BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 63 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills didirikan pada tahun 1976, berlokasi di Karawang, Jawa Barat. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills terkenal dengan Top Quality Paper dan sekarang merupakan salah satu penghasil kertas terbaik di Indonesia. Produk yang dihasilkan merupakan kertas coated dan uncoated dari berbagai macam gramatur untuk berbagai kebutuhan. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mulai tahun 1994 berubah status dari PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) menjadi PMA (Penanaman Modal Asing). PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills menempati areal seluas ha yang terbagi ke dalam 2 pabrik yaitu: PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills I seluas + 45 ha dan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills II seluas ha. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mempunyai banyak mesin, diantaranya: tujuh buah Paper Machine (PM 1 s/d 7), dua OFF Machine Coaters, sebuah On Line Coater, tiga Cast Coater, dua Embosing Machine serta beberapa Cutter Machine di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills I, serta telah merniliki lima buah Paper Machine (PM 8, PM 9, PM l0, PM 11 dan PM l2), tujuh Cast Coater, sebuah Carbonless Coater, empat Cut Size Sheeter, lima Synchro Cutter, 63

2 64 satu Wrapping Roll, dua Wrapmatic-Thimon serta beberapa mesin lainnya seperti Carbonless dan Tissue Converting di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills II. Di dalam usaha untuk memberi kepuasan kepada pelanggan, selain didukung dengan mesin yang berteknologi tinggi serta pengalaman di dalam pembuatan kertas yang tidak kurang dari 30 tahun, PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills mengutamakan satu aspek yang paling utama yaitu Mutu atau Kualitas. Hal ini sesuai dengan kebijakan mutunya PINDO DELI berupaya menjadi yang terbaik lewat keterlibatan aktif seluruh karyawannya didalam memenuhi harapan pelanggan dan masyarakat umumnya. Komitmen tersebut terbukti dengan mendapatkan kepercayaan Dunia lnternasional dengan diraihnya Sertifikat ISO VISI DAN MISI PERUSAHAAN Alasan didirikannya perusahaan ini adalah: 1. Untuk meningkatkan pendapatan devisa negara. 2. Membuka lapangan keraja baru, yang berkelanjutan baik itu di-sekitar perusahaan maupun unit cabang hutan tanaman industri (HTI). Berguna untuk memenuhi kebutuhan kertas tanpa membebani hutan alami. 3. Menyerap tenaga proffessional dan non proffessional, untuk mengurangi tingkat pengganguran. 4. Mendorong timbulnya usaha mandiri dari masyarakat sekitar area dan mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan kertas karena semakin hari kebutuhan kertas semakin meningkat.

3 65 Dengan adanya alasan alasan tersebut PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: Visi : Mengembangkan dan mengendalikan industri kertas nasional secara luas baik dalam maupun Luar Negri. Misi : Menjadiakan perusahaan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills sebagai perusahaan yang terbaik dalam dunia Paper Manufakturing baik Nasional dan Luar Negeri PROSES PRODUKSI Bahan Baku Bahan baku untuk pembuatan kertas yaitu : 1. Pulp, ada 2 jenis yaitu : 1) Leaf Bleached Kraft Pulp (LBKP), adalah pulp yang dihasilkan dengan proses kraft dan telah melalui proses pemutihan dengan bahan bakunya adalah kayu yang mempunyai serat pendek. Ciri kayu yang berserat pendek adalah berdaun lebar. 2) Needle Bleached Kraft Pulp (NBKP), adalah pulp yang dihasilkan dengan proses kraft dan telah melalui proses pemutihan dengan bahan bakunya adalah kayu yang mempunyai serat panjang. Ciri kayu yang berserat panjang adalah berdaun jarum. 2. Bahan-bahan kimia (chemical) tertentu. Masing-masing bahan kimia menghasilkan reaksi yang sangat diperlukan untuk menghasilkari spesifikasi

4 66 kertas (misalkan : gramatur, ketebalan, warna dan kekuatan) sesuai dengan kebutuhan pasar Jenis Kertas yang Diproduksi berikut: Jenis-jenis kertas yang diproduksi di Paper Machine 9 adalah sebagai 1) Photo Copy Paper, yaitu jenis kertas yang dibuat untuk keperluan mesin photo copy. Dalam perkembangannya penggunaan kertas jenis ini lebih luas diantaranya seperti: untuk pembuatan dokumen yang dicetak pada berbagai jenis printer dan faksimile. 2) Woodfree Paper, yaitu jenis kertas yang dibuat untuk keperluan mesinmesin percetakan, misalnya digunakan di percetakan koran, tabloid dan majalah. 3) Carbonless Base Paper, yaitu jenis kertas yang digunakan sebagai bahan untuk membuat kertas NCR (No Carbon Required). kertas NCR (No Carbon Required) adalah kertas yang dipakai untuk membuat salinan suatu dokumen yang media penyalinannya tidak memakai karbon. 4) Cast Coat Base Paper, yaitur jenis kertas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat kertas cast coat. Kertas cast coat adalah jenis kertas yang permukaannya dilapisi lagi sehingga menghasilkan kertas yang permukaannya licin dan mengkilap.

5 Deskripsi Proses Industri pulp dan kertas mengubah bahan baku serat menjadi pulp, kertas dan kardus. Urutan proses pembuatannya adalah persiapan bahan baku, pembuatan pulp (secara kimia, semi-kimia, mekanik atau limbah kertas), pemutihan, pengambilan kembali bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan kertas. Skema diagram prosesnya terlihat pada gambar 1, dibawah ini. Proses yang membutuhkan energi paling tinggi adalah proses pembuatan pulp dan proses pengeringan kertas. Gambar 1. Diagram alir proses PT. PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS Pembuatan pulpdan proses pengeringan kertas. Gambar 4-1. Diagram alir proses PT. PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah sebagai berikut :

6 68 1) Pembuatan pulp pada Pulper: Dalam tanki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi slurry. Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin 2) kertas. Bahan baku dimasukkan kedalam PULPER untuk defiberization dan mempercepat beating serta fibrillation dikarenakan pemekaran serat. 3) Cleaner: Proses pemutihan untuk tipe pulp Kraft dilakukan dalam beberapa menara dimana pulp dicampur dengan berbagai bahan kimia, kemudian bahan kimia diambil kembali dan pulp dicuci. 4) Pemurnian: Pulp dilewatkan plat yang berputar pada alat pemurnian bentuk disk. Pada proses mekanis ini terjadi penguraian serat pada dinding selnya, sehingga serat menjadi lebih lentur. Tingkat pemurnian pada proses ini mempengaruhi kualitas kertas yang dihasilkan. 5) Pembentukan: Selanjutnya, proses dilanjutkan dengan proses sizing dan pewarnaan untuk menghasilkan spesifikasi kertas yang diinginkan. Sizing dilakukan untuk meningkatkan kehalusan permukaan kertas; pada saat pewarnaan ditambahkan pigmen, pewarna dan bahan pengisi. Proses dilanjutkan dengan pembentukan lembaran kertas yang dimulai pada headbox, dimana serat basah ditebarkan pada saringan berjalan. 6) Pengepresan: Lembaran kertas kering dihasilkan dengan cara mengepres lembaran diantara silinder pada calendar stack.

7 69 7) Pengeringan: Sebagian besar air yang terkandung didalam lembaran kertas dikeringkan dengan melewatkan lembaran pada silinder yang berpemanas uap air. 8) Calender Stack: Tahap akhir dari proses pembuatan kertas dilakukan pada calendar Stack, yang terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas. 9) Pope Reel: Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kertas yaitu pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar, dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas SISTEM PENGENDALIAN PROSES Pengertian modern dari konsep kualitas adalah membangun sistem kualitas modern, yang salah satu strateginya adalah berorientasi pada stategi pencegahan. Strategi ini dimaksudkan agar adanya aktivitas yang berorientasi kepada tindakan pencegahan kerusakan dan bukan berfokus pada upaya perbaikan kerusakan saja. Dalam usaha peningkatan kualitas ini, perlu dibuat suatu system proses sebagai implementasi dari strategi pencegahan. yang dapat dilihat pada gambar 4-2. berikut: (Vincent Gaspersz, 1998: h.128).

8 70 Gambar 4-2. Model Sistem Pengendalian Proses Salah satu cara yang dilakukan sebagai alat dalam sistem pengendalian proses ini adalah pengendalian kualitas. Terdapat beberapa metode dalam pengendalian kualitas, tetapi dalam Tugas Akhir ini menggunakan pengendalian sistem produksi karena pengendalian kualitas telah di bahas pada laporan kerja praktek STUKTUR ORGANISASI PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills dipimpin oleh seorang presiden direktur yang dibantu oleh empat orang manajer, yaitu ; 1. Manajer Pemasaran 2. Manajer Operasi 3. Manajer Administrasi 4. Manajer Keuangan

9 71 Untuk mengetahui struktur organisasi perusahaan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, sedangkan struktur organisasi Unit Produksi Lab, PM 9 yang dibahas dalam laporan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini Tata Letak Perusahaan Lokasi Lokasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills : 1) Pindo Deli I : Jl. Prof. H. Soetami No. 88 Telukjambe, Karawang 41313, Jawa Barat. 2) Pindo Deli II : Desa Kuta Mekar BTB 6-9, Karawang 41361, Jawa Barat. Ditinjau dari segi geografisnya lokasi tersebut cukup strategis dan menguntungkan, karena :

10 72 Dekat dengan Sungai Citarum sebagai sumber air, Dekat dengan pintu tol Cikampek-Jakarta kira-kira 20 km dari Jakarta, sehingga transfortasi bahan baku dan produk yang keluar masuk pabrik menjadi sangat mudah. Hal ini sangat menguntungkan dalam hal waktu dan biaya Tata Letak Pabrik Areal pabrik PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah kurang lebih 500 ha, dimana PT.Pindo Deli Pulp and Paper Mills I 45 ha dan sisanya merupakan luas daerah PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills II. yaitu: Secara garis besar PT.Pindo Deli Pulp and Paper Mills II dibagi tiga area 1. Area A, bangunan kantor 2. Bangunan ini terdiri dari satu kantor utama (Main Office). Di kantor utama (Main Office) inilah terpusat seluruh kegiatan administrasi untuk mengendalikan kegiatan pabrik sehari-hari. 3. Area B, bangunan pabrik Bangunan pabrik terdiri dari beberapa bagian unit terpadu, diantaranya : 1) Bangunan untuk mesin kertas sebanyak tiga unit, 2) Bangunan untuk air bersih limbah sebanyak satu unit, 3) Penyediaan air bersih sebanyak satu unit,

11 73 4) Pengelolaan air produksi sebanyak dua unit. Selain unit-unit diatas dilengkapi pula dengan sarana penunjang lain, seperti : bengkel, laboratorium, pergudangan, dan lain-lain. 4. Area C, mess karyawan Mess karyawan terdiri dari dua lokasi, satu terletak dalam lokasi pabrik dan yang lainnya terletak diluar lokasi pabrik yaitu sebelah barat tidak jauh dari lokasi pabrik. Mess karyawan tersebut dilengkapi dengan fasilitas penerangan, MCK, kantin serta arena olah raga DATA PERMINTAAN PRODUKSI PM #9 PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah sebuah industri kertas swasta nasional besar yang berlokasi di Desa Kuta Mekar Btb. 6-9 Ciampel-Karawang, Java-Barat, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1976 dan saat ini memiliki karyawan yang bekerja 3 shift dengan jam kerja 8 jam per shift. PT. Pindo Deli memproduksi kertas fotokopi, kertas khusus dan kertas tisu dengan kapasitas produksi ton per-tahun, termasuk produksi dari PM8 dan PM9 19, Rolled/on per-bulan yang mulai berproduksi tahun 1997 dan PM11 berproduksi tahun Perusahaan tertarik untuk mengikuti proyek GERIAP karena efisiensi energi adalah salah satu strategi perusahaan untuk menjadi perusahaan yang efisien dan kompetitif. Peramalan permintaan dilakukan dengan mengunakan data historis tentang data permintaan selama satu tahun dalam dua kali priode terakhir dalam rentang waktu 12 bulan. Adapun data permintaan selama 12 bulan pada tahun 2010

12 pada mesin #9 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah sebagai berikut: Tabel 4-1. Data Permintaan Produksi pada mesin #9 (Januari 2010 Januari 2011) Bulan Permintaan (kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Berdasarkan data di atas maka data tersebut dapat dianalisa terlebih dahulu untuk mengetahui data time series. Pola tersebut menemukan metode peramalan yang akan digunakan. Adapun analisa pola time series yang digambarakan dalam grafis di bawah ini:

13 Permintaan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Gambar 4-1.Grafik Plot Data Permintaan bulan Januari 2010 Januari PERAMALAN PERMINTAAN Pada grafis diatas dapat diketahui data tersebut memiliki pola tread. Dalam menentukan permintaan yang akan datang dilakukan peramalan dengan data permintaan produksi permintaan pada priode sebelumnya. Berikut ini adalah pola data yang dihasilkan dari perhitungan peramlan (Double exponential smoothing dan linear), dan hasil dari perhitungan kesalahan peramalan Metode Double Exponental Smoothing Dalam metode DES dilakukan metode smooting (pemulusan) dua kali. Pada pembahasan ini mengunakan α (alpha) 0,1 sampai 0,9 untuk mengetahui kesalahan peramalan terkecil.

14 76 Berikut ini adalah hasil dari peramalan permintaan produksi dengan mengunakan metode Double Exponential Smoothing dan dihitung kesalahan peramalannya, untuk lebih lengkap dapat dilihat dilampiran. Tabel 4-2 Hasil Peramalan DES Bulan Demand α 0,1 α 0,2 α 0,3 α 0,4 α 0,5 α 0,6 α 0,7 α 0,8 α 0,9 Januari 373,234 Februari 660, , , , , , , , , ,8212 Maret 249, , , , , , , , , ,3608 April 801, , , , , ,63 299, , , ,334 Mei 567, , , , , , , , , ,5622 Juni 802, , , , , ,67 681, , , ,806 Juli 236, , , , , , , , , ,7386 Agustus 216, , , , , ,36 283, , , ,448 September 340, , , , , , , , , ,1554 Oktober 401, , , , , , , , , ,6092 Nopember 445, , , , , , , , , ,5352 Desember 451, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9638 Tabel 4-3. Analisa Kesalahan Peramalan DES Nilai α MSE MAD SEE MAPE 0, , ,59 433,57 76% 0, , ,49 429,21 95% 0, , ,25 317,53 59% 0, , ,48 497,81 62% 0, , ,85 302,74 60% 0, , ,32 345,09 72% 0, , ,82 408,76 88% 0, , ,14 485,42 106% 0, , , ,42 968% Alpha yang dipilih adalah 0,5 kerena memiliki kesalahan peramalan terkecil. Adapun nilai kesalahan peramalan yang lain terdapat pada lampiran.

15 77 Berikut ini adalah analisa hasail dari metode Double exponential smoothing dengan mengunkan alpha α 0,5: Tabel 4-4. Hasil Peramalan Metode DES Dengan Mengunakan Metode Alpha 0,5 NO Periode Jumlah Permintaan/Peroduksi (ton) S't S"t At Bt Ft Xt-Ft (Xt-Ft) (Xt-Ft)2 (Xt-Ft)/Xt 1 Januari 373, ,617 93, , , Februari 660, , , , , , , , , , Maret 249,63 124,815 62, , , , , , ,5879 1, April 801, , , , , ,63 552, , ,4178 0, Mei 567,67 283, , , , , , , , , Juni 802, , , , , ,67 234, , , , Juli 236,36 118,18 59,09 177,27 59,09 802, , , ,7241 2, Agustus 216, , , , , ,36-19,607 19, , , September 340, ,447 85, , , , , , , , Oktober 401, , , , , ,894 61,07 61, ,5449 0, Nopember 445, , , , , ,964 43,804 43, , , Desember 451, , , , , ,768 5,323 5,323 28, , , , ,091 MSE 91648,92 338,3183 MAD 230, ,5455 SEE 302, ,7728 MAPE 60% , ,071 6, Berikut ini adalah contoh perhitungan metode Double exponential smoothing dengan α 0,... pada priode pertama: S t = α.xt + (1-α)Xt-1 = 0,5(373,234) + (1-0,5).0 = 186,617

16 78 S t = α.s t + (1-α)S t-1 = 0,5(186,617) + (1-0,5).0 = 93,3085 At = 2S t S t = 2(186,617) -93,3085 = 279,9255 = (0,5.(1-0,5) X (186,617-93,3085) = (0,5/0,5) x 93,3085 = 93,3085 Untuk peramalan, priode 12 dijadikan titik dasar peramalan untuk priode 13 sampai 24, sehingga didapat formula perhitungan sebagai berikut: Ft = 279, ,3085 (m) Dimana : At = 279,9255 dan Bt = 93,3085 Contoh perhitungan peramalan pada priode 14. Ft = At + Bt(m) Ft = 279,955 + (93,3085.2) Ft = 373,234

17 79 m = 2 karena selisih priode 14 sampai 12 adalah 2. Dari hasil peramalan dengan mengunakan metode alpha 0,5 maka dapat dibandingkan antara data permintaan dengan data peramlan permintaan pada tahun yang sama pada metode grafik. Hal ini dilakukan berguna sebagai mengetahui seberapa jauh atau dekatnya hubungan permintaan dengan memiliki fluktuasi dari grafik Januari Februari Maret April Mei Juni Permintaan Aktual Forecast permintaan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Gambar 4-2. Grafik Fluktuasi permintaan dan peramalan DES Berdasarkan data diatas dapat kita lihat perbedaan antara fluktuasi antara demand dengan forecasting demand. Namun perbedaan data fluktuasinya tidak berbeda terlalu besar, ini menandakan metode peramalan baik.

18 Metode Linear Sedangkan metode linear langkah - langkah yang digunakan akan lebih sederhana bila dibanding dengan metode Double exponential smoothing, namun bukan metode ini tidak baik untuk digunakan. Hal ini diketahui dengan membandingkan kedua metode ini melalui kesalahan peramalan yang akan diketahui dengan beberapa metode kesalahan peramalan. Dalam metode linear ramalan permintaan untuk priode (t/ft) diperoleh dari hasil peramalan: Sehingga menjadi : Ft = 551,803 + (-13, ).t Sehingga untuk metode pertama dari peramalan adalah sebagai berikut: Ft = 551,803 + (-13, ) Ft = 538,04 (lihat lampiran)

19 81 Berikut ini adalah hasil perhitungan peramalan pada produksi dengan mengunakan metode linear dan perhitungan kesalahan peramalannya, untuk melihat perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran. Tabel 4-5. Hasil peramalan dengan metode linear Bulan Demand (Xt) Ft Januari 373, ,041 Februari 660, ,278 Maret 249,63 510,516 April 801, ,754 Mei 567,67 482,991 Juni 802, ,229 Juli 236,36 455,467 Agustus 216, ,705 September 340, ,942 Oktober 401, ,180 Nopember 445, ,418 Desember 451, ,655 Tabel 4-6. Analisa Kesalahan Metode Linear. Metode MSE MAD SEE MAPE Linear 36459, ,5 190,9 43% 4.9. PEMILIHAN METODE PERAMALAN YANG AKAN DI-PILIH. Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakann untuk meramalkan keadaan yang akan datang dan memilih atau memiliki penyiapan atau kesalahan dari kadaan aslinya. Metode dengan penyimpangan yang terkecil-lah yang akan dipilih dari metode tersebut sebelum untuk melanjutkan metode agregat produksi.

20 82 Tabel 4-7. Perbandingan Forecasting DES 0,5 dan Linear Priode sampai Bulan Demand (Xt) Ft(DES) Ft (Linear) Jan , ,041 Feb , , ,278 Mar ,63 660, ,516 Apr , ,63 496,754 Mei ,67 801, ,991 Jun , ,67 469,229 Jul ,36 802, ,467 Agust , ,36 441,705 Sep , , ,942 Okt , , ,180 Nop , , ,418 Des , , ,655 Jan ,091 Tabel 4-8. Perbandingan Kesalahan metode Peramalan DES dan Linear. Metode MSE MAD SEE MAPE Linear 36459, , , % DES 91648, , ,74 60% Gambar 4-3. Grafik Perbandingan Actual VS Peramalan metode DES dan Linear.

21 83 Jadi dari data grafis di atas bisa kita lihat bahwa dengan metode linear lebih stabil dan memiliki tingkat kesalahan terkecil dari pada metode DES (Double exponential smoothing), dan bila mengambil metode DES perbedaanya tidak jauh dari data asli tapi memili kesalahan 15% dari pada metode Linear yang hanya 10%. Jadi metode yang akan di ambil dari data peramalan di atas adalah metode linear DATA HARI KERJA PERUSAHAAN Berikut ini adalah data hari kerja yang di terapkan di perusahaan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah sebagai berikut: Tabel 4-9. Data Jumlah Hari Kerja DI PT. Pindo Deli Pump And Paper Mills Dari Bulan Januari 2011 Desember 2011 Bulan Jumlah Hari Kerja Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills #9

22 Metode Economic Order Quantity (EOQ) Rencana Kebutuhan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada penelitian ini penerapan metode Economic Order Quantity (EOQ) menggunakan model Q karena adanya fluktuasi kuantitas permintaan produk pada data histories, sehingga permintaan akan kebutuhan bahan baku juga mengalami fluktuasi. Berikut ini adalah contoh perhitungan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) model Q : 1. Menetukan Jumlah kuantitas pemesanan yang paling Ekonomis. Rumusnya sebagai berikut: Dimana : Biaya tiap kali pesan(s) : Rp Permintaan per-priode (Bulan/D) : kg Penyimpanan bahan baku(h) : Rp. 150,00 kg/bulan Dengan mengunakan rumus maka hasil yang di dapatkan seperti di bawah ini:

23 85 Frekuensi pengiriman (pemesanan) : Waktu siklus pemesanan = 26 hari kerja / 9 = 2,88 3 hari Jadi berdasarkan perhitungan diatas didapat jumlah kuantitas pemesanan bahan baku yang paling ekonomis dalam hal ini yang paling sering muncul dalam permintaan actual yang tidak di pengaruhi oleh hari libur besar nasional yaitu hari Raya Idul Fitri sebesar kg dengan frekuensi pengiriman perbulan 9x pesan, dengan waktu siklus pemesanan adalah 3 hari sekali, setelah hari pemesanan berikutnya. 2. Menentukan Jumlah persediaan minimum (safety stock) Untuk mengetahui besarnya safety stock maka perlu diketahui nilai dari standard deviasi penggunaan bahan baku dasar serta mengsumsikan service level 95%, sehingga kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan (stock out) sebesar 5% berikut ini adalah table perhitungan yang digunakan mencari nilai dari standard deviasi kebutuhan bahan baku.

24 86 Tabel Perhitungan Standard Deviasi Kebutuhan Bahan Baku. Bulan D D' D-D' (D-D')² Jan , Feb , Mar , Apr , Mei , Jun , Jul , (6.881) Agust , (20.643) Sep , (34.406) Okt , (48.168) Nop , (61.930) Des , (75.693) rata -rata sumber data diolah

25 87 Tabel Dari data diatas didapat hasil perhitungan untuk Safety Stock pada priode kali ini frequency level of service-nya adalah 95% maka di dapat hasilnya adalah sebagai berikut: 3. menentukan saat pemesanan kembali atau Reorder Point Dari perhitungan diatas maka kita dapat menentukan jumlah dari ROP adalah sebagai berikut: = (0,01 x ) , = 11871, di bulatkan menjadi 11871,2kg

26 88 4. menentukan Persediaan Maximum (MI) MI = Q +SS MI = , , MI = ,098004kg ,1kg Dari perhitungan yang telah dilakukan persediaan maksimum adalah ,06kg. Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4-11, Hasil perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) model Q ANALISA METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY(EOQ) Metode Economic Order Quantity (EOQ), tingkat inventory didapat dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana : I = rata-rata inventory SS = Safety Stock Q = Kuantitas pemesanan Adapun contoh perhitungan untuk menentukan besarnya tingkat invetory dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) Juli adalah sebagai berikut: Diketahui : Q = ,26kg

27 89 SS = 8138,838004kg Maka besarnya: Berikut ini adalah tabel hasil analisis perbandingan tingkat inventory ratarata dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ): Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Tingkat Inventory dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Bulan Priode I Awal Fp Q (eoq)/1x pesan Q(EOQ)/kg D I Akhir Ī Jan Feb (93.786) Mar Apr ( ) Mei (48.064) Jun ( ) Jul Agust Sep Okt Nop (40.489) Des (75.691) Sumber Data Yang Diolah Keterangan : Q (eoq) = Kuantitas Pemesanan untuk 1x pesan

28 90 Q (EOQ) = Total Kuantitas Pemesanan dalam 1 bulan Fp = Frekuensi pemesanan I = Tingkat Inventory Rata-rata I awal = Inventory periode sebelumnya I akhir = Inventory sisa (Inventory akhir Inventory awal + (Fp x Q(eoq) Demand) Dibawah ini adalah gambar grafik pola tingkat inventory rata-rata antara Economic Order Quantity (EOQ) : tingkat inventory rata-rata Economic Order Quantity (EOQ) dlm kg EOQ Jan-12 Feb-12 Mar- 12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Gambar 4-4. Grafik pola tingkat inventory rata-rata. Dari tabel diatas untuk aktivitas pemesanan bahan baku dari pemasok (supplier) metode Economic Order Quantity (EOQ). Hal ini juga mempengaruhi inventory akhir yang disimpan di gudang mengalami kecenderungan yang semakin menurun maka kuatitas tingkat inventory rata-rata juga ikut menurun (lihat gambar 4-6), dimana kuantitas inventory akhir serta kuantitas tingkat

29 91 inventory rata-rata diupayakan menurun mendekati kondisi ideal yaitu inventory minimum (konsep zero inventory). Tapi pada Tugas Akhir saya ini memilih untuk full inventory di karenakan sumber daya kebutuhan bahan baku ini bersumber dari sumber daya alam Hutan Industri yaitu kayu, karena lebih condong full Inventory karena masa tebang dan umur kayu di perhitungkan disini yang mencakup bagian audit yang lain maka tak di perhitungkan dalam Tugas Akhir kali ini. Total Inventory Cost (TIC) merupakan hasil penjumlahan total dari keseluruhan biaya yang terkandung pada biaya-biaya persediaan. Dimana pada perhitungan untuk mencari besarnya nilai Total Inventory Cost (TIC) didalamnya terdapat tiga elelmen biaya yaitu biaya pembelian, biaya pemesanan, serta biaya penyimpanan akan dilakukan di dalam Agregat Perencanaan produksi PERENCANAAN PRODUKSI Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras ( top management ) dan manufaktur. Di samping itu juga, perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain perencanan produksi adalah : 1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan 2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi 3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi

30 92 4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. 5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis 6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induk Produksi Perencanaan Agregat Metode grafis ini adalah metode perencanaan agregat yang sangat sederhana dan mudah dipahami. Dasar metode ini sebenarnya adalah trial-anderror dengan melihat gambaran antara permintaan kumulatif dan rata-rata permintaan kumulatifnya. berikut : Secara garis besar langkah perencanaan yang dilakukan adalah sebagai 1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. Tabel Histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi rata-rata. Bulan Ft Pt Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

31 93 Keterangan : Pt Pt Ft t = Ft/t = Rata rata Produksi = SubTotal forecasting = Waktu priode Kecepatan Produksi Rata - Rata Demand Ft Rata - Rata Sumber data diolah Gambar 4-5. Grafik Kecepatan Produksi Rata rata Histrogram. 2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periodeperiode adanya kelebihan barang (inventory). 3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang tersebut. 4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos terkecil. Berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini. Perusahaan PT. Pindo Deli Pulp and Paper mills telah

32 94 meramalkan permintaan akan produknya secara agregat yang dapat diliihat pada Tabel 4-14, sebagai berikut : Tabel Permintaan akan Produk Secara Agregat. Bulan Ft Kumulatif Permintaan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember sumber data yang diolah Kumulatif Permintaan Kumulatif per-priode gambar 4-6. Grafik Kumulatif Permintaan Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan, bila mengunakan metode ini persediaan akan menumpuk dan cost biaya beban akan inventory cost-nya sangat

33 95 membengkak tapi sangat efektif dalam mengambil keputusan cepat terhadap top - top management dan manufaktur sehingga dapat dengan sigap mengatasi keadaan yang berpengaruh langsung pada perusahaan baik menetukan strategi bagi exsternal maupun internal perusahaan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu : 1. Alternatif 1 : Metode Heuristik mengendalikan tenaga kerja Metode pengendalian tenaga kerja Pada metode ini, jumlah yang diproduksi pada periode pertama diinisialkan sebesar demand pada periode pertama. Jika demand pada periode berikutnya mengalami kenaikan, maka akan dilakukan penambahan kapasitas. Jika pada periode berikutnya demand mengalami penurunan, maka produksi akan diturunkan sebesar demandnya. Sebelum menghitung Metode Pengendalian tenaga kerja harus menghitung bebberapa parameter-nya terlebih dahulu. Parameter rata rata produksi. Bila total produksi selama 1 tahun atau 12 bulan priode (Januari 2011 Desember 2012) di ketahuwi adalah kg.

34 96 Pekerja di unit produksi mesin #9 adalah 30 orang pekerja dari pekerja. Parameter hiring cost dan firing cost. Diketahuwi Upah minimum Daerah Karawang adalah Rp tapi upah minimum di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah ± Rp ,00 per-bulan maka Hiring cost (ongkos penambahan tenaga kerja bila terjadi) dan Firing cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja bila terjadi pemberhentian

35 97 tenaga kerja) dalam metode ini dengan waktu efisensi di harapkan 95% dan apabila terjadi kelebiahan tenaga kerja akan terjadi pemecatan maksimal 2orang/shift/priode. Jadi Upah minimum 1 orang pekerja per-bulan di unit produksi #9 Rp ,- Dalam satu hari ada 3 shift yang dioperasikan perharinya, 1 shift-nya 8 jam kerja. Maka Hiring cost perjam-nya adalah sebagai berikut:

36 98 Jadi Upah minimum 1 orang pekerja per-bulan di unit produksi #9 Rp ,-.Maka untuk menghitung firing costnya adalah sebagai berikut: Tabel Rekapitulasi Metode Pengendalian Tenaga Kerja Hiring.

37 99 Periode Demand Hiring Firing Tenaga Kerja Biaya TK Biaya Total Januari Rp ,31 0-4,91 Rp ( ,99) Rp ,32 Februari Rp ( ,69) 0-4,02 Rp ( ,44) Rp ( ,14) Maret Rp ( ,69) 0-3,13 Rp ( ,90) Rp ( ,59) April Rp ( ,69) 0-2,23 Rp ( ,36) Rp ( ,05) Mei Rp ( ,69) 0-1,34 Rp ( ,81) Rp ( ,51) Juni Rp ( ,69) 0-0,45 Rp ( ,27) Rp ( ,96) Juli Rp ( ,69) 0 0,45 Rp ,27 Rp ( ,42) Agustus Rp ( ,69) 0 1,34 Rp ,81 Rp ,12 September Rp ( ,69) 0 2,23 Rp ,36 Rp ,67 Oktober Rp ( ,69) 0 3,13 Rp ,90 Rp ,21 Nopember Rp ( ,69) 0 4,02 Rp ,44 Rp ,75 Desember Rp ( ,69) 0 4,91 Rp ,99 Rp ,29 Total Biaya Rp ( ,31) sumber data yang diolah Biaya Hiring = selisih Demand dengan Priode sebelumnya x hiring cost = ( ) x Rp. 90 = Rp ,31,- Tenaga Kerja = jumlah tenaga kerja (Demand : Output pekerja perbulan) =30 - ( : 15411) = -4,91 Biaya TK = Tenaga Kerja x Gaji pekerja perbulan = -4,91 x Rp ,- = Rp. ( ) Gambar 4-7. Grafik Ongkos Tenaga Kerja

38 100 Tabel Rekapitulasi Metode Pengendalian Tenaga Kerja Firing. No Priode Demand Hiring Firing Tenaga Kerja Biaya Tk Biaya Total 1 Januari Rp ,91 Rp ,09 Rp ,54 2 Februari Rp ( ) 34,02 Rp ,26 Rp ,27 3 Maret Rp ( ) 33,13 Rp ,42 Rp ,43 4 April Rp ( ) 32,23 Rp ,59 Rp ,60 5 Mei Rp ( ) 31,34 Rp ,75 Rp ,76 6 Juni Rp ( ) 30,45 Rp ,92 Rp ,93 7 Juli Rp ( ) 29,55 Rp ,08 Rp ,09 8 Agustus Rp ( ) 28,66 Rp ,25 Rp ,26 9 September Rp ( ) 27,77 Rp ,41 Rp ,42 10 Oktober Rp ( ) 26,87 Rp ,58 Rp ,59 11 Nopember Rp ( ) 25,98 Rp ,74 Rp ,75 12 Desember Rp ( ) 25,09 Rp ,91 Rp ,92 Total Biaya Rp ,56 sumber data yang diolah Biaya firing = selisih Demand dengan Priode sebelumnya x hiring cost = ( ) x Rp. 84,357 = Rp Tenaga Kerja = Demand : Output pekerja perbulan = : 15411,6 = 34,91 Biaya TK = Tenaga Kerja x Gaji pekerja perbulan = 34,91 x Rp ,- = Rp ,09,- Jadi pilihan yang paling tepat untuk lebih baik Hiring cost atau firing cost maka yang lebih tepat adalah Firing cost karena mengigat biaya ongkos iklan, proses seleksi, dan training serta banyak peroses lainnya (Hiring) lebih baik mempertahankan para pekerja yang sudah lama sampai masa jawatanya, sementara bila dilakukan pengangkatan tidak boleh lebih dari 1 orang perunit/priode/shift perbulan buat penyegaran unit yang tepat dan melihat metode

39 101 diatas yang paling tepat dengan mengunakan metode subkontrak nanti akan kita bahas setelah inventory cost. 2. Alternatif 2: Mengendalikan jumlah persediaan Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja, maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata - rata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel. Berdasarkan perhitungan dibawah maka inventory terkecil di hitung dari rata - rata terkecil yaitu 0 terjadi pada priode ke 12. Tabel Laju Rata rata Permintaan dan Fluktasi Permintaan. Permintaan Kumulatif Kcp Produksi Kumulatif Produksi persediaan penyesuaian , ŕ sumber data yang diolah Min Keterangan : Persediaan = Kumulatif Permintaan- Kumulatif Produksi = =

40 102 Penyesuaian persediaan(n: ) = (unit persediaan) + kecepatan Produksi + Persediaan = ( ) = Gambar 4-8. Grafik Persediaan Kumulatif 2.1. Total Inventory Cost (TIC) Total Inventory Cost (TIC) merupakan hasil penjumlahan total dari keseluruhan biaya yang terkandung pada biaya-biaya persediaan. Dimana pada perhitungan untuk mencari besarnya nilai Total Inventory Cost (TIC) didalamnya terdapat tiga elelmen biaya yaitu biaya pembelian, biaya pemesanan, serta biaya penyimpanan. Untuk mendapatkan besarnya Total Inventory Cost (TIC) digunakan rumus seperti dibawwah ini :

41 103 Keteranggan : TIC = Total Inventory Cost (Rp) D = permintaan Bulanan (kg/periode) P = Harga Pembelian (Rp) Q = Kuantitas Pemesanan (kg) S = Biaya sekali pesan (Rp) I = Tingkat Inventory Rata-rata / persediaan(kg) H = Biaya Simpan (Rp/kg/periode) Sekilas ulasan harga terkini dan opini, Harga Pokok Produksi Kayu Pulp. Harga pokok produksi (HPP) merupakan satuan harga yang mewakili keseluruhan biaya yang akan tergantikan oleh harga jual produk. Harga pokok produksi belum mengikutsertakan rencana profit yang akan diperoleh pelaku usaha. Dengan demikian untuk menganalisis kewajaran harga berlaku di pasar diperlukan analisis komparasi dengan harga teoritis yang terbentuk dari analisis finansial dengan metode pembentukan harga dasar yang tersedia. Hasil kajian di lokasi yang sama menunjukkan bahwa harga pokok produksi kayu pulp pada HTI dan HR menunjukkan nilai yang berbeda. Manajemen produksi dengan skala besar (HTI dengan mekanisasi) mampu menjadikan HPP lebih rendah 30% 45% dari pada manajemen hutan rakyat. Produksi kayu pulp dalam skala luas dan manajemen mekanis menghasilkan HPP lebih rendah dibanding dalam skala hutan rakyat. Situasi ini

42 104 menggambarkan bahwa praktek mekanisasi dan skala industri menghasilkan sistem investasi yang lebih efisien. Hutan rakyat dengan manajemen konvensional menghasilkan biaya produksi hampir 2 kali lipat HTI pulp (Tabel 4-18). Oleh karena itu, harga pasar kayu pulp saat ini terjadi kegagalan pembentukan harga di tingkat petani. HPP hutan rakyat kayu pulp memiliki selisih yang kecil dibandingkan dengan nilai kini (present value) kayu rakyat non akasia. Adapun jika komparasi dilakukan dengan nilai kini harga kayu jabon, maka HPP hutan rakyat kayu pulp memiliki nilai yang lebih kecil. Tabel HPP, harga dasar dan distorsi harga pasar kayu pulp. Harga kayu pulp yang wajar dari hutan rakyat dapat didekati melalui harga dasar teoritis di atas. Pada harga dasar tersebut sudah mengakomodir tingkat suku bunga selama masa pengusahaan serta tingkat keuntungan selama masa pengusahaan, yaitu 30%/m3/tahun (mark up pricing method). Dengan demikian, harga kayu yang wajar dari hutan rakyat berkisar antara ,-/m3 hingga Rp ,-/m3 sesuai dengan tingkat suku bunga (Tabel 4-18). Berdasarkan pendekatan harga dasar teoritis sebagai harga yang wajar, maka teridentifikasi terjadinya distorsi harga. Penyebab distorsi harga ini sangat berhubungan dengan struktur pasar monopsonistik dibanding struktur pasar

43 105 industri kayu lainnya (plywood). Situasi distorsi dan disparitas harga kayu pulp ini memperparah pasar kayu pulp domestik. Berdasarkan kalkulasi tabel 4-18 menunjukkan bahwa harga pasar kayu mangium mengalami distorsi 76-80%, dan distorsi harga terhadap harga pasar kayu rakyat lain (non mangium) terjadi lebih kecil, yaitu 35-39% Distribusi Profit Margin yang Adil Harga kayu pulp yang wajar berkeadilan adalah 7-8% dari harga pulp di pasar internasional (Manurung, 2010). Harga pulp menurut standar harga pasar Asia untuk Februari 2011 sebesar USD 860/ton (BBPK, 2011), maka harga kayu yang wajar berkisar Rp /ton atau Rp /m3 (angka konversi kayu mangium adalah 1 m3 = 0.86 ton). Sementara itu harga kayu pulp di mill gate berkisar pada USD/ton (setara dengan Rp /ton) (Manurung, 2009), dengan demikian terjadi distorsi harga kayu pulp sebesar Rp ,- per ton yang dinikmati oleh industri. Mencermati harga kayu yang berlaku di industri dan membandingkannya dengan harga pokok produksi (HPP) HTI pulp untuk A. mangium, terjadi distribusi profit margin yang sangat kecil bagi produsen kayu pulp. Rochmayanto (2010) menjelaskan bahwa HPP kayu pulp dari HTI adalah Rp /m3 (atau Rp ,-/ton), dimana HPP tersebut tidak berbeda jauh dengan pendekatan Manurung (2009) sebesar USD 15/ton atau Rp /ton. Biaya produksi pulp berkisar antara USD/ton, sehingga profit industri pulp USD/ton (200% dari biaya produksi). Margin keuntungan penjualan kayu pulp yang di-share oleh industri pulp hanya 3.14% dan sebagian

44 106 besarnya 96.86% dinikmati oleh industri pulp. Kalkulasi ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendekatan HPP menurut Manurung (2009) yang diperoleh margin keuntungan produsen kayu pulp sebesar 2.61%. Profit margin petani akan semakin kecil (0.65% saja) apabila petani hutan rakyat hanya mampu menjalankan usaha tani hutan rakyat dengan produktivitas seperti saat ini dengan HPP yang lebih tinggi. (Catatan : Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang digunakan pada kalkulasi paper ini adalah Rp /USD menurut kurs tanggal 12 Mei 2011 dari Bank Indonesia) ( 2011). Maka data keadilan harga terkecil dari /m³ bahan baku adalah Rp ,- yang di ambil oleh PT. Pindo Deli Pump and Paper Mills, (yg diambil dari data Departemen Perindustrian BBPK). Berikut ini adalah contoh perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dan Kumulatif Produksi-nya. Metode Economic Order Quantity (EOQ) : Metode Economic Kuantitatif :

45 107 Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel lampiran. Dari perhitungan Total Inventory Cost (TIC) pada tabel lampiran, secara keseluruhan (periode waktu 1 tahun), apabila menerapkan metode Kumulatif didapat Total Inventory Cost (TIC) sebesar Rp ,- sedangkan dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) didapat Total Inventory Cost (TIC) sebesar Rp ,-. Penghematan yang didapat apabila menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebagai berikut : Penghematan = TIC pada metode Kumulatif Percepatan Produksi - TIC pada metode Economic Order Quantity (EOQ) = Rp Rp = Rp Jadi metode perencanaan pengendalian persediaan yang dipilih adalah metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan penghematan sebesar Rp Alternatif 3: Metode Campuran Dengan SubKontrak Pada metode pengendalian SubKontrak, perusahaan melakukan pelimpahan order yang tidak bisa terpenuhi kepada perusahaan lain dengan asumsi biaya per-kg adalah sebesar Rp.75,- dan tingkat produksi perbulan diambil dari demand paling kecil, maka perhitungan untuk metode pengendalian SubKontrak. Metode pengendalian SubKontrak ditunjukkan sebagai berikut :

46 108 Tabel Rekapitulasi Pengendalian SubKontrak Priode Demand Tingkat Produksi Jml Subkontrak Biaya Subkontrak Tenaga kerja Biaya TK Biaya Total Januari Rp ,8 25,09 Rp Rp ,8 Februari Rp ,8 25,09 Rp Rp ,7 Maret Rp ,7 25,09 Rp Rp ,6 April Rp ,6 25,09 Rp Rp ,5 Mei Rp ,5 25,09 Rp Rp ,4 Juni Rp ,5 25,09 Rp Rp ,4 Juli Rp ,4 25,09 Rp Rp ,3 Agustus Rp ,3 25,09 Rp Rp ,2 September Rp ,2 25,09 Rp Rp ,1 Oktober Rp ,2 25,09 Rp Rp ,1 Nopember Rp ,1 25,09 Rp Rp ,0 Desember Rp - 25,09 Rp Rp ,9 Total Biaya Rp sumber data yang diolah Keteranggan : Jumlah Subkontrak = Demand Tingkat Produksi = = Biaya Subkontrak = Jumlah subkontak x Biaya subkontrak = X Rp. 75,- = Rp ,8 Tenaga Kerja = Tingkat Produksi : Output Pekerjaan perbulan = : ,6 = 25,1

47 109 Biaya tenaga kerja = Tenaga kerja x Gaji pekerja perbulan = 25,1 x Rp ,00,- = Rp ,00,- Biaya Firing = (Rata rata produksi perbulan Tingkat Produksi) x Firing Cost = ( ton) x Rp. 84,357- = Rp ,401,- Biaya total jika Perusahaan mengunakan Metode ini : = Biyah Firing + Biaya Total = Rp , Rp ,- = Rp , Alternatif 4: Metode Campuran Dengan Overtime cost Overtime cost dan undertime cost (ongkos lembur dan ongkos menganggur) Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150% dari ongkos kerja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur biasanya akan memperbesar tingkat absent karyawan dikarenakan faktor kelelahan fisik pekerja. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerjadimandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dialokasikan yang efektif. Maka perusahaan dianggap menanggung ongkos menganggur yang

48 110 besarnya merupakan perkalian antara jumlah yang tidak terpakai dengan tingkat uaph dan tunjangan lainnya. Metode Campuran Dengan Over Time. Tingkat produksi perbulan diset dengan mengunakan demand terkecil perbulan ton produksi terkecil dari keseluruhan produksi perbulan. Kapasitas OverTime = Pekerja maxsimal x hari minggu x output pekerja perhari = 30 x 5 x 592,77kg/pkj = 88916kg Overtime di bayar lebih besar dari jam kerja reguler biasa denga bayaran Rp ,- perhari/orang/priode. Maka upah OverTime perjam adalah sebagai berikut:

49 111 Tabel Rekapitulasi Metode Campuran Dengan Over Time Priode Hari Mgg Produksi Demand Kekurangan RT Kapasitas OT Biaya OT Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Biaya Total Januari ( ) Rp (32.699) 25,09 Rp Rp Februari ( ) Rp (29.727) 25,09 Rp Rp Maret ( ) Rp (26.754) 25,09 Rp Rp April ( ) Rp (23.781) 25,09 Rp Rp Mei (96.336) Rp (20.809) 25,09 Rp Rp Juni (82.574) Rp (17.836) 25,09 Rp Rp Juli (68.812) Rp (14.863) 25,09 Rp Rp Agustus (55.049) Rp (11.891) 25,09 Rp Rp Septembe (41.287) Rp (8.918) 25,09 Rp Rp Oktober (27.525) Rp (5.945) 25,09 Rp Rp Nopembe (13.762) Rp (2.973) 25,09 Rp Rp Desember Rp - 25,09 Rp Rp Total Biaya - Rp sumber data Yang diolah Keterangan : Kekurangan Regular Time = Regular Time Demand = = Biaya Overtime = Kekurangan Regular Time x biaya Overtime = x 0,216 = Rp. (32.699),- Tenaga Kerja = Tingkat Produksi : Gaji Pekerja Perbulan = : ,6 = 25,09 Biaya tenaga kerja = Tenaga Kerja x Gaji Pekerja Perbulan = 25,09 x Rp ,- = Rp ,-

50 112 Biaya Firing = (rata rata produksi perbulan Tingkat Produksi) x Firing Cost perkg = ( ) x Rp. 84,357- = Rp ,401- Biaya total jika Perusahaan mengunakan Metode ini : = Biaya Firing + Biaya Total = Rp ,401,- + Rp ,- = Rp ,401-

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Pabrik Kertas

Pengolahan Limbah Pabrik Kertas A. Latar Belakang Pengolahan Limbah Pabrik Kertas Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE KANBAN COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD AND THE KANBAN METHOD ON RAW

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAAN PRODUKSI 1.1. Pendahuluan Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BLUE DYES GRADE 1XX DENGAN METODE SILVER MEAL PADA PT INDAH KIAT PULP AND PAPER TANGERANG

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BLUE DYES GRADE 1XX DENGAN METODE SILVER MEAL PADA PT INDAH KIAT PULP AND PAPER TANGERANG PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BLUE DYES GRADE 1XX DENGAN METODE SILVER MEAL PADA PT INDAH KIAT PULP AND PAPER TANGERANG Nama : Sri Wahyuni NPM : 38412337 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing I : Dr.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Plotting Data Bahan baku komponen yang dipakai untuk membuat panel listrik jumlahnya cukup banyak dan beragam untuk masing-masing panel listrik yang dibuat. Jadi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 56 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan penelitian untuk mengidentifikasi, merumuskan, memecahkan, menganalisa, dan mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi 3.1.1 Analisa Kondisi Perusahaan saat ini CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri parfum. Merek parfum

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Pindo Deli Pulp and Paper merupakan produsen kertas terbesar di Jawa Barat berada dibawah naungan Sinar Mas Group yang memiliki dua pabrik, PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan PT. Delijaya Global Perkasa merupakan perusahaan bisnis keluarga yang bergerak dibidang industry sarung tangan. Perusahaan ini menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2011 Bahan baku merupakan suatu material yang memiliki peranan penting dalam proses produksi. Ketersediaan

Lebih terperinci

HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM, ESTHER S NABABAN

HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM, ESTHER S NABABAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 469 482. PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: PT. XYZ) HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini meliputi 2 bagian utama, yaitu analisis data dan hasil penelitian. Analisis data menjabarkan dan mengalkulasikan penelitian yang telah dipaparkan secara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil PT. Sinar Perdana Ultra PT. Sinar Perdana Ultra (SPU) yang berdiri pada tahun 1990 pada mulanya adalah Home Industry dan mulai menjadi Perseroan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini bisnis di Indonesia berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Prayonne Adi Program Studi Teknik Industri Universtitas Pelita Harapan

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER BUDI SUMARTONO 1 DAN EKA AGUS PRAYITNA 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Darma Persada, Jakarta 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR

ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR Bayum Pacsi Pataddungi, Andi Pawennari, Nurul Chairany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Pandega Marta, Ring Road utara, Kentungan, Sleman, Kafe Zarazara didirikan pada tanggal 7 Juni tahun 2014, oleh

BAB IV PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Pandega Marta, Ring Road utara, Kentungan, Sleman, Kafe Zarazara didirikan pada tanggal 7 Juni tahun 2014, oleh BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha 1. Sejarah Singkat Perusahaan Kafe Zarazara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner dengan fokus produk es krim dan merupakan pelopor dari produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati dibandingkan dengan usaha berbasis produksi. Alasannya, usaha ini lebih mudah untuk dijalankan, memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA

METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA Irwan Sukendar 1), Riki Kristomi 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur dalam menjalankan kegiatan usahanya memerlukan bahan baku sebagai bahan utama dalam proses produksi. Kekurangan bahan baku dapat mengakibatkan terhambatnya

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010 PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN ONGKOS PRODUKSI MINIMUM PADA PERUSAHAAN ABC Ahmad Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: ahmad_industri@tarumanagara.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya, secara

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN METODE HEURISTIK DI PT CNM SOLOK

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN METODE HEURISTIK DI PT CNM SOLOK Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN2089-3582 EISSN 2303-2480 PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DENGAN METODE HEURISTIK DI PT CNM SOLOK 1 Syamsul Anwar, dan 2 Gur Ari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 32 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi diperlukan karena didalam setiap unit produksi ada manusia, mesin, dan material yang dimanfaatkan sebaik baiknya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Permintaan (Forecast Demand) Peramalan permintaan atau forecast demand (FD) adalah peramalan kuantitas permintaan sesuatu (barang atau jasa) dimasa yang akan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis atau perusahaan dan industri, tergantung pada. investasi dan asset yang dimilikinya. Para pelaku bisnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis atau perusahaan dan industri, tergantung pada. investasi dan asset yang dimilikinya. Para pelaku bisnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di jaman globalisasi ini atau bahkan di masa lalu banyak pelaku bisnis yang berpandangan bahwa suksesnya sebuah organisasi bisnis atau perusahaan dan industri, tergantung

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan sebuah perusahaan penghasil kertas yang dalam kegiatan produksinya, perusahaan tersebut menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah produksi merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Apabila

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENENTUAN PEMESANAN BAHAN BAKU JAMU ANGKUR PUTIH MENGGUNAKAN METODE SILVER MEAL. (Studi Kasus Di PT. Putro Kinasih, Sukoharjo)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENENTUAN PEMESANAN BAHAN BAKU JAMU ANGKUR PUTIH MENGGUNAKAN METODE SILVER MEAL. (Studi Kasus Di PT. Putro Kinasih, Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENENTUAN PEMESANAN BAHAN BAKU JAMU ANGKUR PUTIH MENGGUNAKAN METODE SILVER MEAL (Studi Kasus Di PT. Putro Kinasih, Sukoharjo) Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di dalam pasar bebas ini sudah tidak ada lagi batas-batas atau juga ketentuanketentuan

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp ANALISIS PERAMALAN KEBUTUHAN, PENENTUAN SAFETY STOCK DAN REORDER POINT MATERIAL BIDANG DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG AREA PONDOK GEDE Ardian Dwi Cahyo 1, Ilham Priadythama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam berlimpah tentunya memiliki peluang dan potensi untuk menciptakan sistem industrialisasi yang baik dengan cara mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAB IV SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN A. Identifikasi Peramalan Penjualan oleh UD. Jaya Abadi Dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa setiap pengambilan keputusan untuk estimasi penjualan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Perusahaan PT.YPP adalah salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang obatobatan (Jamu). Terletak di jalan Pulo Buaran Raya Blok X no.6 Kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK

PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK Nama : Fadly Hazman NPM : 32412636 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. Dosen Pembimbing 2: Nanih

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN INGREDIENT DARI MARGARIN DAN SHORTENING DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERAMALAN DAN EOQ DI PT SMART TBK.

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN INGREDIENT DARI MARGARIN DAN SHORTENING DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERAMALAN DAN EOQ DI PT SMART TBK. PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN INGREDIENT DARI MARGARIN DAN SHORTENING DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERAMALAN DAN EOQ DI PT SMART TBK. Hartono Santoso 1, Bobby Oedy P. Soepangkat 2, dan Sony Sunaryo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember USULAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TINTA JENIS BW NEWS PERFECTOR BLACK-G YANG OPTIMAL UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVENTORI PROBABILISTIK STUDI KASUS DI PT REMAJA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA KOPERASI NIAGA ABADI RIDHOTULLAH *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA KOPERASI NIAGA ABADI RIDHOTULLAH *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA KOPERASI NIAGA ABADI RIDHOTULLAH *) Kartika Aprilia Benhardy, Rudi Aryanto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Sebastian Citra Indonesia merupakan salah satu produsen frozen dough

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Sebastian Citra Indonesia merupakan salah satu produsen frozen dough BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Sebastian Citra Indonesia merupakan salah satu produsen frozen dough yang di supply ke outlet-outlet dengan brand

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Pengumpulan Data.1.1 Data History Demand Tabel dibawah ini adalah data History Demand dari pemakaian casted screw : WAKTU JUMLAH (pcs) M2 M30 M36 Januari 0 6 Februari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang bergerak di bidang konveksi memiliki kegiatan untuk mengolah bakan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. LG Electronics Indonesia adalah perusahaan elektronik asal Korea Selatan yang menjadi salah satu bagian dari LG Group yang didirikan di Korea pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. gelondongan kemudian dipotong menjadi papan papan kayu. Perusahaan yang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. gelondongan kemudian dipotong menjadi papan papan kayu. Perusahaan yang BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan CV. Jati Mulyo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu dan masuk dalam kelompok industri penggergajian

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA Eriani Lestari Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK PT. Delijaya Global Perkasa

Lebih terperinci

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia PENGENDALIAN PENGOLAHAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDERQUANTITY(EOQ) PADA PABRIK KOPERASI BAITUL QIRADH (KBQ) BABURRAYYAN TAKENGON ACEH TENGAH Syukriah, Putri Narisa Lia Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan PT.Subur Mitra Grafistama merupakan salah satu perusahaan percetakan yang berada di Jakarta yang telah ada sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Tanpa tersedianya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

Lebih terperinci