BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara yang maju dalam teknologi dan ekonomi. Meskipun Jepang termasuk dalam salah satu negara maju di dunia, masyarakat Jepang tidak bisa lepas dari prinsip tanggung jawab yang telah dianut sejak dahulu kala. Prinsip tanggung jawab ini sudah ada sejak zaman Kamakura (tahun ) yang dipegang oleh para samurai. Tugas dari para samurai tersebut adalah diantaranya memungut pajak dari para petani dan melindungi shogun. Pada zaman itu, samurai bertanggung jawab dengan cara seppuku ( 切腹 ) atau biasanya dikenal dengan sebutan harakiri, yaitu memotong perut sendiri dengan menggunakan sebuah katana (pedang tradisional Jepang). Hal ini hanya dilakukan oleh para samurai untuk mempertanggung jawabkan kegagalannya dalam melakukan pekerjaannya pada masa itu. Selain itu, harakiri dilakukan untuk menjaga kehormatannnya sendiri sebagai seorang samurai. Sampai sekarang ini, tidak sedikit dari para pejabat tinggi Jepang atau perdana menteri Jepang yang mengundurkan diri ketika mereka berbuat suatu kesalahan atau gagal dalam menjalankan tugasnya. Negara Jepang yang sudah berkembang pesat dan maju daripada sebelumnya, mereka tidak bisa meninggalkan moral yang telah ada sejak dulu itu. Menurut Hart dalam Okuda (2013), tanggung jawab dibagi dalam beberapa jenis yaitu tanggung jawab pribadi, tanggung jawab kelompok, tanggung jawab atas tindakan, tanggung jawab akan hasil, tanggung jawab sebagai moral, tanggung jawab sebagai hukum, dan tanggung jawab sebagai politik. Prinsip tanggung jawab ini juga dipegang erat oleh masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat Jepang yang memiliki rasa tanggung jawab yang berbeda dan unik. Contohnya, masyarakat Jepang ketika masih kanak-kanak telah diajarkan untuk memegang erat prinsip tanggung jawab tersebut, seperti tanggung jawab sebagai anak dan pelajar, yaitu belajar, melakukan tugas piket di sekolah, membantu orang tua mengerjakan tugas rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, menaati peraturan sekolah, mendengar nasihat orang tua, dan lain-lain. Prinsip tersebut adalah moral yang

2 2 mengajarkan manusia untuk memiliki rasa tanggung jawab. Moral harus dipegang erat oleh manusia sehingga manusia dapat berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Keluarga adalah salah satu peran yang mengajarkan moral kepada manusia. Dari keluarga, seseorang diajarkan untuk memegang erat moral sehingga dia dapat hidup dalam lingkaran sosial yang ada disekitarnya. Contohnya seperti seorang kakek yang mengajarkan cucunya agar tidak melawan orang tua. Hal ini dipegang sang kakek sebagai moral bahwa seorang anak tidak boleh melawan orang tua. Dari lingkaran ajaran moral tersebut, timbullah kedisiplinan. Semakin disiplin seseorang, semakin baiknya akhlak dia untuk hidup dalam lingkaran sosial. Contohnya seperti disiplin kerja yang pada akhirnya akan membuahkan hasil yang lebih baik, seperti kenaikan pangkat atau gaji. Ketika seseorang yang menerapkan kedisiplinan dalam kerja, orang tersebut tentunya memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. Semakin dewasa seseorang, semakin besar tanggung jawab seseorang. Jika seseorang telah memasuki lingkungan kerja, dia memiliki tanggung jawab berupa membayar pajak, loyal terhadap perusahaan tempat dia bekerja dan disiplin dalam bekerja. Seseorang yang telah dewasa, mempunyai tanggung jawab seperti membantu orang tua dalam bentuk material, membayak pajak, menafkahi istri dan anak, dan sebagainya. Seseorang tidak akan pernah bisa lepas dari tanggung jawab yang muncul dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, ataupun lingkungan kerja. Sebagai pejabat tinggi Jepang dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, mereka harus bertanggung jawab kepada pemerintah ataupun kepada semua masyarakat Jepang. Mereka juga memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap negaranya. Beberapa pejabat tinggi Jepang tersebut, diantaranya adalah Yukio Hatoyama ( 鳩山由紀夫 ) yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pertanggung jawabannya atas masalah markas militer Amerika yang ada di Okinawa, Jepang. Pejabat tinggi Jepang lainnya adalah Naoto Kan dan Yoshihiko Noda. Naoto Kan ( 官直人 ) yang juga merupakan seorang mantan pejabat tinggi Jepang mengundurkan diri karena dianggap lambat dalam menanggapi masalah gempa bumi yang terjadi di Jepang pada tahun 2011 yang lalu, dan juga masalah nuklir yang ada di Fukushima. Mantan perdana menteri Jepang yang menggantikan Naoto Kan, Yoshihiko

3 3 Noda ( 野田佳彦 ) juga mengundurkan diri atas kekalahannya dalam pemilihan umum pada masa itu. Bahkan ada perdana menteri yang mempertanggungjawabkan kegagalan atau kesalahannya dalam menjalankan tugasnya dengan hal yang paling buruk, seperti bunuh diri. Penulis menemukan berita dari beberapa media massa yang memberitakan tentang beberapa pejabat tinggi Jepang yang mengundurkan diri dari jabatannya karena adanya kesalahan atau kegagalan mereka dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang perdana menteri. Dalam berita tersebut, dijelaskan bahwa mereka mengundurkan diri dengan alasan sebagai tindakan pertanggung jawaban mereka terhadap kesalahan atau kegagalan tersebut. Kegiatan para perdana menteri, seperti membuat kebijakan baru, mengikuti upacara atau kegiatan sosial, mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau tempat pengungsian korban bencana alam, dan sebagainya, tentu menarik perhatian para awak media massa. Media massa memegang peran penting dalam kepopularitas seorang perdana menteri. Media massa dapat menjadi patokan masyarakat untuk memilih perdana menteri pada pemilihan umum selanjutnya. Apabila media massa meliput kesalahan atau kegagalan seorang perdana menteri, maka kepopularitas perdana menteri tersebut akan turun dan tidak terpilih lagi pada pemilihan umum selanjutnya. Apabila media massa meliput kegiatan dari seorang perdana menteri yang bersifat baik, maka kepopulatitas seorang perdana menteri akan naik dan akan terpilih pada pemilihan selanjutnya. Kegiatan para perdana menteri biasanya tidak dapat terlepas dari sorotan media massa. 1.2 Masalah Pokok Dalam skripsi ini, penulis akan menganalisis permasalahan tanggung jawab para pejabat tinggi Jepang yang cenderung memilih untuk mengundurkan diri jika gagal menjalani tugasnya.

4 4 1.3 Formulasi Masalah Dalam formulasi masalah skripsi ini penulis akan menganalisis pengaruh reigi terhadap mundurnya Perdana Menteri Jepang dan tindakan tanggung jawab yang dilakukan oleh Perdana Menteri Jepang tersebut. 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Permasalahan dalam skripsi ini akan dibatasi pada pengaruhreigi ( 礼儀 ) dan rinri-teki sekinin ( 倫理的責任 ) yang terdapat pada diriperdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, Naoto Kan dan Yoshihiko Noda, terhadap tindakan tanggung jawab yang mereka lakukan ketika mereka melakukan kesalahan atau kegagalan dalam menjalankan tugasnya sebagai perdana menteri Jepang. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui terdapatnya pengaruh reigi dan rinri-tekisekinin terhadap tanggung jawab para petinggi Jepang yang gagal dalam menjalankan tugassehingga melakukan pengunduran diri. 1.6 Tinjauan Pustaka Penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai penerlitian terdahulu. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku yang berjudul 責任ってなに? (Sekinin tte Nani?) karya Takeshi Ōba (2005) yang bertuliskan tentang arti dari tanggung jawab atau sekinin ( 責任 ), arti dari moral atau rinri ( 倫理 ), serta arti dari tanggung jawab secara moral atau rinri-teki sekinin ( 倫理的責任 ). Penulis juga menggunakan sebuah junal penelitian onlineyang berjudul Rei ni Tsuite Nitobe Inazo Bushido Dairokusho wo Yomu ( 礼 について- 新渡戸稲造 武士道 第六章を読む ), ditulis oleh Ikuo Fujisawa (2008), yang berisi tentang pembagian reigi oleh Inazo Nitobe ( 新渡戸稲造 ). Serta, penulis juga menggunakan sebuah jurnal penelitian sebelumnya yang berisi tentang penelitian terhadap pembagian konsep tindakan tanggung jawab yang dikemukakan oleh Hirohide Takikawa ( 瀧川祐英 ) yang ditulis oleh Tarou Okuda (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Sekinin Gainen no

5 5 Bunrui wo Naijitsu Takikawa Hirohide no Bunsetsu ni Tsuite ( 責任概念の分類を内 実 - 瀧川祐英の分析について -).