Bab 2. Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Bushido ( 武士道の概念 ) Matsuura (1994:92) mengatakan bahwa 武士 (bushi) artinya prajurit, dan 道 (Dou) diartikan sebagai jalan. 道 (Dou) dalam kata Bushido ( 武士道 ) merupakan jalan ksatria. Samurai ( 侍 atau 士 ) adalah istilah yang biasa digunakan bagi perwira zaman sebelum industri Jepang. Samurai dalam Bushi to Bushido (2007) dijelaskan sebagai berikut : Kutipan : 武士という言葉自体は 既に奈良時代に, 武官 武人 の意味で使われていた しかし 武士道 : 新渡戸稲造 で述べる武士道の主体としての武士が台頭するのは平安時代中期の 10 世紀以降のことである Terjemahan: Arti kata Bushi sendiri sudah digunakan pada zaman Nara yang berarti opsir militer atau ksatria. Tetapi setelah abad ke-10 pada pertengahan zaman Heian di dalam (Bushido: Nitobe inazo) menyebutkan bahwa menegakkan kepala Samurai merupakan inti Bushido. Jadi, Bushido ( 武士道 ) adalah jalan ksatria yang merupakan pedoman bagi kaum Samurai dan kode etik bangsa Jepang. Menurut Bary (1971:395), dikatakan para Samurai merupakan golongan yang diunggulkan serta menempati kedudukan tertinggi dalam pembagian masyarakat di 10

2 bawahnya, yakni petani-buruh-pedagang ( 農 - 工 - 商 :no-ko-so). Bushido merupakan pengajaran yang berguna untuk menuntun masyarakat Jepang ke arah pembentukan masyarakat yang bermoral dan juga sebagai etika luhur. Oleh karena itu, Samurai harus menjadi tokoh panutan dan pemimpin masyarakat. Sebagai guru masyarakat, Samurai harus memiliki moral yang dapat menegakkan kewibawaannya seperti pengandalian diri, kesiagaan untuk mati bila diperlukan, kesetiaan yang tinggi terhadap atasannya, dan demi tugas Samurai sanggup mengatasi segala keinginan pribadi, serta melakukannya dengan sungguh-sungguh. Bushido merupakan jalan ksatria, jalan menuju kebenaran. Nitobe (2006:17) mengungkapkan dalam bukunya versi bahasa Jepang tentang pengertian Bushido: Kutipan : 武士道は一言でいえば 騎士道の規律 武士階級の 高い身分に伴う義務 でる Terjemahan: Singkat kata bushido berarti tata tertib jalan ksatria kewajiban yang membawa golongan Samurai pada derajat yang tinggi. Bellah (1985:90) menjelaskan bahwa Bushido adalah sesuatu yang istimewa terutama untuk persyaratan dari nilai dan etika Tokugawa atau Jepang modern. Ini disebabkan karena para bushi (Samurai) mewujudkan atau seharusnya mewujudkan nilai nilai dasar Jepang dan karena faktanya bahwa etika Bushido ada pada era Tokugawa dan etika nasional jaman modern atau setidaknya ada pada sebagian dari zaman itu. Nitobe (1998:4) dalam bukunya mengungkapkan peranan Bushido : Bushido adalah kode prinsip moral di mana ksatria dibutuhkan atau diinstruksikan untuk mengamati. Ini bukan kode tertulis; yang terbaik jika terdiri 11

3 dari beberapa semboyan yang diturunkan dari mulut ke mulut atau datang dari tulisan beberapa prajurit atau sarjana terkenal. Lebih sering merupakan kode yang tidak terucap atau tidak tertulis, mempengaruhi semua sangsi yang kuat dari sumber kebaikan, dan ditanamkan secara mendalam di dalam hati. Ini diciptakan tidak dari kreasi dari satu pikiran, bagaimanapun mampu, atau dalam kehidupan perseorangan, bagaimanapun dikenal. Itu tumbuh secara alamiah pada karir militer selama berabad abad dan bertahun tahun. Oleh karena itu, semangat Bushido semakin mempengaruhi jiwa pasukan militer di Jepang. Banyak tindakan dan keputusan yang diambil berdasarkan pola pemikiran Bushido. Samurai mengabdi kepada kaisar seutuhnya. Seward (1995:73) menyebutkan bahwa piagam kekaisaran diberikan kepada orang orang militer sejak tahun 1882, yang merupakan suatu etos untuk membangkitkan kembali pentingnya semangat Bushido dalam berperang. Semua ajaran Bushido sejak masa lampau dimasukkan sebagai esensi, antara lain : 1. Kaum militer mempunyai tugas utama yaitu kesetiaan 2. Kaum militer harus berlaku sopan dan rendah hati 3. Kaum militer harus menghargai kekuatan serta kesehatan dengan tinggi 4. Kaum militer harus menghargai kesetiaan 5. Kaum militer harus sederhana, sebagai prinsip dasar Semua tentara atau orang yang mengikuti militer wajib menghafal kode tersebut karena perubahan pertentangan kode Samurai, Bushido telah diserap oleh pemikiran militer (Tsouras, 2007:4). Oleh karena itu, manifestasi semangat Bushido terhadap tentara Jepang pada saat Perang Dunia II sangat mencolok dalam mengambil keputusan dan strategi. 12

4 2.2 Aspek Moral Bushido Dalam Bushido terdapat tujuh moral yang digunakan sebagai pedoman para Samurai. Moral Bushido ini telah melekat di jiwa bangsa Jepang hingga kini termasuk pada masa peperangan. Nitobe menjabarkan ada tujuh moral Bushido, yaitu : Keberanian ( 勇 : yū) Untuk memutuskan mati atau hidup diperlukan keberanian. Seorang Samurai mengedepankan keberanian dengan bersikap tenang pada situasi yang akan dihadapi. Dan keberanian Samurai harus didasari oleh kejujuran serta akal sehat dalam memilih tepat atau tidaknya jalan yang ia pilih (Nitobe, 1998:30). Nitobe (1998:30) pun juga mengutip pendapat seorang pangeran yang berasal dari Mito mengatakan bahwa keberanian sejati adalah seni untuk mengetahui saat saat yang tepat kapan seseorang memutuskan untuk hidup dan mati. Keberanian di sini adalah keberanian untuk membela atau mempertahankan prinsip kebenaran. Oleh karena itu, seorang Samurai yang berani haruslah bersikap tenang dalam berbagai situasi yang dihadapinya terutama dalam pertempuran, ia haruslah berdarah dingin Kebajikan ( 仁 : jin) Kasih sayang merupakan suatu kebajikan halus yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sifat yang terlalu baik tanpa di imbangi sikap adil akan menjadi lemah. Masamune dalam Nitobe (1998:41) menjelaskan kasih sayang merupakan salah satu unsur dari sebuah kebajikan yang dipegang Samurai, yaitu keadilan 13

5 jika di pegang secara berlebihan akan menyebabkan kekakuan, tetapi dengan kasih sayang yang ditunjukkan dengan sikap kebajikan, maka segala sudut hati manusia dapat ditundukkan Kehormatan ( 名誉 : meiyo) Seorang Samurai yang mengutamakan nilai nilai Bushido sadar benar bahwa kehormatan adalah kemuliaan pribadi yang mewarnai jiwa mereka. Oleh karena itu, Nitobe mengutip pendapat Masamune yang mengekspresikan tentang pentingnya harga diri sebagai wujud kehormatan yaitu seorang Samurai akan menolak mengubah sikapnya, karena harga diri atau kehormatan yang ternoda bagi mereka sama halnya seperti luka yang terdapat pada batang pohon, semakin lama semakin membesar (Nitobe,1998:74). Kehormatan sangatlah menyangkut harga diri seseorang. Samurai harus menjaga kehormatan tuannya agar harga diri tuannya tidak ternoda. Dalam Bushido, bila seandainya ia tidak mempunyai etiket dan tingkah laku yang benar, seperti yang ditunjukkan pada orang tua atau tuannya, ia tidak akan dihormati seperti kehidupan yang seharusnya layak diterima (Sadler,1990:36). Bila seorang Samurai merasa telah ternoda harga dirinya, maka ia tidak ragu ragu untuk melakukan bunuh diri. Cara bunuh diri yang dilakukan oleh Samurai banyak mengandung makna. Bunuh diri yang dilakukan Samurai dinamakan Seppuku ( 切腹 ). Berikut ini adalah penjelasan mengenai Seppuku : Seppuku( 切腹 ) merupakan kunci disiplin dalam kode ksatria bangsa Jepang. Seppuku adalah bagian dari Bushido yang digunakan oleh Samurai untuk 14

6 menghindari mereka jatuh ke tangan musuh dan mengurangi rasa malu atau aib. Menurut Seward (1995:1) dalam bukunya mengenai Harakiri, dikatakan bahwa Kata Seppuku merupakan on atau olahan bahasa Jepang yang berasal dari China dengan huruf gambar (karakter) 切腹, yang artinya memotong perut. Bunuh diri ialah perbuatan untuk menamatkan hayat atau perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang dianggap tidak dapat ditangani. Bangsa lain menyebut Seppuku dengan sebutan Harakiri. Walaupun Seppuku merupakan suatu bentuk tindakan bunuh diri, ia juga sering dianggap sebagai suatu pertahanan yang mendapat makna penghormatan, tapi juga merupakan keharusan suatu hukuman. Menurut Seward (1995:18), perut menjadi pilihan karena orang Jepang dahulu menghubungkan bahwa tegangan pokok berada di dalam perut (hara), bersama dengan nyawa. Perut adalah tempat nyawa bersimpuh. Perut sebagai sasaran untuk melakukan dan menyatakan kehendak, pemikiran, kemurahan hati, keberanian, semangat, dan kemarahan. Seward (1995:1) menjelaskan bahwa pada masa zaman feodal ( ) Seppuku merupakan karakter (watak) Bushido. Bushido telah didoktrinkan dengan tegar di Jepang sebagai jalan sang prajurit, ketika dimulai kekuasaan dari pimpinan klan Tokugawa ( ), dalam aturan utama dikatakan bahwa Seppuku tidak hanya dianggap sebagai hukuman kematian yang terhormat untuk pelanggar hal tertentu dari hukum Tokugawa, tetapi juga dipraktekkan untuk dipertunjukkan serta ditujukan untuk sikap pertahanan, protes kesetiaan, dan penegasan ungkapan kebenaran dari kewajiban seseorang. 15

7 Seward (1995:18) mengatakan bahwa Seppuku adalah hukuman mati yang diturunkan sebelum masa Ashikaga, telah dikembangkan dengan cara pencekikan serta pemenggalan kepala, kemudian dalam periode Ashikaga, Seppuku dianggap terhormat bagi yang terhukum. Pada dasarnya, Seppuku merupakan jenis metode bunuh diri yang sangat perih, hanya orang orang yang mempunyai nilai keagungan tertentu yang mampu mengalami siksaan itu. Samurai dibekali dua kepercayaan yang membaur menjadi satu, yaitu Shinto dan Buddha. Ini dijadikan sebagai pedoman dan pandangan dalam memutuskan jalan hidupnya. Menurut ajaran Shinto kematian merupakan sesuatu yang buruk dan keji. Tetapi dalam filsafat Buddha diajarkan bahwa peletakan tugas secara terhormat adalah dengan sikap menantang kematian serta tidak takut menghadapi kematian dalam pergolakan medan pertempuran. Menurut Seward (1995:3) dikatakan bahwa kepercayaan Shintoistik membuat orang menuju kearah yang positif dan agresif, sedangkan sikap mengurangi kehidupan menurut ajaran Buddha merupakan sokongan ke arah pembentukan manusia untuk tidak takut terpisahkan dari kehidupan dan berjiwa pemberani. Jadi percampuran dua unsur spiritual ini berpadu secara unik untuk tumpuan ke arah pembentukan suatu kode moral Samurai, yang kemudian dilembagakan sebagai makna Bushido. Jenis jenis Seppuku menurut Seward (1995:21) berdasarkan motif dan tindakan: 1. Chugi bara : suatu tindakan Seppuku yang disebabkan oleh rasa kesetiaan kepada daimyo atau tuan tanah. Chugi bara terdiri dari : 16

8 a. Junshi : pembinasaan diri untuk mengikuti tuannya yang telah mati. b. Kanshi: suatu usaha untuk mencela kesalahan besar dengan melakukan Seppuku atau untuk tujuan memprotes, yang masih terus dilakukan sampai sekarang. 2. Sokotsu-shi : penebusan dengan cara Seppuku, atau bisa juga diartikan kematian karena ketidakhati hatian atau sikap yang tidak bertanggung jawab. 3. Munen-Bara : Seppuku untuk memperlihatkan suatu bentuk yang mengerikan, kebencian, atau sikap permusuhan. Contohnya, Funshi : Seppuku yang dilakukan karena kemarahan. 4. Seppuku pengganti : dilakukan pada era peperangan (sengoku Jidai) dengan maksud agar dapat menyelamatkan hidup orang banyak, maka dapat dilakukan pengorbanan seorang saja dari yang hidup. Maka, Samurailah yang memegang peranan dalam Seppuku. Pembinasaan diri biasanya karena adanya tekanan sosial yang kuat. Maka orang akan senang jika melakukan pembinasaan diri. Pada sisi lain, mereka memang terpaksa melakukan hal seperti itu atas dorongan sugestif yang bersumber dari kemegahan nilai Bushido. Inilah yang disebut doktrin Bushido atau manifestasi dari Bushido (Seward, 1995:21). 17

9 Alasan alasan bunuh diri yang berhubungan dengan Seppuku: a. Mempertahankan harga diri Benedict (1982:231-33) mengatakan bahwa di Jepang, harga diri ( 自 重 :jichou) secara harfiah adalah diri yang berbobot. Semua pengertian harga diri cocok dengan pandangan bangsa Jepang mengenai hidup sebagai suatu dunia dimana orang bergerak dengan sangat hati hati. Oleh karena itu, bila mereka salah melangkah akan menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah. Di Jepang tekanan ini merupakan suatu ciri khas budaya Jepang. Benedict (1982:172) pun juga mengatakan bahwa dalam masyarakat Jepang di mana rasa malu adalah sanksi utama, orang menyesali tindakan tindakan yang oleh umum di anggap seharusnya membuat orang merasa bersalah. Penyesalan ini bisa mendalam sekali dan tidak dapat di ringankan. Rasa malu masih dianggap sangat serius oleh bangsa Jepang, mudahnya orang Jepang terluka oleh kegagalan, penolakan dan penghinaan, membuat mereka sangat cenderung melukai diri sendiri daripada melukai orang lain. b. Menjaga Kehormatan Di Jepang tujuan yang selalu didambakan adalah kehormatan (Benedict, 1982:180). Samurai diperuntukkan sebagai kode ksatria dan kehidupan untuk tujuan yang terhormat, yang sesuai dengan nilai pancarannya sendiri. Tujuannya adalah untuk menjaga nama mereka sendiri, status keluarga yang jika tercemar 18

10 merupakan suatu yang hina untuk prajurit. Ia dapat menempuh hidup dengan kehormatan, maka dengan keunggulan seperti itu, ia harus siap untuk melaksanakan tindakan kematian dengan cara yang terhormat bila ia berbuat kesalahan. Oleh karena itu, Samurai akan melakukan bunuh diri untuk kehormatan, baik kehormatan diri sendiri, maupun tuannya. Menurut Benedict (1982:45), tentara Jepang mengatakan kehormatan berkaitan erat dengan bertempur sampai mati. Dalam keadaan tanpa harap, seorang prajurit Jepang harus membunuh diri dengan granat tangannya yang terakhir atau tanpa senjata menyerang musuh dalam suatu bunuh diri masal. Jangan sekali kali ia menyerah. Bahkan kalau pun ia ditawan ketika sedang luka atau pingsan, ia tidak dapat lagi menegakkan kepalanya di Jepang, ia sudah terhina, bagi hidupnya yang dulu, ia sudah mati Kejujuran ( 誠 : makoto) Perkataan yang diucapkan seorang Samurai mengandung jaminan kesungguhan atau kejujuran. Karena menurut Nitobe (1998:62), dikatakan berbohong atau berdalih dianggap sama dengan menjadi seorang pengecut. Seorang Samurai berpedoman, ia sangat sadar akan posisinya yang memerlukan kejujuran tinggi serta kesungguhan yang jauh melebihi pedagang dan petani Kesetiaan ( 忠義 : chūgi) Untuk tujuan apa orang menjaga nama baik serta kehormatannya, sehingga sanggup mengorbankan segalanya bahkan nyawapun dikorbankan, 19

11 kesemua itu ada dalam kesetiaan yang menjadi kunci dari nilai nilai Bushido (Nitobe, 1998:81). Kesetiaan adalah hasil dari pemujaan individu oleh suatu keluarga, satu kelompok sosial atau sebuah bangsa dan salah satu ajaran utama dari religi keluarga (Bellah,1985:81). Ketaatan kepada orang tua bukan beradu kuat dengan kesetiaan tetapi menguatkannya. Ketaatan kepada orang tua akhirnya untuk orang Jepang berarti kesetiaan. Dalam Bushido dinamakan religi kesetiaan, yaitu kesetiaan mempunyai keharusan yang bersifat religius daripada religius religius lainnya. Kesetiaannya berpusat pada satu titik fokus, yaitu kaisar (Seward, 1995:73). Para Samurai harus melindungi, menjaga nama baik dan harga diri kaisar. Kesetiaan mereka pun didasari dengan kemurahan hati, berani, sungguh sungguh dan bila perlu membela sampai mati (Allyn, 2007:68). Menurut Bary (1971:365), untuk menumbuhkan rasa kesetiaan yang kuat dari Samurai terhadap penguasa atau kaisar, Tokugawa Ieyasu mewajibkan mereka mempelajari ajaran konfusius yang dianggapnya dapat memupuk ketaatan Samurai terhadap pemerintah. Dalam ajaran tersebut dikemukakan lima macam hubungan manusia, yaitu hubungan antara atasan dengan bawahan, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, kakak dengan adiknya, serta hubungan antar teman. Kelima macam hubungan itu didasari prinsip perbedaan atas dan bawah, yang di atas harus menjadi pelindung dan panutan, sedangkan yang dibawah tunduk dan taat pada yang diatas. Oleh karena itu, pengorbanan Samurai sebagai wujud dari kesetiaan kepada kaisar sama seperti kesetiaan mereka pada orang tua, istri dan keluarganya. 20

12 2.2.6 Keadilan ( 義 : gi) Keadilan menurut nilai nilai Bushido merupakan suatu kerangka dalam tubuh, sebagai tiang penyangga dalam menjalani kehidupan yang berisikan tentang jalan dengan berpedoman pada aturan yang ada. Inilah kutipan yang mengartikan keadilan pada Bushido : Konsep keadilan dikalangan Samurai merupakan suatu kode etik yang tidak bisa diragukan lagi. Ia harus tegas ketika menghadapi kapan harus mati dan kapan harus membunuh asalkan demi kebenaran yang dianutnya. Jalan lurus ini, jika diumpamakan dengan badan manusia bagaikan tulang punggung yang berperan penting untuk menegakkan tubuh. Oleh karena itu, tanpa menekankan kebenaran, keberanian dan kemampuan para Samurai tidak akan berarti (Nitobe, 1998:23) Kesopanan ( 礼 : rei) Masamune dalam Nitobe (1998:61) menyebutkan bahwa Bushido mengajarkan sopan santun melalui tingkah laku yang ditunjukkan dengan kesungguhan hati tidak dibuat buat. Tanpa kejujuran dan kesungguhan hati, kesopansantunan hanya akan menjadi sebuah lelucon atau sandiwara saja. Seperti yang dikatakan oleh bahwa sopan santun yang melebihi batas kewajaran akan menjadi suatu kebohongan. Pada ke tujuh moral Bushido yang telah dijabarkan di atas, yang akan dipergunakan penulis untuk menganalisis pada bab tiga adalah nomer 1,2,3,5, dan 6. Bushido tidak hanya sebagai moral dari ksatria saja, tetapi sebagai dasar dari moral moral nasional. Karakter bangsa Jepang merupakan tradisi dan sejarah selama 21

13 berabad abad, sehingga membentuk ciri khas Jepang yang dikenal dengan nama Bushido dan merupakan semangat bangsa Jepang dalam masa peperangan (Benedict, 1982:27). Salah satu pengaruh semangat Bushido yaitu para Samurai mengembangkan sifat keprajuritan seperti bagaimana menghadapi kematian dan penderitaan tanpa berkeluh kesah demi kesetiaannya terhadap atasan. Seward (1995:56) menjelaskan pernyataan Dr. Edwin Baelz dalam bukunya, diungkapkan bahwa esensi Bushido sebagai suatu bentuk emosi yang terpisah dari akal. Dengan ini ia bermaksud untuk menerangkan suatu teka teki dari sikap ketenangan kelas Samurai yang tidak terpengaruh oleh perasaan dalam menghadapi kematian. Akal fikiran tidak boleh dipakai karena hal itu dapat membuat terjadinya pemberontakan dalam beberapa saat saja. Apa yang diharapkan Samurai adalah memperkuat Kesetiaan dan kasih yang rendah. Ini yang dinamakan sikap pengorbanan yang salah satunya dilakukan oleh Samurai yakni bunuh diri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kehormatan. Asal usul adanya sikap pengorbanan dengan bunuh diri terlihat ketika masyarakat primitif yang masih percaya bahwa suatu bentuk kehidupan dari manusia akan terus berkembang di bawah liang kubur (Seward, 1995:13). Bunuh diri yang dilakukan tentara Jepang maupun Samurai merupakan penekanan dari on dan giri. On di sini diartikan sebagai pengabdian tanpa batas, yaitu on kekaisaran, artinya utang seseorang kepada kaisar yang harus diterima orang tersebut dengan rasa terima kasih yang mendalam. Hal ini bagian dari chu (kewajiban terhadap kaisar) dalam gimu, yakni pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini di anggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu ini adalah suatu keharusan dan merupakan nasib universal seseorang (Benedict, 22

14 1982:122). Dikatakan pula oleh Benedict (1982:107) bahwa setiap penerbang yang bunuh diri (Kamikaze) membayar kembali on kekaisarannya juga semua pasukan yang seluruhnya mati dalam mempertahankan sebuah pulau di Pasifik, menebus on-nya tidak terbatas kepada kaisar. Dalam etika Jepang, giri bisa berarti kesetiaan sampai mati seorang pengikut kepada penguasanya, tetapi juga sebaliknya, permusuhan yang berlebihan kalau ia sendiri merasa dihina. Giri adalah utang yang wajib dibayar dalam jumlah yang tepat dan ada batas waktunya (Benedict, 1982:125). Giri yang berhubungan dengan kode etik Samurai adalah giri terhadap seseorang, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda. Bawahan menjaga nama baik atasannya dengan sepenuh hati dan bila diperlukan ia akan mati bersama atasannya. 2.3 Kamikaze ( 神風 ) Pada dasarnya, dalam Koran Tempo Online (2004) dijelaskan bahwa Kamikaze ( 神風 ) dalam bahasa Jepang secara harfiah yaitu 神 (Kami) artinya dewa dan 風 (Kaze) artinya angin. Ohnuki menyebutkan (2002:157) bahwa Kamikaze menjadi penyelamat negeri kepulauan itu dari upaya agresi armada perang Mongol dengan membuat badai. Namun dalam perang dunia, Kamikaze dipakai sebagai simbol dari serangan bunuh diri yang dilakukan oleh pilot pilot Jepang untuk menaklukan sekutu. Para pilot dan militer menggunakan simbol bunga sakura dalam operasinya. Kamikaze dalam bahasa Inggris umumnya merujuk kepada serangan bunuh diri yang dilakukan awak pesawat Jepang pada akhir kampanye Pasifik Perang Dunia II terhadap kapal-kapal laut sekutu sementara "Kamikaze" dalam bahasa Jepang hanya merujuk kepada angin topan tersebut. 23

15 Diilhami oleh mitos patriotik Samurai dalam cerita kuno Jepang, ketika para Samurai rela mengorbankan dirinya untuk kerajaan dengan cara bunuh diri. Unit unit pelaku Kamikaze disebut Tokkotai ( 特攻隊 ). Ohnuki (2002:159) menjelaskan mengenai Tokkotai sebagai berikut : Tokkotai adalah singkatan dari Tokubetsu Kogekitai ( 特別攻撃隊 : angkatan serangan khusus; tai artinya kesatuan), yang dikenal sebagai Kamikaze yang berasal dari Jepang. Di sana, Kamikaze sebagai serangan selama perang Jepang dan di sisi lain para pelakunya melaksanakan dengan suka rela. Kamikaze merupakan pasukan khusus yang dibentuk tahun 1944 dan dianggap sebagai pasukan berani mati karena dilakukan oleh sukarelawan. Serangan bunuh diri itu sendiri disebut Jibaku ( 自爆 ). Kutipan : 1944 年 昭和 19 年 10 月 日本海軍は神風特別攻撃隊を編成しました 特攻隊とは爆弾をそうびしたひこうきやせんこうていなどに乗った搭乗員が てきかんなどに体当たりして攻撃をおこなう特別ふたいです 神風特攻隊は中でもこうくきによる特攻をおこないました (Adachi, 2003) Terjemahan : November 1944 (tahun ke-19 Showa), angkatan laut Jepang membentuk pasukan penggempur khusus Kamikaze. Tokkotai adalah pasukan khusus yang melaksanakan serangan dengan menubrukkan diri ke kapal perang musuh, awak yang mengemudikan kapal selam, pesawat dan lain - lain yang melengkapi dirinya dengan bom. Pasukan Kamikaze melaksanakan serangan maut diantaranya dengan pesawat udara. Kamikaze pertama kali dicetuskan oleh Komandan Armada udara ke 1 dan ahli peperangan udara Jepang yang terkenal yang bernama Takijiro Onishi. Penyerangan Jibaku pertama pada tanggal 25 Oktober Berhasilnya penyerangan Jibaku ini 24

16 ditandai dengan tersiar kilat di antara armada Jepang dan asap tebal mengepul. Beberapa penulis Amerika menyebutkan bahwa hasil hasil penyerangan Kamikaze ini selalu dipandang tidak penting. Padahal realitasnya penyerangan bunuh diri Jepang adalah sangat efektif (Ojong, 2006:186). Orang Jepang cenderung menganggap kematian selama masa perang merupakan bunga sakura yang berguguran. Di mana setelah pilot dan pelaut itu meninggal mereka akan bertemu kembali di Altar Kuil Yasukuni, Tokyo. Pilot Kamikaze juga diperlakukan sebagai dewa dan orang suci. Admiral Onishi sendiri mengatakan sukarelawan Kamikaze pertama juga dianggap dewa. Besarnya tragedi serangan yang dilakukan oleh tokkotai tidak bisa diukur tanpa mempertimbangkan pengaruh yang kuat dari kematian mereka yang sedang berlangsung, keluarganya, istri, saudara dan golongan kecil seperti anak (Ohnuki, 2002:175). Dalam membentuk pasukan Kamikaze, ada tahapan tahapan yang harus diperhatikan oleh militer Jepang, antara lain : Doktrinasi Mengenai Kemiliteran Semangat Bushido bisa dikatakan sebagai salah satu doktrin militer yang dipakai pemerintah Jepang dalam membentuk tentara tentara Jepang maupun rakyat sipil. Hal ini dilakukan untuk menentukan strategi dan membangun mental semangat tentara Jepang dan rakyat sipil dalam menghadapi perang. Berikut penjelasan Pratomo (2003) mengenai doktrin militer : 25

17 a. Pengertian Doktrin Dalam pengertian yang umum digunakan, istilah doktrin berarti sesuatu yang diajarkan atau pengajaran dan bahkan diperjelas secara khusus sebagai sesuatu yang diyakini kebenarannya dan dianggap sebagai suatu pegangan/pedoman dalam rangka pelaksanaan tugas atau pencapaian tujuan. Dari sisi militer, doktrin dipandang sebagai sesuatu yang berkaitan dengan strategi dan taktik. Namun demikian untuk menyesuaikan persepsi tentang doktrin terutama yang berkaitan dengan militer kita dapat mengacu pada pengertian yang dicantumkan dalam NATO Glossary and Military Terms (2003) yaitu Prinsip dasarnya di mana kekuatan militer menuntun tindakan mereka dengan dukungan secara objektif. Hal ini bersifat otoriter namun memerlukan keputusan dengan permintaan. Dengan menggunakan definisi tersebut maka doktrin militer lebih terfokuskan pada aspek strategi dan taktik. Doktrin militer bukan falsafah, dogma ataupun ajaran-ajaran yang sifatnya abadi. Doktrin militer bersifat dinamis, karena doktrin tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan politik, perkembangan teknologi, perkembangan kemajuan militer, dan perkembangan ekonomi. b. Jenis Jenis Doktrin Militer lain : Secara umum doktrin militer dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, antara 26

18 1. Doktrin yang sifatnya strategis (strategic doctrine) Doktrin strategis merupakan doktrin tentang strategi militer dalam berkaitan dengan pertahanan suatu negara. Tentara militer ditekankan agar berperang untuk mempertahankan negara dan membela negara. 2. Doktrin yang bersifat taktis (tactical doctrine) Doktrin taktis merupakan doktrin tentang taktik pertempuran dalam lingkup palagan termasuk pedoman ataupun prosedur yang sifatnya teknis dan doktrin yang mengajarkan bagaimana berperang dengan menggunakan taktik. Doktrin seperti ini diberikan tentara militer untuk menumbuhkan rasa keberanian, disiplin dalam latihan dan semangat dalam berperang di suatu negara yang berupa suatu pedoman. 3. Doktrin yang berkaitan dengan implementasi strategi/taktik (operational doctrine) Doktrin operasional adalah doktrin yang berisi pelaksanaan dari strategi atau taktik yang tercantum dalam doktrin strategis ataupun taktis, misalnya rencana kampanye atau operasi penyerangan. Dalam operasi penyerangan para tentara militer harus berani dalam menghadapi situasi perang, walaupun nyawa taruhannya. Karena kematian dalam suatu peperangan adalah kematian yang agung bukan sia sia. Landasan doktrin adalah sejarah, dan kewenangannya diperoleh melalui pengalaman yang bermacam-macam. Oleh karena itu, doktrin mempengaruhi jalan 27

19 yang ditempuh dari kebijakan dan perencanaan yang akan ditetapkan, demikian pula akan mempengaruhi bagaimana kekuatan militer akan diorganisasikan dan dilatih, serta bagaimana cara memperoleh peralatan yang dibutuhkan. Doktrin pun juga mempengaruhi agar dapat mewujudkan pengabdian dengan ikhlas dengan bersedia mati untuk membela negara sebagai bukti dari ketaatan seorang militer dalam menjalani kewajibannya kepada negara Perekrutan Tentara Militer Jepang Di Jepang, pada zaman peperangan, pemerintah memerlukan banyak pasukan militer untuk mempertahankan Jepang. Seperti yang diungkapkan Surajaya (2001:113) dikatakan bahwa pada tahun 1873, pemerintah Meiji mengeluarkan peraturan wajib militer, yaitu anak laki-laki yang berumur lebih dari 20 tahun harus melaksanakan kewajibannya sebagai pelayanan militer. Selain itu pemerintah juga membuat organisasi militer. Hal ini dilakukan untuk membuat negara Jepang sejajar dengan negara Barat, yaitu menerapkan kebijakan negara kuat. Lalu Surajaya (2001:142) pun menjelaskan bahwa wajib militer tersebut diberlakukan kembali pada tahun 1937 ketika terjadi perang Pasifik pada Perang Dunia II, kelompok militer Jepang memulai peperangan dengan Cina. Peperangan tersebut menimbulkan banyak korban jiwa terutama dari pasukan militer. Oleh karena itu, banyak anak laki-laki yang direkrut untuk menjadi tentara, demikian pula sebagian besar mahasiswa menghentikan studinya untuk pergi ke medan perang. Murid-murid SMP pun dikerahkan ke pabrik pabrik, anak anak yang ada di kota besar diungsikan ke desa desa petani, di kota diadakan latihan pertahanan udara untuk mempertahankan diri dari serangan udara. 28

20 Begitu pun dalam perekrutan pasukan Kamikaze, untuk menjadi Kamikaze, pilot tidak perlu terlampau pandai karena tujuannya bukan mengadakan pertempuran dengan lawan diudara, yang memang dibutuhkan kepandaian tinggi, tetapi hanya untuk menabrakkan diri (Ojong, 2006:292). Menurut Ojong (2006: 186) pun dikatakan bahwa tokkotai yang pertama sukarela untuk ber-jibaku adalah Letnan Yukio Seki. Perekrutan di daerah Cebu, perwira tinggi memanggil semua anak buahnya dan meminta sukarelawan bagi korps Kamikaze. Semua yang bersedia harap menulis namanya dalam amplop tertutup. Ternyata lebih dari 20 penerbang bersedia dan hanya dua helai yang blanko. Hal ini dilakukkan oleh opsir opsir militer karena bersedia gugur demi kaisar Pelaksanaan Tanggung Jawab Sebagai Pasukan Kamikaze Menurut Ojong (2006:185-6) pembentukan pasukan Kamikaze diusulkan oleh Laksamana Takijiro Onishi. Ia memberitahukan kepada opsir opsirnya bahwa penyerangan sho (kemenangan) harus berhasil tanpa melihat korban korbannya. Lalu ia mengusulkan suatu operasi yang sungguh sungguh luar biasa dan sangat kejam. Yaitu penyerangan atas armada Amerika yang dilakukan dengan cara yang tidak biasa, tetapi dengan pemakaian pesawat pesawat Zero lengkap dengan bom bom 250 kg yang menukik dan menabrak kapal kapal Amerika tersebut. Tentu pilot pilotnya akan mati juga. Pada pelaksanaan para pasukan berani mati lainnya, bisa dilihat dari film Letters from Iwojima yang akan dianalisis oleh penulis pada bab tiga. 29

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila membicarakan Jepang, maka hal yang akan terbayang adalah sebuah Negara modern di mana penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya, dan sebutan-sebutan

Lebih terperinci

: Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, : Hidup!!! yang menyemangati anak buahnya agar berperang sampai mati.

: Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, : Hidup!!! yang menyemangati anak buahnya agar berperang sampai mati. ることと信じる 本土のために 祖国のために 我々は最後の書体まで 一つもない十人の敵を殺すのまえに死ぬことがあると思う 私は常にあなたの前にある 万歳!!! 神風軍 : 万歳!!! Terjemahan : Kuribayashi : Sebagai seorang anggota tentara kekaisaran Jepang, aku percaya kalian bertempur dengan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang kaya akan budaya dan terkenal dengan tradisi masyarakatnya yang unik. Meskipun kehidupan masyarakat Jepang telah modern, namun mereka tidak

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bab 4 Simpulan Dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bushido pada tentara Kamikaze dalam Film letters from Iwojima penulis menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori. memiliki arti ksatria yang bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak

Bab 2 Landasan Teori. memiliki arti ksatria yang bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Bushi Bushi( 武士 )atau yang disebut juga dengan buke( 武家 )secara harafiah memiliki arti ksatria yang bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak istimewa yang masih

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak istimewa yang masih memiliki

Bab 2. Landasan Teori. bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak istimewa yang masih memiliki Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Bushi Bushi ( 武士 ) atau yang disebut Buke ( 武家 ) secara harfiah memliki arti ksatria yang bertarung. Mereka adalah kelas yang memiliki hak-hak istimewa yang masih memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II merupakan perang yang sangat dasyat dan melibatkan hampir seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

Lebih terperinci

Bushido pada Tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang ももたろう, きんたろう, dan うらしまたろう

Bushido pada Tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang ももたろう, きんたろう, dan うらしまたろう Bushido pada Tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang ももたろう, きんたろう, dan うらしまたろう Ana NikmatuShobiroh (Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya)anakoplak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara yang maju dalam teknologi dan ekonomi. Meskipun Jepang termasuk dalam salah satu negara maju di dunia, masyarakat Jepang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Semua orang selalu gemar menonton drama dan film. Pemilihan topik yang

Bab 1. Pendahuluan. Semua orang selalu gemar menonton drama dan film. Pemilihan topik yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semua orang selalu gemar menonton drama dan film. Pemilihan topik yang bervariasi dan menggugah hati orangpun bermunculan setiap saat. Menariknya jalan cerita dari

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... ABSTRAK BAHASA JEPANG...vii. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... ABSTRAK BAHASA JEPANG...vii. Daftar Isi... DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... i ii iii vi ABSTRAK BAHASA JEPANG......vii Daftar Isi... Daftar Istilah... Daftar Gambar... viii xi xii BAB

Lebih terperinci

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra NIDA KUDSIAH 2013110165 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III KAMIKAZE SEBAGAI PASUKAN MILITER JEPANG. menyerbu kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan di Samudera Pasifik. Kemenangan

BAB III KAMIKAZE SEBAGAI PASUKAN MILITER JEPANG. menyerbu kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan di Samudera Pasifik. Kemenangan BAB III KAMIKAZE SEBAGAI PASUKAN MILITER JEPANG 3.1 Lahirnya Pasukan Kamikaze Setelah meluluhlantakkan Pearl Harbour, Tentara Kekaisaran Jepang pun mulai menyerbu kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan di

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II 1.1 Latar Belakang Masalah Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016 LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul : A N A L I S I S K O N S E P E M O S I P A D A T O K O H H A K I M D E C I M D A L A M F I L M ANIMASI DEATH PARADE Telah diuji dan diterima

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

NILAI NILAI BUSHIDO PADA SAMURAI YANG TERCERMIN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA KEISHI OHTOMO SKRIPSI

NILAI NILAI BUSHIDO PADA SAMURAI YANG TERCERMIN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA KEISHI OHTOMO SKRIPSI NILAI NILAI BUSHIDO PADA SAMURAI YANG TERCERMIN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA KEISHI OHTOMO SKRIPSI Oleh R. NANDA PUTRA PRATAMA NIM 0911120159 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang digunakan dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data. Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mendasari penulisan analisi dalam bab ini adalah pengertian kanji, teori pembentukan kanji Rikusho ( 六書 ), teori ukanmuri, teori semantik, teori semiotika,

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan budaya antara suatu negara tentu saja menghasilkan suatu cara komunikasi yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Salah satu

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap

Bab 5. Ringkasan. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap Bab 5 Ringkasan Kebudayaan merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).

Lebih terperinci

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict

BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE. Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan rasa malu. Ruth Benedict BAB II PENGABDIAN DIRI MASYARAKAT JEPANG DAN KAMIKAZE 2.1 Masyarakat Berkebudayaan Rasa Malu Ruth Benedict dalam Situmorang mengatakan (1995 : 64) bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang berkebudayaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan,

Bab 3. Analisis Data. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Tokoh Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan oleh pengarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi Jepang dimulai pada saat Jepang melakukan Restorasi Meiji. Sebelum melakukan Restorasi, Jepang mengalami masa isolasi selama kurang lebih 250 tahun selama

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Moral Bushidō dalam Masyarakat Jepang Setiap orang pasti mempunyai moral yang dipegang untuk menjadi pedoman hidupnya. Moral telah diajarkan sejak manusia kecil, dan keluarga

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang mengakibatkan perekonomian Jepang hancur. Adanya perubahan terjadi setelah pasca perang dunia

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada Mahasiswa Binus

Bab 3. Analisis Data Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada Mahasiswa Binus Bab 3 Analisis Data Selanjutnya penulis akan menganalisis mengenai lima kalimat pasif yang terdapat di dalam komik Sailormoon jilid dua bahasa Jepang. 3.1. Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik

Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik Cicik Hariati Rusni Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen) LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu unsur yang menarik adalah mengenai kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

PDF created with FinePrint pdffactory trial version  YUK BELAJAR NIHONGO 1 YUK BELAJAR NIHONGO PENGANTAR Saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan Jepang? Atau barangkali sedang kuliah jurusan Bahasa Jepang, atau suatu saat anda ingin pergi ke Jepang baik untuk belajar atau

Lebih terperinci

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan dipergunakan dalam skripsi ini adalah teori Bushido yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan dipergunakan dalam skripsi ini adalah teori Bushido yang akan Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan dipergunakan dalam skripsi ini adalah teori Bushido yang akan diambil dari beberapa tokoh yang mempunyai pengaruh dalam cara pandang mengenai Bushido itu sendiri. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah

Bab 2. Landasan Teori. Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah Bab 2 Landasan Teori 2.1 Interaksi Sosial Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah membutuhkan pergaulan dengan orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya (Gerungan, 2000:24).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci