Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS Badan Standardisasi Nasional

2

3 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Definisi Persyaratan administrasi Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas Kerahasiaan Organisasi dan manajemen Sistem mutu Personel Fasilitas dan peralatan Metode dan prosedur inspeksi Penanganan barang atau contoh inspeksi Rekaman Laporan dan sertifikat inspeksi Subkontrak Pengaduan dan keluhan Kerjasama Lampiran A - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe A Lampiran B - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe B Lampiran C - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe C Lampiran D - Informasi yang harus termasuk atau diacu dalam panduan mutu i

4 Prakata ISO (Organisasi Standardisasi Internasional) dan IEC (Komisi Elektroteknik Internasional) membentuk Sistem khusus di bidang standardisasi tentang penerapan sistem inspeksi dengan identifikasi ISO/IEC yang diangkat dari EN Badan - Standardisasi Nasional (BSN) yang menjadi anggota ISO dan IEC memandang perlu mengadopsi standar internasional tersebut menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). ISO/IEC dengan judul: " General criteria for the operation of various type of bodies performing inspection" tersebut diadopsi menjadi SNI l dengan judul. " Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ". Melalui rapat konsensus khusus yang dihadiri unsur pemerintah, produsen, ilmuwan dan konsumen. SNI tersebut digunakan oleh Komite Akreditasi Nasional, Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) sebagai kriteria lembaga inspeksi yang akan diakreditasi. Apabila dalam penerapan SNI terdapat hal-hal yang meragukan diharapkan dapat membandingkannya secara langsung dengan substansi yang terdapat di dalam ISO/IEC ii

5 Pendahuluan Pengangkatan standar Eropa menjadi ISO/IEC yang diadopsi menjadi SNI dengan maksud untuk mempromosikan tingkat kepercayaan lembaga inspeksi yang memenuhi persyaratan standar ini. Lembaga inspeksi yang telah melaksanakan asesmen atas nama pelanggan, organisasi induknya, dan/atau badan resmi dengan tujuan menyediakan informasi kepada pihak terkait untuk kesesuaian terhadap peraturan, standar atau spesifikasi. Parameter inspeksi dapat mencakup hal-hal mengenai kualitas, kuantitas, keamanan, kelaikan untuk digunakan serta pemenuhan secara terus menerus atas keamanan pabrik atau sistem yang beroperasi. Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh lembaga tersebut adalah agar pelayanan yang diberikan diterima oleh pelanggan dan oleh badan pengawas resmi yang perlu diharmonisasikan dalam sebuah standar Eropa. Standar ini mencakup fungsi dari lembaga di mana lingkup pekerjaannya meliputi penilaian bahan, produk, instalasi, pabrik, prosedur kerja, atau pelayanan, dan penetapan kesesuaiannya dengan persyaratan dan laporan hasilnya diberikan kepada pelanggan, dan bila perlu kepada lembaga pengawas resmi. Inspeksi untuk sebuah produk, instalasi atau pabrik dapat mencakup semua tahap selama hal itu masih berlangsung termasuk tahap desainnya. Beberapa pekerjaan biasanya memerlukan penilaian yang dibuktikan secara profesional dalam pelayanan terutama untuk penilaian kesesuaian. Persyaratan untuk lembaga inspeksi independen bervariasi tergantung pada peraturan dan permintaan pasar. Oleh karena itu standar ini mencakup kriteria indpendensi seperti pada persyaratan tambahan (lampiran A, B dan C). Standar ini juga telah diterbitkan untuk mendukung pengenalan prosedur penilaian kesesuaian yang tertuang dalam keputusan EC Council yang menyangkut modul-modul untuk berbagai fase dari prosedur penilaian kesesuaian yang bertujuan untuk digunakan dalam ketentuan harmonisasi teknis. Persyaratan yang relevan dari standar seri EN/ISO 9000 yang berkaitan dengan sistem mutu lembaga inspeksi sudah tercakup dalam standar ini. Standar ini mendukung bagian dari standar seri berikut yang mencakup pengujian, inspeksi, sertifikasi dan akreditasi: EN 45001, General criteria for the operation of testing laboratory EN 45002, General criteria for the assesment of testing laboratory EN 45003, General criteria for the laboratory accreditation bodies iii

6 EN 45004, General criteria for the operation of bodies performing inspection EN xxxx 1, General criteria for accreditation of various type of bodies performing inspection EN 45011, General criteria for certification bodies operation product certification EN 45012, General criteria for certification bodies operation quality system certification EN 45013, General criteria for certification bodies operation certification of personel EN 45014, General criteria for suppliers declaration of conformity EN 45020, General terms and their definitions concerning standardization and relevan activities iv

7 Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi 1 Ruang lingkup 1.1 Standar ini memuat persyaratan umum untuk kompetensi suatu lembaga yang tidak berpihak (impartial) untuk melakukan inspeksi pada sektor yang terkait juga memuat persyaratan kemandirian (independence). 1.2 Standar ini diberlakukan untuk penggunaan lembaga inspeksi dan badan akreditasinya termasuk lembaga lain yang berkepentingan dengan pengakuan terhadap kompetensi lembaga inspeksi. 1.3 Kriteria ini perlu diinterpretasikan apabila akan digunakan untuk sektor tertentu atau untuk pelayanan inspeksi sendiri (in-service). 1.4 Standar ini tidak berlaku untuk laboratorium penguji, lembaga sertifikasi dan deklarasi kesesuaian dari pemasok yang kriterianya dimuat dalam EN series. 2 Definisi Definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini. 2.1 Inspeksi Pemeriksaan suatu desain produk, produk, jasa, proses atau pabrik dan penentuan kesesuaiannya terhadap persyaratan tertentu atau persyaratan umum berdasarkan pembuktian secara profesional. CATATAN 1 Inspeksi pada suatu proses meliputi antara lain personel, fasilitas, teknologi dan metodologi. CATATAN 2 Hasil inspeksi dapat digunakan untuk mendukung sertifikasi. 2.2 lembaga inspeksi Lembaga yang melakukan inspeksi 1 dari 15

8 CATATAN Yang dimaksud lembaga dapat berupa organisasi atau bagian dari organisasi. Untuk definisi lain yang ada dalam EN juga dapat digunakan. 3 Persyaratan administrasi 3.1 Lembaga inspeksi atau bagian dari suatu organisasi, keberadaannya harus sah diakui secara hukum. 3.2 Lembaga inspeksi yang merupakan bagian dari suatu organisasi yang mempunyai fungsi lain dari pada inspeksi harus diakui keberadaan dan jelas fungsinya dalam organisasi tersebut. 3.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan fungsi dan lingkup teknis dari kegiatannya yang kompeten. Detail dari lingkup inspeksi akan ditentukan dalam persyaratan kontrak atau surat perintah kerja. 3.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai jaminan asuransi yang memadai, kecuali jaminan ini ditanggung oleh negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atau ditanggung oleh organisasi induknya. 3.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan tentang kondisi kegiatan kerjanya kecuali jika lembaga ini adalah bagian dari sebuah organisasi dan menyediakan pelayanan hanya kepada organisasi tersebut. 3.6 Lembaga inspeksi atau organisasi yang membentuk suatu lembaga inspeksi, harus mempunyai pembukuan keuangan yang dapat diaudit secara terpisah. 4 Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas 4.1 Umum Personel lembaga inspeksi harus bebas dari tekanan komersial, finansial dan tekanan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penilaiannya. Prosedur harus diimplementasikan untuk memastikan agar personel atau organisasi di luar lembaga inspeksi tidak dapat mempengaruhi hasil inspeksi yang dilakukan. 2 dari 15

9 4.2 Kemandirian Lembaga inspeksi harus mandiri sampai tingkat yang diperlukan dengan memperhatikan kondisi pelayanannya. Lembaga inspeksi harus memenuhi kriteria minimum yang ditetapkan dalam salah satu persyaratan tambahan Lampiran A, B atau C (normatif) Lembaga inspeksi tipe A Lembaga inspeksi yang memberikan pelayanan sebagai "pihak ketiga" harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran A (normatif) Lembaga inspeksi tipe B Lembaga inspeksi yang merupakan bagian organisasi yang terpisah dan diakui keberadaanya yang terlibat dalam desain, manufaktur, pasokan, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksi olehnya dan yang telah ditetapkan untuk memberikan pelayanan kepada organisasi induknya harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran B (normatif) Lembaga inspeksi tipe C Lembaga inspeksi yang menangani desain, manufaktur, pemasok, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksi atau barang sejenis dan memungkinkan memberikan pelayanan inspeksi kepada pihak lain yang bukan merupakan bagian dari organisasi induknya harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran C (normatif). 5 Kerahasiaan Lembaga inspeksi harus menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan inspeksi. Hak kepemilikan (proprietary rights) harus dilindungi. 6 Organisasi dan manajemen 6.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai organisasi yang memungkinkannya memelihara kemampuan untuk melaksanakan fungsi teknisnya secara memuaskan. 6.2 Lembaga inspeksi harus diberi batasan yang jelas dan mendokumentasikan pertanggungjawaban dan struktur pelaporan organisasi. Jika lembaga inspeksi memberikan pelayanan sertifikasi dan/atau pengujian, maka hubungan kedua fungsi tersebut harus diberi batasan yang jelas. 3 dari 15

10 6.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai seorang manajer teknis atau apapun namanya, yang berstatus pegawai tetap dan mempunyai kualifikasi serta pengalaman dalam mengoperasikan lembaga inspeksi dan mempunyai tanggung jawab penuh bahwa kegiatan inspeksi yang dilakukan berdasarkan standar ini. CATATAN Bila lembaga inspeksi terdiri dari beberapa divisi dengan lingkup kegiatan yang berbeda, maka dimungkinkan setiap divisi mempunyai satu manajer teknis. 6.4 Lembaga inspeksi harus menyediakan supervisi yang efektif yang dilakukan oleh personel yang menguasai metode dan prosedur, dan memahami tujuan inspeksi serta asesmen hasil pemeriksaan. 6.5 Lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang diberi wewenang mewakili manajer atau apapun namanya yang bertanggung jawab dalam pelayanan inspeksi apabila manajer yang bersangkutan berhalangan. 6.6 Setiap kategori posisi yang mempengaruhi mutu pelayanan inspeksi harus dijelaskan. Uraian tugas harus mencakup persyaratan pendidikan, pelatihan pengetahuan teknis dan pengalaman. 7 Sistem mutu 7.1 Manajemen lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan kebijakan, tujuan, komitmen terhadap mutu, dan harus menjamin bahwa kebijakan tersebut dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh semua jajaran dalam organisasi. 7.2 Lembaga inspeksi harus melaksanakan sistem mutu yang sesuai dengan tipe, cakupan dan volume pekerjaan yang dilaksanakan. 7.3 Sistem mutu harus didokumentasikan secara lengkap. Dalam sistem tersebut harus terdapat panduan mutu, yang harus berisi informasi yang dipersyaratkan oleh standar ini dan seperti tertera dalam Lampiran D (informatif). 7.4 Manajemen lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang tanpa memandang tugas lainnya, harus mempunyai wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam jaminan mutu lembaga inspeksi tersebut. Seseorang ini harus mempunyai akses langsung dengan pimpinan puncak. 4 dari 15

11 7.5 Sistem mutu harus dipelihara relevansi dan kemutakhirannya di bawah tanggung jawab orang yang sama. 7.6 Lembaga inspeksi harus memelihara suatu sistem untuk pengendalian semua dokumen yang berkaitan dengan kegiatan. Sistem tersebut harus menjamin bahwa: a) terbitan dokumen mutakhir yang sesuai harus tersedia di tempat yang berkaitan dan untuk staf yang terkait; b) semua perubahan dokumen atau amandemen suatu dokumen harus disahkan oleh personel yang diberi kewenangan yang benar dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ketersediaannya tepat waktu di lokasi yang terkait; c) dokumen yang sudah tidak berlaku ditarik dari pemakaian di seluruh organisasi untuk dimusnahkan, tetapi satu salinan disimpan untuk jangka waktu yang ditetapkan; d) perubahan diberitahukan kepada pihak lain, sebagaimana diperlukan. 7.7 Lembaga inspeksi harus melaksanakan suatu sistem audit mutu internal yang terencana dan terdokumentasi untuk memverifkasi pemenuhan kriteria standar ini dan keefektifan sistem mutu. Personel yang melakukan audit internal harus memenuhi kualifikasi yang sesuai dan tidak terkait dengan pekerjaan yang diaudit. 7.8 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang didokumentasikan untuk menindaklanjuti umpan balik dan tindakan perbaikan, bila ditemukan penyimpangan dalam sistem mutu dan/atau dalam pelaksanaan inspeksi. 7.9 Manajemen lembaga inspeksi harus mengkaji ulang sistem mutu pada periode waktu tertentu untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan. Hasil kaji ulang tersebut harus direkam. 8 Personel 8.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai personel tetap yang cukup jumlah dan jenis keahliannya untuk melaksanakan fungsinya secara baik 8.2 Staf yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan inspeksi harus mempunyai kualifikasi yang tepat, pelatihan, pengalaman dan memiliki pengetahuan yang memuaskan tentang persyaratan inspeksi yang harus dilakukan. Staf tersebut harus mampu melakukan penilaian secara profesional terhadap kesesuaian persyaratan umum standar ini dengan 5 dari 15

12 menggunakan hasil pemeriksaan dan mempunyai kemampuan untuk melaporkannya. Mereka juga harus mempunyai pengetahuan tentang teknologi yang digunakan untuk pembuatan produk yang akan diinspeksi, cara memanufaktur produk atau proses yang diajukan untuk diinspeksi, digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dan cacat yang mungkin terjadi selama penggunaan atau selama operasi. Mereka harus mengerti signifikansi dari penyimpangan yang signifikan yang ditemukan dengan memperhatikan penggunaan normal dari produk, atau proses yang dimaksud. 8.3 Lembaga inspeksi harus menetapkan sistem pelatihan yang terdokumentasi untuk menjamin bahwa pelatihan personel dalam bidang teknis dan administrasi yang terkait dengan pekerjaannya, dipelihara kemutakhirannya sesuai dengan kebijakannya. Pelatihan yang diperlukan tergantung kemampuan, kualifikasi dan pengetahuan personel yang bersangkutan Lembaga inspeksi harus membuat tahap pelatihan yang diperlukan untuk setiap personel. Hal ini meliputi: a) periode pemagangan; b) periode kerja di bawah pengawasan inspektur yang berpengalaman; c) pelatihan lanjutan selama bekerja untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi. 8.4 Lembaga inspeksi harus memelihara rekaman pendidikan, kualifikasi lain, pelatihan dan pengalaman dari setiap personelnya. 8.5 Lembaga inspeksi harus menyediakan pedoman etika kerja untuk semua personel. 8.6 Penetapan upah atau gaji personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi tidak boleh didasarkan langsung pada jumlah inspeksi yang telah dilakukan dan sama sekali tidak boleh didasarkan atas hasil inspeksi. 9 Fasilitas dan peralatan 9.1 Lembaga inspeksi harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan memadai untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang terkait dengan permintaan pelayanan inspeksi. 6 dari 15

13 9.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai aturan yang mudah dipahami untuk mengakses dan menggunakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan. 9.3 Lembaga inspeksi harus memastikan keandalan fasilitas dan peralatan yang digunakan seperti yang disebutkan dalam butir Semua peralatan harus diidentifikasi secara benar. 9.5 Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan dipelihara secara baik sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi. 9.6 Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan harus dikalibrasi bilamana diperlukan sebelum dan setelah digunakan berdasarkan program kalibrasi yang telah ditetapkan. 9.7 Seluruh program kalibrasi peralatan harus dirancang dan dilaksanakan untuk menjamin bahwa pengukuran yang dilakukan oleh lembaga inspeksi dijamin tertelusur ke standar pengukuran nasional dan internasional sepanjang tersedia. Bila ketelusuran itu tidak memungkinkan, maka lembaga inspeksi harus memberikan bukti korelasi atau akurasi hasil inspeksi. 9.8 Standar acuan pengukuran yang dimiliki oleh lembaga inspeksi hanya boleh digunakan untuk keperluan kalibrasi saja. Standar acuan pengukuran tersebut harus dikalibrasi oleh lembaga yang kompeten yang dapat memberikan ketertelusuran pengukuran sampai ke standar nasional atau internasional 9.9 Bila memungkinkan, peralatan harus dicek pada saat dioperasikan antara kurun waktu kalibrasi ulang reguler Bahan acuan harus tertelusur ke standar bahan acuan standar nasional atau internasional Bila ada daftar dengan mutu pelayanan inspeksi, lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur untuk : a) pemilihan pemasok yang berkualifikasi; b) penerbitan dokumen pembelian yang sesuai; c) inspeksi bahan yang diterima; 7 dari 15

14 d) pemastian kesesuaian fasilitas penyimpanan Bila memungkinkan kondisi barang yang disimpan harus diperiksa pada kurun waktu tertentu, untuk mendeteksi adanya deteriorasi Bila lembaga inspeksi menggunakan komputer atau peralatan otomatis yang berkaitan dengan inspeksi, lembaga itu harus menjamin bahwa: a) perangkat lunak komputer diuji untuk mengkonfirmasikan bahwa perangkat lunak tersebut layak digunakan; b) prosedur dibuat dan digunakan untuk melindungi integritas data; c) komputer dan peralatan otomatis dirawat untuk memastikan berfungsi dengan benar, dan d) prosedur dibuat dan digunakan untuk memelihara keamanan data Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk penanganan peralatan yang rusak. Peralatan yang rusak harus dipindahkan dari tempat pelayanan dengan cara pemisahan, pelabelan, atau pemarkahan. Lembaga inspeksi harus memeriksa efek dari kerusakan alat terhadap hasil inspeksi sebelumnya Informasi yang sesuai tentang peralatan harus direkam. Hal ini biasanya termasuk identifikasi, kalibrasi dan perawatan. 10 Metode dan prosedur inspeksi 10.1 Untuk menentukan kesesuaian, lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur untuk inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan Lembaga inspeksi harus mempunyai dan menggunakan instruksi yang terdokumentasi pada perencanaan inspeksi, pengambilan contoh yang standar dan teknik inspeksi, yang bila tidak tersedia instruksi tersebut dapat mempengaruhi efisiensi proses inspeksi. Hal ini memerlukan pengetahuan teknik statistik yang memadai untuk memastikan prosedur pengambilan contoh yang benar secara statistik dan pengolahan serta interpretasi hasil Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur inspeksi yang tidak standar, metode dan prosedur tersebut harus tepat dan didokumentasikan secara 8 dari 15

15 lengkap Semua instruksi kerja, standar, prosedur tertulis, lembar kerja, daftar isian dan data acuan yang terkait dengan pekerjaan lembaga inspeksi, harus dipelihara bahwa semua dokumen tersebut harus mutakhir dan selalu tersedia untuk staf Lembaga inspeksi harus mempunyai sistem pengendalian terhadap permintaan kontrak atau pekerjaan yang menjamin bahwa: a) pekerjaan yang dilakukan berada dalam Iingkup keahliannya dan organisasi tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk memenuhi persyaratan; b) persyaratan mereka yang meminta pelayanan dari lembaga inspeksi ditetapkan dengan jelas dan kondisi khusus dimengerti sehingga instruksi yang jelas dapat diterbitkan untuk staf yang melaksanakan pekerjaan yang diperlukan; c) pekerjaan yang sedang dilakukan dikendalikan dengan kaji ulang dan tindakan korektif secara rutin; d) pekerjaan yang telah diselesaikan dikaji ulang untuk mengkonfirmasi bahwa persyaratan telah dipenuhi Pengamatan dan/atau data yang diperoleh dari pelaksanaan inspeksi harus direkam pada saat itu juga untuk menghindari hilangnya informasi yang terkait Semua perhitungan dan pengalihan data harus dicek dengan tepat dan teliti Lembaga inspeksi harus mempunyai instruksi kerja yang terdokumentasi untuk melaksanakan inspeksi dengan aman. 11 Penanganan barang atau contoh inspeksi 11.1 Lembaga inspeksi harus menjamin bahwa contoh dan barang yang akan diinspeksi telah diidentifikasi secara unik untuk menghindari adanya keraguan identitas barang tersebut pada setiap saat Setiap penyimpangan yang diberitahukan kepada atau diketahui oleh inspektur harus direkam sebelum inspeksi dimulai. Bila terdapat keraguan terhadap kecocokan barang yang akan diinspeksi atau jika barang tersebut tidak sesuai dengan diskripsi yang diberikan, maka lembaga inspeksi harus mengkonsultasikannya dengan pelanggan sebelum diproses Iebih lanjut. 9 dari 15

16 11.3 Lembaga inspeksi harus menetapkan apakah barang yang akan diinspeksi semua memerlukan penyiapan atau apakah pelanggan yang meminta lembaga inspeksi untuk melaksanakan penyiapannya Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi dan fasilitas yang memadai untuk menghindari diteriorasi selama berada di bawah tanggung jawabnya. 12 Rekaman 12.1 Lembaga inspeksi harus memelihara sistem rekaman sesuai dengan kondisinya dan memenuhi peraturan yang berlaku Rekaman harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan berlangsungnya evaluasi inspeksi yang memuaskan Semua rekaman harus disimpan dengan aman untuk periode waktu tertentu, keamanan dan kerahasiaan pelanggan dijaga, kecuali bila diperlukan oleh hukum. 13 Laporan dan sertifikat inspeksi 13.1 Pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi harus dituangkan dalam laporan inspeksi mampu balik (retrievable) dan/atau sertifikat inspeksi Laporan dan/atau sertifikat inspeksi harus berisi semua hasil pemeriksaan dan penentuan kesesuaian yang dibuat dari hasil inspeksi dan juga semua informasi perlu dimengerti dan diinterpretasi. Semua informasi tersebut harus dilaporkan secara benar, akurat, dan jelas. Bila laporan atau sertifikat inspeksi berisi hasil yang didapat dari subkontrak, maka hasil tersebut harus diidentifikasi secara jelas Laporan dan sertifikat inspeksi harus ditandatangani atau disetujui hanya oleh anggota staf yang berwenang Koreksi atau penambahan pada laporan atau sertifikat inspeksi yang telah diterbitkan harus dicatat dan dibenarkan sesuai dengan persyaratan yang terkait dari bagian ini. 14 Subkontrak 10 dari 15

17 14.1 Lembaga inspeksi harus sedapat mungkin mengerjakan sendiri terhadap kegiatan yang dikontrakkan Bila lembaga inspeksi melakukan sub kontrak dari sebagian inspeksi, maka lembaga inspeksi harus memastikan dan mampu membuktikan bahwa subkontraktornya kompeten untuk melaksanakan pelayanan yang diminta, dan jika perlu memenuhi persyaratan kriteria yang ditentukan dalam standar EN series yang terkait. Lembaga inspeksi harus memberitahukan kepada pelanggan adanya maksud mensubkontrakan sebagian dari inspeksi. Subkontraktor harus dapat disetujui oleh pelanggan Lembaga inspeksi harus merekam dan menyimpan rincian penyelidikan terhadap kompetensi dan pemenuhan subkontraktornya. Lembaga inspeksi harus memelihara suatu daftar dari semua pekerjaan yang disubkontrakan Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan kegiatan yang khusus, maka lembaga tersebut harus mempunyai akses kepada personel yang berkualifikasi dan berpengalaman yang mampu membentuk kemandirian dalam asesmen hasil pekerjaan yang disubkontrakkan. Tanggung jawab atas penetapan kesesuaian terhadap persyaratan berada pada lembaga inspeksi tersebut. 15 Pengaduan dan keluhan 15.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi urituk menangani pengaduan yang diterima dari pelanggan maupun pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan lembaga inspeksi Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk mempertimbangkan dan menyelesaikan perselisihan dan keluhan terhadap hasil inspeksinya dan hal ini dilakukan di bawah kewenangan yang didelegasikan secara legal Rekaman penanganan semua pengaduan, keluhan dan tindakan yang diambil oleh lembaga inspeksi harus dipelihara. 16 Kerjasama Lembaga inspeksi diharapkan dapat berpartisipasi dalam pertukaran pengalaman dengan lembaga inspeksi yang lain dan dalam proses standardisasi yang sesuai. 11 dari 15

18 Lampiran A (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe A Lembaga inspeksi yang mengacu pada butir harus mengikuti kriteria: A.1 Lembaga inspeksi harus tidak ada hubungannya dengan pihak yang diinspeksi. Lembaga inspeksi dan stafnya yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan inspeksi harus bukan desainer, pemanufaktur, pemasok, instalator, pembeli, pemilik, pengguna atau pemelihara dari barang yang akan diinspeksi, dan juga bukan perwakilan resmi pihak-pihak tersebut. A.2 Lembaga inspeksi dan stafnya tidak boleh terlibat dalam kegiatan yang memungkinkan terjadinya konflik dengan kemandirian penilaiannya dan integritas yang berkaitan dengan kegiatan inspeksinya. Secara khusus mereka tidak boleh secara Iangsung terlibat dalam desain, manufaktur, pemasokan, instalasi, penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksi atau barang pesaing yang sejenis. A.3 Seluruh pihak yang terkait harus mempunyai akses terhadap pelayanan lembaga inspeksi. Dalam hal ini tidak ada hubungan dengan keuangan dan kondisi lain yang tidak pantas. Prosedur yang digunakan dalam lembaga inspeksi dalam mengoperasikan sistem tersebut harus diatur dalam suatu tata cara yang tidak diskriminatif. 12 dari 15

19 Lampiran B (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe B Lembaga inspeksi yang disebut pada butir harus memenuhi kriteria berikut: B.1 Pemisahan yang jelas dalam tanggung jawab personel inspeksi yang dipekerjakan pada fungsi lain, harus ditetapkan oleh organisasi teridentifikasi dan metode pelaporan lembaga inspeksi di dalam organisasi induknya. B.2 Lembaga inspeksi dan stafnya tidak boleh terlibat dalam kegiatan yang memungkinkan terjadinya konflik dengan kemandirian penilaian dan integritas yang berkaitan dengan kegiatan inspeksinya. Terutama mereka tidak boleh secara langsung terlibat dalam desain, manufaktur, pemasokan, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksi atau barang pesaing yang sejenis. B.3 Pelayanan inspeksi harus hanya diberikan kepada organisasi dimana lembaga inspeksi merupakan bagiannya. 13 dari 15

20 Lampiran C (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe C Lembaga inspeksi yang disebut pada butir harus memenuhi kriteria berikut: C.1 Lembaga inspeksi harus memiliki usaha pengamanan di dalam organisasi untuk menjamin kecukupan pemisahan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam penyediaan pelayanan inspeksi oleh organisasi dan/atau prosedur yang terdokumentasi. 14 dari 15

21 Lampiran D (Tambahan) Informasi yang harus termasuk atau diacu dalam panduan mutu Informasi harus umum (nama, alamat, nomor telepon, dan lain-lain, serta status legalitas). Pernyataan manajemen tentang kebijakan, tujuan, dan komitmen terhadap mutu. Pernyataan manajemen dalam menetapkan personel sesuai dengan butir 7.4. Uraian tentang lingkup kegiatan dan kompetensi lembaga inspeksi. Informasi tentang hubungan lembaga inspeksi terhadap organisasi induknya atau organisasi yang terkait (bila diperlukan). Skema organisasi. Uraian pekerjaan yang terkait. Pernyataan kebijakan tentang kualifikasi dan pelatihan personal. Prosedur untuk kontrol dokumen. Prosedur untuk audit internal. Prosedur untuk urnpan balik dan tindakan koreksi. Prosedur tinjauan manajemen sistem mutu. Prosedur dan instruksi lain atau acuan terhadap prosedur dan instruksi yang dipersyaratkan standar. Daftar distribusi panduan mutu. 15 dari 15

22

23

24 BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Telp: ; Faks: ; bsn@bsn.or.id

DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004)

DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004) DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI 19-17020-1999 : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011 PERTEMUAN KE-5 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO 17025 : 2005 SEJARAH ISO 17025 : 2008 GLP 1. The New Zealand Testing Laboratory Registration Act of 1972 2. Mendirikan A Testing Laboratory Registration Council

Lebih terperinci

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 DP.01.02 INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan,

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 16 KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pedoman ini diterbitkan oleh Sekretariat KNAPPP Alamat:

Lebih terperinci

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi 1. Ruang lingkup 1.1. Pedoman ini merupakan kriteria dan persyaratan umum lembaga pelatihan asesor lisensi berdasarkan sistem lisensi Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

DP SNI : Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025)

DP SNI : Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025) DP.01.13 SNI 19 17025-2000 SNI 19-17025-2000: Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025) Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat AUDIT INTERNAL (SNI 19 17025) Nama Laboratorium Alamat Bagian 1 : Informasi Umum Beri tanda X pada kotak yang sesuai Keterangan (bila diperlukan) 1.1 Apakah laboratorium memiliki kegiatan lain selain pengujian

Lebih terperinci

STANDAR INTERNASIONAL

STANDAR INTERNASIONAL STANDAR INTERNASIONAL ISO/IEC 17025 Edisi kedua 15-05-2005 ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi Diterjemahkan oleh Komite

Lebih terperinci

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005 PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang

PEDOMAN KNAPPP 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang PEDOMAN 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang 1. Organisasi dan Lingkup Kegiatan 1.1. Organisasi 1.1.1 Pranata Litbang merupakan organisasi yang kegiatan intinya adalah penelitian dan pengembangan,

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum PSN 303-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1. Ruang Lingkup...1

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi. PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 5 / BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 04 rev.3 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Menara Thamrin Lt. 11 Jl. MH Thamrin Kav.3,

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Pedoman KAN 804-2004 Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Komite Akreditasi Nasional Prakata Kriteria ini disusun oleh Panitia Teknis 207S Manajemen Lingkungan yang berkedudukan di Kementerian

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Univ ersitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Univ ersitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang M emasuki era globalisasi yang ditandai dengan demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas pada setiap pelaksanaan kegiatan, menuntut kesiapan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

Skema sertifikasi produk

Skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Skema sertifikasi produk Kategori produk tangki

Lebih terperinci

PSN 05-2006 PSN. Pedoman Standardisasi Nasional. Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI. Badan Standardisasi Nasional

PSN 05-2006 PSN. Pedoman Standardisasi Nasional. Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI. Badan Standardisasi Nasional PSN 05-2006 PSN Pedoman Standardisasi Nasional Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i Kata Pengantar... ii 1 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS 1. RUANG LINGKUP DAN ACUAN Ruang lingkup: Pedoman ini menguraikan kriteria Tempat Uji Kompetensi Tenaga Kerja yang mencakup persyaratan manajemen dan

Lebih terperinci

PT MUTU HIJAU INDONESIA

PT MUTU HIJAU INDONESIA Halaman : 1 dari 5 1.0 Tujuan Prosedur ini disusun dengan tujuan sebagai panduan dalam penanganan banding mulai penerimaan sampai pengambilan keputusan banding. 2.0 Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan ini digunakan sebagai persyaratan tambahan ISO/IEC

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga PSN 304-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 1 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Specification for security management systems for the supply chain (ISO 28000:2007, IDT) ICS 47.020.99 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Salah satu tugas Menteri Negara Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan secara nasional untuk memacu

Lebih terperinci

KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI

KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI Masdiana C Padaga Disampaikan pada Pelatihan Audit Laboratorium Berbasis ISO/IEC 17025-2008 untuk Audit Internal. Universitas Brawijaya, Malang 12-14 April 2016 Perkembangan

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DPLS 14 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan Instalasi Biogas Konstruksi

Lebih terperinci

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pendahuluan 1. Ruang Lingkup dan Acuan 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4.

Lebih terperinci

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN 1. Pendahuluan Untuk mengharmonisasikan hasil asesmen laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN, diperlukan Pedoman tentang Klasifikasi Ketidaksesuaian. Pedoman KAN

Lebih terperinci

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) DPLS 13 Rev. 0 Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti,

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan khusus instansi pemerintah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL A.1. Sejarah Perkembangan Standar Sejak zaman dahulu manusia sebenarnya telah menerapkan standarisasi dalam menjalankan kehidupannya, terbukti dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi

Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi Standar Nasional Indonesia Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi (ISO 15189:2007, IDT) ICS 03.120.10; 11.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 802-2004 Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi Komite Akreditasi Nasional (KAN) didalam melakukan rekruitmen

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Skema sertifikasi Kompetensi Auditor Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI DPLS 12 Rev. 1 PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci