KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013"

Transkripsi

1 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020: PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian (Gap Analysis) ini disusun bagi lembaga inspeksi (calon lembaga inspeksi/lembaga inspeksi yang sudah diakreditasi) untuk mengetahui perbedaan substansi persyaratan antara persyaratan dalam standar ISO/IEC 17020:2012 dan. Selanjutnya, panduan dimaksud juga untuk membantu mereka (khususnya lembaga inspeksi yang sudah diakreditasi) dalam melakukan penyesuaian yang diperlukan pada dokumentasi sistem mutu operasional inspeksi mereka (panduan mutu dan prosedur) yang masih mengacu pada persyaratan menuju persyaratan standar yang baru, yaitu ISO/IEC 17020:2012. Hasil Kajian Kesesuaian (Gap Analysis) dimaksud yang dijelaskan secara rinci dalam tabel di bawah ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan secara struktur maupun isi persyaratan standar, sbb.: Perubahan struktur dokumen standar. Standar ISO/IEC 17020:2012 telah mengelompokkan persyaratan-persyaratan Umum, Struktur, Sumberdaya, Proses, dan Sistem Manajemen secara terpisah dan terperinci dalam satu seksi persyaratan tersendiri. Persyaratan-persyaratan dimaksud tidak dijelaskan dengan rinci dalam standar ; Persyaratan teknis mencakup sumberdaya, fasilitas dan peralatan, metode inspeksi, dan pengambilan sampel mengalami beberapa revisi dalam standar ISO/IEC 17020:2012. Uraian persyaratannya tercantum dengan terperinci dalam: persyaratan struktur (seksi 5), persyaratan sumberdaya (seksi 6), dan persyaratan proses (seksi 7); Khusus untuk persyaratan sumberdaya (seksi 6), lembaga inspeksi tidak dipersyaratkan harus memiliki personel tetap (6.1.2). Penilaian unjuk kinerja setiap personel dimaksud, khususnya inspektor, dilakukan dengan cara monitoring (seksi dan 6.1.9). Sedangkan dalam standar, penilaian unjuk kinerja dimaksud hanya dilakukan dengan cara supervisi; Standar ISO/IEC 17020:2012 telah memisahkan secara tersendiri seksi persyaratan sbb.: ketidakberpihakan (seksi 4.1), kemandirian (lampiran A), kerahasiaan (seksi 4.2), pengendalian rekaman (seksi 7.3.1), keluhan (seksi 7.5), banding (seksi 7.6), dan persyaratan sistem manajemen (Seksi 8);

2 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 seksi 8.1 mengatur bahwa lembaga inspeksi boleh memilih sistem manajemen yang akan diterapkan dalam organisasinya; Sejumlah unsur dapat dicantumkan dalam dokumen laporan inspeksi dan sertifikat. Secara informatif, unsur-unsur dimaksud diuraikan terperinci dalam lampiran B ISO/IEC 17020: ) Formulir Daftar Periksa ISO/IEC 17020:2012 juga disusun bagi lembaga inspeksi (calon lembaga inspeksi/lembaga inspeksi yang sudah diakreditasi) berdasarkan dokumen panduan Kajian Kesesuaian (Gap Analysis) dimaksud untuk dapat diisi oleh lembaga inspeksi tersebut guna membantu tim asesmen KAN dalam rangka asesmen penerapan sistem mutu operasional inspeksi berdasarkan standar ISO/IEC 17020: ) Informasi tentang beberapa istilah dan definisi penting dalam standar ISO/IEC 17020:2012 sbb.: Definisi inspeksi telah mengalami perubahan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 diijinkan inspeksi berupa verifikasi design untuk diterapkan dalam kegiatan proses, layanan dan produk; Dalam standar ISO/IEC 17020:2012, digunakan kata instalasi menggantikan kata plant dalam standar. Penggunaan kata instalasi dimaksud bermakna bahwa inspeksi dapat dilakukan terhadap peralatan inspeksi secara fisik yang digunakan pada suatu instalasi atau terhadap proses suatu instalasi; Dalam standar ISO/IEC 17020:2012, inspektor dapat melaporkan hanya temuan-temuan hasil inspeksi terhadap proses, layanan, dan produk yang diinspeksi tanpa melaporkan hasil penilaian kesesuaiannya, berdasarkan atas prosedur spesifikasi atau persyaratan pemilik skema inspeksi; Istilah baru Sistem Inspeksi dan Skema Inspeksi ditambahkan dalam standar ISO/IEC 17020:2012. Maksud dari ditambahkannya kedua istilah tersebut adalah terkait dengan inspeksi yang sering dilakukan yang biasanya memberikan data kesesuaian untuk mendukung aktifitas jaminan mutu yang lebih luas atas hasil inspeksi. Aktifitas dimaksud dapat melibatkan aktifitas sertifikasi produk, atau aktifitas yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pemilik skema inspeksi mungkin industri, entitas komersial, lembaga sertifikasi produk atau pemerintah. Aturan dan persyaratan skema inspeksi dapat tercantum dalam persyaratan tambahan pada persyaratan teknis inspeksi dan persyaratan ISO/IEC 17020:2012.

3 2. TABEL KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) Kolom 1: berisi butir-butir klausul standar yang lama. Kolom 2: berisi butir-butir klausul standar ISO/IEC 17020:2012 dan status perubahan substansi klausul standar dimaksud (tulisan kalimat berwarna merah) dibanding standar. Kolom 3: berisi butir-butir klausul standar yang baru ISO/IEC 17020: Ruang Lingkup Klausul 1.1 dalam standar telah menjadi sub-klausul dan telah dimasukkan dalam klausul 1 standar ISO/IEC 17020:2012. Sebagai tambahan, istilah Kriteria diganti menjadi Persyaratan. - Acuan Normatif Istilah dan Definisi Definisi klausul 3.1 sampai mengacu pada ISO/IEC Inspeksi Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Definisi inspeksi sedikit berubah yaitu dalam stadar ISO/IEC 17020:2012 ini secara terang bahwa inspeksi mencakup jasa, meskipun tidak ada perubahan arti atau maksud atas kegiatan inspeksi itu sendiri. Catatan 2, 3 dan 4 ditambahkan dalam ISO/IEC 17020:2012 menggantikan catatan 2 dalam yang dihilangkan

4 - Produk Proses Butir 3.2 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. Butir 3.3 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Jasa Butir 3.4 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Lembaga Inspeksi Substansi kedua standar tidak berubah - Sistem Inspeksi Butir 3.6 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Skema Inspeksi Butir 3.7 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Ketidakberpihakan

5 Butir 3.8 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Banding Butir 3.9 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Keluhan Butir 3.10 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Persyaratan Umum Ketidakberpihakan dan kemandirian Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting (lihat butir di bawah ini). - Kegiatan inspeksi harus dilakukan tidak memihak. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. 4.1 Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab atas ketidakberpihakan kegiatan inspeksinya dan bebas dari tekanan komersial, keuangan dan lainnya yang

6 mengkompromikan ketidakberpihakannya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting sebagaimanan dijelaskan dalam butir Lembaga inspeksi senantiasa harus mengidentifikasi risiko-risiko terhadap ketidakberpihakan. Identifikasi risiko-risiko tersebut harus mencakup risiko yang timbul dari kegiatannya, kerelasiannya, atau hubungan antar personelnya. Namun demikian hubungan tersebut tidak selalu menimbulkan risiko ketidakberpihakan pada lembaga inspeksi. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Jika risiko ketidakberpihakan diidentifikasi, lembaga inspeksi harus dapat menunjukkan bagaimana menghilangkan atau meminimalkan risiko tersebut. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Lembaga inspeksi harus mempunyai komitmen manajemen puncak untuk

7 ketidakberpihakan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. 4.2 Lembaga inspeksi harus independen sejauh yang diperlukan sehubungan dengan kondisi saat lembaga inspeksi melakukan pelayanan. Tergantung pada kondisi tersebut, lembaga inspeksi harus memenuhi kriteria minimum yang diatur dalam Lampiran A, seperti diuraikan dibawah. Substansi kedua standar tidak berubah Type A. Suatu lembaga inspeksi menyediakan inspeksi pihak ketiga harus memenuhi persyaratan tipe A pada Pasal A.1 (lembaga inspeksi pihak ketiga) Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Lembaga inspeksi Tipe A diidentifikasi sebagai lembaga inspeksi pihak ketiga Type B. Suatu lembaga inspeksi yang menyediakan inspeksi pihak pertama, a 4.1.6b

8 inspeksi pihak kedua, atau keduanya dan merupakan bagian terpisah dan dapat diidentifikasi dari suatu organisasi yang terlibat dalam desain, manufaktur, pasokan, instalasi, penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksinya serta menyediakan jasa inspeksi hanya untuk organisasi induknya (lembaga inspeksi internal) harus memenuhi persyaratan tipe B pada Pasal A.2. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Lembaga inspeksi Tipe B diidentifikasi sebagai lembaga inspeksi in-house Type C. Suatu lembaga inspeksi yang menyediakan inspeksi pihak pertama, inspeksi pihak kedua, atau keduanya dan merupakan bagian yang dapat diidentifikasi tetapi tidak disyaratkan terpisah dari suatu organisasi yang terlibat dalam desain, manufaktur, pasokan, instalasi penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksinya dan menyediakan jasa inspeksi hanya untuk organisasi induknya atau pihak lain, atau 4.1.6c

9 keduanya, harus memenuhi persyaratan tipe C Pasal A.3. Substansi kedua standar tidak berubah. 5 Kerahasiaan Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. (5) Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab, melalui komitmen penegakan hukum, untuk pengelolaan semua informasi yang diperoleh atau dibuat selama melaksanakan kegiatan inspeksi. Lembaga inspeksi harus memberitahukan klien, di awal, dari informasi yang dimaksud untuk menempatkan dalam publikasi. Dengan pengecualian bahwa informasi klien tersedia untuk umum, atau bila disepakati antara lembaga inspeksi dan klien (misalnya untuk tujuan menanggapi keluhan), semua informasi lainnya ditetapkan sebagai informasi hak milik dan harus dianggap sebagai rahasia. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Bila lembaga inspeksi disyaratkan oleh hukum atau disahkan oleh komitmen

10 kontraktual untuk membuka informasi rahasia, klien atau individu yang bersangkutan harus diberitahu tentang informasi yang diberikan kecuali dilarang oleh hukum. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Informasi mengenai klien yang diperoleh dari sumber selain klien (misalnya pengadu, regulator) harus diperlakukan sebagai rahasia. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Persyaratan Struktural 5 3 Persyaratan Administratif Lembaga inspeksi harus merupakan badan hukum, atau bagian yang ditetapkan dari suatu badan hukum, sedemikian sehingga dapat diminta pertanggungjawaban secara hukum atas semua kegiatan inspeksinya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 ini menjelaskan mengenai lembaga inspeksi milik

11 pemerintah. 3.2 Suatu lembaga inspeksi yang merupakan bagian dari badan hukum yang terlibat dalam kegiatan selain dari inspeksi harus diidentifikasi di dalam legalitas tersebut. Substansi kedua standar tidak berubah 3.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menggambarkan kegiatan yang merupakan kompetensinya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Pernyataan sebelumnya dalam yang menyatakan bahwa lingkup pekerjaan inspeksi ditentukan oleh ketentuan yang relevan dari dokumen kontrak telah dihapus dalam standar ini. 3.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai ketentuan yang memadai (misalnya asuransi atau cadangan) untuk mengganti pertanggunggugatan yang timbul dari kegiatan operasionalnya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kata Asuransi (Assurance) dalam standar telah digantikan dengan kata Ketetapan (provision) dalam standar ini. Tentang

12 pernyataan asumsi oleh Pemerintah dalam standar ISO/IEC 17020:1998 telah dipindahkan ke butir Catatan. (lihat catatan butir ISO/IEC 17020:2012) 3.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang memuat ketentuan kontrak tentang inspeksi yang diberikan kecuali bila memberikan jasa inspeksi kepada badan hukum yang lembaga inspeksi merupakan bagiannya. 3.6 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam butir standar ini, kata Kontraktual telah ditambahkan dan kata Pembebasan telah disusun kembali untuk mempertimbangkan suatu badan hukum Persyaratan butir 3.6 standar dihilangkan dalam standar ISO/IEC 17020: Organisasi dan Manajemen Lembaga inspeksi harus terstruktur dan dikelola sedemikian agar dapat menjaga ketidakberpihakan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar

13 6.1 Lembaga inspeksi harus diorganisasikan dan dikelola sedemikian agar memungkinkan untuk memelihara kapabilitas dalam melaksanakan kegiatan inspeksinya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kata managed telah ditambahkan menggantikan kata organized. Catatan pada klausul disusun berdasarkan klausul 16 standar. 6.2 Lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan tanggung jawab dan struktur pelaporan organisasi. Substansi kedua standar tidak berubah 6.2 Bila lembaga inspeksi merupakan bagian dari suatu badan hukum yang melakukan kegiatan lain, hubungan antara kegiatan lain dan kegiatan inspeksi harus ditetapkan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Dalam standar ISO/IEC17020:1998, kegiatan lain di luar kegiatan inspeksi dari suatu lembaga inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan pengujian atau kegiatan sertifikasi, tetapi dalam standar ISO/IEC 17020:2012 ini definisi tersebut telah digeneralisasi untuk semua kegiatan. 6.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai

14 satu atau lebih personel sebagai manajer teknis yang memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk memastikan bahwa kegiatan inspeksi yang dilakukan sesuai dengan Standar ini. Personel yang mempunyai fungsi ini harus secara teknis kompeten dan berpengalaman dalam pengoperasian lembaga inspeksi. Bila lembaga inspeksi memiliki lebih dari satu manajer teknis, tanggung jawab spesifik dari masing-masing manajer harus ditetapkan dan didokumentasikan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Persyaratan bahwa manajer teknis harus pegawai tetap telah dihapus dalam standar standar ISO/IEC 17020: Lembaga inspeksi harus mempunyai satu atau lebih personel yang ditunjuk yang akan mewakili manajer teknis bila tidak hadir, atau apapun namanya, yang bertanggung jawab untuk kegiatan inspeksi yang sedang berlangsung. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan, yaitu perubahan dalam penyusunan kata. 6.6 Lembaga inspeksi harus memiliki uraian tugas atau dokumentasi lain dari

15 setiap posisi dalam organisasi yang terlibat dalam kegiatan inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Klausul ini sekarang hanya mencakup persyaratan untuk memiliki deskripsi pekerjaan untuk setiap kategori posisi dalam organisasi. Persyaratan detail yang berkaitan dengan deskripsi posisi sebelumnya yang terkait dengan Klausul 6.6 kini dibahas dalam Klausul 6.1 dari ISO/IEC 17020:2012. Persyaratan Sumberdaya 6 8 Personel Lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan kompetensi untuk semua personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi termasuk persyaratan pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis, keterampilan dan pengalaman. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Teks diambil dari Klausul 6.6 dari. 8.1 Lembaga inspeksi harus mempekerjakan, atau memiliki kontrak dengan sejumlah personel yang cukup, dengan kompetensi yang dibutuhkan, termasuk, jika diperlukan, kemampuan untuk

16 membuat keputusan yang profesional, untuk melaksanakan tipe, rentang dan volume kegiatan inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Penerapan kecakapan pada semua personel telah ditingkatkan, dimana istilah Kompetensi dalam standar ini telah menggantikan istilah Keahlian" dalam standar. Istilah personel Tetap/Permanen" juga telah dihapuskan dalam persyaratan standar ISO/IEC 17020:2012 sehingga penggunaan personel tidak tetap oleh lembaga inspeksi dapat dilakukan. Fungsi dari personel dimaksud juga telah dijelaskan pada butir standar ISO/IEC 17020:2012 (ini tidak dijelaskan dalam butir 8.1 standar ). 8.2 Personel yang bertanggung jawab untuk inspeksi harus mempunyai kualifikasi yang sesuai, pelatihan, pengalaman dan pengetahuan yang memuaskan tentang persyaratan inspeksi yang akan dilakukan. Mereka juga harus memiliki pengetahuan yang relevan seperti berikut: - teknologi yang digunakan untuk pembuatan produk yang diinspeksi, pengoperasian proses dan penyerahan jasa; - cara penggunaan produk, pengoperasian proses dan penyerahan jasa; - setiap cacat yang mungkin terjadi selama penggunaan produk, setiap kegagalan dalam pengoperasian proses produksi dan setiap kekurangan dalam penyerahan jasa

17 Mereka harus memahami makna penyimpangan yang ditemukan berkaitan dengan penggunaan normal dari produk, proses dan setiap kekurangan dalam penyerahan jasa. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan, yaitu susunan kata dirubah untuk mengakomodir kegiatan inspeksi di bidang jasa. - Lembaga inspeksi harus membuat jelas tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada setiap personelnya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012. Uraian yang jelas tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap personel tidak diatur dalam standar. 8.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur terdokumentasi untuk pemilihan, pelatihan, pemberian wewenang secara resmi, dan pemantauan inspektur dan personel lainnya yang terlibat dalam kegiatan inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Monitoring diperkenalkan dalam standar ini. Istilah 8.3 Prosedur terdokumentasi untuk

18 pelatihan (6.1.5) harus mengarahkan tahapan sebagai berikut: a) periode induksi; b) periode pembimbingan dengan inspektur yang berpengalaman; c) pelatihan terus-menerus untuk dapat terus mengikuti perkembangan teknologi dan metode inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam klausul terdapat penyusunan kata yang sedikit berbeda dengan standar. 8.3 Pelatihan yang diperlukan tergantung pada kemampuan, kualifikasi, dan pengalaman masing-masing inspektur dan personel lainnya yang terlibat dalam kegiatan inspeksi dan atas hasil pemantauan (6.1.8). Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. 6.4 Personel yang paham dengan metode dan prosedur inspeksi harus memantau semua inspektur dan personel lainnya yang terlibat dalam kegiatan inspeksi untuk kinerja yang memuaskan. Hasil pemantauan harus digunakan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan (6.1.7)

19 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting, termasuk di dalamnya adalah mengubah istilah Supervisi/pengawasan yang efektif menjadi istilah Monitoring/pemantauan - Setiap inspektur harus diobservasi dilapangan, kecuali ada bukti pendukung yang memadai bahwa inspektur terus menjalankan tugas dengan kompeten. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. 8.4 Lembaga inspeksi harus memelihara catatan pemantauan, pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis, keterampilan, pengalaman dan pemberian kewenangan dari setiap personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ini ditambahkan tentang rekaman monitoring/pemantauan dan otorisasi/pengesahan. 8.6 Personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi harus tidak dibayar dengan cara yang mempengaruhi hasil inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kata-kata

20 dalam klausul dalam standar ini disusun kembali. - Semua personel lembaga inspeksi, baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi kegiatan inspeksi, harus bertindak dengan cara tidak memihak. Klausul merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. Teks dalam klausul tersebut bersumber dari standar ISO/PAS 17001: Semua personel lembaga inspeksi termasuk subkontraktor, personel badan eksternal, atau individu yang bertindak atas nama lembaga inspeksi harus menjaga kerahasiaan semua informasi yang diperoleh atau dibuat selama pelaksanaan kegiatan inspeksi, kecuali dipersyaratkan oleh hukum. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. Teks dalam klausul tersebut bersumber dari standar ISO/PAS 17002: Fasilitas dan Peralatan Lembaga inspeksi harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan memadai untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan inspeksi yang dilakukan dengan cara yang kompeten dan

21 aman. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat "Cara yang kompeten dan aman" telah ditambahkan dalam klausul (Lihat catatan dalam klausul standar ISO/IEC 17020:2012). 9.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai aturan untuk akses dan penggunaan fasilitas dan peralatan tertentu yang digunakan untuk melakukan inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat "Digunakan untuk melakukan inspeksi" telah ditambahkan dalam standar ini. 9.3 Lembaga inspeksi harus memastikan berlanjutnya kesesuaian dari fasilitas dan peralatan yang disebutkan dalam untuk digunakan. Substansi kedua standar tidak berubah 9.4 Semua peralatan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil inspeksi, harus ditetapkan dan diidentifikasi secara unik, bila sesuai. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat

22 "Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil inspeksi" telah ditambahkan. 9.5 Semua peralatan (lihat 6.2.4) harus dirawat secara benar, sesuai dengan prosedur dan instruksi terdokumentasi. Substansi kedua standar tidak berubah 9.6 Bila sesuai, peralatan pengukuran yang memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil inspeksi harus dikalibrasi sebelum digunakan ke dalam jasa inpeksi dan selanjutnya sesuai dengan program yang dibuat. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat "Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil inspeksi" telah ditambahkan. 9.7 Program keseluruhan kalibrasi peralatan harus dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa untuk memastikan bahwa, jika dapat diterapkan, pengukuran yang dilakukan oleh lembaga inspeksi dapat tertelusur ke Standar Pengukuran Nasional atau Internasional jika tersedia. Bila ketertelusuran ke Standar Pengukuran Nasional atau Internasional ini tidak berlaku, lembaga inspeksi harus memelihara bukti,

23 korelasi atau akurasi hasil inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan terkait ketertelusuran kalibrasi. 9.8 Standar referensi pengukuran yang dimiliki oleh lembaga inspeksi harus digunakan hanya untuk kalibrasi dan bukan untuk tujuan lain. Standar referensi pengukuran harus dikalibrasi untuk memberikan ketertelusuran ke Standar Pengukuran Nasional atau Internasional. Substansi kedua standar tidak berubah. 9.9 Jika relevan, peralatan harus dilakukan pengecekan diantara rekalibrasi berkala. Substansi kedua standar tidak berubah Bahan acuan, bila mungkin, harus tertelusur ke Standar Nasional atau Standar Internasional bahan acuan bila Standar Nasional atau Standar Internasional bahan acuan dimaksud memang ada. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat Bila Standar Nasional atau Standar Internasional bahan acuan dimaksud memang ada telah ditambahkan

24 9.11 Jika relevan bagi hasil kegiatan inspeksi, lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur untuk: a) pemilihan dan persetujuan pemasok; b) verifikasi barang dan jasa yang masuk; c) memastikan fasilitas penyimpanan yang sesuai Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat Penerbitan dokumen pembelian yang sesuai dalam standar ISO/IEC 17020:1998 telah dihapus dalam standar ISO/IEC 17020:2012 dan dalam standar ISO/IEC 17020:2012 ini juga terdapat penyusunan kata yang sedikit dirubah untuk mencakup kegiatan inspeksi bidang jasa yang tersedia Bila dapat diterapkan, kondisi barang yang disimpan harus dinilai pada interval waktu yang tepat untuk mendeteksi degradasi. Substansi kedua standar tidak berubah Jika lembaga inspeksi menggunakan komputer atau peralatan otomatis sehubungan dengan inspeksi, harus memastikan bahwa: a) perangkat lunak komputer memadai untuk digunakan; b) prosedur ditetapkan dan diimplementasikan untuk melindungi

25 integritas dan keamanan data; c) komputer dan peralatan otomatis dipelihara untuk memastikan kelayakan fungsinya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Terdapat penyusunan kata yang sedikit dirubah dalam klasul (Lihat catatan dalam klausul standar ISO/IEC 17020:2012) Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur terdokumentasi untuk penanganan peralatan yang rusak. Peralatan yang rusak harus disingkirkan dari pelayanan dengan pemisahan (segregasi), pelabelan atau penandaan. Lembaga inspeksi harus memeriksa pengaruh cacat pada inspeksi sebelumnya dan bila diperlukan dilakukan tindakan korektif yang tepat. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ini ditambahkan persyaratan untuk "mengambil tindakan korektif yang tepat" Informasi yang relevan pada peralatan, termasuk perangkat lunak, harus direkam. Ini termasuk identifikasi, dan bila sesuai, informasi tentang kalibrasi dan pemeliharaan

26 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kalimat Perangkat lunak dan Bila sesuai telah ditambahkan dalam standar ini. 14 Subkontrak dan 14.2 Lembaga inspeksi biasanya harus melakukan inspeksi sendiri, berdasar kontrak. Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan bagian manapun dari inspeksi, lembaga inspeksi harus menjamin dan mampu menunjukkan bahwa subkontraktor tersebut kompeten untuk melakukan kegiatan yang diminta, bila dapat diterapkan, sesuai dengan persyaratan yang relevan yang diatur dalam Standar ini atau standar penilaian kesesuaian lainnya yang relevan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Terdapat penyusunan kembali kata-kata dalam klausul yang maknanya signifikan. (Lihat catatan dalam klausul standar ISO/IEC 17020:2012). - Lembaga inspeksi harus menginformasikan ke klien tentang maksud untuk mengsubkontrakkan bagian manapun dari inspeksi

27 Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar Setiap kali subkontraktor melaksanakan pekerjaan yang merupakan bagian dari inspeksi, tanggung jawab untuk setiap penentuan kesesuaian barang yang diinspeksi dengan persyaratan harus tetap menjadi tanggungjawab lembaga inspeksi. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan yaitu bahwa tanggung jawab terhadap determinasi kesesuaian tetap berada di lembaga inpeksi Lembaga inspeksi harus merekam dan menyimpan rincian investigasinya atas kompetensi subkontraktornya dan kesesuaian dengan persyaratan yang berlaku dari Standar ini atau standar penilaian kesesuaian lain yang relevan. Lembaga inspeksi harus memelihara daftar semua subkontraktor. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Terdapat penyusunan kembali kata-kata dalam klausul tetapi tidak mengubah makna persyaratan dalam klausul tersebut. (Lihat catatan dalam klausul standar ISO/IEC 17020:2012)

28 Persyaratan butir 14.4 standar dihilangkan dalam standar ISO/IEC 17020: Persyaratan Proses 7 10 Metode dan Prosedur Inspeksi Lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur untuk inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan terhadap inspeksi yang akan dilakukan. Bila tidak didefinisikan, lembaga inspeksi harus mengembangkan metode dan prosedur tertentu untuk digunakan (lihat 7.1.3). Lembaga inspeksi harus menginformasikan kepada klien jika metode inspeksi yang diusulkan oleh klien dianggap tidak tepat. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Terdapat perbedaan dengan IAF/ILAC A4 terkait klausul (lihat penjelasan butir 10.1 pada IAF/ILAC A4) Lembaga inspeksi harus memiliki dan menggunakan instruksi terdokumentasi yang memadai mengenai perencanaan inspeksi dan teknik sampling serta teknik inspeksi, dengan ketiadaan instruksi tersebut dapat membahayakan efektivitas proses inspeksi

29 Bila dapat diterapkan, lembaga inspeksi harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknik statistik untuk memastikan prosedur sampling benar secara statistik serta proses dan interpretasi hasil yang benar. Substansi kedua standar tidak berubah Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode atau prosedur inspeksi yang non-standar, maka metode dan prosedur tersebut harus sesuai dan didokumentasikan secara lengkap. Substansi kedua standar tidak berubah Semua instruksi, standar atau prosedur tertulis, lembar kerja, daftar periksa dan data referensi yang relevan dengan pekerjaan lembaga inspeksi harus dipelihara kemutahirannya dan dalam keadaan siap tersedia bagi personel. Substansi kedua standar tidak berubah Lembaga inspeksi harus mempunyai sistem kontrak atau perintah perintah kerja yang memastikan bahwa:

30 a) pekerjaan yang akan dilakukan adalah dalam lingkup keahliannya dan organisasi memiliki sumber daya memadai untuk memenuhi persyaratan. b) persyaratan bagi yang memerlukan jasa lembaga inspeksi didefinisikan secara memadai dan instruksi kondisi khusus dipahami sehingga dapat diterbitkan instruksi yang jelas bagi personel dalam melakukan tugas yang diperlukan; c) pekerjaan yang dilakukan dikontrol dengan tinjauan berkala dan tindakan korektif; d) persyaratan kontrak kerja atau perintah kerja telah terpenuhi. Substansi kedua standar tidak berubah. - Bila lembaga inspeksi menggunakan informasi yang diberikan oleh pihak lain sebagai bagian dari proses inspeksi, lembaga inspeksi memverifikasi integritas dari informasi tersebut. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar Pengamatan atau data yang diperoleh dalam kegiatan inspeksi harus direkam secara tepat waktu untuk mencegah hilangnya informasi yang relevan. Substansi kedua standar tidak berubah

31 10.7 Perhitungan dan pemindahan data harus di cek kesesuaiannya. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. (Lihat catatan dalam klausul dalam standar ISO/IEC 17020:2012) Lembaga inspeksi harus telah mendokumentasikan instruksi untuk melakukan inspeksi dengan cara yang aman. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ini, kalimat Dengan cara yang aman telah menggantikan kata aman dalam standar. 11 Penanganan Barang dan Sampel Inspeksi Lembaga inspeksi harus memastikan barang dan sampel yang diinspeksi diidentifikasi secara unik untuk menghindari kebingungan terhadap identitas barang dan sampel. Substansi kedua standar tidak berubah Lembaga inspeksi harus menetapkan barang yang akan diperiksa atau diinspeksi telah disiapkan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ini, penyebutan kalimat Lembaga inspeksi yang melaksanakan penyiapan

32 barang yang akan diinspeksi telah dihapus Setiap kelainan yang nampak yang diberitahukan kepada atau diberitahukan oleh inspektur, harus dicatat. Bila ada keraguan terhadap kesesuaian suatu barang untuk dilakukan inspeksi, atau bila barang tidak sesuai dengan deskripsi yang diberikan, lembaga inspeksi harus menghubungi klien sebelum proses inspeksi dilanjutkan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Dalam standar ini, kalimat "Sebelum inspeksi dimulai" telah dihapus Lembaga inspeksi harus mendokumentasikan prosedur dan fasilitas yang sesuai untuk menghindari degradasi atau kerusakan barang yang inspeksi dibawah tanggung jawabnya. Substansi kedua standar tidak berubah. 12 Rekaman Inspeksi Lembaga inspeksi harus memelihara sistem rekaman (lihat 8.4) untuk menunjukkan pemenuhan secara efektif prosedur inspeksi dan memungkinkan evaluasi terhadap inspeksi

33 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Kalimat mendemonstrasikan pemenuhan prosedur inspeksi yang efektif telah menggantikan kalimat disesuaikan dengan kondisi yang bersifat khusus. Klausul 12.2 standar telah ditambahkan dalam klausul Laporan inspeksi atau sertifikat harus dapat tertelusur secara internal sampai ke inspektur yang melakukan inspeksi. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. 13 Laporan Inspeksi dan Sertifikat Inspeksi Pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi harus dicakup oleh laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi yang tertelusur. Substansi kedua standar tidak berubah. - Setiap laporan inspeksi/sertifikat harus mencakup semua hal berikut: a) identifikasi dari lembaga yang menerbitkan; b) identifikasi unik dan tanggal penerbitan; c) tanggal inspeksi; d) identifikasi barang yang diinspeksi; e) tanda tangan atau indikasi persetujuan lain, oleh personel yang

34 berwenang; f) suatu pernyataan kesesuaian bila dapat diterapkan; dan g) hasil inspeksi, kecuali bila dirinci sesuai dengan Pasal Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. Daftar spesifik yang perlu dimasukkan dalam laporan/sertifikat inspeksi telah ditambahkan dalam standar yang baru. Teks diambil dari standar ISO Guide Suatu lembaga inspeksi harus menerbitkan sertifikat inspeksi yang tidak termasuk hasil inspeksi (lihat 7.4.2g) hanya bila lembaga inspeksi dapat juga menghasilkan laporan inspeksi yang memuat hasil inspeksi, dan bila keduanya baik sertifikat inspeksi maupun laporan inspeksi dapat saling tertelusur. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar Semua informasi dalam harus dilaporkan dengan benar, akurat, dan jelas. BIla laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi memuat hasil yang dipasok oleh subkontraktor, hasil tersebut harus diidentifikasi secara jelas

35 Substansi kedua standar tidak berubah 13.4 Koreksi atau penambahan pada laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi setelah penerbitan harus dicatat sesuai dengan persyaratan yang relevan dari Sub pasal ini (klausul 7.4). Suatu laporan atau sertifikat hasil amandemen harus mengidentifikasi laporan atau sertifikat yang digantikan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. Kebutuhan untuk menjustifikasi (alasan untuk mengoreksi atau menambah) sudah tidak diperlukan. Tetapi, tautan kepada laporan atau sertifikat yang digantikan tetap dipersyaratkan. 15 Keluhan dan Banding Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting dan 15.2 Lembaga inspeksi harus memiliki proses terdokumentasi untuk menerima, mengevaluasi dan membuat keputusan tentang keluhan dan banding. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17003:2004 yang berbeda dari klausul 15.1 dan 15.2 standar tetapi maksud tidak berubah

36 - Uraian proses penanganan keluhan dan banding harus tersedia untuk setiap pihak yang berkepentingan berdasarkan permintaan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Setelah menerima keluhan, lembaga inspeksi harus mengkonfirmasi apakah keluhan tersebut berhubungan dengan kegiatan inspeksi yang menjadi tanggung jawab lembaga inspeksi, dan bila demikian lembaga inspeksi harus menanganinya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab atas semua keputusan di semua tingkat proses penanganan keluhan dan banding. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Penyelidikan dan keputusan banding harus menghasilkan tindakan yang tidak diskriminatif

37 Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Proses Keluhan dan Banding Proses penanganan keluhan dan banding harus mencakup setidaknya unsurunsur dan metode berikut: a) deskripsi proses untuk menerima, memvalidasi, menginvestigasi keluhan atau banding, dan memutuskan tindakan apa yang harus diambil sebagai jawaban untuk itu; b) pelacakan dan rekaman keluhan dan banding, termasuk tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya; c) memastikan bahwa diambil tindakan yang tepat. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Lembaga menerima keluhan atau banding bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan memverifikasi semua informasi yang diperlukan untuk memvalidasi keluhan atau banding. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Jika memungkinkan, lembaga inspeksi harus mengakui penerimaan pengaduan

38 atau banding, dan memberikan kepada pelapor atau pemohon banding dengan laporan kemajuan dan hasilnya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Keputusan untuk disampaikan kepada pelapor atau pemohon banding harus dibuat atau dikaji dan disetujui oleh, individu yang tidak terlibat dalam kegiatan inspeksi. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Jika memungkinkan, lembaga inspeksi harus menyampaikan pemberitahuan resmi dari akhir pengaduan dan banding proses penanganan pengaduan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Persyaratan Sistem Manajemen 8 - Pilihan Umum Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar

39 - Lembaga inspeksi harus menetapkan dan memelihara sistem manajemen yang mampu mencapai konsistensi pemenuhan persyaratan standar ini sesuai dengan Pilihan A atau Pilihan B. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Sebelumnya, hanya terdapat satu pilihan sistem manajemen untuk diterapkan oleh lembaga inspeksi untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen (dalam standar ISO/IEC 17020:2012 dikenal sebagai pilihan A) - Pilihan A Sistem manajemen lembaga inspeksi harus mencakup berikut ini: - dokumentasi sistem manajemen (misalnya, manual, kebijakan, definisi tanggung jawab, lihat 8.2); - pengendalian dokumen (lihat 8.3); - pengendalian rekaman (lihat 8.4); - tinjauan manajemen (8,5); - audit internal (8.6); - tindakan korektif (8.7); - tindakan pencegahan (8.8); - keluhan dan banding (lihat 7.5 dan 7.6). - Pilihan B Lembaga inspeksi yang telah menetapkan dan memelihara sistem manajemen, sesuai

40 dengan persyaratan ISO 9001, dan yang mampu mendukung dan menunjukkan pemenuhan secara konsisten dari persyaratan Standar ini setidaknya pasal persyaratan sistem manajemen (lihat 8.2 sampai 8.8). - Dokumentasi Sistem Manajemen (Pilihan A.) Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menetapkan, mendokumentasikan, dan memelihara kebijakan dan tujuan untuk pemenuhan standar ini dan harus memastikan bahwa kebijakan dan sasaran diketahui dan diterapkan pada semua tingkat organisasi lembaga inspeksi. Substansi kedua standar tidak berubah. 7.1 dan 7.2 Manajemen puncak harus menyediakan bukti komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen dan efektivitas dalam mencapai pemenuhan secara konsisten dengan Standar ini Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.1 dan

41 7.2 standar, tetapi secara umum maksudnya sama. 7.4 dan 7.5 Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menunjuk personel anggota manajemen yang, diluar tanggung jawab lain, harus memiliki tanggung jawab dan wewenang yang meliputi berikut ini: a) memastikan bahwa proses dan prosedur yang diperlukan untuk sistem manajemen ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, dan b) melaporkan kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem manajemen dan setiap kebutuhan perbaikan Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.4 dan 7.5, tetapi secara umum maksudnya sama. 7.3 Semua dokumentasi, proses, sistem, rekaman, dll yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan Standar ini harus dicantumkan, diacu, atau dikaitkan dengan dokumentasi sistem manajemen. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.3, tetapi secara umum maksudnya sama Semua personel yang terlibat dalam

42 kegiatan inspeksi harus memiliki akses ke bagian dari dokumentasi sistem manajemen dan informasi terkait yang berlaku untuk. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan merupakan analogi klausul 10.1, tetapi secara umum maksudnya sama. - Pengendalian Dokumen (Pilihan A.) Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk mengendalikan dokumen (internal dan eksternal) yang berhubungan dengan pemenuhan Standar ini. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 tetapi secara umum maksudnya sama. 7.6 Prosedur harus menetapkan pengendalian yang diperlukan untuk: a) menyetujui kecukupan dokumen sebelum diterbitkan; b) meninjau dan memutakhirkan jika diperlukan dan menyetujui ulang dokumen; c) memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen diidentifikasi; d) memastikan bahwa versi relevan dari dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan; e) menjamin bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi;

43 f) menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan, g) mencegah penggunaan dokumen kadaluarsa, dan menerapkan identifikasi yang sesuai untuk dokumen tersebut jika dokumen disimpan untuk tujuan apapun. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.6, tetapi secara umum maksudnya sama. - Pengendalian Rekaman (Pilhan A.) Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk pengendalian yang diperlukan identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, waktu retensi dan pemusnahan rekaman yang berkaitan dengan pemenuhan Standar ini. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 12.3, tetapi secara umum maksudnya sama Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk rekaman untuk jangka waktu yang sesuai dengan yang dipersyaratkan dan keharusan hukum. Akses ke rekaman ini 8.4.2

44 harus konsisten dengan pengaturan kerahasiaan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 12.3, tetapi secara umum maksudnya sama. - Tinjauan Manajemen (Pilihan A) Umum Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk meninjau sistem manajemen pada selang waktu terencana untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan efektivitas, termasuk kebijakan dan sasaran yang terkait dengan pemenuhan Standar ini. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. Teks bersumber dari ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.9, tetapi secara umum maksudnya sama. - Tinjauan ini harus dilakukan setidaknya setahun sekali. Atau, tinjauan lengkap dibagi ke dalam segmen (tinjauan bergilir) harus diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:

45 yang tidak diatur dalam standar Rekaman tinjauan harus dipelihara. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.9 dalam standar tersebut tetapi makna klausul 7.9 tersebut dan klausul standar ISO/IEC 17020:2012 tidak berubah) Masukkan Tinjauan Masukan untuk tinjauan manajemen harus mencakup informasi yang terkait dengan berikut ini: a) hasil audit internal dan eksternal; b) umpan balik dari klien dan pihak-pihak terkait dengan pemenuhan standar ini; c) status tindakan pencegahan dan tindakan korektif; d) tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya; e) pemenuhan sasaran; f) perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen; dan g) banding dan keluhan. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Keluaran Tinjauan Keluaran dari tinjauan manajemen harus

46 mencakup keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan: a) perbaikan efektivitas sistem manajemen dan prosesnya; b) Peningkatan lembaga inspeksi terkait dengan pemenuhan standar ini; dan c) kebutuhan sumber daya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Audit Internal (Pilihan A) Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk audit internal untuk memverifikasi bahwa memenuhi persyaratan Standar ini dan bahwa sistem manajemen secara efektif dilaksanakan dan dipertahankan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.7 standar ) - Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan pentingnya proses dan area yang diaudit, serta hasil audit sebelumnya

47 Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Lembaga inspeksi harus melaksanakan audit internal berkala yang mencakup semua prosedur secara terencana dan secara sistematis, untuk memverifikasi bahwa sistem manajemen diimplementasikan dan efektif. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) (Teks (Teks - Audit internal harus dilakukan setidaknya sekali setiap 12 bulan. Frekuensi audit internal dapat disesuaikan tergantung pada efektivitas sistem manajemen yang ditunjukkan dan bukti stabilitasnya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa: a) audit internal dilakukan oleh tenaga ahli

48 berpengetahuan dalam inspeksi, audit dan persyaratan Standar ini; b) auditor tidak mengaudit pekerjaan mereka sendiri; c) personel yang bertanggung jawab untuk bidang yang diaudit diberitahu tentang hasil audit; d) tindakan yang dihasilkan dari audit internal diambil secara tepat waktu dan sesuai; e) setiap peluang untuk perbaikan diidentifikasi; dan f) hasi audit tersebut didokumentasikan. Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Tindakan Korektif (Pilihan A) Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan penting. (Lihat klausul 8.7.1, 8.7.2, 8.7.3, standar ini) 7.8 Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk identifikasi dan pengelolaan ketidaksesuaian dalam operasinya Dalam standar ISO/IEC 17020:2012 terjadi perubahan. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008 dan menggantikan klausul 7.8 standar tetapi makna klausul 7.8 tersebut dan klausul ISO/IEC 17020:2012 tidak berubah) - Lembaga inspeksi, jika perlu, harus 8.7.2

49 mengambil tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Tindakan korektif harus sesuai dengan dampak dari masalah yang dihadapi Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Prosedur harus ditetapkan untuk memenuhi persyaratan: a) mengidentifikasi ketidaksesuaian; b) penetapan penyebab ketidaksesuaian; c) perbaikan ketidaksesuaian; d) evaluasi kebutuhan tindakan untuk memastikan bahwa ketidaksesuaian tidak terulang; e) penentuan tindakan yang diperlukan dan menerapkannya secara tepat waktu; f) rekaman hasil tindakan yang diambil,

50 g) peninjauan efektivitas tindakan korektif. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Tindakan Pencegahan 8.8 Butir 8.8 merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. - Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian potensial Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Tindakan pencegahan yang diambil harus sesuai dengan dampak kemungkinan potensi masalah. Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari 8.8.2

51 standar ISO/PAS 17005:2008) - Prosedur untuk tindakan pencegahan harus menetapkan persyaratan untuk: a) pengidentifikasian ketidaksesuaian potensial dan penyebabnya; b) evaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian; c) penentuan dan pelaksanaan tindakan yang diperlukan; d) perekaman hasil tindakan yang diambil, e) peninjauan efektivitas tindakan pencegahan yang diambil Butir merupakan hal baru dalam standar ISO/IEC 17020:2012 yang tidak diatur dalam standar. (Teks bersumber dari standar ISO/PAS 17005:2008) - Lampiran A (normatif) Persyaratan Kemandirian untuk Lembaga Inspeksi Persyaratan untuk Lembaga Inspeksi (Tipe A) A.1 A.1 Lembaga inspeksi harus independen dari pihak yang terlibat. a) Tidak ada perubahan pada kata-kata dalam kedua standar ISO/IEC 17020:1998 dan ISO/IEC 17020:2012. Tetapi, paragraf ke-2 lampiran A.1 standar telah dihapus karena persyaratan dalam paragraf ke-2 tersebut saat ini dinilai berlebihan. A.2 dan A.3 Lembaga inspeksi dan personalianya b)

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004)

DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004) DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI 19-17020-1999 : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

Lebih terperinci

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISO 9001:2008 Gambar 2.1 Model Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses Sumber : ISO 9000:2005 Gambar 2.1 menggambarkan sistem manajemen mutu berdasarkan proses yang diuraikan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005 PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian

Lebih terperinci

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP 1. RUANG LINGKUP Hal : 1 dari 45 Panduan mutu ini berisi prinsip-prinsip dan persyaratan sistem manajemen mutu Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Polri sebagai lembaga yang melaksanakan sertifikasi kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 1 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN

Lebih terperinci

STANDAR INTERNASIONAL

STANDAR INTERNASIONAL STANDAR INTERNASIONAL ISO/IEC 17025 Edisi kedua 15-05-2005 ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi Diterjemahkan oleh Komite

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi. PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 5 / BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI,

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat AUDIT INTERNAL (SNI 19 17025) Nama Laboratorium Alamat Bagian 1 : Informasi Umum Beri tanda X pada kotak yang sesuai Keterangan (bila diperlukan) 1.1 Apakah laboratorium memiliki kegiatan lain selain pengujian

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pedoman ini diterbitkan oleh Sekretariat KNAPPP Alamat:

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang

PEDOMAN KNAPPP 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang PEDOMAN 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang 1. Organisasi dan Lingkup Kegiatan 1.1. Organisasi 1.1.1 Pranata Litbang merupakan organisasi yang kegiatan intinya adalah penelitian dan pengembangan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi 1. Ruang lingkup 1.1. Pedoman ini merupakan kriteria dan persyaratan umum lembaga pelatihan asesor lisensi berdasarkan sistem lisensi Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Proses Menurut Wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PANDUAN MUTU PIHAK 1. Disahkan Oleh : Direktur LSP STMIK IKMI CIREBON

PANDUAN MUTU PIHAK 1. Disahkan Oleh : Direktur LSP STMIK IKMI CIREBON PANDUAN MUTU PIHAK 1 Perhatian: Dokumen ini tidak boleh disalin/dikopi atau digunakan untuk keperluan komersial atau tujuan lain baik seluruhnya maupun sebagian tanpa ijin sebelumnya dari Direktur LSP

Lebih terperinci

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN 1. Pendahuluan Untuk mengharmonisasikan hasil asesmen laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN, diperlukan Pedoman tentang Klasifikasi Ketidaksesuaian. Pedoman KAN

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pendahuluan 1. Ruang Lingkup dan Acuan 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAP ANALISIS Kajian standar kesesuaian asesmen dalam pengembangan Lembaga Sertifikasi Sistem HACCP menjadi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan diawali dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA ANALISIS PENERAPAN ISO TS 16949 DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Pittauli Aritonang NPM : 35412674 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ina

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Salah satu tugas Menteri Negara Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan secara nasional untuk memacu

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS 1. RUANG LINGKUP DAN ACUAN Ruang lingkup: Pedoman ini menguraikan kriteria Tempat Uji Kompetensi Tenaga Kerja yang mencakup persyaratan manajemen dan

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan Instalasi Biogas Konstruksi

Lebih terperinci

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 4.2. Kebijakan Lingkungan Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan tersebut: a) sesuai dengan skala dan karakteristik

Lebih terperinci

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Specification for security management systems for the supply chain (ISO 28000:2007, IDT) ICS 47.020.99 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5 1. Pengantar Skema Aturan ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan dari Anggota Badan Akreditasi Nasional IAF di bawah Skema Sertifikasi Terakreditasi. PT. Global Certification Indonesia, selanjutnya

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 207-2007 ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang) Badan Nasional Sertifikasi Profesi DAFTAR

Lebih terperinci

Skema sertifikasi produk

Skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Skema sertifikasi produk Kategori produk tangki

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA F-BIPA 07.01.00.04 SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG Jl. Perindustrian II No. 12 Kec. Sukarami

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DP.01.07 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 163/KA/XII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN DAN PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011 PERTEMUAN KE-5 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO 17025 : 2005 SEJARAH ISO 17025 : 2008 GLP 1. The New Zealand Testing Laboratory Registration Act of 1972 2. Mendirikan A Testing Laboratory Registration Council

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

12/10/2008. Sachbudi Abbas Ras Model ISO 9001:2008. Hak Cipta pada Sachbudi Abbas Ras

12/10/2008. Sachbudi Abbas Ras Model ISO 9001:2008. Hak Cipta pada Sachbudi Abbas Ras Persyaratan ISO 9001:2008 Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Model ISO 9001:2008 2 1 Pendekatan Proses Digunakan dalam pengembangan, implementasi, dan peningkatan efektifitas SMM. Proses adalah suatu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci