IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman padi pada berbagai perlakuan dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan padi. 10 Tinggi Tanaman (cm) Minggu Setelah Tanam L0 L1 L2 L3 L1H L2H L3H setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Dosis Penambahan Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Pada Gambar 7 disajikan grafik pertumbuhan tanaman padi pada berbagai perlakuan yang diberikan. Secara umum berdasarkan grafik pada Gambar 7, ratarata tinggi tanaman dari tertinggi sampai terendah adalah tanaman dengan kode perlakuan A2>A1>A4>A0>A3>A5>A6. Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari tanaman kontrol adalah perlakuan dengan dosis pemberian terak baja setara 3 (A1) dan 6 (A2) ton/ha tanpa penambahan bahan humat, serta perlakuan pemberian terak baja 3 ton/ha dengan penambahan bahan humat (A4). Hasil uji statistik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat tidak berbeda nyata. Artinya, bahwa pertumbuhan tinggi tanaman

2 22 pada seluruh perlakuan yang diberikan dianggap seragam secara statistik. Pertumbuhan tinggi pada perlakuan A3, A5, dan A6 yang lebih rendah dari kontrol (A0) tidak sesuai dengan prediksi awal penelitian ini yang menduga pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Data perkembangan jumlah anakan tanaman padi pada berbagai perlakuan yang diberikan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Perkembangan Anakan Tanaman Padi pada Berbagai Dosis Penambahan Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Waktu pengamatan Anakan Produktif A A A A A A A setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Berdasarkan data pada Tabel 5, pada minggu ke-3 sampai minggu ke-7 setelah tanam, perkembangan jumlah anakan padi terus meningkat. Perkembangan anakan mendekati konstan pada minggu ke-9. Hal ini disebabkan pada minggu ke- 8 tanaman sudah menunjukkan tanda-tanda bunting, sehingga secara perlahan fase vegetatif berganti dengan fase generatif. Secara umum perkembangan jumlah anakan dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit adalah A6>A5>A4>A2>A3>=A1>A0. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah anakan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Perkembangan jumlah anakan pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat (A4, A5, dan A6) menunjukkan perkembangan yang cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman kontrol dan tanaman dengan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat (A0, A1, A2, dan A3).

3 23 Data produksi padi pada berbagai perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat disajikan pada Tabel 6. Parameter yang digunakan dalam mengamati produksi padi adalah bobot gabah, bobot gabah bernas, dan jumlah gabah bernas. Tabel 6. Data Hasil Produksi Padi pada Berbagai Bobot Jumlah Persentase Bobot Peningkatan gabah gabah bobot gabah gabah produksi (g/pot) * bernas bernas bernas (%) (g/pot) (perpot) (%) A0 42,03a 39, ,27 0 A1 43,84a 39, ,65 04,31 A2 49,93a 48, ,26 18,80 A3 45,92a 42, ,49 09,26 A4 44,50a 40, ,07 05,88 A5 51,72a 47, ,48 23,05 A6 52,53a 47, ,36 24,98 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. * angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,01 (α = 1%) dengan uji lanjut Duncan. Berdasarkan Tabel 6, urutan perlakuan yang menghasilkan produksi padi dari tertinggi sampai yang paling rendah adalah A6>A5>A2>A3>A4>A1>A0. Berdasarkan data tersebut, produksi padi pada perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Produksi padi pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat dan tanaman kontrol sejalan dengan data perkembangan jumlah anakan padi. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap produksi padi, maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam terhadap produksi padi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Meskipun demikian, produksi padi menunjukkan data semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat.

4 Perubahan Nilai ph Tanah setelah Panen Pada Tabel 7 ditunjukkan ph tanah pada berbagai perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat setelah panen. Tabel 7. Hasil Analisis ph Tanah Setelah Panen Ulangan 1 4,60 5,60 6,40 6,95 5,60 5,20 5,20 Ulangan 2 4,90 5,70 5,50 7,30 5,00 5,20 5,40 Ulangan 3 5,00 5,90 6,00 6,80 5,80 5,20 5,40 Rata-rata 4,83 5,73 5,97 7,02 5,47 5,20 5,33 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Berdasarkan data pada Tabel 7, ph tanah menunjukkan nilai semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja. Pada perlakuan A0, ph tanah masih tergolong agak masam yaitu 4,83 kemudian terus meningkat mendekati ph normal dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja. terak baja dengan penambahan bahan humat menunjukkan peningkatan ph tanah pada kisaran 5,20 5,47. Peningkatan ph disebabkan oleh tingginya kandungan CaO pada terak baja, yaitu 53,36% (Tabel 2). Senyawa CaO bereaksi dengan H 2 O membentuk Ca 2+ dan 2OH -. Peningkatan konsentrasi OH - dalam larutan tanah mampu meningkatkan nilai ph tanah. Perbedaan nilai ph ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi hara dalam tanah. Peningkatan ph yang tinggi pada perlakuan A3 mencapai ph 7,3, justru menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini dikarenakan peningkatan ph antara 6 7 pada tanah yang disawahkan dapat meningkatkan fiksasi K dalam tanah, sehingga serapannya oleh tanaman akan semakin menurun (Agus et al., 2004). Kondisi ini sejalan dengan data pertumbuhan dan produksi padi. Pertumbuhan dan produksi padi pada perlakuan A3 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat (A4, A5, dan A6) tidak menunjukkan peningkatan nilai ph yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan pada ph di bawah 7, gugus karboksil pada bahan humat

5 25 mengalami disosiasi gugus OH - sehingga terjadi peningkatan konsentrasi H + pada larutan tanah (Tisdale dan Nelson, 1975) Konsentrasi Basa-basa Dapat Dipertukarkan (Ca, Mg, dan K) dalam Tanah setelah Panen dan Konsentrasi Ca, Mg, dan K pada Tanaman Pada Gambar 8 disajikan grafik konsentrasi basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, dan K) pada tanah setelah panen (a) dan konsentrasi Ca, Mg, dan K pada tanaman (b). Konsentrasi Ca, Mg dan K dalam tanah (me/100g) 1 8,00 6,00 4,00 2,00 a Ca Mg K Konsentrasi Ca, Mg dan K dalam tanaman (%) 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 b Ca Mg K setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 8. Konsentrasi Ca, Mg, dan K Dapat Dipertukarkan dalam Tanah Setelah Panen (a) dan Konsentrasi Ca, Mg, dan K pada Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 8a Konsentrasi basa-basa (Ca, Mg, dan K) semakin meningkat dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja

6 26 dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kalsium (Ca) merupakan basa dengan konsentrasi paling tinggi dalam contoh tanah setelah panen. Konsentrasi Ca pada perlakuan kontrol (A0) sangat rendah, kemudian meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Akan tetapi, grafik pada Gambar 8b menunjukkan bahwa konsentrasi Ca yang tinggi dalam tanah tidak berbanding lurus dengan konsentrasinya dalam tanaman. Hal ini disebabkan Ca merupakan unsur esensial sekunder, sehingga konsentrasinya dalam tanaman tidak sebanyak unsur P dan K yang merupakan unsur esensial primer bagi tanaman, dan tampaknya ada persaingan dengan Mg seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8a dan Gambar 8b. Tingginya konsentrasi Ca dalam tanah disebabkan oleh tingginya konsentrasi CaO pada terak baja (53,36%). Konsentrasi Mg dalam tanah setelah panen cenderung semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (Gambar 8a). Hal ini sejalan dengan konsentrasi Mg dalam tanaman. Grafik pada Gambar 8b menunjukkan bahwa konsentrasi Mg semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Demikian juga dengan konsentrasi kalium dalam tanah. Grafik pada gambar 8a menunjukkan bahwa konsentrasi kalium (K) dalam tanah semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Ada kecenderungan kadar K tanaman pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat lebih tinggi dibandingkan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat. Hal ini disebabkan kandungan K yang tinggi pada bahan humat yang berasal dari proses pembuatan bahan humat. Selain itu, tingginya konsentrasi Ca dalam tanah mampu menjadi kompetitor K untuk mengisi komplek jerapan tanah sehingga ketersediaan K meningkat. Kondisi ini sejalan dengan data produksi padi yang menunjukkan produksi padi pada perlakuan penambahan terak baja dengan bahan humat lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan penambahan terak baja tanpa bahan humat.

7 Konsentrasi P Tersedia dalam Tanah setelah Panen dan Konsentrasi P pada Tanaman Pada Gambar 9 disajikan grafik konsentrasi P tersedia dalam tanah setelah panen (a) dan konsentrasi P pada tanaman (b). 25,00 Konsentrasi P dalam tanah a 2 15,00 1 5,00 Konsentrasi P dalam tanaman (%) b 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 9. Konsentrasi P dalam Tanah Setelah Panen (a) dan Konsentrasi P pada Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 9a, konsentrasi P tersedia dalam tanah paling rendah pada perlakuan kontrol (A0), kemudian semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kondisi serupa juga tampak pada kadar P dalam tanaman. Grafik pada Gambar 9b menunjukkan bahwa konsentrasi P dalam tanaman semakin

8 28 meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kondisi ini sejalan dengan data pertumbuhan dan produksi padi yang cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Hal ini selain disebabkan oleh kandungan P pada terak baja, juga dapat disebabkan oleh tingginya kandungan SiO 2. Senyawa SiO 2 pada terak baja terhidrolisis membentuk anion SiO 4 4- yang mampu mendorong anion P sehingga P dibebaskan ke dalam larutan tanah (Kristen dan Erstad, 1996). Terdapat kecenderungan kadar P pada tanaman semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat. Hal ini dapat dijelaskan oleh Mendez et al. (2004), bahwa bahan humat tepatnya asam humik mampu menjadi media kolonisasi mikroflora. Kemudian mikroflora mengeluarkan enzim yang dapat menjadi katalis terurainya besi dan fosfor pada komplek Fe-P yang tidak larut, serta kalsium dan fosfor pada komplek Ca-P yang tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman Konsentrasi Cu dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Cu pada Tanaman Pada Gambar 10 disajikan konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Cu pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Cu dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan grafik pada Gambar 10a, konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai konsentrasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kemudian semakin menurun dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Jika hal ini dihubungkan dengan grafik pada Gambar 10b, penurunan konsentrasi Cu pada tanah sebagian besar bukan disebabkan terserap tanaman. Karena kadar Cu pada tanaman tidak menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian terak baja.

9 29 a Konsentrasi Cu dalam tanah 0,16 0,14 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Cu dalam tanaman b 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 10. Konsentrasi Cu dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen (a) serta Konsentrasi Cu pada Tanaman (b) Penurunan konsentrasi Cu pada tanah dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 lebih disebabkan mekanisme kimia yang terjadi di dalam tanah. Meningkatnya ph tanah (Tabel 7) dapat menekan mobilitas Cu, kemudian Cu mengendap dan ditrasnsformasikan kedalam bentuk yang terikat hidroksida dan khelat bahan organik. Tingginya konsentrasi Ca 2+ dalam tanah dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja juga sangat berpengaruh terhadap mobilitas Cu. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Ca 2+ menjadi kompetitor Cu dalam mengisi permukaan liat. Pada perlakuan pemberian terak baja dengan

10 30 penambahan bahan humat (A4, A5 dan A6) konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 konsentrasinya sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Cu ditransformasikan ke dalam bentuk yang terikat dalam khelat bahan organik. Nguyen et al. (2010) menyatakan bahwa bahan humat mampu menyerap Cu, Zn, dan Pb lima kali lebih tinggi dibandingkan oleh permukaan mineral liat Konsentrasi Zn dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Zn pada Tanaman Pada Gambar 11 disajikan konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Zn pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Zn dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan grafik pada Gambar 11a, konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi Cu. Konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai konsentrasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kemudian semakin menurun dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Jika hal ini dihubungkan dengan grafik pada Gambar 11b, penurunan konsentrasi Zn pada tanah sebagian besar bukan disebabkan terserap tanaman. Karena kadar Zn pada tanaman tidak menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian terak baja. Konsentrasi Zn yang cenderung lebih tinggi dibandingkan Cu dikarenakan mobilitas Zn yang lebih tinggi. Bersama dengan Ca 2+, Zn juga mampu menjadi kompetitor Cu dan Pb mengisi permukaan liat. Hanya saja gaya elektrostatik yang ditimbulkan antara Zn dengan permukaan liat lebih besar dibandingkan dengan Cu dan Pb, sehingga konsentrasinya pada fraksi yang terekstrak MgCl 2 lebih tinggi.

11 31 Konsentrasi Zn dalam tanah a 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Zn dalam tanaman b 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 11. Konsentrasi Zn dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah setelah Panen (a) serta Konsentrasi Zn pada Tanaman (b) 4.7. Konsentrasi Pb dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Pb pada Tanaman Pada Gambar 12 disajikan konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Pb pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Pb dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan.

12 32 Logam berat Pb digunakan sebagai representasi kandungan logam berat dalam tanah, meskipun Pb tidak terdeteksi pada hasil analisis kimia terak baja (Tabel 3). Akan tetapi, berdasarkan hasil pada Gambar 12a Pb terukur dalam tanah setelah panen. Hal ini dimungkinkan Pb sudah ada pada tanah awal. Konsentrasi Pb dalam tanah a 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Pb dalam tanaman b 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 12. Konsentrasi Pb dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen (a) serta Konsentrasi Pb dalam Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 12a, konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan Cu dan Zn. Konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan

13 33 terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Kemudian terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Konsentrasi Pb yang meningkat dari tanah awal bukan berasal dari terak baja, melainkan diduga berasal dari penambahan lain atau pada tanah awal sudah mengandung Pb meskipun dalam kadar yang sangat kecil. Konsentrasi Pb dalam tanah setelah dilakukan penanaman yang sangat rendah sejalan dengan konsentrasi Pb dalam tanaman. Berdasarkan grafik pada Gambar 12b, konsentrasi Pb pada tanaman sangat rendah pada seluruh perlakuan pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Penurunan konsentrasi Pb dalam tanah lebih disebabkan oleh meningkatnya ph tanah (Tabel 7). Pengikatan Pb oleh hidroksida meningkat dengan meningkatnya ph tanah (Darmawan dan Wada, 1999). Konsentrasi Pb yang semakin rendah pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat selain disebabkan meningkatnya ph tanah juga disebabkan Pb terikat dengan bahan humat dalam betuk khelat bahan organik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Tanah Awal Menurut klasifikasi United State Departement of Agriculture (USDA) tanah gambut termasuk orde Histosol. Tabel 5 menunjukkan sifat kimia tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TERAK BAJA DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAHAN HUMAT TERHADAP PRODUKSI PADI DAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH KHOIRUL MUNA A

PENGARUH PEMBERIAN TERAK BAJA DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAHAN HUMAT TERHADAP PRODUKSI PADI DAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH KHOIRUL MUNA A 1 PENGARUH PEMBERIAN TERAK BAJA DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAHAN HUMAT TERHADAP PRODUKSI PADI DAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH KHOIRUL MUNA A14070102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terak Baja 2.1.1. Pengertian dan Pembentukan Terak Baja Terak baja merupakan hasil samping dari proses pemurnian besi cair dalam industri baja. Menurut Tisdale dan Nelson (1975),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Celawan Kec. Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa Pusaka Kencana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tanah. Hal tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk UZA dan Pupuk Urea Pril Ditinjau dari Laju Konsentrasi Amonium dan Nitrat yang Terbentuk Perbandingan laju pelepasan nitrogen dari pupuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Bobot Segar Daun, Akar, dan Daun + Akar Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8, 9 dan 10), pemberian pupuk Mikro-Biostimulant Cair berpengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi dilakukan pada bulan Oktober 2011 (Gambar Lampiran 1). Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Tanah Masam Tanah tanah masam di Indonesia sebagian besar termasuk ke dalam ordo ksisol dan Ultisol. Tanah tanah masam biasa dijumpai di daerah iklim basah. Dalam keadaan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Dinamika unsur N pada berbagai sistem pengelolaan padi sawah tanah Inseptisol, Jakenan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Dinamika unsur N pada berbagai sistem pengelolaan padi sawah tanah Inseptisol, Jakenan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Dinamika Unsur Hara pada Berbagai Sistem Pengelolaan Padi Sawah 4.1.1. Dinamika unsur N Gambar 12 menunjukkan dinamika unsur nitrogen di dalam tanah pada berbagai sistem pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut 4 perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan emisi CH 4. HASIL a. Fluks CH 4 selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian USU dan di Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

SP-36 PADA ULTISOL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Z

SP-36 PADA ULTISOL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Z KJIN CR INKUBSI BHN HUMT DRI BTUBR MUD (Subbituminus) DENGN SP-36 PD ULTISOL UNTUK MENINGKTKN KETERSEDIN P DN HSIL TNMN JGUNG (Zea mays L) RTIKEL Oleh : MIGUSNWTI, SP. MP PROGRM PSCSRJN UNIVERSITS NDLS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Serbuk Simplisia CAF dan RSR Sampel bionutrien yang digunakan adalah simplisia CAF dan RSR. Sampel terlebih dahulu dibersihkan dari pengotor seperti debu dan tanah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph dan Komposisi Kimia Pelarut serta Ukuran Butir Batuan Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan (kontrol), asam humat gambut (AHG) dan asam humat lignit (AHL) menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 212 sampai dengan September 212. Penelitian terdiri dari 2 percobaan, yaitu (1) Percobaan inkubasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 26-37 Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi

Lebih terperinci