TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : Nama : Siswo Hadi Purwoko NIM : JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

2 LEMBAR PERSETUJUAN & PENGESAHAN Judul : STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA Nama : Siswo Hadi purwoko NIM : Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh : Jakarta, Agustus 2009 Pembimbing Tugas Akhir Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir ( Ir Torik Husein, MT ) (Ir Muhammad Kholil, MT) Universitas Mercu Buana ii

3 ABSTRAK PT Heinz ABC Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang consumer good, adapun produk yang dihasilkan adalah produk Kecap, Saus Sambal dan Tomat, Syrup dan Minuman RTD (Ready To Drink). Untuk menghasilkan suatu produk yang baik dalam arti memenuhi standar dan keinginan konsumen, perlu diterapkannya suatu pengendalian kualitas pada proses produksi dengan cara melakukan sistem pengawasan mutu, melakukan pembenahan dan perbaikan sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang memiliki keunggulan dan kompetitif. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis ingin mengetahui akar permasalahan munculnya cacat plastik pembungkus kecap, penyimpangan yang tejadi di dalam proses produksi dan usaha-usaha dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas produk. Metode pemecahan yang dipakai disini adalah dengan metode seven tools, tetapi tidak semua metode dipakai hanya diagram pareto, peta kendali p dan diagram sebab akibat. Hasil dari pengolahan data tersebut akan menhasilkan suatu solusi pemecahan masalah yang akan dibuat dengan metode 5W + 1H. Dari metode inilah diharapkan akan diketahui tindakan yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah cacat yang terjadi. Diharapkan pula data yang diolah akan memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja / sistem pengendalian kualitas bagi perusahaan dan memberikan kepuasan bagi konsumen. Kata Kunci : produksi, perbaikan kualitas & proses berkesinambungan Universitas Mercu Buana v

4 ABSTRACT PT Heinz ABC Indonesia is a consumer good company, the main product is Soy Sauce, Chilli and Tomato Sauce and soft drink (RTD). To get good product, it mean the product according to standart and consumer needed, company must have quality control system on production process, do continuous improvement so the product has superiority and competitive. In writing of this Final Duty, writer wish to know the deviation occur in production process like product defect of outer pack plastic of soy sauce and efforts to improve and increase the quality of product. Resolving method weared here is seven tools method but not all method are used only pareto chart, p chart and fishbone diagram. Result of the data processing will yield a trouble-shooting solution to be made with 5W + 1H method. From this method we will know what action to be conducted to overcome the problem of handicap that happened. Expected by data processed will give information which good for improving or performance of quality system operation for and give consumer satisfaction. Key Word : production, contiuous quality & process improvement Universitas Mercu Buana vi

5 FTI-Teknik Industri DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN i ABSTRAK...iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI.....vii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Permasalahan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan...4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Kualitas Perkembangan Managemen / pengendalian Kualitas 8 Universitas Mercu Buana vii

6 FTI-Teknik Industri 2.3 Tehnik atau Alat Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Proses Satistik Sistem 8 Langkah Dalam Pengendalian Mutu...26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Kategori Cacat Pada Kecap Manis Bungkus di PT Heinz ABC Indonesia Pengumpulan Data Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan dan Saran..33 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Proses Filling Kecap Pengumpulan Data Pengolahan Data Pengolahan Data Untuk Cacat Total dengan Pareto dan Peta Kendali p (p-chart) Pengolahan Data Untuk Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal dengan Peta Kendali p (p-chart) Pengolahan Data Untuk Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer denganpeta Kendali p (p-chart)...54 Universitas Mercu Buana viii

7 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH FTI-Teknik Industri 5.1 Hasil Percobaan Penggunaan Kanji Faktor-faktor penanggulangan Masalah Analisa BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran..71 DAFTAR PUSTAKA 73 LAMPIRAN Universitas Mercu Buana ix

8 FTI Teknik Industri DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Diagram PDCA / Diagram Deming...13 Gambar 2.2 Diagram Pareto Gambar 2.3 Diagram Sebab Akibat Gambar 2.4 Grafik Pengendali Gambar 3.1 Tahapan Proses Penelitian.. 34 Gambar 4.1 Lay Out Filling Kecap Sachet Lantai Gambar 4.2 Lay Out Filling Kecap Sachet Lantai Gambar 4.3 Mesin Filling Sachet (Three Side Seal)...39 Gambar 4.4 Mesin Kospack Gambar 4.5 Seal Kerut / Tidak Terseal...40 Gambar 4.6 Sachet Bocor / Kena Sealer.41 Gambar 4.7 Kode Tidak Jelas.41 Gambar 4.8 Kena Cutter 41 Gambar 4.9 Diagram Pareto Produk Cacat Kecap Manis Bungkus.44 Gambar Peta Kendali p (p-chart) Cacat Total Kecap manis Bungkus.47 Gambar Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal 50 Gambar 4.12 Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal Revisi.53 Gambar Diagram Sebab Akibat Penyebab Plastik Cacat Seal kerut / Tidak Terseal.54 Universitas Mercu Buana x

9 FTI Teknik Industri Gambar Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer..56 Gambar 4.15 Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer Revisi.59 Gambar 4.16 Diagram Sebab Akibat Penyebab Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer.60 Universitas Mercu Buana xi

10 FTI Teknik Industri DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Lembar Periksa...15 Tabel 2.2 Delapan langkah Pemecahan Masalah dan Alat Bantu...29 Tabel 4.1 Lembar Pengecekan Akhir...43 Tabel 4.2 Jumlah Data Produk Cacat pada Kecap Manis Bungkus...44 Tabel 4.3 Lembar Perhitungan Proporsi Cacat Total Plastik OPP...46 Tabel 4.4 Lembar Perhitungan Proporsi Seal Kerut / Tidak Terseal.49 Tabel 4.5 Lembar Perhitungan Revisi Proporsi Seal Kerut / Tidak Terseal..52 Tabel 4.6 Lembar Perhitungan Proporsi Sachet Bocor / Kena Sealer 55 Tabel 4.7 Lembar Perhitungan Revisi Proporsi Sachet Bocor / Kena Sealer...58 Tabel 5.1 Lembar Pengecekan Akhir...63 Tabel 5.2 Lembar Perhitungan Proporsi Cacat Total Plastik OPP...63 Tabel 5.3 Lembar Perhitungan Proporsi Seal Kerut / Tidak Terseal.64 Tabel 5.4 Lembar Perhitungan Proporsi Sachet Bocor / Kena Sealer...64 Tabel 5.5 Tabel 5 W + 1 H...66 Universitas Mercu Buana xii

11 FTI-Teknik Industri Universitas Mercu Buana

12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Kualitas Menurut kata dasarnya, kendali berarti kontrol atau pengawasan. Sedangkan Kualitas merupakan terjemahan langsung dari bahasa asing Quality, yang berarti mutu. Menurut Singgih Santoso Kualitas dapat diartikan sebagai persepsi konsumen terhadap sebuah produk barang / jasa, sejauh mana produk barang atau jasa tersebut dapat memenuhi keinginannya. Menurut Douglas C. Montgomery kualitas ada dua segi umum yaitu kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Kualitas rancangan merupakan variasi tingkat kualitas yang disengaja. Sedang kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan itu. Ada beberapa pendapat menurut para pemikir-pemikir dunia tentang kualitas, diantaranya : Edward Deming : Apapun Yang Menjadi Kebutuhan Dan Keinginan Konsumen Universitas Mercu Buana 7

13 Philips B. Crosby : Nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan JM.Juran : Kesesuaian Terhadap Spesifikasi Suatu produk baik itu berupa barang atau jasa dikatakan memilki kualitas yang baik bila telah sesuai dengan kriteria-kriteria atau standar standar yang berlaku, baik secara resmi tercatat atau berdasarkan kesepakatan umum semata. Pengendalian kualitas atau disebut juga pengendalian mutu, merupakan suatu system kontrol / pengawasan akan kualitas / mutu akan suatu produk. Dalam system ini terdiri dari langkah-langkah pengawasan seperti pencatatan / recording, analisa data, masalah yang didapati beserta sumber permasalahan, analisa pemecahan yang mungkin, serta aplikasi pemecahan masalah sekaligus evaluasi hasil aplikasi pemecahan. Menurut Sritomo Wignjosoebroto pengendalian Kualitas adalah suatu system verifikasi dan penjagaan / perawatan dari suatu tingkatan / derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus menerus, serta tindakan korektif bilamana diperlukan Perkembangan Managemen / Pengendalian Kualitas Darwin merupakan salah satu ilmuwan yang cukup terkenal dengan teori evolusinya tentang binatang. Dalam perkembangan proses pengendalian mutu juga dikenal evolusi. Menurut Sritomo dalam salah satu bukunya, dijelaskan mengenai perkembangan evolusi proses pengendalian mutu yang dimulai sejak abad ke-19. Secara gamblang akan dijelaskan sebagai berikut : Universitas Mercu Buana 8

14 - Abad 19 ( Operator Quality Control) Secara umum operator bertanggungjawab terhadap produk, melakukan cek sekaligus melakukan pengendalian kualitas produk yang dibuatnya. - Foreman Quality Control ( ) Foreman memilki tanggungjawab terhadap pelaksanaan pengendalian kualitas dari hasil-hasil produk yang dibuat oleh operator-operator yang merupakan bawahannya secara langsung. Konsep organisasi ini dikenalkan pertamakali oleh Frederick W. Taylor. - Inspector Quality Control ( ) Dengan semakin bertambahnya jumlah karyawan, maka diperlukan sebuah departemen khusus yang bertanggung jawab akan pengendalian kualitas dari produk / proses produksi yang ada. Dikemudian hari departemen ini kemudian lazim disebut dengan Departemen Quality Control. - Statistical Quality Control ( ) 1920 : statistical control chart untuk mengendalikan proses mulai dikenalkan oleh Walter Shewart!941 : AWS (American War Standart) dikeluarkan. Ada 2 versi yaitu : AWS Z.1.1. guide for Quality Control dan AWS Z 1.2. Control Charts Methods for Analyzing Data 1944 : H.F.Dogde & H.G.Roming mengenalkan tehnik tehnik pengambilan sample produk yang akan dilihat kembali mutunya, Inspection Sampling technique 1946 : ASQC (The American Society of Quality Control) terbentuk. Universitas Mercu Buana 9

15 1950 : Military Standard (Mil.Std) 105-Military Standard Procedure and Tables for Inspection by Attributes : Military Standard (Mil.Std) 414-Military Standard for Acceptance Sampling by Variables. - Konsep Total Quality Control TQC ( ) Pada dasarnya semua pihak yang terkait dalam proses terlibat dan turut serta bertanggungjawab atas kualitas produk yang dihasilkan, mulai dari level bawah (operator) sampai level top management (manager). Mulai menerapkan konsep Total Quality Control (TQC) serta mengaplikasikan Gugus-gugus kendali Mutu (GKM). Orientasi manajemen yaitu membawa serta seluruh pihak untuk memiliki kesadaran akan pentingnya kualitas, selalu berorientasi pada hasil yang terbaik, dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan semakin tinggi profit yang akan diperoleh. Dikalangan masyarakat Industri Amerika Serikat dikenal dengan adanya Zero Defect. Seperti halnya dengan ide zero Defect, GKM juga mencoba menganalisa terjadinya cacat-cacat atau kesalahan-kesalahan dalam output yang dihasilkan dari suatu proses kerja. Konsep GKM merupakan konsep pengendalian yang melibatkan semua pihak, mulai dari bawah sampai ke atas, bahwasanya masalah pengendalian dan peningkatan mutu bukanlah tanggung jawab satu dua orang saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh total karyawan yang ada dalam system tersebut. Setiap masalah dan kesulitan yang ditemui dipecahkan bersama dalam kelompok Universitas Mercu Buana 10

16 (gugus) dengan menggunakan statistik sebagai alat Bantu dalam menganalisa. TQC (TOTAL QUALITY CONTROL) TQC / Pengendalian Mutu Terpadu merupakan konsep pendekatan manajer ala jepang (berasal dari Amerika) dikembangkan dan disesuaikan dengan kultur jepang. Secara definitif pengertian tentang Pengendalian Mutu Terpadu (PTM) atau TQC adalah sebagai berikut: Berbagai kegiatan didalam penyelidikan dan pengembangan (R&D), produksi, penjualan, dan pelayanan purna jual dengan cara rasioanal untuk mencapai kepuasan tingkat yang paling ekonomis. Ada beberapa Definisi untuk TQC : Definisi TQC di Jepang system yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan pengambangan kualitas, perawatan kualitas dan peningkatan kualitas dari kelompok-kelompok dalam sebuah organisasi, sehingga tercapai kepuasan pelanggan yang sepenuhnya tersedianya barang dan jasa pada tingkat yang paling ekonomis. Definisi TQC di Amerika sistem manajemen dengan mengikutsertakan seluruh karyawan dari semua tingkatan didalam organisasi, dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metoda statistika untuk mendapatkan kepuasan pelanggan dan karyawan yang mengerjakannya. Definisi TQC di Indonesia Latar belakang konsep TQC / PMT pada dasarnya bermula dari 3 pendekatan yaitu: Universitas Mercu Buana 11

17 Pendekatan metodologi Pendekatan bisnis atau tujuan perusahaan Pendekatan kultur budaya Pendekatan metodologi yang dimaksudkan disini adalah pendekatan pada sistem pengawasan mutu produksi, evaluasi personal, zero defect, spesifikasi tanggung jawab dan pengawasan anggaran / budget, dan lain-lain yang kesemuaanya berasal mula dari sistem yang diterapkan di Amerika Serikat. Pendekatan perusahaan (objective) adalah penerapan sistem manajemen partisipatif, keterpaduan aspek organisasi dan aspek manajemen sumber daya manusia, sistem pengendalian keuntungan, pengetahuan motivasi serta pola pengembangan kemampuan bawahan. Dari dua pendekatan diatas, kemudian dilengkapi dengan pendekatan yang ketiga yakni pendekatan kultur budaya (Jepang), dikembangkan menjadi suatu sistem yang kemudian disebut dengan Gugus Kendali Mutu (GKM). TQC berorientasi pada kepuasan pelanggan (sasaran utama). Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila kualitas produk/jasa, pelayanan dan penyerahan barang sesuai dengan keinginan palanggan (konsumen). Dengan kata lain pelanggan akan menilai kualitas peusahaan-perusahaan dari setiap mutu produk barang / jasa yang dihasilkan perusahaan itu dan bagaimana mutu pelayanan yang diberikan. Arti kualitas Menurut Manajemen TQC Kualitas mencangkup ; Kualitas produk / jasa itu sendiri (product / service Quality) Kualitas kegiatan atau proses kerja (Process Quality) Universitas Mercu Buana 12

18 Kualitas penjualan yang menyangkut harga (cost price) dan kualitas purna jual (after sales) yang akan menyangkut kegiatan maintenance serta pengadaan peralatan suku cadang Kualitas ketepatan waktu dan cara penyampaian / penyerahan barang ke tangan konsumen yang membutuhkannya. Kualitas keselamatan (safety) serta moral / semangat kerja setiap individu yang terlibat dalam proses prosduksi Kualitas pengumpulan dan pengolahan data, pembukuan, dll. Dalam sistem pengendaliannya, dikenal apa yang disebut dengan lingkaran Deming karena yang pertama kali memperkenalkan adalah W. Edward Deming. Dalam sistem ini dikenal dengan sistem PDCA (plant-do- Check-Action) Action (tindakan ) Plan (rencana) Check Do ( Teliti ) Kerjakan Gambar 2.1 Diagram PDCA / Diagram Deming Universitas Mercu Buana 13

19 Pengertian Dasar lingkaran PDCA PLAN DO : Membuat rencana sebelu mulai bekerja.. : Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. CHECK : Meneliti apakah pekerjaan telah sesuai dengan rencana yang dibuat, mengukur performans output dan membandingkan dengan standar kualitas yang ditetapkan / standar yang digunakan. ACTION: Bilamana diperlukan tindakan perbaikan dari peyimpangan standar yang ditemukan, hal ini akan dijadikan dasar rencana selanjutnya. 2.3 Tehnik atau Alat Pengendalian Mutu Dalam pengendalian mutu menggunakan 7 alat pengendalian mutu yang dikenal sebagai Seven tools of Quality Control yaitu : 1. Lembar Periksa Merupakan suatu alat sederhana yang dipergunakan untuk mengumpulkan data serta memudahkan dalam analisis selanjutnya. Dalam lembar periksa hanya bersifat pengamatan yang berkaitan dengan sifat-sifat mutu yang ditetapkan untuk diperiksa apakah telah memenuhi persyaratan. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan dalam grafik seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Lembar periksa mempunyai fungsi sbb : a. Pemeriksaan distribusi proses produksi b. Pemeriksaan item cacat Universitas Mercu Buana 14

20 c. Pemeriksaan lokasi cacat Salah satu contoh bentuk lembar pengecekan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Lembar Periksa No Deskripsi Jumlah Cacat Total (Jenis Cacat ) 1 Bentuk Jelly tidak seragam IIIII IIIII IIIII 15 2 Isinya Kurang IIIII III 8 2. Histogram Histogram adalah bagan batang jenis khusus yang bias digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai variasi dalam suatu proses. Alat ini dipergunakan untuk memeriksa hasil sehingga memungkinkan untuk menemukan persoalan. Langkah penyusunan Histogram adalah : 1. Mengumpulkan dan mentabulasikan data 2. Menghitung kisaran dan lebar interval 3. Menggambar sumbu horizontal dan vertikal 4. Mentabulasikan data menurut interval 5. Memetakan data 6. Menganalisis Histogram 3. Diagram Pareto Diagram pareto merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto. Bagan Pareto adalah grafik batang khusus yang dapat digunakan sebagai alat interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat Universitas Mercu Buana 15

21 kepentingan relative dari berbagai persoalan atau sebab sehingga dapat memfokuskan pada pokok persoalan vital dengan cara mengurutkan berdasarkan kepentingan. Manfaat utama Pareto Chart adalah kemampuan diagram ini mengidentifikasi satu atau dua penyebab utama (vital view) kegagalan kualitas dan memberi pesan pada pengguna untuk lebih baik berkonsentrasi menangani beberapa penyebab utama dari pada melihat semua variable yang ada. Pareto Chart Untuk Defect jumlah defect Percent Defect Count Percent Cum % 0 seal kerut / tdk terseal sachet bcr / kena sealer kode tdk jelas kena cutting 0 Gambar 2.2 Diagram Pareto Setiap balok yang terdapat didalam diagram pareto, menggambarkan satu proses yang mengalami kejadian dan sumbu vertikal menunjukkan besarnya prosentasi kejadian, sumbu horisontal menunjukkan proses dimulainya dari prosentasi tinggi dikiri yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu. Diakhiri dengan proses yang paling kecil prosentasinya dikanan dan diatur sesuai tingkatannya. Universitas Mercu Buana 16

22 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun diagram pareto adalah: a. Mengidentifikasi kategori masalah atau sebab yang akan dibandingkan. b. Memilih suatu satuan pengukuran standard dan periode waktu untuk dipelajari. c. Mengumpulkan dan meringkas data. d. Merangkum data dan membuat rangking dari kategori data e. Menghitung frekuensi kumulatif atau presentasi kumulatif.. f. Membuat diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan dari masingmasing masalah. 4. Diagram Tulang Ikan / Fishbone Diagram tulang ikan / fishbone merupakan diagram yang dipakai untuk analisa penyebab terjadinya suatu penyimpangan kualitas dari produk. Karena fungsinya tersebut, diagram fishbone disebut juga diagram sebab akibat (cause and effect diagram) serta disebut juga Ishikawa Diagram karena dikembangkan oleh Dr Kaoru Ishikawa. Dalam penelusuran masalah penyebab ketidaksesuaian selalu mengarah pada 5 faktor penyebab utama, yaitu : a. Bahan baku b. Tenaga kerja c. Mesin d. Metode kerja e. Lingkungan kerja Universitas Mercu Buana 17

23 LINGKUNGAN METODE MANUSIA CAP SEAL RUSAK MESIN MATERIAL/BAHAN Gambar 2.3 Diagram Sebab Akibat Adapun Langkah-langkah untuk membuat diagram tersebut adalah : a. Tentukan karakteristik mutu, mengingat masalah mutu pada perusahaan sangat banyak, karakteristik ini yang akan diperbaiki dan dikendalikan, tulis karakteristik mutu tersebut disisi kanan. b. Kemudian tuliskan faktor utama yang menjadi penyebabnya dengan mengelompokkan faktor-faktor penyebab yang mempunyai kemungkinan besar terhadap kejadian dalam item-item seperti bahan baku, mesin (peralatan), metode kerja, pekerja dan lingkungan. Dimana setiap grup individu akan membuat cabang, kemudian disetiap cabang dituliskan kedalamnya faktor-faktor rinci yang dianggap sebagai penyebab. c. Setelah semua selesai, periksalah untuk memastikan bahwa semua item yang mungkin menjadi penyebab telah tercantum dan hubungan sebab akibat telah digambarkan dengan tepat. 5. Diagram Pencar ( Scatter Diagram ) Diagram pencar ( Scatter Diagram ) adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan Universitas Mercu Buana 18

24 menunjukkan keeratan hubungan antara dua macam variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien relasi. 6. Peta Kendali ( Control Chart ) Peta Kendali ( control chart ) adalah grafik garis jenis khusus yang digunakan untuk menginterpretasikan data suatu proses dengan cara membuat gambar batasanbatasan variasi yang diperbolehkan. Dapat digunakan secara objektif menentukan apakah suatu proses ada dalam kendali aatau diluar kendali. Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus ( assignable cause ), kemudian dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya perbaikan proses. Grafik kendali dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses produksi berada dalam batas pengendalian, dengan demikian apabila ada penyimpangan akan dengan mudah diketahui sehingga dapat diambil langkahlangkah perbaikan dan sebagainya. Grafik pengendali dalam penerapannya digunakan untuk mengawasi proses yaitu data sampel dikumpulkan dan digunakan selanjutnya dibuat grafik pengendali, dan apabila nilai sampel ( misal x ) berada pada batas kendali dan tidak memperlihatkan sesuatu pola sistematik, maka dapat dikatakan proses dalam keadaan terkendali pada tingkat yang ditunjukkan oleh peta / grafik. Peta kendali dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut jenis datanya, yaitu Peta kendali untuk data atribut dan Peta kendali untuk data variabel. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data atribut. Namun demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti Universitas Mercu Buana 19

25 banyaknya kesalahan atau persentase kesalahan suatu proses. Data variabel menunjukkan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses. Sedangkan data atribut dalam pengendalian kualitas menunjukkan karakteristik kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Besterfield (1998), data atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, kesalahan, warna, atau ada sebagian yang hilang. Selain itu, data atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi tidak dibuat karena alasan waktu, biaya atau kebutuhan. Langkah-langkah yang harus diambil dalam menggunakan bagan kendali proses produksi yaitu : a. Pilihlah item yang akan dikendalikan, tentukan permasalahan apa yang berkaitan dan apa tujuannya. Berdasarkan ketentuan ini, harus jelas data apa yang diperlukan. b. Putuskan dan tentukan bagan apa yang akan digunakan. c. Buatlah grafik pengendali untuk analisa proses. Ambilah data untuk selang waktu tertentu atau gunakan data yang lalu dalam pembuatan peta, bila terdapat titik yang abnormal, selidikilah penyebabnya dan ambil tindakan. Penyebab perubahan mutu dipelajari dengan mengatur pengelompokkan. d. Susunlah peta pengendali untuk proses pengendalian proses. Anggaplah tindakan telah diambil untuk berhubungan dengan penyebab perubahan mutu dan proses produksi dikendalikan. Lihatlah apakah produk memenuhi standar untuk keadaan ini, standarkan metode kerjanya, Universitas Mercu Buana 20

26 perluas garis kendali peta situasi stabil dan lanjutkan menggambarkan data harian. e. Kendalikan proses produksi, bila metode kerja yang distandarkan tetap terjaga, grafik pengendali harus menunjukkan keadaan terkendali ini. Bila ketidaknormalan muncul pada peta, selidikilah penyebabnya dan segeralah ambil tindakan yang tepat. Bila peralatan dan metode kerja diubah, garis kendali harus dihitung kembali, bila tindakan proses produksi dilakukan dengan lancar, tingkat mutu pada peta pengendali akan lebih baik. Dalam kasus ini buatlah pengulangan kembali secara periodik terhadap garis kendali. Aturan berikut ini harus diamati dalam menghitung kembali garis kendali mutu. - Data yang menunjukkan ketidaknormalan dan penyebab yang telah ditemukan dan dibetulkan sebaiknya tidak dimasukkan dalam hitungan kembali. - Data pada titik-titik normal yang penyebabnya tidak ditemukan atau tidak ada tindakan yang harus diambil harus dimasukkan. Cara membaca peta kendali yaitu : * Bila titik pada peta berada dalam batas kendali maka proses dianggap terkendali. * Bila salah satu atau lebih titik terletak diluar batas kendali maka proses tersebut dianggap tidak terkendali. Universitas Mercu Buana 21

27 2.4 Pengendalian Mutu Proses Statistik Pengendalian mutu proses statistik yang dimaksudkan disini adalah pengendalian mutu produk selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian mutu tersebut dapat digambarkan batas atas ( Upper Control Limit ) dan Batas Bawah ( Lower Control Limit ) beserta garis tengahnya ( Center Limit). Pengendalian mutu / kualitas secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, jenis-jenis pengendalian kualitas tersebut antara lain : Pengendalian Mutu Proses Statistik Data Variabel Yang dimaksud dengan data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan, pengukuran ini meliputi pengukuran volume, berat, dll. a. Peta Pengendali Rata-rata Peta pengendali rata-rata merupakan peta pengendali untuk melihat apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Kondisi tersebut dapat dilihat dari produk yang sedang berada dalam proses. Peta pengendali rata-rata juga menunjukkan apakah rata-rata produk yang dihasilkan masih baik atau tidak. Peta pengendali ini harus digunakan bersamaan dengan peta pengendali range untuk mengetahui tingkat keakurasian proses. b. Peta Pengendali Range dan Peta Pengendali Standar Deviasi Peta pengendali range dan peta pengendali standar deviasi adalah peta pengendali untuk mengetahui tingkat keakurasian pemrosesan. Peta pengendali range lebih mudah diterapkan daripada peta pengendali standar deviasi tetapi peta pengendali standar deviasi lebih tepat. Universitas Mercu Buana 22

28 c. Peta Pengendali Individu Peta Pengendali Individu adalah peta pengendali yang digunakan apabila perusahaan hanya memproduksi satu unit dalam setiap harinya. d. Peta Pengendali Regresi / Kecenderungan Peta pengendali regresi / kecenderungan merupakan peta pengendali untuk perusahaan yang mempunyai data yang bentukya merupakan suatu kecenderungan naik atau turun Pengendalian Mutu Proses Statistik Data atribut Yang dimaksud dengan data atribut adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan, pengukuran ini meliputi pengukuran cacat produk. Peta pengendali mutu proses data atribut meliputi : a. Peta pengendali p dan np Peta pengendali p dan np digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. Untuk peta pengendali p dan np digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil, bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta pengendali p ( p chart ) maupun peta pengendali np ( np - chart ). Namun apabila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta pengendali p ( p chart ). Universitas Mercu Buana 23

29 Langkah-langkah pembuatan peta pengendali ini adalah : 1. Kumpulkan data-data yang diperlukan antara jumlah yang diuji dengan jumlah yang cacat. 2. Hitung Garis Pusat Peta Pengendali dengan menggunakan Rumus dibawah ini ( Dorothea. W. A,2004 ) : _ Σ p i Σ X i Garis Pusat (GP) p = p = i = 1 = i = 1 g sampel X X pr = P = x 100% ni ni g g 3. Menentukan batas pengendali bawah dan batas pengendali atas. p ( 1 p ) BPA p = p + Z x 100% n p ( 1 p ) BPA p = p - Z x 100% n Dimana : p Xi X pr ni = Garis Tengah = Jumlah total produk cacat = Jumlah produk cacat setiap observasi = Proporsi kesalahan setiap sampel pada setiap kali observasi = Banyanya sampel yang diambi pada setiap kali observasi yang selalu bervariasi Universitas Mercu Buana 24

30 P g Z = Persentase produk cacat tiap sampel pada setiap observasi = Banyaknya observasi = Standar sigma yang digunakan oleh perusahaan 4. Membuat Peta Kendali. Membuat peta kendali terdiri dari garis pusat, BPA dan BPB dimana menggambarkan perbaikan kualitas. X BPA GP BPB 0 waktu Gambar 2.4 Grafik Pengendali b. Peta pengendali c dan u Peta pengendali c dan u merupakan peta pengendali proses untuk mengetahui banyaknya cacat dalam satu unit produk. Peta pengendali c hanya digunakan untuk banyaknya sample yang sama untuk setiap kali operasi, sedangkan peta pengendali u digunakan untuk banyaknya sample sama maupun bervariasi untuk setiap kali operasi. c. Analisis Kemampuan Proses Untuk menganalisa kemampuan proses dapat diuji dengan menganalisa Cpk indeks dimana tujuan digunakannya analisa kemampuan proses adalah untuk melihat keseragaman kualitas produk yang dihasilkan serta dapat memperkirakan seberapa Universitas Mercu Buana 25

31 baik proses akan memenuhi toleransi, untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99.73%, disini menggunakan pengendalian 3σ, yang artinya batas control berjarak 3 standar deviasi diatas dan dibawah garis pusat. Nilai Cpk mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses dengan parameter nilai tertentu Cpk. = USL µ, µ - LSL 3 σ 3 σ USL ( Upper Spesification Limit ) dan LSL ( Lower Spesification Limit ), adalah batas toleransi yang ditetapkan oleh konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Dari hasil perhitungan ditetapkan bahwa : Cpk > 1 berarti proses masih baik ( Capable ) Cpk < 1 berarti proses tidak baik ( Not Capable ) Cpk = 1 berarti proses = spesifikasi konsumen 2.5 Sistem 8 Langkah Dalam Pengendalian Mutu Pengertian pengendalian dalam manajemen pengendalian mutu adalah dilaksanakannya pengendalian mutu dengan memutar daur ulang Plant Do Check Action atau yang disebut dengan Lingakaran Deming ( PDCA ). Lingkaran Deming ( PDCA ) ditemukan oleh W. Edward Deming. Berikut adalah uraian 8 langkah pemecahan masalah dan alat bantu : 1. Mencari masalah utama Pada langkah pertama dalam mencari masalah utama ini, alat bantu yang dapat digunakan adalah : Universitas Mercu Buana 26

32 - Check sheet - Diagram Pareto - Control Chart 2. Mencari penyebab penyebab masalah Pada langkah mencari penyebab permasalahan ini, alat bantu yang dapat digunakan adalah Diagram Sebab Akibat dan teknik 5 W + 1 H yaitu : - What : Apa yang menjadi penyebab masalah. - Why : Mengapa penyebab masalah tersebut timbul - Who : Siapa yang mengatasi masalah tersebut - When : Kapan penyebab tersebut ditanggulangi - Where: Tempatnya dimana - How : Bagaimana cara mengatasi penyebab tersebut 3. Menentukan penyebab-penyebab Pada langkah menentukan penyebab yang sangat berpengaruh, dapat menggunakan alat bantu diagram pareto. 4. Menyusun rencana penanggulangan dan menetapkan sasaran Pada langkah menyusun rencana penanggulangan dapat menggunakan metode teknik 5W dan 1H. 5. Melaksanakan rencana perbaikan Pada langkah melaksanakan rencana ini yang dapat dilakukan adalah dilakukannya pengendalian dengan mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga sasaran dapat tercapai. 6. Evaluasi hasil penanggulangan Pada langkah evaluasi hasil penanggulangan ini dapat menggunakan alat bantu : Universitas Mercu Buana 27

33 - Diagram Pareto - Check Sheet - Control Chart 7. Membuat standar Pada langkah ini setelah rencana tercapai maka dilakukan standarisasi, dan jika ada kesalahan atau penyimpangan dibuat tindakan koreksi. 8. Memecahkan masalah berikutnya Pada langkah ini jika terdapat persoalan yang mungkin belum terselesaikan maka untuk menanggulangi persoalan tersebut, untuk selanjutnya dapat dimasukkan pada rencana selanjutnya dan dimulai dari langkah pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Universitas Mercu Buana 28

34 Tabel 2.2 Delapan Langkah Pemecahan Masalah dan Alat Bantu Siklus Langkah Alat Bantu Plant Do 1. Mencari Masalah Utama 2. Mencari Penyebab 3. Mencari penyebab yang paling dominan 4. Menyusun rencana penanggulangan 5. Melaksanakan rencana - Check Sheet - Diagram Pareto - Control Chart - Diagram Sebab Akibat - Tehnik 5W + 1H - Diagram pareto - Tehnik 5W + 1H Check 6. Evaluasi hasil penanggulangan - Check Sheet - Diagram Pareto - Control Chart Action 7. Membuat pencegahan dan standar kerja 8. Memecahkan masalah berikutnya Universitas Mercu Buana 29

35 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Proses Filling Kecap Produk yang dihasilkan PT Heinz ABC Indonesia plant Daan Mogot memproduksi adalah Kecap dan Minuman Kotak / RTD (Ready To Drink). RTD yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam rasa untuk konsumen dari anak-anak sampai dewasa. Untuk Kecap ada tiga jenis yaitu Kecap Manis, Kecap Manis Sedang dan Kecap Asin. Masing-masing jenis ini dikemas dalam berbagai macam Packaging seperti : kemasan botol (beling / PET), kemasan Pouch, Jerigen dan bungkus plastic. Kecap setelah selesai diproduksi bagian Kecap akan disimpan sementara di bagian Assembling di Tanki Stock. Setelah di tes ulang oleh QC dan hasilnya boleh diisi maka selanjutnya akan di transfer ke Daily Tank sebelum didistribusikan ke Mesin Filling. Data yang diambil dari data filling Kecap Manis kemasan bungkus 17 ml x 320. Universitas Mercu Buana 34

36 Untuk kemasan bungkus 17 ml menggunakan mesin Sachet (Three Side Seal). Terdapat 26 head mesin sachet AMB dan 4 head mesin AMB Mantaab yang bisa juga untuk AMB. Mesin ini mempunyai kecepatan rata-rata 120 sachet per menit. Setiap 10 sachet (disebut juga 1 renceng) akan dipotong secara otomatis, kemudian dilipat oleh operator dan disusun per 2 renceng sebelum ditaruh di konveyor. Kemudian setiap 2 renceng kecap AMB tadi akan dibungkus dalam plastic dan diberi kode tanggal kadaluarsa dengan mesin Kospack. Mesin Kospack ini mempunyai kecepatan 110 bungkus per menit. Pada mesin ini operator juga bertugas memeriksa kualitas bungkus yang dihasilkan ada 4 kategori yang di cek yaitu : Seal kerut / tidak terseal, sachet bocor / kena sealer, kode tidak jelas dan cutter tidak sempurna. Jika ditemukan cacat maka operator akan langsung melakukan perbaikan. Setelah dibungkus kecap akan diteruskan melalui konveyor ke bagian cartooning, dimana di bagian ini ada 6 orang yang bertugas menyiapkan carton box, dari membuka dan melipat carton box serta memberi partisi sebeum memasukkan kecap ke dalam carton box. Satu carton box berisi 16 bungkus kecap. Setelah kecap dimasukan ke carton, proses selanjutnya adalah menutup box dengan sealer tape khusus. Dimana proses ini dilakukan oleh mesin Cartoon Sealer. Setelah di seal box akan disusun ke pallet secara manual, dimana 1 pallet terdiri dari 168 carton. Universitas Mercu Buana 35

37 Gambar 4.1 Lay out Filling Kecap Sachet lantai 1 Universitas Mercu Buana 36

38 Gambar 4.2 Lay out Filling Kecap Sachet lantai 2 Universitas Mercu Buana 37

39 Gambar 4.3 Mesin Filling Sachet (Three Side Seal) Gambar 4.4 Mesin Kospack Universitas Mercu Buana 38

40 4.2 Pengumpulan Data Untuk keperluan penulisan ini, prosedur yang ditempuh guna mendapatkan data / informasi dari perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atau berwenang dalam pengendalian kualitas yaitu : a. Bagian Quality Control Line Inspector b. Bagian Produksi 2. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek-objek yang bisa memberikan informasi seperti : a. Melihat data harian produksi b. Memperhatikan metode kerja yang digunakan apakah sudah berjalan sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure) dan WI (Work Instruction ). Data cacat diambil dari laporan Harian (line performance) pada line H. Kategori cacat yang pada bungkus kecap AMB adalah sbb: 1. Seal Kerut / Tidak terseal Pada cacat ini biasanya berupa hasil sealer yang tidak sempurna seperti berkerut sampai tidak terseal (terbuka) Gambar 4.5 Seal kerut / tidak terseal Universitas Mercu Buana 39

41 2. Sachet bocor / kena sealer Cacat ini berupa sachet kecap yang bocor / sobek karena terkena sealer. 3. Kode tidak jelas Gambar 4.6 Sachet bocor kena sealer Disini kondisi kode (tanggal kadaluarsa) tidak jelas, terkadang sampai tidak ada. Gambar 4.7 Kode tidak jelas 4. Kena Cutter Pada cacat ini bungkus terpotong sehingga terbuka (bagian seal terpotong) bahkan bisa kena sachet sehingga bocor Gambar 4.8 Kena Cutter Universitas Mercu Buana 40

42 4.3 Pengolahan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses pengemasan Kecap manis AMB, maka diperoleh data harian Bulan Desember 2008 dan Januari 2009 adalah sebagai berikut : Universitas Mercu Buana 41

43 TABEL 4.1 LEMBAR PENGECEKAN AKHIR Reject Tanggal Jumlah Seal kerut Sachet Kode Kena Filling Produksi / tidak bocor / tidak Cutter terseal kena sealer Jelas Total , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Laporan Harian Line Performance Line H Universitas Mercu Buana 42

44 4.3.1 Pengolahan Data Untuk Cacat Total dengan Pareto Chart dan Peta Kendali p (p-chart) Berikut ini adalah pengolahan data menggunaan Pareto Chart : Tabel 4.2 Jumlah Data Produk Cacat Pada Kecap Manis Bungkus No Jenis Cacat Jumlah Komulatif Persentase Komulatif 1 Sachet bocor / kena sealer 2,936 2, Seal kerut / tidak terseal 2,630 5, Kode tidak Jelas 460 6, Kena Cutter 225 6, Total 6, Pareto Chart Untuk Defect jumlah defect Percent Defect Count Percent Cum % 0 seal kerut / tdk terseal sachet bcr / kena sealer kode tdk jelas kena cutting 0 Gambar 4. 9 Diagram Pareto Produk Cacat Kecap Manis Bungkus Berikut pengolahan data cacat plastic OPP total pada kecap AMB dengan p-chart. *Menentukan batas pengendali bawah dan batas pengendali atas dengan rumus : Universitas Mercu Buana 43

45 p ( 1 p ) BPA p = p + Z x 100% n p ( 1 p ) BPA p = p - Z x 100% n * CL p = p = = 0,012 = 1.2 % * Data ke-1 : 0,012 ( 1 0,012 ) UCL = 1.2 % + 3 x 100 % = ,012 ( 1 0,012 ) LCL = 1.2 % - 3 x 100 % = * Dan seterusnya sampai data ke 38 Universitas Mercu Buana 44

46 Data ke Tabel 4.3 Lembar Perhitungan Proporsi Cacat Total Plastik OPP Jumlah Produksi (Pack) Jumlah Produk Cacat (pack) Proporsi Produk Cacat Persentase Produk Cacat UCL ( % ) CL ( % ) LCL ( % ) 1 13, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total 520,842 6, Universitas Mercu Buana 45

47 Adapun Peta Kendali p (p-chart) dari hasil table diatas untuk Kecap Manis Bungkus adalah sebagai berikut : % Peta kendali p (p-chart) Cospack AMB Data ke- % Produk Cacat UCL (%) CL (%) LCL (%) Gambar 4.10 Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Total Kecap Manis Bungkus Dari peta diatas dapat dilihat bahwa pada semua data tersebut berada didalam batas control bawah (LCL) dan batas control atas (UCL). Analisa tersebut menunjukkan bahwa pada proses pengemasan kecap manis bungkus tidak ada masalah artinya semua elemen yang terkait masih berada dalam batas control. Oleh sebab itu, proses yang telah diterapkan telah dapat dikatakan berjalan dengan baik dan dapat terus dilanjutkan. Selain itu, bila dilihat dari persentase produk cacat tersebut dapat disimpulkan bahwa data mempunyai penyebaran yang merata. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa data yang berada dibawah Garis pusat ada (18 data), sedangkan yang berada diatas garis pusat terdapat juga 18 data. Universitas Mercu Buana 46

48 4.3.2 Pengolahan Data Untuk Cacat Seal kerut / Tidak Terseal dengan Peta Kendali p (p-chart) Berikut pengolahan data Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal yang merupakan cacat terbesar dengan p chart. Perhitungan : * CL p = p = = 0,0057 = 0.56 % * Data ke-1 : 0,0056 ( 1 0,0056 ) UCL = 0.56 % + 3 x 100 % = ,0056 ( 1 0,0056 ) LCL = 0.56 % - 3 x 100 % = * Dan seterusnya sampai data ke 38 Universitas Mercu Buana 47

49 Data ke Tabel 4.4 Lembar Perhitungan Proporsi Seal Kerut / Tidak Terseal Jumlah Produksi (Pack) Jumlah Produk Cacat (Pack) Proporsi Produk Cacat Persentase Produk Cacat UCL ( % ) CL ( % ) LCL ( % ) 1 13, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total 520,842 2, Universitas Mercu Buana 48

50 Adapun Peta Kendali p (p-chart) dari hasil table diatas untuk cacat Seal Kerut / tidak terseal adalah sebagai berikut : Peta kendali p (p-chart) seal kerut / tidak terseal % Data ke- % Produk Cacat UCL (%) CL (%) LCL (%) Gambar 4.11 Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal Dari peta diatas dapat dilihat bahwa pada data ke 9 & 19 titik tersebut berada diluar batas control bawah (LCL) dan batas control atas (UCL). Analisa tersebut menunjukkan bahwa kondisi ini disebabkan karena setting mesin pada hari itu bagus sehingga didapat cacat yang lebih sedikit. Agar proses tersebut tetap dalam pengendalian control, maka perlu direvisi dengan mengeluarkan nilai pada data ke 9 & 19 kemudian melakukan perhitungan ulang. Perhitungan ulang tersebut dirangkum pada table 4.6 dibawah ini : Perhitungan : * CL p = p = = 0,0055 = 0.55 % Universitas Mercu Buana 49

51 * Data ke-1 : 0,0055 ( 1 0,055 ) UCL = 0.55 % + 3 x 100 % = ,0055 ( 1 0,0055 ) LCL = 0.55 % - 3 x 100 % = * Dan seterusnya sampai data ke 37 Universitas Mercu Buana 50

52 Tabel 4.5 Lembar Perhitungan Revisi Proporsi Seal Kerut / Tidak Terseal Data ke produksi jumlah produk Proporsi Produk Cacat % Produk Cacat UCL (%) CL (%) LCL (%) 1 12, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,556 2, Universitas Mercu Buana 51

53 Adapun Peta Kendali p (p-chart) dari hasil table diatas untuk cacat Seal Kerut / tidak terseal adalah sebagai berikut : Peta kendali p (P-chart) seal kerut / tidak terseal % Data ke- % Produk Cacat UCL (%) CL (%) LCL (%) Gambar 4.12 Peta Kendali p (p-chart) Produk Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal Revisi Setelah dilakukan perhitungan ulang& revisi peta kendali diharapkan semua data berada dalam batas bawah (LCL) maupun batas atas (UCL) yang kemudian akan digunakan untuk perbaikan pada proses produksi berikutnya. Sedang untuk Diagram Fish Bone sebagai berikut : Universitas Mercu Buana 52

54 MANUSIA METODE Kurang trampil Kurang orang / overload Standarisasi pelaksanaan WI Seal Kerut / Tidak Terseal Sealer terlalu panas Ketebalan tidak rata Sealer kurang panas Lapisan plastic licin MESIN MATERIAL Gambar 4.13 Diagram Sebab Akibat Penyebab Plastik Cacat Seal Kerut / Tidak Terseal Pengolahan Data Untuk Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer dengan Peta Kendali p (p-chart) Beikut pengolahan data untuk Cacat Sachet Bocor / Kena Sealer yang merupakan cacat terbesar kedua dengan p-chart. Perhitungan : * CL p = p = = 0,005 = 0.5 % * Data ke-1 : 0,005 ( 1 0,005 ) UCL = 0.5 % + 3 x 100 % = ,005 ( 1 0,005 ) LCL = 0.5 % - 3 x 100 % = * Dan seterusnya sampai data ke 38 Universitas Mercu Buana 53

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Kualitas Pengetahuan teknik saja belumlah memadai untuk mengelola dan menatalaksanakan suatu industri. Bekal pengetahuan sosial seperti administrasi,

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Teknik Industri Jenjang Pendidikan Srata Satu (S1) Disusun Oleh : BUDI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Quality (mutu) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU)

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono POKOK BAHASAN : TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) DESKRIPSI Pengendalian mutu terpadu (PMT) lebih merupakan sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ANALISIS DEFECT PADA PROSES PRODUKSI DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. HILON SURABAYA (STUDI KASUS FINISHING PRODUK MATRAS) SKRIPSI Oleh : ANDRI HERMAWAN 0532010128 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Pengendalian Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan cara memonitor keluaran (output), membandingkan dengan standart - standart,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6 ABSTRAK PT Dhaya Tuhumitra adalah perusahaan penghasil sepatu sandal wanita dengan orientasi pasar ekspor sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama pada

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama pada setiap organisasi, ketiga fungsi tersebut adalah pemasaran, operasi, dan keuangan. Kerja

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Konsep Dasar Kualitas Secara definitif yang dimaksudkan dengan kualitas atau mutu suatu produk/jasa adalah derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan produksi kemasan makanan dari kertas karton CV. Yogyakartas yang berlokasi di Jl. Nyi Ageng Nis No. 20 B,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian 05

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian 05 ABSTRAK PT Ateja Multi Industri merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri tekstil, dimana produk yang dihasilkannya berupa kain untuk public transportation berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Dwi Hadi Sulistyarini 1) 1) Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 167 Email : dwihadi@ub.ac.id Abstrak. UD Podo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer 46 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010. Tempat penelitian dilakukan di PPP Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Quality is the most important element in bussines world competition. A company can be compete and survive by always produce a very good quality product and appropriate with customer expectation.

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339028X PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Much. Djunaidi *), Dilla Rahma Yunita 2) 1,2) Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode Fish bone untuk mencari akar masalah, berikutnya digunakan metode 5W-1H untuk menganalisa lebih lanjut dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018 PETA KENDALI ATRIBUT 9 Pengendalian Kualitas Semester Genap 2017/2018 2 Outline Peta Kendali Variabel 3 PETA KENDALI (CONTROL CHART) Metode Statistik untuk menggambarkan adanya variasi atau penyimpangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah merupakan susunan kegiatan penelitian, mulai dari dilakukannya kegiatan penelitian tersebut, perencanaan sampai

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi

Lebih terperinci