HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan Kultur Hara Gejala Keracunan Besi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan Kultur Hara Gejala Keracunan Besi"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Kultur Hara Gejala Keracunan Besi Tiga hari setelah perlakuan cekaman besi pada kultur hara, tanaman mulai menunjukkan gejala keracunan besi yang ditunjukkan oleh gejala bronzing pada daun, dan gejala tersebut semakin terlihat jelas pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman. Analisis sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap tingkat keracunan besi (nilai skor bronzing) daun (Lampiran 4). Terdapat perbedaan tingkat bronzing dari 8 varietas padi sebagai pengaruh dari perlakuan konsentrasi cekaman besi (Lampiran 5). Pada konsentrasi cekaman besi 250 ppm, varietas IR64 dan Danau Gaung menunjukkan gejala bronzing lebih parah dibanding varietas lainnya (Tabel 3). Gejala bronzing semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi cekaman besi. Tingkat keracunan besi terparah terjadi pada varietas IR64 dimulai pada konsentrasi cekaman besi 1000 sampai 1500 ppm dengan nilai skor bronzing 6 7, sedangkan varietas Grogol, dan Hawarabunar hanya menunjukkan tingkat keracunan besi dengan nilai skor bronzing 2 dan 3. Varietas Krowal Panjang yang sebelumnya tidak diketahui tingkat toleransinya menunjukkan tingkat keracunan besi yang hampir sama dengan tingkat keracunan besi yang dialami oleh varietas Indragiri dan Punggur dengan skor bronzing 4 dan 5. Tabel 3 Nilai skor bronzing daun beberapa varietas padi pada berbagai tingkat cekaman besi pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman besi Varitas Konsentrasi (ppm) Ir 0a 3c 4d 5e 6f 6f 7g Gr 0a 2b 2b 2b 2b 2b 2b HB 0a 2b 2b 2b 3c 3c 3c KP 0a 2b 2b 3c 3c 3.5d 3.5d KO 0a 2b 3c 4d 4d 5e 5e DG 0a 3c 4d 4d 5e 5e 5e Ind 0a 2b 3c 3c 4d 4d 4d Pgr 0a 2b 3c 4d 4d 4d 4d Angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

2 19 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keracunan besi tidak hanya diakumulasi pada daun tua tetapi juga terdapat pada daun yang sedang aktif melakukan fotosintesis (daun terbuka sempurna), bahkan pada variertas IR64 keracunan besi juga terjadi pada daun muda (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Yamanouchi dan Yoshida (1981) yang menyatakan bahwa gejala visual yang khas dari keracunan besi berhubungan dengan akumulasi polifenol teroksidasi dan membentuk gejala bronzing pada daun tanaman padi. Gejala ini terlihat secara penuh pada daun-daun yang aktif melakukan fotosintesis. Gejala keracunan besi dimulai dengan adanya noda coklat kecil dan terus menyebar dari ujung daun ke pangkal daun, dan selanjutnya ujung daun terlihat menguning dan mengering yang diikuti dengan respirasi yang sangat tinggi. Selanjutnya Fairhurst dan Witt (2002) menyatakan bahwa daun yang mengalami gejala bronzing pada akhirnya akan berwarna kuning kecoklatan yang disebut karat, atau akan berwarna coklat ungu dengan tekstur daun kaku dan keras yang menunjukkan suatu kondisi tingkat keracunan yang sangat parah. Gambar 4 Gejala bronzing pada daun yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis pada padi varietas IR64. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor varietas maupun konsentrasi cekaman besi. Analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan faktor varietas dan konsentrasi Fe berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, dan terdapat interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi (Gambar 5; Lampiran 6 dan 7).

3 20 Selisih tinggi tanaman (cm) IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 5 Grafik selisih tinggi tanaman dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe. Dari Gambar 5 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada semua tingkat cekaman terjadi pada varietas Grogol dan pertumbuhan terendah dijumpai pada varietas IR64. Cekaman besi pada konsentrasi 250 ppm mampu menekan tinggi tanaman varietas IR64 dua kali lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Hambatan terparah terjadi pada konsentrasi cekaman besi 1500 ppm dimana pertumbuhan tinggi tanaman varietas IR64 mengalami penurunan mencapai 3 kali dibandingkan terhadap kontrol, sedangkan varietas lainnya ratarata mengalami penghambatan sebesar 2 kali (Lampiran 8). Dalam hal ini Abraham dan Pandey (1989) menyatakan bahwa gejala keracunan besi mulai terjadi pada tahap awal pertanaman (tahap bibit) dapat mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan daun tidak dapat berkembang. Selanjutnya Abu et al. (1989) menyatakan keracunan besi yang terjadi pada tahap vegetatif sangat berhubungan dengan tinggi tanaman yang pada akhirnya menyebabkan tanaman menjadi kerdil, sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh normal.

4 21 Pertumbuhan Panjang Akar Pertumbuhan panjang akar dipengaruhi oleh faktor varietas maupun cekaman besi. Analisis sidik ragam pertumbuhan panjang akar menunjukkan bahwa faktor varietas, konsentrasi Fe, dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang akar (Gambar 6; Lampiran 9 dan 10). Selisih panjang akar (cm) 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0, Konsentrasi Fe (ppm) IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr Gambar 6 Grafik selisih panjang akar dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe pada awal cekaman terhadap umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe. Berdasarkan Gambar 6 di atas terlihat bahwa pertumbuhan panjang akar 8 varietas padi mengalami penghambatan dimulai pada konsentrasi cekaman 250 ppm. Selisih pertambahan panjang akar umur 7 hari setelah perlakuan cekaman terhadap panjang akar awal perlakuan cekaman besi varietas IR64 (1.09 cm), varietas Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang berturut-turut sebesar 3.27, 3,21, 3.11 cm, sedangkan varietas Krowal Oval, Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur berturut-turut 2,68, 2.21, 2.40, dan 2.3 cm. Pertumbuhan panjang akar semakin tertekan pada konsentrasi 750 ppm, di mana varietas IR64 hampir tidak menunjukkan adanya pertambahan perpanjangan akar (Lampiran 11). Tentang pertumbuhan panjang akar Suhartini (2004) menyatakan bahwa cekaman besi menyebabkan tanaman padi tidak mampu mengembangkan sistem perakarannya,

5 22 dan pada kondisi keracunan besi, permukaan akar akan terlapisi oleh oksida besi Fe 2 O 3 yang berwarna coklat gelap sampai berwarna kehitaman, sehingga menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, bahkan pada kondisi keracunan yang parah yang berlangsung sejak tahap awal fase vegetatif, akar dapat mengalami penuaan cepat dan mati (Suhartini, 2004). Bobot Kering Akar Bobot kering akar dari 8 varietas padi secara umum mengalami penurunan akibat cekaman besi. Analisis sidik ragam bobot kering akar menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap bobot kering akar (Lampiran 12). Uji lanjut dengan DMRT terhadap bobot kering akar menunjukkan bahwa penurunan bobot kering akar terjadi pada seluruh varietas yang dicobakan dimulai pada konsentrasi 250 ppm dan semakin menurun tajam sampai pada konsentrasi 1500 ppm (Gambar 7, Lampiran 13). Interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi memberikan hasil bobot kering akar tertinggi diperoleh pada varietas Grogol (0.437 g) dan bobot kering terendah adalah varietas Punggur (0.078 g). Bobot kering akar (g) 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0, Konsentrasi Fe (ppm) IR64 Gr HB KP KO DG Ind Pgr Gambar 7 Grafik bobot kering akar dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe.

6 23 Berdasarkan Gambar 7 terlihat adanya perbedaan penurunan bobot kering akar dari 8 varietas padi sebagai pengaruh dari perlakuan konsentrasi cekaman besi. terdapat 3 kelompok varietas padi berdasarkan pola penurunan bobot akar yaitu varietas Grogol, IR64, Hawarabunar, dan Krowal Panjang membentuk kelompok pertama yaitu terjadi penurunan bobot kering akar mulai pada konsentrasi cekaman besi 250 ppm, kelompok kedua terdiri dari varietas Krowal Oval Danau Gaung Indragiri yang mengalami penurunan bobot kering akar seiring dengan bertambahnya konsentrasi cekaman besi, kelompok ke tiga yaitu Punggur merupakan varietas yang memiliki bobot kering akar terendah. Penurunan bobot kering akar tanaman semakin jelas pada konsentrasi cekaman 1500 ppm, dimana hanya varietas IR64 yang mengalami penurunan bobot kering akar terbesar sampai lebih dari 50%, sedangkan varietas lainnya hanya mengalami penurunan bobot kering akar kurang dari 50%. Bobot Kering Tajuk Bobot kering tajuk varietas padi secara umum mengalami penurunan akibat cekaman besi. Analisis sidik ragam bobot kering tajuk menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap bobot kering tajuk (Lampiran 14). Uji lanjut dengan DMRT terhadap bobot kering tajuk menunjukkan bahwa penurunan bobot kering tajuk terjadi pada seluruh varietas yang dicobakan dimulai pada konsentrasi 250 ppm dan semakin menurun tajam pada konsentrasi 1500 ppm (Gambar 8; Lampiran 15). Interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi memberikan hasil bobot kering tajuk tertinggi pada varietas Hawarabunar (0.46 g) dan bobot kering terendah pada varietas Punggur (0.13 g) pada cekaman besi 1500 ppm. Penurunan bobot kering tajuk varietas IR64 sampai dengan konsentrasi cekaman besi 1500 ppm adalah sebesar 60%, sedangkan varietas lainnya (Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang, Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur) berkisar 40 50%, sedangkan varietas Krowal Oval 28.9%. Terdapat suatu hubungan antara proses fotosintesis dengan bobot kering akar dan tajuk sebagaimana dikemukakan Sitompul dan Guritno (1995) bahwa bobot kering tanaman berkaitan dengan proses fotosintesis dan penyimpanan fotosintat, dimana sebagian hasil fotosintat

7 24 akan digunakan pada respirasi dan assimilasi, kelebihannya akan disimpan sebagai hasil bersih fotosintesis (net photosynthate) dari suatu tanaman yang menentukan bobot kering akar dan tajuk. Selanjutnya Todano dan Yoshida (1978) Bobot kering tajuk (g) 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr 0,20 0,10 0, Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 8 Grafik bobot kering tajuk dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe. mengungkapkan bahwa penurunan bobot kering tajuk seiring dengan pertumbuhan panjang akar, dimana pada konsentrasi cekaman yang tinggi kondisi akar tidak mampu untuk berkembang, hal ini disebabkan karena permukaan akar yang tertutupi oleh oksida besi sehingga tanaman kurang mampu menyerap hara yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Besi Total Akar Analisis sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap kandungan besi total akar (Lampiran 16). Uji lanjut DMRT terhadap besi total akar memperlihatkan bahwa kandungan besi total akar mengalami peningkatan dimulai pada konsentrasi 250

8 25 ppm. Peningkatan kandungan besi total akar semakin tinggi untuk semua varietas dengan semakin tinngginya tingkat cekaman besi sampai dengan konsentrasi cekaman besi 1500 ppm (Gambar 9; Lampiran 17). Besi total akar (mg/100 g) IR Gr Hb KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 9 Grafik kandungan besi total akar dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe. Kandungan besi total akar tertinggi pada tingkat cekaman 250 ppm Fe dijumpai pada varietas Punggur, sedangkan kandungan besi total terendah dijumpai pada varietas Hawarabunar. Pada varietas yang lain kandungan besi total akar umumnya hampir sama (Gambar 9). Terlihat bahwa tidak terjadi peningkatan yang berarti dari kandungan besi akar pada varietas Hawarabunar dan Grogol, tetapi beberapa varietas seperti Krowal Panjang, Krowal Oval, Indragiri, dan IR64 mengalami peningkatan kandungan besi akar yang cukup tinggi dimulai pada konsentrasi cekaman 500 ppm sampai dengan konsentrasi cekaman 1500 ppm.

9 26 Sampai dengan konsentrasi cekaman besi 1500 ppm kandungan besi total akar tertinggi dijumpai pada varietas Punggur dan Krowal Oval sebesar mg/100 g, sedangkan kandungan besi terendah dijumpai pada Hawarabunar dan Grogol sebesar mg/100 g. Apabila dihubungkan dengan tingkat skor bronzing dapat dinyatakan bahwa varietas Punggur, Krowal Oval, Krowal Panjang, memiliki kemampuan mempertahankan kelebihan besi di tingkat akar, sedangkan varietas Grogol dan Hawarabunar memiliki kemampuan meniadakan besi di tingkat akar, sebaliknya varietas IR64 merupakan varietas yang sangat terpengaruh oleh konsentrasi besi yang tinggi pada media pertumbuhannya. Audebert dan Sahrawat (2000) menyatakan bahwa pada tanaman padi, besi dapat dihentikan dan dideposit di jaringan daun tua, dimana pada varietas padi toleran Fe pengangkutan besi dari akar ke daun lebih sedikit, Tetapi Fe banyak ditahan di akar. Kelebihan besi di daun akan disimpan di dalam stroma sebagai fitoferitrin, selain itu fitoferitrin, selain itu fitoferitrin juga ditemukan pada xilem dan phloem (Audebert and Sahrawat 2000). Penyebab tingginya kandungan besi di tingkat akar disebabkan oleh besi kembali membentuk Fe 2 O 3 pada akar tanaman padi, diakumulai dalam bentuk oksida di tingkat akar. Efisiensi dari proses ini ditentukan oleh tingkat transport akropetal dari Fe 2+ yang dipengaruhi oleh laju transpirasi yang tinggi dari tanaman padi. Kandungan Besi Total Tajuk Tingkat keparahan keracunan besi pada tanaman padi berkaitan erat dengan tingginya kandungan besi dalam tajuk. Analisis sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap kandungan besi total tajuk (Lampiran 18). Uji lanjut DMRT terhadap besi total tajuk memperlihatkan bahwa kandungan besi total tajuk mengalami peningkatan dimulai pada konsentrasi 250 ppm. Peningkatan kandungan besi total tajuk semakin tinggi untuk semua varietas sampai dengan konsentrasi cekaman besi 1500 ppm (Gambar 10; Lampiran 19).

10 27 Varietas Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang dan Krowal Oval membentuk pola peningkatan yang hampir sama dimana tingginya kandungan besi total tajuk lebih disebabkan karena naiknya konsentrasi cekaman besi. Sebaliknya varietas IR64, Indragiri, Danau Gaung, dan Punggur menunjukkan kenaikan kandungan besi dalam tajuk beberapa kali seiring dengan bertambahnya Konsentrasi cekaman besi. Sampai dengan konsentrasi cekaman 1500 ppm varietas IR64 merupakan varietas yang sangat terpengaruh oleh perlakuan cekaman besi, sedangkan kelompok varietas Indragiri, Danau Gaung, dan Punggur memberikan respon yang sama, demikian pula kelompok varietas Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang dan Krowal Oval. Kandungan besi total tajuk (mg/100g) IR64 Gr Hb KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 10 Grafik kandungan besi total tajuk dari 8 varietas pada berbagai konsentrasi cekaman Fe pada umur 7 hari setelah perlakuan cekaman Fe. Tingginya kandungan besi pada tajuk erat kaitannya dengan sifat toleransi tanaman padi terhadap cekaman besi sebagaimana dikemukakan oleh Audebert

11 28 dan Sahrawat (2000) bahwa beberapa varietas padi memiliki kemampuan mendeposit Fe 2+ di jaringan daun tua sehingga kandungan besi pada daun akan meningkat. Kemampuan tanaman dalam mendeposit kelebihan Fe di daun merupakan suatu fenomena terhadap sifat toleransi tanaman itu sendiri. Kelebihan Fe di daun menunjukkan suatu indikasi keracunan, dan kondisi ini sangat mempengaruhi petumbuhan bagi tanaman itu sendiri. Untuk tanaman yang bersifat toleran terhadap Fe, kelebihan Fe akan diakumulasi di daerah daun yang tidak produktif, sementara tanaman yang bersifat sensitif akan mengakumulasi kelebihan Fe tidak hanya pada daun yang berperan sebagai source, tetapi juga pada daun yang berperan sebagai sink. Besi bersifat immobil dalam tanaman dan kelebihan besi dalam tanaman akan dideposit di tempat tertentu pada jaringan tanaman antara akar dan daun (Tanaka et al. 1966). Untuk tanaman yang bersifat toleran, kelebihan besi ini akan diakumulasikan di daerah daun yang tidak produktif, sementara tanaman yang bersifat sensitif akan mengakumulasi kelebihan ion besi ini tidak hanya pada daun tua, akan tepapi kelebihan besi juga terakumulasi di daun-daun yang masih aktif. Akumulasi dan Sebaran Besi pada Jaringan Akar Hasil pengamatan secara morfologi terlihat bahwa warna biru dari pewarna Perl s Prusian Biru jelas terlihat mulai bagian ujung sampai mendekati pangkal akar tanaman padi (Gambar 11). Dalam hal ini Beker (1958) mengemukakan bahwa pewarna Perl s Prusian Biru digunakan untuk mendeteksi akumulasi besi dalam jaringan tanaman, di mana keberadaan Fe ditunjukkan oleh formasi warna biru. Selanjutnya Krishnan et al. (2001) menyatakan bahwa pewarnaan Perl s Prusian Biru mampu menembus jaringan tanaman untuk memberikan satu reaksi warna biru guna melokalisir besi di dalam jaringan tanaman padi. Pembentukan plak besi di akar tanaman padi tidak hanya karena oksidasi Fe 2+, tetapi juga karena penghalang fisik pada akar sehingga menambah jumlah besi yang direduksi, sehingga menyebabkan akumulasi Fe(OH) 3 membentuk plak besi (Tanaka et al. 1966).

12 29 a 0.5 cm b 0.5 cm Gambar 11 Perbandingan morfologi akar dari 8 varietas padi a) perlakuan kontrol b) perlakuan cekaman besi 1500 ppm umur 7 hari setelah perlakuan cekaman besi. Hasil sayatan ujung akar secara melintang memperlihatkan bahwa Fe terakumulasi hampir di semua bagian akar, dimulai pada bagian epidermis, sampai ke endodermis akar. Pada beberapa varietas (IR64, Indragiri, dan Punggur) besi dapat terlihat jelas pada bagian xilem akar (Gambar 12). Keadaan ini menjadi sebuah petunjuk bahwa transport terhadap Fe dalam tanaman terjadi melalui xilem. Selanjutnya Yeo et al. (1987) menyatakan setelah penyerapan besi ke dalam kortek akar, besi yang tereduksi dapat masuk ke dalam xilem melewati lintasan simplas setelah melalui pita kaspari, bahkan sebagian besi dapat masuk ke xilem secara apoplas oleh aliran massa dan dikeluarkan melalui barier endodermis antara korteks dan stele (Yamanouchi & Yoshida 1981). Pergerakan besi pada tanaman padi di mulai dari ujung akar melewati titik tumbuh dan masuk melalui korteks. Beberapa varietas padi di duga membiarkan besi secara berlebih masuk ke dalam jaringan tanaman sampai ke daun (Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur). Berkaitan dengan hal tersebur Tanaka et al. (1966) menyatakan besi dapat masuk ke dalam xilem melalui aliran transpirasi secara interlokal akropetal, sebagian dari besi ini bisa dihentikan dan terdeposit secara spesifik pada lokasi-lokasi pembuangan di dalam tanaman.

13 nm 100 nm 100 nm 400 nm 0 ppm IR ppm 0 ppm Gr 1500 ppm 100 nm 100 nm 100 nm 100 nm 400 nm 0 ppm HB 1500 ppm 0 ppm KP 1500 ppm 100 nm 400 nm 100 nm 400 nm 0 ppm KO 1500 ppm 0 ppm Ind 1500 ppm 100 nm 100 nm 100 nm 400 nm 0 ppm Ind 1500 ppm 0 ppm Pgr 1500 ppm Gambar 12 Perbandingan sayatan melintang akar 8 varietas padi antara kontrol dan perlakuan cekaman 1500 ppm Fe. Warna biru pada jaringan adalah akumulasi Fe(II). Ep=Epidermis. Ex=exodermis Sc=Sklerenkim, Co= Korteks, End=Endodermis, Xy= xilem.

14 31 Percobaan Pot Tingkat Keracunan Besi Gejala bronzing pada daun tanaman yang dicekam Fe pada media tanah memberikan hasil yang tidak berbeda dengan gejala bronzing pada tanaman yang ditumbuhkan pada kultur hara. Pengukuran terhadap tingkat keracunan besi pada percobaan pot dilakukan sampai usia tanaman 9 minggu setelah tanam (Gambar 13). Analisis sidik ragam terhadap tingkat keracunan besi pada percobaan pot umur 9 minggu setelah tanam memperlihatkan adanya pengaruh interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap tingkat keracunan besi (Lampiran 20). Gejala keracunan mulai terjadi pada umur 3 minggu setelah tanam dimana varietas IR64, Danau Gaung, dan Punggur memberikan respon yang hampir sama (skor 1-3). Tingkat keparahan mulai terjadi pada minggu ke 7 di mana varietas IR64 memiliki skor 6, Grogol dan Hawarabunar memiliki skor skor 2-3, varietas lainnya (Krowal Panjang, Krowal Oval, Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur ) memiliki skor 4-5. Tingkat keracunan besi pada percobaan pot mulai stabil pada minggu 8 sampai saat panen. Gambar 13 Nilai skor bronzing daun 8 varietas padi pada perlakuan berbagai konsentrasi cekaman Fe.

15 32 Tinggi Tanaman Analisis sidik ragam terhadap tinggi tanaman menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara faktor varitas dan konsentrasi Fe terhadap yang mulai tampak pada umur 4 MST (Lampiran 21). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertambahan tinggi tanaman menjadi konstan mulai umur 8 minggu setelah tanam (Gambar 14). Uji lanjut DMRT dari tinggi tanaman pada umur 10 MST memperlihatkan bahwa tanaman terendah adalah varietas IR64 (72,27 cm) berbeda sangat nyata terhadap varietas lainnya, sedangkan varietas Grogol (174.0 cm) memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi pada konsentrasi yang sama (Lampiran 21 dan 22). Tinggi tanaman (cm) IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr umur tanaman (MST) Gambar 14 Grafik tinggi tanaman interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman Fe.

16 33 Sampai dengan perlakuan cekaman besi pada konsentrasi 1500 ppm terjadi penurunan pertumbuhan tinggi tanaman pada usia 10 MST. Varietas IR64 menurun sebesar 21.44% penurunan tinggi tanaman ini jauh lebih tinggi dari varietas lainnya (Lampiran 23). Dari uraian di atas jelas bahwa perlakuan cekaman besi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman. Penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sebagai pengaruh dari faktor cekaman besi, disebabkan oleh terganggunya pembelahan sel pada titik tumbuh yang tertutupi oleh karat besi menyebabkan daya jelajah akar menjadi berkurang, sehingga kemampuan akar menyerap air dan mineral terlarut menjadi berkurang, berakibat pada terganggunya penyerapan dan translokai hara ke bagian atas tanaman. Kondisi ini menyebabkan terganggunya aktivitas metabolisme dan pada akhirnya pertumbuhan tanaman yang selanjutnya tanaman tumbuh kerdil dan jumlah anakan menjadi sedikit (Sahrawat 2000). Jumlah Anakan Produktif Keracunan besi mengakibatkan lebih sedikit munculnya anakan pada tanaman padi. Analisis sidik ragam jumlah anakan produktif menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap jumlah anakan produktif (Lampiran 24). Uji lanjut DMRT pada α = 0.05 memperlihatkan bahwa cekaman besi menurunkan jumlah anakan produktif pada tanaman padi (Lampiran 25). Penurunan jumlah anakan produktif terjadi mulai dari konsentrasi cekaman 500 ppm (Gambar 15) sampai dengan konsentrasi cekaman 1000 ppm varietas Grogol terlihat masih mampu menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda dengan konsentrasi yang lebih rendah, dan baru kelihatan menurun pada konsentrasi cekaman besi 1500 ppm. Sampai dengan konsentrasi 1500 ppm cekaman besi, jumlah anakan terbanyak dijumpai pada varietas Indragiri (15 batang/rumpun), diikuti varietas Punggur (14 batang/rumpun), Krowal Panjang (13.2 batang/rumpun), IR64 (12.3 batang/rumpun), Krowal Oval (12 batang/rumpun), Danau Gaung (11 batang/rumpun), Hawarabunar (3 batang/rumpun), dan Grogol (2.3 batang/rumpun).

17 34 Anakan/rumpun 25,0 20,0 15,0 IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr 10,0 5,0 0, Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 15 Grafik jumlah anakan interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi pada umur 10 minggu setelah tanam. Penurunan jumlah anakan produktif terjadi disebabkan adanya penghambatan pertumbuhan sebagaimana dikemukakan Abu et al. (1989) bahwa keracunan yang terjadi mulai tahap vegetatif menyebabkan kekerdilan dan memperlambat fase reproduktif. Perlambatan fase reproduktif pada tanaman sangat berhubungan dengan jumlah malai yang muncul (Singh et al, 1992). Cekaman besi sampai dengan konsentrasi 1500 ppm menyebabkan penurunan jumlah anakan produktif hingga 43.6% pada varietas IR64, 30-36% pada varietas danau Gaung, Grogol, dan Krowal Oval, dan % pada varietas Punggur, Hawarabunar, Krowal Panjang, dan Indragiri.

18 35 Umur Panen Analisis sidik ragam terhadap umur tanaman menunjukkan bahwa interaksi faktor varietas dan cekaman besi berpengaruh terhadap umur panen (Lampiran 26). Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf signifikansi α = 0.05 terlihat varietas IR64 mengalami pemunduran umur panen pada konsentrasi 500 ppm cekaman besi dari 105 hari menjadi 112 hari. Umur panen semakin bertambah panjang sampai dengan perlakuan konsentrasi cekaman besi 1500 ppm (115 hari) (Gambar 16; Lampiran 26). 200 Umur Panen (hari) IR64 Gr HB KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 16 Grafik umur panen interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi. Pada varietas Danau Gaung dan Indragiri pada konsentrasi yang sama mengalami pemunduran umur panen berturut-turut 115 dan 124 hari, sedangkan pada konsentrasi 1500 ppm berturut-turut menjadi 118 dan 127 hari. Varietas Grogol, Hawarabunar mengalami pemunduran umur panen dimulai pada

19 36 konsentrasi 1000 ppm berturut-turut 126 dan 132 hari, Krowal Panjang, Krowal Oval, dan Punggur mengalami pemunduran umura panen dimulai pada konsentrasi 750 ppm berturut-turut 158, 169, dan 119 hari (Gambar 16). Pada konsentrasi 1500 ppm pemunduran umur panen dibandingkan terhadap kontrol pada varietas IR64 selama 20 hari, sedangkan varietas lainnya sebesar 6 14 hari. Persentase Biji Isi Analisis sidik ragam terhadap persentase biji isi menunjukkan bahwa varietas dan konsentrasi cekaman besi berpengaruh sangat nyata terhadap persentase biji isi (Lampiran 28). Uji lanjut DMRT pada taraf signifikansi α = 0.05 memperlihatkan bahwa perlakuan konsentrasi cekaman besi menurunkan persentase biji isi per malai (Lampiran 29). Persentase biji isi tertinggi dijumpai pada varietas Hawarabunar, Punggur, Grogol, dan Indragiri sebesar 74-76%, varietas Krowal Panjang, Krowal Oval, dan Danau Gaung sebesar 67-70%, sedangkan varietas dengan jumlah persentase biji isi paling terendah adalah IR64 sebesar 50.67%. Penurunan biji isi per malai sebagai akibat dari cekaman besi dimulai pada konsentrasi 750 ppm, dan semakin bertambah besar pada konsentrasi yang lebih tinggi terutama pada varietas IR64, Krowal Panjang dan Kowal Oval. Penurunan persentase biji isi sampai konsentrasi 1500 ppm varietas IR64 sebesar 41.33%, sedangkan varietas lainnya (Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang, Krowal Oval, Indragiri) adalah sebesar 10-25%, (Gambar 17). Hasil ini sesuai dengan pendapat Virmani (1977) yang menyatakan bahwa penurunan hasil padi pada lahan keracunan besi mencapai 70% untuk varietas peka dan 30% untuk varietas toleran. Suhartini at al. (1992) menyatakan bahwa hasil padi menurun hingga 90% pada lahan sawah berkadar Fe tinggi jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Ismunadji et al. (1973) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian terhadap keracunan besi pada tanaman padi di lahan pasang surut menurunkan hasil sampai 90%.

20 Biji isi (%) IR64 Gr Hb KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 17 Grafik persentase biji isi interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi umur 7 hari setelah perlakuan cekaman besi. Keracunan besi dapat menghambat perkembangan sel vegetatif dan memperlambat perkembangan fase reproduktif, hal ini mengakibatkan lebih sedikit munculnya malai, yang akhirnya akan menghasilkan bulir yang kosong (Virmani 1977). Selanjutnya Lantin dan Neue (1989) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara tingkat keracunan besi dan hasil, dimana hubungan ini dapat bertukar di dalam musim penanaman dalam setahun. Bobot 1000 Biji Perlakuan cekaman besi terhadap varietas padi memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 1000 biji. Demikian pula interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat nyata terhadap bobot 1000 biji (Lampiran 30). Uji lanjut DMRT menghasilkan bahwa perlakuan cekaman besi sampai taraf konsentrasi

21 ppm menghasilkan bobot 1000 biji tertinggi pada varietas Krowal Panjang (21.16 g) dan Krowal Oval (21.10 g) sedangkan bobot 1000 biji isi terendah pada IR64 (16.08 g) (Lampiran 31). Interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi terhadap bobot 1000 biji memperlihatkan pola yang berbeda antara varietas pada konsentrasi yang sama maupun pada konsentrasi yang berbeda (Gambar 18). 30 Bobot 1000 biji (g) IR Gr HB KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi Fe (ppm) Gambar 18 Grafik bobot 1000 biji interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi. Varietas Grogol, Danau Gaung, dan Punggur terjadi penurunan bobot 1000 biji pada konsentrasi 500 ppm, sedangkan varietas lainnya menunjukkan responnya pada konsentrasi 250 ppm. IR64 merupakan varietas yang mengalami penurunan bobot 1000 biji yang paling parah sampai konsentrasi 1500 ppm dibandingkan varietas lainnya pada konsentrasi yang samasampai dengan

22 39 konsentrasi cekaman besi 1500 ppm penurunan bobot biji / malai yang paling parah yaitu sebesar 31.82% pada varietas IR64, sedangkan varietas lainnya berkisar 10 22%. Hasil terssebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Abifarin (1988) bahwa hubungan antara keracunan besi dan kerugian hasil berkaitan dengan gejala bronzing yang meningkat, sehingga memberikan kerugian terhadap hasil sebagai efek keracunan besi mencapai lebih dari 30 %. Penelitian Ismunadji et al (1973) di Cihea memperlihatkan bahwa tanaman yang keracunan besi menghasilkan padi 52% lebih rendah dibandingkan tanaman yang sehat. Pada tanaman padi yang terserang berat pertumbuhan sangat jelek, anakan tidak tumbuh sehingga hasil yang didapatkan sangat rendah. Berkaitan dengan pengaruh cekaman besi terhadap produksi padi, Virmani (1977) manyatakan bahwa keracunan besi menyebabkan pendewasaan bunga akan mengalami hambatan dan menghasilkan bulir yang kopong. Ayodate (1979) menyatakan bahwa pada varietas yang sangat peka keracunan besi dapat mengakibatkan tanaman padi tidak menghasilkan bunga yang disebabkan tidak berkembangnya sistem perakaran, senesen dan kebusukan sampai akhirnya tanaman mati tanpa menghasilkan biji. Bobot biji/rumpun Bobot biji total/rumpun varietas padi secara umum mengalami penurunan akibat cekaman besi. Analisis sidik ragam bobot biji/rumpun menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi cekaman besi (Lampiran 32). Uji lanjut dengan DMRT terhadap bobot kering akar menunjukkan bahwa penurunan bobot bobot biji/rumpun terjadi pada seluruh varietas yang dicobakan dimulai pada konsentrasi 250 ppm dan menunjukkan tingkat keparahan pada konsentrasi 1500 ppm (Gambar 19, Lampiran 33). Konsentrasi cekaman besi memberikan hasil terhadap bobot biji per rumpun tertinggi adalah varietas IR64 (46.4%) dan penurunan bobot biji per rumpun terendah adalah varietas Hawarabunar (19.64%).

23 40 Bobot isi/malai (gr) IR64 GR HB KP KO DG Ind Pgr Konsentrasi (ppm) Gambar 19 Grafik bobot biji/rumpun interaksi antara faktor varietas dan konsentrasi cekaman besi. Pada konsentrasi cekaman besi 250 ppm, varietas Krowal Oval dan Korwal Panjang menunjukkan penurunan biji total/rumpun lebih dari 10%, dan lebih tertekan dibanding varietas lainnya (Lampiran 31). Penurunan bobot biji/rumpun semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi cekaman besi. Tingkat keracunan besi terparah terjadi pada varietas IR64, dimulai pada konsentrasi cekaman besi 750 ppm, dimana bobot biji/rumpun varietas IR64 menurun sampai 118,67 g, sedangkan varietas lainnya hanya menunjukkan penurunan bobot biji/malai kurang dari 75 g dan pada konsentrasi 1500 ppm cekaman besi penurunan bobot biji/rumpun sebesar 46 g terjadi pada varietas IR64, sedangkan varietas lainnya berkisar antara g.

24 41 Toleransi Tanaman Padi terhadap Cekaman Besi Penentuan tingkat toleransi tanaman padi terhadap cekaman besi dilakukan dengan metode Principle Component Analysis (PCA). Metode ini digunakan untuk menentukan jumlah komponen matrik dari data variabel yang sesuai dengan jumlah komponen untuk menetapkan matrik baru sebagai variabel bebas. Analisis terhadap peubah yang diamati dari percobaan kultur hara melalui metode PCA menghasilkan 3 komponen utama (skor bronzing daun, besi total akar dan tajuk (Gambar 20a), sedangkan dari percobaan pot dilakukan pengelompokan terhadap peubah dari 3 parameter komponen produksi (bobot 1000 biji, bobot biji/rumpun persentase biji isi/malai), yang dikorelasikan terhadap percobaan kultur hara melalui peubah nilai skor bronzing dan pertambahan panjang akar (Gambar 20b). a. b. Gambar 20 Analisis PCA dari semua peubah yang diamati untuk menentukan komponen utama dari karakter toleransi tanaman padi terhadap cekaman besi a). Percobaan kultur hara b). Percobaan pot. Uji korelasi antar peubah yang dimati pada perlakuan kultur hara menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara skor bronzing dengan peubah besi total akar dan tajuk (Tabel 4). Akan tetapi nilai skor bronzing berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai skor bronzing semakin tinggi pula kandungan besi baik pada akar maupun tajuk yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk.

25 42 Tabel 4 Matrik korelasi antara nilai skoring bronzing dengan peubah lain dari 8 varietas padi pada perlakuan cekaman besi Karakter Skor bronzing Tinggi Tanaman Panjang Akar Bobot kering Akar Bobot kering Tajuk Besi Total Akar Skor bronzing Tinggi Tanaman Panjang Akar Bobot kering. Akar Bobot kering. Tajuk Besi total Akar Besi total Tajuk ** Korelasi sangat signifikan. Besi total Tajuk Analisis dari kelima peubah yang digunakan pada percobaan pot diperoleh hasil bahwa persentase biji isi/malai (BIM) mempunyai nilai paling besar pada vektor dari komponen pertama (PC1) dengan konstribusi 82,2%, sedangkan kelima peubah lainnya memiliki nilai konstribusi yang lebih kecil (Tabel 5). Tabel 5 Nilai komponen utama dari skor bronzing (SB), Bobot Biji/Rumpun (BBR), Pertambahan Panjang Akar (PPA), Bobot 1000 Biji (BB), dan Persentase Biji Isi/Malai (BIM) Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 SB 0,098 0,098 0,120 0,836 d) 0,517 BBR 0,404-0,320 0,849 d) -0,112-0,032 PPA -0,039-0,032-0,030-0,516 0,854 d) BB 0,496-0,710 d) -0,493 0,079 0,026 BIM d) 0,761 d) 0,618-0,147-0,126-0,024 AKAR CIRI 141,19 24,93 4,94 0,53 0,08 PROPORSI 0,822 0,145 0,029 0,003 0,000 KOMULATIF 0,822 0,968 0,996 1,000 1,000 d) Variabel yang dominan dalam matrik fungsi berturut-turut BIM, BB, BBR, SB, dan PPA. Berdasarkan hasil analisis komponen utama dari dua komponen (skor bronzing daun dan kandungan besi total akar) terhadap 8 varietas padi yang dicobakan melalui percobaan kultur hara membentuk 3 kelompok yaitu varietas IR64 berada pada kwadran I, varietas Grogol, Indragiri, Punggur, Krowal Oval,

26 43 dan Danau Gaung berada pada kwadran III, sedangkan Varietas Krowal Panjang dan Hawarabunar berada pada kwadran IV seperti disajikan pada Gambar 21. Skor bronzing Gambar 21 Analisis komponen utama berdasarkan skor bronzing daun dan kandungan besi total akar. Analisis komponen utama dengan menggunakan komponen (skor bronzing daun dan kandungan besi total tajuk) terhadap 8 varietas padi membentuk 3 kelompok yaitu varietas IR64 berada pada kwadran I, varietas Grogol, Krowal Panjang, Hawarabunar, Indragiri dan Krowal Oval berada pada kwadran III, sedangkan varietas Punggur dan Danau Gaung berada pada kwadran IV seperti disajikan pada Gambar 22. Skor bronzing Gambar 22 Analisis Komponen Utama berdasarkan skor bronzing dan kandungan besi total tajuk.

27 44 Pengelompokan varietas padi berdasarkan tiga komponen utama pada percobaan kultur hara yaitu skor bronzing daun, kandungan besi total akar, dan kandungan besi total tajuk diperoleh 3 kelompok varietas padi (Gambar 23a), sedangkan pengelompokan vatietas padi berdasarkan skor bronzing daun, pertmbahan panjang akar dan bobot biji isi per malai yang diperoleh dari percobaan pot menghasilkan pengelompokan seperti disajikan pada Gambar 23b. a) b) Gambar 23 Diagam pengelompokan 8 varietas padi berdasarkan sifat toleransinya terhadap cekaman besi a). Percobaan kultur hara b). Percobaan pot. Dari hasil analisis di atas diketahui bahwa varietas IR64 konsisten berada pada kelompok I, varietas Grogol dan Hawarabunar berada pada kelompok dua, sedangkan, Krowal Oval yang belum diketahui sifat toleransinya terhadap cekaman besi, serta tiga varietas lainnya (Indragiri, Danau Gaung, dan Punggur) yang semula diketahui bersifat toleran terhadap cekaman besi berkumpul membentuk satu kelompok. Varietas Krowal Panjang menunjukkan kelompok yang tidak konsisten antara hasil analisis berdasarkan data dari percobaan kultur hara dan percobaan pot. Validasi Metode Seleksi Karakter Toleransi Tanaman Padi terhadap Cekaman Besi Hasil percobaan kultur hara di rumah kaca dengan menggunakan larutan Yoshida (1976) sampai dengan konsentrasi cekaman Fe 1500 ppm selama 7 hari cekaman dapat dikembangkan sebagai metode untuk melakukan seleksi terhadap varietas padi toleran atau sensitif terhadap cekaman besi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kpongor (2005) bahwa seleksi tanaman padi

28 45 menggunakan medium Yoshida sampai dengan konsentrasi 2000 ppm selama tiga hari setelah penambahan besi sulfat dapat dikembangkan untuk melakukan seleksi terhadap varietas padi bersifat toleran atau sensitif terhadap cekaman besi. Keunggulan dari metode ini adalah dapat dilaksanakan dalam waktu relatif singkat (4 minggu fase adaptasi dan 1 minggu cekaman) dibandingkan melalui percobaan pot (media tanah) yang membutuhkan waktu sampai 2 kali masa tanam. Selain itu dapat dilakukan seleksi terhadap jumlah varietas yang relatif lebih banyak dengan sekali percobaan dan biaya relatif murah. Kelemahan metode ini hanya dapat digunakan untuk mempelajari respon fisiologi pada tahap awal pertumbuhan vegetatif, tetapi tidak dapat digunakan sampai pada fase reproduktif, oleh karenanya perlu dilakukan verifikasi hasil percobaan kultur hara pada media tanah (percobaan pot). Pengamatan terhadap ke dua percobaan (percobaan kultur dan percobaan pot) memberikan hasil yang tidak berbeda diantara kedua percobaan, dimana varietas yang diduga sensitif terhadap cekaman besi pada percobaan kultur hara memberikan respon yang sama terutama terhadap skor bronzing daun pada percobaan pot (media tanah). Varietas yang mengalami gangguan pertumbuhan secara fisiologi maupun morfologi pada percobaan kultur hara juga mengalami penghambatan yang sama pada percobaan menggunakan media tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kpongor (2005) medium Yoshida (1976) sampai dengan konsentrasi 2000 ppm dapat digunakan untuk menunjukkan gejala keracunan pada tahap awal pertumbuhan tanaman padi dengan melihat bercak pada daun. Secara ringkas perlakuan dengan kultur hara selama 7 hari perlakuan cekaman mampu memberikan hasil yang paling efektif untuk digunakan pada percobaan dalam mempelajari tingkat keracunan besi pada tanaman padi dibandingkan percobaan lapang. Metode kultur hara ini dapat dikembangkan dengan menggunakan konsentrasi Fe yang cukup tinggi untuk dapat mempelajari respon tanaman padi pada tingkat cekaman Fe yang lebih tinggi. Mempelajari respon tanaman terhadap keracunan besi pada kondisi lapang sulit dilakukan dengan menggunakan media tanah, sehingga digunakan FeSO 4. 7H 2 O sebagai sumber besi pada kultur. Penggunaan metode kultur hara untuk mempelajari respon tanaman padi terhadap cekaman besi pada tahap awal

29 46 pertumbuhan vegetatif memiliki keuntungan, selain dapat digunakan melihat gejala keracunan pada daun, juga dapat digunakan untuk menganalisis plak besi pada akar dan menjadi salah satu metode untuk mempelajari mekanisme penghindaran tanaman padi terhadap cekaman besi. Hasil penelitian baik pada percobaan kultur hara maupun percobaan pot memperlihatkan bahwa varietas IR64 merupakan varietas yang mengalami tingkat keracunan terparah baik pada percobaan kultur hara maupun percobaan pot. Reduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ yang disertai meningkatnya kelarutan Fe yang terjadi pada tanah yang tergenang diikuti oleh niknya ph tanah, dan reaksi dapat berbalik bila terjadi peningkatan aerasi tanah disertai dengan turunnya ph tanah. Kondisi tanah tergenang dan Fe tereduksi dapat menekan dan menurunkan produksi padi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa varietas IR64 menghasilkan produksi biji yang lebih rendah turun sampai 43.1% dibandingkan dengan tanaman kontrol, sedangkan varietas lainnya (Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang, Krowal Oval, Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur) mengalami penurunan produksi berkisar antara 10 22% (Lampiran 29), bahkan pengaruh dari keracunan besi menyebabkan perpanjangan usia panen sebagaimana hasil penelitian diperoleh varietas IR64 mengalami pemunduran usia panen sampai 20 hari, sedangkan varietas lainnya (Grogol, Hawarabunar, Krowal Panjang, Krowal Oval, Danau Gaung, Indragiri, dan Punggur) mengalami pemunduran umur panen berkisar 6 14 hari. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Abu et al. (1989) bahwa keracunan yang terjadi mulai fase vegetatif berhubungan dengan tertekannya tinggi tanaman dan lambatnya fase reproduktif. Selanjutnya Singh et al. (1992) menyatakan bahwa lamanya fase vegetatif sebagai pengaruh dari keracunan besi mengakibatkan lebih sedikit munculnya anakan pada tanaman padi sehingga menghasilkan biji yang rendah dan bulir kopong. Kesesuaian hasil antara percobaan kultur hara dan percobaan pot melalui analisis komponen utama memberikan suatu alternatif bahwa metode seleksi varietas padi menggunakan tekhnik kultur hara dengan larutan Yoshida (1976) dapat dikembangkan dalam upaya melakukan seleksi tanaman padi berdasarkan karakter toleransi terhadap cekaman besi. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa

30 47 baik pada percobaan kultur hara maupun percobaan pot diketahui varietas IR64 merupakan varietas yang bersifat sensitif terhadap cekaman besi, sedangkan varietas Grogol dan Hawarabunar merupakan varietas yang bersifat toleran terhadap cekaman besi, dan varietas Krowal Panjang, Krowal Oval, Danau Gaung, Indragiri, Punggur sebagai varietas yang bersifat moderat terhadap cekaman besi. Berdasarkan hasil percobaan kultur hara maupun percobaan pot diperoleh bahwa sifat toleransi tanaman padi dapat ditentukan melalui gejala visual pada daun, yang berkorelasi dengan kandungan besi baik di tingkat akar maupun di tajuk, pengukuran terhadap panjang akar menunjukkan bahwa untuk varietas yang bersifat sensitif terhadap cekaman besi kurang dari 3 cm dapat dijadikan indikasi bahwa tanaman padi tersebut bersifat sensitif karena ketidak mampuannya mengembangkan sistem perakarannya, sebaliknya hasil pengukuran diperoleh bahwa varietas yang bersifat moderat dan toleran mampu mengembangkan sistem perakarannya dengan selisih hampir lebih dari 4 cm. Pada percobaan pot yang dapat mencerminkan percobaan lapang, selain gejala keracunan pada daun berupa nilai skor bronzing daun, komponen produksi seperti bobot 1000 biji, bobot isi/rumpun, persentase biji isi/malai dapat dijadikan sebagai penentu sifat toleransi tanaman padi terhadap cekaman besi. Hasil penelitian menyarankan bahwa batas kritis keracunan besi pada tanaman padi berkisar ppm hal ini sesuai dengan penelitian Yoshida (1981) bahwa batas kritis keberadaan besi dipermukaan akar adalah 300 ppm.

RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L

RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi yang Menyebabkan Berdasarkan hasil-hasil penelitian penyebab keracunan besi beragam, bukan hanya disebabkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keracunan Besi Pada Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Keracunan Besi Pada Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Keracunan Besi Pada Tanaman Padi Besi (Fe) merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tumbuhan. Dalam tanaman besi berfungsi sebagai penyusun klorofil, kofaktor enzim, dan berperanan

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Bercekaman Besi

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Bercekaman Besi TINJAUAN PUSTAKA Lahan Bercekaman Besi Lahan bercekaman besi disebabkan oleh tingginya kadar besi bervalensi 2 (fero, Fe 2+ ) dalam tanah. Penggenangan lahan kering untuk dijadikan sawah menyebabkan kadar

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai Hasil pengamatan morfologi pada beberapa varietas kedelai yang selanjutnya diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium 2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Serbuk Simplisia CAF dan RSR Sampel bionutrien yang digunakan adalah simplisia CAF dan RSR. Sampel terlebih dahulu dibersihkan dari pengotor seperti debu dan tanah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4, 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae) 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut 4 perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan emisi CH 4. HASIL a. Fluks CH 4 selama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI Abstrak Keracunan besi pada padi merupakan kendala utama dalam produksi padi yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penanaman bayam dilakukan sebanyak tiga kali penanaman. Pertumbuhan tanaman bayam baik pada ketiga perlakuan interval pemberian hara.tanaman dibudidayakan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN PADI

PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN PADI PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN PADI Iskandar Lubis 1, * dan Aidi Noor 2 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci