BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, rumah sakit tidak hanya berusaha untuk meningkatkan tingkat kepuasan pasien dengan pelayanan kesehatan, namun juga berusaha menurunkan biaya dan meningkatkan finansial aset mereka (Cardoen et al., 2010). Oleh karena itu, hingga saat ini banyak dilakukan penelitian pada bidang jasa pelayanan kesehatan. Salah satu unit yang menjadi perhatian dalam penelitian tersebut adalah ruang operasi. Kozan (2012) mengungkapkan bahwa ruang operasi merupakan tempat yang memiliki peranan yang sangat krusial di rumah sakit dan harus dikelola sebaik-baiknya karena kegiatan operasi membutuhkan biaya perawatan, biaya operasi, dan biaya sumber daya yang mahal. Disebutkan oleh Macario (2006), pengeluaran dari sektor operasi hampir mencapai 33% dari proyeksi budget rumah sakit karena sektor ini melibatkan biaya pekerja yang luar biasa (dokter bedah, dokter anestesi, perawat, dan lain-lain) serta biaya peralatan, seperti tempat tidur dan peralatan bedah. Di sisi lain, ruang operasi juga mendatangkan pendapatan terbesar bagi rumah sakit yaitu hingga mencapai 40% (Guerriero dan Guido, 2011). Hal tersebut menyebabkan ruang operasi memiliki pengaruh yang besar pada kondisi rumah sakit secara keseluruhan. Biaya sumber daya atau peralatan yang mahal, populasi yang terus menua, dan teknologi pembedahan yang semakin berkembang membuat perencanaan dan penjadwalan ruang operasi terus menerus perlu ditingkatkan keefektifannya agar dapat menekan biaya serendah mungkin. Beberapa hal tersebut menyebabkan kebutuhan perencanaan dan penjadwalan ruang operasi semakin tinggi (Cardoen et al., 2010). Pengambilan keputusan yang memadai dalam menentukan prioritas, perencanaan, dan penjadwalan ruang operasi merupakan hal yang penting, karena 1

2 2 dapat mempengaruhi kualitas perawatan dan biaya rumah sakit (Molina dan Framninan, 2009). Selain dari sisi finansial, penjadwalan operasi yang buruk juga akan berpengaruh terhadap angka waiting time dan overtime. Waiting time pasien yang lama dan keterlambatan dalam perawatan dapat memberikan konsekuensi negatif pada pasien. Hal itu dapat berkontribusi pada penurunan status kesehatan dan kualitas hasil perawatan, serta dapat mempengaruhi sistem perawatan kesehatan secara keseluruhan. Angka overtime petugas operasi yang tinggi juga akan berpengaruh terhadap performa dari layanan yang diberikan, biaya overtime (lembur) dan tingkat kepuasan petugas operasi. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito adalah rumah sakit terbesar di Yogyakarta. RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan tingkat DIY dan Jawa Tengah Selatan. Instalasi yang melayani operasi di RSUP Dr. Sardjito adalah Instalasi Bedah Sentral (IBS). IBS Sardjito melayani 15 jenis spesialis operasi, yaitu Anak, Digesti, Penyakit Dalam, Gyn, Jantung, Mata, Mulut, Ortho, Plasty, Syaraf, Thorax, THT, Tumor, Urologi, dan Vaskuler. IBS menyediakan 16 ruang operasi untuk melayani seluruh jenis spesialis tersebut. Berdasarkan data historis pada bulan April 2014 rata-rata waiting time pasien per hari adalah 65,33 menit dan rata-rata overtime perawat per hari sebesar 12,35 menit. Tingginya angka waiting time pasien diduga karena belum efisiennya sistem penjadwalan operasi serta pemanfaatan ruang yang kurang efisien. Sedangkan angka overtime perawat tergolong rendah, namun selain perlu memperhatikan aspek pasien, rumah sakit juga perlu memperhatikan aspek tenaga kerjanya. Oleh karena itu, overtime perlu diperhitungkan agar beban kerja perawat masih dalam kondisi layak. Penelitian penjadwalan di instalasi bedah rumah sakit Indonesia sebelumnya telah dilakukan oleh Rifai (2011), Kurniawati (2013), dan Maulana (2014). Namun ketiga peneliti tersebut belum mempertimbangkan prioritas pasien pada penjadwalan ruang operasi. Padahal pertimbangan prioritas pasien operasi akan memberikan perbedaan yang signifikan pada hasil penjadwalan ruang operasi jika dibandingkan dengan penjadwalan yang tidak mempertimbangkan

3 3 prioritas pasien operasi (Min dan Yih, 2010). Penentuan prioritas pasien operasi pada tahapan pertama dalam perencanaan dan penjadwalan ruang operasi akan memberikan pengaruh yang baik pada hasil penjadwalan, seperti mengurangi antrian pasien operasi, mengurangi tingkat kematian pasien, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Rahimi et al, 2014). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka diperlukan kajian lebih dalam mengenai penjadwalan yang dapat mengurangi angka waiting time pasien dan overtime perawat, sehingga didapatkan model penjadwalan yang optimal dengan mempertimbangkan prioritas pasien operasi serta keterbatasan sumber daya yang ada. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Agar pembahasan pada penelitian ini lebih terfokus, maka diambil sejumlah batasan sebagai berikut: 1. Ruang lingkup dari masalah ini adalah semua ruang operasi rumah sakit di IBS RSUP Dr. Sardjito 2. Performansi sistem diukur berdasarkan nilai waiting time pasien dan overtime perawat 3. Sumber daya yang dipertimbangkan dalam penjadwalan ini adalah dokter bedah, ruangan operasi, dan tim perawat 4. Penjadwalan operasi memperhitungkan seluruh jenis pasien yang melakukan operasi di IBS RSUP Dr. Sardjito, yaitu pasien elektif rawat inap dan rawat jalan. Pasien emergency tidak diperhitungkan karena pasien tipe tersebut melaksanakan operasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Sardjito Agar sistem nyata yang diamati memungkinkan untuk dimodelkan maka diambil sejumlah asumsi sebagai berikut:

4 4 1. Ketika operasi sudah dimulai, tidak akan terjadi interupsi 2. Semua sumber daya ruang operasi dianggap selalu ada dan siap untuk melakukan operasi sesuai jadwal 3. Tidak terjadi perubahan jadwal akibat hal-hal yang bersifat non-teknis dan tidak diduga seperti kondisi kesehatan pasien yang berubah dan pembatalan operasi oleh pihak keluarga 4. Perencanaan dan penjadwalan ruang operasi tidak mempertimbangkan biaya sebagai variabel optimasi 5. Waktu anestesi, waktu setup, dan waktu cleanup dimasukkan ke dalam durasi waktu operasi karena dalam data realisasi operasi semua data digeneralisir menjadi satu data yaitu durasi operasi 6. Pasien yang dijadwalkan operasi selalu datang pada jam operasi tepat waktu, tidak pernah mengalami keterlambatan 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan penjadwalan ruang operasi yang mempertimbangkan prioritas pasien operasi untuk meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat 2. Melakukan komparasi penjadwalan yang telah dibuat dengan penjadwalan aktual yang ada di RSUP Dr. Sardjito 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Membantu peningkatan kualitas sistem penjadwalan operasi di IBS RSUP Dr. Sardjito, terutama supaya dapat meminimalisir waiting time pasien dan overtime perawat 2. Model matematis yang dikembangkan dalam penelitian ini juga diharapkan dapat diaplikasikan untuk mempersingkat waktu proses penjadwalan serta

5 5 meringankan beban pegawai IBS. Hal ini dalam rangka untuk peningkatan pelayanan kesehatan secara terus menerus, serta berperan dalam peningkatan pendapatan rumah sakit