HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols yang masih muda. Tanaman tumbuh dengan baik pada awal pertumbuhan sebelum mendapatkan perlakuan karena masih mendapatkan perlakuan yang sama yaitu disiram satu kali sehari. Hal ini bertujuan agar tanaman tumbuh sampai pada kondisi yang siap untuk diberikan perlakuan cekaman kekeringan. Pengamatan pada tanaman diberhentikan bila tanaman yang mendapatkan perlakuan cekaman kekeringan tidak dapat tumbuh lagi atau mati. Kondisi tanaman yang tidak dapat tumbuh lagi atau mati yang diakibatkan oleh cekaman kekeringan ditandai dengan terjadinya pelayuan pada daun (daun berwarna kuning) kemudian rontok, lalu diikuti dengan pembusukan pada batang. Pada kondisi ini biasa disebut dengan kondisi titik layu permanen, yaitu kondisi kandungan air tanah dimana akarakar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman mengalami layu permanen dalam arti sukar disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi. Pada tanaman Desmodium sp, tanaman yang mendapatkan perlakuan cekaman kekeringan mengalami kematian pada hari ke-16, sedangkan pada tanaman Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala mengalami kematian pada hari ke-20, ke-24 dan ke-28. Lama pengamatan pada setiap jenis legum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Lama Pengamatan pada Setiap Jenis Legum. Jenis Legum Lama Pengamatan (Hari) Desmodium sp 16 Indigofera sp 20 S. scabra 24 L. leucocephala 28 Keadaan suhu pada rumah kaca selama penelitian berkisar antara 23 C-34 C. Pada pagi hari suhu rumah kaca berkisar antara 23 C-26 C, dengan suhu rata-rata 25 C. Pada siang hari suhu rumah kaca berkisar antara 29 C-34 C, dengan suhu rata- 18

2 rata 32 C, sedangkan pada sore hari suhu rumah kaca berkisar antara 24 C-30 C, dengan suhu rata-rata 26 C. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air Tanah Kadar air tanah menggambarkan besarnnya air tersedia yang diserap oleh tanaman untuk melakukan pertumbuhan hingga batas dimana air menjadi tidak tersedia dan tanaman mengalami layu. Rataan persen kadar air tanah dari legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala dapat dilihat pada Tabel 3. Data rataan kadar air tanah pada Tabel 3 merupakan data kadar air tanah pada saat panen dilakukan, artinya data kadar air tanah perlakuan tersebut merupakan data kadar air tanah kondisi titik layu permanen pada perlakuan M1W1 dan M0W1. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air tanah pada legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala. Pengaruh perlakuan terhadap rataan persen kadar air tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Persen Kadar Air Tanah. Persen Kadar Air Tanah (%) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 37,2±0,9 A 37,5±0,8 A 38,5±2,5 A 39,5±2,5 A M0W1 22,7±0,6 B 23,5±0,7 B 20,4±0,4 B 23,8±0,2 B M1W0 32,3±5,8 A 35±2,7 A 38,1±1,8 A 41.6±2,2 A M1W1 22,5±0,1 B 23±0,8 B 20±1,1 B 25,3±2,2 B Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (F 0,01 ). M0W0 : Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari; M0W1 : Tanpa mikoriza dan tidak disiram; M1W0 : Dengan mikoriza dan disiram tiap hari; M1W1 : Dengan mikoriza dan tidak disiram. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian yang terpisah. Pada Tabel 3, setiap perlakuan menghasilkan kadar air tanah yang berbedabeda pada tiap jenis legum yang diujikan. Kisaran rataan kadar air tanah pada masing-masing legum sebagai berikut : 22,5%-37,2% pada legum Desmodium sp; 23%-37,5% pada legum Indigofera sp; 20%-38,5% pada legum S. scabra dan 23,8%- 41,6% pada legum L. leucocephala. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa untuk legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. sacbra dan L. leucocephala perlakuan M0W0 (32,7%, 37,5%, 38,5% dan 39,5%) dan perlakuan M1W0 (32,3%, 35%, 19

3 38,1% dan 41,6%) sangat berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan M0W1 (22,7%, 23,5%, 20,4% dan 23,8%) dan perlakuan M1W1 (22,5%, 23%, 20% dan 25,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan perlakuan M0W0 dan M1W0 memiliki kadar air tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan M0W1 dan M1W1. Hal ini dikarenakan pada kedua perlakuan mendapatkan perlakuan penyiraman setiap hari sehingga air yang terdapat di dalam tanah tetap tersedia. Untuk perlakuan M0W1 dan M1W1 kadar air tanah yang rendah disebabkan oleh perlakuan cekaman kekeringan yang diberikan pada kedua perlakuan sehingga ketersediaan air di dalam tanah pada kedua perlakuan tersebut sangat rendah. Pada penelitian ini, pemberian mikoriza dalam kondisi disiram setiap hari maupun dalam kondisi cekaman kekeringan belum memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari kadar air pada perlakuan M0W0 sama dengan kadar air perlakuan M1W0 dan kadar air perlakuan M0W1 sama dengan kadar air perlakuan M1W1. Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa legum Desmodium sp mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air 22,5% (M1W1) dan 22,7% (M0W1). Untuk legum Indigofera sp tanaman mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air 23% (M1W1) dan 23,5% (M0W1). Untuk legum S. scabra mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air 20% (M1W1) dan 20,4% (M0W1), sedangkan legum L. leucocephala tanaman mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air 25,3% (M1W1) dan 23,8% (M0W1). Pada keempat legum yang diteliti menunjukkan bahwa keempat legum mengalami kondisi titik layu permanen pada kadar air tanah berkisar antara 20%-25,3%. Dari keempat legum yang diteliti, legum S. scabra menunjukkan bahwa legum tersebut dapat bertahan pada kadar air yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tiga legum lain yang diteliti (Desmodium sp, Indigofera sp dan L. leucocephala). Ketersediaan air tanah merupakan suatu faktor dalam kemampuan bertahan hidup dan distribusi spesies tanaman (Lakitan, 1995). Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah adalah iklim. Faktor iklim yang mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah adalah curah hujan dan evapotranspirasi. Evapotranspirasi berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah, evapotranspirasi 20

4 merupakan gabungan evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi tanaman yang menguap melalui akar tumbuhan ke batang daun menuju atmosfer (BMG, 2006). Menurut Djondronegoro et al., (1989), produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang diantaranya berasal dari curah hujan. Ketersediaan air dalam tanah bagi tanaman tergantung pada banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, serta tingginya permukaan air tanah (Hardjowigeno, 1989). Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel) yang meliputi pertambahan volume dan massa. Salah satu parameter pertumbuhan yang sering diamati adalah tinggi tanaman, dengan mengetahui pertambahan tinggi suatu tanaman maka dapat dilihat pertumbuhannya. Pengaruh perlakuan terhadap rataan pertambahan tinggi vertikal tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman. Rataan Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman (cm/4 hari) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 22,9±3,1 ab 44,8±8,7 A 21,5±8,5 A 98,5±24,3 A M0W1 8,8±10,7 bc 16,6±10,7 B 3,5±4,4 B 35,3±18,1 B M1W0 32±2,2 a 56,3±7,8 A 26,3±1,5 A 88,5±4,5 A M1W1 2,3±21,4 c 10,8±7,7 B 7,5±2,5 B 33,3±7,8 B Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (F 0,05 ). Huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (F 0,01 ). M0W0 : Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari; M0W1 : Tanpa mikoriza dan tidak disiram; M1W0 : Dengan mikoriza dan disiram tiap hari; M1W1 : Dengan mikoriza dan tidak disiram. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian yang terpisah. Nilai rataan pertambahan tinggi tanaman setiap perlakuan pada masingmasing legum dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan tinggi tanaman pada legum Desmodium sp, sedangkan pada legum Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) dalam meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. 21

5 Nilai rataan tertinggi pertambahan tinggi tanaman pada legum Desmodium sp, Indigofera sp dan S. scabra ditunjukkan oleh perlakuan M1W0 (32 cm, 56,3 cm dan 26,3 cm), sedangkan nilai pertambahan tinggi tanaman terendah pada legum Desmodium sp dan Indigofera sp ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (2,3 cm dan 10,8 cm) dan M0W1 (3,5 cm) pada legum S. scabra. Untuk legum L. leucocephala nilai pertambahan tinggi tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan M0W0 (98,5 cm) dan terendah ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (33,3 cm). Berdasarkan hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa pada legum Desmodium sp perlakuan M1W0 (32 cm) berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 (29,9 cm), M0W1 (8,8 cm), M1W1 (2,3 cm) dan perlakuan M0W0 (29,9 cm), M0W1 (8,8 cm) berbeda nyata dengan perlakuan M1W1 (2,3 cm). Untuk legum Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala perlakuan M1W0 (56,3 cm, 26,3 cm dan 88,5 cm) dan M0W0 (44,8 cm, 21,5 cm dan 98,5 cm) sangat berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan M0W1 (16,6 cm, 3,5 cm dan 35,3 cm) dan M1W1 (10,8 cm, 7,5 cm dan 33,3 cm). Pada data Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian mikoriza pada legum Desmodium sp lebih efektif meningkatkan pertambahan tinggi vertikal tanaman dalam kondisi disiram setiap hari bila dibandingkan dengan pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan pada legum Desmodium sp masih belum memberikan respon yang positif karena pertambahan tinggi vertikal pada perlakuan ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan. Pada legum Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala pemberian mikoriza dalam kondisi disiram setiap hari maupun pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan belum memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi vertikal tanaman. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan M1W0 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan M0W0 dan perlakuan M1W1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan M0W1. Pada data Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan M1W0 dan M0W0 setiap jenis legum yang diuji memiliki pertambahan tinggi vertikal tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan M1W1 dan M0W1. Hal ini menunjukkan 22

6 bahwa pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah. Mapegau (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi cekaman air. Sasli (2004) juga menjelaskan bahwa kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan dan pembesaran sel sehingga tumbuhan akan mengalami penurunan pertambahan tinggi tanaman pada saat tanaman berada dalam kondisi cekaman air. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Daun Produksi bahan kering merupakan peubah yang sangat penting untuk menduga produksi potensial tanaman dan dijadikan pedoman untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering daun pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala, sedangkan pada legum Indigofera sp perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering daun. Pada Tabel 5, nilai rataan berat kering daun tertinggi pada legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala ditunjukkan oleh perlakuan M1W0 (13,75 gram/pot, 8,08 gram/pot, 14,03 gram/pot dan 5,88 gram/pot). Untuk nilai rataan berat kering daun terendah legum Desmodium sp dan Indigofera sp ditunjukkan oleh perlakuan M0W1 (3,85 gram/pot dan 3,43 gram/pot), sedangkan pada legum S. scabra dan L. leucocephala rataan berat kering daun terendah ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (4,3 gram/pot dan 2,43 gram/pot). Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa untuk legum Desmodium sp perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M1W1, M0W1, M0W0. Untuk legum S. scabra dan L. leucocephala perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1, M1W1. Untuk hasil analisis secara keseluruhan berat kering daun keempat jenis legum menunjukkan bahwa legum Indigofera sp kurang respon terhadap perlakuan pemberian mikoriza dalam kondisi disiram setiap hari maupun pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan; akan tetapi masih terdapat peningkatan terhadap rataan berat kering daun untuk perlakuan M1W0 (8,08 gram/pot) dan M1W1 (4,6 gram/pot) bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 (4,28 gram/pot) sebagai 23

7 kontrol. Rataan berat kering daun dari legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Berat Kering Daun, Batang dan Akar. Berat Kering Daun (gram/pot) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 8,35±1,63 B 4,28±3,06 9,18±4,44 AB 4,5±1,15 AB M0W1 3,85±0,87 B 3,43±0,85 5,8±1,67 B 2,9±1,3 B M1W0 13,75±4,19 A 8,08±3,32 14,03±4,29 A 5,88±0,9 A M1W1 5,63±1,57 B 4,6±1,15 4,3±1 B 2,43±0,87 B Berat Kering Batang (gram/pot) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 8,4±1,32 B 6,8±4,66 16,53±7,84 AB 10,73±3,26 A M0W1 2,73±0,67 B 6,18±1,61 10,28±0,83 B 4,33±1,93 B M1W0 15,1±4,74 A 11,88±4,21 24,13±5,83 A 10,3±2,15 A M1W1 5,45±1,55 B 8,1±0,99 8,33±1,22 B 3,13±0,35 B Berat Kering Akar (gram/pot) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 3,38±0,57 B 3,43±2,45 8,48±5,47 AB 4,83±2,12 a M0W1 1,28±0,46 C 3,13±0,66 1,9±0,42 B 2,43±0,59 b M1W0 6,2±1,42 A 6,15±2,07 13,2±7,12 A 5,03±1,79 a M1W1 2,78±0,55 BC 4,8±1,42 1,18±0,78 B 1,88±0,22 b Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (F 0,05 ). Huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (F 0,01 ). M0W0 : Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari; M0W1 : Tanpa mikoriza dan tidak disiram; M1W0 : Dengan mikoriza dan disiram tiap hari; M1W1 : Dengan mikoriza dan tidak disiram. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian yang terpisah. Pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala terjadi peningkatan rataan berat kering daun pada perlakuan M1W0 bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 sebagai kontrol. Peningkatan rataan berat kering daun yang disebabkan oleh pemberian mikoriza pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala membuktikan bahwa pemberian mikoriza pada ketiga legum tersebut dapat meningkatkan berat kering daun pada kondisi disiram setiap hari. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Murtiani (1999) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan bobot kering tanaman rumput yang disebabkan adanya pemberian mikoriza pada tanaman yang diteliti. Menurut Delvian (2006) mikoriza 24

8 sangat berperan bagi tanaman dalam meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara terutama unsur fosfat serta berfungsi meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala belum terjadi peningkatan rataan berat kering daun bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 sebagai kontrol. Hal ini disebabkan belum adanya respon yang nyata dari mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan yang dapat meningkatkan berat kering daun. Pada Tabel 5, data berat kering daun memperlihatkan bahwa secara keseluruhan pada legum yang mendapatkan cekaman kekeringan terjadi penurunan rataan berat kering daun bila dibandingkan dengan legum yang disiram setiap hari. Hal ini dikarenakan pada legum tersebut terjadi cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan dapat menurunkan berat kering tanaman yang disebabkan oleh menurunnya transpor air dan unsur hara yang diperlukan dalam proses fotosintesis sehingga menurunkan hasil fotosintat (Alfiyah, 2000). Menurut Sasli (2004) tanaman yang tumbuh pada kondisi cekaman kekeringan akan mengurangi jumlah stomata sehingga mengurangi laju kehilangan air. Penutupan stomata akan menyebabkan serapan CO 2 bersih pada daun berkurang secara paralel (bersamaan) selama kekeringan. Dampaknya, proses asimilasi karbon terganggu sebagai akibat dari rendahnya ketersediaan CO 2 pada kloroplas karena cekaman air yang menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga laju fotosintesis akan terhambat dan pembentukan karbohidrat akan menurun. Hal ini menyebabkan penurunan berat kering akar, batang dan daun pada tanaman. Pada penelitian ini setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbedabeda terhadap keempat jenis legum yang diteliti. Berat kering daun tertinggi perlakuan M1W0, M0W0 dan M0W1 didapat dari legum S. scabra, sedangkan untuk perlakuan M1W1 didapat dari legum Desmodium sp. Secara keseluruhan, perlakuan M1W0 merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan berat kering daun tertinggi pada tiap jenis legum yang diujikan. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Batang Rataan berat kering batang dari legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam 25

9 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering akar pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala, sedangkan pada legum Indigofera sp perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai rataan berat kering batang tertinggi pada legum Desmodium sp, Indigofera sp dan S. scabra ditunjukkan oleh perlakuan M1W0 (15,1 gram/pot, 11,88 gram/pot dan 24,13 gram/pot), sedangkan nilai rataan berat kering batang terendah pada legum Desmodium sp dan Indigofera sp ditunjukkan oleh perlakuan M0W1 (2,73 gram/pot dan 6,18 gram/pot) dan pada legum S. scabra ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (8,33 gram/pot). Untuk legum L. luecocephala nilai rataan berat kering batang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan M0W0 (10,73 gram/pot) dan terendah ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (3,13 gram/pot). Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa pada legum Desmodium sp perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W0, M0W1, M1W1. Untuk legum S. scabra perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1, M1W1. Untuk legum L. leucocephala perlakuan M0W1 dan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1 dan M1W1. Untuk hasil analisis secara keseluruhan berat kering batang keempat jenis legum menunjukkan bahwa legum Indigofera sp kurang respon terhadap perlakuan pemberian mikoriza dalam kondisi disiram setiap hari maupun pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan; akan tetapi masih terdapat peningkatan terhadap rataan berat kering batang untuk perlakuan M1W0 (11,88 gram/pot) dan M1W1 (8,1 gram/pot) bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 (6,8 gram/pot) sebagai kontrol. Hasil penelitian data Tabel 5, untuk legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala terjadi penurunan rataan berat kering batang pada perlakuan M0W1 dan M1W1 bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 dan M1W0. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi cekaman kekeringan dapat menurunkan rataan berat kering batang pada legum Desmodium sp, S. scabra dan L. leucocephala sehingga pertumbuhan ketiga legum dapat dikatakan akan menurun dengan adanya cekaman kekeringan. Mapegau (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka 26

10 terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman menjadi lebih kecil. Selain itu, hal ini juga akan berdampak terhadap produksi dari tanaman tersebut. Pada Tabel 5, pemberian mikoriza pada legum Desmodium sp terjadi peningkatkan rataan berat kering batang pada perlakuan M1W0 bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 dan perlakuan M1W1 bila dibandingkan dengan perlakuan M0W1. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mikoriza pada legum Desmodium sp dapat meningkatkan produksi berat kering batang dalam kondisi disiram setiap hari maupun dalam kondisi cekaman kekeringan. Menurut Rungkat (2009) mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara pada tanaman yang diinfeksinya, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut dapat meningkat. Pada penelitian ini perlakuan M1W0 merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan berat kering batang tertinggi secara keseluruhan tiap jenis legum yang diujikan. Hal ini dikarenakan pemberian mikoriza dan penyiraman tanaman lebih memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan berat kering batang tiap jenis legum yang diujikan. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Akar Rataan berat kering akar dari legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering akar pada legum Desmodium sp dan S. scabra, sedangkan legum L. leucocephala perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap berat kering akar. Untuk legum Indigofera sp perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar. Nilai rataan berat kering akar tertinggi pada legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala ditunjukkan oleh perlakuan M1W0 (6,2 gram/pot, 6,15 gram/pot, 13,2 gram/pot dan 5,03 gram/pot). Untuk nilai rataan berat kering akar terendah pada legum Desmodium sp dan Indigofera sp ditunjukkan oleh perlakuan M0W1 (1,28 gram/pot dan 3,13 gram/pot), sedangkan nilai rataan berat kering akar terendah pada legum S. scabra dan L. leucocephala ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (1,18 gram/pot dan 1,88 gram/pot). 27

11 Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa pada legum Desmodium sp perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W0, M1W1, M0W1 dan perlakuan M0W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1. Untuk legum S. scabra perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1, M1W1. Untuk legum L. leucocephala perlakuan M0W0 dan M1W0 berbeda nyata dengan perlakuan M0W1 dan M1W1. Untuk hasil analisis secara keseluruhan berat kering akar keempat jenis legum menunjukkan bahwa legum Indigofera sp kurang respon terhadap perlakuan pemberian mikoriza dalam kondisi disiram setiap hari maupun pemberian mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan; akan tetapi masih terdapat peningkatan terhadap rataan berat kering akar untuk perlakuan M1W0 (6,15 gram/pot) dan M1W1 (4,8 gram/pot) bila dibandingkan dengan perlakuan M0W0 (3,43 gram/pot) sebagai kontrol. Data Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan mikoriza pada kondisi tanaman disiram setiap hari terjadi peningkatan rataan berat kering akar bila dibandingkan dengan rataan berat kering akar yang tanpa diberikan mikoriza pada kondisi yang sama. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dapat meningkatkan berat kering akar tanaman legum yang diteliti. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Yahya (2003), dimana terjadi peningkatan berat kering akar pada tanaman legum penutup tanah (Calopogonium mucunoides, Calopogonium ceurelieum, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica) yang diberikan mikoriza. Menurut Sasli (2004) peranan langsung dari mikoriza adalah membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air dari dalam tanah ke dalam akar, karena mikoriza dapat memperluas permukaan akar dalam penyerapan air dari dalam tanah. Air yang diserap dari dalam tanah akan digunakan oleh tumbuhan untuk pembelahan dan pembesaran sel yang salah satunya terwujud dalam pertumbuhan akar, yaitu meningkatnya derajat percabangan dan diameter akar. Untuk rataan berat kering akar pada legum yang diberikan perlakuan mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan hanya pada legum Desmodium sp terjadi peningkatan rataan berat kering akar bila dibandingkan dengan legum Desmodium sp yang tanpa diberi mikoriza dalam kondisi cekaman kekeringan, sedangkan pada legum S. scabra dan L. leucocephala pemberian mikoriza dalam 28

12 kondisi cekaman kekeringan belum dapat meningkatkan rataan berat kering akar bila dibandingkan dengan legum S. scabra dan L. leucocephala yang diberi perlakuan tanpa mikoriza dalam kondisi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi respon yang positif dari mikoriza untuk meningkatkan berat kering akar pada legum S. scabra dan L. leucocephala dalam kondisi cekaman kekeringan. Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rataan berat kering akar dalam kondisi cekaman kekeringan karena kekurangan air. Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesa, karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun. Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan, 1995). Selain itu, menurut Sasli (2004) kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan pembelahan dan pembesaran sel. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan berat kering akar yang disebabkan oleh cekaman air. Rusmin et al. (2002) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa terjadi penurunan berat kering akar pada bibit jambu mete yang disebabkan oleh adanya cekaman kekeringan. Pengaruh Perlakuan terhadap Persen Infeksi Akar Rataan persen infeksi akar dari legum Desmodium sp, Indigofera sp, S. scabra dan L. leucocephala dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) meningkatkan persen infeksi akar pada legum Desmodium sp, Indigofera sp dan S. scabra, sedangkan pada legum L. leucocephala perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) dalam meningkatkan persen infeksi akar. Pada Tabel 6, nilai rataan persen infeksi akar tertinggi pada legum Desmodium sp ditunjukkan oleh perlakuan M1W1 (65%) dan terendah ditunjukkan oleh perlakuan M0W0 (30,5%) dan M0W1 (30,5%). Untuk legum Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra nilai rataan persen infeksi akar tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan M1W0 (64%, 79,3% dan 84,8%), sedangkan nilai rataan persen infeksi akar terendah pada legum Indigofera sp dan S. scabra ditunjukkan oleh perlakuan M0W0 (33% dan 47%) dan pada legum L. leucocephala ditunjukkan oleh perlakuan M0W1 (50%). Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa pada legum Desmodium sp perlakuan M1W1 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W0 dan M0W1. Untuk legum Indigofera sp perlakuan M0W1 dan M1W1 sangat berbeda nyata dengan 29

13 perlakuan M0W0. Untuk legum S. scabra perlakuan M1W0 sangat berbeda nyata dengan perlakuan M0W1 dan M0W0. Untuk legum L. leucocephala perlakuan M0W1 dan M1W1 berbeda nyata dengan perlakuan M0W1. Pengaruh perlakuan terhadap rataan persen infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Persen Infeksi Akar. Persen Infeksi Akar (%) Perlakuan Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala M0W0 30,5±4,5 B 33±12,5 B 47±7 C 64,8±12,2 ab M0W1 30,5±6,4 B 39,8±11 AB 52,3±15,1 BC 50±15,8 b M1W0 53±25,5 AB 64±14,45 A 84,8±6 A 79,3±9,1 a M1W1 65±7,3 A 61±8,29 A 72±6,3 AB 75,5±15,1 a Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (F 0,05 ). Huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (F 0,01 ). M0W0 : Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari; M0W1 : Tanpa mikoriza dan tidak disiram; M1W0 : Dengan mikoriza dan disiram tiap hari; M1W1 : Dengan mikoriza dan tidak disiram. Tanaman yang berbeda dilakukan penelitian yang terpisah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tanaman legum yang mendapatkan perlakuan M1W0 dan M1W1 akan terjadi peningkatan rataan persen infeksi akar dibandingkan dengan perlakuan M0W0 dan M0W1. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi air tanah tersedia maupun pada kondisi cekaman kekeringan inokulasi (pemberian) mikoriza akan meningkatkan infeksi pada akar tanaman oleh mikoriza, dengan tingkat persen infeksi akar yang berbeda-beda pada setiap jenis tanaman legum. Hal ini dikarenakan masing-masing tanaman mempunyai kemampuan untuk menyediakan nutrisi yang berbeda pada mikoriza. Rungkat (2009) menjelaskan bahwa pada saat mikoriza mengangkut air dan hara mineral dari tanah ke tanaman, mikoriza mengambil keuntungan dari senyawa karbon yang disediakan oleh tumbuhan inang. Perbedaan jumlah senyawa karbon yang disediakan oleh tumbuhan inang inilah yang menyebabkan tingkat infeksi akar yang berbeda-beda pada masing-masing tanaman. Selain itu, Delvian (2006) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan mikoriza di tanah, yaitu status fosfor tanah, keasaman tanah (ph), kadar garam, suhu dan kelembapan. Mikoriza mampu menyerap dan memindahkan fosfor (P) dari dalam tanah ke akar tanaman (Rungkat, 2009). Turk et al. (2006) mengatakan bahwa peran utama mikoriza adalah untuk menyediakan fosfor bagi akar tanaman yang terkena infeksi, 30

14 karena fosfor adalah satu unsur yang tidak mobil di dalam tanah. Selain fosfor, mikoriza juga mampu menyerap beberapa unsur hara seperti : Nitrogen (N), Kalium (K), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Kalsium (Ca), Besi (Fe), Cadmium, Nikel dan Uranium. Oleh karena itu, pengamatan terhadap banyaknya infeksi mikoriza pada akar tanaman merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan inangnya. Semakin tinggi tingkat infeksi mikoriza pada akar tanaman maka semakin banyak manfaat yang akan diperoleh tanaman dari infeksi mikoriza tersebut. Rungkat (2009) menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman sebagai berikut: a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen akar e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah. Indeks Sensitivitas terhadap Kekeringan Perhitungan indeks sensitivitas terhadap cerkaman kekeringan digunakan untuk mendapatkan tingkat toleransi tanaman legum terhadap cekaman kekeringan. Indeks sensitivitas terhadap cerkaman kekeringan pada masing-masing legum dihitung berdasarkan peubah kadar air tanah, pertambahan tinggi vertikal tanaman, berat kering daun, berat kering batang, berat kering akar dan infeksi akar. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada legum Desmodium sp peubah kadar air tanah, berat kering daun dan infeksi akar toleran terhadap cekaman kekeringan, sedangkan pada peubah berat kering akar agak toleran terhadap cekaman kekeringan, untuk peubah pertambahan tinggi vertikal tanaman dan berat kering batang peka terhadap cekaman kekeringan. Pada legum Indigofera sp peubah kadar air tanah, pertambahan tinggi vertikal tanaman, berat kering daun, berat kering batang dan berat kering akar toleran terhadap cekaman kekeringan, sedangkan peubah infeksi akar agak toleran terhadap cekaman kekeringan. Pada legum S. scabra peubah kadar air tanah dan berat kering akar toleran terhadap cekaman kekeringan, untuk peubah 31

15 berat kering daun, berat kering batang dan infeksi akar agak toleran terhadap cekaman kekeringan, sedangkan peubah pertambahan tinggi vertikal tanaman peka terhadap cekaman kekeringan. Pada legum L. leucocephala peubah berat kering akar dan infeksi akar toleran terhadap cekaman kekeringan, untuk peubah kadar air tanah dan berat kering daun agak toleran terhadap cekaman kekeringan, sedangkan peubah pertambahan tinggi vertikal tanaman dan berat kering batang peka terhadap cekaman kekeringan. Nilai indeks sensitivitas terhadap cekaman kekeringan tiap legum dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Indeks Sensitivitas terhadap Cekaman Kekeringan. Peubah Jenis Legum Desmodium sp Indigofera sp S. scabra L. leucocephala KAT T T T AT PTVT P T P P BKD T T AT AT BKB P T AT P BKA AT T T T IA T AT AT T Nilai ISK Nilai Hari Total Nilai Keterangan: Indeks sensitivitas terhadap cekaman kekeringan yang dihitung berdasarkan peubah Kadar Air Tanah (KAT), Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman (PTVT), Berat Kering Daun (BKD), Berat Kering Batang (BKB), Berat Kering Akar (BKA) dan Infeksi Akar (IA). T = toleran jika nilai IS 0,5; AT = agak toleran jika 0,5 < IS 1,0; P = peka jika IS > 1,0. Hasil perhitungan indeks sensitivitas menunjukkan bahwa tanaman legum dengan total nilai tertinggi adalah legum L. leucocephala dengan nilai 24, diikuti oleh legum Indigofera sp, S. scabra dan Desmodium sp masing-masing dengan nilai 22, 21 dan 7. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman legum L. leucocephala memiliki nilai toleransi yang paling baik bila dibandingkan dengan tiga jenis legum lainnya. 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya 55 5 DISKUSI UMUM Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

Gambar 2. Centrosema pubescens

Gambar 2. Centrosema pubescens TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Tanaman Mengugurkan Daun dan Mati Sumber: Dokumentasi Peneitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Tanaman Mengugurkan Daun dan Mati Sumber: Dokumentasi Peneitian HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan Dua jenis legum yang digunakan pada penelitian ini setelah diberikan perlakuan atau cekaman kekeringan menyebabkan terjadinya banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jumlah Spora Sebelum Trapping Hasil pengamatan jumlah spora pada kedua jenis lahan sayur dan semak sebelum trapping disajikan pada Tabel 3. Lahan sayuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Mikoriza, Bakteri dan Kombinasinya terhadap parameter pertumbuhan semai jabon Hasil analisis sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan semai jabon

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman 4.1.1 Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil Uji Duncan taraf 5%, menunjukkan bahwa limbah cair tahu memberikan pengaruh beda nyata

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI

EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pertumbuhan Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat kering akhir tanaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air diserap oleh akar tanaman, kemudian di bawa ke daun. Di dalam daun, unsur hara akan bereaksi

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kedelai (1) Varietas Burangrang Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil dari tanaman petani di Jember, Seleksi lini murni, tiga generasi asal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peranan Air pada Tanaman Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Peranan Air pada Tanaman Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Peranan Air pada Tanaman Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai peranan sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, jumlah daun, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi dapat ditanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi ruangan laboratorium secara umum mendukung untuk pembuatan pupuk kompos karena mempunyai suhu yang tidak berubah signifikan setiap harinya serta terlindung

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman IV. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Penggunaan berbagai macam sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik

Lebih terperinci

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak maupun bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan adalah pakan. Kekurangan pakan, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang lebih berorientasi pada penyediaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis

Lebih terperinci

12/04/2014. Pertemuan Ke-2

12/04/2014. Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-2 PERTUMBUHAN TANAMAN 1 PENGANTAR Pertumbuhanadalah proses pertambahan jumlah dan atau ukuran sel dan tidak dapat kembali kebentuk semula (irreversible), dapat diukur (dinyatakan dengan angka,

Lebih terperinci

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI PUBI INDAH SARI UMMU SYAUQAH A. VERAWATI WIWIK ASPIANTI T. PARAMITHA SARI LILI NUR ENDA IRA RABIAH NURLINA NUR SAKINAH ANDRE SUCI ALFIAH MUHAMMAD HANAFI LILIS DYA NENGSIH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 39 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci