HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hartanti Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65 metode yang dilakukan terdapat 4 metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran toleran dan peka terhadap salinitas (Tabel 2). Metode tersebut adalah kertas tisu towel pada konsentrasi 4000 ppm dengan UDK (M1), kertas tisu towel pada konsentrasi 5000 ppm dengan UKDdp (M2), kertas merang pada konsentrasi 3000 ppm dengan UKDdp (M3), kertas roti pada konsentrasi 2000 ppm dengan UKDdp (M4) (Gambar 2). Toleran Peka Toleran Peka A T o le r a n Peka C B Toleran Peka D Gambar 2. Hasil Pengujian Pendahuluan, A) Kertas Tisu Towel pada 4000 ppm dengan UDK; B) Kertas Tisu Towel pada 5000 ppm dengan UKDdp; C) Kertas Merang pada 3000 ppm dengan UKDdp; D) Kertas Roti pada 2000 ppm dengan UKDdp
2 Tabel 2. Pengujian Pendahuluan tentang Respon Tanaman Toleran dan Peka terhadap Salinitas pada Berbagai Metode No. Metode R No. Metode R 1. Tisu towel (UDK)+ NaCl 0 ppm Air + NaCl 0 ppm - 2. Tisu towel (UDK)+ NaCl 1000 ppm Air + NaCl 1000 ppm - 3. Tisu towel (UDK)+ NaCl 2000 ppm Air + NaCl 2000 ppm - 4. Tisu towel (UDK)+ NaCl 3000 ppm Air + NaCl 3000 ppm - 5. Tisu towel (UDK)+ NaCl 4000 ppm 41. Air + NaCl 4000 ppm - 6. Tisu towel (UDK)+ NaCl 5000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 0 ppm 7. Tisu towel (UDK)+ NaCl 6000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 1000 ppm - 8. Tisu towel (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 2000 ppm - 9. Tisu towel (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 5000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 5000 ppm 49. Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 0 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 3000 ppm 54. Kapas + NaCl 0 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kapas + NaCl 1000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 5000 ppm Kapas + NaCl 2000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Kapas + NaCl 3000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 0 ppm Kapas + NaCl 4000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 1000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 2000 ppm 60. Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 3000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 4000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 4000 ppm - Keterangan : 0 ppm = 0 g NaCl/liter air, 1000 ppm = 1 g NaCl/liteer air, 2000 ppm = 2 g NaCl/liter air, 3000 ppm = 3 g NaCl/liter air, 4000 ppm = 4 g NaCl/liter air, 5000 ppm = 5 g NaCl/liter air, 6000 ppm = 6 g NaCl/liter air, R= Respon tanaman, = Berpotensi untuk membedakan toleran dan peka Pengamatan pada percobaan pendahuluan dilakukan selama dua minggu hingga diperoleh perbedaan antara genotipe toleran dan peka. Percobaan ini hanya menggunakan dua varietas yaitu Lalan (varietas toleran) dan IR 64 (varietas peka) karena keterbatasan benih. Antara metode kertas yang satu dengan yang lainnya dilaksanakan penanaman pada waktu yang berbeda. Seleksi yang dilakukan untuk mendapatkan empat metode terseleksi agak sulit. Jika metode memperlihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka maka dilakukan pengulangan
3 penanaman karena mungkin saja perbedaan tersebut memang benar-benar berbeda atau hanya suatu kebetulan. Media kertas yang tidak memperlihatkan perbedaan tidak dilakukan pengulangan penanaman. Bila ada kemungkinan media kertas itu dapat memperlihatkan perbedaan maka dilakukan penambahan konsentrasi garam. Perbedaan yang terlihat meliputi warna daun yang menguning, kering, menggulung, perbedaan tinggi dan lainnya. Pada metode tisu towel 4000 ppm dengan UDK menunjukkan perbedaan yaitu pada varietas peka terlihat ujung daun mulai kering sedangkan pada varietas toleran daun tetap hijau. Pada metode tisu towel 5000 ppm dengan UKDdp terlihat ujung daun mengering pada varietas peka dan daun tetap hijau pada varietas toleran, sedangkan pada kertas merang 3000 ppm UKDdp terlihat ujung daun mengering pada varietas peka dan daun tetap hijau pada varietas toleran. Selanjutnya pada kertas roti 2000 ppm UKDdp terlihat daun menggulung pada varietas peka lebih banyak daripada varietas toleran. Gejala salinitas terlihat bahwa varietas toleran lebih mampu beradaptasi dibandingkan dengan varietas peka. Jika pada konsentrasi garam lebih tinggi juga memperlihatkan perbedaan maka diambil konsentrasi yang lebih kecil yang dapat membedakan karena mempertimbangkan efisiensi. Kertas sebagai media perkecambahan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas tisu towel berwarna agak putih, tekstur agak kasar, tidak mengkilat, berserat, mudah menyerap air; kertas roti berwarna agak putih, tekstur agak kasar, tidak mengkilat, berserat, agak sulit menyerap air; kertas merang berwarna agak kekuningan, berserat, tekstur kasar, tidak mengkilat, mudah menyerap. Seleksi genotipe dengan media kertas memerlukan ruang yang sedikit bila dibandingkan dengan media tanam yang dilakukan di lapang, penghematan tenaga dan waktu tetapi perlu ketelitian saat pencabutan kecambah dari media terutama dengan cara penanaman UKDdp. Pengujian Toleransi Enam Varietas Padi terhadap Salinitas dengan Empat Metode Terseleksi Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada konsentrasi rendah, sampai dengan 0,50% NaCl hanya menghambat perkecambahan, sedangkan pada konsentrasi
4 yang lebih tinggi selain menghambat perkecambahan juga menurunkan jumlah benih yang berkecambah (Suwarno dan Solahuddin, 1983). Hasil sidik ragam untuk panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit dapat dilihat pada Tabel 3. Metode pengujian sebagai faktor tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk, dan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering bibit. Faktor tunggal genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, dan berpengaruh nyata pada peubah panjang tajuk, serta tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang akar, panjang bibit. Interaksi antara metode dan genotipe tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi dan Metode terhadap Masing-masing Peubah yang Diamati SK db KT PA PT PB BKA a) BKT a) BKB a) U (0.27) (1.64) (0.96) (1.50) (4.19) (3.50) M 3 115,59 (88.29)** (15.91)** (0.96)** (8.05)** (4.53)** (3.63) tn G (2.11) tn 7.05 (2.78)* (3.28) tn (9.55)** 0.01 (13.36)** (17.5)** M x G (0.65) tn 2.62 (1.03) tn 4.36 (0.99) tn (1.36) tn (0.32) tn (0.38) tn Galat Keterangan: U = Ulangan, M = Metode, G = Genotipe, Nilai dalam ( ) adalah nilai F , MxG = Interaksi antara metode dan genotype, a) = data hasil transformasi (x+0.5), * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, PA= Panjang Akar, PT= Panjang Tajuk, PB= Panjang Bibit, BKA= Berat Kering Akar, BKT= Berat Kering Tajuk, BKB= Berat Kering Bibit. Metode yang terpilih dari hasil percobaan pendahuluan menunjukkan adanya perbedaan respon antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas pada banyak peubah (Tabel 4). Dari hasil uji DMRT menunujukkan bahwa tanaman pada M4 memiliki panjang akar tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Peubah panjang tajuk terlihat tanaman pada M4 memiliki panjang tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan M2
5 Tabel 4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua peubah yang Diamati pada masing-masing Genotipe Metode Genotipe Toleran Genotipe Peka Rataan T1 T2 T3 Rataan P1 P2 P3 Rataan Metode Panjang Akar (cm) M c M b M b M a Rataan Panjang Tajuk (cm) M b M a M a M a Rataan 9.64b 11.19ab 12.33ab ab 13a 11.36ab Panjang Bibit (cm) M c M b M ab M a Rataan Berat Kering Akar (mg) M a M b M b M b Rataan 61a 28.75d 27.5cd ab 45bc 55.75ab Berat Kering Tajuk (mg) M ab M b M ab M a Rataan a 80.25b 96.75b a 180a 165.5a Berat Kering Bibit (mg) M M M M Rataan a 109a a a 225b 221.3b Keterangan : M1= Kertas Towel (UDK) 4000 ppm, M2= Kertas Towel (UKDdp) 5000 ppm, M3= Kertas Merang (UKDdp) 3000 ppm, M4= Kertas Roti (UKDdp) 2000 ppm, T1=Pokali, T2= Lalan, T3= Dendang, P1= IR 64, P2= Widas, P3=Batanghari, Angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
6 dan M3 tetapi berbeda nyata dengan M1. Begitu pula untuk peubah panjang bibit dan berat kering tajuk menunjukkan tanaman pada M4 memiliki nilai tertinggi sedangkan pada peubah berat kering akar terlihat bahwa tanaman pada M1 memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan metode lainnya. Kemudian pengaruh genotipe terlihat berbeda nyata pada peubah panjang tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit. Genotipe P2 (Widas) memilki nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan P3, P1, T2, dan T3 tetapi berbeda nyata dengan T1. Selanjutnya pada peubah berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit meunujukkan T1 (Pokali) memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Genotipe T1 berbeda nyata dengan T2, T3, P2 tetapi tidak berbeda nyata dengan P1 dan P3. Tanaman padi sangat toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan, kemudian peka pada stadia awal pertumbuhan tanaman, memperoleh kembali sifat tolerannya dengan pesat selama stadia pembentukan anakan, kemudian peka lagi selama stadia pembungaan dan toleran selama pemasakan buah (Pearson dan Ayers dalam Sulaiman, 1980). Hal ini sesuai dengan penelitian Suwarno (1985) yang menyatakan bahwa pewarisan sifat toleran padi terhadap salinitas dikontrol oleh banyak gen. Kerusakan tanaman padi pada fase perkecambahan mencakup dua mekanisme yaitu: (1) tekanan osmosa media tinggi sehingga benih sulit menyerap air, (2) pengaruh racun dari ion-ion yang menyusun garam. Untuk berkecambah benih menyerap air melalui dua proses imbibisi yang kemudian diikuti oleh osmosa (Berlyn; Uhvits, dalam Suwarno dan Solahuddin, 1983). Penyerapan air oleh benih menurun dengan meningkatnya tekanan osmosa larutan sehingga tanaman kekurangan air. Perbedaan respon tanaman toleran dan peka terhadap salinitas disebabkan oleh tiga aspek yaitu tekanan osmosa, keseimbangan hara, dan pengaruh racun. Hal ini sesuai dengan penelitian Suwarno (1983) yang menyatakan kerusakan padi oleh NaCl tidak hanya disebabkan oleh tekanan osmoda media yang tinggi, tetapi juga oleh pengaruh unsur-unsur yang menyusun garam tersebut. Peubah-peubah antara genotipe toleran dan peka tidak selalu menunjukkan bahwa genotipe toleran lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe peka. Hal ini dikarenakan adanya keragaman genetik antar genotipe, pengaruh salinitas dan
7 faktor lainnya. Keempat metode yang terpillih mencakup media perkecambahan dan konsentrasi NaCl. Media kertas sebagai media perkecambahan memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga konsentrasi untuk setiap media yang digunakan berbeda-beda serta cara aplikasinya. Respon yang ditunjukkan oleh genotipe toleran dan peka juga berbeda seperti ujung daun mengering, menggulung. Gejala abnormalitas pada daun bibit seperti mengering dan menggulungnya daun pada ujung-ujung diduga adanya gangguan pada sistem metabolisme nitrogen (Yahya dan Adib, 1992). Interaksi antara metode dan genotipe tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji kontras antara kelompok genotipe toleran dan peka untuk menentukan peubah dan metode yang terpilih, sehingga dilanjutkan dengan selisih nilai peubah yang diamati di laboratorium dan rumah kaca antara genotipe toleran dan peka. Peubah-peubah yang diamati memiliki respon yang berbeda-beda. Selisih nilai peubah-peubah antara genotipe toleran dan peka pada masing-masing metode memperlihatkan bahwa hanya peubah tertentu saja yang berpengaruh nyata dengan metode tertentu juga (Tabel 5). Peubah panjang akar tertinggi pada M2, pada peubah panjang tajuk tertinggi pada M3 dan peubah panjang bibit nilai terbesar pada M3. Sedangakan M1 memiliki nilai terbesar pada peubah-peubah berat kering akar, berat kering tajuk dan berat bibit bila dibandingkan dengn M2, M3 dan M4. Metode kertas tisu towel memiliki kelebihan dari metode yang lain yaitu memiliki daya serap yang lebih tinggi dibandingkan dengan kertas merang dan roti, selain itu mudah ditemukan di pasaran dan cara mengaplikasikannya juga mudah dan cepat. Berbeda dengan metode yang lain, kertas merang dan roti memilki daya serap yang lebih rendah dibandingkan dengan kertas towel serta sudah mulai sulit didapatkan di pasaran. Selain itu cara aplikasinya agak sulit dibandingkan dengan towel UDK yaitu dengan menggulung-gulung kertas pada saat penanaman. Metode kertas tisu towel UDK pada saat pencabutan akar dapat meminimalkan kehilangan akar akibat pencabutan sehingga dapat mengurangi bobot tanaman, pengamatan tanpa harus membuka gulungan terlebih dahulu yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.
8 Tabel 5. Selisih antara Genotipe Toleran dan Peka pada Masing-masing Peubah yang diamati di Laboratorium dan Rumah Kaca Peubah yang diamati Laboratorium Rumah Kaca M1 M2 M3 M4 Panjang Akar (cm) Panjang Tajuk (cm) Panjang Bibit (cm) Berat Kering Akar (mg) Berat Kering Tajuk (mg) Berat Kering Bibit (mg) PDM (%) Ptan (cm) Keterangan : PDM (Persentase Daun Mati), Ptan (Panjang tanaman), M1 (kertas tisu towel 4000 ppm UDK), M2 (kertas tisu towel 5000 ppm UKDdp), M3 (kertas merang 3000 ppm UKDdp), M4 (kertas roti 2000 ppm UKDdp) Metode dengan menggunakan kertas tisu towel pada konsentrasi NaCl 4000 ppm dengan cara penanaman UDK dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas (Gambar 3). Hal ini terlihat dari perbedaan antara kontrol dan yang diberi perlakuan garam 4000 ppm yaitu ujung Gambar 3. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka terhadap Salinitas pada Kertas TisuTowel (UDK) pada Konsentrasi 0 ppm (A) 4000 ppm (B) daun nekrosis lebih banyak pada tanaman yang diberi perlakuan NaCl. Tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberikan perlakuan. Tanaman toleran lebih tinggi dan daun yang nekrosis lebih sedikit dibandingkan
9 dengan tanaman peka. Pertumbuhan tanaman pada metode ini tidak akan terganggu karena akar memiliki penopang sehingga tanaman dapat berdiri tegak lain beda halnya dengan metode yang lain. Dalam menyeleksi genotipe yang belum diketahui keunggulannya terhadap cekaman lingkungan sehingga diperlukan pemilihan metode yang praktis, murah aplikasinya, cepat, bahan yang digunakan mudah diperoleh di pasaran, tidak membuang-buang tenaga terlalu banyak, pengamatan mudah dilakukan. Korelasi Peubah di Laboratorium dan di Rumah Kaca Korelasi menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari nilai koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat akibat antara dua peubah atau lebih tetapi hanya menggambarkan keterkaitan linier antar peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Penelitian ini menggunakan peubah persentase daun mati di rumah kaca sebagai standar sedangkan di laboratorium menggunakan peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk, dan berat kering bibit. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara peubah di laboratorium dan di rumah kaca bernilai positif kecuali pada peubah berat kering akar dan berat kering bibit. Semua peubah yang diamati di laboratorium ternyata tidak berhubungan dengan peubah di rumah kaca sehingga untuk pengujian berikutnya menggunakan peubah berat kering akar dan berat kering bibit yang dianggap dapat menjelaskan peubah persentase Tabel 6. Rekapitulasi korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan Peubah di Rumah Kaca Peubah di Rumah Kaca Peubah di Laboratorium PA PT PB BKA BKT BKB PDM tn tn 0.12 tn tn 0.02 tn tn Keterangan: PA= Panjang Akar, PT= Panjang Tajuk, PB= Panjang Bibit, BKA= Berat Kering Akar, BKT= Berat Kering Tajuk, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati, tn: tidak nyata daun mati. Peubah berat kering akar dan berat kering bibit dijadikan peubah yang dapat membedakan genotipe toleran dan peka kareana peubah yang lain kurang dapat memperlihatkan perbedaannya misalnya jika panjang akar meningkat maka
10 persentase daun mati akan turun tetapi pada kenyataannya tidak demikian malahan peubah berat kering akar meningkat maka persentase daun mati juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peubah persentase daun mati dapat dijelaskan dengan peubah yang ada di laboratorium. Jika persentase daun mati tinggi bisa dikatakan bahwa berat kering akar dan berat kering bibit akan mengalami penurunan yang tinggi. Hal ini disebabkan sel-sel meristem akar sensitive terhadap garam sementara aktivitas mitosis sel sangat tinggi untuk pertumbuhan akar. Pengaruh garam juga bisa menurunkan luas daun karena daun merupakan tempat asimilasi bagi tanaman. Oleh karena itu, metode M1 dapat membedakan genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas. Metode tersebut dengan beberapa peubah yang dipakai di laboratorium dapat mewakili peubah yang dipakai di rumah kaca sehingga dapat mempercepat waktu penyaringan genotipe. Simulasi Seleksi Padi Terhadap Salinitas Simulasi seleksi berkaitan dengan pemilihan varietas yang diinginkan dengan mendapatkan varietas unggul pada kondisi lahan sesuai dengan produksi tinggi. Hal ini dilakukan untuk membandingkan antara genotipe yang berada di laboratorium dengan di rumah kaca (Tabel 7). Intensitas Seleksi (%) Tabel 7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca (Metode Standar) Jumlah Genotipe Jumlah Genotipe yang Terpilih Sesuai BKA vs PDM Kesesuaian % % % BKB vs PDM % % % Keterangan: BKA= Berat Kering Akar, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati
11 Pasangan peubah yang digunakan baik di laboratorium ataupun di rumah kaca diurutkan mulai dari nilai terendah hingga tertinggi dan akhirnya dipasangkan genotipe yang ada pada laboratorium dan ada juga di rumah kaca. Intensitas seleksi paling besar pada 50% dengan jumlah genotipe yang dapat dipilih sebanyak 27 genotipe dari 54 genotipe yang ada. Nilai kesesuaian terbesar pada peubah berat kering bibit sebesar 48.1% dan peubah berat kering akar juga sebesar 48.1%. Semakin besar intensitas seleksi maka jumlah genotipe yang sesuai semakin besar. Data Tabel 8 menunjukkan perbedaan kisaran tingkat toleransi padi terhadap salinitas pada peubah berat kering akar, berat kering bibit dan persentase daun mati. Pengujian di laboratorium antara peubah juga berbeda nilai kisarannya. Perbedaan kisaran nilai tingkat toleransi memperlihatkan perbedaan jumlah genotipe yang toleran terhadap salinitas pada rumah kaca dan laboratorium. Tabel 8. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas Pengujian Peubah Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Laboratorium BKA mg Sangat Peka mg < x 0.05 mg Peka 0.05 mg < x mg Sedang mg < x mg Toleran > mg Sangat Toleran BKB 0.03 mg Sangat Peka 0.03 mg < x mg Peka cm < x mg Sedang mg < x mg Toleran > mg Sangat Toleran Rumah Kaca PDM >56% Sangat Peka 42 % < x 56 % Peka 28 % < x 42 % Sedang 14 % < x 28 % Toleran 14 % Sangat Toleran Keterangan: BKA= Berat Kering Akar, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati
12 Kisaran nilai didasarkan kisaran nilai rataan dari masing-masing peubah yang berpotensi membedakan dari pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah dari 54 genotipe yang diuji dibagi lima kelompok yaitu sangat peka, peka, sedang, toleran dan sangat toleran. Peubah berat kering akar digunakan kisaran mg untuk sangat peka, mg < x 0.05 mg peka, 0.05 mg < x mg untuk sedang, mg < x mg untuk toleran, mg untuk sangat toleran. Pada peubah berat kering bibit digunakan kisaran 0.03 mg untuk sangat peka, 0.03 mg < x mg untuk peka, mg < x mg untuk sedang mg < x mg untuk toleran, mg untuk sangat toleran. Pada peubah persentase daun mati di rumah kaca digunakan kisaran 14% untuk sangat toleran, 14% < x 28% untuk toleran, 28%< x 42 % untuk sedang, 42% < x 56 % untuk peka dan sangat peka >56%. Perbedaan nilai kisaran disebabkan oleh perbedaan lingkungan antara laboratorium dengan kondisi yang terkendali dan rumah kaca yang kurang terkendali. Selain itu, saat pemberian larutan garam, di rumah kaca diberikan pada saat bibit berumur 2 minggu sedangkan di laboratoium diberikan saat awal penanaman benih. Penanaman di laboratorium dilakukan bertahap sehingga dapat terjadi penurunan vigor benih. Menurut Suwarno (1983) menyatakan bahwa konsentrasi NaCl terhadap serapan air pada periode dua hari pertama, benih tetapi berpengaruh pada periode berikutnya. Serapan air benih berhubungan dengan konsentrasi, jumlah benih berkecambah dan kecepatan perkecamabahan. Genotipe yang toleran di Rumah kaca dengan peubah persentase daun mati sedikit jumlahnya, hal ini karena umur bibit yang ditanam pada umur 2 minggu berada pada saat tanaman tersebut bersifat peka. Pada data Tabel 9 menunjukkan pengelompokan genotipe tingkat salinitas antara di Laboratorium dan di Rumah kaca. Klasifikasi tingkat toleransi terbagi menjadi 5 yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7) dan sangat peka (9). Klasifikasi di rumah kaca dengan peubah persentase daun mati (PDM) terdapat 8 genotipe yang toleran, sedangkan di laboratorium dengan peubah berat kering akar terdapat 53 genotipe toleran dan peubah berat kering bibit sebanyak 54 genotipe toleran. Suhaimin (1983) menyatakan bahwa pada stadia bibit yang
13 menjadi indikator untuk nilai toleransi terhadap salinitas terlihat pada peubah bobot kering bagian atas tanaman dan akar maupun persentase daun nekrosis atau mati Tabel 9. Klasifikasi/Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca Tingkat Toleran (skor) Rumah Kaca Laboratorium PDM BKA BKB Sangat Toleran (1) Toleran (3) Sedang (5) Peka (7) Sangat Peka (9) Keterangan: PDM= Persentase Daun Mati, BKA = Berat Kering Akar,BKB = Berat Kering Bibit Genotipe-genotipe toleran terhadap salinitas diperoleh dengan melakukan pencocokan antara peubah di laboratorium dan rumah kaca (metode standar). Jika salah satu peubah menunjukkan tingkat toleransi rendah (tidak toleran) ini berarti genotipe tersebut tidak termasuk toleran terhadap salinitas. Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas pada pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 8 genotipe padi yang toleran terhadap salinitas. Genotipegenotipe tersebut adalah B10551E-KN-1-1, B10551E-KN-62-2, B10216F-TB-1-2-1, BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-2, BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4, BP1019F PN KN 3 - MR- 5-3, B10861F-MR-12-4, B10862F-MR- 5-1.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium
2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November
Lebih terperinciMETODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A
METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A24050113 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang
HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh
Lebih terperinciPengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan
Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan Testing of Salinity Tolerance for Rice (Oryza sativa L.) Genotype at Germination Stage Donny Arzie, Abdul
Lebih terperinciGenotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2
LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Penelitian Pendahuluan Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi
Lebih terperinciLampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan
LAMPIRAN Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan Varietas/Genotipe Padi Sawah Padi Gogo Padi Rawa Aek Sibundong Batu Tegi B11586F-MR-11-2-2 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Lebih terperinciMETODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A
METODE UJI TOLERANSI ADI (Oryza sativa L.) TERHADA SALINITAS ADA STADIA ERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A2405011 DEARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS ERTANIAN INSTITUT ERTANIAN BOGOR 2010 METODE
Lebih terperinciLampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.
Lebih terperinciLampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan. Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang
Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang B10891B-MR-3-KN-4-1-1- MR-1 Aek Sibundong Inpago 5
Lebih terperinciMETODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP KEKERINGAN PADA STADIA PERKECAMBAHAN
METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP KEKERINGAN PADA STADIA PERKECAMBAHAN YULITHA DWI HARYANI A24061364 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi
Lebih terperinciPENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN. Oleh Ana Satria A
PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN Oleh Ana Satria A34404006 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciPENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN. Oleh Ana Satria A
PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN Oleh Ana Satria A34404006 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Informasi umum mengenai kondisi awal benih sebelum digunakan dalam penelitian ini penting diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan (misleading
Lebih terperinciPENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN TERHADAP PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA FASE PERKECAMBAHAN ITA MADYASARI A
PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN TERHADAP PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA FASE PERKECAMBAHAN i ITA MADYASARI A24063159 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode
23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai
Lebih terperinciLampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%)
51 Lampiran 1.Rataan umur perkecambahan (hari) P0 0 0 0 0 0 P1 16 0 0 16 5.33 P2 0 0 0 0 0 P3 19 0 19 38 12.66 P4 18 22.4 19.8 60.2 20.06 P5 19.18 18.16 17,167 54.51 18.17 P6 18 0 0 18 6 P7 17 19 18 54
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)
72 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum) Nama Varietas : Coker 176 Tanggal uji : 23 Juli 2010 Uji daya kecambah : 98% Uji kadar air : 6,9% penyimpanan : 16-18 C Tahun Lepas : 2011
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian uji cekaman varietas wijen (Sesasum indicum L.) terhadap cekaman
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian uji cekaman varietas wijen (Sesasum indicum L.) terhadap cekaman salinitas (NaCl) pada fase perkecambahan ini merupakan penelitian eksperimental
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar
Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar Tahun pelepasan : 1991 Nomor galur : MI-5/Psj. Asal : iradiasi gamma dosis 0,1 Kgy di varietas Manyar Hasil rata-rata : 1-2 ton/ha biji bersih Warna daun
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih
BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi sangat penting, dan merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan nilai ekonomi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai Hasil pengamatan morfologi pada beberapa varietas kedelai yang selanjutnya diuji
Lebih terperinciPENGUJIAN TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA FASE PERKECAMBAHAN AHMAD MUHARRAM IBNU RUSD A
PENGUJIAN TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA FASE PERKECAMBAHAN AHMAD MUHARRAM IBNU RUSD A24062560 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciReagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.
47 Lampiran 1. Komposisi Media Larutan Hara Minimum Miftahudin (00). Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl.H O 0,40 mm 10 mg/l K SO4 0.65 mm 195 mg/l MgSO 4.7H O 0.8 mm 75 mg/l NH 4 Cl 0.01 mm 3 mg/l NH 4
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperincigabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh
81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciFK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Data pengamatan Waktu Berkecambah (Hari) BLOK PERLAKUAN I II III Total Rataan R0S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R1S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R2S0 5.25 5.25 4.75 15.25 5.08 R3S0 4.75 5.50 4.75
Lebih terperinciLampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)
Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,
Lebih terperinciMETODE. Tempat dan Waktu Penelitian
13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Darmaga pada bulan Februari April 2012. Bahan dan Alat Bahan
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas Rajabasa
LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Rajabasa Dilepas tahun : 17 Maret 2004 SK Mentan : 171/Kpts/LB.240/3/2004 Nomor seleksi : GH-7/BATAN Asal : Galur Mutan No. 214 x 23-D yang berasal dari irradiasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika 2.1.1. Botani Tanaman Padi Menurut Herawati (2012), tanaman padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Poales Family
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas
16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi
Lebih terperinciUji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan
Uji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan Rapid Testing Method for Al Toxicity Tolerance at Germination Growth Stage of Upland Rice Genotype Santi Aprilliani,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam
4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo
3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinci: Kasar pada sebelah bawah daun
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan
Lebih terperinciLampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE
Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN
PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan
Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) P0 21.72 20.50 21.20 20.86 21.90 106.18 21.24 P1 20.10 19.60 20.70 20.00 21.38 101.78 20.36 P2 20.20 21.40 20.22 22.66 20.00 104.48 20.90 P3 20.60 23.24 18.50
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125
Lebih terperinciBAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi
BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi yang Menyebabkan Berdasarkan hasil-hasil penelitian penyebab keracunan besi beragam, bukan hanya disebabkan
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL
J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols
Lebih terperinciPENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN
PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN Yummama Karmaita, SP Pembimbing Prof. Dr. Ir. Aswaldi Anwar, MS dan Dr. Ir. EttiSawasti, MS Lahan yang mengalami
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinci: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Batutugi Nama varietas : Batutugi Kategori : varietas unggul nasional (released variety) SK : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 Tetua
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan
16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciV. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciJ3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5
Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan
Lebih terperinci