Market Intelligence. HS0302 Fish, Fresh or Chilled

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Market Intelligence. HS0302 Fish, Fresh or Chilled"

Transkripsi

1 Market Intelligence HS0302 Fish, Fresh or Chilled ITPC Osaka 2016

2 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II POTENSI PRODUK HS0302 DI PASAR JEPANG Karakteristik Produk HS 0302 di Pasar Jepang Profil Konsumsi Produk HS0302 di Pasar Jepang 15 BAB III INFORMASI PASAR Tren Konsumsi HS0302 di Jepang Segmentasi pasar dan profil pengguna Perilaku Pembeli Akhir 21 BAB IV INFORMASI PERDAGANGAN Impor Produk HS0302 di Jepang Analisa Pesaing Peran Indonesia dalam Ekspor Produk HS0302 ke Jepang Saluran Distribusi Produk HS BAB V STRATEGI PERDAGANGAN 43 BAB IV INFORMASI PENTING 47 Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 1

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Produk Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat penting. Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6.03persen dan persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar. Pemberantasan illegal fishing yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah mulai sangat kelihatan. Pendapatan dari Para nelayan lokal di timur Indonesia bisa dapat ikan ukuran jumbo.jepang termasuk salah satu pembeli Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 2

4 utama ikan tuna dari Indonesia. Misalnya di tahun 2013, ekspor ikan tuna ke Jepang mencapai US$ 170 juta. Berbeda dari negara lainnya, Jepang memiliki perhitungan harga tersendiri untuk membeli ikan tuna dari Indonesia. Harga termurah yang ditawarkan Jepang untuk ikan tuna asal Indonesia adalah 900 yen/kg atau setara Rp Fresh tuna jenis Bluefin, Bigeye dan Yelowfin hampir 80% ekspor ke Jepang harga bisa bervariatif dari 900 yen sampai seterusnya tergantung dari mutu ikan yang masuk great sashimi, kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putro kepada Media Online, Rabu (24/6/2015). Sementara itu, nilai jual tertinggi ikan tuna asal Indonesia di Jepang harganya mencapai yen/kg atau setara Rp /kg. Ikan tuna asal Indonesia yang diekspor ke Jepang biasanya berukuran 25 kg. 900 yen per kg itu terendah, (tertinggi) bisa sampai yen dan yang paling mahal jenis Blue Fin ini terendah bisa yen per kg, Sedangkan, Jepang juga masih menerima tuna-tuna yang di-reject dan tidak sesuai dengan spesifikasi great sashimi. Meski harga jualnya cukup rendah, tetapi bila dibandingkan harga jual di dalam negeri tidak sebanding. Yang bisa diekspor minimal 25 kg up (ke atas) per ekor. Kalau harga yang paling penting mutu kualitas ikan. Kalau mutu jelek harga bisa jelek juga bisa 400 atau 500 yen per kg, berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar. Tingginya permintaan ikan tuna di pasar internasional membuat peran industri ikan tangkap jenis ikan tuna Indonesia menjadi semakin penting dan strategis. Tingginya volume ekspor ikan tuna menandakan bahwa ikan tuna Indonesia diterima baik di pasar internasional, satu diantaranya ialah pasar Jepang. Kebudayaan Jepang Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 3

5 mengkonsumsi ikan tuna membuat Jepang menjadi tujuan utama ekspor ikan tuna Indonesia.Komoditas ekspor perikanan Indonesia ke Negara Jepang di dominasi oleh Ikan Tuna sebesar 33% (Statistikdekspor hasil perikanansmenurut Komoditi dansnegara tujuan tahund2012,2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi volume ekpor ikan tuna Indonesia ke Jepang, diantaranya ialah harga ekspor dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.Harga ikan tuna Indonesia di Jepang sangat berfluktuasi karena penentuan harga menggunakan sistem lelang. Fluktuasi harga dapat mempengaruhi keuntungan dan biaya yang akan digunakan. Selain itu, harga juga menjadi faktor penentu permintaan karena berkaitan dengan kemampuan daya beli pembeli. Nilai tukar rupiah juga dapat mempengaruhi volume ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang.Fluktuasi nilai tukar dapat berdampak pada harga komoditas dan mempengaruhi keuntungan eksportir Potensi HS0302 ke Jepang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat penting. Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai US$ juta. Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 4

6 sebesar 6.03persen dan persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar. Sebagai negara archipelago, rakyat Jepang terbiasa mengkonsumsi makanan laut sebagai santapan sehari-hari dalam kehidupannya. Walaupun dalam perkembangannya baru-baru ini ditemukan fakta yang menarik bahwa rakyat muda Jepang mulai beralih mengkonsumsi daging dibandingkan makanan laut, namun pergeseran konsumsi tersebut tidak lebih dari tekanan harga makanan laut yang meningkat cepat dipasar Jepang dibandingkan harga daging (ayam, sapi atau babi) yang relatif lebih murah dibandingkan produk seafood. Peningkatan harga tersebut disebabkan menurunnya aktivitas ekonomi sektor perikanan yang menyebabkan penurunan supply produk seafood di Jepang. Grafik 1 memperlihatkan bagaimana jumlah pekerja yang terlibat di dalam sektor perikanan turun sekitar 75% dalam waktu 50 tahun. Grafik 1 Jumlah Pekerja yang Terlibat di Sektor Perikanan Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 5

7 Sementara harga ikan meningkat perlahan walau tidak signifikan. Sebagai contoh grafik 2 memperlihatkan harga ikan belut ( うなぎ ) dalam kurun waktu 4 tahun, sumbu Y mewakili harga ikan belut dala Yen Jepang per kilogram. Bisa ditafsirkan, harga ikan di jepang sangat mahal walaupun negara Jepang adalah negara kepulauan. Jika dirupiahkan, harga ikan lele di Jepang mencapai Rp 348,000 per Kilogramnya, dibandingkan dengan harga pasaran ikan lele di Indonesia yang hanya Rp 12,500 per Kilogramnya. Tentunya perbedaan harga sebesar 27x lipat tentunya sangat menarik untuk dijadikan komoditas ekspor dari Indonesia karena margin keuntungan sangat tinggi sekali. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 6

8 Grafik 2 Harga Ikan Lele (JPY/Kg) di Pasaran Jepang Potensi kekayaan laut Indonesia sangat tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu dalam market inteligent kali ini akan dibahas potensi ekspor makanan laut khususnya barang ekspor dengan kode HS 0302 (Fish, Fresh or Chilled) ke Jepang. Bila dilihat dari statistik perdagangan Jepang untuk produk dengan kode HS 0302, dapat dilihat pada grafik 3, bahwa penguasa market share untuk ekspor produk HS 0302 adalah norwegia dengan 34,7% dari total impor produk HS 0302 oleh Jepang, yang sebesar Ton. Sementara Indonesia sebagai penguasa market share kedua menguasi sebesar 11,8% dari total impor produk HS Diikuti Mexico dengan porsi market share sebesar 10,5% dan Korea Selatan dengan porsi market share 9,5%. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 7

9 Grafik 3 Market Share Impor Produk HS0302 oleh Jepang Jika dirinci lebih lanjut, ada 22 kode produk turunan dari HS 0302, namun dari 22 jenis produk tersebut, hanya 4 produk turunan yang diimpor oleh Jepang dari Indonesia, yaitu produk HS , HS , HS dan HS Tabel 1 Detil Impor Jepang dari Indonesia untuk Produk HS 0302 Impor Jepang dari Indonesia Kode Persentase Product Label Nilai di Produk Pertumbuhan dari Impor dari 2015, USD Pertahun total impor Ribu HS0302, % ' ' ' bigeye tunas "Thunnus obesus", segar atau beku yellowfin tunas "Thunnus albacares", segar atau beku Southern bluefin tunas "Thunnus maccoyii", segar atau beku ' fish, n.e.s.,, segar atau beku Berdasarkan data tabel 1, dapat dipastikan Jepang hanya mengimpor Ikan Tuna (HS0302) dimana persentasenya mencapai 99,9% dari total impor Jepang untuk produk Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 8

10 HS Porsi terbesar impor jepang adalah Ikan tuna bermata besar (Thunnus Obesus) dengan persentasenya 59,4% dari total impor HS 0302, diikuti dengan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan ikan tuna sirip biru (Thunnus Maccoyii), namun sangat disayangkan impor jepang untuk 2 komoditi teratas ini menurun dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya menjadi motivasi untuk memacu produk HS 0302 dari Indonesia untuk lebih ditingkatkan volume perdagangannya. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 9

11 BAB II POTENSI PRODUK HS 0302 DI PASAR JEPANG Dalam bab sebelumnya, sudah diberikan analisa mengenai justifikasi pemilihan produk HS 0302 untuk dipasarkan di Jepang. Dalam Bab ini dibahas mengenai detil produk HS 0302 di pasar Jepang dan kriteria produk HS 0302 yang dipasarkan di Jepang. Konsumsi ikan orang Jepang untuk ikan rata rata adalah 60 kilogram per orang per tahun. Dengan tingkat konsumsi ikan yang cukup banyak maka Jepang merupakan pasar yang sangat potensial untuk ikan Karakteristik Produk HS 0302 di Pasar Jepang Dalam turunannya, ada 22 produk turunan HS 0302 yang dikenal, namun berdasarkan data impor jepang, hanya 10 produk yang di impor dan dikonsumsi oleh masyarakat Jepang. Adapun detil dari 10 produk adalah sebagai berikut: 1. HS ; Atlantic salmon "Salmo salar" dan Danube salmon "Hucho hucho", fresh/beku Salmon atlantik (Salmon Salar) merupakan salmon yang mempunyai habitat hidup di Atlantik Utara, besarnya rata-rata cm dan beratnya mencapai kg. Ikan ini mempunyai siklus hidup yang unik yaitu bermigrasi dari laut (air asin) menuju sungai (air tawar). Salmon berkualitas tinggi mempunyai daging berwarna kemerahan. Semakin kemerahan warna dagingnya maka harga jual salmon tersebut meningkat. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 10

12 2. HS ; Atlantik dan Pasifik Tuna Sirip Biru (Bluefin Tuna Thunnus Orientalis) fresh/beku Ikan Tuna sirip biru pasifik (Thunnus Orientalis) atau dikenal dalam bahasa jepang 大西洋黒マグロ (Taiseiyoukuromaguro) merupakan ikan yang banyak dijumpai di Samudra Pasifik Utara. Panjangnya 1,5-2m dan beratnya lebih dari 160 Kg (maksimal 500 kg). Persebarannya di Kepulauan Jepang, laut Filipina dan perairan Papua. 80% hasil tangkapan Ikan Tuna Sirip Biru dikonsumsi di Jepang, karena dagingnya sangat enak dan cocok untuk sashimi dan sushi, dan dijual dengan harga tinggi. Dalam waktu tertentu, khususnya hari pertama tahun baru di Jepang, mengkonsumsi ikan tuna sirip biru merupakan pertanda kehidupan yang baik. Pelelangan Tuna sirip biru di Pasar Tsukiji pada hari pertama tahun baru biasanya melebihi harga wajarnya. Pernah tercatat pada pelelangan ikan tuna sirip biru seberat 222 kg di hari tahun baru, mencetak rekor tuna termahal dengan harga 703,167 per kilogram (Rp 90 juta per kilogram) 3. HS ; Big eye Tuna Thunnus Obesus, fresh/beku Big eye tuna merupakan ikan yang banyak dijumpai di laut tropis terutama laut pasifik. Panjangnya mencapai cm saat dewasa dengan berat maksimal 180 kg. Big eye Tuna mempunyai tekstur daging yang kenyal dan liat sehingga cocok dimakan sebagai sashimi atau topping dalam nasi mangkuk (bowlrice). 4. HS ; fresh or chilled fish, n.e.s Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 11

13 Kategori ini adalah kategori ikan jenis belut dan hiu segar atau beku yang masuk kode HS0302. Ikan ini marak dikonsumsi oleh masyarakat Jepang karena rasanya sangat enak dan dikonsumsi dengan nasi mangkuk ricebowl. Harganya cukup tinggi, sebagai gambaran harga ricebowl dengan lele ( うなぎドン ) rata-rata berkisar 880 perporsi. 5. HS ; Tuna Sirip Kuning Thunnus Albacares, fresh/beku Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares) atau dalam bahasa jepang dikenal sebagai 黄肌マグロ (Kihada Maguro) berhabitat sama dengan ikan tuna sirip biru, namun dengan populasi yang lebih sedikit. Beratnya lebih kecil dari tuna sirip biru yaitu maksimal 180 kg. Ikan tuna sirip kuning mempunyai daging berwarna keputihan. Dalam pasar jepang, daging tuna sirip kuning ada 2 jenis grade, yaitu sashimi grade dan other grade. Daging sashimi grade mempunyai nilai jual lebih tinggi. Harga sashimi grade mencapai 3500 per kilogram. Sashimi grade sangat cocok untuk dijual ke restoran sashimi dan other grade dapat diolah menjadi masakan ikan panggang (grilled) atau dihidangkan dengan kecap asin. 6. HS ; Tuna Sirip Biru Tenggara Thunnus Maccoyii Ikan Tuna Sirip Biru Tenggara atau dalam bahasa Jepangnya dikenal dengan 黒マグロ (Kuro Maguro). Ikan tuna jenis ini merupakan konsumsi yang cukup langka karena populasinya sangat terbatas sehingga penangkapannya dibatasi. Hanya restoran-restoran khusus yang menyajikan tuna jenis ini. Harganya sangat fantastis, Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 12

14 yaitu per kilogram. 7. HS ; fish Liver and Roe; fresh/beku Fish liver and roe atau dikenal juga dengan telur ikan, atau untuk jenis tertentu dikenal sebagai caviar. Jepang merupakan negara terbesar pengkonsumsi telur ikan. Telur ikan diolah menjadi sushi, ricebowl, atau dimakan mentah. Jenis-jenis olahan telur ikan yang dikonsumsi masyarakat adalah sebagai berikut: イクラ (Ikura) adalah telur ikan salmon berwarna kemerahan, dikonsumsi dalam bentuk sushi atau rice bowl すじこ (Sujiko) merupakan bentuk lain dari ikura namun lebih halus 数の子 (Kazu no ko) adalah telur ikan herring, dikonsumsi dalam bentuk sushi 明太子 (mentaiko) adalah telur ikan cod dengan bumbu cabe merah yang diasinkan, dikonsumsi dalam bentuk sushi atau isian onigiri 鱈子 (tarako) adalah telur ikan kod yang hanya diasinkan Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 13

15 飛び子 (tobiko) adalah telur ikan terbang (flying fish), sangat enak dikonsumsi dalam bentuk sushi 雲丹 (uni), bisa dikatakan isi dari landak laut (sea urchin). Masyarakat Jepang mengkonsumsinya dalam bentuk sushi atau dimakan mentah-mentah (sashimi) Harga telur ikan jika masih segar sangat tinggi, yaitu 2760 per 200 gr. Tentunya harga telur ikan berbeda dari jenis telur dan kelangkaan barangnya. 8. HS ; Ikan Trout Salmo Trutta Salmo trutta, Oncorhynchus mykiss, Oncorhynchus clarki, Oncorhynchus... ; fresh/beku Ikan trout (salmo trutta), dalam bahasa jepang 鱒 (masu) atau masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai ikan sarden, banyak ditemukan di perairan artik (eropa utara). Ikan ini dikonsumsi masyarakat Jepang dengan dipanggang (grilled) 9. HS Ikan Pasifik Salmon Oncorhynchus nerka, Oncorhynchus gorbuscha, Oncorhynchus keta,...; fresh/beku Ikan Pasifik Salmon atau salmon merah merupakan ikan yang banyak ditemukan di perairan atlantik (daerah kutub), ikan ini hanya ditemukan di perairan Kanada, Norwegia, dan utara Hokkaido (Jepang). Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 14

16 Masyarakat jepang mengkonsumsinya dengan diasapi (smoked fish). 10. HS ; Ikan Pedang Xiphias Gladius ; fresh/beku Ikan Pedang/Swordfish (Xiphias Gladius) atau dalam bahasa jepangnya 眼梶木 (mekajiki), ikan ini biasa ditemukan di daerah tropis, khususnya laut atlantik, pasifik, dan samudra india. Panjangnya rata-rata 3 m dan beratnya mencapai 650 kg. Selain di Jepang, ikan ini marak dikonsumsi di Amerika dan Eropa. Di Jepang ikan pedang dikonsumsi biasanya dalam bentuk steak ikan atau dipanggang. Bermacam-macam olahan makanan dapat dibuat dari ikan ini Profil Konsumsi Produk HS 0302 di Pasar Jepang Konsumen dari produk HS 0302 bervariasi, mulai dari konsumen rumah tangga, restoran, dan industri makanan. Adapun produk-produk olahan dari HS 0302 di Pasar Jepang adalah sebagai berikut: Sashimi Sushi Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 15

17 Grilled Fish Bentou Family Lunch Steak Ikan Onigiri Nugget Rice Bowl 花かつお Tuna Kering Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 16

18 BAB III INFORMASI PASAR Bab ini membahas informasi pasar produk HS 0302 di Jepang. Bab ini terdiri dari trend produk HS0302 di Jepang, Segmentasi dan profil pengguna, dan perilaku pembeli Trend dan Prospek Konsumsi HS0302 di Jepang Dalam beberapa tahun terakhir konsumsi seafood di Jepang mengalami penurunan, karena preferensi rasa konsumer di Jepang perlahan-lahan beralih menuju konsumsi daging (ayam, sapi, dan babi). Namun berdasarkan hasil laporan oleh FAO, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga ikan akibat turunnya supply domestik menyebabkan konsumer terpaksa beralih mengkonsumsi daging. Suramnya ekonomi jepang juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan income masyarakat Jepang. Hal tersebut menjelaskan atas rasionalisasi ekonomi masyarakat memilih mengkonsumsi daging yang lebih murah. Grafik 5 memperlihatkan pertumbuhan produksi sektor perikanan pada 10 negara pengekspor ikan dari tahun ke tahun. Jepang dan Indonesia termasuk negara Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 17

19 pengekspor ikan sehingga ada kompetisi antara kedua negara ini. Namun dalam 10 tahun terakhir, produksi ikan di Jepang mengalami penurunan sebesar 20% sementara Indonesia mengalami kenaikan produksi sebesar 26%. Penurunan produksi di Jepang disebabkan beberapa komoditas produksi khususnya ikan tuna semakin sulit ditemui di perairan dan mengalami kelangkaan. Akibatnya Jepang mengalami kekurangan supply ikan tuna. Grafik 5 Pertumbuhan Produksi Perikanan 10 Negara Pengekspor Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 18

20 Namun berkurangnya konsumsi seafood tidak serta merta dapat memberikan equillibrium pada pasar di Jepang, walaupun permintaan tuna menurun, namun penurunan supply tuna lebih hebat sehingga menyebabkan lonjakan harga Ikan tuna. Pasar Tsukiji adalah pasar pelelangan ikan di Tokyo, yang menjadi saksi lonjakan harga ikan tuna yang hebat. Sebagaimana pernah dideskripsikan pada Bab II, pasar Tsukiji pernah berhasil melelang seekor ikan tuna sirip biru dengan harga mencapai Rp 20 Milliar atau Rp 90 juta per kilogram. Kenaikan harga dipicu oleh berkurangnya supply domestik tuna di Jepang sendiri dan Filipina sebagai partner ekspor Jepang untuk mengekspor tuna mengalami kesulitan pengiriman tuna. Hal ini berakibat Jepang meminta Indonesia untuk menjadi partner seller untuk impor tuna. Sebagaimana pernah dimuat dalam berita tempo tanggal 13 februari 2016, duta besar Jepang meminta Indonesia untuk memasok tuna ke negara mereka Segmentasi pasar dan profil pengguna Masyarakat Jepang sudah terkenal dengan kebudayaan mereka yang gemar makan ikan. Mereka mempercayai protein dari ikan memberikan khasiat lebih untuk stamina dan Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 19

21 kecerdasan mereka. Masyarakat jepang juga mempercayai ikan yang dikonsumsi dalam keadaaan masih fresh memiliki nutrisi lebih tinggi dibandingkan ikan yang dibekukan. Oleh karena itu pasar menghargai harga ikan fresh lebih tinggi daripada ikan beku. Fokus lain adalah pengkonsumsi ikan terbesar adalah penduduk berumur lanjut, karena mereka masih gemar mempertahankan budaya jepang dengan mengkonsumsi banyak ikan. Sementara kaum muda jepang sudah tidak memikirkan kebudayaan tersebut sehingga mereka lebih sedikit mengkonsumsi ikan. Menurut statistik kependudukan, struktur piramida penduduk Jepang sudah membentuk cembung ditengah, yaitu jumlah penduduk tua lebih banyak dibandingkan penduduk muda. Oleh karena itu konsumsi ikan masih favorit di Jepang. Sementara dilihat dari persebaran penduduk Jepang, populasi penduduk Jepang terlihat berkonsentrasi di Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Kemudian bisa dihubungkan bahwa Tokyo dan Osaka merupakan kota metropolitan yang terletak di daerah pelabuhan, kemudian dua pasar pelelangan ikan di Jepang berada di dua kota tersebut. Gambar 1 Persebaran Penduduk Jepang Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 20

22 Dapat diasumsikan bahwa target pasar untuk ekspor ikan berada pada dua wilayah ini. Lokasi kedua kota yang berada di pelabuhan memungkinkan ikan yang diekspor masih dalam kondisi segar dan tidak perlu memerlukan biaya transportasi tambahan melalui pengangkutan darat. Kemudian berdasarkan persebaran income penduduk Jepang, masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi tersebar pada 4 wilayah, Tokyo, Yokohama, Nagoya dan Osaka. Oleh karena itu jika mentargetkan pada konsumen yang berpendapatan Perilaku Pembeli Akhir Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 21

23 Masyarakat mengkonsumsi ikan secara musiman, tiap bulan ikan yang dijual tentunya berganti-ganti. Pasar pelelangan ikan Tsukiji mengumumkan jadwal ikan-ikan apa saja yang dijual setiap bulannya. Jadwal jenis ikan-ikan yang dijual adalah sebagai berikut: Jenis Produk Spring Summer Autumn Winter Ikan Trout X Oval Squid X Manila Clan X Tilefish X Sweetfish X Cumi-cumi X X X Telur Ikan X (Ikura) Japanese X Mackerel Udang X X X Gurita X Belut X Tuna Tuna Sirip X X Biru Tenggara Tuna Sirip X X Kuning Big Eye Tuna X X Skipjack Tuna X X Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 22

24 BAB IV INFORMASI PERDAGANGAN Bab ini membahas informasi tentang kegiatan dan kebijakan perdagangan produk HS 0302 di negara Jepang, dalam bab ini membahas impor produk HS0302 oleh Jepang, analisa pesaing, peran Indonesia dalam ekspor produk, dan saluran distribusi produk HS Impor Produk HS0302 di Jepang Impor Jepang untuk produk HS0302 mengalami tren penurunan dari tahun 2011 hingga tahun Penurunan impor disebabkan melemahnya permintaan dalam negeri Jepang. Norwegia merupakan negara pemasok dengan volume terbesar untuk HS0302, dengan komoditi andalannya salmon dan ikan trout. Sementara Indonesia merupakan pemasok kedua terbesar dengan komoditas andalan Big Eye Tuna, Tuna Sirip Biru dan Tuna Sirip Kuning. Pemasok dengan volume terbesar ketiga adalah Mexico dengan produk andalan mereka Tuna Sirip Biru. Grafik 6 Tren Volume Impor HS 0302 di Jepang Jika dilihat lebih dalam menjadi kode 6 digit, impor jepang terbanyak untuk Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 23

25 produk HS0302 adalah HS030214, yaitu ikan salmon atlantik dan danube salmon. Sebanyak 39% porsi impor pada produk ini. Hal ini memperkuat posisi Norwegia sebagai pemasok terbesar untuk produk HS0302. Kemudian porsi kedua terbesar adalah Tuna Sirip Biru sebesar 17%, dimana pemasok utama produk ini adalah Mexico. Kemudian diikuti HS030234, yaitu Big Eye Tuna sebesar 15%. Pemasok terbesar produk ini adalah Indonesia. Gambar 2 Porsi Impor Jepang untuk Produk HS0302, dirinci 6 digit Tabel 2 memberikan informasi mengenai negara-negara pemasok utama dari rincian 6 digit produk HS0302. Negara Indonesia sendiri menjadi market leader untuk produksi ikan big eye tuna dan Ikan Tuna Sirip Kuning, selain itu Indonesia juga memiliki posisi penting sebagai 3 besar pemasok ikan pedang (swordfish) di Jepang. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 24

26 Tabel 2 Market Leader Produk HS 0302XX (6 digit) Produk HS ; Atlantic salmon "Salmo salar" dan Danube salmon "Hucho hucho", fresh/beku Pemasok utama produk ini adalah Norwegia (82%) dan diikuti Australia. Hal ini dikarenakan jenis ikan ini hanya hidup di perairan sub tropis Pemasok Utama HS ; Atlantik dan Pasifik Tuna Sirip Biru (Bluefin Tuna Thunnus Orientalis) fresh/beku Pemasok utama produk ini adalah Mexico (64%) dan diikuti Kanada (11%) dan Amerika (8%) HS ; Big eye Tuna Thunnus Obesus, fresh/beku Pemasok utama dari Produk Big Eye Tuna adalah Indonesia (59,5%), Australia (9,1%) dan diikuti Thailand (8,2%) HS ; fresh or chilled fish, n.e.s Pemasok utama dari produk ini adalah Korea Selatan (77,7%), China (16,5%) dan Rusia (5%). Kategori ini meliputi Unagi, Iwashi, Aji, Saba dan ikan-ikan air tawar yang khusus ditemukan di perairan asia timur Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 25

27 Produk HS ; Tuna Sirip Kuning Thunnus Albacares, fresh/beku Pemasok utama produk ini adalah Indonesia (29,2%), Thailand (12,3%), Taiwan (10,2%), Papua Nugini (7,8%) dan Palau (7,4%) Pemasok Utama HS ; Tuna Sirip Biru Tenggara Thunnus Maccoyii Jepang mengimpor 83% dari total impor dunia untuk produk ini. Pemasok utama adalah Australia (55,5%), New Zealand (34,6%), dan Indonesia (9,4%) HS ; fish Liver and Roe; fresh/beku Jepang mengimpor 24% dari world import, pemasok terbesar adalah Amerika Serikat (66,2%) dan China (33,3%) HS ; Ikan Trout Salmo Trutta Salmo trutta, Oncorhynchus mykiss, Oncorhynchus clarki, Oncorhynchus... ; fresh/beku Pemasok utama untuk produk ini adalah Norwegia (87%), Australia (12.1%), dan UK (0.7%) Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 26

28 Produk HS ; Ikan Pedang Xiphias Gladius ; fresh/beku Market leader untuk produk ini adalah Sri Lanka (49,8%), diikuti oleh Australia (35.5%) dan Indonesia (9,3%) Pemasok Utama 4.2. Analisa Pesaing Untuk analisa pesaing, dipilih negara competitor yang dapat dikomparasi secara apple to apple. Setiap negara memiliki kekayaan alam yang bervariasi dan produk unggulan mereka juga berbeda sesuai dengan letak lokasi negara tersebut. Oleh karena itu, negara kutub dan subtropis seperti Norwegia, Kanada dan Rusia bukan perbandingan sepadan bagi Indonesia karena produk mereka seperti Ikan Salmon, Ikan Trout dan Telur ikan (Cod, Salmon, Caviar) merupakan kekayaan alam khusus negara tersebut dan tidak akan ditemukan di Indonesia. Sementara negara Korea dan China juga memiliki produk khas seperti ikan saba, unagi, dan fugu yang memiliki kekhasan asia timur yang tidak bisa disamakan dengan spesies yang sama dengan Indonesia. Oleh karena itu pesaing yang dipilih adalah Australia dan Thailand. a. Australia Indonesia dan Australia berkompetisi ketat untuk mengekspor produk HS0302 khususnya produk Big Eye Tuna, Tuna Sirip Biru Tenggara dan Ikan Pedang (swordfish). Untuk produk jenis ini penambah nilai tambah adalah kesegaran ikan, sehingga packaging, desain dan branding tidak memiliki pengaruh banyak untuk nilai tambah produk ini. Sehingga penentu persaingan kedua negara ini Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 27

29 adalah teknologi pengangkut ikan. Indonesia memiliki posisi menguntungkan karena secara geografis lebih dekat ke Jepang, sehingga dapat sampai lebih dahulu dibanding Australia untuk pengiriman ikan. Namun secara Teknologi Indonesia belum siap untuk pembekuan ikan dan masih sedikitnya kapal pengangkut ikan fresh jarak jauh. Secara statistik, ekspor Australia ke Jepang untuk produk HS0302 menurun dari tahun ke tahun namun penurunannya tidak secepat penurunan ekspor Indonesia. Penurunan ekspor Indonesia tidak dikarenakan kalahnya kualitas produk Indonesia dibanding Australia, namun dikarenakan penataan kembali kebijakan ekspor kekayaan laut internal pemerintah dan restukturisasi bisnis perikanan di Indonesia yang menyebabkan turunnya supply dari Indonesia. b. Thailand Walaupun Thailand masih dibawah Indonesia untuk ekspor tuna ke Jepang, namun Thailand harus diwaspadai karena kedekatan Samudra dan kekayaan alam yang mirip dengan Indonesia, kelak dominasi Indonesia bisa saja disalip oleh Thailand. Indonesia memiliki luas laut yang lebih luas daripada Thailand namun luas area tangkap tuna Thaland mencapai Ha sementara Indonesia hanya Ha. Hal ini menyebabkan produksi Tuna Thailand meningkat pesat dari 128 ton pada 2013, menjadi 826 ton pada tahun 2015, tepat satu peringkat dibawah Indonesia. Selain itu, walau tidak berhubungan dengan produk HS0302, Thailand punya produk Tuna Kaleng (tidak termasuk kategori HS0302) yang meningkat pesat Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 28

30 produksinya. Tuna Kaleng dari Thailand menguasi pasar Jepang sementara Indonesia masih tertinggal untuk produksi Tuna kaleng Peran Indonesia dalam Ekspor Produk HS0302 ke Jepang a. Kekuatan Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998 memilki garis pantai sepanjang km yang di dalamnya terkandung sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. Sedangkan pada kenyataannya saat ini Indonesia masih belum mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alamnya. Luasnya laut Indonesia juga memberikan keuntungan untuk menggali sumber daya perikanan tangkap yang selama ini belum dikelola secara maksimal. Gambar 2 memberikan cerminan kekayaan laut negara Indonesia. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 29

31 Gambar 2 Persebaran Potensi Ikan di Negara Indonesia Untuk produksi HS0302, Indonesia memiliki peringkat 10 dunia dengan volume Ton, sementara peringkat pertama adalah Norwegia dengan produksi mencapai Ton. Kuantitas ekspor Indonesia meningkat 14% selama 5 tahun terakhir, sementara ekspor Norwegia turun 13%, Thailand turun 14%dan Amerika turun 19%. Indonesia juga berhasil menjadi eksportir tuna nomor satu dunia, sebagaimana dilihat pada grafik 7. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 30

32 Grafik 7, Kekuatan Ekspor Tuna Negara-negara di Dunia Selain itu beberapa kebijakan penangkapan ikan di Indonesia berhasil memberikan angin segar untuk peningkatan ekspor perikanan seperti kebijakan larangan transhipment yang melarang nelayan Indonesia menjual tangkapan ikannya kepada broker asing di tengah laut, karena berpotensi mengurangi pendapatan negara. Selain itu, hasil kerjasama bilateral antara negara pengimpor ikan dengan Indonesia berkomitmen meningkatkan permintaan impor ikan dari Indonesia. b. Kelemahan Indonesia Tantangan Indonesia untuk sektor perikanan adalah meningkatnya permasalahan non tarif seperti permasalahan eco-labeling, isu lingkungan, dan perlindungan spesies tertentu seperti varian tuna sirip kuning yang penangkapannya dibatasi. Selain itu, semakin ketatnya aturan negara importir untuk produk pangan menjadi tantangan tersendiri. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 31

33 Hambatan teknologi juga menjadi salah satu kelemahan Indonesia. Masih terbatasnya kapal pengangkut ikan hidup dan masih ketertinggalan untuk teknologi pembekuan ikan menjadi tantangan tersendiri. Indonesia sampai saat ini memiliki sedikit perusahaan yang memiliki teknologi pembekuan ikan, seperti PT Dwi Putra Utama dan PT Dharma Samudra Pasifik Indonesia. Selain itu kebijakan pemerintah Indonesia untuk melarang penangkapan ikan pada beberapa wilayah penangkapan (Moratorium WP) juga menjadi batu hadang untuk peningkatan ekspor produk ini. c. Regulasi Impor Subbab berikut membahas kebijakan impor, hambatan tarif dan non tarif, standar kualitas dan persyaratan sertifikasi dan pengemasan serta pelabelan produk. i. Kebijakan Impor Produk HS0302 di Jepang Kebijakan impor HS0302 ke Jepang mengikuti 3 aturan yang relevan, yaitu Food Sanitation Act, Quarantine Act, dan JAS Law (Hukum tentang standardisasi dan pelabelan pada produk agrikultur dan kehutanan). <Prosedur Ijin Impor berdasarkan Undang-undang percukaian dan Tarif> Pada bagian ijin impor, harus melampirkan export declaration termasuk invoice, B/L, asuransi dan lain-lain harus diberikan kepada pihak cukai. Setelah pemeriksaan, inspeksi, dan pembayaran pajak pada cukai, ijin impor akan dikeluarkan. Prosedur ijin impor adalah sebagai berikut: Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 32

34 <Prosedur Ijin Impor berdasarkan undang-undang pemeriksaan sementara mengenai kecukaian> Ketika impor berasal dari prefential beneficiary countries ( termasuk special preferential beneficiary countries), tarif preferensial akan diterapkan. Tarif akan diberitahu oleh pihak cukai. Jika importir ingin menerima preferential tariff, maka perlu memperlihatkan sertifikat preference asal, yang dikeluarkan oleh negara asal saat mengekspor (tidak perlu dibawa jika total impor kurang dari <Kebijakan Perlindungan Sumber Daya Ikan> Tujuan dari undang-undang ini adalah memelihara dan melindungi sumber daya ikan yang terbatas. Berdasarkan revisi undang-undang pada oktober 2007, importir Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 33

35 perikanan seperti kerapu, rainbow trout, udang galah harimau, dan lain-lain, yang dilindungi undang-undang memerlukan ijin impor khusus. List hewan dilindungi dapat dilihat pada website kementerian agrikultur, kehutanan dan perikanan Jepang. <Kebijakan Impor Varian Baru> Untuk membatasi invasi dari produk hewan luar (yang belum dikenal di Jepang), dikendalikan oleh pemerintah Jepang dan memerlukan pemeriksaan khusus. Untuk produk perikanan seperti ikan tombak icalurus, ikan matahari, san fish, morone, dan udang karang dilarang diimpor. Lihat lebih lanjut pada website Kementerian Lingkungan Hidup Jepang untuk list spesies asing. <Sistem Impor Quota> Ada beberapa produk yang memerlukan ijin khusus karena total impornya dibatasi. Aplikasinya dapat diberikan kepada Kementerian Perdagangan dan Perindustrian (METI) Jepang. Pada Desember 2009, produk impor quota adalah sebagai berikut: Pacific Erring, Rumput laut kering, rumput laut berasa, rumput laut olahan (selain rumput laut bebas gula), sotong dan cumi-cumi, telur ikan cod, sotong kering, makarel, ikan herring, monostroma nitidum, horse mackerel, produk laut asal korea, ikan cod, kerrang, dan sarden kecil. <Ikan yang Dilindungi Washington Convention> Spesies ikan yang dilindungi Washington Convention tidak boleh diekspor. List hewan yang dilindungi Washington Convention dapat dilihat di Website METI. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 34

36 <Batasan Zat Pencemar/Zat Adiktif> a. Ikan Segar, termasuk Ikan Tuna, Tuna Sirip Kuning dan lain-lain tidak boleh mengandung carbon dioxide. b. Produk kultivasi boleh mengandung antibiotik atau sejenis, namun memenuhi standar Jepang. c. Globefish harus melampirkan surat pemeriksaan kesehatan oleh badan pemerintah negara asal. d. Jika saat pemeriksaan diperlukan inspeksi mendalam, inspektur akan melaksanakan inspeksi lapangan, bila tidak lulus inspeksi/produk ditolak, maka produk akan dimusnahkan atau dikembalikan ke negara asal. Proses inspeksi produk ikan adalah sebagai berikut: e. Ikan yang diekspor dengan peruntukan sashimi, perlu pemeriksaan bacillus (bakteri), dengan batas tidak lebih dari 100,000/gram atau negatif. f. Produk kering, diasinkan, atau produk dengan zat adiktif memerlukan sertifikasi Japan Agricultural Standard (JAS). ii. Hambatan Tarif Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 35

37 Adapun tarif yang dikenakan untuk produk HS0302 dan perbandingan tarif dengan negara lain (negara competitor level ASEAN) dapat dilihat pada tabel berikut. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 36

38 H.S. code 3.02 Fish, fresh or chilled, excluding fish fillets and other fish meat of heading Thailand Indonesia Philippines Viet Nam ASEAN Salmonidae, excluding livers and roes : 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Pacific salmon (Oncorhynchus nerka, Oncorhynchus gorbuscha, 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Oncorhynchus keta, Oncorhynchus tschawytscha, Oncorhynchus kisutch, Oncorhynchus masou and Oncorhynchus rhodurus) Atlantic salmon (Salmo salar) and Danube salmon (Hucho hucho) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Other 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Flat fish (Pleuronectidae, Bothidae, Cynoglossidae, Soleidae, 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Scophthalmidae and Citharidae), excluding livers and roes : Halibut (Reinhardtius hippoglossoides, Hippoglossus Free Free Free 1% 0.60% hippoglossus, Hippoglossus stenolepis) Plaice (Pleuronectes platessa) Free Free Free 1% 0.60% Sole (Solea spp.) Free Free Free 1% 0.60% Turbots (Psetta maxima) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Albacore or longfinned tunas (Thunnus alalunga) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Yellowfin tunas (Thunnus albacares) Free 3.50% Skipjack or stripe-bellied bonito Free 3.50% Bigeye tunas (Thunnus obesus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Atlantic and Pacific bluefin tunas (Thunnus thynnus, Thunnus 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% orientalis) - Atlantic bluefin tunas (Thunnus thynnus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% - Pacific bluefin tunas (Thunnus orientalis) Free 3.50% Southern bluefin tunas (Thunnus maccoyii) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Herrings (Clupea harengus, Clupea pallasii) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Anchovies (Engraulis spp.) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Sardines (Sardina pilchardus, Sardinops spp.), sardinella Free Free Free 1% 0.60% (Sardinella spp.), brisling or sprats (Sprattus sprattus) Mackerel (Scomber scombrus, Scomber australasicus, Scomber 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% japonicus) Cobia (Rachycentron canadum) Free 3.50% Swordfish (Xiphias gladius) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Cod (Gadus morhua, Gadus ogac, Gadus macrocephalus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% Haddock (Melanogrammus aeglefinus) Free Free Free 1% 0.60% Coalfish (Pollachius virens) Free Free Free 1% 0.60% Tilapias (Oreochromis spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% Catfish (Pangasius spp., Silurus spp., Clarias spp., Ictalurus 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% spp.) Carp (Cyprinus carpio, Carassius carassius, Ctenopharyngodon 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% idellus, Hypophthalmichthys spp., Cirrhinus spp., Mylopharyngodon piceus) Eels (Anguilla spp.) Free Free Free 1% 0.60% Dogfish and other sharks Free Free Free Free Free Rays and skates (Rajidae) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% Toothfish (Dissostichus spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% Seabass (Dicentrarchus spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% Seabream (Sparidae) Free Free Free Free Free Other Livers and roes Description - Barracouta (Sphyraenidae and Gempylidae) and king-clip (Genypterus spp.) - Other Free Free Free Free Free -- Marlin (Istiophoridae) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% -- Spanish mackerel 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% -- Hairtails 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% -- Fugu Free Free Free 1% 0.60% -- Other 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% - Hard roes of Nishin (Clupea spp.) Free Free Free 1.50% 1% Catfish (Pangasius spp., Silurus spp., Clarias spp., Ictalurus spp.) Carp (Cyprinus carpio, Carassius carassius, Ctenopharyngodon idellus, Hypophthalmichthys spp., Cirrhinus spp., Mylopharyngodon piceus) Country Free Free Free Free Free Free Free Free Free Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 37

39 iii. Hambatan Non-Tarif Hambatan non tarif adalah perjanjian Internasional yang mengikat Indonesia untuk meningkatkan ekspornya, antara lain; a. Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestarian sumber daya perikanan seperti Code of Conduct for Responsible Fisheries, International Convention for the Concervation of Atlanic Tuna (ICCAT), Indian Ocean Tuna Comision dan Agreement of Straddling Stocks; b. Perlindungan internasional terhadap satwa yang terancam punah seperti Convention on International Trade of Endangered Species (CITES); dan c. Perjanjian internasional tentang perdagangan seperti GATT/WTO, termasuk didalamnya perjanjian Sanitary and Phyto sanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barriers to Trade termasuk didalamnya bidang pengawasan dan pengendalian mutu perikanan. Standar dan aturan yang berbeda yang diberlakukan negara importir pada negara eksportir untuk menjamin bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan keamanan pangan menjadi salah satu hambatan yang dirasakan oleh eksportir Indonesia. Bahkan, sesudah ratifikasi langkah-langkah Agreement on Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Perjanjian Hambatan Teknis pada Perdagangan, Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT) di bawah World Trade Organization (WTO), akan memperkecil perbedaan di antara berbagai macam standar nasional dan sistem pemeriksaan yang mungkin akan mempertahankan atau menciptakan hambatan perdagangan non-tarif yang baru. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 38

40 Produk perikanan tangkap asal Indonesia belum mendapatkan sertifikasi internasional The Marine Stewardship Council (MSC), atau produk yang diproduksi dengan cara-cara lestari (Detikfinance). Negara lain di Asia, yaitu Maladewa dan Vietnam, sudah lebih dulu mendapatkan sertifikat tersebut. Mendapatkan sertifikat MSC memang tidak mudah, dan semuanya terkait dengan pemenuhan persyaratan ekspor yang bisa dipatuhi oleh suatu negara untuk satu komoditas perikanan. iv. Standar Kualitas, Persyaratan Sertifikasi, Pengemasan dan Pelabelan <Standar Kualitas> Produk perikanan harus memenuhi standar dari Japan Agricultural Standard (JAS). JAS menentukan suatu produk layak/tidak diimpor ke Jepang melalui penilaian. Prosedur penilaian produk oleh JAS adalah sebagai berikut; Prosedur aplikasi dan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi dapat dilihat di Bagian Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 39

41 Pelabelan dan Srandar, Biro Penjamin Keselamatan Makanan dan Konsumen, Kementerian Agrikultur, Kehutanan dan Perikanan Jepang ( <Sertifikasi> Produk yang lulus penilaian dari JAS akan diberikan sertifikasi label seperti berikut: JAS Mark Untuk produk yang kualitas, ingredients, dan syarat lain dari Standar JAS (Standar Normal) Specific JAS Mark Untuk produk dengan JAS Standar namun ada metode khusus/ingredient khusus yang bersertifikasi Organik JAS Mark Produk agrikultur yang memenuhi Standar JAS Organik <Pelabelan> Produk HS0302 termasuk produk yang dapat terurai, oleh karena itu mengikuti JAS Law, pelabelan harus mencamtumkan expire date, metode preservasi, list zat adiktif, dan lain-lain sebagaimana diperlukan oleh Food Sanitation Act. v. Asosiasi Produk dan Profil Importir Berikut ini list importir untuk produk HS0302: Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 40

42 Daito Gyorui Co., Ltd Alamat: Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, Japan Chuo Gyorui Co, Ltd Alamat: 2-1, Tsukiji 5-Chome, Chuo-Ku, Tokyo 104, Japan Tohto Suisan Kabshiki Kaisha Alamat: Tokyo Central Fish Market, 5, Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, Japan Phone, Tsukiji Uoichiba Co.,Ltd Alamat: 2-1, Tsukiji 5-chome, chuo-ku, Tokyo, , Japan TEL Daiichi Suisan Co., Ltd. Alamat: 5-chome 2-1, Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, Japan Koyo Trading, Ltd Alamat: Daiko Bldg. 7F 12-8,tsukiji 2-chome Chuo-ku Tokyo Japan Chiyoda Suisan Co.Ltd Alamat: Tsukiji Central Market, Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo Oki Products Alamat: Shizuki, Awaji City, Hyogo Prefecture TEL d. Saluran Distribusi Produk HS0302 Saluran distribusi produk HS0302 dapat melalui dua jalur, yaitu melalui retailer yang dituju atau dijual kepada broker melalui wholesale market. Distribusi impor produk perikanan dapat dilihat pada bagan berikut. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 41

43 Gambar 3 Distribusi Impor Marine Product di Jepang Sistem pembelian untuk produk-produk HS0302 baik fresh/beku melalui wholeseller/retailer adalah sistem auction/lelang. Pelelangan melalui pelelang (auctioner) yang memberitahukan harga wajar suatu barang dan memberikan batas atas dan batas bawah harga produk. Pelelang memberitahukan pengekspor apakah harga yang mereka tentukan wajar atau tidak. Pelelang nantinya akan melelang produk kepada buyer. Buyer akan menawar harga dalam rentang atas dan rentang bawah. Pengekspor yang menginginkan margin yang tinggi harus dapat mencari pelelang/auctioner yang terpercaya dan persuasif, yang dapat menaikan harga dari para buyer. Pelelang umumnya disediakan oleh import partner atau dikontrak independen. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 42

44 BAB V STRATEGI Sebagai Negara yang kaya akan sumberdaya lautnya, Indonesia diakui Jepang sebagai market leader untuk marine product. Berdasarkan informasi produk HS0302 yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut beberapa strategi perdagangan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan ekspor produk ke Jepang. a. Melakukan pemetaan sumber daya dan analisis kondisi Pemetaan sumber daya termasuk memperkirakan kapasitas ekspor dikarenakan kebijakan pembatasan wilayah tangkap dan keberlanjutan produk. Penangkapan ikan secara besar-besaran tentunya akan menyebabkan berkurangnya supply ikan di laut, kemudian ekspor besar-besaran tentunya menurunkan harga pasar secara signifikan. Oleh karena itu perlu menyeimbangkan kapasitas ekspor dengan permintaan pasar sehingga harga produk terjaga dan perlahan-lahan meningkat. Analisis kondisi juga penting melalui matching antara tren pasar dan komoditas yang akan diekspor. Sebagaimana diperlihatkan pada bab 3, konsumer memiliki kecendrungan untuk mengganti konsumsi jenis ikan pada setiap musim, oleh karena itu eksportir perlu memerhatikan tren pasar saat melakukan ekspor. Jepang juga dikenal sangat ketat dalam kualitas produk impor, jika produk impor tidak memenuhi syarat tertentu dan kualitasnya dibawah standar maka akan dipulangkan atau dimusnahkan. Oleh karena itu perusahaan eksportir harus siap Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 43

45 mengeluarkan biaya ekstra untuk penilaian kualitas produk oleh Badan standar Jepang, trading partner di Jepang atau konsultan yang berpengalaman mengenai impor ikan ke Jepang. b. Menentukan Strategi Operasional Pemasaran Strategi operasional yang akan diterapkan karena harus sesuai dengan pola dasar bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan istilah 6-P yaitu price, promotion, place, power of government, dan power of parliament. c. Pengembangan Teknologi Pengangkutan dan Efisiensi Biaya Transportasi Kementerian Kelautan dan Perikanan belakangan ini giat melakukan riset dan pengembangan teknologi pengangkutan ikan hidup. Harapannya pengangkutan ikan hidup ini tentunya akan memberikan nilai tambah bagi produk perikanan Indonesia. Tentunya teknologi pengangkutan ikan hidup ini harus dimiliki oleh perusahaan Indonesia, karena selama ini teknologi ini belum maksimal sehingga pengekspor membayar broker asing yang mempunyai teknologi tersebut untuk mengantar produk ke Jepang. Namun dengan kebijakan dilarangnya kapal berbendara asing untuk melakukan transhipment, maka eksportir harus menggunakan kapal Indonesia untuk melakukan pengiriman barang. Selain itu, pemilihan lokasi sentra pembekuan dan pengolahan ikan sangat penting. KKP sedang merencanakan pembangunan Natuna sebagai sentra pembekuan dan pengolahan ikan sehingga siap ekspor ke negara-negara Asia Timur, Dengan letak natuna di laut cina selatan tentunya lebih dekat ke Jepang dan menghemat biaya transportasi. Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 44

46 d. Pemilihan Trading Partner Trading partner yang terpercaya merupakan salah satu faktor keberhasilan eksportir untuk kesuksesan. Trading partner ini merupakan importir yang berada di Jepang yang nantinya membantu mengurus ijin impor, survey pasar, mencari buyer, dan mengurangi hambatan komunikasi. Tentunya pemilihan trading partner harus berdasarkan trust dan track record trading partner itu sendiri. e. Renegosiasi Kerjasama Perdagangan Hal yang perlu dikritisi adalah renegosiasi tarif. Sebagai contoh, Filipina mendapatkan keistimewaan bebas tarif pada beberapa produk HS0302 sementara Indonesia harus mengikuti ASEAN dengan tarif 3,5%. Oleh karena itu Pemerintah perlu melakukan renegosiasi tarif dan pengurangan hambatan non tarif seperti aturan impor kuota untuk Tuna Sirip Kuning, kerjasama badan sertifikasi di Indonesia, dan kemudahan shipping. f. Pengembangan Sistem Promosi Sistem promosi yang digunakan musti dipertimbangkan dengan matang, salah satunya media promosi yang akan dipakai. Media promosi yang dapat digunakan, di antaranya pameran dagang internasional (trade fairs), baik di dalam negeri maupun di luar negeri, membuat brosur dan dikirimkan kepada calon pembeli, melakukan pemasaran di media cetak dan elektronik. Selain itu, dapat melalui Atase Perdagangan, Kamar Dagang Indonesia. Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN) dan Lembaga Penunjang Ekspor (LPE). Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 45

47 BAB VI INFORMASI PENTING 6.1. TPO dan/atau Kedutaan Jepang di Indonesia Kedutaan Besar Jepang Jakarta Duta Besar: Tanizaki YASUAKI Jl. M.H. Thamrin Kav. 24, Jakarta Pusat 10350, Indonesia Tel: (62-21) Fax: (62-21) Web: Konsulat Jenderal Jepang Jakarta Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta Pusat 10350, Indonesia Tel: (62-21) Fax: (62-21) Konsulat Jenderal Jepang Surabaya Jl. Sumatera No. 93, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia Tel: (62-31) Fax: (62-31) Konsulat Jenderal Jepang Medan Wisma BII, Lantai 5, Jl. Diponegoro No. 18, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Tel: (62-61) Fax: (62-61) Konsulat Jenderal Jepang Makassar Konsul Jenderal: Masaki TANI Jl. Jenderal Sudirman No. 31, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia Tel: (62-411) , Fax: (62-411) Konsulat Jenderal Jepang Denpasar Konsul Jenderal: Noboru NOMURA Jl. Raya Puputan No. 170, Renon, Denpasar, Bali, Indonesia Tel: (62-361) Fax: (62-361) Perwakilan Indonesia di Jepang KBRI Tokyo Duta Besar: Yusron Ihza Mahendra Atase Perdagangan: Higashigotanda, Shinagawa-ku, Tokyo , Japan Telepon: (813) Fax: (813) Website: KJRI Osaka Konsul Jendral: Wisnu Edi Pratignyo Martel HS 0302 (Fish, Frozen) 46

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 96/KEP-BKIPM/2015

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 96/KEP-BKIPM/2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO.16, JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELP. : (021) 3519070 (HUNTING),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

Daftar LARTAS Komoditi Wajib Periksa Karantina Ikan

Daftar LARTAS Komoditi Wajib Periksa Karantina Ikan Daftar LARTAS Komoditi Wajib Periksa Karantina Ikan Sesuai BTKI 2012 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2011 1 0101.21.00.00 - - Bibit

Lebih terperinci

01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. - Kuda: - Horses: 1 0101.21.00.00 - - Bibit - - Pure-bred breeding animals 0-10 - 2 0101.29.00.00 - - Lain-lain - -

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMEN-KP/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMEN-KP/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMEN-KP/2017 TENTANG JENIS KOMODITAS WAJIB PERIKSA KARANTINA IKAN, MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 600/PMK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 600/PMK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 600/PMK.010/2004 TENTANG PERUBAHAN KLASIFIKASI DAN PENETAPAN KEMBALI TARIF BEA MASUK PRODUK-PRODUK PERTANIAN, PERIKANAN, PERTAMBANGAN, FARMASI, KERAMIK

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Dengan menggunakan data dari SITC Rev. 3 UN-COMTRADE tiga digit

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Dengan menggunakan data dari SITC Rev. 3 UN-COMTRADE tiga digit BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis keunggulan komparatif produk perikanan Indonesia, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Dengan menggunakan data dari SITC Rev. 3 UN-COMTRADE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

MENTER' KEllANGAH IlEPlAlllK INDONESIA SAUNAN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20B/PMK.Oll/2012 TENTANG

MENTER' KEllANGAH IlEPlAlllK INDONESIA SAUNAN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20B/PMK.Oll/2012 TENTANG ~, MENTER' KEllANGAH IlEPlAlllK INDONESIA SAUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20B/PMK.Oll/2012 TENTANG PENETAPAN TARIF' SEA MA$UK DALAM RANGKA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

THE INDONESIAN TARIFF REDUCTION SCHEDULE UNDER AKFTA

THE INDONESIAN TARIFF REDUCTION SCHEDULE UNDER AKFTA THE INDONESIAN TARIFF REDUCTION SCHEDULE 2008-2012 UNDER AKFTA NO. 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 1 0101.10.00.00 -Bibit -Pure-bred breeding animals

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Samudera Hindia bagian selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara memiliki arti strategis bagi industri perikanan, karena wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09 KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM :11.12.5999 KELAS : S1-SI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul BISNIS DAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN PiEPUBLIK!NDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN PiEPUBLIK!NDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN PiEPUBLIK!NDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.010/2017 TENT ANG PENETAPAN TARIF.BEA MASUK DALAM RANGKA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya kelautan Indonesia yang sangat tinggi sesungguhnya merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi modal utama bangsa untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

HS CODE URAIAN BARANG DESCRIPTION OF GOODS MFN CEPT PPN

HS CODE URAIAN BARANG DESCRIPTION OF GOODS MFN CEPT PPN 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 0101.10.00.00 -Bibit -Pure-bred breeding animal 0 0 10-0101.90.00 -Lain-lain : -Other : 0101.90.30.00 --Kuda --Horses

Lebih terperinci

BAB V. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

BAB V. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA 36 BAB V. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA SOUTHERN BLUEFIN TUNA DI SAMUDERA HINDIA 5.1 Perkembangan Industri Perikanan Southern Bluefin Tuna Industri perikanan tangkap tuna (SBT) di Perairan Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, karenanya potensi ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sumber daya perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 1 0101.10.00.00 -Bibit -Pure-bred breeding animals 0 0101.90.00 -Lain-lain : -Other : 2 0101.90.30.00 --Kuda --Horses

Lebih terperinci

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, hidup. Live horses, asses, mules and hinnies. 1 0101.10.00.00 -Bibit -Pure-bred breeding animals 0 0101.90.00 -Lain-lain : -Other : 2 0101.90.30.00 --Kuda --Horses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR : KEP.025/DJ-P2HP/2012 TENTANG PENETAPAN JENIS-JENIS HASIL PERIKANAN YANG DAPAT DIMASUKKAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA Peluang Bisnis Masyarakat Urban OLEH : SUHANA DOSEN MATA KULIAH EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM, PROGRAM STUDI EKONOMI DAN LINGKUNGAN IPB PENELITI

Lebih terperinci

Section 2 Schedule of Indonesia. Column 1 Column 2 Column 3 Column 4 Column 5 Tariff item number

Section 2 Schedule of Indonesia. Column 1 Column 2 Column 3 Column 4 Column 5 Tariff item number Section 2 Schedule of Indonesia Column 1 Column 2 Column 3 Column 4 Column 5 Chapter 01 Live animals Bab 1 Binatang hidup 01.01 Live horses, asses, mules and hinnies. 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kelautan Indonesia yang cukup signifikan dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang dikelilingi oleh perairan dan Indonesia

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Pasar Produk ikan. dan Makanan Laut di Jerman

Market Brief. Peluang Pasar Produk ikan. dan Makanan Laut di Jerman Market Brief Peluang Pasar Produk ikan dan Makanan Laut di Jerman ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK IKAN DAN MAKANAN LAUT DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III I. Pendahuluan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

LAPORAN MARKET BRIEF UDANG DAN KEPITING di KOREA SELATAN

LAPORAN MARKET BRIEF UDANG DAN KEPITING di KOREA SELATAN LAPORAN MARKET BRIEF UDANG DAN KEPITING di KOREA SELATAN ITPC BUSAN MARET 2014 Daftar Isi Hal 1. Pendahuluan...... 3 1.1 Gambaran Umum Sektor Perikanan Korea Selatan...... 3 1.2 Jumlah Konsumsi Seafood

Lebih terperinci

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan Wilayah perbatasan: a. Internal waters/perairan pedalaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna mendapatkan perhatian internasional. Hal ini terkait dengan maraknya kegiatan penangkapan ikan tuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

Market Brief. Cengkeh di Jerman

Market Brief. Cengkeh di Jerman Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2010

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2010 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 20/05/61/Th. XIII, 3 Mei Ekspor Kalimantan Barat pada bulan et mengalami peningkatan sebesar 14,48 persen dibanding

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XVIII, 2 Mei NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN MARET MENCAPAI 943,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

Market Brief. Beras di Jerman

Market Brief. Beras di Jerman Market Brief Beras di Jerman ITPC Hamburg 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi Beras di Pasar Jerman... 2 2.1 Analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2014 111 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 59/11/61/Th. XVII, 3 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$56,42 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 25/06/31/Th. XVIII, 1 Juni NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN APRIL MENCAPAI 988,78 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 22/04/61/Th. XVIII, 1 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$34,77 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Iin Solihin 1, Sugeng Hari Wisudo 1, Joko Susanto 2 1 Departemen

Lebih terperinci

14Pengembangan Agribisnis

14Pengembangan Agribisnis 14Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21 Pendahuluan Pengembangan subsektor perikanan dimasa lalu telah menghasilkan berbagai kemajuan. Produksi perikanan laut

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 60 66 ISSN : 1411-1063 STRUKTUR PASAR DAN KEDUDUKAN INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA OLAHAN DI PASAR DUNIA, JEPANG DAN USA Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas

Lebih terperinci

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 18/04/61/Th. XX, 3 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$79,38 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: KESATU : Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan

- 2 - MEMUTUSKAN: KESATU : Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR 31/KEPDJP2HP/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN MOR 125/KEPDJP2HP/2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 31/06/61/Th. XX, 2 Juni A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR APRIL MENCAPAI US$99,57 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 67/12/61/Th. XIX, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$84,85 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status produksi perikanan tangkap dunia mengalami gejala tangkap lebih (overfishing). Laporan FAO (2012) mengungkapkan bahwa telah terjadi peningkatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sumberdaya ekonomi yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Makna strategis itu tercermin dari kondisi objektif kira-kira dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 26/05/61/Th. XVIII, 4 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$48,87 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 14/03/31/Th. XV, 1 Maret 2013 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 35/07/61/Th. XVI, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$105,49 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 22/05/61/Th. XX, 2 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR MARET MENCAPAI US$97,79 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 No. 15/2/61/Th. XVIII, 16 Februari 2015 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2015 MENCAPAI US$39,66 JUTA Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2010

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2010 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 26/06/61/Th. XIII, 1 Juni Ekspor Kalimantan Barat pada bulan April mengalami penurunan sebesar 5,36 persen dibanding

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci