BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI"

Transkripsi

1 BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu (Gaspersz, 2004). Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master Production Schedule (MPS) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu) (Jurnal Alden Siregar, 2012). Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan data yaitu, metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode mix strategy, dan metode transportasi. Berikut merupakan teori pendukung yang menjelaskan metodemetode tersebut (Penulisan Ilmiah Rio Dwi Hariono, 2012). a. Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat, dimana jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan (tetap). metode tenaga kerja tetap memiliki kecepatan produksi yang konstan. b. Metode tenaga kerja berubah adalah metode perencanaan produksi agregat, dimana jumlah tenaga kerja mengalami perubahan. IV-1

2 IV-2 c. Metode mix strategy adalah metode perencanaan produksi agregat yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Metode mix strategy hanya menggabungkan hasil atau biaya yang didapat pada metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. d. Metode transportasi merupakan metode perencanaan produksi agregat yang berfungsi untuk menentukan rencana pengiriman barang dengan biaya minimal. Masalah transportasi membahas pendistribusian suatu komoditas dari sejumlah sumber (supply) ke sejumlah tujuan (demand) dengan tujuan untuk meminimumkan biaya yang terjadi dari kegiatan tersebut, karena ide dasar dari masalah transportasi adalah meminimasi biaya total transportasi. Berdasarkan pengertian dari metode transportasi di atas, dimana memiliki ciri-ciri yang dikatakan metode transportasi. Berikut adalah ciri-ciri persoalan transportasi yang secara khusus (Universitas Sumatra Utara, 2012). 1. Terdapat sejumlah sumber sebagai pusat distribusi dan sejumlah tujuan tertentu. 2. Jumlah komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan besarnya tertentu. 3. Produk yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Kapasitas sumber harus sama dengan kapasitas tujuan. Apabila kapasitas sumber dengan tujuan tidak sama maka harus disamakan dengan jalan menambah dummy pada kapasitas sumber atau tujuan (Purnomo, 2004).

3 IV Pembahasan Jadwal Induk Produksi Pembahasan Jadwal induk produksi, yaitu menjelaskan tentang ongkos tenaga kerja yang dibuat selama pembuatan lemari tas. Jadwal induk produksi menjelaskan empat metode pembahasan, yaitu metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode mix strategy, dan metode transportasi. Penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) berdasarkan metodemetode yang digunakan dibutuhkan beberapa data penunjang. Data penunjang ini berupa hasil dari perhitungan yang sudah dilakukan sebelumnya, data penunjang diantaranya data dari hasil peramalan regresi linier dan rencana kebutuhan agregat. Data regresi linier dapat dilihat pada tabel 4.1 dan data perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut data penunjang yang dibutuhkan dalam perhitungan Jadwal Induk Produksi (JIP). Inventory awal : 50 unit Waktu baku : 0,47 jam Jam kerja/hari : 8 jam Maksimum lembur : 25 % Regular Time Cost (RTC) : Rp 2500,- per unit Over Time Cost (OTC) : Rp 4500,- per unit Sub Contract Cost : Rp 5500,- per unit Lay off Cost : Rp ,- Hiring Cost : Rp ,- Under Time Cost : Rp 5000,- per jam orang Holding atau Inventory Cost : Rp 250,- Kapasitas sub kontrak : Diasumsikan 25 % dari kapasitas Perusahaan

4 IV-4 Tabel 4.1 Data Peramalan dengan Metode Regresi Linier Bulan Permintaan (Forecast) Total 6480 Tabel 4.2 Rencana Kebutuhan Produksi Agregat Bulan (1) Inventory Awal (Unit) (2) Permintaan (Forecast) (Unit) (3) Safety Stock (Unit) (4) Kebutuhan Produksi (Unit) (5) Inventory Akhir (Unit) (6) Total

5 IV-5 Contoh perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat: Safety stock = = 625 Unit Inventory Akhir = = 135 Unit Metode Tenaga Kerja Tetap Berdasarkan data penunjang di atas maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap untuk pembuatan lemari tas akan tetapi metode tersebut berdasarkan biaya produksi yang paling kecil dari tenaga kerja yang dihitung. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap. Wb ( Demand - Inventory Awal) TK = ( HK JK) 0,47 ( ) = (298 8) = 3062, = 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas) Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa untuk tenaga kerja (TK) a adalah 1 (dibulatkan ke bawah) dan untuk TK b adalah 2 (dibulatkan ke atas). Berikut ini adalah perhitungan dengan masing-masing jumlah tenaga kerja. Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT = (a x JK x HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5072, unit

6 IV-6 Kekurangan Produksi Ongkos RT Ongkos OT Total Ongkos = ( Demand Inventory Awal) Total Produksi RT = ( ) 5073 = 1442 unit = Total Produksi RT Ongkos RT/unit = 5073 Rp 2500 = Rp ,- = Kekurangan Produksi Ongkos OT/unit = 1442 Rp 4500 = Rp ,- = Ongkos OT + Ongkos RT = Rp Rp = Rp ,- Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT = (b x JK x HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = 10144, unit Inventory = Total Produksi RT - ( Demand Inventory Awal) = ( ) = = 3630 unit Ongkos RT = ( Demand Inventory Awal) Ongkos RT/unit = ( ) Rp 2500 = 6515 Rp 2500 = Rp ,-

7 IV-7 Ongkos Inventory = Inventory Ongkos Inventory/unit = 3630 Rp 250 = Rp ,- Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp Rp = Rp ,- Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, ongkos produksi yang paling kecil adalah dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Perhitungan Tenaga Kerja Tetap Over Unit Sub Inventory Periode Demand HK RMH UPRT Man Produced Kontrak Akhir (Bulan) (Unit) (Hari) (Jam) (Unit) Hour OT (Unit) (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (Unit) (Unit) (8) (9) (6) (7) Total Contoh perhitungan periode 1: RMH = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 jam

8 IV-8 UPRT OMH = RMH Wb = = 782 Unit = Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 jam Inventory Akhir = = 207 unit Perhitungan Ongkos RT, OT, Ongkos Inventory dan Total Ongkos Ongkos RT = UPRT Ongkos RT = Rp 2500 = Rp ,- Ongkos OT = Unit Produced OT Ongkos OT = 0 Rp 4500 = Rp 0,- Ongkos Inventory = Inventory Akhir Ongkos Inventory = Rp 250 = Rp ,- Total Ongkos Produksi = Ongkos RT + Ongkos OT + Ongkos Inventory = Rp Rp 0 + Rp = Rp , Metode Tenaga Kerja Berubah Metode berikut adalah metode tenaga kerja berubah. Metode tenaga kerja berubah merupakan rencana produksi yang dibuat sesuai kebutuhan (demand) dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.4 dan

9 IV-9 Hasil perhitungan untuk ongkos produksi dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.4 Perhitungan Metode Tenaga Kerja Berubah Lay Under Periode Demand HK TK UPRT RMHP RMH Hiring Off Time (Bulan) (Unit) (Hari) (Org) (Unit) (Jam) (Jam) (Org) (Org) (Jam) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan)

10 IV-10 Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah (Lanjutan) Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan) Total Contoh perhitungan untuk periode 1: TK (Demand x Wb) = (HK x JK) (625 x 0,47) = (23 x 8) = 1,28 2 Orang UPRT = = 575 Unit RMHP = UPRT x Wb = 575 x 0,47 = 271 Jam RMH = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam Under Time = RMH RMHP = = 97 Jam Ongkos RT = UPRT x Regular Time Cost = 575 x Rp 2500 = Rp Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost = 97 x Rp 5000 = Rp

11 IV-11 Perhitungan Total biaya untuk metode tenaga kerja berubah: Production Cost = Cost RT + Cost Hiring + Cost Lay Off + Cost Under Time = Rp Rp 0 + Rp 0 + Rp = Rp , Metode Mix Strategy Metode berikut adalah mix strategy yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Hasil perhitungan metode mix strategy dapat dilihat pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (1) Periode Demand HK TK UPRT RMH RMHP (Bulan) (Unit) (Hari) (Org) (Unit) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (7) Total

12 IV-12 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (2) Under Inventory Periode Hiring Lay Off OMH UPOT SC Time Akhir (Bulan) (Org) (Org) (8) (9) (10) (Unit) (Unit) (1) (11) (12) (13) (14) Total Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Ongkos Periode Ongkos RT Under OT SC Inventory Hiring Lay Off (Bulan) Time (1) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)

13 IV-13 Periode (Bulan) (1) Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) (Lanjutan) Ongkos RT (15) Ongkos OT (16) Ongkos SC (17) Ongkos Inventory (18) Ongkos Hiring (19) Ongkos Lay Off (20) Ongkos Under Time Total Total Ongkos Produksi = Rp ,- Contoh perhitungan metode mix strategy untuk periode 1: RMH UPRT RMHP OMH Under Time Inventory Akhir = TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam = RMH Wb = 368 0,47 = 782 Unit = UPRT x Wb = 782 x 0,47 = 368 Unit = Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 Jam = RMH RMHP = = 0 Jam = UPRT + Inventory Awal Demand = = 207 Unit (21)

14 IV-14 Ongkos RT Ongkos Under Time = UPRT x Ongkos RT = 782 x Rp 2500 = Rp = Under Time x Under Time Cost = 92 x Rp 5000 = Rp Berdasarkan tabel di atas dimana dapat lihat keterangan. Keterangan tersebut merupakan penjelasan dari tabel perhitungan metode mix strategy yang dijelaskan pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8 adalah sebagai berikut. Kolom 1 : Periode 1 12 (Bulan Januari sampai Februari) Kolom 2 : Demand (kebutuhan produksi) Kolom 3 : Hari kerja sesuai ketentuan Kolom 4 : Tenaga kerja, 6 dari tenaga kerja tetap dan 6 dari tenaga kerja berubah Kolom 5 : RMH (Regular Man Hour) RMH = TK x HK x JK Kolom 6 : RMHP (Regular Man Hour Product) RMHP = UPRT x Wb Kolom 7 : UPRT (Unit Produced Regular Time) UPRT = Demand atau permintaan (dari hasil peramalan), UPRT periode ke-1 dikurangi inventory awal Kolom 8 : OMH (Over Man Hour) = kapasitas lembur (25%) x RMH Kolom 9 : Demand UPRT Inventory awal Kolom 10 : (25% x UPRT) Demand UPRT Kolom 11 : Hiring = penambahan tenaga kerja Kolom 12 : Lay off = pengurangan tenaga kerja Kolom 13 : Under Time = RMH RMHP

15 IV-15 Kolom 14 : Inventory akhir = UPRT + Inventory awal Demand Kolom 15 : Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT Kolom 16 : Ongkos OT = UPOT x Ongkos OT Kolom 17 : Ongkos SC = SC x Ongkos SC Kolom 18 : Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory Kolom 19 : Ongkos Hiring = Hiring x Hiring Cost Kolom 20 : Ongkos Lay Off = Lay Off x Lay Off Cost Kolom 21 : Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost Total Ongkos Produksi = total ongkos RT + total ongkos OT + total ongkos SC + total ongkos inventory + total ongkos hiring + total ongkos lay off Metode Transportasi Metode berikut adalah transportasi, merupakan metode yang digunakan untuk menentukan rencana pengalokasian produksi dengan biaya minimal. Berikut ini adalah perhitungan jumlah tenaga kerja pada metode transportasi. TK = Wb ( D - Inventory ) ( HK JK) 0,47 ( ) = (298 8) = 3062, = 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas)

16 IV-16 Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT = (a x JK x HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5073 unit Kekurangan produksi = ( Demand Inventory Awal Total Produksi RT) = = 1442 unit Ongkos RT = Total Produksi RT x Biaya RT / unit = 5073 x Rp 2500 = Rp ,- Ongkos OT = Kekurangan produksi x Biaya OT / unit = 1442 x Rp 4500 = Rp ,- Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos OT = Rp Rp = Rp ,- Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT = (b x JK x HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = unit Inventory = Total Produksi RT ( Demand Inventory Awal) = ( ) = 3630 unit Ongkos RT = ( Demand Inventory) x Biaya RT / unit = ( ) x Rp 2500 = Rp ,-

17 IV-17 Ongkos Inventory Total Ongkos = Inventory x Biaya Inventory / unit = 3630 x Rp 250 = Rp ,- = Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp Rp = Rp ,- Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa tenaga kerja (TK) yang digunakan, yaitu 2 orang tenaga kerja (pembulatan ke atas) dengan total ongkos yang terkecil. Tahap perhitungan selanjutnya adalah menghitung besarnya Kapasitas Tersedia (KT) untuk masing-masing periode. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Kapasitas Tersedia Setiap Periode Periode KT RT KT OT KT SC Contoh perhitungan untuk kapasitas tersedia: KT RT = ( TK x HK x JK) / Wb = (2 x 23 x 8) / 0,47 = 783 unit

18 IV-18 KT OT = 25% x KT RT = 25% x 783 = 196 unit KT SC = 25% x (KT RT + KT OT) = 25% x ( ) = 245 unit Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan maka kembali melakukan perhitungan dengan menggunakan metode transportasi. Metode transpotasi ini dimana bertujuan untuk meminimumkan biaya dari sumber tenaga kerja. Metode transportasi ini dapat mengetahui lebih detail untuk perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi. Metode transportasi pun menjelaskan biaya lebih detail, baik biaya regular time, over time dan subkontrak. Biaya regular time itu biaya yang dikelurkan dalam waktu normal. Biaya over time ini biaya yang dikeluarkan lebih dari waktu normal, jika waktu normal tersebut belum mencapai target produksi maka biaya over time akan dikelurkan sedangkan biaya subkontrak, jika perusahaan tidak mampu memproduksi lemari tas sesuai target yang ditentukan maka pihak perusahaan memesan barang atau lemari tas dari perusahaan lain hal ini demi tercapainya target lemari tas yang telah ditentukan. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.10 dan ongkos biaya yang dikeluarkan dari metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.11.

19 Tabel 4.10 Perhitungan Transportasi IV-19

20 IV-20 Tabel 4.11 Ongkos Produksi Lemari Tas dengan Metode Transportasi Ongkos Ongkos Periode Ongkos RT Ongkos SC KTT OT KTT (Bulan) Total Total Ongkos Produksi = Berdasarkan hasil perhitungan total ongkos produksi di setiap metode, didapatkan masing-masing total ongkos produksi tersebut. Hasil total ongkos produksi di setiap metode tersebut kemudian dibandingkan dan dapat dilihat pada tabel Tabel 4.12 Perbandingan Total Ongkos Produksi Lemari Tas Metode Total Ongkos Produksi Tenaga Kerja Tetap Rp ,- Tenaga Kerja Berubah Rp ,- Mix Strategy Rp ,- Transportasi Rp ,- Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat metode tersebut, diketahui bahwa metode transportasi memberikan total ongkos produksi yang terkecil. Hasil perhitungan biaya pada metode transportasi selanjutnya digunakan untuk membuat jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi lemari tas yang

21 IV-21 dibuat berdasarkan metode transportasi dapat dilihat pada tabel Tabel 4.13 Jadwal Induk Produksi Lemari Tas Periode Data Peramalan Perencanaan Agregat (P) Analisis Jadwal Induk Produksi Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat metode di atas menjelaskan untuk hasil dari metode jumlah tenaga kerja tetap pada tabel 4.3 untuk hasil yang diproduksi sebanyak 782 unit di periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah melebihi dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan waktu over time atau pun subkontrak dan seterusnya sampai dengan periode 12 (bulan). Hasil dari jumlah produksi pun telah melebihi dari total permintaan, yaitu unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja tetap dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup besar dengan jumlah Rp ,-.

22 IV-22 Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode tenaga kerja berubah untuk hasil yang diproduksi berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan, yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup minimum dari metode tenaga kerja berubah dengan jumlah Rp ,- Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode mix strategy ini dimana mengabungkan kedua metode seperti metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. Segi hasil yang diproduksi pun berjumlah 625 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja

23 IV-23 selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode mix strategy dari segi biaya yang dikeluarkan pun lebih minimum dari metode sebelumnya dengan jumlah Rp ,- Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode transportasi ini dimana hasil yang diproduksi pun berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas untuk waktu regular time. Hasil dari perhitungan tersebut tidak ada penambahan untuk waktu over time ataupun subkontrak dikarenakan jumlah produksi tersebut telah sesuai dengan permintaan sebesar 625 unit untuk periode pertama sampai dengan periode 12 (bulan) tidak ada untuk penambahan waktu over time atau subkontrak. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun minimum dari metode tenaga kerja tetap dengan jumlah Rp ,-. Berdasarkan perhitungan dari keempat metode tersebut dapat dikatakan bahwa biaya yang lebih minimum adalah metode transportasi. Metode transportasi ini akan lebih baik diterapkan dalam sistem produksi pembuatan lemari tas karena biaya yang dikeluarkan minimum, yaitu Rp ,-.

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Tinjauan Pustaka Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK

PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK PENENTUAN JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT SALIM IVOMAS PRATAMA TBK Nama : Fadly Hazman NPM : 32412636 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. Dosen Pembimbing 2: Nanih

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dil

berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dil Penyusunan Jadwal Induk Produksi Pada PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia Alden Siregar (30404050) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Contact Person : Alden

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Peramalan Peramalan merupakan suatu cara untuk memperkirakan permasalahan dimasa yang akan datang berdasarkan pada data penjualan masa lalu. Dari bulan januari 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAAN PRODUKSI 1.1. Pendahuluan Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penulisan Penelitian dilakukan di PT. Indonesia Nippon Seiki yang berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Jl. Utama Modern Industri Blok E Desa Barengkok,

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) 1 PENDAHULUAN Pokok bahasan ini merupakan pokok bahasan yang mengkaji perencanaan faktor-faktor produksi secara terintegrasi, dengan mempertimbangkan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

PENYUSUNAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA CV. MONACO WIRAINVESTMANT. Nama : Henri Pratama NPM : Jurusan : Teknik Industri

PENYUSUNAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA CV. MONACO WIRAINVESTMANT. Nama : Henri Pratama NPM : Jurusan : Teknik Industri PENYUSUNAN JADWAL INDUK PRODUKSI PADA CV. MONACO WIRAINVESTMANT Nama : Henri Pratama NPM : 33412409 Jurusan : Teknik Industri Latar Belakang PENDAHULUAN PENTINGNYA JADWAL INDUK PRODUKSI KETIDAKSESUAIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Flowchart pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat melakukan penelitian. Dimulai dari tahap observasi di PT. Agronesia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Di Indonesia, sektor industri properti mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu produk yang digunakan untuk pembangunan yaitu beton ready mix. Adapun kelebihan

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA

METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA METODA AGREGAT PLANNING HEURISTIK SEBAGAI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JUMLAH PRODUKSI UNTUK MINIMASI BIAYA Irwan Sukendar 1), Riki Kristomi 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pendahuluan Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus (continous improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN KAPASITAS UNTUK MEMENUHI PENYELESAIAN ORDER DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA

ANALISIS KEBUTUHAN KAPASITAS UNTUK MEMENUHI PENYELESAIAN ORDER DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA ANALISIS KEBUTUHAN KAPASITAS UNTUK MEMENUHI PENYELESAIAN ORDER DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA Fakhrurrozy P. Lubis 1, Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng 2, Ikhsan Siregar, ST. M.Eng 2 Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 26 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan Tugas Akhir diperlukan tahapan yang terstruktur yaitu tahapan metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan penggambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV Setia Jaya Socks merupakan perusahaan yang memproduksi kaos kaki. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Kopo Permai II, Blok A no 2-6, Bandung dan memiliki lebih dari 50 tenaga kerja langsung. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY BAB V ANALISA HASIL 5.1 1. Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy Level strategic dimana tingkat produksi tetap

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT. Titien S. Sukamto

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT. Titien S. Sukamto PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT Titien S. Sukamto PERENCANAAN AGREGAT Merupakan salah satu metode dalam perencanaan produksi. Merupakan sebuah pendekatan untuk meentukan kuantitas dan waktu produksi pada

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DIDIK KHUSNA AJI

PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DIDIK KHUSNA AJI PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DIDIK KHUSNA AJI Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi.

Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi. Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi. Ariyanto Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy 1. Level strategic dimana tingkat produksi tetap namun demand berubah ubah Ciri strategi ini: Mempertahankan tingkat produksi

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian ini dilakukan dengan tujuan akhir dapat membuat perencanaan peramalan yang sesuai untuk periode selanjutnya pada 6 bulan mendatang dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

USULAN RENCANA PRODUKSI AGREGAT PADA PT JAYA ABADI MANUFAKTUR - TANGERANG

USULAN RENCANA PRODUKSI AGREGAT PADA PT JAYA ABADI MANUFAKTUR - TANGERANG USULAN RENCANA PRODUKSI AGREGAT PADA PT JAYA ABADI MANUFAKTUR - TANGERANG Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik dan Manajemen Industri - Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jl. Letjen Suprapto No. 26 Jakarta

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER

PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER PERENCANAAN AGREGAT PRODUKSI GAS CIRCUIT BREAKER BUDI SUMARTONO 1 DAN EKA AGUS PRAYITNA 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Darma Persada, Jakarta 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG

Lebih terperinci

MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS]

MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS] MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS] 1. Deskripsi Perencanaan Agregat adalah perencanaan jangka menengah yang digunakan untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN PRODUKSI 2.1.2 Forecasting Forecasting (peramalan) bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut.

Lebih terperinci

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Perlunya mengelola permintaan Permintaan thdp barang atau jasa adalah awal dari semua kegiatan SC Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT PRODUK TEMBAKAU RAJANG P01 DAN P02 DI PT X AGGREGATE PRODUCTION PLANNING FOR TOBACCO PRODUCTS P01 AND P02 IN PT X

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT PRODUK TEMBAKAU RAJANG P01 DAN P02 DI PT X AGGREGATE PRODUCTION PLANNING FOR TOBACCO PRODUCTS P01 AND P02 IN PT X Jan Jan Jan PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT PRODUK TEMBAKAU RAJANG P01 DAN P02 DI PT X AGGREGATE PRODUCTION PLANNING FOR TOBACCO PRODUCTS P01 AND P02 IN PT X Itsna Aulia Octavianti 1), Nasir Widha Setyanto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS SUMBERDAYA YANG DIMILIKI SEPERTI: KAPASITAS MESIN, KAPASITAS

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Peramalan (Forecasting) Forecasting atau peramalan diartikan sebagai upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Analisa kebutuhan adalah suatu

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PETI ALUMUNIUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PERMINTAAN MELALUI OPTIMALISASI JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT.

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PETI ALUMUNIUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PERMINTAAN MELALUI OPTIMALISASI JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT. ISSN 2338-8102 PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PETI ALUMUNIUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PERMINTAAN MELALUI OPTIMALISASI JADWAL INDUK PRODUKSI DI PT. BJK Harini FT. Universitas 17 Agustus 1945 E-mail: harini_rahardjo@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAN IAN 1i4 ERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2003 PERENCANAAN

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Dalam menyelesaikan permasalah yang ditemui, metodologi yang digunakan adalah perencanaan persediaan dan tingkat persediaan pengaman.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik (Electrical Equipment) yaitu PT.. Schneider

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan persaingan yang makin ketat di antara perusahaan-perusahaan yang ada di pasar. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

AGGREGATE PLANNING (AP)

AGGREGATE PLANNING (AP) AGGREGATE PLANNING (AP) PENGANTAR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN AP Perencanaan Agregate menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam jangka waktu dekat, seringkali dalam 3 sampai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

EVALUASI SIGNIFIKANSI METODE OPTIMASI DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PERENCANAAN PRODUKSI

EVALUASI SIGNIFIKANSI METODE OPTIMASI DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PERENCANAAN PRODUKSI INFOMATEK Volume 20 Nomor 1 Juni 2018 EVALUASI SIGNIFIKANSI METODE OPTIMASI DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PERENCANAAN PRODUKSI Akhsani Nur Amalia *), Arum Sari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Beton Elemenindo Putra didirikan pada tahun 2006. Kami adalah anak perusahaan PT. Beton Elemenindo Perkasa,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat persaingan semakin ketat di seluruh sector industry dan masing-masing perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin ketat. Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, dimana salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam memecahkan permasalahan penelitian ini. Tahapan tersebut terdiri dari kajian pendahuluan, identifikasi dan merumuskan masalah,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya)

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Dira Ernawati Teknik Industri FTI UPN Veteran Jatim

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas Bab 5-6 Perencanaan Kapasitas Capacity Planning Menetapkan tingkat keseluruhan sumber daya produktif Mempengaruhi respon lead time, biaya & daya saing Menentukan kapan dan berapa banyak untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 32 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi diperlukan karena didalam setiap unit produksi ada manusia, mesin, dan material yang dimanfaatkan sebaik baiknya,

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan perlu merencanakan produksi dengan baik melalui upaya-upaya yang terencana dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan ini diambil dari modul OPC, APC, struktur produk, dan BOM, Peramalan,

Lebih terperinci

PERSOALAN TRANSPORTASI

PERSOALAN TRANSPORTASI PERSOALAN TRANSPORTASI 1 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Permintaan sama dengan penawaran Sesuai dengan namanya, persoalan transportasi pertama kali diformulasikan sebagai suatu prosedur khusus

Lebih terperinci

Perbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X)

Perbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X) 1 Santi Wiandani, 2 Chaznin R. Muhammad, 3 Reni Amaranti

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Daniel Kurniawan 1, Tanti Octavia 2 Abstract: Production planning, capacity determination and objective value on CV. X only refers

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGREGAT. Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat. Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc.

PERENCANAAN AGREGAT. Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat. Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PERENCANAAN AGREGAT Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi PERENCANAAN AGREGAT

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta

Perpustakaan UPN Veteran Jakarta PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DEPENDENT DEMAND DENGAN TEKNIK MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING Halim Mahfud Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UPN Veteran Jakarta Jl. RS. Fatmawati Pondok Labu, Jakarta

Lebih terperinci