikasi. Ini akan dibahas dalam skema sertifikasi, oleh pemilik skema, apakah lokasi mungkin perdagangan produk diklaim Sertifikasi Koperasi Dalam sertifikasi verifikasi legalitas kayu, hanya organisasi induk/koperasi bersertifikat yang berhak untuk menandai produk bertanda legalitas kayu. Skema ini sering digunakan untuk mendukung produsen ukuran kecil, yang menurut pemilik skema beresiko ditinggal keluar dari pasar ini kecuali kondisi khusus diterapkan. Dalam proses sertifikasi audit efektivitas manajemen / sistem kontrol internal yang mendukung sangat penting Produsen Suatu badan hukum atau orang yang melakukan sebagian atau seluruh proses produksi atau yang merupakan subjek dari penilaian kesesuaian. Dalam beberapa sertifikasi produsen skema yang khas sub - pemasok ke pemasok (lihat 2.1). Produsen bisa memiliki satu atau beberapa lokasi Koperasi Badan hukum atau orang yang mengelola kegiatan anggota kelompok. Untuk tujuan sertifikasi itu harus memiliki kewenangan untuk memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam ISO / IEC (pemasok dalam ISO / IEC Guide 65) melalui perjanjian yang mengikat secara hukum dengan anggota kelompok Anggota koperasi Dalam grup sertifikasi, kelompok produsen terdiri dari beberapa anggota. Setiap anggota bisa mewakili satu atau beberapa lokasi. Tujuan dari sertifikasi kelompok adalah untuk memungkinkan produsen skala kecil untuk mengambil bagian dalam sistem sertifikasi. Oleh karena itu ukuran anggota kelompok terbatas (lihat ). Anggota kelompok dari koperasi tidak berhak untuk memiliki sertifikat dari LVLK. 4

7 4. JENIS ORGANISASI MULTI- LOKASI 4.1. Organisai Multi Lokasi untuk Sertifikasi Produk Gambar 1 menunjukkan contoh organisasi yang mengajukan permohonan sertifikasi multi-lokasi untuk satu atau lebih produk. Gambar tersebut memberikan bantuan kepada LSPro untuk melakukan analisis berbasis risiko terkait struktur organisasi pemohon. Sebagai contoh : Gambar 1 - Contoh Organisasi Multi-lokasi Pemohon Sertifikasi. Kasus 1 : Organisasi multi-lokasi menghasilkan buah apel di lokasi yang berbeda. Lokasi dapat terdiri dari sejumlah bidang. Sampling lokasi audit sistem manajemen dapat dilakukan jika risiko rendah, misalnya proses serupa, semua lokasi milik perusahaan yang sama dll. Dalam kasus-kasus khusus bagian dari organisasi multi - lokasi dapat menjadi kelompok produsen (lihat gbr 2 ). Kasus 2 : Sampling lokasi dengan berbagai variasi jenis produk sama sekali tidak akan diizinkan. Jika Anda memiliki beberapa perusahaan dengan produk berisiko seperti misalnya ikan atau proses yang berbeda, pengambilan sampel lokasi audit sistem manajemen tidak diizinkan Organisai Multi Lokasi untuk Verifikasi Legalitas kayu Gambar 2 menunjukkan contoh sebuah organisasi koperasi yang mengajukan sertifikasi kelompok untuk satu atau lebih produk. 5

8 Gambar 2 - Contoh Organisasi Pelindung/koperasi Pemohon sertifikasi kelompok Prinsip-prinsip dasar untuk pengambilan sampel dari anggota kelompok dibahas di atas berlaku juga untuk evaluasi oleh LVLK seperti untuk organisasi induk/koperasi saat melakukan kegiatan pengendalian internal. LVLK harus menganalisis struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam dokumen ini sesuai dengan prosedur tertulis dan melakukan analisis risiko untuk mendapatkan jaminan yang memadai proses sesuai seperti yang dibutuhkan dalam skema sertifikasi. Prinsip sertifikasi multi-lokasi dapat diterima dengan syarat kegiatan LSPro/LVLK dilakukan sesuai dengan kriteria dokumen pedoman ini. Sertifikasi kelompok dapat diterima untuk mendukung produsen kecil. Aspek utama dari kedua jenis organisasi diringkas dalam tabel 1. Tabel 1 - Kunci Aspek Organisasi Multi-Lokasi dan kelompok Produsen Multi- Lokasi (sertifikasi produk) Sebuah organisasi multi-lokasi didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki fungsi sentral ( selanjutnya disebut sebagai organisasi induk - tetapi belum tentu markas organisasi) di mana kegiatan tertentu direncanakan, dikendalikan atau dikelola (lihat 3.7 ) Penilaian kesesuaian didasarkan hanya pada kegiatan lembaga sertifikasi pihak ketiga Lokasi diidentifikasi dalam dokumen SPPT SNI yang dikeluarkan untuk lokasi yang diperbolehkan. kelompok / Koperasi (verifikasi legalitas kayu) Kelompok badan hukum atau orang, yang proses produksinya dikelola oleh sebuah koperasi. Tujuan dari sertifikasi kelompok adalah untuk memungkinkan produsen kecil mengambil bagian dalam sertifikasi. Oleh karena itu ukuran anggota kelompok terbatas (lihat 3.13 ) Penilaian kesesuaian didasarkan pada kedua kegiatan lembaga sertifikasi pihak ketiga dan fungsi internal dari koperasi. Anggota dalam koperasi dapat dievaluasi oleh lembaga sertifikasi dengan frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bagaimana hal ini diterapkan dalam sertifikasi multi-lokasi Anggota kelompok tidak teridentifikasi dalam sertifikat. Mereka tidak berhak untuk menjual produk bertanda kesesuaian. koperasi harus memiliki gambaran lengkap/kontrol terhadap produk yangmemiliki tanda kesesuaian. 6

9 5. PERSYARATAN UNTUK DOKUMEN NORMATIF / SKEMA SERTIFIKASI 5.1. Persyaratan Produk dan/atau proses harus diuraikan dalam skema sertifikasi LSPro/LVLK. Dokumen normatif harus dikembangkan, divalidasi dan dipelihara melalui proses yang memungkinkan masukan teknis dari pihak yang berkepentingan seperti pemasok, regulator dan pengguna produk 5.2. Skema sertifikasi yang terdokumentasi harus divalidasi oleh pemilik skema. Validasi tersebut harus mencakup evaluasi berkala lokasi di mana efektivitas sistem manajemen harus diaudit dan audit/inspeksi proses produksi. 6. PERSYARATAN UMUM UNTUK SERTIFIKASI PRODUK DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 6.1. Umum LSPro/LVLK harus memberikan informasi kepada klien bahwa sampling lokasi audit tidak diperkenankan dalam proses audit awal dan penerapan dokumen ini hanya berlaku untuk proses survailen dan resertifikasi. Sebelum memulai proses audit, LSPro/LVLK harus menginformasikan organisasi bahwa status sertifikat tersebut tidak akan diperpanjang jika selama audit survailen/resertifikasi ditemukan ketidaksesuaian. 6.2 Kaji ulang permohonan Prosedur LSPro/LVLK harus memastikan bahwa permohonan sampling lokasi audit disampaikan sebelum pelaksanaan survailen(penilikan)/resertifikasi dan telah mengidentifikasi kompleksitas dan skala kegiatan yang tercakup oleh subjek sistem manajemen untuk sertifikasi dan perbedaan antara lokasi sebagai dasar untuk menentukan tingkat sampling audit LSPro/LVLK harus mengidentifikasi fungsi utama dari organisasi dengan yang memiliki perjanjian berkekuatan hukum untuk penyediaan kegiatan sertifikasi LSPro/LVLK harus memeriksa dalam setiap kasus sampai sejauh mana lokasi sebuah organisasi beroperasi secara substansial sama jenis prosesnya sesuai dengan prosedur dan metode yang sama Sebuah organisasi multi-lokasi tidak perlu menjadi badan hukum yang berbeda, tetapi semua lokasi akan memiliki hubungan hukum atau kontrak dengan organisasi induk/koperasi dan dikenakan sistem manajemen umum, yang ditetapkan, yang didirikan dan tunduk pada pengawasan terus menerus dan audit internal oleh organisasi induk. Ini berarti bahwa organisasi induk memiliki hak untuk meminta bahwa lokasi dibawahnya melaksanakan tindakan perbaikan bila diperlukan di lokasi manapun. Jika dapat ditetapkan ini harus diatur dalam perjanjian formal antara organisasi induk/koperasi dengan cabang/anggota Audit LSPro/LVLK harus memiliki prosedur terdokumentasi untuk menangani audit dalam prosedur sampling audit multi-lokasi. Prosedur tersebut harus menetapkan cara LSPro/LVLK memenuhi sendiri bahwa sistem manajemen yang sama mengatur kegiatan di semua lokasi, sebenarnya diterapkan untuk semua lokasi 7

10 dan bahwa semua kriteria kelayakan bagi organisasi dalam ayat 3 di atas terpenuhi. Persyaratan ini juga berlaku untuk sistem manajemen di mana dokumen elektronik, kontrol proses atau proses elektronik lainnya yang digunakan. LSPro/LVLK harus merekam alasan dapat dilanjutkannya sampling audit multilokasi Jika lebih dari satu tim audit yang terlibat dalam audit atau pengawasan jaringan, LSPro/LVLK harus menunjuk seorang ketua tim audit tertentu yang bertanggung jawab untuk mengkonsolidasikan temuan dari semua tim audit dan untuk menghasilkan simpulan laporan audit Ketidaksesuaian Ketika ketidaksesuaian yang ditemukan di setiap lokasi individu, baik melalui audit internal organisasi atau dari audit oleh LSPro/LVLK, investigasi harus dilakukan untuk menentukan apakah lokasi lain juga akan terpengaruh. Oleh karena itu, LSPro/LVLK harus mensyaratkan organisasi untuk meninjau ketidaksesuaian untuk menentukan apakah mereka menunjukkan defisiensi sistem secara keseluruhan berlaku untuk lokasi lain atau tidak. Jika terbukti ditemukan, tindakan korektif harus dilakukan dan diverifikasi baik di organisasi induk dan di lokasi yang terkena dampak individu. Jika ternyata tidak terbukti, organisasi harus mampu menunjukkan kepada LSPro/LVLK justifikasi pembatasan tindak lanjut korektif LSPro/LVLK harus meminta bukti dari tindakan ini dan meningkatkan frekuensi sampling audit dan / atau ukuran sampel sampai terbukti bahwa pengendalian manajemen diterapkan dengan baik Pada saat proses pengambilan keputusan, jika ada lokasi yang masih memiliki ketidaksesuaian, perpanjangan status sertifikasi harus ditolak untuk seluruh jaringan lokasi yang terdaftar sampai dengan tindakan perbaikan dinyatakan ditutup dan memuaskan Bila organisasi berusaha untuk mengecualikan lokasi "bermasalah" dari cakupan untuk mengatasi kendala karena adanya ketidaksesuaian di salah satu lokasi hal Ini tidak dapat dilakukan Dokumen sertifikasi Sertifikat kesesuaian / dokumen sertifikasi dapat ditarik secara keseluruhan, jika organisasi induk atau salah satu dari lokasi/anggota tidak memenuhi ketentuan yang dapat menyebabkan pencabutan status sertifikasi Daftar lokasi harus terus dikendalikan oleh LSPro/LVLK. Oleh karena itu LSPro/LVLK harus meminta klien tersertifikasi untuk menginformasikan tentang penutupan salah satu atau lebih lokasi yang dicakup dalam sertifikasi. Kegagalan untuk memberikan informasi tersebut akan dipertimbangkan oleh LSPro/LVLK sebagai penyalahgunaan sertifikasi, dan harus ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur. 8

11 Lokasi tambahan dapat ditambahkan ke sertifikasi yang ada sebagai hasil dari pengawasan atau kegiatan sertifikasi ulang atau peningkatan lingkup. LSPro/LVLK harus memiliki prosedur terdokumentasi untuk penambahan lokasi-lokasi baru Prosedur evaluasi terdokumentasi menentukan metode sampling audit, inspeksi, audit dan pengujian yang sesuai dengan skema juga harus mencakup pengawasan berkala Metode Sampling lokasi audit Sampel lokasi harus selektif (75%), sebagian didasarkan pada faktor-faktor sebagaimana ditetapkan di bawah ini, dan sebagian lagi ditetapkan non selektif (25%), dan harus menghasilkan berbagai perwakilan lokasi yang berbeda yang dipilih, tanpa termasuk elemen random sampling audit Setidaknya 25 % dari sampel lokasi harus dipilih secara acak (25% dari 0.3*N). Dan 75% (75% dari 0.3*N).sisanya harus dipilih/ditetapkan mencakup antara lain aspek-aspek berikut : Hasil audit lokasi internal dan tinjauan manajemen atau audit sertifikasi sebelumnya; Rekaman keluhan dan aspek lain yang relevan dari tindakan perbaikan dan pencegahan ; Variasi yang signifikan dalam ukuran lokasi ; Variasi dalam pola pergeseran dan prosedur kerja ; Kompleksitas dari sistem manajemen dan proses dilakukan di lokasi ; Modifikasi sejak audit sertifikasi terakhir; Kematangan sistem manajemen dan pengetahuan organisasi; keluhan tentang produk yang berkaitan dengan ruang lingkup sertifikasi undang undang Dalam satu siklus sertifikasi, LSPro/LVLK harus memastikan bahwa semua lokasi klien yang mengajukan sertifikasi multi-lokasi harus telah dilakukan audit LSPro/LVLK harus menginformasikan kepada organisasi induk terkait lokasi sampel. Hal ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, tetapi harus memberikan waktu yang cukup untuk persiapan audit termasuk evaluasi tanpa pemberitahuan harus diatur dalam skema sertifikasi Ukuran sampling audit LSPro/LVLK harus memiliki prosedur terdokumentasi untuk menentukan sampel yang akan diambil ketika lokasi audit sebagai bagian dari audit sertifikasi organisasi multi-lokasi. Ini harus memperhitungkan semua faktor yang dijelaskan dalam pedoman ini LSPro/LVLK harus memiliki rekaman pada setiap justifikasi permohonan pengambilan sampel lokasi audit yang harus sesuai dengan dokumen ini.ketika LSPro/LVLK melakukan pengambilan sampel audit dalam satu set lokasi untuk multi-lokasi, mereka harus minimal menerapkan ukuran sampel tahunan yang harus ( y = 0,3*N ) dengan N adalah jumlah seluruh lokasi. Hal ini hanya berlaku untuk survailen dan audit sertifikasi ulang bila tidak ada penambahan lokasi. 9

12 Organisasi induk/koperasi harus diaudit dalam setiap proses sertifikasi awal, sertifikasi ulang dan setidaknya setiap tahun sebagai bagian dari pengawasan berkala Ukuran atau frekuensi sampel harus ditingkatkan di mana analisa risiko LSPro/LVLK dari kegiatan yang tercakup dalam subjek sistem manajemen untuk sertifikasi menunjukkan keadaan khusus dalam hal faktorfaktor seperti : Ukuran lokasi dan jumlah karyawan ( misalnya lebih dari 50 karyawan di lokasi ) ; Kompleksitas atau resiko tingkat aktivitas dan sistem manajemen ; Variasi dalam praktek kerja ( misalnya jadwal kerja ) ; Variasi dalam kegiatan yang dilakukan ; Rekaman keluhan dan aspek lain yang relevan dari tindakan perbaikan dan pencegahan ; Setiap aspek multinasional, dan Hasil audit internal dan tinjauan manajemen Sampling lokasi audit sistem manajemen oleh LSPro/ sampling lokasi audit verifikasi oleh LVLK tidak berlaku selama evaluasi untuk sertifikasi awal Sebelum evaluasi untuk survailen/resertifikasi dapat dilaksanakan oleh LSPro/LVLK pada sertifikasikelompok, organisasi induk / koperasi harus telah melakukan evaluasi internal semua lokasi kelompok menggunakan metode evaluasi yang telah dipantau dan disetujui oleh LSPro/LVLK Waktu audit LSPro/LVLK harus memiliki perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk audit multi-lokasi dalam hal kebijakan secara keseluruhan untuk alokasi waktu audit Total waktu yang dihabiskan pada audit survailen/resertifikasi adalah jumlah total waktu yang dihabiskan di setiap lokasi ditambah organisasi induk dan tidak boleh kurang dari apa yang akan telah dihitung untuk ukuran dan kompleksitas operasi apabila semua pekerjaan telah dilakukan di satu lokasi ( yaitu dengan semua karyawan perusahaan di lokasi yang sama ) Lokasi tambahan Bila terdapat satu/kelompok lokasi baru yang ingin bergabung dengan jaringan multi-lokasi yang sudah bersertifikat, setiap kelompok lokasi baru harus menginformasikan kepada LSPro/LVLK agar dilakukan audit terpisah. Setelah masuknya kelompok baru dalam sertifikat, lokasi baru harus terakumulasi dengan yang sebelumnya untuk menentukan ukuran sampel untuk kunjungan berikutnya 7. PERSYARATAN TAMBAHAN PEMOHON SAMPLING LOKASI SERTIFIKASI PRODUK 7.1. Sistem manajemen mutu di semua lokasi harus substansial dari jenis yang sama dan harus dioperasikan dengan metode dan prosedur yang sama. 10

13 7.2. Organisasi yang melakukan bisnis mereka melalui proses terkait di lokasi yang berbeda juga dapat dilakukan sampling lokasi untuk audit sistem manajemen mutu, namun harus telah memenuhi semua ketentuan dari dokumen ini Sistem manajemen organisasi harus berada di bawah pengendalian terpusat termasuk dikelola serta dilakukan audit internal dan tinjauan manajemen oleh Organisasi induk. Semua lokasi yang relevan (termasuk fungsi administrasi pusat) harus tunduk pada program audit internal organisasi induk dan semua harus telah dilakukan sebelum LSPro melakukan audit survailen/resertifikasinya Harus ditunjukkan bahwa organisasi induk telah memiliki sistem manajemen dan telah dilakukan audit internal sesuai dengan standar sistem manajemen yang relevan dan bahwa seluruh organisasi telah memenuhi persyaratan standar beserta pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku Organisasi pemohon sertifikasi multi-lokasi harus dapat membuktikan kemampuannya dan kewenangannya untuk memperoleh dan menganalisa informasi dan melakukan tindak lanjut bila dibutuhkan, dalam hal : Dokumentasi sistem beserta perubahan sistem; Kaji ulang manajemen; keluhan; Evaluasi dari tindakan perbaikan; Rencana audit internal dan evaluasi hasilnya; perubahan persyaratan hukum Tidak semua organisasi yang telah memenuhi definisi "organisasi multi-lokasi" akan memenuhi syarat untuk dilakukan sampling lokasi audit Tidak semua standar sistem manajemen dalam sistem sertifikasi tipe 5 cocok dipertimbangkan untuk sertifikasi multi-lokasi. Sebagai contoh, pengambilan sampel multi-lokasi akan tidak cocok di mana audit faktor variabel lokal merupakan persyaratan dari standar. Aturan khusus berlaku juga untuk beberapa skema, misalnya yang termasuk otomotif (TS 16949) dan kedirgantaraan (AS 9100 series) dan persyaratan skema tersebut harus didahulukan 7.8. LSPro harus memiliki prosedur terdokumentasi untuk membatasi pengambilan sampel seperti di mana lokasi pengambilan sampel adalah tidak memadai dalam efektivitas audit sistem manajemen. Pembatasan tersebut harus didefinisikan oleh LSPro yang berkaitan dengan : sektor Lingkup atau kegiatan ( yaitu didasarkan pada penilaian risiko atau kompleksitas yang terkait dengan sektor atau kegiatan ) ; Ukuran lokasi memenuhi syarat untuk pemeriksaan multi-lokasi ; Variasi dalam penerapan sistem manajemen; Penggunaan lokasi sementara yang beroperasi di bawah sistem manajemen organisasi dan yang tidak dimasukkan dalam lingkup sertifikasi. 11

14 7.9. LSPro harus memiliki perjanjian yang mengikat secara hukum kepada Organisasi induk untuk memastikan bahwa persyaratan sertifikasi sepenuhnya dilaksanakan dan ditegakkan di semua lokasi yang berpartisipasi LSPro harus memastikan bahwa Organisasi telah menerapkan sistem pengendalian internal yang memiliki kontrol yang cukup dari proses produksi. Sistem audit internal harus mencakup seluruh lokasi LSPro harus memastikan organisasi induk memiliki prosedur terdokumentasi untuk mengelola proses produksi termasuk untuk lokasi yang berpartisipasi LSPro harus memastikan bahwa organisasi induk bertanggung jawab memastikan setiap ketidaksesuaian dikeluarkan oleh LSPro sesudahnya diimplementasikan sepenuhnya di seluruh organisasi LSPro harus memastikan bahwa organisasi induk menyimpan semua dokumen yang relevan yang berkaitan dengan lokasi yang berpartisipasi di organisasi induk LSPro harus memastikan bahwa organisasi induk memiliki sistem untuk memastikan bahwa semua penggunaan tanda kesesuaian di semua lokasi cabang telah memenuhi persyaratan dan acuan LSPro harus memastikan bahwa organisasi induk harus memiliki manajemen yang cukup dan kapasitas teknis untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut di atas Rekaman audit internal harus disimpan terpusat dan tersedia untuk LSPro berdasarkan permintaan LSPro harus memastikan bahwa personil (auditor internal) dari klien tersertifikasi yang melakukan audit internal harus memiliki kewenangan dan kompeten. Mereka harus memiliki pengalaman dan pelatihan di lapangan di mana mereka melakukan tugas-tugas mereka yang relevan. Auditor internal harus menerima pendidikan dan pelatihan khusus untuk pekerjaan itu dan harus memenuhi pedoman ISO ketika diangkat, dan ketika melakukan audit internal. 8. PERSYARATAN TAMBAHAN UNTUK SERTIFIKASI KOPERASI PADA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU: 8.1. LVLK harus memastikan bahwa ruang lingkup dari permohonan koperasi untuk seluruh anggotanya adalah sama LVLK harus memastikan bahwa koperasi memiliki prosedur terdokumentasi untuk mekanisme penambahan lokasi anggota baru yang akan ditambahkan ke kelompok setelah sertifikat telah diberikan. Batas tingkat pertumbuhan jumlah lokasi yang diizinkan akan ditetapkan oleh LVLK dan tidak boleh dilampaui. Demikian juga, prosedur terdokumentasi untuk pembekuan dan pencabutan keanggotaan harus ditetapkan. koperasi wajib memberitahukan LVLK penambahan atau pengurangan lokasi sesegera mungkin Anggota dalam koperasi tidak mungkin mengklaim dokumen sertifikasi secara individual. Karena sertifikasi diberikan untuk koperasi. Anggota hanya dapat mengklaim bahwa mereka adalah anggota dalam koperasi. Koperasi harus memelihara daftar termutakhir dari anggota mereka. 12

15 8.4. Jumlah lokasi yang akan dicakup oleh pengendalian internal audit harus dikelola dan dikendalikan oleh Koperasi termasuk rekaman semua keluhan dan rekaman ini tersedia bagi LVLK bila diminta Koperasi harus menyimpan semua dokumen yang relevan yang berkaitan dengan lokasi yang berpartisipasi, termasuk lokasi dan luas area. 9. PERSYARATAN PEMILIK SKEMA 9.1. Dokumen ini menetapkan persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh LSPro/LVLK dan klien tersertifikasi ketika mereka ingin menerapkan sampling multi-lokasi dalam sertifikasi produk atau verifikasi legalitas kayu dibawah akreditasi ISO/IEC oleh KAN Pemilik skema harus memastikan bahwa persyaratan yang tercantum dalam dokumen ini diatur dalam dokumen normatif dari skema sertifikasi dan sejalan dengan DPUM dan DPLS. Serta persyaratan minimum harus dipenuhi, kegagalan untuk memenuhinya akan mengarah pada ketidaksesuaian skema sertifikasi dari LSPro oleh KAN. 13

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI DPLS 12 Rev. 1 PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DPLS 14 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 16 KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Indonesia

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 20 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Lt. 14 Jl.

Lebih terperinci

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) DPLS 13 Rev. 0 Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 04 rev.3 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Menara Thamrin Lt. 11 Jl. MH Thamrin Kav.3,

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 DP.01.02 INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

DPLS 12 Rev. 2 PERSY ARAT AN T AMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI. KomftelkredH..1 N..lonal

DPLS 12 Rev. 2 PERSY ARAT AN T AMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI. KomftelkredH..1 N..lonal KomftelkredH..1 N..lonal DPLS 12 Rev. 2 PERSY ARAT AN T AMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I

Lebih terperinci

DPILS 22 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ENERGI (LSSME)

DPILS 22 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ENERGI (LSSME) Komite Akreditasi Nasional DPILS 22 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ENERGI (LSSME) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK Lampiran 3.3. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI MUTU ISO 9001 PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN Depok, 3 Maret 2017 Disahkan oleh, Nurhayati

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG KETENTUAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUK Depok, 22 Juni 2016 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 0 Halaman : 1

Lebih terperinci

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan, pencabutan

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

P02 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Transfer Sertifikat PHPL dan Legalitas Kayu

P02 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Transfer Sertifikat PHPL dan Legalitas Kayu 1. RUANG LINGKUP Pedoman ini mencakup tata cara transfer Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK kepada PT Trustindo Prima Karya dan transfer Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK dari PT Trustindo Prima Karya

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA F-BIPA 07.01.00.04 SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG Jl. Perindustrian II No. 12 Kec. Sukarami

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012 Disahkan oleh: Manajer Pelaksana Hal. 1 dari 7 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan,

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL (PT. MUTUAGUNG LESTARI) Adalah perusahaan jasa sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 33.5 Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK Lampiran 3.3 Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA ETPIK NON-PRODUSEN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA ETPIK NON-PRODUSEN Lampiran 3.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit.

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit. 1. Tujuan Prosedur ini digunakan sebagai acuan untuk mengatur aktivitas yang berkaitan dengan Survailen, Resertifikasi & Perluasan Lingkup PT Sertifikasi Mutu Indonesia. 2. Ruang lingkup Meliputi penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT Lampiran 3.7. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :... F 6.0-00-01-04/Rev.0 SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA... DENGAN LSPRO CHEMPACK Nomor :... Nomor :... Pada hari ini..., tanggal satu bulan... tahun..., kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI KOPI INSTAN SNI 2983 : 2014 Depok, 21 April 2017 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 1 Halaman

Lebih terperinci

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5 1. Pengantar Skema Aturan ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan dari Anggota Badan Akreditasi Nasional IAF di bawah Skema Sertifikasi Terakreditasi. PT. Global Certification Indonesia, selanjutnya

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC A. JASA SERTIFIKASI B4T QSC LINGKUP SERTIFIKASI B4T QSC Lingkup sertifikasi B4T QSC meliputi sertifikasi : 1. Sertifikasi sistem manajemen mutu ( ISO 9001:2008 ) 2. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Halaman : 1 dari 7 1.0 Tujuan Sebagai petunjuk pelaksanaan proses Sertifikasi Produk. 2.0 Ruang Lingkup Mencakup tata cara proses sertifikasi produk secara rinci, surveilen, resertifikasi dan perubahan

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI BISKUIT SNI 2973 : 2011 Depok, 21 April 2017 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 1 Halaman : 1

Lebih terperinci

PERSYARATAN KHUSUS UNTUK LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN (LS SMAP) Komile Akreditasi Nasional

PERSYARATAN KHUSUS UNTUK LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN (LS SMAP) Komile Akreditasi Nasional Komite Akreditasl N9sional DPLS 28 Rev. 0 PERSYARATAN KHUSUS UNTUK LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN (LS SMAP) Komile Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Tel.

Lebih terperinci

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES PANDUAN PROSES SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SERTIFIKASI SISTEM HACCP, DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000:2005 AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES BALAI

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH)

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) DASAR HUKUM PEMBENTUKAN : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1100.1/Kpts/KP.150/ 10/1999 Tahun 1999 jo Nomor : 361/Kpts/

Lebih terperinci

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA Halaman : 1 dari 7 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci proses Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI). 2. DEFINISI Tidak ada. 3. TANGGUNG JAWAB Manajer Operasi bertanggung jawab terhadap keseluruhan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT Lampiran 3.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P. /VI-BPPHH/2013 Tanggal : 2013 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan

Lebih terperinci

SISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN LEGALITAS KAYU (LK)

SISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN LEGALITAS KAYU (LK) SISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN LEGALITAS KAYU (LK) Komite Akreditasi Nasional KOMITE AKREDITASI NASIONAL Dasar hukum : PP 102 tahun 2000 tentang Nasional

Lebih terperinci

Skema sertifikasi produk

Skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Skema sertifikasi produk Kategori produk tangki

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN Lampiran 3.6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI Lampiran 3.4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI Halaman : 1 dari 9 I. SELEKSI 1. Permohonan 1) Surat Aplikasi Permohonan 2) Dokumen permohonan SPPT SNI disertai dengan melampirkan dokumen legal perusahaan, daftar informasi terdokumentasi, diagram alir

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI PUPUK NPK PADAT SNI 2803 : 2012 Depok, 21 April 2017 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 1 Halaman

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI)

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI) Lampiran 3.5. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG SKEMA SERTIFIKASI MINYAK GORENG SAWIT SNI 7709 : 2012 Depok, 21 April 2017 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 1

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL. Kom ite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL. Kom ite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 21 rev.1 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL - Kom ite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Lt.

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU ABI-Pro

PROSEDUR MUTU ABI-Pro : 1 dari 6 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci proses perolehan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI). 2. DEFINISI Tidak ada. 3. TANGGUNG JAWAB Manajer Operasi bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI Lampiran 3.4 Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL A.1. Sejarah Perkembangan Standar Sejak zaman dahulu manusia sebenarnya telah menerapkan standarisasi dalam menjalankan kehidupannya, terbukti dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Halaman : 1 dari 5 1.0 Tujuan Sebagai petunjuk pelaksanaan proses penambahan, pengurangan, penangguhan dan pembatalan ruang lingkup sertifikat. 2.0 Ruang Lingkup Mencakup tanggung jawab dan metode yang

Lebih terperinci

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN DAN HAK PENGELOLAAN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN DAN HAK PENGELOLAAN Lampiran 3.2. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING Approved by RD Page 1 of 5 I. STANDAR ACUAN PT IAPMO Group Indonesia menggunakan beberapa acuan untuk mengembangkan menetapkan skema sertifikasi personel, di mana standar acuan tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

HASIL SIDANG JOINT IAF-ILAC MID-TERM, RE-PEER EVALUASI PAC, DAN BUTIR PENTING TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN KAN

HASIL SIDANG JOINT IAF-ILAC MID-TERM, RE-PEER EVALUASI PAC, DAN BUTIR PENTING TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN KAN HASIL SIDANG JOINT IAF-ILAC MID-TERM, RE-PEER EVALUASI PAC, DAN BUTIR PENTING TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN KAN Suprapto Deputi PSA/Sekjen KAN Disampaikan pada Sosialisasi Hasil Sidang IAF, Re-peer Evaluasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN Lampiran 3.6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

Uncontrolled When Download

Uncontrolled When Download 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL PT Mutuagung Lestari, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 33.5 Nomor 19, Cimanggis, Depok, Jawa Barat (nomor telepon 021-8740202, nomor fax 021-87740745/87740746,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000)

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) 6.1 Pemeliharaan Sertifikat 6.1.1 Pemeliharaan Sertifikat meliputi kegiatan

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Skema sertifikasi Kompetensi Auditor Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci