PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul"

Transkripsi

1 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat karakter morfologi yang menjadi faktor penyebab perbedaan hasil pada setiap varietas. Karakter 3 daun bagian atas yang meliputi panjang, lebar, tebal, dan sudut tiga daun bagian atas akan menentukan bentuk kanopi tanaman (Tabel 3). Karakter tersebut sangat menjadi dasar karakter fisiologi untuk penangkapan cahaya, fotosintesis, asimilasi, translokasi dan akumulasi asimilat selama tahap pertumbuhannya. Pada VUL karakter tiga daun bagian atas memiliki bentuk yang terkulai, ini disebabkan daun yang panjang, dan sudut daun yang besar. Kemajuan perbaikan karakter daun terdapat pada VUB, PTB, dan hibrida yang sudah menghasilkan karakter posisi daun tegak meskipun sudut daun masih terlalu besar jika dibandingkan dengan karakter tipe tanaman ideal (Tabel 3). Karakter morfologi tiga daun bagian atas yang ideal menurut Yuan (2001) dan Peng et al. (2008) ialah panjang daun bendera 50 cm dan daun kedua dan ketiga 55 cm, sudut daun berturut-turut 5, 10, dan 20 derajat daun menyempit membentuk huruf V, lebar 2 cm, dan tebal. Konstribusi tiga daun bagian atas yang menghasilkan kanopi baik merupakan morfologi ideal yang perperan penting untuk perangkap, penangkap lebih banyak energi cahaya, dan efisiensi penggunaan cahaya. Kanopi daun yang tegak pada VUB, PTB, dan hibrida memungkinkan penetrasi dan distribusi cahaya yang lebih besar ke bagian bawah sehingga memiliki kanopi untuk fotosintesis yang lebih besar. Fu et al. (2008) menyatakan sudut daun berpengaruh terhadap distribusi luas daun yang berfotosintesis dan lengkungan daun mempengaruhi keefektipan dari luas daun. Yuan et al. (2011) mengevaluasi galur berdaya hasil tinggi yang dihubungkan dengan mekanisme fisiologi yang mendasari potensi hasil tinggi. Karakter tinggi tanaman dari VUL tinggi dan VUB, PTB, dan hibrida pendek (Tabel 4) berhubungan dengan ketahanan terhadap kerebahan, tingkat kepadatan daun dalam kanopi, dan kemampuan fotosintesis. Kemampuan membentuk anakan pada VUL dan PTB sedikit, sedangkan pada VUB dan

2 148 hibrida lebih banyak (Tabel 8). Namun, kemampuan yang tinggi pada VUB dan hibrida juga diikuti dengan rendahnya persentase anakan produktif. Rendahnya persentase anakan produktif menunjukkan terjadinya kompetisi antar anakan untuk memanfaatkan ruang tumbuh maupun asimilat. Dengan demikian anakan tidak produktif dapat bersifat sebagai parasit bagi batang utamanya. Galur B11143 dan BP360 (PTB) dengan jumlah anakan yang sedikit memiliki kemampuan pembentukan anakan produktif lebih besar. Ini dapat menekan terjadinya kompetisi terhadap penggunaan faktor lingkungan dan hasil fotosintesis. Ukuran dan efisiensi fotosintesis merupakan kapasitas source yang dapat memenuhi kebutuhan kapasitas sink yang besar sebagai prasyarat untuk hasil padi varietas unggul. Hasil analisis karakter fisiologi menunjukkan perbedaan karakter fisiologi di antara padi varietas unggul. Ini disebabkan adanya perbedaan karakter morfologi yang berhubungan erat dengan komponen hasil. Karakter fotosintesis yang lebih baik pada PTB terutama galur B11143 dan BP360 hasil perakitan baru memiliki karakter morfologi daun yang menyebabkan kanopi fotosintesis lebih tinggi sampai tahap pengisian biji. Hal ini menyebabkan galur B11143 dan BP360 (PTB) memiliki nilai LPR dan LAB lebih tinggi sampai tahap pengisian biji dibandingkan dengan VUB dan hibrida (Tabel 17 dan 18). LPR dan LAB yang tinggi selama tahap pertumbuhan akan meningkatkan kapasitas source. LPR yang tetap tinggi menyebabkan akumulasi karbohidrat pada organ vegetatif lebih besar. Sesuai hasil analisis kandungan gula pada PTB lebih tinggi pada tahap pengisian biji (Tabel 24). Hasil penelitian Li et al. (2009) menunjukkan padi tipe malai berat mempunyai kemampuan menghasilkan asimilat yang lebih tinggi pada tahap pengisian biji. Selanjutnya Ishimaru et al. (2005) menyatakan pada padi modern dan hibrida, akumulasi karbohidrat berkorelasi dengan hasil dan meningkatnya kapasitas akumulasi karbohidrat pada tahap pengisian biji dapat memperbaiki potensi hasil. Hal yang sama dinyatakan oleh Horie et al. (2006) bahwa hasil biji sangat berhubungan dengan jumlah gabah per unit luas dan persentase gabah isi, keduanya ditentukan melalui proses fisiologi dari genotipe dan interaksi dengan lingkungannya.

3 149 Hasil yang tinggi disebabkan dari peningkatan kapasitas sink dengan malai dan jumlah gabah per malai yang tinggi. Jumlah malai per m 2 dan jumlah gabah per malai akan menentukan kemampuan hasil. Pada VUL memiliki jumlah malai per m 2 dan jumlah gabah per malai yang rendah, sedangkan VUB memiliki jumlah malai per m 2 yang tinggi tetapi jumlah gabah per malai rendah (Tabel 11 dan 27). Kapasitas sink PTB lebih besar ditunjukkan dengan jumlah gabah per malai yang lebih banyak, meskipun memiliki jumlah malai per m 2 yang lebih rendah dibandingkan VUB dan hibrida. Hibrida juga mempunyai kapasitas sink besar ditunjukkan dengan jumlah malai per m 2 dan jumlah gabah per malai yang tinggi. Keunggulan kapasitas sink yang besar pada PTB dan hibrida masih diikuti dengan rendahnya persentase gabah isi terutama Fatmawati dan Rokan. Varietas Ciherang (VUB), Galur B11143 (PTB), Maro (hibrida) memiliki karakter tipe tanaman yang lebih baik yang menyebabkan kemampuan fotosintesis lebih tinggi, sehingga memberikan hasil yang tertinggi pada kelompok varietasnya (Tabel 28). Kemampuan menghasilkan kapasitas source untuk memenuhi kebutuhan kapasitas sink ini disebabkan antara lain oleh karakter kanopi daun dan kualitas tajuk yang lebih baik yang menghasilkan karakter fisiologi untuk meningkatkan laju fotosintesis. Ini sesuai hasil analisis korelasi yang menunjukkan hasil gabah secara nyata berkorelasi positif dengan LPR, LAB, kandungan klorofil dan gula (Tabel 31, 33, dan 35), dan karakter fisiologi tersebut berpengaruh langsung terhadap hasil. Karakter fisiologi yang memberikan pengaruh langsung terbesar terhadap hasil adalah bobot kering tanaman tahap berbunga dan pengisian biji, dan indeks panen (Tabel 30 dan 38). Ini menunjukkan bahwa kemampuan karakter morfologi terutama karakter kanopi daun untuk memanfaatkan energi matahari erat kaitannya dengan kemampuan menghasilkan bahan kering. Total hasil bahan kering terutama ditentukan oleh kanopi fotosintesis, dimana kanopi setiap tipe varietas padi berbeda. Menurut Horie et al. (2003) dan Takai et al. (2006) akumulasi biomassa sebelum pembungaan dan produksi biomassa selama setengah dari akhir periode reproduktif padi nyata berpengaruh terhadap hasil. Akumulasi bahan kering dari fase pemanjangan sampai pembungaan secara positif berkorelasi dengan akumulasi selama tahap pengisian biji dan secara nyata berpengaruh terhadap

4 150 hasil biji (Wu et al. 2008). Dengan demikian hasil yang lebih tinggi pada Ciherang, B11143, dan Maro disebabkan oleh pengaruh langsung dari karakter fisiologi bahan kering, LPR, LAB, kandungan klorofil dan gula, serta indeks panen. Peningkatan Hasil Padi Varietas Unggul melalui Pengaturan Jarak tanam Tidak tercapainya potensi hasil pada padi varietas unggul menunjukkan bahwa potensi hasil dibatasi oleh sifat genetis tanaman dan lingkungan. Potensi hasil akan tercapai apabila semua faktor berada dalam kondisi yang optimal. Dari hasil penelitian analisis karakter morfologi dan fisiologi terdapat karakter yang masih dapat dioptimalkan peranannya untuk meningkatkan hasil. Dan ini merupakan keunggulan karakter dari setiap varietas yang dapat dimanfaatkan dengan mengoptimalkan kondisi lingkungannya. Karakter yang menjadi keunggulan setiap varietas adalah VUL tanaman tinggi, daun tebal dan lebar, kapasitas sink agak besar; VUB tanaman pendek, posisi daun tegak, kemampuan membentuk anakan tinggi, dan kapasitas sink sedang; PTB tanaman pendek, posisi 3 daun bagian atas tegak, daun bendera panjang, daun tebal, berwarna hijau tua, dan kapasitas sink sangat besar: sedangkan pada hibrida tanaman pendek, posisi 3 daun bagian atas tegak, daun bendera panjang, kemampuan membentuk anakan tinggi, dan kapasitas sink besar. Penyediaan ruang tumbuh yang sesuai untuk kontribusi karakter kanopi daun dapat mendorong daun memanfaatkan secara penuh energi matahari sehingga kapasitas fotosintesis tanaman ditingkatkan. Pengaturan jarak tanam dilakukan untuk mengoptimalkan peranan karakter morfologi dan fisiologi dari varietas Ciherang, galur B11143, dan Maro. Kemampuan membentuk anakan yang lebih banyak terjadi pada jarak tanam dengan ruang tumbuh yang lebih luas dan terhambat pada ruang tumbuh yang sempit. Pada jarak tanam tegel 30 cm x 30 cm varietas Pandan Wangi, Ciherang, galur B11143, dan Maro dapat meningkatkan jumlah anakan maksimum, sedangkan pada jarak tanam legowo 2:1 (10 cm x 20 cm) semua varietas memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit. Namun tujuan utama pengaturan ruang tumbuh adalah meningkatkan jumlah anakan pada VUL dan PTB sesuai karakternya sedangkan untuk VUB dan hibrida dengan karakter

5 151 anakan yang banyak akan mendapatkan jumlah anakan yang mampu menghasilkan anakan produktif lebih banyak. Ruang tumbuh yang lebih lebar (Jarak tanam tegel 30 cm x 30 cm) menghasilkan persentase anakan tertinggi untuk varietas Pandan Wangi, B11143, dan Maro, sedangkan Ciherang diperoleh pada jarak tanam 25 cm x 25 cm (Tabel 40). Selama tahap pertumbuhannya nilai ILD tertinggi dicapai pada legowo 2:1 (10 cm x 20 cm) untuk semua varietas. Hal ini terjadi karena jarak tanam tersebut memiliki ruang tumbuh yang lebih kecil dibandingkan jarak tanam lainnya. Namun nilai ILD yang diharapkan pada setiap varietas adalah nilai optimum yang mampu meningkatkan kapasitas fotosintesis sesuai karakter tiga daun bagian atas, sehingga kemampuan membentuk bahan kering akan meningkat. Nilai ILD optimum pada tanaman padi berkisar 4 6 yang dapat dicapai sebelum tahap berbunga (Yoshida 1981). Pada jarak tanam tegel 15 cm x 30 cm dan 20 cm x 20 cm varietas Ciherang, B11143, dan Maro dapat mencapai nilai ILD optimum sebelum tahap berbunga. Karakter kanopi daun yang tegak dengan tercapainya ILD optimum dapat mencapai pertumbuhan maksimum dan hasil fotosintesis juga maksimum. Hasil penilitian Takai et al. (2006) juga menunjukkan bahwa perbaikan kanopi fotosintesis selama tahap reproduktif akhir penting sebagai langkah awal untuk meningkatkan potensi hasil padi. Kemampuan menghasilkan malai per m 2 pada setiap varietas dipengaruhi oleh kondisi ruang tumbuh dan kepadatan populasi per luasan dari jarak tanam. Jumlah malai per m 2 tertinggi dihasilkan pada jarak tanam dengan ruang tumbuh yang lebih kecil (legowo 2:1 (10 cm x 20 cm) oleh Pandan Wangi, Ciherang, dan Maro. Lebih tingginya jumlah malai per m 2 pada varietas tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah populasi tanaman per m 2 dari setiap jarak tanam. Galur B11143 jumlah malai per m 2 tertinggi dicapai pada jarak tanam tegel 15 cm x 30 cm. Ini menunjukkan jumlah malai per m 2 lebih ditentukan oleh kondisi ruang tumbuh dari setiap jarak tanam. Dengan demikian karakter morfologi dan fisiologi setiap varietas yang diuji akan memberikan respon yang berbeda terhadap kondisi ruang tumbuh untuk membentuk malai. Jarak tanam tegel 30 cm x 30 cm memberikan kemampuan semua varietas memberikan hasil gabah per rumpun lebih tinggi dibandingkan jarak tanam

6 152 lainnya. Namun, pada jarak tanam tegel 30 cm x 30 cm menghasilkan hasil terendah meskipun anakan dan malai yang terbentuk lebih banyak. Hal ini didukung oleh pernyataan Feng et al. (2007) bahwa pembentukan anakan lebih banyak membawa dampak negatif terhadap jumlah gabah per malai dan ini menyebabkan berkurangnya bobot malai. Hasil tertinggi untuk semua varietas dihasilkan pada jarak tanam 15 cm x 30 cm untuk varietas Ciherang 7.66 ton GKG/ha, Maro 7.69 ton GKG/ha, galur B ton GKG/ha, dan Pandan Wangi 4.56 ton GKG/ha. Varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 pada jarak tanam tegel 15 cm x 30 cm dapat mengoptimalkan karakter morfologinya memanfaatkan faktor lingkungan terutama radiasi matahari, sehingga meningkatkan kapasitas fotosintesis. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil gabah secara nyata dipengaruhi oleh jarak tanam yang berhubungan dengan keadaan ruang tumbuh bukan karena kepadatan populasi yang lebih tinggi (Tabel 45). Ini ditunjukkan dengan tingkat kepadatan populasi yang lebih tinggi dari setiap jarak tanam tidak meningkatkan hasil pada semua varietas. Meskipun demikian hasil penelitian Makarim et al. (2008) menunjukkan bahwa semakin rapat populasi tanaman (jarak tanam rapat) dapat meningkatkan hasil pada varietas IR64 dan Fatmawati. Dengan demikian pengembangan teknologi budidaya jarak tanam untuk meningkatkan hasil perlu mempertimbangkan karakter morfologi dan fisiologi setiap varietas. Peningkatan Hasil Padi Varietas Unggul dengan Pengelolaan Hara N Hasil percobaan kedua menunjukkan varietas Pandan Wangi, Ciherang, galur B11143, dan Maro memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas dalam kelompoknya. Hasil yang dicapai belum memenuhi potensi hasil pada setiap varietas (Tabel 28), ini menunjukkan masih ada faktor lain yang mempengaruhi hasil. Berdasarkan hasil analisis fisiologi, meningkatkan kapasitas fotosintesis dengan memanfaatkan keunggulan karakter morfologi pada varietas Pandan Wangi, Ciherang, galur B11143, dan Maro dapat dilakukan dengan cara pengelolaan tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan pertama dan kedua yang menunjukkan bahwa varietas unggul memiliki kapasitas sink yang besar, namun diduga kemampuan menghasilkan source belum dapat memenuhi

7 153 kebutuhan sink. Ini ditunjukkan dengan rendahnya persentase gabah isi terutama pada PTB ( %) dan hibrida ( %) (Tabel 27). Ini memungkinkan untuk melakukan perbaikan kemampuan source untuk memenuhi kebutuhan sink, melalui pengelolaan hara N. Pengelolaan hara N dengan dosis dan waktu pemberian yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan semua varietas. Terdapat interaksi antara pengelolaan hara N dengan varietas dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penggunaan hara N sangat ditentukan oleh kemampuan setiap varietas untuk memanfaatkan ketersediaan N. Setiap varietas menunjukkan respon yang berbeda terhadap peningkatan dosis N dalam pengelolaan hara. Kemampuan membentuk anakan, peningkatan luas daun. dan bobot kering tanaman dihasilkan dari dosis pupuk yang berbeda untuk setiap varietas (Tabel 51). Perbedaan karakter morfologi dan fisiologi diantara varietas dapat menjadi penyebab respon pemupukan N yang berbeda. Varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 mempunyai karakter daun tegak maka peningkatan dosis pupuk N dapat meningkatkan jumlah anakan, luas daun, dan bobot kering tanaman. Varietas Pandan Wangi cenderung menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap peningkatan dosis pupuk N. Karakter Pandan Wangi yang tinggi dan daun yang terkulai dapat menjadi penyebab tidak maksimalnya proses fotosintesis meskipun memiliki kandungan N yang tinggi. Karakter daun tegak dapat dioptimalkan laju fotosintesisnya dengan pengelolaan hara N, sehingga laju pertumbuhan tanaman dan bobot kering tanaman dapat ditingkatkan. Hasil penelitian Zhang et al. (2009) juga menunjukkan bahwa aplikasi N secara nyata meningkatkan akumulasi bahan kering sebelum berbunga yang disebabkan meningkatnya jumlah anakan, ILD, dan laju pertumbuhan tanaman. Peningkatan bobot kering tanaman menyebabkan peningkatan translokasi asimilat selama tahap pengisian biji. Ini sesuai hasil analisis korelasi yang menunjukkan bobot kering tahap berbunga dan pengisian biji secara nyata berkorelasi dengan kandungan dan serapan hara N (Tabel 64). Meningkatnya dosis N pada pengelolaan hara N dapat meningkatkan kandungan dan serapan N tajuk dan N malai pada tahap berbunga, pengisian biji, dan panen pada semua varietas (Tabel 54, 55, 56, dan 57). Kandungan dan

8 154 serapan hara N tertinggi dicapai setiap varietas berbeda terhadap pengelolaan hara N. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakter morfologi dan fisiologi dari setiap varietas. Varietas Pandan Wangi mencapai kandungan dan serapan hara N tertinggi dihasilkan pada dosis 125 kg N/ha, sedangkan Ciherang, B11143, dan Maro mencapai kandungan dan serapan N tertinggi pada dosis 150 kg N/ha. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kandungan dan serapan hara N secara nyata berkorelasi dengan hasil gabah (Tabel 65). Hal ini menjelaskan bahwa varietas dengan kandungan dan serapan hara yang tinggi menyebabkan peningkatan hasil. Ntanos et al. (2002) menjelaskan bahwa hasil biji berkorelasi dengan translokasi bobot kering dan efisiensi N. Ini menunjukkan kekuatan sink sangat dipengaruhi oleh efisiensi translokasi. Dengan demikian varietas dengan karakter sink yang besar akan mampu memanfaatkan ketersediaan N untuk meningkatkan hasil asimilat dan meningkatkan translokasi asimilat yang lebih besar selama tahap pengisian biji. Pengaruh pengelolaan hara N dengan peningkatan dosis N terhadap peningkatan hasil secara nyata dihasilkan oleh galur B11143 dan varietas Maro. Sampai pada dosis 125 kg N/ha B11143 dan Maro memberikan hasil yang lebih tinggi. Pada varietas Ciherang meskipun pada dosis 125 kg N/ha memberikan hasil tertinggi, tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 100 kg N/ha. Dengan demikian galur B11143 dan varietas Maro selain responsif terhadap pemupukan N juga merupakan varietas yang efisien-n, sedangkan pada Ciherang meskipun responsif terhadap pemupukan N tetapi tidak efisien-n. Pada varietas Pandan Wangi tidak responsif terhadap pemupukan N, walaupun peningkatan pemberian N juga meningkatkan kandungan dan serapan N tajuk. Hal ini sesuai dengan nilai efisiensi penyerapan dan agronomi dari setiap varietas, dimana karakter sink sangat mempengaruhi efisiensi penyerapan dan agronomi N. Varietas Maro memiliki nilai efisiensi penyerapan dan agronomi yang lebih tinggi (87.9% dan kg GKG/kg N), kemudian B11143 (79.6% dan kg GKG/kg N) (Tabel 63). Hasil penelitian Kamiji et al. (2011) juga menunjukkan varietas Takanari yang mempunyai jumlah gabah lebih banyak memiliki efisiensi yang lebih baik pada hasil gabah per satuan aplikasi N. Nilai efisiensi penyerapan dan agronomi pada varietas Ciherang adalah 58.5% dan kg GKG/kg N, sedangkan pada

9 155 Pandan Wangi meskipun memiliki nilai efisiensi penyerapan tinggi (63.4%) tetapi nilai efisiensi agronominya sangat rendah (14.05 kg GKG/kg N) (Tabel 63). Pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha memberi hasil tertinggi pada galur B11143 (8.20 ton GKG/ha), Maro (8.04 ton GKG/ha), dan Ciherang (7.24 ton GKG/ha) (Tabel 61). Pada varietas Pandan Wangi pengelolaan hara dengan dosis 100 kg N/ha memberikan hasil tertinggi (5.27 ton GKG/ha) dan tidak berbeda nyata dengan semua dosis pupuk N. Pemupukan N akhir pada tahap awal berbunga untuk padi hibrida dan padi tipe malai berat direkomendasikan oleh Witt et al. (2007) untuk menunda penuaan daun dan memperkuat pengisian biji sehingga meningkatkan hasil. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi N terakhir pada awal berbunga dapat meningkatkan hasil secara nyata galur B11143 dan varietas Maro (Tabel 61). Kemampuan membentuk source yang rendah setelah berbunga pada varietas Maro dapat ditingkatkan dengan peningkatan dosis pupuk N, sehingga meningkatkan hasil. Doberman et al. (2000) menyatakan varietas dengan source terbatas dan padi hibrida memerlukan aplikasi N pada saat berbunga. Ketersediaan N setelah berbunga akan meningkatkan kemampuan fotosintesis tetap tinggi untuk galur B11143 yang mempunyai karakter malai besar dan dapat meningkatkan hasil asimilat selama tahap pengisian biji. Fu et al. (2011) menyatakan cadangan karbohidrat non struktural pada batang berhubungan erat dengan kekuatan sink selama pengisian biji dan aplikasi N pada tahap pembentukan gabah dapat meningkatkan cadangan karbohidrat non struktural. Hal ini menyebabkan kekuatan sink meningkat untuk varietas padi dengan malai besar seperti varietas padi super. Hasil ini menunjukkan padi varietas unggul memerlukan pengelolaan hara N spesifik berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi tanaman. Abdulrachman et al. (2004) menyatakan efisiensi penggunaan N secara nyata lebih tinggi pada sistem pengelolaan hara spesifik. Sistem tersebut memiliki kombinasi tingkat N lebih baik menurut kebutuhan N tanaman seperti pembagian dan waktu aplikasi yang lebih baik.

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah 7 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah Penggunaan padi varietas unggul berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah. Varietas padi dengan potensi hasil tinggi terus dikembangkan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 57 HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Relationship of Physiological Characters with Yield Component and Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas kacang-kacangan kedua yang ditanam secara luas di Indonesia setelah kedelai. Produktivitas kacang tanah di Indonesia tahun 1986 tercatat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua sesudah padi yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi, jagung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber karbohidrat yang cukup tinggi. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanaman jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi 12 TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi Ratun tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen (Krishnamurthy 1988). Praktek

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A24052072 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Fahdiana Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh tanaman dan penyediaan

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN 1 Maintang, 1 Asriyanti Ilyas 2 Edi Tando, 3 Yahumri 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. 6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Varietas Ciherang) Padi merupakan kebutuhan vital bagi manusia Indonesia sehari-hari, disebabkan setiap hari orang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dikenal oleh

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dikenal oleh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Pada setiap daerah tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laju Pengisian Biji Laju pengisian biji merupakan laju pertambahan bobot biji tanaman jagung per satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis sidaik ragam yang ditunjukkan pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa jarak tanam dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Hubungan Karakter Daun dengan Hasil Padi Varietas Unggul. Correlation of Leaf Characteristics and Yield of Various Types of Rice Cultivars

Hubungan Karakter Daun dengan Hasil Padi Varietas Unggul. Correlation of Leaf Characteristics and Yield of Various Types of Rice Cultivars Hubungan Karakter dengan Hasil Padi Varietas Unggul Correlation of Leaf Characteristics and Yield of Various Types of Rice Cultivars Titin Budi Wahyuti 1, Bambang Sapta Purwoko 2*, Ahmad Junaedi 2, Sugiyanta

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

hasil penelitian Supartopo et al. (2008) yang menunjukkan rata-rata daya pulih tanaman hasil introgesi gen Sub1 terhadap cekaman rendaman selama satu

hasil penelitian Supartopo et al. (2008) yang menunjukkan rata-rata daya pulih tanaman hasil introgesi gen Sub1 terhadap cekaman rendaman selama satu 67 PEMBAHASAN UMUM Berbagai penelitian sebelumnya telah banyak yang mempelajari mekanisme adaptasi suatu tanaman terhadap banjir atau cekaman rendaman. Liao dan Lin (2001) mengemukakan bahwa ketika suatu

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI Oleh : Eka Adi Supriyanto,1), Syakiroh Jazilah 1) Wisnu Anggoro 2) 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung vareitas bisi-2 pada pengamatan minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-8 disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

Sesuai Prioritas Nasional

Sesuai Prioritas Nasional Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Peningkatan Effisiensi Pengisian Dan Pembentukan Biji Mendukung Produksi Benih Padi Hibrida id Oleh Dr. Tatiek Kartika Suharsi MS. No Nama Asal Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Biourin Sapi

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Biourin Sapi 71 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Biourin Sapi Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan biourin sapi berpengaruh sangat nyata terhadap komponen hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 49-57 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM Yosefina Mangera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci