BAB II KAJIAN LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN LITERATUR Dalam bab ini akan dipresentasikan hasil kajian literatur induktif dan deduktif yang akan digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. 2.1 Kajian Literatur Induktif Keberhasilan sebuah industri dapat dinilai dari kinerja yang dicapai. Dengan demikian pengukuran kinerja industri sangatlah diperlukan. Berbagai cara atau metode yang telah digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan seperti Balanced Score Card (BSC) dan Activity Based Costing (ABC) sangat efektif digunakan. Namun, seiring berkembangnya zaman, Penelitian yang berkaitan dengan kinerja perusahaan akan beragam macam jenisnya. Terlebih pada penelitian yang berkaitan pada kinerja rantai pasok yang saat ini telah banyak di lakukan oleh para pakar. Banyaknya metode yang di gunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Salah satunya menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR). SCOR merupakan model referensi yang dapat di gunakan untuk memetakan dan meningkatkan rantai pasok (Persson, 2010). Sehingga, penggunaan SCOR memungkinkan perusahaan dapat menganalisis kinerja dari rantai pasok dengan cara yang sistematis, meningkatkan komunikasi antar anggota rantai pasok dan dapat merancang jaringan rantai pasok yang lebih baik (Hwang, 2008). Pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan model SCOR di rasa efektif, di lihat dari kemajuan yang bersifat positif dari perusahaan yang menggunakan metode tersebut.

2 7 Seperti perusahaan di Taiwan yang telah berinvestasi dengan membeli sebuah alat Information and Communication Technologies (ICT), dimana menerapkan SCOR untuk meningkatkan Key Performance Indicator (KPI) (Lee, 2012). Penelitian (Immawan, 2015b), merancang industri batik dengan konsep Green Productivity. Dimana model SCOR digunakan dalam mengukur aspek ekonomi. Penelitian (Xiao, 2008), menggunakan model SCOR sebagai dasar pembuatan Cycle Quality Chain Operation Reference (CQCOR), dimana dengan menganalisis kualitas dan struktur biaya akan mampu mengoptimalkan seluruh proses pengerjaan dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada rantai kualitas, memaksimumkan efisiensi daur ulang dan penghematan pada sumber daya. Penelitian (Li, 2010), yang mengadopsi standar kualitas seperti ISO 9000 untuk membantu perusahaan mengembangkan dan mempertahankan proses rantai pasok yang memenuhi dari metrik kinerja dari model SCOR. Penggunaan SCOR yang di lakukan oleh Ling membuat setiap area keputusan memiliki dampak positif baik dari pelanggan maupun internal perusahaan. Namun, pengukuran kinerja rantai pasok yang hanya bersifat sementara seperti halnya penggunaan model SCOR. Maka, perlu dilakukannya pemantauan dalam setiap kurun waktu tertentu. Peningkatan performansi dalam hal rantai pasok yang bersaing pada lingkungan yang kompleks dan cepat berubah membuat perusahaan berhati-hati dalam pemilihan supplier yang berkelanjutan yang menentukan keberhasilan dari perusahaan. Sehingga di butuhkan sebuah metode yang mampu meningkatkan performansi rantai pasok yang berkelanjutan dan meningkatkan pemahaman tentang bagimana prilaku rantai pasok berdasarkan waktu. Sehingga terjadi peningkatan pendapatan perusahaan tanpa harus banyak mengeluarkan biaya. System Dynamics (SD) adalah sebuah pendekatan untuk

3 8 menyelidiki prilaku dinamis dimana perubahan status sistem sesuai dengan sistem perubahan variabel (Orji, 2015). Pada System Dynamics, sistem dikatakan kompleks ketika terdapat feedback, non-linearity, delay, stock and flow, dan counterintuitive (Sterman, 2000). Pemilihan pendekatan SD dimana mempunyai kemampuan untuk memodelkan sistem dengan struktur umpan balik (causal loop) yang kompleks menggunakan representasi visual yang kemudian dapat di konversi menjadi formula dalam perangkat lunak. Model SD yang telah di simulasikan memungkinkan evaluasi strategi perbaikan sistem (poles, 2013). Seperti penelitian (Liu, 2015) yang menggunakan pendekatan sistem dinamik untuk menganalisis skenario penumpang perkotaan yang mengeluarkan emisi CO2. Penelitian (Timma, 2015), mengusulkan model difusi inovasi untuk solusi efisinesi energi di rumah tangga dengan menggunakan metodologi dari penggabungan studi empiris dan pemodelan sistem dinamik. Semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan saat ini. Membuat penelitian banyak melakukan percobaan seperti menggabungkan beberapa metode sehingga menjadikan penelitiannya menjadi kompleks. Penelitian (Bukhori, 2014), menangani masalah dalam rantai pasok unggas di pemotongan rumah XYZ dengan menggunakan penggabungan metode SCOR dan AHP. Dimana SCOR sebagai penilaian kinerja dari tempat pemotongan tersebut dan AHP untuk menemukan masalah kinerja dan pemberian rekomendasi alternatif. Penelitian (Azmi, 2014), menerapkan praktek hijau seperti Environmental Management System (EMS) karena tingginya permintaan dari pelanggan dan perusahaan tersebut juga mengejar dalam hal operasi bisnis. Sehingga perusahaan tersebut mengambil solusi dengan menggunakan dua metode yaitu Enviropreneurial Value Chain (EVC) sebagai salah satu fokus pendekatan pada inovasi hijau, yang dapat meningkatkan pengembangan inisiatif sukarela dalam

4 9 produk hijau dan prosesnya. Dan SCOR digunakan sebagai peninjau dari Enviropreneurial Value Chain (EVC). Seperti halnya (Persson, 2007), yang berhasil menggabungkan dua metode yaitu SCOR dan Discrete Event Simulation dalam hal pengembangan pada bagian manufaktur. Walaupun terlihat menggunakan metode simulasi yang hampir mempunyai kemiripan, namun masih belum mempresentasikan sebuah penelitian yang menggabungkan metode SCOR dan SD. Metrik SCOR yang di gunakan sebagai acuan dalam pembuatan model melalui pendekatan System Dynamics, masih sedikit yang mampu mengkolaborasikannya guna meningkatkan performansi rantai pasok. Padahal fokus dalam memecahkan masalah pada model yang menggunakan pendekatan system dynamics hanya pada analisis kebijakan dan desain (poles, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Mubiena, 2015), yang telah berhasil menggabungkan dua metode tersebut yaitu SCOR dan System Dynamics, yang diberi nama Hybrid SCOR-SD. Namun, dalam penelitiannya masih belum mengaplikasikan penerapan kebijakan yang merupakan dasar pada pemecahan masalah menggunakan pendekatan System Dynamics. Pada penelitian yang akan dilakukan saat ini, berdasarkan kajian literatur diatas. Maka, peluang penelitian yang masih mugkin dilakukan adalah mengukur kinerja rantai pasok perusahaan dengan metode SCOR 11.0 dan melakukan improvement kinerja rantai pasok berdasarkan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pemilik perusahaan berdasarkan hasil wawancara.

5 Kajian Literatur Deduktif Supply Chain Management (SCM) A. Definisi Supply Chain Management (SCM) Menurut (Parwati, 2009), definisi manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi. Menurut (Anatan & Ellitan, 2008), sebuah rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasaan konsumen. Manajemen rantai pasok akan memberikan suatu mekanisme dalam pengaturan pada proses bisnis, peningkatan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan. Dan menurut (Anatan & Ellitan, 2008), Ada beberapa tantangan dalam mengelola supply chain, yaitu: a. Kompleksitas struktur supply chain Suatu rantai pasokan biasanya sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak di dalam maupun luar perusahaan yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan tidak jarang saling bertentangan. Konflik yang terjadi merupakan tantangan besar dalam mengelola rantai pasokan. Kompleksitas suatu rantai pasokan juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu dan

6 11 budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. b. Ketidakpastian Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasokan. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat sehingga perusahaan perlu menciptakan antisipasi pengamanan di sepanjang rantai pasokan baik berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time) ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan dapat berasal dari tiga sumber yang meliputi ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang terkirim dan ketidakpastian internal. B. Prinsip Dasar SCM (Harland, 1996) menyatakan bahwa istilah yang digunakan pada manajemen rantai pasok mewakili berbagai arti yang berbeda, beberapa berkaitan dengan proses manajemen organisasi bisnis structural. Manajemen rantai pasokan berkaitan dengan pengetahuan dan menghubungkan dengan pendekatan sistem seperti rantai pasokan internal, rantai pasokan eksternal dan jaringan antar-bisnis. Konsep dari manajemen rantai pasokan meliputi empat hal, yaitu: 1. Rantai pasokan internal yang mengintegrasikan fungsi bisnis yang terlibat dalam aliran bahan dan informasi dari masuk hingga keluar dari bisnis. 2. Pengelolaan hubungan dengan pemasok langsung.

7 12 3. Manajemen rantai bisnis termasuk pada pemasok, pelanggan dan sebagainya 4. Pengelolaan jaringan bisnis yang saling berhubungan yang terlibat dalam penyediaan utama produk dan layanan paket yang dibutuhkan oleh pelanggan. C. Area Cakupan SCM Menurut (Pujawan, 2005), SCM terdiri atas beberapa bagian dan cangkupan kegiatan, yaitu : 1. Pengembangan produk, yaitu melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru. 2. Pengadaan, yaitu memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. 3. Perencanaan dan pengendalian, yaitu demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan. 4. Operasi atau Produksi, yaitu eksekusi produksi, pengendalian kualitas. 5. Pengiriman atau distribusi, yaitu perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memlihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap distribusi.

8 13 D. Manfaat SCM Menurut (Siahaya, 2013), manfaat dari manajemen rantai pasokan adalah sebagai berikut : 1. Meminimalkan inventori, yaitu Kegiatan SCM dapat menekan tingkat inventori melalui pengendalian dan informasi intensif dan dapat mengoptimalkan tingkat inventori. 2. Mengurangi biaya, yaitu pengintegrasian aliran produk dari pemasok sampai konsumen akhir, berarti dapat mengurangi biaya. 3. Mengurangi lead time, yaitu koordinasi, sistem, data dan informasi yang tepat dalam pelaksanaan aliran barang, dapat mengurangi lead time pegadaan, produksi dan distribusi. 4. Meningkatkan Pendapatan, yaitu konsumen setia dan menjadi mitra perusahaan, berarti meningkatkan pendapatan perusahaan. 5. Ketepatan waktu penyerahan, yaitu sistem aliran barang terintegrasi dan terkontrol, dapat menghasilkan penyerahan barang tepat waktu. 6. Menjamin kelancaran aliran barang, yaitu pengintegrasian semua elemen SCM melalui sistem informasi, dapat memperlancar aliran barang. 7. Menjamin kualitas, yaitu kualitas bahan baku dan hasil produksi barang jadi, akan terjamin karena sejak awal sudah dikendalikan. 8. Menghindari kehabisan persediaan (stock-out), yaitu sistem kemitraan dengan supplier serta informasi intenstif menghasilkan tingkat persediaan optimal. 9. Meningkatkan akurasi peramalan kebutuhan, yaitu berdasarkan data dan

9 14 informasi yang akurat, maka tingkat peramalan kebutuhan menjadi akurat. 10. Kepuasan pelanggan, yaitu kualitas produk dan layanan yang baik menjadikan konsumen setia dan yakin terhadap produk. 11. Mengurangi jumlah pemasok (supplier), yaitu pemasok terbatas yang kompeten, dapat mengurangi biayam keragaman da memudahkan pelacakan (tracking). 12. Mengembangkan kemitraaan (partnership), yaitu kerjsama jangka panjang, mempunyai tujuan yang sama dan saling percaya serta berbagai resiko. 13. Peningkatan kompetensi SDM, yaitu kompetensi sumber daya manusia akan semakin meningkat baik pengetahuan maupun ketrampilan dalam penggunaan teknologi. 14. Perusahaan semakin berkembang, yaitu perusahaan yang mendapat keuntungan akan menjadi besar dan berkembang, 15. Meningkatkan daya saing, yaitu jaringan SCM yang berhasil dalam nilai rantai pasok yang meningkat, secara otomatis akan meningkatkan daya saing perusahaan Pengukuran Kinerja SCM Menurut (Calongesi, 1995) dalam (Wulan, 2007), pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Namun, istilah pengukuran akan diartikan dalam mengukur kinerja pada SCM. Menurut (Siahaya, 2013), mengukur kinerja aktivitas SCM mempunyai tolak ukur, yaitu :

10 15 1. Biaya, yaitu biaya yang ditimbulkan dalam pelaksanaan aktivitas aliran barang, meliputi biaya bahan baku, produksi, tenaga kerja, penyimpanan, transportasi dan distribusi. Kinerja biaya diukur dan dibandingkan terhadap nilai (biaya) acuan. 2. Waktu, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas aliran barang. Kecepatan proses dan suplai dientukan oleh waktu yang dialokasikan oleh setiap elemen supply chain. Waktu dimaksud mencakup pengadaan, pengembangan produk barum produksi dan distribusi. Kinerja waktu diukur dan dibandingkan terhadap standar waktu yang telah ditentukan. 3. Kapasitas, merupakan ukuran berapa besar volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau unit dari rantai pasok pada periode tertentu. Kapasitas diperlukan untuk perencanaan produksi dan pengiriman ke pelanggan. Kinerja kapasitas merupakan perbandingan antara volume pekerjaan terhadap rencana awal. 4. Kapabilitas, merupakan kemampuan agregat untuk melaksanakan aktivitas aliran barang. Kinerja kapabilitas rantai pasok meliputi kehandalan mesin produksi, fleksibilitas dan ketersediaan bahan baku dan barang jadi. 5. Produktivitas, yaitu sejauh mana sumber daya pada rantai pasok digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. Kinerja produktivitas diukur melalui ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku dan energi. 6. Utilitasi, merupakan tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan rantai pasok terhadap kemampuan unit bersangkutan. Kinerja utilitasi mesin, pabrik dan gudang. 7. Outcome, merupakan hasil dari proses atau aktivitas aliran barang. Pada proses

11 16 produksi, outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk yang dihasilkan. Outcome sulit diukur karena seringkali tidak berwujud Supply Chain Operations Reference (SCOR) 11.0 SCOR (Supply Chain Operations Reference Model) Merupakan suatu referensi model yang digunakan untuk mengukur kinerja dari rantai pasok. SCOR dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC) yakni suatu lembaga nonprofit yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Nortel dll. Yang pada awal didirikan memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan dan saat ini anggotanya telah mencapai 1000 perusahaan (SCC, 2012) Model SCOR mengkombinasikan beberapa elemen dari Business Process Engineering, bencmarking dan aplikasi-aplikasi yang mengarah pada suatu kerangka (lihat pada gambar 2.1). Menurut (Ren, 2006), Model SCOR adalah model referensi proses yang dimaksudkan untuk menjadi standar indutri yang memungkinkan manajemen rantai pasok beregenerasi dan berkelanjutan. Sehingga SCOR dapat mengintegrasikan konsep yang terkenal seperti rekayasa ulang proses bisnis, bencmarking, dan pengukuran proses menjadi kerangka kerja lintas fungsional. Model SCOR terdiri dari lima proses dasar : plan, source, make, deliver dan return (lihat pada gambar 2.2).

12 17 Gambar 2.1. Kerangka SCOR 11.0 Sumber: (SCC, 2012) Gambar 2.2. Proses SCOR 11.0 Sumber: (SCC, 2012)

13 18 Pada SCOR terdiri dari 3 level. Level 1 adalah top level yang terdiri dari 5 proses kunci yakni Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Level 1 metrik mengkarakteristikan kinerja berdasarkan dua perspektif. Perspektif pertama adalah dari sisi kostumer dan perspektif yang kedua adalah berdasarkan perspektif internal. Pada levei ini dilakukan pendefinisian tentang kempetisi dasar yang ingin dicapai beserta petunjuk dan cara bagaimana dapat memenuhi kompetisi dasar tersebut. Dari lima proses tersebut mempunyai penjelasan masing-masing yaitu : 1. Plan, merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman barang. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapsitas dan melakukan penyesuaian rantai pasok. 2. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari supplier, meneriman, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan lain-lain. Jadi proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order atau engineer-to-order products. 3. Make, yaitu proses untuk mentrasformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), berdasarkan pesanan (make-to-order) atau engineer-to-order. Proses yang

14 19 terlibat disini adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi dan lain-lain. 4. Deliver, merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, tranportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan. 5. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian. Level 2 merupakan konfigurasi dan berhubungan erat dengan pengkategorian proses. Pada level 2 ini dilakukan pendefinisian katerogri-kategori terhadap setiap proses level 1. Pada level 2 ini, proses disusun sejalan dengan strategi rantai pasok. Tujuan yang hendak dicapai pada level 2 ini adalah menyederhanakan rantai pasok dan meningkatkan flexibility dari keseluruhan rantai pasok. Pada level 2 ini, kendala market kendala produk dan kendala perusahaan untuk menyusun prose inter dan intraperusahaan. Level 3 adalah level elemen proses dan merupakan paling bawah dalam lingkup SCOR model. Pada level implementasi, yakni level yang berada di bawah level 3, elemen proses diuraikan kedalam task dan aktivitas lanjutan. Level implementasi ini tidak mencakup dalam lingkup SCOR model. Level 3 mengijinkan perusahaan untuk mendifinisikan secara detail proses-proses yang teridentifikasi begitu juga dengan

15 20 ukuran kinerja dan juga best practice pada level aktivitas. Level kinerja dan practices didefinisikan untuk proses-proses elemen ini Pemodelan Sistem A. Definisi Sistem Menurut (Law, 1982) dalam (Utami, 2006), mendefinisikan sistem adalah sebagai sekelompok komponen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu atau sekumpulan entitas yang bertindak dan berinteraksi bersamasama untuk memenuhi suatu tujuan akhir yang logis. Pada sistem elemen-elemen yang ada didalamnya akan terus berinterksi agan sistem berjalan dengan baik. Seperti halnya pada perlalulintasan, apabila tidak ada lampu merah, maka semua kendaraan akan melanggar lalulintas dan jalanan akan semakin macet. Disamping adanya lampu merah yang mengatur perjalanan kendaraan, entitas lain juga akan mempengaruhi sistem tersebut, seperti polisi, pengendara, jalanan dan lain-lain. B. Definisi Model Model merupakan proses penggambaran operasi sistem nyata untuk menjelaskan atau menunjukan ralasi-relasi penting yang terlibat. Hal ini menunjukan bahwa model pada dasarnya merupakan penggambaran terhadap sistem nyata yang ditunjukan lewat relasi-relasi penting antar elemen (Arifin, 2009).

16 21 C. Definisi Simulasi Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variable yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaiman ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata (Syaefudin & Syamsuddin, 2005). D. Keuntungan Simulasi Ada beberapa keuntungan dari pendekatan simulasi antara lain (Suryani, 2006): 1. Tidak semua sistem dapat dipresentasikan dalam model matematis, simulasi merupakan alternatif yang tepat. 2. Dapat bereksperimen tanpa adanya resiko pada sistem nyata, dengan simulasi dapat memungkinkan untuk melakukan percobaan terhadap sistem tanpa harus menanggung resiko terhadap sistem yang berjalan. 3. Simulasi dapat mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu dan memberikan alternatif desain terbaik sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka panjang dalam waktu relatif singkat. 5. Dapat menggunakan input data bervareasi.

17 22 E. Kelemahan Simulasi Simulasi juga memiliki beberapa kelemahan antara lain (Suryani, 2006): 1. Kualitas dan analisis tergantung pada pembuat model. 2. Hanya mengestimasi karakteristik sistem berdasarkan masukan tertentu. F. Verifikasi dan Validasi Menurut (Law & Kelton, 1991), Verifikasi merupakan proses untuk menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat atau tidak. Verifikasi adalah pemeriksaan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemograman secara benar. Sedangkan, menurut (Hoover & Perry, 1989), verifikasi adalah pemeriksaan apakah program computer simulasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dengan pemeriksaan program komputer. Validasi adalah penetuan apakah model konspetual simulasi (sebagai tandingan program computer) adalah representasi akurat dari sismem nyata yang sedang dimodelkan (Law & Kelton, 1991). Sedangkan, Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi merupakan representasi berarti akurat dari sistem nyata (Hoover & Perry, 1989). Adapun tiga pendekatan dalam validasi yaitu sebagai berikut (Hasad, 2011) : 1. Pendekatan umum, adalah membuat keputusan bahwa model tersebut valid. Ini adalah keputusan subjektif yang berdasarkan pada berbagai pengujian

18 23 dan evaluasi yang dilakukan sebagai bagian dari proses pengembangan model. 2. Pendekatan verifikasi dan validasi independen, adalah pendekatan yang digunakan oleh pihak ketiga (independen) untuk menentukan kapan model itu valid. Pihak ketiga adalah independen dari kedua sisi, baik dari sisi tim pengembangan model maupun sponsor/pengguna model. Setelah sebuah model dikembangkan, pihak ketiga melakukan evaluasi untuk menentukan validitasnya. Berdasarkan validasi ini, pihak ketiga membuat sebuah keputusan subjektif pada validitas dari model tersebut. 3. Pendekatan dengan menggunakan nilai (scoring), Skor atau bobot ditentukan secara subjektif ketika melakukan proses validasi dari berbagai aspek dan kemudian dikombinasikan untuk menentukan nilai (skor) kategori dan skor keseluruhan untuk model simulasi. Sebuah model simulasi dinyatakan valid jika skor kategori dan skor keseluruhan lebih besar dari beberapa skor lainnya.

19 24 Gambar 2.3. Proses Pemodelan Sistem Sumber: (Sargent, 1998) Validasi pada pemodelan ini akan dilakukan dengan menggunakan perbandingan tingkah laku sistem nyata dengan model (Quantitive Behavior Pattern Comparison) yaitu dengan uji MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE atau nilai tengah persentase kesalahan absolut adalah salah satu ukuran yang menyangkut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil perkiraan dengan data aktual (Utami, 2006). Keterangan : MAPE = 1 Xm Xd n Xd x 100% Xm Xd n = Data Simulasi = Data Aktual = Periode/banyak data

20 25 Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985) dalam (Utami, 2006) adalah : MAPE < 5% : Sangat tepat 5% < MAPE< 10% : Tepat MAPE > 10% : Tidak tepat System Thinking Berpikir sistem merupakan cara berpikir untuk menguraikan, memahami dan mengatasi masalah dengan melihat keterkaitan antar hubungan yang memberntuk prilaku sistem. Pendekatan berpikir sistem memiliki alat yang dikenal sebagai sistem pola dasar yang berguna untuk mengenali pola prilaku dari sistem. Setiap pola dasar menggambarkan alur cerita dengan tema sendiri. Pola perilaku tertentu dapat digambarkan dengan Causal Loop Diagram (CLD). Berpikir sistem dapat digunakan untuk melihat prospek masa depan untuk perencanaan (Heryanto, 2014) System Dynamics A. Definisi System Dynamics Sistem dinamik tumbuh pada tingkat eksponensial yang mengesankan. Minat terhadap sistem dinamik menyebar keseluruh orang yang menerima akan kompleksitas, non-linier, dan umpan balik (loop) yang melekat pada sistem sosial dan fisik (Forrester, 1994). System Dynamics (SD) adalah suatu metode pendekatan eksperimental yang mendasari pengamatan kenyataan untuk memahami tingkah laku sistem (Arifin, 2009).

21 26 B. Konsep Dasar Pada Sistem Dinamik Didasari oleh filosofi kausal, tujuan metodologi sistem dinamik adalah mendapat pemahaman yang mendalam tentang cara kerja suatu sistem. Permasalahan dalam suatu sistem dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh luar namun dianggap karena pengaruh internal sistem (Asyiawati, 2002). Fokus utama dari metodologi sistem dinamik adalah pemahaman atas sistem sehingga langkah pemecahan masalah memberikan umpan balik pada sistem. Enam tahap pemecahan masalah dengan metodologi sistem dinamik, yaitu (Asyiawati, 2002): 1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi system 3. Formulasi model 4. Simulasi dan validasi model 5. Analisis kebijakan 6. Implementasi Sistem dinamik mempunyai dua konsep sistem yaitu sistem tertutup (closed system) atau sistem umpan balik (feedback). Struktur yang terbentuk dari loop umpan balik tersebut akan menhubungkan sebuah keluaran pada suatu periode tertentu dengan masukan pada periode yang akan datang, jadi sistem umpan balik yang ada pada akhirnya memiliki kemampuan mengendalikan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan tertentu yang diidentifikasikannya sendiri (Kusumaningtyas, 2011). Loop yang menjadi kerangka dasar sistem dinamik tersebut merupakan rangkaian tertutup yang menghubungkan masing-masing komponen/sector yang terkait dalam sistem nyata

22 27 secara komprehensif dan runtut. Komprehensif mengindikasikan bahwa setiap komponen yang memiliki kompentensi terhadap objek pengamatan akan dimodelkan dala loop tertutup. Adapun komponen yang dimaksud meliputi keputusan yang bertindak sebagai pengendali tindakan level (state) dari suatu sistem (Muhammadi et.al, 2001 dalam (Kusumaningtyas, 2011). Menurut (Muhammadi et. Al, 2001) dalam (Utami, 2006), lingkaran umpan balik dibedakan menjadi dua, yaitu causal loop positive dan causal loop negative. Causal loop positive membangkitkan pertumbuhan, dimana suatu kejadian hasilnya akan memperbesar kejadian berikutnya. Causal loop positive mempunyai ciri ketidakstabilan, ketidakseimbangan, penguatan atau pertumbuhan. Sedangkan, causal loop negative selalu berusaha mencapai tujuan (goal seeking) atau keseimbangan. Dan berusaha memberikan koreksi sebagai tindakan untuk kegagalan dalam mencapai tujuan (Asyiawati, 2002). Gambar 2.4. Contoh Causal Loop Positive Sumber: (Sterman, 2000)

23 28 Gambar 2.5. Contoh Causal Loop Negative Sumber: (Sterman, 2000) Untuk dapat mengolah dari hasil pemodelan causal loop digram, maka dibutuhkan suatu alat untuk mensimulasikannya. Software powersim adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk memodelkan dan mensimulasikan model yang telah dibuat dan juga software powersim dapat menganalisa simulasi yang telah dibuat. Dalam powersim mempunyai beberapa variabel yang digunakan, yaitu : 1. Level Level merupakan variabel yang menyatakan akumulasi dari sejumlah benda (nouns) seperti orang, uang, inventori, dan lain-lain, terhadap waktu. Level dipengaruhi oleh variabel rate dan dinyatakan dengan symbol persegi panjang. Pada bagian bawah symbol variabel level menunjukan nama variabel tersebut (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006)

24 29 Gambar 2.6. Simbol Variabel Level 2. Rate Rate merupakan suatu aktivitas, pergerakan (movement) atau aliran yang berkontribusi terhadap perubahan per satuan waktu dalam suatu variabel level. Rate merupakan satu-satunya variable yang mempengaruhi variabel level. Dalam powersim simbol rate dinyatakan dengan kombinasi antara flow dan auxiliary. Simbol ini haru terhubung dengan sebuah variabel level (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006). Gambar 2.7. Simbol Variabel Rate 3. Auxiliary Auxiliary merupakan variabel tambahan untuk menyederhanakan hubungan informasi antara level dan rate. Seperti variabel level, variabel auxiliary juga dapat

25 30 digunakan untuk menyatakan jumlah benda. Simbol auxiliary dinyatakan dengan sebuah lingkaran (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006). Gambar 2.8. Simbol Variabel Auxiliary 4. Konstanta Konstanta merupakan input bagi persamaan rate baik secara langsung maupun melalui auxiliary. Konstanta menyatakan nilai parameter dari sistem real. Simbol konstanta dinyatakan dengan segiempat (Powersim, 2005) dalam (Utami, 2006). Gambar 2.9. Simbol Variabel Konstanta

26 31 5. Garis Penghubung (Link) Garis penghubung (Link) merupakan penghubung antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Gambar Simbol Garis Penghubung (Link) Berdasarkan kajian literatur yang telah di buat sebelumnya maka dapat di bangun sebuah kerangka pikir penelitian sebagai berikut : Mulai Pengumpulan data Primer dan Sekunder Kajian Induktif Kajian Literatur Kajian Deduktif Pengolahan Data: - Pembuatan Metrik SCOR - Pembuatan Causal Loop Diagram - Pembuatan Stock and Flow Diagram Tidak Valid? Fokus Kajian Ya Desain Kebijakan State of The Art Pembahasan Konseptual Model Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2.11 Kerangka Pikir Penelitian

27 32 Penjelasan langkah-langkah dari diagram alir penelitian pada Gambar 2.11 di atas adalah sebagai berikut : 1. Kajian Literatur Kajian literatur adalah ulasan dan evaluasi pekerjaan dari penelitian sebelumnya. Kajian literatur telah dijelaskan dan dilakukan di bab 2, untuk selanjutkan dimulai dari sub bab fokus kajian (Chairul & Ridwan, 2013). 2. Fokus Kajian Melakukan fokus kajian merupakan tahap selanjutnya dari kajian literatur. Fokus kajian memfokuskan pada hal-hal yang baru. Penelitian ini berusaha untuk membuat model dari matrik SCOR yang akan disimulasikan guna meningkatkan performansi dari rantai pasok. 3. State of the art Mencari fokus kajian merupakan hal yang paling sulit untuk dilakukan. Diperlukan usaha keras dalam membaca dan mempelajari hasil penelitian yang perlu dilakukan agar menghasilkan penelitian yang bari dan terkini (Chairul & Ridwan, 2013).

28 33 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data - data yang dikumpulkan yang berkaitan pada perumusan masalah yang telah dibangun. 5. Konseptual Model Konseptual model berisi tentang rancangan terstruktur mengenai konsep-konsep yang saling terkait guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep. Konseptual model akan memberikan arah riset serta menunjukan suatu pemecahan masalah. 6. Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini meliputi pengukuran performansi dan peningkatan performansi. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data: A. Pembangunan & Perhitungan Metrik SCOR 11.0 Pembangunan metrik didasarkan pada level metrik sesuai dengan tipe produksi rantai pasok perusahaan yang diteliti. Tipe produksi yang akan diteliti adalah Make To Order (MTO). Pada penelitian ini standar pengukuran kinerja proses rantai pasok menggunakan SCOR versi 11.0.

29 34 B. Pembangunan Causal Loop Diagram Causal Loop Diagram dibangun berdasarkan hubungan sebab-akibat antar atribut metric SCOR C. Pembangunan Flow Diagram Berdasarkan causal loop yang telah dibuat sebelumnya, maka dibangun flow diagram dengan bantuan software PowerSim 09. D. Melakukan Simulasi Diikuti Dengan Validasi Validasi model diperlukan agar model yang dibuat berprilaku seperti sistem nyata. Apabila model yang dibuat belum dinyatakan valid atau di yakini belum berprilaku menyerupai sistem nyata maka langkah selanjutnya tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan validasi Mean Absolute Percentage Error (MAPE). E. Desain Kebijakan (Desain Eksperimen) Desain Kebijakan atau Desain Eksperimen adalah suatu analisis alternative himpunan variabel-variabel sistem dengan metode simulasi untuk mendapatkan alternatif yang memenuhi keinginan pemodel (Kusumaningtyas, 2011). Kebijakan yang dibuat akan berdasarkan pada atribut SCOR 11.0.

30 35 7. Pembahasan Setelah didapatkan perbandingan antara hasil sebelum simulasi dan sesudah simulasi, maka langkah selanjutnya adalah pembahasan mengenai perbandingan tersebut apakah terjadi peningkatan atau tidak dan bagaimana rekomendasi kebijakan yang diperoleh. 8. Rekomendasi dan Saran Hasil dari pembuatan kebijakan atau eksperimen akan menghasilkan strategi yang mendekati keinginan dari pengambil kebijakan., sehingga di harapkan strategi tersebut dapat terwujud pada sistem nyata.

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 bertempat di Power Plant II, Utilities-Production, RU V Balikpapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) Darojat 1), Elly Wuryaningtyas Yunitasari 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Tujuan sistem pengukuran Iktisar Pengukuran Kinerja Asesmen operasional

Lebih terperinci

Simulasi Kebijakan Persediaan Optimal Pada Sistem Persediaan Probabilistik Model P Menggunakan Powersim

Simulasi Kebijakan Persediaan Optimal Pada Sistem Persediaan Probabilistik Model P Menggunakan Powersim Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.18-22 ISSN 2302-495X Simulasi Kebijakan Persediaan Optimal Pada Sistem Persediaan Probabilistik Model P Menggunakan Powersim Horas Naek.S.M.S 1, Muhamad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : YOHANES NURSIS AGUNG JATMIKO NPM : 0532010207

Lebih terperinci

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika.

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika. Teknik Simulasi Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen pada umumnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen mengakibatkan persaingan bisnis yang begitu ketat. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN BERDASARKAN PROSES INTI PADA SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus Pada PT Arthawenasakti Gemilang Malang) PERFORMANCE MEASUREMENT SUPPLY CHAIN BASED ON CORE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) 27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Lebih terperinci

Pertemuan 14. Teknik Simulasi

Pertemuan 14. Teknik Simulasi Pertemuan 14 Teknik Simulasi Pengantar Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL Pemilihan pemasok merupakan proses penting dan diperhatikan karena hasilnya mempengaruhi kualitas produk, performa perusahaan dan rantai pasok. Karena pasar yang kompetitif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity Sejak pengukuhan tersebut maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini terjadi perubahan paradigma mengenai kualitas. Suatu produk yang berkualitas tidak hanya merupakan produk dengan kinerja yang baik tetapi juga

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan adalah jaringan perusahaanperusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengahantarkan suatu

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) Mila Faila Sufa 1*,Latifa Dinar Wigaringtyas 2, Hafidh Munawir 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA Iman Setyoaji, Edi Santoso Universitas Bina Nusantara, Jl. Kunir 37 RT 01/V Banyumanik Bangunharjo Semarang,

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.4, Desember 2013, pp.304-308 ISSN 2302-495X Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen rantai pasok merupakan salah satu alat bersaing di industri, mulai dari pasokan bahan baku, bahan tambahan, kemasan, pasokan produk akhir ke tangan konsumen

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa edi_junaedist@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis penerapan sistem pengukuran kinerja menggunakan Metode Prism dan pengembangan model pengukuran kinerja tersebut pada unit

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus: UKM Batik Sekar Arum, Pajang, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Dari sudut pandang sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi MOTTO... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah Riset Operasi, Konsep Dasar Perencanaan Kapasitas, dan Pemrograman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI Berdasarkan usulan solusi yang ditawarkan, yaitu collaborative forecast, maka akan direkomendasikan rencana implementasinya berupa penjabaran langkah-langkah penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal pokok yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM #14 PENGUKURAN KINERJA SCM Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci