Bab 2. Landasan Teori. Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Interaksi Sosial Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah membutuhkan pergaulan dengan orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya (Gerungan, 2000:24). Sehingga tidak mungkin ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lain di seklilingnya. Sama halnya dengan pernyataan Kluytmans (2006:81) yang menyatakan bahwa antara individu dan kebersamaan seakan merupakan dua hal berbeda yang tidak terjembatani, tapi sesungguhnya tidak demikian. Dikatakan bahwa manusia itu sendiri justru hidup dalam kebersamaan, begitu juga sebaliknya, kebersamaan hidup dari manusia. Masih bersinggungan dengan pernyataan di atas, Kluytmans (2006:81) juga menyatakan bahwa hidup kebersamaan memiliki arti yang abstrak. Dengan demikian, akan ada ketergantungan kepada manusia lain di dunia, jika ingin hidup. Masih berdasar Kluytmans (2006:81) dikatakan bahwa keluarga, perusahaan, perkumpulan, tetangga, provinsi dan daerah adalah bentuk kehidupan bersama. Sementara itu menurut Freud dalam Gerungan (2000:25) dikatakan bahwa manusia tidak akan bisa berkembang menjadi manusia sesungguhnya yang utuh jika tanpa pergaulan sosial. Jadi melalui interaksi sosial tersebut, manusia bisa mewujudkan perkembangan dirinya sebagai manusia utuh, karena tanpa hubungan timbal-balik dalam interaksi, manusia tidak akan bisa mewujudkan perkembangan dirinya sebagai manusia. 10

2 Itulah sebabnya Adler dalam Kluytmans (2006:72) mengatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Untuk menjaga keharmonisan dalam pergaulan sosial tersebut dibutuhkan adanya norma-norma yang mendukung. Seperti dikatakan oleh Gerungan (2000:103) yang menyebutkan tentang pengertian norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok. Selanjutnya diungkapkan oleh Sherif melalui Gerungan (2000:156) bahwa dalam interaksi kelompok terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antar manusia. Dalam interaksi kelompok, bukan hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam arti luas, tetapi dikatakan oleh Gerungan (2000:157) bahwa keluarga merupakan kelompok yang menjadi pegangan hidup manusia dimana setiap individu merasa adanya hubungan batin, karena pada dasarnya keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Sementara itu diungkapkan mengenai norma sosial yang biasanya dijadikan pedoman dalam berperilaku menolong. Hal ini berdasar teori yang dikatakan oleh Sarwono (2002:330) bahwa dalam norma timbal-balik berarti setiap individu yang menolong individu lain, maka individu tersebut harus membalas dengan memberikan pertolongan juga. Diungkapkan pula oleh Gouldner dalam Sarwono (2002:330) bahwa jika kita menolong orang lain, lain kali kita akan ditolong oleh orang lain karena di masa lampau kita telah menolong orang lain. 11

3 2.2 Giri dan Gimu dalam Masyarakat Jepang Dikatakan oleh Gillespie dan Sugiura dalam Davies dan Osamu (2002:98) bahwa peninggalan sangat dipertahankan untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan manusia. Dengan kata lain menjaga adat dan budaya yang telah ada dari leluhur dan mewariskannya turun temurun hingga kini, merupakan sebuah keharusan. Masyarakat Jepang adalah kelompok sosial yang sangat menjaga tradisi. Dalam kehidupannya, masyarakat Jepang kebanyakan masih tetap menganut apa yang menjadi warisan dari nenek moyang mereka. Tidak hanya budaya, tetapi juga tata cara melakukan hubungan sosial yang baik dalam kelompok masyarakatnya. Dengan kata lain adalah bagaimana cara mereka bersikap terhadap sesamanya. Begitu kuatnya tradisi tersebut hingga kehidupan masyarakat Jepang begitu teratur. Seperti dikatakan De Mente (1997:4) bahwa masyarakat tradisional Jepang adalah satu-satunya yang memiliki struktur sistem sosial yang paling kuat penerapannya dibanding dengan Negara lain. Hal ini menjelaskan bahwa masyarakat Jepang begitu menjunjung tinggi adat istiadat yang sudah membudaya di dalam kehidupan mereka sejak jaman leluhur. Sistem sosial yang ada tersebut bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat Jepang supaya memiliki sikap dan tingkah laku sesuai dengan tata krama yang baik agar tercipta sebuah keharmonisan dalam lingkungannya. Tidak hanya dalam hubungan antar individu dalam kelompok masyarakatnya, baik terhadap orang yang lebih tua atau pun yang sederajat seperti kawan, namun juga bagaimana seseorang bisa bersikap sebagaimana mestinya terhadap keluarga, terutama orangtua. Dalam De Mente (1997:4) dikatakan pula bahwa sistem sosial tradisional ini telah dipaksakan oleh kekuatan mutlak dari zaman Feodal melalui berbagai macam generasi 12

4 lalu menyebar keseluruh bagian dan membentuk budaya, selanjutnya menjadi bukan hanya satu-satunya standar dari segala kelakuan baik yang telah ditetapkan, tapi juga memiliki arti sama dengan sebuah identitas sebagai orang Jepang. Dengan begitu, meskipun dalam penerapannya terdapat paksaan, namun budaya adalah budaya dan sudah turun menurun sehingga tidak akan bisa hilang dari masyarakat karena sudah dianut seperti kepercayaan sendiri. Menurut Maus (1992:11) yang mengatakan bahwa pemberian-pemberian ini mungkin sekali pada hakikatnya didasari oleh adanya kewajiban untuk melakukannya dan bersifat permanen, sehingga pembayaran atas pemberian tersebut dilakukan hanya melalui sistem hak dan kewajiban yang memaksakan mereka untuk melakukannya. Oleh karena itu bisa diketahui bahwa adakalanya seseorang akan sangat merasa terpaksa dalam mengembalikan apa yang telah mereka terima. Namun karena telah mengakar menjadi suatu budaya, maka secara sendirinya setiap individu akan melakukan pengembalian barang-barang atau bantuan yang sudah diterimanya itu. Salah satu adat yang sudah meluas dalam masyarakat Jepang dan menjadi sebuah kebudayaan turun temurun untuk mengatur hubungan antara manusianya adalah giri dan gimu. Seperti dikatakan oleh Minami (1989:187) 義理とか義というのは 社会生活のなかで自分が他人に対して どのような関係にたっており したがってどのようにふるまうべきであるかについての約束である Yang artinya Giri atau gi adalah janji untuk bersikap dengan tata krama yang pantas seperti dimana seseorang berdiri dalam hubungan dengan orang lain dalam struktur sosial masyarakat. 13

5 Dengan kata lain giri juga turut berperan dalam hubungan manusia dengan manusia lain di dalam masyarakat dan mengatur sikap seseorang agar bisa diterima oleh orang lain. Tidak hanya dalam masyarakat tetapi juga dalam keluarga yang tidak begitu akrab seperti paman, bibi atau ibu mertua, karena giri ditujukan untuk semua orang dan menuntut seseorang itu untuk memenuhi kewajibannya tersebut karena ia telah mendapat sebuah kebaikan dari orang lain. Dengan begitu giri terhadap orang lain telah membuat setiap manusia di dalam masyarakat hidup dalam hubungan timbal balik yang sudah sepantasnya. Hal ini bertujuan untuk membentuk kelompok masyarakat yang harmonis karena memiliki tata krama yang sudah seharusnya mereka lakukan. Tanpa melakukan giri, masyarakat Jepang akan sulit menjalani hidupnya. Giri telah menjadi sebuah aturan tak tertulis yang harus dilakukan oleh orang Jepang dalam hidup bersama individu lain, meskipun mereka adalah keluarga sendiri. Seperti dikatakan oleh De Mente (1997:5) bahwa secara keseluruhan faktor kontrol dalam hubungan setiap pribadi di Jepang disatukan ke dalam kata giri, yang diterjemahkan sebagai kewajiban, tanggung jawab dan keadilan. Sehingga seluruh kehidupan manusia dalam masyarakat Jepang telah diatur oleh sebuah giri. Minami (1993:159) juga mengatakan bahwa bangsa Jepang memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mematuhi giri secara terus menerus. Bahkan ketika seorang itu tidak mengetahui mengenai giri akan dikatakan sebagai manusia yang egois dan tidak mengenal apa itu hutang budi, karena itu giri sangat penting dalam menjaga sikap seseorang di dalam masyarakat. Menurut Davies dan Osamu (2002:95) dituliskan bahwa: A key concept in understanding Japanese culture and certain characteristic patterns of behavior among the Japanese arising from tradisional attitudes toward moral duty and social obligation is known as giri. 14

6 Terjemahan: Sebuah kunci konsep dalam memahami kebudayaan orang Jepang dan beberapa bentuk karakteristik mengenai kesopanan diantara orang Jepang muncul dari sikap tradisional terhadap kewajiban moral dan kewajiban sosial dikenal sebagai giri. Menurut Davies dan Osamu (2002:97) diketahui bahwa giri dalam penggunaan umum memiliki arti yaitu sebuah aturan yang harus dilakukan dalam hubungan dengan manusia dan hubungan sosial. Sementara itu menurut Davies dan Osamu (2002:97) terdapat bahwa sekarang ini konsep giri masih memainkan peranan penting dalam masyarakat Jepang modern dalam ragam tentang pemberian hadiah. Meskipun pernyataan terwujud dalam bentuk pemberian barang, pada hakikatnya giri tidak hanya berupa pemberian barang. Seperti diungkapkan Benedict (1996:116) bahwa giri untuk dunia berarti memiliki kewajiban membayarkan hutangnya pada seseorang yang telah memberikan bantuan seperti pemberian uang, kemurahan hati atau kontribusi dalam pekerjaan. Diungkapkan pula oleh Gillespie dan Sugiura dalam Davies dan Osamu (2002:95) bahwa: Giri does not have any equivalent concept in English (although in Japan considered) the most valued standard in human relationship: master-subordinate, parent-child, husband-wife, brothers and sisters, friends and sometimes even enemies and business connections. If pressed to define it, giri involves caring for others from whom one has received a debt of gratitude and a determination to realize their happiness, sometimes even by self-sacrifising. Terjemahan: Giri tidak memiliki konsep yang sama dalam bahasa Inggris (walaupun dalam Jepang) standar paling dihargai dalam hubungan manusia: atasan-bawahan, orangtua-anak, suami-istri, kakak dan adik, teman-teman, dan terkadang sesama musuh dan rekan bisnis. Jika ditekankan untuk mendefinisikan hal ini, giri melibatkan kepedulian pada orang lain dari seseorang yang sudah menerima hutang terima kasih dan penentuan untuk mewujudkan kebahagiaan mereka 15

7 Menurut Davies dan Osamu (2002:98) juga mengungkapkan bahwa seseorang yang menerima hadiah tanpa memberikan hadiah sebagai timbal baliknya, ia akan dianggap sebagai orang yang bodoh dalam hal kewajiban sosial. Tidak berbeda jauh dengan giri, yang merupakan sebuah kewajiban membalas kebaikan orang lain, gimu pun memiliki pengertian yang hampir serupa. Diungkapkan oleh Benedict (1996:117), these obligation of gimu are compulsory, yang artinya kedua tanggungan dalam gimu ini adalah wajib. Dengan demikian gimu pun memiliki makna yang hampir sama dengan giri yaitu sebuah kewajiban yang juga harus dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama terhadap keluarga dan Negara. Benedict (1996:117) juga mengatakan bahwa gimu tidak pernah bersyarat, maksudnya adalah dalam hal ini setiap individu tidak memiliki sesuatu yang akan menentukan bagaimana gimu itu dilakukan. Tidak dengan waktu ataupun biaya. Melalui Benedict (1996:119) diketahui pula bahwa kebaikan terhadap orangtua yang masuk ke Jepang menjadi sebuah tanggung jawab untuk seseorang penuhi meskipun seandainya harus memaafkan cela dan kejahatan orangtua sendiri. Sehingga inilah yang dimaksud bahwa gimu itu tidak bersyarat karena diperlukan ketetapan hati dan ketulusan dalam menjalankannya. Disebutkan oleh Tanaka (2002:36) mengenai gimu: 既に述べたように 権利は個人の欲望を認める方向で動くが 義務はこれとは逆に社会から個人に要請されるものである どちらかというと 個人の欲望を抑制する方向で動くと言えるだろう このように述べると 義務は個人にとって非常に魅力の薄いものに映るかもしれない 誰かに 義務個人よりも社会の視点に立っており 強制されるものと受け取られがちである 16

8 Terjemahan: Berdasarkan apa yang pernah dijabarkan sebelumnya, hak adalah menyaksikan keinginan pribadi yang bergerak dengan sebuah tujuan, tetapi kewajiban adalah kebalikan daripada hak itu sendiri yaitu dimohonkan dari masyarakat kepada perorangan. Disebutkan bagaimana pun juga, dikatakan bahwa mengendalikan ambisi pribadi yang bergerak dengan memiliki tujuan. Berdasar penjelasan tersebut, gimu adalah untuk individual mungkin terpantul dalam hal darurat dan tipisnya daya tarik. Untuk siapapun, gimu perorangan juga berdiri pada titik pandangan masyarakat, harus dipahami dan dipaksakan. Dalam Lebra (1998:98) dikatakan bahwa pemberian barang merupakan perwujudan terbaik dalam hubungan timbal balik. Pemberian barang ini biasanya disebut chuugen ataupun seibo. Sementara itu, ketika melakukan pemberian yang dilakukan terhadap seseorang yang merupakan korban dari sebuah kecelakaan atau seseorang yang sedang tertimpa bencana, merupakan bantuan yang disebut dengan mimai. Biasanya pemberian ini ditujukan untuk memberikan bantuan secara ekonomi dan juga menunjukkan rasa simpati terhadap korban atau seseorang yang sedang terkena musibah tersebut. Diungkapkan pula menurut Davies dan Osamu (2002:98) bahwa pemberian chuugen dan seibo mewajibkan adanya pengembalian hadiah yang disebut dengan okaeshi. Di Jepang, seseorang yang menerima hadiah tanpa melakukan okaeshi akan dianggap sebagai orang yang menolak kewajiban sosial. Sementara itu, menurut Sendra (2008:31) dikatakan bahwa pemujaan terhadap leluhur adalah salah satu bentuk pembayaran hutang yang harus dilakukan oleh masyarakat Jepang. Salah satu kewajiban yang dimaksud adalah gimu dimana terdapat kewajiban yang ditujukan untuk leluhur, termasuk orangtua. Hal ini bisa tercermin dari banyaknya matsuri yang ada di Jepang dan juga adanya tempat-tempat pemujaan terhadap leluhur seperti ihai. 17

9 2.3 Konsep Giri dan Gimu Pengertian giri menurut Minami (1993:151) yaitu huruf gi di sini menandai bahwa setiap pribadi bertindak mengenai pengertian bagaimana ia harus tampil semestinya. Oleh karena itu, maka giri menuntun seseorang untuk bisa bersikap dengan baik. Seperti dikatakan oleh Benedict (1996:134) bahwa giri bisa diartikan juga sebagai jalan yang baik, aturan yang harus diikuti oleh manusia, dan sesuatu yang dengan paksa dilakukan oleh seseorang untuk mencegah permintaan maaf terhadap dunia. Konsep ini mengandung norma baik yang bisa mengatur sikap seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Giri membuat seseorang melakukan sesuatu yang sudah seharusnya ia lakukan untuk bisa bersosialisasi. Dalam hal ini, giri dilakukan untuk sebuah hubungan timbal balik yang sesuai dengan norma yang ada. Sehingga pada dasarnya giri merupakan kewajiban yang patut dijalankan oleh setiap manusia untuk bisa hidup dalam masyarakat yang harmonis. Meskipun begitu, konsep ini memaksa seseorang untuk melakukannya. Giri mengikat setiap individu untuk melakukan tindakan timbal balik atau berbalaskan walaupun individu tersebut tidak ingin melakukannya. Hal ini bertujuan supaya seseorang tidak menerima cap buruk dari mata masyarakat lain yang akan memandang rendah orang yang tidak memiliki giri. Dikatakan oleh Benedict (1996:135) bahwa seseorang tidak akan melakukan giri ketika ia bersikap sesuai dengan hati. Dengan kata lain adalah tulus. Maka bisa disimpulkan bahwa giri dilakukan dengan adanya sebuah keterpaksaan yang mendorong seseorang untuk melakukannya. Hal ini berdasarkan tujuan agar seseorang bisa diterima dalam masyarakat dan tidak mendapat sebuah penghinaan karena dianggap tidak mengerti atau tidak memahami sebuah giri. Begitu juga dikatakan Benedict (1996:134) giri tidak memberikan orang Barat ide yang berlebih untuk mendeskripsikannya, namun 18

10 kata segan menjadi point di sini. Selebihnya dikatakan pula bahwa melakukan giri adalah penuh dengan keputusasaan. Menurut Minami (1989:187) pengertian giri adalah sebagai berikut. 義理 ということばは 日本語で いろいろな意味もっているが いちばんひろくいえば 義 とは 名人が 自分の あるべきやう をわきまえて行動することであり 義理 とは 義の道理にほかならない Terjemahan: Kata giri, dalam bahasa Jepang, memiliki banyak arti tetapi jika dikatakan secara luas, huruf gi adalah orang yang ahli yang bertindak berdasarkan kesadaran tentang diri sendiri bagaimana seharusnya bersikap. Giri adalah tidak ada yang lain lagi selain melakukan gi (kewajiban) tersebut. Oleh karena itu De Mente (1997:5) mengatakan bahwa melakukan giri dengan sikap tidak sungguh-sungguh atau tidak serius maka akan disebut giri ippen, secara sungguhan dinamakan giri yang tidak lengkap, namun secara kiasan dikatakan sebagai giri tanpa hati. Meskipun begitu, giri memiliki nilai yang akan membawa hubungan interpersonal setiap manusia kepada sebuah kebaikan. Disamping itu, giri juga menuntun sebuah hubungan antara manusia ke dalam hubungan timbal balik yang sepantasnya dan sesuai dengan norma yang ada. Menurut Benedict (1996:136) dinyatakan bahwa giri adalah sulit dan juga cukup segan dilakukan, karena itu karena sebuah giri tampaknya bagi orang Jepang adalah cukup dengan sebuah kalimat mengenai hubungan yang menjadi beban. Hal ini dikarenakan pada dasarnya seseorang yang tidak ingin melakukan sebuah kebaikan atau tidak ingin memberikan sebuah barang, namun demi memainkan peranan yang baik di mata masyarakat, ia rela melakukan hal tersebut. Oleh sebab itu, hubungan yang timbul diantara keduanya kemungkinan telah menjadi sebuah hubungan yang penuh beban. 19

11 Menurut De Mente (1997:5) dikatakan bahwa sekarang ini giri adalah kewajiban seseorang untuk memenuhi tanggung jawab sosial. Tidak hanya berupa sebuah pengorbanan seseorang untuk membantu orang lain, namun juga seringkali dihubungkan dengan sebuah pembalasan dari pemberian yang telah diberikan oleh orang lain. Jika seseorang sudah menerima bantuan atau sebuah barang dari orang lain, maka ia akan berhutang terhadap orang lain dan kemudian berkewajiban membayarkan hutangnya tersebut atau dengan kata lain menyeimbangkannya dengan beberapa kebaikan atau pengorbanan. Dengan begitu, seseorang itu telah melakukan kewajiban sosialnya terhadap orang lain. Dikatakan oleh Benedict (1996:116) yang menjelaskan bahwa giri adalah hutang yang harus dibayarkan yang secara matematis sepadan terhadap kebaikan yang telah diterima dan ada batas waktunya. Dalam hal ini giri dibagi menjadi dua bagian, yaitu giri kepada dunia dan giri untuk nama seseorang. Giri terhadap dunia berarti kewajiban membayarkan hutang pada orang lain yang telah memberikan kebaikan atau sebuah hadiah. Giri kepada dunia meliputi kewajiban terhadap kawan, keluarga yang tidak begitu akrab meskipun memiliki satu leluhur yang sama, dan orang yang tidak memiliki hubungan darah. Giri bisa berupa uang, hadiah, kebaikan hati atau kontribusi dalam pekerjaan. Di sisi lain giri untuk nama seseorang adalah kewajiban untuk menjaga nama baik seseorang. Semua bentuk giri memiliki satu tujuan yaitu untuk memenuhi kewajiban yang harus dilakukan seseorang dalam menjalankan hubungan dengan orang lain. Menurut Matsumura dalam Davies dan Osamu (2002:95) diungkapkan bahwa giri mungkin akan lebih bisa dimengerti jika dijabarkan sebagai prinsip moral atau 20

12 kewajiban, aturan yang harus ditaati dalam hubungan sosial, dan kelakuan baik yang wajib diikuti atau malah harus dilakukan disamping hanya akan dilakukan. Seseorang yang berpegang teguh dalam memegang prinsip untuk memenuhi girinya, akan lebih dihormati oleh orang lain. Orang akan menganggapnya sebagai seseorang yang melakukan kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan dan memenuhinya dengan baik. Sehingga seseorang yang tidak mengenal atau bahkan tidak melakukan giri akan seperti diasingkan dari dunianya. Oleh sebab itu, setiap orang akan berusaha memenuhi giri untuk memenuhi kewajiban akan aturan yang sudah berlaku sejak lama. Menurut Benedict (1996:142) membayarkan giri dipikirkan sebagai pembayaran yang benar-benar sepadan. Dimaksudkan bahwa jika seseorang menerima kebaikan atau sebuah pemberian dari orang lain, ia harus membayar hutangnya terhadap orang lain tersebut dalam jumlah yang sepadan dengan yang ia terima. Jika ia mengembalikan lebih atau kurang dari yang sudah ia terima, maka ia tetap saja dianggap tidak menghormati orang lain yang sudah memberikan kemurahan hati padanya, baik dalam bentuk bantuan atau barang. Seperti yang diungkapkan Benedict (1996:142) bahwa orang Jepang tabu dalam mengembalikan pemberian dengan pemberian yang lebih besar. Oleh sebab itu, orang Jepang akan mengembalikan apa yang sudah ia terima, secara sepadan. Hal ini untuk mencegah pandangan masyarakat yang mengatakan bahwa ia tidak menaruh hormat akan pemberian orang lain tersebut. Minamoto dalam Davies dan Osamu (2002:96) mengatakan bahwa giri dihormati sebagai sebuah cara pembayaran sesuatu untuk kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak akan mungkin membayarkan sebuah hutangnya apabila ia hanya mendapat pandangan jelek seperti dianggap tidak menghormati orang yang memberikan kebaikan hati hanya karena ia membayarkan hutangnya tidak sepadan dengan jumlah 21

13 yang ia terima. Untuk mencegah pandangan buruk tersebut, orang Jepang memilih membayarkan giri mereka dalam jumlah yang sesuai dengan yang sudah ia terima. Hal ini juga terungkap oleh Minamoto dalam Davies dan Osamu (2002:97) yang mengatakan bahwa jika seseorang menerima sebuah hadiah dari orang lain, ia harus mengembalikannya dalam harga yang sama. Dengan demikian tujuan harmonisasi dari sebuah hubungan sosial antar manusia dapat terwujud karena mengikuti norma dan aturan yang telah menjadi budaya dalam masyarakat Jepang. Pada intinya, bagaimana pun kondisi sebuah giri tetaplah sesuatu yang menuntut seseorang untuk bisa memenuhi kewajibannya. Meskipun dikatakan Benedict (1996:135) bahwa giri tidak menggunakan hati saat melakukannya. Sementara itu menurut Fukutake (1989:142) mengatakan bahwa disebagian tempat anak-anak tumbuh dengan memperhatikan apa yang mereka tampilkan dan kewajiban giri sehingga mengirimkan moral mereka ke dalam sebuah pemikiran mengenai: jangan lakukan itu atau orang akan menertawakan kamu, maka kamu akan kehilangan muka. Dengan begitu, berarti setiap individu, terlepas usia, memang harus mematuhi giri supaya mereka bisa diterima masyarakat luas dengan reputasi yang baik. Hal ini berhubungan dengan giri terhadap nama baik seseorang, dimana setiap individu sudah memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang kuat untuk menjaga nama baik dirinya sendiri, terutama orang lain. Pada akhirnya, mengingat manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain, maka giri pun pada akhirnya yang mengikat manusia untuk bisa memiliki perasaan saling ketergantungan. Seperti dikatakan oleh Doi (1992:31) bahwa giri mengikat hubungan antara manusia dalam hubungan ketergantungan. Giri memang membuat manusia melakukan hubungan timbal balik atau tindakan berbalasan untuk bisa saling 22

14 menghormati satu sama lain. Oleh karena itu, manusia tidak akan bisa hidup tanpa giri jika ingin menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang membutuhkan kehadiran orang lain. Giri juga membuat keadaan dalam sebuah hubungan menjadi seimbang. Dikarenakan giri membuat sebuah keseimbangan dalam hidup, maka Benedict (1996:149) mengatakan bahwa dalam giri untuk nama seseorang juga dibutuhkan bahwa seseorang harus mampu hidup sesuai dengan posisi orang lain dalam kehidupan. Jika seseorang gagal melakukan giri tersebut, maka ia akan kehilangan harga diri dan tidak berhak menghargai dirinya sendiri. Sebaliknya, jika seseorang berhasil memenuhi giri, maka ia telah berhasil memenuhi kewajiban sosialnya di dalam hidup. Maka ia tak perlu menyandang rasa malu dan bisa menghargai dirinya sendiri. Sama dengan yang telah diungkapkan oleh Minami (1992:159) bahwa giri merupakan sebuah kehormatan bagi nama seseorang atau nama baik dalam masyarakat. Oleh sebab itulah giri tidak diterapkan hanya dalam perorangan, namun juga diterapkan dalam keseluruhan masyarakat. Sehingga giri juga berarti sebagai janji untuk tidak merusakkan nama baik seseorang dan tidak membawa malu pada masyarakat. Dalam menjaga nama baik seseorang, giri juga berperan penting dalam keluarga. Sehingga bukan saja nama baik atau kemurahan hati dari orang lain saja yang harus mendapat bayaran, tetapi keluarga juga termasuk di dalamnya. Sebagai seorang individu yang hidup dalam komunitas kelompok terkecil bernama keluarga, tentu saja membayar setiap hutang pada anggota keluarga juga merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Seperti diutarakan Minami (1993:155) bahwa giri juga terdapat dalam hubungan orangtua dengan anak dalam bentuk tindakan baik dan juga bentuk rasa sayang anak terhadap balasan dari kasih sayang yang sudah diberikan oleh orangtua. 23

15 Sementara itu, konsep lain yang juga memiliki kesamaan adalah gimu. Konsep ini juga merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya. Hanya saja antara giri dan gimu berada dalam jangka waktu dan keadaan yang berbeda. Apabila membayarkan giri memiliki batas waktu tertentu, sementara gimu tidak memiliki batasan waktu dalam membayarkan hutangnya. Seperti dikatakan oleh Benedict (1996:115) pembayaran hutang tanpa batas waktu disebut sebagai gimu sehingga dikatakan bahwa pembayaran seseorang tidak mungkin lebih dari sepersepuluhribu dari on ini. Dengan kata lain gimu tidak akan bisa dibayarkan hingga lunas. Gimu adalah kewajiban pembayaran terhadap on yang pernah diterima, namun jangka waktunya tidaklah terbatas. Oleh karena itu gimu seperti ini bersifat seumur hidup. Contohnya saja: gimu terhadap Kaisar atau Negara yang disebut dengan chuu. Ada juga gimu terhadap orangtua atau leluhur yang sering disebut koo. Sedangkan gimu terhadap profesi seseorang disebut dengan nimmu. Diantara nilai chuu (kesetiaan) dan koo (kepatuhan), nilai tertinggi dalam keluarga adalah kepatuhan anak terhadap orangtua, nenek moyang dan leluhurnya. Kepatuhan atau koo ini memiliki lima unsur yaitu : hubungan antara bapak-anak, majikan-bawahan, suami-istri, kakak-adik, dan teman dengan teman (Bellah, 1992:249). Sementara itu menurut Benedict (1996:134) gimu setidaknya adalah sekelompok kewajiban yang menjadi utang seseorang kepada lingkaran keluarga terdekatnya. Sehingga gimu ini dibayar seseorang karena ada ikatan-ikatan khusus yang kuat dan erat yang telah dimiliki saat ia lahir. Yang lebih ditekankan melalui teori ini adalah dimana gimu adalah terhadap keluarga kandung. 24

16 Menurut Tamori (2005:117) dijelaskan bahwa gimu adalah: 義務 というのは 返しきれるものではなく 時間的にも限りがない義務のこと チュー 忠 コー 孝 ニンム 任務 などの義務がある という 忠 考は 天皇や両親に対する義務だ Terjemahan: Yang disebut dengan gimu adalah bukan hanya sekedar pengembalian, karena dalam gimu masa waktunya pun tidak memiliki batasan. Chuu, koo, ninmu ada dalam bagian gimu. Chuu dan koo merupakan gimu terhadap kaisar dan orangtua. Menurut Benedict (1996:116) dijabarkan tentang pengertian gimu yaitu pembayaran penuh dari kewajiban yang satu ini adalah masih belum cukup dan tidak ada batasan waktu di dalamnya. Seperti giri yang memiliki pembagian, gimu pun memiliki tiga bagian. Pertama adalah chuu sebagai kewajiban terhadap Negara. Kedua adalah koo yang berarti kewajiban kepada orangtua atau leluhur. Ketiga adalah nimmu yang berarti kewajiban terhadap pekerjaan seseorang. Ketiga gimu tersebut adalah wajib dan sesungguhnya sekolah di Jepang menyebut gimu pendidikan karena tidak ada kata-kata yang cukup berjasa mengartikan kata wajib. Sehingga melakukan gimu bisa disimpulkan sebagai seorang yang berpendidikan. Maka dari itu, kedua gimu tidaklah memiliki syarat dalam perwujudannya. Seperti dalam Benedict (1996:123) bahwa adalah gimu untuk menjaga dan mendidik anak sendiri. Meskipun tidak ada kata-kata yang bisa menjabarkan kewajiban orangtua terhadap anak, karena semua kewajiban tersebut tertutup oleh koo yang memang ditujukan untuk orangtua. Dari penjabaran diatas jelas sekali menunjukkan bagaimana seorang anak seharusnya bersikap terhadap orangtua. Bagaimana ia merawat orangtua masing-masing di usia yang sudah tua untuk membalas kebaikan dan kasih sayang 25

17 orangtua mereka sendiri yang telah merawat mereka sebagai anaknya. Ditambah lagi, bagaimana cara seorang anak membalas jasa orangtua dengan berbakti dan sadar apa yang harus ia bantu untuk orangtua sendiri, seperti misalkan membantu membersihkan rumah. Sementara chuu sendiri dijabarkan sebagai sebuah kesetiaan yang diberikan seorang bawahan terhadap atasan dalam jaman-jaman sejarah. Pada dasarnya, menurut Benedict (1996:117) dalam membuat jasa seperti ini, Jepang telah mengadaptasi konsep dari Cina tentang kewajiban terhadap negara dan sikap baik pada orangtua. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa seorang anak telah melakukan gimu pada orangtuanya. Dengan kata lain, gimu bisa diartikan sebagai warna lain dalam sebuah tanggung jawab dan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap individu dalam peranannya sebagai mahluk sosial yang tidak akan bisa hidup sendiri saja. Sama seperti giri, gimu pun bertujuan mengatur hubungan dalam manusia. Dengan kata gi yang mengawali kedua huruf tersebut, berarti memiliki makna sebuah ketetapan hati, karenanya baik giri ataupun gimu harus dilaksanakan sebagai aturan yang berlaku. Dikatakan pula oleh Benedict (1996:124) bahwa bekerja untuk koo tidak selalu bertujuan untuk mendapatkan kasih sayang dari orangtua. Ada beberapa hal yang memang sudah seharusnya dan sewajarnya dilakukan oleh seseorang untuk keluarga mereka sendiri. Menurut Benedict (1996:134) dikatakan bahwa gimu tidak pernah didefinisikan sebagai rasa segan. Point inilah yang membuat giri dan gimu tampak begitu kontras. Dinyatakan pula bahwa gimu, seberapa berat diminta terhadap seseorang, paling tidak adalah sebuah kewajiban kelompok yang harus ia bayarkan diantara kelompok terdekat dari keluarga intim dan terhadap aturan dimana didirikan sebagai simbol untuk negara, jalan hidup dan juga sikap patriotismenya. 26

18 Sementara itu menurut Yabuuchi (2004:268) disebutkan pula bahwa pembayaran atas kewajiban ini masih tidak lebih dari sebelah pihak dan tidak ada batasan waktunya. Pada intinya, seseorang yang membayarkan giri harus membayarkan gimu seperti ia membayar giri tersebut. Keduanya adalah kewajiban dan aturan yang membuat seseorang bersikap berbalasan atau timbal balik demi keharmonisan hidup. Hanya saja keduanya dikondisikan berbeda dalam penerapannya. 2.4 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur penting dalam setiap karya fiksi. Seperti dikatakan Unsriana dan Vitriani (2006:109) bahwa karakter adalah pemeranan, pelukisan watak. Sebuah karakter akan mampu membangkitkan semangat penikmat karya fiksi karena tokoh merupakan pusat dari sebuah cerita. Biasanya orang akan lebih memperhatikan seorang karakter atau tokoh dibanding plot ceritanya. Tokoh yang memiliki karakter kuat akan mampu membawa suasana yang lebih mendalam. Bisa dikatakan, khususnya dalam drama, bahwa tokoh adalah penentu dari sebuah drama. Sebuah tokoh yang mampu menempatkan karakternya dengan baik, akan membuat penonton menjadi terpikat dan jatuh cinta terhadap drama tersebut. Seperti dikatakan oleh Jones melalui Nurgiyanto (2002:165) bahwa penokohan adalah pelukisan yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sehingga jika tokoh yang ada dalam sebuah cerita tidak jelas, maka drama tersebut kemungkinan besar tidak akan bisa dinikmati masyarakat. Hal ini juga menunjukkan betapa besarnya peranan sebuah tokoh dalam sebuah drama. Unsur tokoh merupakan penting dalam hal menghidupkan sebuah cerita, menomorduakan unsur-unsur lainnya. 27

19 Menurut Nurgiyanto (2002:172) bahwa penokohan dan pemplotan merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan menggantungkan satu sama lain. Dengan kata lain, plot memang merupakan kerangka-kerangka yang membangun sebuah cerita sementara tokoh merupakan pewarna dalam sebuah drama. Pada hakikatnya, orang akan lebih tertarik pada warna ini dibanding dengan kerangka-kerangka yang menyusunnya. Itulah mengapa tokoh memiliki peranan penting sebagai pewarna agar cerita dalam sebuah drama tampak lebih hidup. Plot juga merupakan penjelasan bagaimana sebuah tokoh itu bisa terbentuk. Oleh karena itu keduanya merupakan kesinambungan yang sangat erat kaitannya dalam membangun sebuah cerita. Nurgiyanto (2002:173) juga mengungkapkan mengenai tokoh dan tema dimana sebagai unsur utama sebuah karya fiksi, tokoh dan tema juga saling berhubungan erat. Apabila sebuah tokoh dimasukkan ke dalam sebuah tema tertentu yang tidak relevan, maka tokoh itu tidak akan bisa disampaikan kepada penonton. Jika dipaksakan, maka akan terjadi keanehan dalam sebuah cerita yang membuat kisahnya terasa begitu janggal dan tidak bisa diterima masyarakat. Oleh sebab itu, biasanya penulis akan memilih karakter-karakter yang paling sesuai dengan temanya. Dalam pembagiannya, tokoh memiliki banyak bagiannya, namun pada dasarnya setiap drama akan memiliki tokoh utama, tokoh pembantu, tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Tokoh-tokoh ini yang akan saling beradu secara emosional sehingga menimbulkan perasaan ikut terhanyut ke dalamnya, yang membuktikan bahwa tokoh itu terasa begitu relevan dengan penonton. 28

20 2.5 Teknik Montase Menurut Humprey (2005:150) dijelaskan bahwa teknik montase adalah salah satu teknik mendasar dalam sinema. Teknik montase itu sendiri berasal dari perfilman, yang memiliki arti memotong-motong, memilah-milah, serta menyambung-nyambung gambar sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Teknik montase di dalam bidang perfilman digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan. Sehingga pada dasarnya, teknik montase mengambil sebuah kegiatan yang terdapat pada sebuah film, menggabung-gabungkannya dan membentuk kesatuan yang utuh sehingga mampu dimengerti oleh orang umum. Teknik montase juga seringkali digunakan untuk menciptakan suasana. Teknik ini juga digunakan dalam penyajian ekacakap karena pikiran-pikiran yang susul-menyusul. Teknik montase pun bisa menyajikan kesibukan latar seperti hiruk pikuk kota atau suatu kekalutan. 29

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada

Bab 2. Landasan Teori. Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep persahabatan secara umum Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada seorang teman atau sahabat, yang mana rasa perhatian yang khusus ini bisa

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang Menurut Kusunoki (1993:6) yang dituntut dari Japanologi adalah studi gejala-gejala budaya yang begitu luas yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap

Bab 5. Ringkasan. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap Bab 5 Ringkasan Kebudayaan merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu,

Bab 1. Pendahuluan. karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan ruang lingkup yang luas dalam kehidupan. Bermacammacam karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu, membentuk keragaman

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna dengan

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI Oleh ALFA RODHY E.S NIM 0911120061 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan Bab 5 Ringkasan Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan kehadiran orang lain di dalam hidupnya untuk bisa melengkapi. Hubungan diantara manusia tersebut kemudian menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau komunikasi. Apa yang terdapat pada komunikasi tersebut terdapat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa,

Bab 1. Pendahuluan. drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagian besar orang pasti gemar menonton drama. Menariknya jalan cerita dari drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, menangis,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Danwa ( 談話 ) Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse (wacana), teks atau bunshou (karangan). Danwa adalah ungkapan bahasa berupa suatu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016 LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul : A N A L I S I S K O N S E P E M O S I P A D A T O K O H H A K I M D E C I M D A L A M F I L M ANIMASI DEATH PARADE Telah diuji dan diterima

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え )

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Konsep masyarakat Jepang bersifat tidak logis dan lebih intuitif, kenyataan ini berhubungan erat dengan besarnya pengaruh

Lebih terperinci

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo Pemahaman Ungkapan Penolakan Bahasa Jepang pada Mahasiswa Semester V Universitas Riau Oleh: Nunung Nurhayati 1 Anggota: 1. Nana Rahayu 2 2. Arza Aibonotika 3 Email: hayatin001@gmail.com, No. HP:082382432073

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap data tes mengenai pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pengumpulan

Lebih terperinci

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI 0911123035 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi antara individu dalam kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. Keberagaman bahasa

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen) LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB JEP-02-05) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 3.5menganalisisungkapanyangmenyatakankemampuan (dekirukoto)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tak lepas dari interaksi dan komunikasi. Terutama pada pembelajar bahasa asing yang diharapkan dapat berkomunikasi secara baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM 105110201111022 PROGRAM S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Moral Bushidō dalam Masyarakat Jepang Setiap orang pasti mempunyai moral yang dipegang untuk menjadi pedoman hidupnya. Moral telah diajarkan sejak manusia kecil, dan keluarga

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci