Teknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian; Yogyakarta, Januari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian; Yogyakarta, Januari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian."

Transkripsi

1 70 DAFTAR PUSTAKA Abdurrachman A, Nugroho K, Sumarmo Pengembangan Lahan Kering Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Buku I; Cisarua-Bogor, 9-11 Februari Puslittanak, Badan Litbang Pertanian. Deptan. Bogor. Hlm Arsyad S Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Asdak C Hidrologi dan Pengelolan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press. Badan Perencanaan Daerah NTB Potensi Sumberdaya Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bapeda NTB. Mataram Badan Pusat Statistik lombok Tengah Lombok Tengah Dalam Angka. BPS Loteng. Badan Pengelola Kapet Bima (2004). Rencana Pengembangan Usaha Kapet Bima dan Studi Kelayakan Peluang Investasi. BP. DAS Dodokan Rencana Pembangunan Model Pengelolaan Mikro DAS Di DAS Sape Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Basa I, Sulaiman, Herman Hasil Penelitian Pola Tanam di Daerah Transmigrasi Pasir Pangairan. Proceeding Pertmuan Teknis Penelitian Pola Usahatani Menunjang Transmigrasi. Cisarua, Februari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hardjowigeno S, Widiatmaka, AS. Yogaswara Kesesuaian Lahan Dan Tata Guna Lahan. Bogor. Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor. Hidayat A, Hikmatullah, Santoso D Potensi dan Pengelolaan Lahan Kering Dataran Rendah. Di dalam: Abdurachman A, Agus F, Editor. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Ed ke-1. Bogor: Puslittanak, Badan Litbang Pertanian. Deptan. Hlm Haridjaja O Pengembangan Pola Usahatani Campuran Pada Lahan Kering Yang Berwawasan Lingkungan Di Desa Datarnangka, Kecamatan Saranganten Kabupaten Sukabumi. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Hammer W.I Second soil conservation consultant report. Agof/In/78/606 note. No 10. Center For Soil Research, Bogor Iskandar, Model Pengembangan Agribisnis Agroindustri di Wilayah Nusa Tenggara Barat. Pusat Penelitian Agribisnis Universitas Mataram. Mataram Kartaatmadja S, Fagi A.M Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konsep dan Penerapan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV; Bogor November hlm Karama A.S, Abdurrachman A Kebijaksanaan Nasional Dalam Penanganan Lahan Kritis Di Indonesia. Prosiding Lokakarya dan Ekspose

2 71 Teknologi Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian; Yogyakarta, Januari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Klingebeil A.A, Montgomery P.H Land-Capability Classification. Soil Conservation Service. US Department Of Agriculture. Nulik J. et.al Adaptasi Beberapa Tanaman Pakan Ternak Pada Lahan Kering Beriklim Kering Di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Lokakarya Hasil Penelitian Usahatani Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Waingapu, Nopember Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Inovasi Teknologi Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor Sajogyo Sosiologi Pedesaan. Jilid 2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Schwab GO, RK Frevert, TW Edminster and KK Barnes Soil and Water Conservation Engineering. Inc. New York, Chichester, Brisbane, Toronto: John Wiley and Sons. Sinukaban N. 16 Maret Menanggulangi Kerawanan Pangan Di Nusa Tenggara Timur. Kompas: 8 (1-6) Masalah dan Konsepsi Pembangunan Daerah Aliran Sungai. Makalah pada Seminar Sehari tentang Pengelolaan DAS Terpadu di Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo. Kendari. Sulawesi Tenggara, 1 Nopemmber Membangun Pertanian Menjadi Industri Yang Lestari Dengan Pertanian Konservasi. Jurnal Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor Membangun Pertanian Menjadi Industri Yang Lestari Dengan Pertanian Konservasi. Jurnal Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor. Sinukaban N dan Sihite J Usahatani Konservasi Dalam Pembangunan Pertanian Yang Berkesinambungan. Kongres II dan Seminar Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) ; Yogyakarta, Oktober Sinukaban N Konservasi Tanah dan Air di Daerah Transmigrasi. P.T Indeco Duta Utama International Development Consultants Berasosiasi dengan BCEOM. Supangat, Basuki dan Sukresno Efek Faktor Pengelolaan Tanaman Terhadap Erosi Dan Limpasan Pada Hutan Rakyat Kopi Dan Sengon Di Wonosobo. Prosiding ekspose BP2TPDAS-IBB; Surakarta, Sepetember Soekartawi Analisis Usahatani. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

3 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian 72

4 Lampiran 2 Peta penggunaan lahan 73

5 Lampiran 3 Peta jenis tanah 74

6 Lampiran 4 Peta kelas lereng 75

7 Lampiran 5 Peta satuan lahan 76

8 Lampiran 6 Kelas dan kode struktur tanah, kelas dan kode permeabilitas profil tanah a. Tabel kelas dan kode struktur tanah Kelas Struktur Tanah (ukuran diameter) Kode Struktur Granuler sangat halus (< 1mm) 1 Granuler halus (1 2 mm) 2 Granuler sedang sampai kasar (2 10 mm) 3 Berbentuk blok: blocky, plat, masif 4 b. Tabel kelas dan kode permeabilitas profil tanah Kelas permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode Sangat lambat < 0,5 6 Lambat 0,50 2,0 5 Sedang lambat 2,0 6,3 4 Sedang 6,3 12,7 3 Sedang cepat 12,7 25,4 2 Cepat > 25,4 1 Tabel 7 Klasifikasi nilai kepekaan erosi tanah Nilai K Kelas 0,00 0,10 1 (sangat rendah) 0,11 0,20 2 (rendah) 0,21 0,32 3 (sedang) 0,33 0,43 4 (agak tinggi) 0,44 0,55 5 (tinggi) 0,56 0,64 6 (sangat tinggi)

9 78 Lampiran 8 Intensitas faktor-faktor penghambat untuk klasifikasi kemampuan lahan (Arsyad, 2000) No Jenis Faktor Intensitas Faktor Penghambat Penghambat 1 Tekstur tanah (t) t1 = halus (liat berpasir, liat berdebu dan liat) t2 = agak halus (lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir) t3 = sedang (lempung, debu, lempung berdebu) t4 = agak kasar (lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus) t5 = kasar (pasir berlempung dan pasir) 2 Permeabilitas (p) p1= lambat (< 0,5 cm/jam) p2= agak lambat (0,5 2,0 cm/jam) p3= sedang (2,0 6,25 cm/jam) p4= agak cepat (6,25 12,5 cm/jam) p5= cepat (> 12,5 cm/jam) 3 Kedalaman efektif (k) k0= dalam (> 90 cm) k1= sedang (50 90 cm) k2= dangkal (25 50 cm) k3= sangat dangkal (< 25 cm) 4 Lereng (l) l0 = datar (0 3 %) l1 = landai/berombak (3 8 %) l2 = bergelombang (8 15 %) l3 = miring/berbukit (15 30 %) l4 = agak curam (30 45 %) l5 = curam (45 65 %) l6 = sangat curam ( >65%) 5 Drainase (d) d0= berlebihan, air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan mengalami kekurangan air d1= baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150cm) berwarna terang yang seagam dan tidak terdapat bercak kuning, coklat atau kelabu d2= agak baik, tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran, tidak terdapat bercak kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian bawah (sampai kedalaman 60cm) d3= agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak. Bercak terdapat pada sekitar 40 cm dari permukaan tanah. D4= buruk, bagian bawah lapisan atas terdapat warna atau bercak kelabu, coklata atau kuning d5= sangat buruk, seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak warna kebiruan atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman

10 79 Lampiran 9 Lanjutan No Jenis Faktor Intensitas Faktor Penghambat Penghambat 6 Erosi (e) e0 = tidak ada erosi e1 = ringan (< 25 % lapisan atas hilang) e2 = sedang (25 75 % lapisan atas hilang) e3 = berat (> 75 % lapisan atas hilang) e4 = sangat berat (> 25 % lapisan bawah hilang) 7 Bahaya banjir/genangan (g) g0 = tidak pernah (selama 1 tahun tidak pernah tertutup banjir untuk waktu > 24 jam) g1 = kadang-kadang (banjir yang menutupi tanah > 24 jam, terjadinya tidak teratur dalam periode < 1 bulan) g2 = selama 1 bulan atau lebih dalam setahun, tanah secara teratur tertutup banjir untuk waktu > 24 jam g3 = selama 2 5 bulan dalam setahun, tanah secara teratur tertutup banjir untuk waktu > 24 jam g4 = selama 6 bulan atau lebih dalam setahun, tanah secara 8 Batuan batuan (b) Kerikil Batuan kecil Batuan lepas Batuan (rock) tersingkap teratur tertutup banjir untuk waktu > 24 jam b0 = tidak ada atau sedikit (0 5 % volume tanah) b1 = sedang (15 50 % volume tanah) b2 = banyak (50 90 % volume tanah) b3 = sangat banyak (> 90 % volume tanah) b0 = tidak ada atau sedikit (0 5 % volume tanah) b1 = sedang (15 50 % volume tanah) b2 = banyak (50 90 % volume tanah) b3 = sangat banyak (> 90 % volume tanah) b0 = tidak ada (< % luas permukaan tertutup) b1 = sedikit (2 3 % luas permukaan tertutup) b2 = sedang (3 15 % luas permukaan tertutup) b3 = banyak (15 90 % luas permukaan tertutup) b4 = sangat banyak (> 90 % luas permukaan tertutup) b0 = tidak ada (< 2 % luas permukaan tertutup) b1 = sedikit (2 10 % luas permukaan tertutup) b2 = sedang (10 50 % luas permukaan tertutup) b3 = banyak (50 90 % luas permukaan tertutup) b4 = sangat banyak (> 90 % luas permukaan tertutup) Keterangan : o Kerikil : bahan kasar bentuk bulat diameter > 2 7,5 mm atau berbentuk gepeng dengan sumbu panjangnya sampai 15 cm pada lapisan 20cm dari permukaan o Batuan kecil : bahan kasar atau batuan diameter 7,5 25 mm jika bulat atau jika gepeng sumbu panjangnya cm o Batuan lepas : batuan yang tersebar di atas permukaan tanah, diameter > 25 cm jika bulat atau dengan sumbu panjang > 40cm jika gepeng

11 80 Lampiran 10 Nilai Faktor C dari berbagai tanaman dan pengelolaan tanaman No Jenis Tanaman dan Pengelolaannya / Nilai Sumber Type Penggunaan Lahan Faktor C 1 Tanah bera tanpa tanaman, diolah 1, Sawah beririgasi 0,01 1,2 3 Sawah tadah hujan 0, Tegalan, tanaman tidak spesifik 0, Rumput brachiaria - tahun pertama 0,3 1,2 - tahun kedua 0, tahun seterusnya 0, Ubi kayu 0,363 1 Ubi kayu 0,7 1 7 Jagung 0,7 1 Jagung 0, Padi gogo, tegalan, lahan kering 0,5 1 Padi gogo 0, Kacang-kacangan, tidak spesifik 0, Kacang jogo 0, Kacang tanah 0, Kedelai 0, Sorghum 0, Sereh wangi (citronella) 0,434 1,2 15 Kentang 0, Tebu 0, Pisang (jarang, sebagai monokultur) 0, Talas 0, Kebun campuran, tajuk bertingkat, penutup tanah bervariasi 0,452 2 Kerapatan tinggi 0,1 1 Ubi kayu / kedelai 0,2 2 Kerapatan sedang 0,3 1 Kerapatan rendah (cayamus sp, kacang tanah) 0, Tanaman perkebunan dengan tanaman penutup tanah (permanen) Kerapatan tinggi 0,1 1 Kerapatan rendah 0, Reboisasi dengan penutup tanah, tahun pertama 0, Kopi dengan penutup tanah 0, Tanaman bumbu (cabe, jahe) 0, Perladangan berpindah 0, Hutan, hutan alami (primer) berkembang baik : Serasah tinggi 0,001 1,2 Serasah sedang 0, Hutan produksi : Tebang habis 0,5 1 Tebang pilih 0, Kebun produksi (penutup tanah jelek) Karet 0,8 1 Teh 0,5 1 Kelapa sawit 0,5 1 Kelapa 0,5 1 Sumber : 1. Hammer (1981 dalam Sinukaban 1989) 2. Abdulrachman, Sofiyah dan Kurnia, U (1984 dalam Sinukaban 1989) 3. Pusat Penelitian Tanah (1984 dalam Sinukaban 1989)

12 81 Lampiran 11 Lanjutan No Jenis Tanaman dan Pengelolaannya / Nilai Sumber Type Penggunaan Lahan Faktor C 28 Kolam ikan 0, Lahan Kritis, tanpa vegetasi 0, Semak, belukar 0, Sorgum sorgum (terus menerus) 0, Padi gogo jagung (dalam rotasi) 0, Padi gogo jagung (dalam rotasi ) + mulsa jagung 0, Padi gogo jagung (dalam rotasi) + mulsa jerami 2 ton/ha 0,030 3 dan ton pupuk kandang 35 Padi gogo tumpangsari jagung + ubi kayu dirotasikan dengan 0,421 3 kedelai atau kacang tanah 36 Jagung dan kacang tanah, sisa tanaman jadi mulsa 0, Alang-alang permanen 0, Alang-alang dibakar satu kali 0, Semak, lamtoro 0, Albisia dengan semak campuran 0, Albisia tanpa tanaman bawah 1, Kentang ditanam mengikuti arah lereng 1, Kentang penanaman mengikuti kontur 0, Bawang, penanaman dalam kontur 0, Pohon tanpa semak 0, Ubi kayu tumpangsari dengan kedelai 0, Ubi kayu tumpangsari dengan kacang tanah 0, Ubi kayu + sorgum (tumpangsari) 0, Padi gogo + sorgum (tumpangsari) 0, Kacang tanah + kacang gude (tumpangsari) 0, Kacang tanah + kacang panjang (tumpangsari) 0, Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0, Kacang tanah + mulsa batang jagung 4 ton/ha 0, Kacang tanah + mulsa clotolaria 3 ton/ha 0, Kacang tanah + mulsa kacang panjang 0, Kacang tanah + mulsa jerami padi 0, Padi gogo, mulsa clotolaria 3 ton/ha 0, Padi gogo + jagung + ubi kayu, mulsa jerami 6 ton/ha setelah padi ditanami kacang tanah 0, Padi gogo jagung kacang tanah, dalam rotasi, dengan 0, sisa tanaman jadi mulsa 0, Padi gogo jagung kacang tanah, dalam rotasi 0, Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari) dengan mulsa sisa tanaman 62 Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari) 0,568 2 Sumber : 1. Hammer (1981 dalam Sinukaban 1989) 2. Abdulrachman, Sofiyah dan Kurnia, U (1984 dalam Sinukaban 1989) 3. Pusat Penelitian Tanah (1984 dalam Sinukaban 1989)

13 82 Lampiran 12 Nilai faktor P beberapa tindakan konservasi dan pengelolaan lahan No Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman P dan CP Sumber 1 Teras bangku 0,037 2 Teras bangku : Konstruksi baik 0,04 1 Konstruksi sedang 0,15 1 Konstruksi buruk 0, Teras tradisional 0, Teras koluvial ditanami strip rumput/bambu atau rumput permanen seperti rumput bahia Disain baik, tahun pertama 0,04 1 Disain buruk, tahun pertama 0, Rorak (split pits) 0, Mulsa penahan air : Serasah atau jerami 6 ton/tahun 0,30 1 Serasah atau jerami 3 ton/tahun 0,50 1 Serasah atau jerami 1 ton/tahun 0, Penanaman menurut kontur : Pada lereng 0 8 % 0,50 1 Pada lereng 8 20 % 0,75 1 Pada lereng > 20 % 0, Teras bangku ditanami kacang tanah - kacang tanah 0, Teras bangku ditanami jagung + mulsa jerami 4 ton/ha 0, Teras bangku ditanami sorgum sorgum 0, Teras bangku ditanami jagung 0, Penanaman strip rumput bahia (1 thn) dalam tanaman kedelai 0, Penanaman strip crotalaria dalam pertanaman padi gogo 0, Penanaman strip crotalaria dalam kedelai 0, Penanaman strip crotalaria dalam kacang tanah 0, Penanaman strip kacang tanah dalam pertanaman jagung, menggunakan sisa tanaman sebagai mulsa 0, Teras guludan dengan rumput penguat 0, Teras guludan ditanami padi gogo dan jagung dalam rotasi 0, Teras guludan pada pertanaman sorgum sorgum 0, Teras guludan pada pertanaman ubi kayu 0, Teras guludan pada pertanaman jagung kacang tanah dalam rotasi, menggunakan mulsa sisa tanaman 0, Teras guludan, pada kacang tanah kedelai dalam rotasi 0, Teras guludan, padi gogo jagung kacang panjang dalam rotasi dengan 2 ton/ha kapur 0, Teras bangku, ditanami jagung ubi kayu/kedelai dalam rotasi 0, Teras bangku, ditanami sorgum-sorgum 0, Teras bangku, kacang tanah tanah 0, Teras bangku tanpa tanaman 0, Penanaman strip crotalaria dalam sorgum sorgum 0, Penanaman strip crotalaria dalam kacang tanah ubi kayu 0, Penanaman strip crotalaria dalam pertanaman padi gogo ubi kayu 0, Penanaman strip rumput dalam padi gogo 0,841 3 Sumber : 1. Hammer (1981 dalam Sinukaban 1989) 2. Abdulrachman, Sofiyah dan Kurnia, U (1984 dalam Sinukaban 1989) 3. Pusat Penelitian Tanah ( dalam Sinukaban 1989)

14 83 No Lampiran 13 Hasil pengukuran dan pengamatan beberapa parameter lahan di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Unit Lahan Tekstur (t) Permeabilitas (p) Ked. Efektif (s) Lereng (l) Drainase (d) Erosi (e) Batuan (b) Banjir (g) 1 SL 10c Lp 9, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 2 SL 25a Lpp 1, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 3 SL16a Lp 4, Baik S. Berat Sedang Tdk ada 4 SL 25b Lp 6, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 5 SL 16b Lpd 4, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 6 SL 16c Lpl 0, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 7 SL 16d Lpd 1, Baik Sedang Sedang Tdk ada 8 SL 5a Liat 0, Agak baik Ringan Sedikit Tdk ada 9 SL 23 Lpd 2, Agak baik Sedang Sedang Tdk ada 10 SL 6 Lpd 5, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 11 SL 5b Lp 1, Baik Sedang Sedang Tdk ada 12 SL 17a Lpd 2, Baik Berat Sedang Tdk ada 13 SL 17c Lpp 7, Baik Ringan Tdk ada Tdk ada 14 SL 17d Lpp 13, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 15 SL 25f Lpp 1, Baik S. Berat Sedang Tdk ada 16 SL 16c Lpd 3, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 17 SL 22 Liat 0, Agak baik Ringan Sedikit Tdk ada 18 SL5c Ld 1, Agak baik Ringan Sedikit Tdk ada 19 SL 5d Lp 0, Baik Berat Sedang Tdk ada 20 SL 2 Ld 0, Baik S.Berat Sedikit Tdk ada 21 SL10a Lpd 0, Agak baik Ringan Sedikit Tdk ada 22 SL 10b Ld 0, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 26 SL 16h Lpp 0, Baik Berat Sedang Tdk ada 24 SL 16f Lpp 0, Baik Berat Sedang Tdk ada 25 SL 25c Lpd 1, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 26 SL 25e Lp 1, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 27 SL 14 Ltp 1, Agak baik Sedang Sedikit Tdk ada 28 SL 17b Lp 0, Baik S. Berat Sedang Tdk ada 29 SL 16g Lpd 2, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 30 SL 11a Lpd 1, Baik Ringan Tdk ada Tdk ada 31 SL 11b Lpd 1, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada 32 SL 4 Lpl 0, Baik S.Berat Sedang Tdk ada 33 SL 15 Lpl 2, Baik Ringan Sedikit Tdk ada 34 SL 25d Lpd 2, Agak baik Ringan Tdk ada Tdk ada Keterangan : Lp = lempung; Lpp = lempung berpasir; Lpd = lempung berdebu; Ld = liat berdebu; Ltp = liat berpasir

15 84 Unit Lahan Lampiran 14 Kelas kemampuan lahan di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Tekstur (t) Ked. Efektif (s) Lereng (l) Drainase (d) Erosi (e) Batuan (b) Banjir (g) Kelas Permea bilitas (p) Unit Kemampuan Lahan SL 10c t 2 k 0 C d 2 e 1 b 0 o 0 p 4 III l 2 SL 25a t 4 k 0 C d 2 e 0 b 0 o 0 p 2 III l 2 SL16a t 2 k 1 E d 1 e 2 b 1 o 0 p 3 VI l 4 e 2 SL 25b t 2 k 0 D d 2 e 0 b 0 o 0 p 3 IV l 3 SL 16b t 3 k 1 D d 1 e 1 b 0 o 0 p 3 IV l 3 SL 16c t 2 k 0 D d 2 e 0 b 0 o 0 p 2 III l 2 SL 16d t 2 k 1 E d 1 e 2 b 1 o 0 p 2 VI l 4 SL 5a t 1 k 0 B d 2 e 1 b 0 o 0 p 2 II l 1 d 2 SL 23 t 3 k 1 C d 2 e 2 b 1 o 0 p 3 III l 2 SL 6 t 3 k 0 B d 2 e 0 b 0 o 0 p 3 II l 1 d 2 SL 5b t 2 k 1 C d 1 e 2 b 1 o 0 p 2 III l 2 e 2 SL 17a t 3 k 2 D d 1 e 4 b 1 o 0 p 3 IV e 4 l 3 SL 17c t 4 k 1 D d 1 e 0 b 0 o 0 p 4 IV l 3 SL 17d t 4 k 1 E d 1 e 1 b 0 o 0 p 5 VI l 4 SL 25f t 4 k 2 E d 1 e 4 b 1 o 0 p 2 VI e 4 l 4 SL 16c t 3 k 1 D d 1 e 1 b 0 o 0 p 3 IV l 3 SL 22 t 1 k 1 B d 2 e 1 b 0 o 0 p 1 II l 1 d 2 SL5c t 1 k 1 C d 2 e 1 b 0 o 0 p 2 III l 2 p 2 SL 5d t 2 k 1 D d 1 e 4 b 1 o 0 p 1 IV l 3 e 4 SL 2 t 1 k 1 E d 1 e 4 b 0 o 0 p 1 VI l 4 e 4 SL10a t 3 k 1 C d 2 e 1 b 0 o 0 p 2 III l 2 p 2 SL 10b t 1 k 0 B d 2 e 0 b 0 o 0 p 1 II l 1 d 2 SL 16h t 4 k 1 D d 1 e 4 b 1 o 0 p 1 IV l 3 e 4 SL 16f t 4 k 2 F d 1 e 4 b 1 o 0 p 1 VI e 4 l 5 SL 25c t 3 k 0 C d 2 e 0 b 0 o 0 p 2 III l 2 p 2 SL 25e t 2 k 1 E d 1 e 1 b 0 o 0 p 2 IV l 3 SL 14 t 1 k 1 C d 2 e 2 b 0 o 0 p 2 III l 2 e 2 SL 17b t 2 k 2 E d 1 e 4 b 1 o 0 p 1 VI e 4 l 4 SL 16g t 2 k 1 E d 1 e 1 b 0 o 0 p 3 VI l 4 SL 11a t 3 k 1 D d 1 e 0 b 0 o 0 p 2 III l 2 e 2 SL 11b t 3 k 1 C d 2 e 2 b 0 o 0 p 2 III l 2 e 2 SL 4 t 2 k 2 E d 1 e 4 b 1 o 0 p 1 VI l 4 e 4 SL 15 t 2 k 1 E d 1 e 1 b 0 o 0 p 3 VI l 4 SL 25d t 3 k 1 D d 2 e 0 b 0 o 0 p 3 IV l 3

16 85 Lampiran 15 Curah hujan rata rata bulanan (mm) tahun di DAS Sape Lombok Tengah Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nov Des

17 86 Lampiran 15 (Lanjutan) Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nov Des rata-rata 310,3 262,5 199,5 173,9 129,7 55,7 53,0 21,2 40,1 104,7 212,5 248,4 Sumber : ACIAR UNRAM (2004)

18 87 Lampiran 16 Nilai erosivitas hujan di DAS Sape Lombok Tengah Bulan Rata-Rata Curah Hujan Bulanan (cm) Erosivitas EI 30 = 2,21 (CH m ) 1,36 Januari 31,0 236,2 Februari 26,2 188,1 Maret 19,9 129,5 April 17,4 107,5 Mei 13,0 72,1 Juni 5,6 22,8 Juli 5,3 21,4 Agustus 2,1 6,1 September 4,0 14,6 Oktober 10,5 53,9 November 21,2 141,1 Desember 24,8 174,5 Total ,8

19 88 Lampiran 17 Nilai faktor erodibitas tanah (K) pada tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Unit Lahan %Pasir Halus %Debu %Liat %BO Kode Struktur Kode Permea- Bilitas Nilai M Nilai K SL 10c 7,6 44,7 17,2 1, ,9 0,5 SL 25a 11,7 25,6 16,1 1, ,7 0,4 SL16a 5,3 49,8 23,9 1, ,9 0,5 SL 25b 9,1 42,1 12,3 1, ,2 0,5 SL 16b 6,6 51,2 15,7 1, ,3 0,5 SL 16c 5,8 36,0 30,2 0, ,4 SL 16d 6,3 52,0 21,6 1, ,7 0,5 SL 5a 4,0 31,2 48,6 2, ,3 0,3 SL 23 5,9 50,6 20,1 1, ,8 0,5 SL 6 3,5 44,2 28,1 1, ,6 0,4 SL 5b 9,1 41,3 13,3 1, ,6 0,5 SL 17a 6,6 52,2 14,9 1, ,6 0,5 SL 17c 11,5 24,6 18,1 1, ,9 0,3 SL 17d 11,8 23,9 17,3 1, ,6 0,3 SL 25f 10,9 34,3 11,3 0, ,6 0,4 SL 16c 6,2 52,2 16,7 1, ,4 0,5 SL 22 3,9 31,9 48,7 2, ,1 0,3 SL5c 2,6 41,3 45,6 1, ,8 0,3 SL 5d 8,9 45,2 10,2 1, ,2 0,6 SL 2 2,1 40,9 45,4 0, ,4 0,3 SL10a 2,2 50,3 24,4 1, ,9 0,5 SL 10b 2,7 42,9 41,2 1, ,7 0,4 SL 16h 10,2 35,3 10,9 1, ,2 0,5 SL 16f 10,2 34,5 11,7 0, ,6 0,5 SL 25c 8,8 40,6 30,4 1, ,5 0,4 SL 25e 8,7 45,2 11,1 1, ,4 0,6 SL 14 9,2 11,9 42,3 1, ,6 0,2 SL 17b 6,8 40,1 20,6 0, ,9 0,5 SL 16g 6,7 48,9 17,7 1, ,7 0,5 SL 11a 6,4 45,5 22,7 1, ,9 0,5 SL 11b 6,6 46,1 21,1 1, ,5 SL 4 6,1 38,3 31,0 0, ,8 0,4 SL 15 6,0 39,3 30,8 1, ,6 0,4 SL 25d 6,1 49,4 20,1 1, ,2 0,5

20 89 Lampiran 18 Nilai faktor LS di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Unit Lahan Kemiringan (%) Panjang (m) LS SL 10c 10 16,8 5, SL 25a 15 7,3 4,9 SL16a ,6 SL 25b 22 5,6 6,2 SL 16b 30 10,1 11,3 SL 16c 18 9,2 6,5 SL 16d 35 7,4 11,3 SL 5a ,3 SL ,8 4,7 SL 6 8 9,5 3,0 SL 5b 15 5,8 4,3 SL 17a 30 9,3 10,9 SL 17c 30 8,8 10,6 SL 17d ,5 SL 25f 42 3,8 9,7 SL 16c 30 9,5 11,0 SL ,3 3,3 SL5c 12 8,5 4,2 SL 5d 22 7,2 7,0 SL ,2 9,7 SL10a 12 3,0 2,5 SL 10b 5 10,3 2,0 SL 16h 45 6,8 9,3 SL 16f 50 10,3 18,9 SL 25c 13 4,5 3,3 SL 25e 35 3,8 8,1 SL ,2 3,9 SL 17b 45 10,8 17,5 SL 16g 40 9,5 14,6 SL 11a 22 7,5 7,2 SL 11b 15 12,5 6,4 SL ,1 19,8 SL ,6 17,4 SL 25d 22 6,5 6,7

21 90 Lampiran 19 Nilai faktor CP di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Unit C P Lahan Pola Tanam Aktual SL 10c Kacang tanah+mulsa jerami, teras bangku sederhana 0,38 0,15 SL 25a Padi kedelai+mulsa jerami, teras bangku sederhana 0,50 0,15 SL16a Jati, mahoni, semak, kerapatan sedang, teras gulud 0,20 0,40 SL 25bPadi kedelai+mulsa, teras bangku sederhana0,380,15sl 16b SL Padi kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 0,38 0,15 SL 16b Jati, mahoni, jagung-kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 0,20 0,15 SL 16c Padi Kedelai +mulsa, teras tradisional 0,38 0,35 SL 16d Nangka, pisang, jati, mahoni + jagung, kerapatan jarang, teras bangku 0,50 0,15 sederhana SL 5a Sawah tadah hujan; teras bangku sederhana 0,05 0,15 SL 23 Kedelai dengan mulsa, teras bangku sederhana +(pisang, mete) 0,44 0,15 SL 6 Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 0,38 0,15 SL 5b Kedelai + mulsa, teras tradisional 0,38 0,35 SL 17a Jati, mahoni, semak, kerapatan jarang, teras guludan sederhana 0,50 0,50 SL 17c Tegalan (pohon kelapa jarang), teras bangku buruk 0,32 0,35 SL 17d Jati, mahoni, jambu mete, pisang, semak; rapat, teras tradisional 0,10 0,35 SL 25f Jati + sengon kerapatan jarang, semak dengan teras tradisonal 0,50 0,35 SL 16c Jati, mahoni, sengon,kedelai dan semak, kerapatan sedang, teras gulud 0,20 0,50 SL 22 Kedelai+mulsa, teras+penguat kacang2an 0,40 0,01 SL5c Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 0,38 0,15 SL 5d Kedelai+kacang hijau+pisang, teras bangku sederhana 0,42 0,15 SL 2 Padi-kedelai-kacang panjang, teras bangku sederhana 0,50 0,15 SL10a Kedelai+mulsa, teras bangku dengan penguat jagung 0,38 0,05 SL 10b Kedelai+mulsa, teras bangku seerhana 0,38 0,15 SL 16h Jati, bambu, sengon, kerapatan sedang, konturing (lereng > 20 %) 0,20 0,90 SL 16f Jambu mete, Jati, kerapatan jarang konturing (lereng > 20 %) 0,50 0,90 SL 25c Kedelai+mulsa, teras bangku+kacamg-kacangan 0,38 0,01 SL 25e Kebun monokultur(pisang), teras sederhana 0,60 0,50 SL 14 Sengon, kelapa, mete, kacang tanah; konturing (lereng 8-20%) 0,40 0,75 SL 17b Tegalan (bera), teras sederhana 0,70 0,50 SL 16g Sengon, jati, mahoni, ubi kayu, kacang; rapat, teras + penguat 0,10 0,05 SL 11a Nangka, mete, mangga, kelapa+ubi kayu; teras bangku sederhana 0,40 0,15 SL 11b Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 0,38 0,15 SL 4 Semak 0,30 1,00 SL 15 Hutan 0,005 1,00 SL 25d Tegalan: bera, teras bangku sederhana 0,70 0,15

22 91 Lampiran 20 Nilai ETol di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah Unit Lahan Kelas LPT (mm/th) BV (gr/cm 3 ) UPT (thn) D (mm) FK Dmin (mm) ETol (ton/ha/th) SL 10c III l 2 1,2 1, ,8 SL 25a III l 2 1,2 1, , ,9 SL16a VI l 4 e 2 1,2 1, , ,2 SL 25b IV l 3 1,2 1, , ,8 SL 16b IV l 3 1,2 1, , ,5 SL 16c III l 2 1,2 1, , ,3 SL 16d VI l 4 1,2 1, , ,2 SL 5a II l 1 d 2 1,2 1, ,9 SL 23 III l 2 1,2 1, ,2 SL 6 II l 1 d 2 1,2 1, ,5 SL 5b III l 2 e 2 1, ,4 SL 17a IV e 4 l 3 1,2 1, ,3 SL 17c IV l 3 1,2 1, ,8 SL 17d VI l 4 1,2 1, ,2 SL 25f VI e 4 l 4 1,2 1, ,7 SL 16c IV l 3 1,2 1, ,8 SL 22 II l 1 d 2 1,2 1, , ,9 SL5c III l 2 p 2 1,2 1, ,9 SL 5d IV l 3 e 4 1,2 1, , ,7 SL 2 VI l 4 e 4 1,2 1, , ,2 SL10a III l 2 p 2 1,2 1, ,4 SL 10b II l 1 d 2 1,2 1, ,1 SL 16h IV l 3 e 4 1,2 1, ,7 SL 16f VI e 4 l 5 1,2 1, ,8 SL 25c III l 2 p 2 1,2 1, ,0 SL 25e VI l 4 1,2 1, , ,5 SL 14 III l 2 e 2 1,2 1, , ,2 SL 17b VI e 4 l 4 1,2 1, , ,5 SL 16g VI l 4 1,2 1, , ,4 SL 11a IV l 3 p 2 1,2 1, , ,1 SL 11b III l 2 e 2 1,2 1, ,6 SL 4 VI l 4 e 4 1,2 1, , ,5 SL 15 VI l 4 1,2 1, ,8 SL 25d IV l 3 1,2 1, , ,2

23 Lampiran 21 Hasil Prediksi erosi di tiap satuan lahan DAS Sape Lombok Tengah 92 Prediksi Erosi (Ton/Ha/Ta hun) ETol (Ton/Ha/ Th) Unit Lahan Pola Tanam Aktual Erosivitas (R Erodibilitas (K) LS C P SL 10c Kacang tanah+mulsa jerami, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 5, 0,38 0,15 147,8* 59,8 SL 25a Padi kedelai+mulsa jerami, teras bangku sederhana 1167,8 0,4 4,9 0,50 0,15 152,6* 61,9 SL16a JT, MH, semak, kerapatan sedang, teras gulud 1167,8 0,5 13,6 0,20 0,40 596,6* 43,2 SL 25b Padi kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 6,2 0,38 0,15 193,8* 56,8 SL 16b JT, MH, jagung-kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 11,3 0,20 0,15 204,0* 49,5 SL 16c Padi Kedelai +mulsa, teras tradisional 1167,8 0,4 6,5 0,38 0,35 420,6* 70,3 SL 16d NGK, PS, JM, MH+jagung, kerapatan jarang, teras bangku 1167,8 0,50 0,15 sederhana 0,5 11,3 583,7* 46,2 SL 5a Sawah tadah hujan; teras bangku sederhana 1167,8 0,3 3,3 0,05 0,15 7,3 63,9 SL 23 Kedelai dengan mulsa, teras bangku sederhana +(PS, JM) 1167,8 0,5 4,7 0,44 0,15 184,7* 48,2 SL 6 Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 1167,8 0,4 3,0 0,38 0,15 81,2* 62,5 SL 5b Kedelai + mulsa, teras tradisional 1167,8 0,5 4,3 0,38 0,35 344,4* 47,4 SL 17a JT, MH, semak, kerapatan jarang, teras guludan sederhana 1167,8 0,5 10,9 0,50 0, ,6* 36,3 SL 17c Tegalan (pohon kelapa jarang), teras bangku buruk 1167,8 0,3 10,6 0,32 0,35 537,8* 50,8 SL 17d PS, JT, JM, MH dan semak, rapat, teras tradisional 1167,8 0,3 7,5 0,10 0,35 91,6* 44,2 SL 25f Hutan campuran jarang, semak dengan teras tradisonal 1167,8 0,4 9,7 0,50 0,35 866,2* 29,7 SL 16c MH, JT, SG, MT,kedelai dan semak, kerapatan sedang, teras 1167,8 0,20 0,50 gulud 0,5 11,0 649,2* 29,8 SL 22 Kedelai+mulsa, teras+penguat kacang2an 1167,8 0,3 3,3 0,40 0,01 3,9 42,9 SL5c Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 1167,8 0,3 4,2 0,38 0,15 88,7* 55,9 SL 5d Tumpang sari kedelai+kacang hijau, teras bangku sederhana 1167,8 0,6 7,0 0,42 0,15 287,3* 38,7 SL 2 Padi-kedelai-kacang panjang, teras bangku sederhana 1167,8 0,3 9,7 0,50 0,15 184,5* 40,2 SL10a Kedelai+mulsa, teras bangku dengan penguat jagung 1167,8 0,5 2,5 0,38 0,05 27,5 44,4 SL 10b Kedelai+mulsa, teras bangku seerhana 1167,8 0,4 2,0 0,38 0,15 51,4 81,1 SL 16h JT, bambu, SG, kerapatan sedang, konturing (lereng > 20 %) 1167,8 0,5 9,3 0,20 0,90 965,6* 59,7 SL 16f Jambu mete, Jati, kerapatan jarang konturing (lereng > ,8 0,50 0,90 %) 0,5 18,9 4915,0* 51,8 SL 25c Kedelai+mulsa, teras bangku+kacamg-kacangan 1167,8 0,4 3,3 0,38 0,01 5,4 72,0 SL 25e Kebun monokultur(pisang), teras sederhana 1167,8 0,6 8,1 0,60 0, ,6* 34,5 SL 14 SG, KLP, JM, Kacang tanah, konturing (lereng 8-20%) 1167,8 0,2 3,9 0,40 0,75 280,2* 20,2

24 Lampiran 21 Lanjutan 93 Prediksi Unit Lahan Pola Tanam Aktual Erosivitas (R Erodibilitas (K) LS C P Erosi (Ton/Ha/Ta hun) ETol (Ton/Ha/ Th) SL 17b Tegalan (bera), teras sederhana 1167,8 0,5 17,5 0,70 0, ,0* 46,5 SL 16g SG, JT, JM, Ubi kayu, PS, SN, kacang2n, rapat, 1167,8 0,10 0,05 teras+penguat 0,5 14,6 39,3 46,4 SL 11a NGK,JM, KLP,MG ubi kayu, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 7,2 0,40 0,15 229,6* 39,1 SL 11b Kedelai+mulsa, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 6,4 0,38 0,15 213,8* 46,6 SL 4 Semak 1167,8 0,4 19,8 0,30 1, ,2* 50,5 SL 15 Hutan 1167,8 0,4 17,4 0,005 1,00 37,4* 53,8 SL 25d Tegalan: bera, teras bangku sederhana 1167,8 0,5 6,7 0,70 0,15 419,9* 36,2 Sumber: Data Primer Keterangan: * = Erosi hasil prediksi lebih besar dari ETol; JT = Jati; MH = Mahoni; NGK = Nangka; PS = Pisang; JM = Jambu Mete; SG = Sengon; KLP = Kelapa; SN = Sonokeling; MG = Mangga

25 94 Lampiran 22 Perhitungan biaya dan pendapatan usahatani padi-kedelai (luas 1ha) Biaya produksi No Uraian Volume Harga Satuan (Rp) 1 o Tenaga Kerja Untuk Padi Persemaian dan penyabutan benih: 2 Hari Kerja (HK) Pengolahan tanah (membongkar) Penanaman dan penyulaman: 2HK Pemeliharaan: 3 HK Panen: 2 HK Pasca panen: 5 HK Total 1a 3 orang TK 20 orang TK 10 orang TK 10 orang TK 10 orang TK 5 orang TK Jumlah (Rp) o Tenaga Kerja Untuk Kedelai Persiapan Lahan : 2 HK Penanaman : 1HK Pemeliharaan (penyemprotan pupuk cair dan pestisida 2 kali): 1 HK Panen : 2 HK Pasca Panen : 2 HK Total 1b 4 orang TK 5 orang TK 2 orang TK 5 orang TK 3 orang TK o Sarana Produksi Untuk Padi Benih Padi Pupuk: Urea TSP Pestisida (merek Matador) Peralatan (parang dan pacul) Total 2a 100 kg 350 kg 50 kg 1 liter o Sarana Produksi Untuk Kedelai Benih Kedelai Pupuk cair (Merek Alami) Pestisida (Merek Matador) Peralatan (penyemprot pupuk + parang) 25 kg 2 liter 1 liter Total 2b Total Biaya Pendapatan No Uraian Harga satuan (Rp) 1 Penggunaan lahan (pola tanam): Padi tadah hujan kedelai dengan mulsa (luas lahan: 1.0 ha), produksi: Padi : 2500 kg/tahun (A) Kedelai : 180 kg/tahun (B) Jumlah (Rp) Total Pendapatan A dan B (Pendapatan total) Pendapatan Bersih ( pendapatan total total biaya)

26 95 Lampiran 23 Perhitungan biaya dan pendapatan usahatani kacang tanah (luas 0,75 ha) No Uraian Volume Harga Satuan (Rp) 1 o Biaya Tenaga Kerja (A) Pengolahan tanah (membuat bedengan): 2 HK Penanaman dan penyulaman: 3HK Pemeliharaan: 12 HK Panen: 2 HK Pasca panen: 2 HK Total 2 orang TK 5 orang TK 5 orang TK 10 orang TK 5 orang TK Jumlah (Rp) Sarana Produksi (B) Bibit Pupuk: Urea TSP Pestisida (merek Matador) Peralatan (parang dan pacul) Sewa mesin pompa untuk pengairan 75 kg 50 kg 75 kg 1 liter total 7 jam Total Total Biaya (A+B) o Pendapatan Produksi Kacang Tanah untuk usahatani dengan luas 0,75 ha (biji kering ) Pendapatan Bersih (pendapatan total biaya)

27 96 Lampiran 24 Perhitungan biaya dan pendapatan usahatani padi+jagung (luas1 ha) No Uraian Volume Harga Satuan (Rp) 1 o Tenaga Kerja (A) Pengolahan tanah (membongkar tanah): 4 HK Penanaman dan penyulaman: 4HK Pemeliharaan: 3 HK Panen: 2 HK Pasca panen: 5 HK Total 1a 5 orang TK 10 orang TK 10 orang TK 10 orang TK 5 orang TK Jumlah (Rp) o Sarana Produksi (B) Benih padi Benih jagung Pupuk: Urea TSP Pestisida (merek Matador) Peralatan (parang dan pacul) 50 kg 30 kg 100 kg 50 kg 1 botol (100 ml) Total 2 o Pendapatan Produksi padi Produksi jagung Total Biaya (A+B) Total pendapatan Pendapatan bersih (pendapatan biaya)

28 97 Lampiran 25 Perhitungan biaya kebun campuran ( Mahoni, Sengon, Jati, Mete) (luas 1 ha) No Uraian Volume Harga satuan (Rp) 1 Tahun 1 Bibit (1 a) o Bibit Jati 25 pohon 3000 o Bibit Sengon 25 pohon 1000 o Bibit Mahoni 25 pohon 3000 o Bibit Mete 25 pohon 1000 Total (1a) Jumlah (Rp) Pupuk dan Pestisida (1b) Pupuk Kandang Urea KCL TSP Insektisida (Matadaor) Fungisida 1 ton 10 kg 20 kg 30 kg 2 liter Total (1b) Tenaga kerja (1c) Pembuatan lubang 2 HK Penanaman 2 HK Penyiraman 20 HK Penyulaman 10 HK Penyiangan 10 HK Pemupukan 4 HK Pengendalian hama+penyakit 2 HK 10 orang TK 10 orang TK 2 orang TK 1 orang TK 2 orang TK 4 orang TK 5 orang TK Total (1c) 2 Tahun 2 s/d 4 o Pupuk dan pestisida x 4 tahun o Penyiangan 10 HK x 4 tahun o Pemupukan 4 HK x 4 tahun o Pengendalian HPT 2 HK x 4 tahun Total orang TK 4 orang TK 5 orang TK Total Total 1 dan

29 98 Lampiran 26 Total biaya, produksi dan pendapatan aktual beberapa pola tanam di DAS Sape Lombok Tengah Unit Produksi (Kg/Ha/Thn) Pendapatan (Rp/Th) Lahan Luas Kacang Hasil Total Biaya Pola Tanam Setahun (ha) Padi Jagung Kedelai Tanah Kebun (Rp/Thn) Kotor Bersih SL 25a padi tadah hujan kedelai (*) SL 16c padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 25b padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 2 padi tadah hujan kedelai (*) 1, SL 16b padi+jagung kedelai (+) 0, SL 16d padi+jagung (+) SL 10c padi tadah hujan kacang tanah (*) 0, SL 6 padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 16g kacang kacangan (+) 0, SL 16e tanaman kayu + kedelai (-) 0, SL 5a padi tadah hujan 1, SL 5b padi tadah hujan kedelai (*) 1, SL 23 padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 22 padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 5c padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 5d padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 10a padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 10b padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 25c padi tadah hujan kedelai (*) 0, SL 11a kebun campuran + ubi kayu (-) 0, SL 11b padi tadah hujan kedelai (*) 0, Keterangan: (*) = Tumpang gilir; (+) = Tumpang sari; (-) = tanaman sela dibawah tegakan pohon tahunan

30 99 Lampiran 27 Analisis usaha ternak kerbau, sapi, kambing dan ayam kampung (perhitungan selama setahun) No Uraian Total (Rp) Ternak kerbau 1 Biaya Bibit 3 ekor = Rp x 3 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 Upah tenaga kerja = Rp x Total Pendapatan Produksi : 3 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Sapi 1 Biaya Bibit 3 ekor = Rp x 3 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 Upah tenaga kerja = Rp x Total Pendapatan Produksi : 3 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Ayam Kampung 1 Biaya Bibit 20 ekor = Rp x Pakan (dedak) = Rp x 10 karung Biaya kandang = Rp Upah tenaga kerja = Rp x Total Pendapatan Ayam dewasa = Rp /ekor x Telur ayam (95% x 20 ekor)x(25% x 365 hari) x Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Kambing 1 Biaya Bibit jantan 4 ekor = Rp x 4 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 Upah tenaga kerja = Rp x Total Pendapatan Produksi : 6 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya )

31 100 Lampiran 28 Pendapatan usaha ternak aktual petani di DAS Sape Lombok Tengah Jenis Ternak Yang Dimiliki Biaya Pendapatan Pendapatan SL Kerbau Sapi Kambing (Rp) Kotor (Rp) Bersih (Rp) SL 25a SL 16c SL 25b SL SL 16b SL 16d SL 10c SL SL 16g SL 16e SL 5a SL 5b SL SL SL 5c SL 5d SL 10a SL 10b SL 25c SL 11a SL 11b

32 101 Lampiran 29 Komposisi tanaman pada pola tanam tanaman pangan alternatif di DAS Sape Lombok Tengah Pola tanam A1 : padi gogo+jagung//ubi kayu kacang tanah (mulsa jerami 2 ton/ha) untuk luasan 1 ha Alternatif Populasi Tanaman/ha Kebutuhan Jenis Tanaman Benih/Musim % Lahan Jarak Tanam (cmxcm) Tanam (Kg) Produksi (Ton/Ha) Padi x Jagung x ,75 Ubi kayu x stek 2,5 kering Kacang tanah x ,35 Rumput pakan 80 x rumpun 165 3,9 Pola tanam A2 : padi gogo+jagung kacang tanah+jagung (mulsa jerami 2 ton/ha) untuk luasan 1 ha Jenis Tanaman Alternatif Jumlah Kebutuhan Benih/Lubang Benih/Musim % Lahan Jarak Tanam (cmxcm) Tanam (Kg) Produksi (Ton/Ha) Padi x Jagung x ,75 Kacang tanah x ,35 Rumput pakan 80 x rumpun 165 3,9 Pola tanam A3 : padi gogo jagung+kacang tanah - kacang hijau (mulsa jerami 2 ton/ha) untuk luasan 1 ha Alternatif Jumlah Kebutuhan Jenis Tanaman Benih/Lubang Benih/Musim % Lahan Jarak Tanam (cmxcm) Tanam (Kg) Produksi (Ton/Ha) Padi x Jagung x ,75 Kacang tanah x ,35 Kacang hijau x ,3 Rumput pakan 80 x rumpun 165 3,9

33 102 Lampiran 30 Perhitungan biaya dan pendapatan untuk pola tanam dan agroteknologi alternatif A1 (luas 1 ha) dan UT1 Usahatani 1 No Uraian Perhitungan Jumlah (Rp) 1 Biaya b. tenaga kerja (7 jam/hari) o persiapan lahan 10HK: lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pengolahan tanah 14 HK : lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o penanaman dan penyulaman 7 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pemeliharaan tanaman 10 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang 1 HOK = Rp. c. pelaksanaan konservasi o pembuatan dan perbaikan teras 6 HK; laki-laki dewasa 3 orang o pemberian mulsa 4 HK; laki-laki dewasa 3 orang o penanaman tanaman penguat 2 HK; laki-laki dewasa 2 orang o mulsa jerami 2 ton/ha c. sarana produksi o bibit/benih padi jagung kacang tanah ubi kayu o pupuk : 1/3 dan 2/3 (15 dan 45 hst) o pestisida o peralatan o transport (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x14x2)+(6/7x14x0.7) = 32,4 HOK (6/7x7x2)+(6/7x7x0.7) = 16,2 HOK (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13, 89 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13,89 HOK Total (6/7x6x3) = HOK (6/7x4x3) = HOK (6/7x2x2) = 3.43 HOK = 2000 x Rp Total kg x Rp kg x Rp kg x Rp stek x Rp. 500 Urea 350 kg x 1100 TSP 100 kg x Total Total 1 (a+b+c)

34 103 Lampiran 31 Lanjutan No Uraian Harga satuan (Rp) 2 Pendapatan o padi gogo (4000 kg) o jagung (750 kg) o kacang tanah (350 kg) o ubi kayu (2500 kg) Jumlah (Rp) Pendapatan kotor Pendapatan Bersih ( pendapatan total total biaya) Usahatani 2 (ternak kerbau & sapi: 2 & 3 ekor) No Uraian Total (Rp) Ternak kerbau 1 Biaya Bibit 2 ekor = Rp x 2 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 x 2/3 Upah tenaga kerja = Rp x 12 x 2/ Total Pendapatan Produksi : 2 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Sapi 1 Biaya Bibit 3 ekor = Rp x 3 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 Upah tenaga kerja = Rp x Total Pendapatan Produksi : 3 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) Total pendapatan bersih Usahatani 1 dan Usahatani

35 104 Lampiran 32 Perhitungan biaya dan pendapatan untuk pola tanam dan agroteknologi alternatif A2 (luas 1 ha) dan UT2 Usahatani 1 No Uraian Perhitungan Jumlah (Rp) 1 Biaya a. tenaga kerja (7 jam/hari) o persiapan lahan 10HK: lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pengolahan tanah 14 HK : lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o penanaman dan penyulaman 7 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pemeliharaan tanaman 10 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang 1 HOK = Rp. b. pelaksanaan konservasi o pembuatan dan perbaikan teras 6 HK; laki-laki dewasa 3 orang o pemberian mulsa 4 HK; laki-laki dewasa 3 orang o penanaman tanaman penguat 2 HK; laki-laki dewasa 2 orang o mulsa jerami 2 ton/ha c. sarana produksi o bibit/benih padi jagung kacang tanah o pupuk:1/3 dan 2/3 (15 dan 45 hst) o pestisida o peralatan o transport (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x14x2)+(6/7x14x0.7) = 32,4 HOK (6/7x7x2)+(6/7x7x0.7) = 16,2 HOK (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13, 89 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13,89 HOK Total (6/7x6x3) = HOK (6/7x4x3) = HOK (6/7x2x2) = 3.43 HOK = 2000 x Rp Total kg x Rp kg x Rp x 2 10kg x Rp Urea 350 kg x 1100 TSP 100 kg x Total Total 1 (a+b+c)

36 105 Lampiran 33 Lanjutan No Uraian Harga satuan (Rp) 2 Pendapatan o padi gogo (4000 kg) o jagung (750 kg) x 2 o kacang tanah (350 kg) Jumlah (Rp) Pendapatan kotor Pendapatan Bersih ( pendapatan total total biaya) Usahatani 2 (sapi & ayam: 4 & 20 ekor) No Uraian Total (Rp) Sapi 1 Biaya Bibit 3 ekor = Rp x 4 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 x 4/3 Upah tenaga kerja = Rp x 12 x 4/ Total Pendapatan Produksi : 4 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Ayam Kampung 1 Biaya Bibit 20 ekor = Rp x Pakan (dedak) = Rp x 10 karung Biaya kandang = Rp Upah tenaga kerja = Rp x Pendapatan Ayam dewasa = Rp /ekor x 55 Telur ayam (95% x 20 ekor)x(25% x 365 hari) x 800 Total Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) Total pendapatan bersih Usahatani 1 dan Usahatani

37 106 Lampiran 34 Perhitungan biaya dan pendapatan untuk pola tanam dan agroteknologi alternatif A3 (luas 1 ha) dan UT2 Usahatani 1 No Uraian Perhitungan Jumlah (Rp) 1 Biaya d. tenaga kerja (7 jam/hari) o persiapan lahan 10HK: lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pengolahan tanah 14 HK : lakilaki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o penanaman dan penyulaman 7 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o pemeliharaan tanaman 10 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang o panen 6 HK : laki-laki dewasa 2 orang dan perempuan dewasa 1 orang 1 HOK = Rp. e. pelaksanaan konservasi o pembuatan dan perbaikan teras 6 HK; laki-laki dewasa 3 orang o pemberian mulsa 4 HK; laki-laki dewasa 3 orang o penanaman tanaman penguat 2 HK; laki-laki dewasa 2 orang o mulsa jerami 2 ton/ha f. sarana produksi o bibit/benih padi jagung kacang tanah kacang hijau o pupuk: 1/3 dan 2/3 (15 dan 45 hst) o pestisida o peralatan o transport (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x14x2)+(6/7x14x0.7) = 32,4 HOK (6/7x7x2)+(6/7x7x0.7) = 16,2 HOK (6/7x10x2)+(6/7x10x0.7) = 23,14 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13, 89 HOK (6/7x6x2)+(6/7x6x0.7) = 13,89 HOK Total (6/7x6x3) = HOK (6/7x4x3) = HOK (6/7x2x2) = 3.43 HOK = 2000 x Rp Total kg x Rp kg x Rp x 2 10kg x Rp kg x Rp Urea 350 kg x 1100 TSP 100 kg x Total Total 1 (a+b+c)

38 107 Lampiran 35 Lanjutan No Uraian Harga satuan (Rp) 2 Pendapatan o padi gogo (4000 kg) 1750 o jagung (750 kg) x o kacang tanah (350 kg) 7000 o kacang hijau (300 kg) 5000 Jumlah (Rp) Pendapatan kotor Pendapatan Bersih ( pendapatan total total biaya) Usahatani 2 (sapi dan ayam : 4 & 20 ekor) No Uraian Total (Rp) Sapi 1 Biaya Bibit 3 ekor = Rp x 4 Pakan = Rp Biaya kandang = Rp Tali 20 m = Rp x 20 x 4/3 Upah tenaga kerja = Rp x 12 x 4/ Total Pendapatan Produksi : 4 ekor x Rp Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) No Uraian Total (Rp) Ayam Kampung 1 Biaya Bibit 20 ekor = Rp x Pakan (dedak) = Rp x 10 karung Biaya kandang = Rp Upah tenaga kerja = Rp x Pendapatan Ayam dewasa = Rp /ekor x 55 Telur ayam (95% x 20 ekor)x(25% x 365 hari) x 800 Total Pendapatan bersih (pendapatan biaya ) Total pendapatan bersih Usahatani 1 dan Usahatani

39 108 Tabel 36 Rata-rata pendapatan di luar usahatani petani responden No Nama Resp Profesi di luar Pendapatan per Resp usahatani tahun 1 I.Ratim Buruh Tani A. Amat Buruh Tani 8. 3 Hasim Pedagang A. Asih Pedagang A. Siyum Buruh Tani A. Zubaidah Buruh Tani H. Hasanudin Pedagang Mairah Tukang A. Rasyid Perajin Mamiq Surye Pedagang H. Nazar Pedagang Mamiq Ati Pedagang A. Suhardi Buruh Tani Rahmat Pedagang Abdul Salam Buruh Tani A. Lasih Buruh Tani A. Murniati Buruh Tani H. Anwar Pedagang H. Mansyur Pedagang Hamzah Perajin Sudirman Industri Kapur A. Rahman Industri Kapur Mursyid Industri Kapur Muhit Industri Kapur Hasan Pedagang Rata-rata pendapatan per tahun Lampiran 37 Sketsa penanaman rumput pada teras yang diperkuat Tanaman semusim Permukaan Tanah semula Tebing teras ditanamai rumput Dengan jarak 80 x 60 cm

40 109 Tabel 38 Analisis ekonomi (B/C) tanaman jati pada luas 1 ha (BPK Bima, 2004) Inflow Outflow DF Discounting Discounting Tahun Cost (18%) Cost Revenue Revenue , , , , , , , , , , , , , Total

41 110 Tabel 39 Analisis ekonomi (NPV) tanaman jati pada luas 1 ha (BPK Bima, 2004) Tahun Cost Revenue Net R-C DF (20%) NPV , , , , , , , , , , , , , , , , Total

42 Lampiran 40 Peta kelas kemampuan lahan di DAS Sape Lombok Tengah 111

43 Lampiran 41 Peta arahan penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah 112

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu

Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu 81 Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu 81 82 Lampiran 2. Peta Kelas Lereng DAS Ketahun Hulu 82 83 Lampiran 3. Peta Jenis Tanah DAS Ketahun Hulu 83 84 Lampiran 4. Peta Kawasan Hutan DAS Ketahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam. Tabel 13 Penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam. Tabel 13 Penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan dan Pola Tanam Secara umum jenis penggunaan lahan yang terdapat di lokasi penelitian meliputi : sawah tadah hujan, tegalan, semak, hutan tanaman, kebun dan badan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off). BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan DAS Krueng Peutoe yang luasnya 30.258 ha terdiri atas lima jenis penggunaan lahan, yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar dan hutan primer. Dari

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : KRISTANTO NUGROHO NIRM. 02.6.106.09010.5.0021

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kemampuan Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelitian. Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Bahaya Erosi di Sub DAS Bekala Untuk menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala maka terlebih dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon No Tanggal Hujan S t V air TMA A P Q ratarat (m) (m/s) (m) (m 2 ) (m) (m 3 /s) a N Beton (A/P) 2/3 S 0.5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan DAS Ketahun Hulu Das Ketahun Hulu seluas 115.998 hektar terdiri beberapa jenis penggunaan lahan yaitu kebun campuran, hutan primer, hutan sekunder, rawa dan

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 32 1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu. Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu meliputi Kecamatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan

Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan 171 Lampiran 1. Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan Kecuraman lereng A (l 0 ) = 0 sampai 3% (datar) B (l 1 ) sampai 8% (landai atau berombak) C (l 2 ) = 8 sampai 15% (agak miring

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 44 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (1988: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KEMAMPUAN LAHAN Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Anggi.r 1, Yulia Tesa 1 1 Mahasiswa dan mahasiswi semester 3 prodi tata air pertanian jurusan teknologi pertanian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian (1). Kondisi Geografi Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mt dan 9.406.450 mu sampai 527.200

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT A. MUZANI dan MASHUR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, PO Box 1017, Mataram ABSTRAK Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi

Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi 37 Deddy Erfandi, Umi Haryati, dan Irawan Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu studi dari geomorfologi adalah mempelajari bentukbentuk erosi. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah / bagianbagian tanah dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN 1 POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN Maya Pinamangung 1, Joice M. J. Supit 2, Jeanne Lengkong 2, Tommy D. Sondakh 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING

INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING SOETJIPTO PARTOHARDJONO Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jl. Merdeka 147-Bogor 16111 ABSTRAK SOETJIPTO

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Erosi Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah Persamaan 2.1 yaitu metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wishchmeier dan Smith (1978)

Lebih terperinci

ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang )

ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) R.A. Sri Martini Email : ninik_kunc@yahoo.co.id Sudirman Kimi Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto A. Pendahuluan Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan (sumberdaya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Usulan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Geografi Konsentrasi Sumberdaya Lahan Diajukan Oleh: AINUN NAJIB NIRM: 05.6.106.09010.50088

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Program Studi Geografi Oleh : JOKO TRIYATNO NIRM. 03.6.106.09010.5.0016

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F14101089 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FANNY

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci