GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN SIDOARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN SIDOARJO"

Transkripsi

1 GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN SIDOARJO BAB II II.1. Aspek Geografi dan Demografi II.1.1. Aspek Geografi II Karakter Lokasi dan Wilayah Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten di Jawa Timur yang terletak diantara dua sungai besar yaitu Sungai Porong dan Sungai Surabaya sehingga terkenal dengan sebutan kota Delta. Dilihat bentang alam, secara makro, terdiri dari kawasan pantai dan pertambakan di sebelah timur dan daerah permukinan dan pertanian di bagian tengah dan barat. Secara geografis letak Kabupaten Sidoarjo adalah antara 112 o o 9 Bujur Timur dan 7 o 3 7 o 5 Lintang Selatan. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, di Sebelah Timur adalah Selat Madura, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sedang di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto. Kondisi topografis Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah delta yang diapit Kali Surabaya (disebelah utara) dan Kali Porong (disebelah selatan) dengan kemiringan tanah 2% (landai), berada pada ketinggian 0-25 meter dpl, daerah Kabupaten Sidoarjo memiliki dua karakteristik air tanah. Dibagian timur seluas 214,20 km2 (29,99%) berketinggian 0-3 meter dpl berair tawar, banyak dimanfaatkan untuk permukiman, perdagangan dan perkantoran. Dibagian barat 208,56 (29,20%) berair tawar, banyak dimanfaatkan untuk pertanian. Pada umumnya kedalaman air tanah berada pada kedalaman 9rata-rata) antara 0-5 m dari permukaan tanah. Secara administratif, Kabupaten Sidoarjo terbagi atas 18 Kecamatan, 322 desa dan 31 kelurahan. Sementara itu desa-desa di Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah ,25 Ha dan berdasarkan karakteristik topografinya terbagi atas tiga kelas, yaitu : 0-3 meter merupakan daerah pantai dan pertambakan yang berair asin/payau berada di belahan timur seluas ,25 Ha atau 37,82% 3-10 meter merupakan daerah bagian tengah sekitar jalan protokol yang berair tawar seluas 25,889 Ha atau 36,24% meter terletak di daerah bagian barat seluas Ha atau 25,95%. Tahun BAB II 1

2 Sedangkan penggunaan tanah di Kabupaten Sidoarjo, meliputi: persawahan ,07 Ha (18,96%): permukiman ,93 Ha (33,14%); perairan darat 17,464,25 Ha (24,45%); industri 2.769,34 Ha (3,88%); hutan bakau 1.010,67 Ha (1,42%); tanah terbuka/kosong 475,20 Ha (0,67%); pertanian 9.252,62 Ha (12,95%); pertambangan 50 Ha (0,07%); lain-lain/jalan & sungai 3.188,08 Ha (4,46%) (BPN dan Bappeda Kabupaten Sidoarjo, 2009). Tabel II.1 Letak, Tinggi, dan Luas Wilayah menurut kecamatan Tahun 2008 No. Kecamatan Tinggi Rata Rata (m dpl) luas Wilayah (Km2) 1 Sidoarjo 4 62,56 2 Buduran 4 41,025 3 Candi 4 40,668 4 Porong 4 29,823 5 Krembung 5 29,55 6 Tulangan 7 31,205 7 Tanggulangin 4 32,29 8 Jabon 2 80,998 9 Krian 12 32,5 10 Balongbendo 20 31,4 11 Wonoayu 4 33,92 12 Tarik 16 36,06 13 Prambon 10 34, Taman 9 31, Waru 5 30,32 16 Gedangan 4 24, Sedati 4 79,43 18 Sukodono 7 32,678 Jumlah 714,245 Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka 2009 Disamping itu, wilayah Kabupaten Sidoarjo memiliki kandungan gas bumi yang dibentuk oleh batuan alluvium seluas 686,89 Ha tersebar disemua kecamatan, batuan plistosen fasien sedimen terdapat di 6 kecamatan, tanah alluvial kelabu merata di 18 kecamatan, assosiasi alluvial kelabu dan cokelat kekuningan terdapat di 4 kecamatan (Krembung, Balongbendo, tarik, dan Prambon). Tahun BAB II 2

3 Tabel II.2 Jenis Lapisan Tanah dan Batuan No. Kecamatan Plistosen Fasien Sedimen (Ha) Alluvium (Ha) Jumlah (Ha) 1 Sidoarjo , ,00 2 Buduran , ,50 3 Candi - 40, ,75 4 Porong - 29, ,25 5 Krembung - 29, ,00 6 Tulangan - 31, ,50 7 Tanggulangin - 32, ,00 8 Jabon - 81, ,75 9 Krian - 32, ,00 10 Balongbendo - 31, ,00 11 Wonoayu - 33, ,00 12 Tarik - 36, ,00 13 Prambon - 34, ,50 14 Taman , ,50 15 Waru , ,00 16 Gedangan , ,75 17 Sedati , ,00 18 Sukodono - 32, ,75 Jumlah , ,25 Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka 2009 Kondisi air tanah di Kabupaten Sidoarjo antara 0 5 meter dibawah permukaan tanah. Daerah banjir terbagi menjadi tiga, banjir karena hujan tersebar di 13 kecamatan, banjir periodik disebagian 5 kecamatan, dan banjir karena air pasang berada di sebagian 4 kecamatan. Tahun BAB II 3

4 Tabel II.3 Luas Daerah Air Hujan dan banjir (Ha) 2008 No. Kecamatan Daerah Air Asin Stlh Hujan Daerah Banjir Periodik Air Pasang Air Tanah 0-5 M 1 Sidoarjo 4.063,62 308, ,00 2 Buduran 1.822,50 17,50-701, ,50 3 Candi 667,23 491, ,75 4 Porong - 14,26 75, ,25 5 Krembung - 17,00 12, ,00 6 Tulangan - 48, ,50 7 Tanggulangin 640,75 21, ,00 8 Jabon 4.080,75 216,05 456,00 456, ,75 9 Krian - 265, ,00 10 Balongbendo - 30, ,00 11 Wonoayu - 71, ,00 12 Tarik - 8, ,00 13 Prambon - 64, ,50 14 Taman ,50 15 Waru 740,50-740,50 740, ,00 16 Gedangan 195, ,75 17 Sedati 4.101,57-387,90 120, ,00 18 Sukodono ,75 Jumlah , , , , ,25 Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka 2008 Seperti halnya daerah lain yang berada di sekitar garis khatulistiwa, Kabupaten Sidoarjo beriklim tropis dan mengenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai September dan di Bulan Oktober sampai Bulan April adalah musim hujan. Suhu udara berkisar derajat Celsius. Tahun BAB II 4

5 Tabel II.4 Jumlah Curah Hujan (mm) Tahun 2008 No. Kecamatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des 1 Sidoarjo Buduran Candi Porong Krembung Tulangan Tanggulangin Jabon Krian Balongbendo Wonoayu Tarik Prambon Taman Waru Gedangan Sedati Sukodono Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Sidoarjo 2008 II Potensi Pengembangan Wilayah Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sidoarjo dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) jenis penggunaan lahan yaitu permukiman, lahan sawah dan perikanan, pertambangan, industri (gudang, zona industri dan kawasan industri), fasilitas umum, perdagangan dan jasa, serta kawasan khusus militer. Kabupaten Sidoarjo merupakan kawasan pantai dan pertambakan di sebelah timur dan daerah permukinan dan pertanian di bagian tengah dan barat. Sedangkan potensi pengembangan wilayah diarahkan ke pengembangan kawasan: 1. Kawasan Tanaman Pangan Tanaman pangan diwilayah desa-desa basis pertanian di Kabupaten Sidoarjo diwilayah barat. Oleh karena itu, program yang dicanangkan adalah menetapkan kawasan tanaman pangan yang merupakan lahan produktif (subur) jangan dialihfungsikan keguna lahan non-tanaman pangan. Termasuk, tanaman holtikultura Tahun BAB II 5

6 meliputi tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Jika dipilah meliputi: tomat, salak, pisang, pepaya, kacang panjang, terong, lombok,s emangka, kubis, melon. Potensi tersebut mempunyai kecenderungan wilayah yang memiliki. Dengan demikian perlu membuat program kawasan sentra-sentra holtikultura. 2. Kawasan Perikanan Darat dan Laut Kawasan perikanan yang meliputi ikan lele, ikan gurami, dan ikan tambak sebenarnya yang cukup menonjol jika dibandingkan sektor peternakan, sehingga perlu menyediakan lahan untuk kawasan perikanan didaerah-daerah tertentu disetiap wilayah. Sementara potensi ikan laut yang cukup besar juga perlu terus ditingkatkan dan didorong dengan penguatan sarana pendukung dari instansi teknis. Dengan demikian, program yang perlu dicanangkan adalah penyebarluasan (ekstensifikasi) kawasan perikanan darat, revitalisasi perikanan laut, dan pemanfaatan sumber daya laut sekaligus upaya konservasi pinggiran pantai. 3. Kawasan Pengembangan Industri kecil dan Sedang Kawasan industri sebarannya merata diseluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini telah diuraikan pada bahasan skenario prioritas pengembangan untuk sektor industri. Oleh karena itu, dalam program perlu dicanangkan adalah menentukan sentra-sentra kawasan industri berdasarkan spesifikasi jenis industri, misalkan: - Sentra kawasan inddustri hasil-hasil perikanan laut seperti petis, kerupuk ikan, terasi berada disentra-sentra nelayan (pantai) misalkan Jabon, Sidoarjo, dll. - Sentra kawasan industri kecil kulit di Tanggulangin Dengan pola clustering serta peningkatan program kemitraan menjadi daya dorong dalam memperkuat basis industri kecil yang diusahakan oleh masyarakat serta sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. II.1.2. Aspek Demografi Jumlah penduduk dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup tinggi berdasarkan laporan perkembangan penduduk bulan Desember tahun 2009 berjumlah jiwa sedangkan tahun 2005 sejumlah jiwa. Pada tahun 2009, Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Waru yaitu jiwa, sedangkan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain adalah Kecamatan Gedangan (8006 jiwa/km 2). Sedangkan Kecamatan Jabon memiliki penduduk paling sedikit Tahun BAB II 6

7 yaitu jiwa dan sekaligus menjadi kecamatan dengan kepadatan terendah 729 jiwa /km 2. Grafik II.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sidoarjo Jumlah Pemduduk Sumber data : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab Sidoarjo, 2009 Dari data diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun adalah sebesar 7,08%. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk paling besar terjadi pada tahun sebesar 13,54%. Sedangkan pada tiga tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk mulai menurun, yaitu tahun sebesar 9,08% dan tahun sebesar 3,39%. Sedangkan berdasar struktur umur penduduk dapat diketahui apakah penduduk termasuk dalam struktur muda atau tua. Struktur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk usia 0 14 tahun sekitar 40 persen dan dikatakan tua bila proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas mencapai 10 persen atau lebih. Berdasarkan ketentuan tersebut ternyata struktur umur penduduk Kabupaten Sidoarjo adalah struktur umur peralihan karena tidak dapat digolongkan kedalam kedua kelompok tersebut. Namun mengarah ke struktur penduduk muda karena penduduk umur 65+ tahun kurang dari 5 persen dan penduduk usia produktif (15-64 tahun) mendominasi seluruh penduduk yaitu sekitar 70 persen dari total penduduk. Pada tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo apabila dikelompokkan ke dalam jenis usia maka komposisi penduduk dengan kelompok umur 0 3 tahun sebanyak 36,128 orang, umur 4 6 tahun sebanyak 68,835 orang, umur 7 12 tahun sebanyak 201,959 umur tahun sebanyak 100,741 orang, umur tahun sebanyak 95,922 orang dan umur 19 tahun keatas sebanyak 1,461,174 orang. Tahun BAB II 7

8 Grafik II.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia pada Tahun 2009 Usia 0-3 2% Usia 19 keatas 74% Usia 4-6 4% Usia % Usia % Usia % Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sedang komposisi Penduduk Kabupaten Sidoarjo berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel II.5 sedang komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada grafik II.2. Tabel II.5 KK Menurut Mata Pencaharian Mata Pencaharian Tahun PNS TNI POLRI Swasta Wiraswasta Petani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa Jumlah Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Berdasarkan tabel II.5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo yang terbesar berdasarkan mata pencaharian adalah bidang swasta, yaitu sebanyak 310,354 jiwa atau 15,8% dari total penduduk, sedang jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo yang terbesar berdasarkan tingkat pendidikan sebagaimana dapat dilihat pada tabel II.5, adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak jiwa atau 32,14%dari total penduduk. Tahun BAB II 8

9 Tabel II.6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2005 dan 2009 Tahun Pendidikan TK SD SLTP SLTA D1/D2/D S1/S2/S Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil II.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat II.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II Pertumbuhan Produk Domestic Regional Brutto (PDRB) Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, PDRB (atas dasar harga konstan) Kabupaten Sidoarjo mengalami peningkatan setiap tahunnya (ditunjukkan dalam tabel II.7). Pada tahun 2009, dari sembilan sektor pembangunan, sektor Industri pengolahan memiliki sumbangan PDRB tertinggi, yaitu sebesar 45,18 %; disusul oleh PHR (perdagangan, hotel dan restoran) sebesar 30,03 %; Angkutan dan Komunikasi sebesar 10,09 %; jasa-jasa sebesar 5,30 %; pertanian sebesar 3,52 %; listrik, gas dan air bersih sebesar 2,03 %; konstruksi sebesar 2,01 %; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,28 %; dan pertambangan dan penggalian sebesar 0,55 %. Tabel II.7 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sidoarjo Tahun (juta rupiah) Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Bersih Konstruksi PHR Angkutan dan Komunikasi Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa TOTAL PDRB Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten Sidoarjo, 2009 Tahun BAB II 9

10 II Laju Inflasi Tabel II.8 Inflasi dan Laju Inflasi Kabupaten Sidoarjo Tahun Tingkat Inflasi ,23% ,32% ,05% ,96% ,79% ,86% Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten Sidoarjo Secara kumulatif, selama tahun 2010 sampai bulan Nopember laju inflasi Kabupaten Sidoarjo mencapai 5,86%, kondisi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kumulatif inflasi selama tahun 2009 yang mencapai 3,79%. Rata-rata laju inflasi antara tahun sebesar 6,20%. II.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial II Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara jumlah anak usia 7 12; dan tahun yang bersekolah di SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK dibagi seluruh jumlah anak usia 7 12; dan tahun untuk jenjang pendidikan tersebut. APM yang dicapai pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 98,72%, SMP/MTs sebesar 73,31% dan SMA/MA/SMK sebesar 61,04%. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) selama lima tahun pada masingmasing jenjang pendidikan terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.3 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) percentage (%) ,89 85,05 61,71 37,32 71,06 75,91 61,74 92,89 107,46 107,61 111,82 113,15 52,3 61,04 72,18 73,17 101,5 98, SD/ MI SMP/ MTs SMA/MA/SMK Sumber data: Dinas Pendidikan Tahun BAB II 10

11 Dari grafik II.3 dapat dilihat bahwa APM untuk jenjang pendidikan SD/MI selama enam tahun berfluktuasi dan menunjukkan tren menurun. APM untuk jenjang pendidikan SD/MI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 98,72%. APM untuk jenjang pendidikan SMP/MTs selama enam tahun berfluktuasi dan menunjukkan tren menurun. APM untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami kenaikam sebesar 73,17%. Sedangkan APM untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK selama enam tahun berfluktuasi dan menunjukkan tren meningkat. APM untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 61,04%. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah seluruh murid sekolah untuk jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah seluruh anak usia sekolah untuk jenjang pendidikan tersebut. APK yang dicapai pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 109,96%, SMP/MTs sebesar 98,17% dan SMA/MA/SMK sebesar 82,69%. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) selama enam tahun pada masing-masing jenjang pendidikan terlihat dalam grafik sebagai berikut : Grafik II.4 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Sumber data: Dinas Pendidikan Berdasarkan grafik II.4 menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikian SD/MI tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 9,69%. Penurunan ini menunjukkan bekurangnya anak usia 7-12 tahun dari Kabupaten lain yang bersekolah di Kabupaten dan berkurangnya anak usia di bawah tujuh tahun masuk SD/MI. Tahun BAB II 11

12 APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,50%. Sedangkan APK untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 juga mengalami peningkatan sebesar 21,74%. II Prosentase angka kelulusan sekolah Untuk menilai kualitas secara umum dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten diukur dengan angka kelulusan. Kemampuan sekolah untuk meluluskan anak didiknya akan berbanding lurus dengan kualitas tersebut. Perkembangan angka kelulusan tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.5 Perkembangan Angka Kelulusan Sumber Data : Dinas Pendidikan II Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita II Angka Kematian Bayi Untuk menilai hasil dari pelayanan kesehatan terhadap bayi dan balita dilakukan melalui beberapa standar pelayanan kepada bayi dan balita. Target angka kematian bayi tahun 2010 yang ditetapkan adalah sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Realisasi angka kematian bayi pada tahun 2010 adalah sebesar 9,60 per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka capaian ini telah sesuai Tahun BAB II 12

13 dengan target yang ditentukan. Perkembangan angka kematian bayi untuk tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini : Grafik II.6 Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Sumber data : Dinas Kesehatan Apabila dilihat dari perkembangan selama lima tahun, realisasi angka kematian bayi menurun sebesar 9,60% yaitu dari sebesar 12,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi sebesar 9,60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Dengan semakin menurunnya angka ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan kesehatan khususnya terhadap bayi selama enam tahun telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. II Angka Kematian Balita Grafik II.7 Angka Kematian Balita Sumber: Dinas kesehatan Tahun BAB II 13

14 Perkembangan angka balita selama enam tahun mengalami penurunan hingga pada tahun 2010 yang hanya sebesar 10,18 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah bayi yang meninggal setiap tahunnya semakin berkurang. II Balita dengan Gizi Buruk Balita gizi buruk adalah balita dengan status gizi yang diukur menurut berat badan dan tinggi badan dengan Z score < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmur, kwashiorkor, marasmus kwashiorkor).target balita dengan gizi buruk setiap tahunnya adalah sebesar <0,1 % dari jumlah yang diperiksa/ditimbang. Perkembangan balita gizi buruk selama lima tahun terlihat pada grafik berikut ini : Grafik II.8 Perkembangan Balita dengan Gizi Buruk dari Jumlah Balita yang Ditimbang Sumber data: Dinas Kesehatan Selama lima tahun jumlah balita gizi buruk semakin menurun. Realisasi jumlah balita gizi buruk tahun 2010 sebanyak 0,04% dari jumlah balita yang ditimbang. Jumlah ini turun dibanding tahun 2005 yang sebanyak 0,17%. Jika dibandingkan dengan target setiap tahunnya yang sebesar 0,1 % maka capaian tahun 2009 yang sebesar 0,04% telah melampaui target yang ditetapkan. Hambatan yang dihadapi dalam kasus gizi buruk ini antara lain : 1. Pada umumnya kasus gizi buruk bukan murni karena kekurangan asupan gizi, tetapi terdapat penyakit penyerta dan kelainan bawaan yang memperparah kondisi balita sehingga sulit ditangani 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi 3. Faktor sosial ekonomi masyarakat yang rendah Untuk itu perlu dilakukan hal-hal antara lain : 1. Memotivasi masyarakat secara terus menerus dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor Tahun BAB II 14

15 2. Membentuk Pos Gizi (kegiatan praktek perilaku pemulihan gizi) melalui pendekatan Positive Deviance (Penyimpangan Positif perilaku berbeda dari masyarakat kurang mampu tetapi mempunyai balita dengan status gizi yang baik) 3. Dukungan pemerintah melalui intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. II Prevelensi Gizi Kurang Grafik II.9 Prevelensi Gizi Kurang Sumber: Dinas Kesehatan Perkembangan prevelensi gizi kurang pada tahun 2010 meningkat sebesar 9,36% jika dibanding pada tahun sebelumnya, 2009 yang hanya sebesar 8,16%. Apabila dibandingkan dengan target sebesar <11% dari jumlah balita yang diperiksa, prevalensi gizi kurang di Kabupaten pada tahun sudah memenuhi target. Akan tetapi harus tetap diwaspadai karena balita gizi kurang apabila tidak ditangani secara akurat dapat jatuh pada kondisi gizi buruk. Hambatan yang ada pada penanganan balita gizi kurang antara lain : Kurang pengetahuan masyarakat tentang gizi Faktor sosial ekonomi yang kurang Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : Promosi kesehatan khususnya masalah gizi balita secara terus menerus diantaranya melalui kegiatan Posyandu. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama pada kegiatan Posyandu sehingga status gizi balita dapat terpantau secara berkala. Dukungan Pemerintah untuk pengadaan PMT bagi balita gizi kurang untuk mencegah agar tidak jatuh pada kondisi gizi buruk. Tahun BAB II 15

16 II Perkembangan Kecamatan Bebas Rawan Gizi Grafik II.10 Perkembangan Kecamatan Bebas Rawan Gizi Sumber: Dinas Kesehatan Perkembangan kecamatan bebas rawan gizi pada tahun 2010 menurun sebesar 88,88% jika dibandingkan pada tahun 2009 sebesar 94,44%. Pada tahun 2005 perkembangan kecamatan bebas rawan gizi belum memenuhi target, yaitu hanya 77,78% dari target yanyang ditetapkan sebesar 90%. Tahun pencapaian kecamatan bebas rawan gizi sudah memenuhi target, bahkan pada tahun 2008 semua kecamatan di Kabupaten bebas rawan gizi. Untuk itu perlu promosi kesehatan terus menerus terutama tentang pengetahuan gizi masyarakat agar pengetahuan dan pemahaman masyarakat meningkat, sehingga prevalensi balita KEP dapat ditekan. II Jumlah keluarga miskin Perkembangan jumlah keluarga miskin tahun 2008 dan tahun 2009 adalah sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.11 Jumlah Keluarga Miskin Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tahun BAB II 16

17 Dari grafik II.11 terlihat bahwa pada tahun 2008 ditemukan jumlah keluarga miskin sebanyak jiwa dan tahun 2010 menurun menjadi sebanyak jiwa. Pada tahun 2010 target persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk adalah 9,65%. Kondisi diatas tidak dapat dibandingkan secara langsung dari tahun ke tahun. Hal itu karena data tahun 2005 didasarkan pendataan statistik untuk dasar program Bantuan Langsung Tunai (BLT), data tahun 2006 dan 2007 didasarkan pendataan menggunakan 11 indikator, sedangkan data tahun 2008 dan tahun 2009 didasarkan pendataan menggunakan 14 indikator, sehingga tidak bisa dibandingkan. Namun berdasarkan kesepakatan bersama antara Pemkab dan Pemprov Jawa Timur, data tahun 2009 jumlah keluarga miskin sebanyak RTS ditetapkan sebagai titik 0 (NOL) kemiskinan Sidoarjo. Pada tahun 2010 jumlah keluarga miskin masih sama dengan kondisi tahun Hal ini karena BPS tidak mendata jumlajh keluarga miskin tiap tahun. Data jumlah keluarga miskin diatas akan menjadi acuan bagi semua SKPD yang melaksanakan kegiatan pengatasan kemiskinan. Disamping jumlah penduduk miskin sebesar KK ( jiwa) yang merupakan data acuan JAMKESMAS, juga terdapat masyarakat miskin sejumlah orang yang merupakan data acuan JAMKESDA meskipun data ini perlu diverivikasi kehandalannya. II Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Perkembangan jumlah PMKS tahun 2008 dan tahun 2010 adalah sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.12 Jumlah PMKS Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Dari grafik II.12 terlihat bahwa pada tahun 2008 ditemukan PMKS sebanyak jiwa dan tahun 2010 menurun menjadi sebanyak jiwa. Apabila Tahun BAB II 17

18 dibandingkan dengan target tahun 2010 yang sebanyak jiwa, capaian kinerja indikator ini sebesar 107,25%. Sedangkan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 terjadi penurunan jumlah PMKS sebanyak jiwa atau 6,76%. Menurunnya jumlah PMKS di Kabupaten Sidoarjo karena : Menurunnya angka kemiskinan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang berpengaruh pada meningkatnya kualitas hidupyang layak dan bermartabat. Meningkatnya sumber daya manusia yang berkualitas dengan terselenggaranya pendidikan ketrampilan baik formal maupun informal yang diselenggarakan baik oleh Pemerintah, swasta maupun stakeholders yang lain. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Meningkatnya kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab serta peran aktif dunia usaha dan masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan. Meningkatnya prakasa dan peran aktif masyarakat termasuk mesyarakat mampu, dunia usaha, perguruan tinggi dan organisasi sosial/lsm dalam menyelenggarakan pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan. Tahun BAB II 18

19 II Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteran Sosial (PMKS) yang Dibantu Grafik II.13 Jumlah PMKS yang Dibantu Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Jumlah PMKS yang dibantu pada tahun 2009 dan 2010 meningkat drastis sebesar 789 PMKS pada tahun 2009 dan sebesar 822 PMKS pada tahun Apabila dibandingkan dengan jumlah PMKS yang dibantu tahun 2009 terjadi peningkatan sebanyak 33 jiwa, atau meningkat 4,18%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target jumla PMKS yang dibantu tahun 2010 yang sebanyak 789 jiwa, capaian kinerja indikator ini sebesar 104,18%. II Jumlah Rumah Tidak Layak Huni yang Direhap Keberhasilan pembangunan dalam rangka penenggulanagan kemiskinan tidak lepas dari peran serta masyarakat untuk menunjang upaya pemerintah dalam rangka peningkatan pembangunan yang berbasisi sosial dasar masyarakat sesuaidengan yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Hal tersebut merupakan bentuk komitmen guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bentuk upaya tersebut antara lain adalah pembangunan rehab rumah tidak layak huni bagi keluarga miskin yang telah dilaksanakan setiap tahun sejak tahun Jumlah rumah tidak layak huni hasil pendataan sebanyak rumah, jumlah tersebut selama tahun telah direalisasikan dirahabilitasi melalui bantuan anggaran pemerintah kabupaten sebanyak rumah atau 75,07%. Tahun BAB II 19

20 Grafik II.14 Jumlah Rumah Tidak Layak Huni yang Direhab rumah Sumber : BPMPKB, 2010 Pada tahun 2010 terealisasi untuk rehabilitasi rumah yang tidak layak huni senayak rumah yang terdiri dari rumah menggunakan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan 250 rumah menggunakan anggaran dengan partisipasi masyarakat sebesar Rp ,-. Dengan terealisasinya perbaikan pada tahun 2010 maka pada akhir tahun 2010 jumlah rumah tidak layak huni tinggal 500 rumah. Rehabilitasi rumah tidak layak huni ini memang belum seluruhnya selesai pad tahun 2010, hal ini karena menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Pada masa yang akan datang akan dipikirkan strategi bantuan rebab rumah tidak layak huni ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi jug asekiranya melibatkan masyarakat maupun perusahaan melalui program community develpoment. II Kesempatan Kerja II Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja pada periode berfluktuasi dan menunjukkan tren menurun. Tahun 2006 jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja adalah orang. Tahun berikutnya, tahun 2007, jumlah angkatan yang tidak bekerja melonjak menjadi orang. Sedangkan pada tahun 2008, jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja sedikit menurun menjadi orang. Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja terendah terjadi pada Tahun BAB II 20

21 tahun 2010 yaitu sebanyak orang. Perkembangan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dapat dilihat pada grafik II.14 berikut ini. Grafik II.15 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Bekerja Perkembangan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja Orang Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja II Jumlah angkatan kerja Jumlah angkatan kerja tahun berfluktuasi, yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2007 menjadi sebanyak orang pada tahun 2008 atau naik sebesar 1,52%. Grafik II.16 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Orang Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja II Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan Jumlah tenaga keja yang berhasil ditempatkan selama enam tahun sebanyak orang atau rata rata per tahun orang, dan berfluktuasi Tahun BAB II 21

22 di setiap tahunnya. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang ditempatkan selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.17 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Ditempatkan Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang berhasil ditempatkan pada tahun 2010 meningkat sebesar 424,71% dibanding dengan tahun Sedangkan apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 yang ditetapkan sebesar orang, terget kinerja tercapai 100%. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ditempatkan pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 karena : Penyebaran informasi lowongan kerja melalui PO BOX Kerjasama lembaga penempatan tenaga kerja swasta, bursa kerja khususnya bursa kerja swasta. Banyaknya rekruitmen dai perusahaan penyedia jasa tenaga kerja. II Angka Kriminalitas Selama lima tahun angka kriminalitas berfluktuasi dalam kisaran angka kejadian setiap tahunnya. Pada tahun angka kriminalitas cenderung turun dan naik pada tahun 2008 dan Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 s/d 2009 berpengaruh pada perekonomian baik secara nasional maupun regional khususnya terhadap lonjakan harga sembako. Kondisi tersebut berpengaruh pada pola pikir sebagian masyarakat yang mengambil jalan pintas dalam memenuhi kebutuhannya. Perkembangan angka kriminalitas selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 22

23 Grafik II.18 Perkembangan Angka Kriminalitas Perkembangan angka Kriminalitas Kejadian Sumber Data : Bakesbangpol dan linmas Upaya yang telah dilakukan selama tahun dalam menekan angka kriminalitas adalah: 1. Menyelenggarakan diklat Pam Swakarsa 2. Menambah frekuensi koordinasi dengan aparat keamanan Kecamatan dan Desa serta pemanfaatan potensi ang ada untuk kelancaran informasi 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat pada keamanan dan ketertiban masyarakat 4. Menyelenggarakan Rakor Kominda 5. Menyelenggarakan Lomba Cipta Kampung Aman 6. Menambah pasukan keamanan pada bank-bank yang dinilai rawan terhadap perampokan nasabah dan meningkatkan keamanan di ATM-ATM dan pusat perbelanjaan 7. Sosialisasi Wasbang dan Ranham. Tahun BAB II 23

24 II Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Grafik II.19 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber: Dinas Pendidikan Pada tahun 2008, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 75,35%. Pada tahun 2009 sebesar 75,60%, dan pada tahun 2010 target IPM sebesar 75,89%. Hal ini dapat dilihat bahwa ada peningkatan IPM dari tahun ke tahun. Disusul dengan peningkatan Angka Partisipasi Sekolah dan peningkatan daya beli masyarakat dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 10,23%. Tahun BAB II 24

25 II Perkembangan Usia Harapan Hidup Grafik II.20 Perkembangan Usia Harapan Hidup Sumber: Dinas Pendidikan Perkembangan usia harapan hidup pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 70,39 dibanding pada tahun 2009 yang hanya sebesar 70,13. II Perkembangan Angka Melek Huruf Grafik II.21 Perkembangan Angka Melek Huruf Sumber: Dinas Pendidikan Tahun BAB II 25

26 Perkembangan angka melek huruf selama lima tahun mengalami kenaikan. Hanya pada tahun 2009 yang turun sebesar 97,09% dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar 97,29%. II Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Grafik II.22 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Sumber: Dinas Pendidikan Perkembangan rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2009 sebesar 9,52 dan pada tahun 2010 tidak mengalami kenaikan, tetap sebesar 9,52. II.2.3. Seni Budaya dan Olahraga II Jumlah Kelompok Seni dan Budaya Untuk menopang pelestarian seni dan budaya maka harus dijaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat. Berdasarkan perhitungan di tahun 2009, realisasi jumlah kelompok seni dan budaya yang ada sebanyak 199 kelompok. Perkembangan jumlah kelompok seni budaya tahun sebagai berikut: Tahun BAB II 26

27 Grafik II.23 Perkembangan Jumlah Kelompok Seni Budaya Sumber Data : Kantor Parbudpora Berdasarkan grafik II.22 menunjukkan bahwa jumlah kelompok seni dan budaya cenderung mengalami peningkatan. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 meningkat sebanyak 22 kelompok. Meningkatnya jumlah kelompok seni dan budaya ini mengindikasikan adanya peningkatan perhatian masyarakat terhadap seni dan budaya. Peningkatan animo ini perlu didukung oleh pemerintah kabupaten sehingga jumlah kelompok yang banyak tersebut dapat diikuti dengan peningkatan prestasi. II.3. Aspek Pelayanan Umum II.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib II Pendidikan II Perkembangan Angka Putus Sekolah Grafik II.24 Perkembangan Angka Putus Sekolah Sumber: Dinas Pendidikan Tahun BAB II 27

28 Perkembangan angka putus sekolah pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 0,02%, SMP/MTs sebesar 0,15%, dan SMA/MA/SMK sebesar 0,47%. Angka ini tidak terlalu berbeda jika dibandingkan dengan angka putus sekolah pada tahun II Rasio ideal prasarana & sarana pendidikan terhadap jumlah murid Selain ketersediaan guru berkualitas dan berkeahlian yang cukup, ketersediaan sarana yang layak merupakan modal dasar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga keberadaannya harus senantiasa ditingkatkan. Indikator kinerja yang digunakan adalah: II Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid Rasio ini dapat dihitung dari jumlah murid dibanding dengan jumlah guru. Target nasional berdasarkan standar ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Statistik Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional adalah SD/MI sebesar 1:40, SMP/MTs sebesar 1:21 dan SMA/MA/SMK sebesar 1:21. Perkembangan rasio jumlah guru dan murid pada masing-masing jenjang pendidikan tahun adalah sebagai berikut: Tabel II.9 Perkembangan Rasio Jumlah Guru dan Murid Tahun No Uraian Tahun SD/MI 1/23 1/22 1/22 1/20 1/18 1/19 2 SMP/MTs 1/16 1/13 1/16 1/10 1/16 1/14 3 SMA/MA/SMK 1/13 1/13 1/15 1/16 1/17 1/14 Sumber Data : Dinas Pendidikan Rasio tersebut menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan guru baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs maupun jenjang SMA/MA/SMK telah mencukupi dibandingkan dengan jumlah murid yang ada. II Rasio jumlah kelas terhadap murid Rasio ini dapat dihitung dari jumlah kelas dibanding dengan jumlah murid. standar nasional berdasarkan standart ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional adalah SD/MI sebesar 1 : 30, SMP/MTs sebesar 1 : 36 dan SMA/MA/SMK 1 : 33 Tahun BAB II 28

29 Perkembangan jumlah murid dan jumlah kelas pada masing-masing jenjang pendidikan untuk tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada tabel berikut ini : Tabel II.10 Perkembangan rasio jumlah kelas dan murid tahun No Uraian Tahun SD/MI 1/24 1/15 1/29 1/22 1/17 1/30 2 SMP/MTs 1/52 1/40 1/38 1/39 1/38 1/36 3 SMA/MA/SMK 1/42 1/38 1/38 1/40 1/40 1/33 Sumber Data : Dinas Pendidikan Berdasarkan rasio tersebut terlihat bahwa jumlah murid SD/MI yang ada telah seluruhnya tertampung pada kelas yang tersedia. Sedangkan pada jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK daya tampung kelas terhadap jumlah murid yang ada pada tahun melampaui standar nasional terutama pada jenjang SMP/MTs. Rasio ini pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami perbaikan yaitu telah berada pada kisaran rasio standar nasional yang sebesar 1/40. II Kondisi Sekolah Perkembangan kondisi sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan untuk tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada tabel berikut ini : Tabel II.11 Perkembangan Kondisi Sekolah dengan kondisi Baik No Keterangan 1 Baik Tahun SD/MI 60,91 61,2 61,05 69,88 63,65 71,96 SMP/MTs 86,62 89,8 87,05 90,93 88,36 91,02 SMA/MA/SMK 89,81 91,2 87,45 92,31 90,35 94,68 2 Sedang SD/MI 21,04 20, ,27 17,9 16,08 SMP/MTs 9,85 8,14 10,71 6,76 8,33 6,63 SMA/MA/SMK 8,07 7,22 10,76 5,58 6,01 3,86 3 Rusak SD/MI 18,05 17,93 17,95 12,85 18,45 11,96 SMP/MTs 3,53 2,06 2,24 2,3 3,31 2,36 SMA/MA/SMK 2,12 1,58 1,78 2,11 3,64 1,46 Sumber: Dinas Kesehatan Tahun BAB II 29

30 II Kesehatan II Angka Kematian Ibu Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Target angka kematian ibu setiap tahunnya sebesar 112 per kelahiran hidup.perkembangan angka kematian ibu tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.25 Perkembangan Angka Kematian Ibu per Melahirkan Kelahiran Hidup angka kematian 61,61 50,23 91,81 112,6 91,73 79,98 Sumber data : Dinas Kesehatan Realisasi angka kematian ibu melahirkan selama lima tahun mangalami fluktuasi, terendah pada tahun 2006 yang tercapai sebesar 50,23 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang sebesar 112,6 per kelahiran hidup. II Angka Morbiditas Untuk menilai pelayanan terhadap penanggulangan penyakit menular maka perlu diukur angka kesakitan beberapa penyakit yang potensial terjadi di Kabupaten. Penyakit tersebut adalah TB Paru, Demam Berdarah Dengue dan AFP pada anak < 15 tahun. II Angka Kesembuhan TB Paru Perkembangan angka kesembuhan TB paru tahun terlihat pada grafik berikut ini : Tahun BAB II 30

31 Grafik II.26 Angka Kesembuhan TB Paru Sumber data: Dinas Kesehatan Perkembangan angka kesembuhan TB Paru pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 83,36% setelah pada tahun 2008 yang mengalami penurunan drastis sebesar 81,30%. Realisasi ini sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009 yang tercapai 82,30%. Angka kesembuhan dapat disapai apabila penderita yang sudah menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/spuntum pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi. Hambatan yang ditemui antara lain : Penderita yang tekah menyelesaikan pengobatan tidak melakukan pemeriksaan dahak sebagai dasar evaluasi yang menentukan kesembuhan penderita. Penderita DO (drop out) berobat karena faktor pendamping/pengawas minum obat dari keluarga penderita yang kurang berperan. Peran lintas sektor khususnya dari komponen masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan swasta belum optimal dan belummempunyai pemahaman yang sama untuk pemberantasan TB paru. Faktor ekonomi dan pendidikan yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat bagi penderita. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi penderita TB Paru belum mencakup keseluruhan jumlah penderita yang ada, padahal penderita TB Tahun BAB II 31

32 Paru pada umumnya berasal dari keluarga miskin dan mempunyai kondisi fisik yang kurang, sehingga perlu mendapat PMT. Kondisi kesehatan lingkungan pada penderita TB Paru yang pada umumnya kurang memadai. II Angka Kesakitan DBD Target angka kesembuhan TB Paru setiap tahunnya adalah sebesar 85%. Angka kesembuhan TB Paru (cure rate) di Kabupaten selama tahun berfluktuasi dan terdapat dua tahun berturut-turut di bawah target yang ditetapkan yaitu tahun 2006 sebesar 86,8% dan tahun 2007 sebesar 86,2%. Akan tetapi jika dilihat dari angka kesuksesan (Succes rate) TB Paru yaitu persentase penderita TB Paru yang telah selesai pengobatan, sudah mencapai > 85 %. Angka kesembuhan dapat dicapai apabila penderita yang sudah menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/sputum pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi. Target angka kesakitan DBD setiap tahunnya adalah sebesar <55. Perkembangan angka kesakitan DBD tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini : Grafik II.27 Angka Kesakitan DBD per Penduduk ,82 61,8 39,59 27,54 29,69 29, Sumber data: Dinas Kesehatan Angka kesakitan DBD Kabupaten menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan setelah pernah mencapai puncak siklus empat tahunan (peak Tahun BAB II 32

33 season) pada tahun 2006 sebesar 82,52 per penduduk, dari tahun 2005 yang hanya 27,54 per penduduk. Kemudian berangsur-angsur turun menjadi 61,8 (tahun 2007), 29,69 (tahun 2008), 29,90 per penduduk (tahun 2009) dan 39,59 (tahun 2010). Kabupaten merupakan wilayah endemis DBD dimana tingkat penularan DBD sangat tinggi, yang dipengaruhi antara lain mobilitas penduduk dan kebersihan lingkungan. Untuk itu upaya pencegahan DBD harus selalu dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat dengan Gerakan 3 M Plus (Menguras, menutup dan mengubur serta mencegah gigitan nyamuk), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) secara berkala serta upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang pengenalan dini gejala DBD dan penanganan secara tepat. II Angka Kesakitan AFP (Acute Flaccid Paralysis = Lumpuh Layuh Mendadak) Target angka kesakitan AFP setiap tahunnya adalah sebesar >2. Perkembangan angka kesakitan AFP tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.28 Angka Kesakitan AFP per Penduduk Usia <15 Tahun 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3,94 4,14 3 2,68 2,57 1, Sumber data: Dinas Kesehatan Angka kesakitan AFP di Kabupaten selama tahun telah mencapai target sebesar > 2 per penduduk usia < 15 tahun kecuali pada tahun Angka kesakitan AFP tahun 2005 sebesar 1,98 per Tahun BAB II 33

34 penduduk usia < 15 tahun, sedikit di bawah target yang ditetapkan. Semakin tinggi pencapaian penemuan AFP semakin baik karena hal ini menunjukkan sistem surveilans berjalan baik. II Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk berobat ke puskesmas yang ada. Target jumlah penduduk yang memanfaatkan puskesmas ditetapkan sebesar 65 % dari seluruh jumlah penduduk. Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas (visit rate) selama tahun , sebagaimana yang terlihat pada grafik menunjukkan tren penurunan tetapi masih memenuhi target yang ditetapkan sebesar 65%. Penurunan ini menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas menitikberatkan pada pelayanan preventif (pencegahan), promotif, kuratif (pengobatan dasar) dan rehabilitasi (pemulihan). Grafik II.29 Perkembangan Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas Sumber data : Dinas Kesehatan II Persentase kunjungan rawat jalan Persentase kunjungan rawat jalan di Puskesmas selama lima tahun berfluktuasi antara 59,52 % - 73,25 % dari target sebesar 15 %. Tahun BAB II 34

35 Grafik II.30 Perkembangan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas Persentase (%) Pekembangan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas 59,52 60,11 63,87 73,25 66, Sumber data : Dinas Kesehatan II Persentase kunjungan rawat inap Persentase kunjungan rawat inap di Puskesmas Kabupaten selama tahun berfluktuasi antara 0,9% - 3% dari target sebesar 1,5 %. Perkembangan prosentase kunjungan rawat inap di Puskesmas selama lima tahun sebagaimana ditunjukkan pada grafik. Grafik II.31 Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas Persentase (%) Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas 2,74 2,8 3 1, Sumber data : Dinas Kesehatan 0,9 II Persentase penduduk yang memanfaatkan RSUD Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk berobat ke RSUD yang ada. Target nasional untuk jumlah kunjungan ke RSUD sebesar 1,5% dari jumlah penduduk. Target ini sesuai dengan target yang ditetapkan dalam indikator indonesia sehat Tahun BAB II 35

36 Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Realisasi kunjungan pasien selama lima tahun berfluktuasi yaitu pada tahun mengalami peningkatan sedangkan pada tahun mengalami penurunan dari 20,02% pada tahun 2007 menjadi 12,42% pada tahun Grafik II.32 Perkembangan Kunjungan Rumah Sakit Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo Penurunan ini karena pada tahun 2008 data jumlah penduduk Kabupaten mengalami kenaikan yang sangat tinggi antara hingga jiwa. Namun demikian realisasi persentase jumlah penduduk yang memanfaatkan RSUD jauh melampaui standar nasional yang sebesar 1,5%. Kondisi tersebut tergambar dalam beberapa indikator yang mendukung sebagai berikut : II Jumlah Kunjungan Rawat Inap Perkembangan jumlah kunjungan rawat inap pada tahun di RSUD Kabupaten terlihat pada grafik II.35 dibawah ini. Grafik II.33 Perkembangan Kunjungan Rawat Inap Pekembangan Kunjungan Rawat Inap Kunjungan Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo Tahun BAB II 36

37 Realisasi kunjungan rawat inap di RSUD Kabupaten tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali pada tahun Penurunan ini disebabkan karena pada tahun 2009 RSUD Kabupaten melakukan proses pembangunan pada instalasi rawat inap sehingga banyak ruangan yang terlikuidasi dan mengurangi daya tampung pasien rawat inap. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah pasien rawat inap akan meningkat karena proses pembangunan awal untuk instalasi rawat inap telah selesai sehingga ruangan-ruangan yang semula terlikuidasi dapat berfungsi kembali. II Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Perkembangan jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun di RSUD Kabupaten terlihat pada grafik dibawah ini. Grafik II.34 Perkembangan Kunjungan Rawat Jalan Pekembangan Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di RSUD Kabupaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Kabupaten masih dipercaya masyarakat dalam hal pemberian layanan pengobatan diantaranya karena layanannya yang cepat, tepat dan biaya yang terjangkau, kondisi lingkungan yang nyaman, bersih dan sehat, serta pelayanan baik dari tenaga medis dan non medis yang ramah. II Bed Ocupancy Rate (BOR) BOR merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat hunian rumah sakit dalam kurun waktu tertentu. Tingkat hunian diukur dari penggunaan tempat tidur yang tersedia. Standar BOR yang ditetapkan untuk setiap rumah sakit sebesar 75% - 85 %. Hal ini untuk menggambarkan ketika tingkat huniannya kurang dari 75 % maka rumah sakit tersebut kurang diminati oleh masyarakat, sedangkan Tahun BAB II 37

38 bila lebih dari 85 % dikhawatirkan akan mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. Grafik II.35 Perkembangan BOR RSUD Kab. Sidoarjo Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo Realisasi BOR selama tiga tahun terakhir ( ) mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena bertambahnya tempat tidur yang pada tahun 2006 sebanyak 396 buah menjadi 475 buah pada tahun II Length of Stay (LOS) LOS merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur rata rata lama waktu pasien mendapat perawatan. Standar LOS yang ditentukan di seluruh RSUD sebesar 4 6 hari. Grafik II.36 Perkembangan LOS RSUD Kab. Sidoarjo (hari) 4 3,8 hari 3,6 3,4 3, LOS 3,69 3,81 3,5 3,35 3,42 3,55 Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoajo Tahun BAB II 38

39 Capaian angka LOS selama lima tahun berfluktuasi dan berada pada kisaran 3,3 3,8 hari. Sesuai dengan standar perawatan, angka LOS yang terlalu rendah mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat penerima pelayanan, sedangkan terlalu tingginya LOS mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis. II Turn Over Interval (TOI) Turn Over Internal adalah indikator yang digunakan untuk mengukur waktu rata rata tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. Waktu interval ini dimaksudkan agar diperoleh waktu yang cukup untuk mensterilkan bekas tempat tidur pasien lama sebelum digunakan pasien baru. Sterilisasi tersebut antara lain dilakukan dengan cara mengganti sprei dan menjemur kasur. Standar yang ditetapkan untuk TOI sebesar 1 3 hari. Grafik II.37 Perkembangan TOI RSUD Kab. Sidoarjo (hari) 2 1,5 hari 1 0, TOI 1,02 0,46 1,36 1,3 1,33 1,82 Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo Capaian angka TOI selama lima tahun talah sesuai dengan standar yang ditetapkan, kecuali tahun 2006 yang hanya 0,46 hari. Kondisi yang berada dibawah standar ideal tentunya kurang baik bagi pelayanan terhadap pasien. II Net Death Rate (NDR) Net Death Rate (NDR) merupakan salah satu key performance indicator sebuah rumah sakit. Meningkatnya Nilai NDR pada sebuah rumah sakit merupakan sebuah indikasi telah terjadi penurunan kinerja yang berakibat menurunmya kualitas atau mutu pelayanan di rumah sakit tersebut. Tahun BAB II 39

40 Grafik II.38 Perkembangan NDR RSUD Kab. Sidoarjo Sumber data : BLU RSUD Kab. Sidoarjo NDR pada RSUD Kabupaten berada di bawah standar yang ditetapkan BLUD yaitu <2,5%. Pada tahun angka NDR mengalami kenaikan yang disebabkan oleh faktor pre hospital yaitu banyak pasien datang dalam kondisi terlambat atau parah. II Lingkungan Hidup II Pemenuhan baku mutu air Pemantauan kualitas air limbah dilakukan terhadap semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Potensi dampak yang ditimbulkan berupa limbah cair tersebut dilakukan pengujian kualitasnya setelah dilakukan pengolahan di Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Indikator Pemenuhan baku mutu air dibedakan menjadi 3, yaitu pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit, air sungai dan air limbah industri besar. II Pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit Pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit ini diuji pada satu rumah sakit yaitu Rumah Sakit Tulangan dengan TT diatas 50. Pengujian dilakukan terhadap 10 parameter yaitu: ph, BOD, COD, TSS, NH3, PO4, deterjen, Phenol, Cl bebas dan Coli tinja. Pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit ini didasarkan pada SK. Gubernur Jawa Timur No. 61/1999 tentang standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit di Provinsi Jawa Timur. Standar baku mutu air untuk ph sebesar 6-9, Cl bebas sebesar 0,5, NH3 sebesar 0,1, BOD sebesar 30mg/lt, COD sebesar 80 mg/lt, deterjen sebesar 0,5, Phenol sebesar 0,01, PO4 sebesar 2, TSS sebesar 30 mg/lt dan coli tinja sebesar Realisasi pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit yang dicapai pada tahun dapat dilihat pada table berikut ini: Tahun BAB II 40

41 Tabel II.12 Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit Parameter Satuan Standar ph , BOD (mg/lt) mg/lt COD (mg/lt) mg/lt TSS (mg/lt) mg/lt NH3 mg/lt 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1 0,1 - PO4 mg/lt 2 1,0662 1,0002 0,9662 0,6420 0, Detergen mg/lt 0,5 0,3226 0,0226 0,0126 0,0226 0, Phenol mg/lt 0,01 < < < < < Cl bebas mg/lt 0,5 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 - Coli tinja Sumber data: Badan Lingkungan Hidup Berdasarkan tabel II.12 menunjukkan bahwa hampir secara keseluruhan baku mutu air limbah RS selama lima tahun terakhir melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Hanya sebagian parameter yang memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan yaitu ph, NH3, PO4, detergen, phenol dan CI bebas. Tidak terpenuhinya standar baku mutu tersebut disebabkan karena masih banyak rumah sakit yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memenuhi kaidah teknis yaitu masih mengunakan teknologi septic tank. II Pemenuhan baku mutu air sungai Standar pemenuhan kualitas air sungai berdasarkan PP No. 82/2001 tentang pengendalian pencemaran air. Dalam peraturan tersebut diatur tentang kualitas air sungai yang dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan peruntukannya. Realisasi pemenuhan baku mutu air sungai yang dicapai pada tahun tampak pada table 2 berikut: Tabel II.13 Perkembangan Pemenuhan baku mutu air sungai Parameter Satuan ph - 7,2 7,0 7, BOD (mg/lt) mg/lt 5,8 6, COD (mg/lt) mg/lt TSS (mg/lt) mg/lt Detergen Sumber Data : Badan Lingkungan Hidup Masih dibutuhkan informasi mengenai kelas sungai yang ada di Kabupaten untuk menyimpulkan mengenai pemenuhan baku mutu air sungai dengan standarnya. Tahun BAB II 41

42 II Pemenuhan baku mutu air limbah industri besar Sebagai salah satu upaya pelestarian kualitas lingkungan hidup, maka bagi kegiatan industri yang menghasilkan limbah diwajibkan untuk melakukan pengelolaan limbah sebelum dibuang ke perairan umum. Syarat tersebut dicantumkan dalam Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 Bab V pasal 16. Untuk wilayah Jawa Timur, kualitas air limbah industri harus sesuai dengan baku mutu air limbah industri dan kegiatan lainnya yang ditetapkan dalam SK Gubernur No. 45/2002. Kualitas air limbah untuk industri besar rata-rata sudah memenuhi baku mutu limbah cair yang dipersyaratkan. Hal ini dikarenakan pada industri besar telah memiliki kesadaran internal yang cukup tinggi. II Pemenuhan baku mutu udara Pemantauan kualitas udara di Kabupaten dilakukan pada lokasi padat lalu lintas dan lokasi industri berpotensi pencemaran. II Pemenuhan baku mutu udara di lokasi yang padat lalu lintas Pemenuhan baku mutu udara dilokasi yang padat lalu lintas ini diuji pada 5 lokasi, masing-masing pengujian terhadap 7 parameter yaitu: CO, NO2, SO2, O3, NH3, debu dan Pb. Target pemenuhan baku mutu udara di lokasi yang padat lalu lintas ini didasarkan pada SK. Gubernur Jawa Timur No. 129/1999. Target pemenuhan baku mutu udara di lokasi yang padat lalu lintas ditetapkan untuk CO sebesar 2260µm/m³, NO2 sebesar 92,5 µm/m³, SO2 sebesar 220 µm/m³, O3 sebesar 200 µm/m³, NH3 sebesar 1360 µm/m³, debu sebesar 260 µm/m³, dan Pb sebesar 9,26 µm/m³. Realisasi pemenuhan baku mutu udara dilokasi padat lalu lintas yang dicapai pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II.14 Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Udara di Lokasi yang Padat Lalu Lintas Parameter Satuan Standar CO (g/m3) g/m3 4,3 4,5 5,1 5,3 0,02 - NO2 (g/m3) g/m3 0,0205 0,021 0,0215 0,0221 0,05 - SO2 (g/m3) g/m3 0,001 0,0015 0,002 0,004 0,001 - O3 (g/m3) g/m NH3 (g/m3) g/m Debu (g/m3) g/m3 0,1853 0,1945 0,2153 0,2653 0,08 - Pb (g/m3) g/m Sumber Data : Badan Lingkungan Hidup Tahun BAB II 42

43 II Pemenuhan baku mutu udara di lokasi industri berpotensi pencemaran Pengujian pemenuhan baku mutu udara di lokasi industri berpotensi pencemaran dilakukan terhadap 5 parameter yaitu: CO, NO2, SO2, debu dan H2S. Realisasi pemenuhan baku mutu udara dilokasi industri berpotensi pencemaran yang dicapai pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II.15 Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Udara Di Lokasi Industri Berpotensi Pencemaran Parameter Satuan Standar CO (g/m3) g/m3 1,01 1,015 1,02 1,03 1,05 - NO2 (g/m3) g/m3 0,005 0,0065 0,0075 0,009 0, SO2 (g/m3) g/m3 0,0021 0, , ,0022 0, Debu (g/m3) g/m3 0,31 0,311 0,312 0,3136 0, H2S (g/m3) g/m3 0,01 0,011 0,0115 0,0117 0,0119 Sumber Data : Badan Lingkungan Hidup II Tonase sampah yang terangkut ke TPA Indikator ini menggambarkan jumlah sampah yang berhasil ditangani Pemerintah Kabupaten melalui SKPD terkait. Dengan semakin banyaknya jumlah sampah yang tertangani berarti polusi yang diakibatkan oleh sampah semakin berkurang yaitu sampah yang dibuang ke sembarang tempat oleh masyarakat semakin berkurang sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya banjir khususnya di wilayah padat penduduk. Realisasi tonase sampah yang terangkut ke TPA yang dicapai pada tahun 2009 sebesar 827 ton, meningkat 243 ton (41,61%) dibanding tahun 2005 yang sebesar 584 ton. Perkembangan sampah yang tertangani selama tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat dalam grafik berikut ini: Grafik II.39 Perkembangan Tonase Sampah yang Terangkut ke TPA Ton Sumber Data : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun BAB II 43

44 Pada grafik II.41 terlihat bahwa pada tahun 2009 tonase sampah yang berhasil diangkut ke TPA mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu: Pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat Komposting oleh masyarakat Pembakaran sampah di incinerator Hambatan kemacetan lalu lintas jalan raya Porong Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah sampah yang terangkut ke TPA adalah dengan menambah jumlah sarana dan prasarana pengelolaan sampah seperti truk, gerobak sampah, TPS dan penambahan TPA. Sedangkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat diadakan program 3R yaitu reduce, reuse dan recycle Guna mengurangi beban timbunan sampah di TPA Jabon Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi akan membangun lagi tempat pengelolaan sampah mandiri di Desa Prasung Kecamatan Buduran dan Desa Tanggulangin Kecamatan Tanggulangin serta melanjutkan upaya peningkatan pembuatan pupuk kompos oleh masyarakat baik secara kelompok maupun individu rumah tangga. II Pekerjaan Umum II Kondisi Jalan dan Jembatan Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kebinamargaan maka pemerintah kabupaten harus menyediakan jalan dan jembatan bagi masyarakat. Panjang jalan aspal yang ada selama tahun mengalami peningkatan sepanjang 90,13 kilometer. Jalan tersebut merupakan jalan kabupaten yang ada di wilayah kabupaten. Grafik II.40 Perkembangan Jalan Aspal km 826,29 866,54 863,81 898,13 916,42 917,83 Sumber data : Dinas PU Bina Marga Tahun BAB II 44

45 Dari seluruh jalan yang ada tersebut kondisi yang yang ada sebagai berikut : Tabel II.16 Kondisi Jalan di Wilayah Kab. Sidoarjo No. Kondisi Baik 558,80 636,09 651,36 691,56 692,58 481,29 2 Sedang 61,15 36,50 26,37 71,85 36,89 301,98 3 Rusak 206,34 193,95 186,08 134,72 186,95 134,56 Jumlah 826,29 866,54 863,81 898,13 916,42 917,83 Sumber data : Dinas PU Bina Marga Panjang jalan yang rusak sejak tahun 2006 cukup tinggi karena adanya bencana lumpur porong dimana terdapat beberapa ruas jalan yang tenggelam lumpur. Sedangkan poros jalan lainnya oleh pengguna jalan arteri dimanfaatkan sebagai jalan alternatif dari Kabupaten Sidoarjo menuju Kabupaten Pasuruan, Malang dan sekitarnya. Dengan dilewatinya jalan kabupaten oleh kendaraan yang sejak awal pembangunannya tidak disiapkan untuk kapasitas kendaraan yang cukup tinggi maka tingkat kerusakan jalan semakin tinggi. Untuk itu pemerintah kabupaten terus berupaya untuk memperbaiki kondisi jalan yang ada sehingga kondisi jalan dapat normal kembali. Sedangkan jumlah jembatan yang dibangun tahun sebanyak 11 jembatan. Jembatan tersebut dibangun pada daerah yang secara teknis memerlukan pembangunan jembatan. Grafik II.41 Perkembangan Jumlah Jembatan Kabupaten buah Sumber data : Dinas PU Bina Marga Tahun BAB II 45

46 Dari seluruh jembatan yang ada tersebut kondisi yang yang ada sebagai berikut : Tabel II.17 Kondisi Jembatan di Kab. Sidoarjo Tahun No Kondisi Baik Sedang Rusak Jumlah Sumber data : Dinas PU Bina Marga II Ketersediaan PJU bagi masyarakat Untuk menyediakan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dibangun penerangan jalan umum (PJU). PJU dibangun untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pengendara kendaraan bermotor. Pembangunan ini dilakukan pada poros jalan provinsi maupun kabupaten. Kebutuhan PJU yang seharusnya dibangun sebanyak titik. Kebutuhan ini dihitung sesuai dengan panjang poros jalan yang ada yang seharusnya dibangun. Selama tahun jumlah PJU yang dibangun sebanyak titik. Grafik II.42 Perkembangan PJU titik Sumber Data : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun BAB II 46

47 II Luas daerah genangan banjir Untuk mengendalikan banjir di Kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah delta maka perlu dilakukan koordinasi antar dinas untuk mengendalikan banjir yang semakin sering terjadi. Luas daerah genangan banjir di Kabupaten Sidoarjo secara umum mengalami penurunan khususnya untuk daerah genangan banjir di areal pertanian. Sedangkan untuk wilayah permukiman, areal banjir mengalami peningkatan. Grafik II.43 Perkembangan Daerah Genangan Banjir Sumber data : Dinas PU Pengairan dan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Rincian lebih lanjut lokasi kebanjiran yang terjadi selama tahun adalah sebanagi berikut : Tabel II.18 Luas Daerah yang terkena banjir menurut lokasi No Lokasi Pertanian 2.093, , , , , Permukiman 697, , , , , Jumlah 2.790, , , , , Sumber data : Dinas PU Pengairan dan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kebanjiran pada areal pertanian mengalami penurnan karena adanya operasional pintu air yang tepat, normalisasi saluran avour, perbaikan pintu air yang tepat, normalisasi saluran avour, perbaikan pintu air di avour dan ketanajemen pengelolaan pintu air. Tahun BAB II 47

48 Sedangkan luas arel banjir pada wilayah pemukiman meningkat karenan kurangnya sarana dan prasarana pengendalian air, pada sisi lain Sidoarjo dihadapkan pada pasang surut air laut, curah hujan yang cukup tinggi serta tersumbatnya saluran air dipermukiman akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah dan banyaknya bangunan liar yang mempersempit bahkan sampai menutup saluran drainase. Untuk mengatasi banjir khususnya untuk wilayah permukiman akan dilakukan koordinasi antara Dinas Cipta Karya dengan Dinas pengairan dalam hal menyalurkan saluran irigasi dengan saluran pengairan yang ada sehingga air yang tergenang dapat tersalurkan ke daerah resapan air. II Luas areal dengan irigasi teknis Untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian diukur sampai sejauhmana daerah irigasi tenkis yang dapat dipertahankan keberadaannya. Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 luas daerah irigasi teknis yang ada mengalami penurunan sebesar 141 hektar. Grafik II.44 Perkembangan Luas Irigasi Teknis Sumber data : Dinas PU Pengairan Penurunan luas areal irigasi teknis ini karena adanya alih fungsi dari lahan pertanian kepada fungsi permukiman dan industri. Khususnya setelah terjadi bencana lumpur Porong, selain banyak wilayah pertanian yang tenggelam, banyak juga daerah pertanian lain yang dibangun permukiman. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air pertanian secara umum masih terjadi defisit debit air yang dibutuhkan. Untuk menutup defisit pemenuhan kebutuhan air Dinas pengairan melakukan pengaturan dan penjadwalan penyaluran air serta melakukan program pompanisasi. Tahun BAB II 48

49 II Penataan Ruang II Jumlah RDTRK Untuk menjaga keseimbangan peruntukan ruang daerah perlu disusun dokumen penataan ruang. Dokumen ini disusun sebagai acuan masyarakat dalam melakukan aktivitas pemanfaatan lahan dan ruang di suatu wilayah. Di tingkat kecamatan peruntukan ruang ditetapkan dalam dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan (RDTRK). Dokumen ini secara detail menetapkan secara spesifik peruntukan suatu lahan di wilayah kecamatan. Sehubungan dengan terbitnya Perda no.6 tahun 2009 tentang revisi RTRW maka seluruh perda RDTRK yang mengacu pada Perda no.16 tentang RTRW dicabut dan wajib menyesuaikan dengan Perda yang baru. Selama periode utahun telah dilakukan penyusunan dokumen tata ruang sebanyak 16 RDTRK. Dari 16 dokumen tersebut, yang tidak sesuai dengan perda nomor 6 tahun 2009 tentang RTRW Kabupaten Sidoarjo sebanyak 5 dokumen RDTRK. Sedangkan dokumen RDTRK yang mengacu pada perda nomor 6 tahun 2009 tentan RTRW sebanyak 11 dokumen RDTRK dengan rincian 4 dokumen tahun 2009 dan 7 dokumen tahun Pengesahan 11 perda RDTRK belum dilakukan dan akan disinergikan dengan perda peraturan zonasi secara bertahap. Sedangkan peraturan zonasi/regulasi zoning merupakan dokumen pengendali dari rencana penataan ruang. Pada tahun 2010 telah disusun Peraturan Zonasi SSWP V. II Jumlah Bangunan Ber IMB Perkembangan jumlah rumah ber IMB pada peiode ditunjukkan pada grafik dibawah ini. Grafik II.45 Perkembangan Jumlah Bangunan Ber-IMB Sumber data: BPPT Kab. Sidoarjo Tahun BAB II 49

50 Dari grafik terlihat bahwa jumlah bangunan ber IBM dari tahun ke tahun semakin meningkat, Hal ini disebabkan: Adanya kesadaran masyarakat khususnya pengembang perumahan dalam mengurus legalitas perijinan (IMB) Adanya kemudahan pemberian pelayan perijinan sesuai Standar Pelayan Publik dan Standar Operasional Prosedur (SOP)diantaranya mengenai kepastian waktu penyelesaian dan retribusi perijinan. Dilaksanakannya sosialisasi perijinan diberbagai media elektronik Diaktifkannya tim sisir IMB dalam rangka pencapaian target PAD bersama SKPD terkait secara rutin Adanya regulasi/peraturan sebagai dasar pemberian IMB maupun aturan pendukung lainnya diantaranya Perda no.16 tahun 2008 tantang IMB beserta juklaknya, Perbup tentang ijin lokasi dan persetujuan pemanfaatan ruang. Prosentase jumlah rumah be IMB selama lima tahun meningkat sebesar II Perencanaan Pembangunan II Jumlah dokumen perencanaan dan penelitian yang dihasilkan Untuk meningkatkan pengelolaan pemerintahan yang baik perlu disusun rencana sebagai acuan untuk mengendalikan jalannya pemerintahan. Sedangkan penelitian dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan perbaikan sistem administrasi dan pelayanan kepada masyarakat. Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dokumen perencanaan yang dihasilkan adalah: Tahun 2005: a. Pola Dasar Pembangunan Lima Tahun (POLDAS) b. Rencana Pembangunan Tahunan (REPETADA) Tahun 2006 s/d 2009 : a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) d. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) e. Prioritas Plafon Anggaran (PPAS) f. Penetapan Kinerja (TAPKIN) Sedangkan dokumen penelitian selama lima tahun yang dihasilkan sebanyak 78 dokumen, dengan jumlah tiap tahunnya berfluktuasi. Tahun BAB II 50

51 II Kepemudaan dan Olahraga Perkembangan jumlah pemuda berprestasi tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.46 Perkembangan Jumlah Pemuda Berprestasi Sumber data : Disporabudpar II Penanaman Modal Kinerja urusan pemerintahan bidang penanaman modal dapat dilihat jumlah investasi yang masuk ke Kabupaten Sidoarjo, yang meliputi jumlah investasi PMA, investasi PMDN dan investasi local daerah II Jumlah Investasi PMA di Daerah Grafik II.47 Perkembangan Jumlah Investasi PMA di Kab. Sidoarjo (jutaan rupiah) Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Tahun BAB II 51

52 Realisasi jumlah investasi PMA selama lima tahun berfluktuasi namun menunjukkan tren meningkat. Realisasi jumlah investasi PMA tahun 2010 sebesar Rp ,00 dibanding tahun 2005 yang sebesar Rp ,00. Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2010 sebesar Rp ,00 maka capaian kinerja indikator ini sebesar 21,69%. Rendahnya pencapaian target indikator ini karena : Kewenangan pengurusan perijinan PMA masih menjadi wewenang pusat. Tidak adanya ijin perubahan investasi PMA di tahun Sebanyak sembilan perusahaan PMA tahun 2010 masih dalam proses pembangunan, belum sampa pada tahap operasional dengan rencana investasi sebesar Rp Kurangnya promosi. Belum adanya sistem online antara Pusat dan Daerah sehingga ijin dan nilai investasi tidak bisa diketahui secara pasti. II Jumlah Investasi PMDN di Daerah Grafik II.48 Perkembangan Jumlah Investasi PMDN di Kab. Sidoarjo (jutaan rupiah) Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Realisasi jumlah investasi PMDN selama lima tahun berfluktuasi namun menunjukkan tren meningkat. Realisasi jumlah investasi PMDN tahun 2010 Rp ,00 meningkat dibanding tahun 2005 yang sebesar Rp ,00. Jumlah investasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp ,00. Tahun BAB II 52

53 II Jumlah Investasi Lokal Daerah Realisasi jumlah investasi Lokal selama lima tahun mengalami pasang surut namun menunjukkan tren meningkat. Perkembangan jumlah investasi local di Kabupaten Sidoarjo seperti terlihat pada grafik berikut: Grafik II.49 Perkembangan Jumlah Investasi Lokal di Kab. Sidoarjo (jutaan rupiah) lokal Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Dari grafik terlihat bahwa jumlah investasi tertinggi tercapai pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp ,00. Jika dibandingkan dengan jumlah investasi pada tahun 2005 jumlah investasi lokal meningkat yaitu dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp ,00 pada tahun Meningkatnya realisasi jumlah investasi lokal Kabupaten Sidoarjo karena : Pemberlakuan Perda RTRW, sehingga ada kepastian peruntukan investasi dibidang industri, perdagangan, perumahan dan jasa. Meningkatnya kesadaran masyarakat untk mengurus legalitas ijin usahanya. Dilakukannya sosialisasi dan program jemput bola di Kecamatan-Kecamatan (one day service) Penyederhanaan persyaratan perijinan. Promosi melalui leaflet, baliho, media elektronika, dan pameran. Tahun BAB II 53

54 II Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) II Jumlah Koperasi yang ada Jumlah koperasi yang ada selama enam tahun meningkat, yaitu dari jumlah koperasi sehat tahun 2005 sebanyak 851 unit menjadi 1053 unit ditahun Perkembangan jumlah koperasi sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 terdapat pada grafik berikut ini: Grafik II.50 Perkembangan Jumlah Koperasi yang Ada (Koperasi) Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Perkembangan jumlah koperasi yang aktif tahu 2010 secara persentase mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 yaitu dari sebesar 81,24% pada tahun 2009 menjadi sebesar 85,16% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan koperasi yang tidak aktif semakin dapat ditekan. II Jumlah Koperasi yang sehat Jumlah koperasi yang sehat selama lima tahun meningkat sebesar 19,62%, yaitu dari jumlah koperasi sehat tahun 2005 sebanyak 851 unit menjadi 1018 unit ditahun Perkembangan jumlah koperasi yang sehat baik secara prosentase maupun jumlah sama dengan perkembangan jumlah koperasi yang ada. Atau dengan kata lain sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 seluruh koperasi yang ada kondisinya sehat. Perkembangan jumlah koperasi yang sehat sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 terdapat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 54

55 Grafik II.51 Perkembangan Jumlah Koperasi yang Sehat (koperasi) Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Jumlah KSP/USP sehat tahun 2010 meningkat 9,43% dibanding tahun Sedangkan apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 yang sebanyak 742 koperasi maka capaian kinerja indikator ini sebesar 109,43. II Jumlah KSP/USP Sehat Penilaian kesehatan KSP/USP koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek yaitu pemodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jati diri koperasi. Jumlah KSP/USP sehat selama lima tahun meningkat sebesar 363,75%, yaitu dari jumlah KSP/USP sehat tahun 2005 sebanyak 160 unit menjadi 812 unit di tahun Perkembangan jumlah KSP/USP sehat sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut ini: II Perkembangan Modal Koperasi Grafik II.52 Modal Koperasi Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Tahun BAB II 55

56 Realisasi jumlah modal koperasi pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 meningkat 3,62% jika dibandingkan tahun Sedangkan jika realisasi tahun 2009 target kinerja tercapai sebesar 103,62%. II Volume Usaha Koperasi Grafik II.53 Volume Usaha Koperasi Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Realisasi jmlah volume usaha koperasi pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau 101,98% dari target yang ditetapkan tahun 2010 yang sebesar Rp ,00. Realisasi ini meningkat 1,98% dari relisasi tahun II Perkembangan SHU Koperasi Grafik II.54 Perkembangan SHU Koperasi Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Tahun BAB II 56

57 Jumlah laba koperasi tahun 2010 meningkat 3,53% dibanding tahun 2009 yaitu dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp ,00 pada tahun Sedangkan bila dibandingkan dengan target laba koperasi tahun 2010 yang sebesar Rp ,00 capaian kinerja indikator ini sebesar 103,53%. II Jumlah Usaha Mikro Selama lima jumlah usaha mikro meningkat sebanyak unit pada tahun 2005 menjadi sebanyak unit pada tahun Perkembangan jumlah usaha mikro selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.55 Perkembangan Jumlah Usaha Mikro (unit) Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Target jumlah usaha mikro yang ditetapkan tahun 2010 sebanyak unit. Target ini lebih besar dari target tahun 2009 yang sebanyak unit. Realisasi jumlah usaha mikro tahun 2010 sebanyak unit atau 107% dari target yang ditetapkan. Realisasi ini meningkat 7% dibandingkan realisasi tahun II Jumlah usaha kecil Selama lima jumlah usaha kecil meningkat sebanyak unit pada tahun 2005 menjadi sebanyak unit pada tahun Perkembangan jumlah usaha mikro selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 57

58 Grafik II.56 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil (unit) Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Jumlah usaha kecil pada tahun 2010 meningkat dibanding tahn 2009 sebesar 7%. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 yang sebanyak unit maka capaian kinerja indikator ini sebasar 107%. II Jumlah usaha menengah Selama lima jumlah usaha kecil meningkat sebesar 8,42% yaitu dari sebanyak unit pada tahun 2005 menjadi sebanyak unit pada tahun Perkembangan jumlah usaha mikro selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.57 Perkembangan Jumlah Usaha Menengah (unit) Sumber data :Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan ESDM Realisasi jumlah usaha menengah tahun 2010 meningkat sebesar 7,02% dibanding realisasi tahun 2009 yaitu dari sebanyak unit pada tahun 2009 menjadi sebanyak unit pada tahun Apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 yang sebanyak unit maka capaian kinerja indikator ini sebesar 107,02%. Tahun BAB II 58

59 II Kependudukan dan Pencatatan Sipil II Jumlah Penduduk Jumlah penduduk dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup tinggi berdasarkan laporan perkembangan penduduk bulan Desember tahun 2009 berjumlah jiwa sedangkan tahun 2005 sejumlah jiwa. Pada tahun 2009, Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Waru yaitu jiwa, sedangkan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain adalah Kecamatan Gedangan (8006 jiwa/km 2) ). Sedangkan Kecamatan Jabon memiliki penduduk paling sedikit yaitu jiwa dan sekaligus menjadi kecamatan dengan kepadatan terendah 729 jiwa /km 2. Grafik II.58 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sidoarjo g n ra o Jumlah penduduk Sumber data : Kependudukan dan Pencatatan Sipil II Menurut Usia Pada tahun 2009, Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo apabila dikelompokkan ke dalam jenis usia maka komposisi penduduk dengan kelompok umur 0 3 tahun sebanyak 36,128 orang, umur 4 6 tahun sebanyak 68,835 orang, umur 7 12 tahun sebanyak 201,959 umur13 15 tahun sebanyak 100,741 orang, umur tahun sebanyak 95,922 orang dan umur 19 tahun keatas sebanyak 1,461,174 orang. Tahun BAB II 59

60 Grafik II.59 Komposisi Penduduk Menurut Usia pada Tahun 2009 Usia 0-3 2% Usia 19 keatas 74% Usia 4-6 4% Usia % Usia % Usia % Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil II Pendidikan Tabel II.19 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2005 dan 2009 Pendidikan Tahun TK SD SLTP SLTA D1/D2/D S1/S2/S Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun BAB II 60

61 II Pencatatan Sipil II Penduduk ber-ktp Grafik II.60 Penduduk ber-ktp Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Perkembangan penduduk ber-ktp pada tahun 2010 sebesar sedikit mengalami penurunan jika dibanding dengan penduduk ber-ktp pada tahun 2009 sebesar Meningkatnya persentase penduduk ber-ktp karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya identitas kependudukan. Pada tahun 2010 persentase penduduk ber-ktp meningkat 4,68% dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 84,69% pada tahun 2009 menjadi 89,37% pada tahun Jika dibandingkan dengan target tahun 2010 yang ditetapkan maka capaian kinerja indikator ini sebesar 105,52%. II Penduduk ber-akte Kelahiran Grafik II.61 Penduduk ber-akte Kelahiran Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun BAB II 61

62 Perkembangan penduduk yang ber-akta kelahiran pada tahun 2010 sebesar 31,76% jika dibanding dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 30,35% mengalami kenaikan pada tahun Jika dibandingkat dengantarget kinerja sebesar 30,35% maka capaian kinerja indikator ini sebesar 104,62%. Masih rendahnya penduduk yang memiliki Akta Kelahiran ini karena mutasi penduduk yang cukup tinggi dimana tidak seluruh penduduk Sidoarjo dilahirkan seluruhnya di Sidoarjo serta penduduk yang telah berusia lanjut yang belum memiliki Akta Kelahiran. II Tenaga Kerja II Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja pada periode berfluktuasi dan menunjukkan tren meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja meningkat sebanyak orang atau 32,3%. Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak orang. Perkembangan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dapat dilihat pada grafik II.34 berikut ini: Grafik II.62 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Bekerja Perkembangan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja Orang Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja II Jumlah angkatan kerja Jumlah angkatan kerja tahun berfluktuasi dan menurun tajam pada tahun 2008, yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2007 menjadi sebanyak orang pada tahun 2008 atau turun sebesar 87,9%. Tahun BAB II 62

63 Grafik II.63 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Orang Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja II Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan Jumlah tenaga keja yang berhasil ditempatkan selama lima tahun sebanyak orang atau rata rata per tahun orang, dan berfluktuasi di setiap tahunnya. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang ditempatkan selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.64 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Ditempatkan Orang Sumber data: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang berhasil ditempatkan pada tahun 2010 meningkat sebesar 424,71% dibanding dengan tahun Sedangkan apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 yang ditetapkan sebesar orang, terget kinerja tercapai 100%. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ditempatkan pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 karena : Penyebaran informasi lowongan kerja melalui PO BOX Kerjasama lembaga penempatan tenaga kerja swasta, bursa kerja khususnya bursa kerja swasta. Banyaknya rekruitmen dai perusahaan penyedia jasa tenaga kerja. Tahun BAB II 63

64 II Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi. Sub sistem ketersediaan mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan yang berasal dari produksi Kabupaten, cadangan pangan dalam Kabupaten maupun dari luar Kabupaten. Sub sistem distribusi mencakup pengaturan untuk menjamin aksesibilitas penduduk secara fisik dan ekonomi terhadap pangan antar wilayah dan waktu serta stabilitas harga pangan strategis. Dan sub sistem konsumsi mencakup pengelolaan pangan di tingkat daerah maupun rumah tangga. Untuk menjamin setiap individu memperoleh pangan dalam jumlah, gizi, keamanan, keragaman dan keterjangkauan sesuai kebutuhan dan pilihan. II Ketersediaan Pangan Aspek ketersediaan pangan di Kabupaten Sidoarjo telah mencukupi sampai pelosok wilayah, walaupun produksi tidak cukup tersedia, sehingga untuk mencukupi ketersediaan diperlukan bahan pangan dari luar daerah Kabupaten Sidoarjo. Untuk aspek kualitas pangan dari semua unsur yang dibutuhkan yaitu karbohidrat, protein nabati maupun hewani telah tersedia dan cukup untuk dikonsumsi meskipun mendatangkan dari luar daerah. Tabel II.20 Kondisi Ketersediaan Pangan Kabupaten Sidoarjo Sembilan Bahan Pangan Pokok Tahun No. Barang Jenis Sisa Stock Produksi Ketersediaan Kebutuhan Stock Tahun Masuk Pangan (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Ket Beras , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,03 2. Jagung ,10 889, , , ,02 300, ,64 411, , , ,05 307, ,44 418, , , ,68 365, , , , , ,40 398,95 Tahun BAB II 64

65 No. Barang Jenis Sisa Stock Produksi Ketersediaan Kebutuhan Stock Tahun Masuk Pangan (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Ket , , , , ,66 416,68 3. Kedelai , , , , ,78 411, , , , , ,98 420, ,58 464, , , ,87 500, , , , , ,61 545, , , , , ,74 570, Kacang ,38 949, , , ,85 32,07 Tahun 2007 Hijau , ,254 (104,544) 1.212, ,10 32,78 mengalami , , , , ,92 39,02 over produksi ,02 220, , , ,51 42,57 dijual keluar , ,27 19, , ,62 44,56 daerah 5. Gula , , , ,76 Sisa stock , , , ,91 dijual keluar , , , ,67 daerah , , , , , , , ,31 6. Daging , ,05 (6.415,61) 2.416, ,73 33,10 Sebagian Ternak , ,08 (6.776,63) 2.471, ,70 33,85 besar hasil , ,62 (6.658,28) 2.940, ,91 40,28 produksi , ,74 (8.391,83) 3.207, ,26 43,93 dijual di luar , ,04 (85,753) 3.349, ,84 45,89 Kabupaten Sidoarjo utamanya Pasar Surabaya 7. Daging , , , , ,29 67,45 Ayam , , , , ,24 68, , , , , ,89 82, ,05 903, , , ,41 89, , , , , ,80 93,48 8. Ikan , , , , ,41 406, , , , , ,43 415, , , , , ,44 494, , , , , ,02 538, , , , , ,46 562,89 Tahun BAB II 65

66 Barang Jenis Sisa Stock Produksi Ketersediaan Kebutuhan Stock No. Tahun Masuk Ket Pangan (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Telor , , , , ,34 111, , , , , ,69 114, , , , , ,45 136, ,08 958, , , ,30 148, , , , , ,28 155,04 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Selain itu yang perlu di ukur adalah ketersediaan pangan di daerah. Apabila dibandingkan dengan produksi murni dari Kabupaten Sidoarjo maka pemenuhan kebutuhan pangan daerah masih minus, namun pasokan Beras yang masuk di Kabupaten Sidoarjo umumnya berasal dari Kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Nganjuk dan Sragen, sedangkan beras yang keluar dari Kabupaten Sidoarjo yaitu ke Surabaya. Sedangkan produksi gula yang keluar dari Kabupaten Sidoarjo cukup besar, karena Kabupaten Sidoarjo mempunyai 4 (empat) pabrik gula, dan gula yang masuk biasanya dari Surabaya atau distributor besar. Untuk daging sapi yang masuk dan keluar Kabupaten Sidoarjo hampir sama. Hal ini disebabkan sapi yang masuk di potong di RPH Sidoarjo, dan sebagaian keluar dari Kabupaten Sidoarjo, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi ada sebagaian didatangkan dari luar daerah. Dan untuk daging ayam yang masuk ke Sidoarjo diolah oleh RPA (Rumah Potong Ayam) dan keluar ke Surabaya, sedangkan kebutuhan konsumsi daging ayam di Sidoarjo dipenuhi dari pemotongan lokal. Untuk komoditas pangan yang lain sebagaian besar masuk dari Kabupaten lain kedalam Kabupaten Sidoarjo karena produksi di Kabupaten Sidoarjo kurang atau tidak ada produksi sama sekali. II Distribusi Pangan Aspek distribusi yang berfungsi dengan baik akan mampu menggerakkan produk dari petani kepada konsumen dalam waktu, tempat, bentuk dan mutu yang diinginkan dengan biaya minimal. Dengan demikian efisiensi sistem distribusi secara langsung akan berkaitan dengan daya beli masyarakat dan pendapatan petani. Dalam pengelolaan distribusi pangan yang dapat terakseskan sampai dengan tingkat ke rumah tangga masyarakat, dilakukan dengan pemantauan secara Tahun BAB II 66

67 rutin (setiap minggu) dengan mengambil data samplingnya dari beberapa pedagang grosir, pengecer, RPH, dan RPA serta daerah pemasaran-pemasaran lain di kantong-kantong penduduk yang dapat mewakili kondisi yang sebenarnya di Kabupaten Sidoarjo. Adapun hasil pemantauan kemudian dianalisa secara sekuensial sesuai dengan Buku Panduan dari Badan Ketahanan Pangan Nasional, adapun hasil pemantauan yang diperoleh adalah sebagai berikut : Grafik II.65 Kondisi Riil Pasokan Bahan Pangan Pokok di Pedagang Grosir tahun 2010 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Grafik II.66 Kondisi Riil Pasokan Bahan Pangan Pokok di Pedagang Eceran Tahun 2010 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Tahun BAB II 67

68 II Pola Dan Keanekaragaman Konsumsi Pangan. A. Aspek Pola dan Keanekaragaman Konsumsi Pangan Angka Kecukupan Energi Penduduk Kabupaten Sidoarjo adalah rata-rata kkal/kap/hr (Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2010). Angka ini mendekati angka kecukupan energi nasional sebesar 2000 kkal/kap/hr. Angka kecukupan energi pada setiap wilayah agroekologi juga tidak jauh berbeda, yaitu berkisar antara kkal/kap/hr. Dengan demikian, untuk analisis situasi konsumsi pangan penduduk digunakan angka pembulatan yaitu 2000 kkal/kap/hr. Tabel II.21 Angka Kecukupan Energi (AKE) Penduduk di setiap karakteristik Agroekologi dan di Kabupaten Sidoarjo, Berdasarkan Pendekatan UKE No. Karakteristik Agroekologi Kecukupan Energi Regional (kkal/kap/hr) 1 Wilayah Pertanian Wilayah Perikanan Wilayah Lainnya Total (Kabupaten Sidoarjo) (dibulatkan menjadi 2000 kkal/kap/hari) Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Gambaran Pola dan Keanekaragaman Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Sidoarjo. Memperlihatkan jumlah konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sidoarjo, sebesar kkal/kap/hari. Jumlah konsumsi energi tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan jumlah konsumsi energi penduduk Indonesia pada tahun 2009 yaitu sebesar 1927 kkal/kap/hari (Susenas, 2009, BPS, diolah). Dengan demikian, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) penduduk Kabupaten Sidoarjo sudah mencapai 99,0% dari AKE regional yang dibulatkan 2000 kkal/kap/hr. TKE penduduk Indonesia pada tahun 2009 adalah 96,4% (Susenas, 2009, BPS, diolah). Situasi konsumsi pangan tersebut berdasarkan kategori Departemen Kesehatan (1996) tergolong normal. Tahun BAB II 68

69 Grafik II.67 Perkembangan Pola Pangan Harapan Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Perkembangan Pola Pangan Harapan Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup baik. Meski sedikit mengalami penurunan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 74,70%. Dengan semakin meningkatnya pola pangan harapan ini diharapkan ketersediaan pangan di masyarakat akan semakin baik. Tingkat konsumsi energi berdasarkan proporsi rumahtangga menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi suatu wilayah yang tergolong normal belum tentu menunjukkan hal yang sama pada setiap rumahtangga, dan berlaku sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat masalah distribusi konsumsi pangan yang terlihat dari dominasi keluarga dengan tingkat konsumsi energi defisit berat di satu sisi dan tingk atkonsumsi energi normal di sisi lainnya. Meskipun jumlah konsumsi penduduk Sidoarjo tergolong cukup, ternyata tidak otomatis menunjukkan pola konsumsi pangan yang ideal untuk hidup sehat dan produktif. Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sidoarjo sudah mencerminkan kondisi beragam dan bergizi tetapi belum seimbang. Hal ini menyebabkan kualitas konsumsi pangan belum mencapai standar yang diharapkan. Kualitas konsumsi pangan dapat dilihat dari skor PPH aktual masih 74,7 dan masih jauh dari harapan (skor PPH 100). Mutu keragaman konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sidoarjo ini tidak berbeda jauh dengan kondisi Nasional pada tahun Tahun BAB II 69

70 2009 yaitu 75,7. Dengan skor PPH sebesar 74,7 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sidoarjo belum memperoleh Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan. Oleh karena itu perlu upaya lintas stakeholders untuk mewujudkan skor PPH 95 pada tahun 2015 seperti ketetapan yang terdapat pada pasal 1 ayat (4) UU No 32/2004, yaitu bahwa SPM bidang ketahanan pangan harus dilaksanakan secara bertahap. Untuk mencapai kondisi ideal di Tahun 2015, kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, buah/biji berminyak, gula, serta sayur dan buah harus ditingkatkan konsumsinya karena masih lebih rendah dari standar (gap bernilai negatif). Konsumsi kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kacang-kacangan harus diturunkan (gap bernilai positif). Tabel II.22 Jumlah, Tingkat, dan Mutu Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010 Jumlah Konsumsi Energi Tingkat Konsumsi Energi Mutu Konsumsi Pangan Kelompok (kkal/kap/hari) (% AKE)* (Skor PPH) No Pangan Gap Gap Gap Aktual Standar Aktual Standar Aktual Standar (%) (%) (%) 1 Padi-padian ,1 44, ,0 22,2 25,0-11,2 2 Umbi-umbian ,3 1,4 6-76,7 0,7 2,5-72,0 Pangan 3 Hewani ,0 14, , ,0 0,0 Minyak & 4 Lemak ,2 27, ,0 5,0 5,0 0,0 Buah/Biji 5 Berminyak ,0 0,7 3-76,7 0,3 1,0-70,0 Kacangkacangan ,6 7,1 5 42,0 10,0 10,0 0,0 7 Gula ,5 0,8 5-84,0 0,4 2,5-84,0 Sayur dan 8 Buah ,7 2,4 6-60,0 12,1 30,0-59, , Lain-lain 100,0 0,0 0,0 0 Total ,0 74, ,3 *)AKE wilayah Kabupaten Sidoarjo kkal/kap/hari Tahun BAB II 70

71 Tabel II.23 Pola Konsumsi Pangan di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010 Wilayah Kandungan zat Gizi Utama (Sumber) Sumber KH Protein Vitamin & Mineral Pertanian B, T KK, I, KM, T, DU, DR Bu, S Perikanan B, T I, KK, KM, DU, T, DR S, Bu Lainnya B, T I, KK, KM, DU, DR, T Bu, S Total B, T I, KK, KM DU, T, DR S, Bu Sumber Data: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo Keterangan : B = beras, T = terigu, DR = daging ruminansia/sapi, DU = daging unggas/ayam, T = telur, Ss = susu, I = ikan, KK = kacang kedelai, KM = Kacang Merah, S = sayuran, Bu = buah-buahan Selain itu yang perlu diukur adalah ketersediaan pangan daerah. Apabila dibandingkan dengan produksi murni dari kabupaten sidoarjo maka pemenuhan kebutuhan pangan daerah masih minus, namun pasokan Beras yang masuk di Kabupaten Sidoarjo umumnya berasal dari Kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Nganjuk dan Sragen, sedangkan beras yang keluar dari Kabupaten Sidoarjo yaitu ke Surabaya. Sedangkan produksi gula yang keluar dari Kabupaten Sidoarjo cukup besar, karena Kabupaten Sidoarjo mempunyai 4 (empat) pabrik gula, dan gula yang masuk biasanya dari Surabaya atau distributor besar. Untuk daging sapi yang masuk dan keluar Kabupaten Sidoarjo hampir sama. Hal disebabkan sapi yang masuk dipotong di RPH Sidoarjo, dan sebagian keluar dari Kabupaten Sidoarjo, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi ada sebagian didatangkan dari luar daerah. Dan untuk daging ayam yang masuk ke Sidoarjo diolah oleh RPA (Rumah Potong Ayam) dan keluar ke Surabaya, sedangkan kebutuhan konsumsi daging ayam di Sidoarjo dipenuhi dari pemotongan lokal. Untuk komoditas pangan yang lain sebagian besar masuk Kabupaten kedalam Kabupaten Sidoarjo karena produksi di Kabupaten Sidoarjo kurang atau tidak ada produksi sama sekali. Tahun BAB II 71

72 Grafik II.68 Perkembangan Pemenuhan Kebutuhan Pangan Sumber Data: Badan Ketahanan Pangan Kab. Sidoarjo B. Penyuluhan Memperhatikan kondisi diatas diperlukan usaha khusus pemberdayaan petani yang dilakukan melalui penyuluhan dalam upaya untuk peningkatan kemampuan masayarakat tani agar lebih cermat dan tajam mengidentifikasi kebutuhan dan potensi pelaku agribisnis untuk meningkatkan produktivitas yang efisien dan efektivitas dalam sisitem usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan. Pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan merupakan strategi yang sangat penting bagi upaya peningkatan Ketahanan Pangan khususnya di tingkat lokal yang pelaksanaannya membutuhkan dukungan penuh dan kongkrit dari semua pihak. Kebijakan pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di daerah melalui pola kemitraan yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pelaku agribisnis serta ke ikut sertaan masyarakat tani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha dalam meningkatkan sistem Ketahanan Pangan di tingkat lokal. Dimana masyarakat miskin sampai saat ini berada pada sektor pertanian. Kelembagaan pangan lokal/kelembagaan tani yang berada di Kabupaten Sidoarjo sampai dengan tahun 2009, sebagai berikut: kelompok tani = 588 Gapoktan = 316 Kelompok Wanita Tani / Usaha Olahan Pangan = 33 Kelompok Pembudidayaan Ikan (Pokdakan) = 58 Tahun BAB II 72

73 Kelembagaan Penggilingan padi = 209 KTNA, HKTI dan Perhiptani. Semuanya perlu didukung dan diberdayakan karena mereka mempunyai kemampuan dan potensi. untuk itu diperlukan pendampingan dari para penyuluh untuk mengarahkan dan membantu pengembangan usaha pertanian supaya tidak tergantung pada pihak lain. Termasuk dalam upaya menjaga kemandirian pangan di desa untuk mewujudkan Ketahanan Pangan masyarakat serta mempercepat program penganekaragaman pangan lokal. II Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak II Jumlah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang difasilitasi Untuk mengukur perhatian pemerintah kabupaten terhadap perlindungan terhadap perempuan dan anak adalah dengan mengukur sampai sejauhmana fasilitasi yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan. Kejadian tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditemukan tahun setiap tahunnya rata-rata mengalami penurunan. Penurunan ini mengindikasikan bahwa sosialisasi tentang KDRT dan human traficking cukup berhasil menurunkan tindak kekerasan tersebut. Grafik II.69 Jumlah Kejadian Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Sumber Data: Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Tahun BAB II 73

74 Pada masa yang akan datang diharapkan kejadian tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak akan semakin menurun dengan dilakukan sosialisasi yang semakin masif dilakukan oleh segenap aparat pemerintah dan peran serta LAM dan masyarakat. II GEM ( Gender Empowerment Measurement ) Gender Empowerment Measurement (GEM) atau indeks pemberdayaan gender merupakan ukuran untuk menilai sampai sejauhmana SDM perempuan yang ada di kabupaten dapat memberdayakan dirinya dalam mengaktualisasikan perannya dalam kehidupan di masyarakat. Pengukuran GEM oleh pemerintah kabupaten dimulai tahun 2007 dan dalam perkembangannya sampai dengan tahun 2010, pencapaian angka indeks tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat sebesar 1,48 poin. Grafik II.70 Perkembangan Indeks Pemberdayaan Gender Sumber Data: Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Pencapaian IDJ Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 sebesar 60,58 meningkat 1,48 poin atau 2,50% dibanding tahun 2009 yang sebesar 59,10 poin. Adapaun indikator IDL Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 adalah sebagai berikut : Proporsi penduduk, jumlah penduduk laki-laki 50,26% sedang perempuan sebesar 49,74%. Keterwakilan kaum perempuan di DPRD Kabupaten Sidoarjo, laki-laki 86% sedangkan perempuan 14%. Promosi manager, staf administrasi, pekerja profesional dan teknisi di lingkungan pemerintahan dan swasta, laki-laki 58,18% sedangkan perempuan 41,82%. Tahun BAB II 74

75 Proporsi angkatan kerja (persentase penduduk aktif dalam kegiatan ekonomi), laki-laki 62,09% sedangkan perempuan 37,91%. II Indeks Pembangunan Gender Grafik II.71 Indeks Pembangunan Gender Sumber Data: Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Pencapaian IPJ Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 adalah 68,60 poin, menurun sebesar 0,16 poin atau 0,13% dibanding tahun 2009 myang sebesar 68,76 poin. Peneurunan ini disebabkan adanya perubahan proporsi jumlah penduduk yang diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun Perubahan proporsi ini berpengaruh dalam perhitungan IPJ karena merupakan faktor pengali dari variabel penyusun IPJ. Adapun indikator IPJ Kabupaten tahun 2010 adalah sebagai berikut : Proporsi penduduk, jumlah penduduk laki-laki 50,26% sedangkan perempuan 49,74%. Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Kabupaten Sidoarjo, yaitu penduduk laki-laki dari 68,40 tahun sedangkan untuk penduduk perempuan 72,38 tahun. Angka Melek Huruf (AMH) yaitu untuk penduduk laki-laki 99,12% sedangkan untuk penduduk perempuan 96,55%. Rata-rata lama sekolah (RLS) yaitu untuk penduduk laki-laki dari tahun 9,97 tahun, sedangkan untuk penduduk perempuan 8,96 tahun. Proporsi Sumbangan Pendapatan (PSP) laki-laki 70,81% sedangkan perempuan 29,19%. Tahun BAB II 75

76 II Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera II Persentase peserta KB Aktif Untuk mengukur tingkat keberhasilan program KB di masyarakat maka yang diukur adalah tingkat prevalensi peserta KB aktif. Peserta KB diukur dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program KB secara terus menerus tanpa ada jeda kehamilan. Peserta KB aktif ini terdiri dari peserta KB mandiri yang menggunakan alat kontrasepsi dengan biaya sendir maupun peserta KB dengan program pengadaan alat kontrasepsi dari pemerintah. Grafik II.72 Perbandingan Peserta KB Aktif dengan PUS Sumber data : Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Peserta KB aktif secara umum dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari prevalensi peserta KB aktif tahun 2005 yang tercapai sebesar 73,53% dan pada akhir tahun 2010 meningkat menjadi 80,77%. Dengan semakin tingginya peserta KB aktif ini diharapkan pertumbuhan penduduk Kabupaten Sidoarjo dapat lebih terkendali serta terwujudnya ketahanan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. II Persentase perkawinan dibawah umur Untuk mengukur tingkat kesehatan reproduksi maka perlu dilakukan upaya pendewasaan usia pernikahan bagi wanita. Upaya ini perlu dilakukan mengingat adanya sebagian masyarakat yang mempunyai pandangan untuk segera menikahkan anak perempuannya ketika telah menyelesaikan pendidikan dasar. Tahun BAB II 76

77 Perkembangan usia pernikahan selama lima tahun ini menunjukkan kondisi yang cukup menggembirakan. Pernikahan untuk wanita dibawah umur ( kurang dari 20 tahun) pada tahun 2005 terjadi sebesar 3,52% yaitu sebanyak 387 wanita dari jumlah pernikahan wanita yang pertama sebanyak pernikahan. Sedangkan pada tahun 2010 kejadian hanya sebesar 0,25%. Grafik II.73 Perkembangan Wanita Menikah Dibawah Umur 20 Tahun Sumber Data: Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Dengan semakin rendahnya usia pernikahan dibawah umur ini diharapkan meningkatkan kualitas generasi yang akan dihasilkan di masa yang akan datang. II Rata-Rata Usia Pernikahan Perempuan Grafik II.74 Rata-Rata Usia Pernikahan Perempuan Sumber Data: Badan PMPKB Kabupaten Sidoarjo Tahun BAB II 77

78 Rata-rata usia pernikahan perempuan hingga tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 23,48% dibanding pada tahun 2009 yang hanya sebesar 21,5%. II Perhubungan II Jumlah Trayek Angkutan Untuk mengukur pelayanan transportasi kepada masyarakat khususnya angkutan darat adalah dari jumlah ijin trayek yang diberikan. Ijin trayek diberikan untuk menyediakan sarana angkutan umum bagi masyarakat. Namun demikian sesuai dengan kewenangan berjenjang maka ijin trayek yang diberikan oleh pemerintah kabupaten hanya diberikan untuk angkutan dalam kabupaten. Sedangkan untuk angkutan antar kota kewenangan ijin pada dinas perhubungan provinsi. Jumlah ijin trayek yang diberikan pada tahun 2005 sebanyak trayek yang melayani angkutan dalam wilayah kabupaten. Apabila dibandingkan dengan ijin yang diberikan pada tahun 2010 maka ijin trayek ini menurun menjadi hanya 954 trayek. Penurunan ini dipicu oleh semakin banyaknya masyarakat yang memilih untuk memiliki kendaraan bermotor pribadi khususnya roda dua sebagai dampak kenaikan BBM yang menyebabkan ongkos angkutan umum semakin meningkat. Grafik II.75 Perkembangan Ijin Trayek yang Diberikan Sumber Data: Dinas Perhubungan Kondisi ini tidak akan dibiarkan, mengingat masih ada sebagian masyarakat umum yang masih membutuhkan angkutan umum ini, untuk itu pada masa yang akan datang akan dicarikan solusi yang baik agar industri transportasi tetap jalan dengan tetap menyediakan saran angktan umum yang aman, bersih dan nyaman. Tahun BAB II 78

79 II Jumlah Penumpang Umum Yang Diangkut Pada tahun 2005 jumlah penumpang umum yang terangkut oleh angkutan umum sebanyak orang. Jumlah ini dari tahun ke tahun selama lima tahun terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 jumlah penumpang yang terangkut hanya sebanyak orang. Penurunan ini diakibatkan sebagian masyarakat mengalihkan pilihan transportasinya kepada transportasi pribadi khususnya kendaraan roda dua. Hal ini terlihat dari kepemilikan kendaraan roda dua yang melonjak cukup tinggi. Grafik II.76 Perkembangan Penumpang Umum yang Terangkut Sumber Data: Dinas Perhubungan Kondisi ini tentu saja harus dicarikan solusi yang tepat agar masyarakat berminat kembali untuk menggunakan kendaraan umum dengan menyediakan kendaraan yang aman dan nyaman. Selain itu dengan kembalinya masyarakat memanfaatkan kendaraan umum diharapkan beban jalan menjadi lebih ringan serta tingkat fatalitas dijalan juga dapat ditekan. II Penurunan Fatalitas Kecelakaan Lalu Lintas Untuk menilai tingkat ketaatan dalam berlalu lintas di Kabupaten Sidoarjo maka tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu ukuran. Secara umum kecelakaan di jalan diawali pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas sehingga tingkat fatalitas ini dapat menggambarkan tingkat ketaatan. Tahun BAB II 79

80 Tabel II.24 Jumlah korban kecelakaan lalu lintas tahun No Keterangan Tahun % Penurunan 2010 terhadap Meninggal ,43 2 Luka parah ,64 3 Luka ringan ,5 Fatalitas kecelakaan sejak tahun 2005 terus mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena semakin padatnya arus akibat semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi. Untuk itu kondisi ini akan terus mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten dengan mencarikan solusi berupa rekayasa lalulintas dan melengkapi rambu rambu lalu lintas khususnya pada lokasi yang rawan kecelakaan. II Jumlah Sarana Dan Prasarana Transportasi (Unit) Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi maka perlu disediakan semua kebutuhan agar transportasi dapat berlangsung secara aman dan nyaman. Untuk pemerintah kabupaten terus berupaya melengkapi keperluan tersebut dengan menambah. Tabel II.25 Jumlah Sarana dan Prasarana Transportasi No Keterangan Tahun Halte traffic Light Terminal Sub Terminal Dermaga Pelabuhan II Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat II Jumlah kegiatan pembinaan politik Jumlah kegiatan pembinaan politik selama lima tahun cenderung turun. Pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing dilaksanakan dua kali pembinaan politik, pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing dilaksanakan satu kali pembinaan politik dan pada tahun 2009 kegiatan pembinaan politik tidak dilaksanakan. Menurunnya frekuensi pembinaan politik karena keterbatasan anggaran. Perkembangan jumlah kegiatan pembinaan politik tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 80

81 Grafik II.77 Perkembangan Jumlah Kegiatan Pembinaan Politik Kali Sumber Data : Bakesbangpol dan linmas II Jumlah kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas Jumlah kegiatan pembinaan tehadap LSM, Ormas selama lima tahun juga cenderung turun yaitu dilaksanakan dua kali pembinaan pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006,2007 dan 2008 masing masing dilaksanakan empat kali pembinaan. Pada tahun 2009 kegiatan pembinaan turun menjadi sebanyak satu kali. Banyak sedikitnya jumlah kegiatan pembinaan terhadap LSM dan Ormas terkait erat dengan ketesediaan anggaran. Perkembangan jumlah kegiatan pembinaan tehadap LSM, Ormas tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.78 Perkembangan Jumlah Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas Kali Sumber Data : Bakesbangpol dan linmas II Jumlah Pelanggaran masyarakat terhadap Perda Berdasarkan analisis rasio jumlah pelanggaran trantibum dan perda per kegiatan selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa ada kecenderungan terjadi Tahun BAB II 81

82 penurunan pelanggaran yang ditemukan di lapangan. Perkembangan jumlah pelanggaran dan jumlah kegiatan penertiban selama tahun seperti terlihat pada grafik berikut: Grafik II.79 Perkembangan Jumlah Pelanggaran dan Jumlah Kegiatan Penertiban Jml Pelanggaran Jml Keg. Penertiban Sumber Data : Satpol PP Sedangkan perkembangan rasio pelanggaan per kegiatan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik II.80 Rasio Pelanggaran per Kegiatan ,24 7,67 6,9 6,17 5, Sumber Data : Satpol PP Pelanggaran Tahun BAB II 82

83 II Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian II Alokasi Dana Desa sejak tahun 2005 telah menyalurkan ADD kepada pemerintah desa dan secara progresif sampai dengan tahun 2009 jumlah penyalurannya terus bertambah. Grafik II.81 Perkembangan Alokasi dana desa ADD Jumlah Pemerintah desa yang ada di Kabupaten Sidoarjo sebanyak 322 desa. Pada tahun 2005, setiap desa rata rata mendapatkan alokasi sebesar Rp ,00. Jumlah ini teru meningkat hingga pada tahun 2009 setiap desa rata rata memdapatkan alokasi sebesar Rp ,00 atau meningkat sebesar 266,68%. Sangat disadari bahwa jumlah tersebut masih belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahan dan diharapkan pada masa yang akan datang alokasi kepada desa semakin besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan operasional desa. Namun demikian dengan semakin meningkatnya alokasi ADD kepada desa diharapkan pemerintah desa dapat lebih baik dalam menjalankan pemerintahannya dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. II Jumlah temuan (nilai) pemeriksaan Inspektorat (BPK) dan Yang Ditindaklanjuti Untuk menilai efetivitas pengawasan oleh aparat pengawas fungsional maka jumlah temuan hasil audit dapat mewakili kinerja pengawasan yang dilakukan. Jumlah temuan yang ditemukan selama tahun oleh inspektorat maupun BPK sebanyak temuan dengan nilai sebesar Rp ,00. Tahun BAB II 83

84 Grafik II.82 Perkembangan Jumlah Temuan Tahun inspektorat BPK Sumber data : Inspektorat Kabupaten Sidoarjo Nilai temuan terseut apabila dibandingkan dengan jumlah belanja selama tahun maka nilai penyimpangan (hasil temuan) tersebut hanya sebesar 0,05% dari total belanja. Nilai ini tentu saja sangat kecil apabila dibandingkan dengan total belanja, namun demikian pemerintah kabupaten tetap akan meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah. II Jumlah temuan/nilai pemeriksaan Inspektorat/BPK yang ditindaklanjuti Untuk menilai kualitas pengawasan oleh aparat pengawas maka yang diukur adalah jumlah temuan yang dapat ditindaklanjuti. Dari seluruh temuan yang ditemukan oleh Inspektorat dan BPK hampir seluruhnya dapat ditindaklanjuti oleh SKPD terkait. Dari seluruh tindaklanjut hasil temuan ini menggambarkan bahwa kualitas hasil audit oleh aparat pengawas fungsional cukup berkualitas. Tahun BAB II 84

85 Grafik II.83 PerkembanganTidak Lanjut Hasil Pemeriksaan 120% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 80% 73,05% 60% 40% 20% 0% persentase 100% 100% 100% 100% 100% 73,05% Sumber data : Inspektorat Kabupaten Sidoarjo Dari temuan yang belum ditindaklanjuti khususnya untuk tahun 2008 dan 2009 tersebut berupa 7 temuan kewajiban penyetoran pajak, 1 temuan pelanggaran Undang - Undang dan 25 temuan kelemahan administrasi. II Jumlah produk hukum yang ditetapkan Untuk mengukur efektivitas jalannya pemerintahan salah satunya diukur dengan sampai sejauhmana kelengkapan peraturan perundangan sebagai kelengkapan hukum setiap aktivitas yang dilaksanakan. Kelengkapan hukum tersebut adalah keberadaan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah produk Hukum yang dihasilkan selama tahun adalah sebagai berikut : Tabel II.26 Jumlah Produk Hukum yang Dihasilkan Selama Tahun No Produk Hukum Peraturan Daerah Peraturan Bupati Keputusan Bupati Tahun Tahun BAB II 85

86 Jumlah produk hukum yang tersusun tersebut tidak dapat dibandingkan pada setiap tahunnya, namun disesuaikna dengan kebutuhan. Khusus untuk peraturan daerah sampai 2010 masih terdapat sembilan Raperda yang brlum ditetapkan sebagai Perda karena masih dalam proses pembahasan. Grafik II.84 Perkembangan Penetapan Perda RAPERDA perda Sumber data : Bagian Hukum II Jumlah Penataan kelembagaan dan Perda Kelembagaan Yang Diterbitkan Untuk mewujudkan lembaga pemerintahan yang efektif maka yang harus ada pada tahap pertama adalah peraturan daerah tentang kelembagaan organisasi di lingkungan Pemerintah kabupaten. Perda ini diperlukan sebagai dasar hukum keberadaan lembaga. Selama tahun pemeritah kabupaten telah menerbitkan perda kelembagaan dua kali yaitu pada tahun 2006 berupa Perda No 16/2006 tentang pembentukan dan susunan organisasi Badan Pengelola keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Sidoarjo dan Perda No. 17/2006 tentang pembentukan dan Susunan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo. Perda ini disusun untuk menindaklanjuti PP no. 58/2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, PP no.6/2006 tentang pengelolaan barang Milik Negara/daerah serta permendagri no. 13/2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, maka di Sekretariat daerah, Bagian Keuangan dan unit di bagian Umum yang berfungsi mengelola Aset daerah dimerger dengan Dinas pendapatan daerah menjadi Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Sidoarjo. Badan ini ditetapkan pada tanggal 17 nopember Tahun BAB II 86

87 Pada tahun 2008, menindaklanjuti PP no. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan organisasi Perangkat daerah dan PP No 32 tahun 2004 tentang Pedoman Pembentukan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja maka di tetapkan Perda No 21 tahun 2008 tentang organisasi perangkat daerah Kabupaten Sidoarjo dan Perda No. 22 tahun 2008 tentang Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten Sidoarjo. Dari penataan organisasi tersebut, ditetapkan 33 satuan kerja barupa 1 sekretariat daerah, 1 sekretariat DPRD, Staf ahli Bupati, 15 Dinas daerah, 10 lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Dari seluruh SKPD yang ada sejak tahun telah dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja dengan rincian sebagai berikut: Tabel II.27 Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja Tahun No Kegiatan Analisis jabatan 0 SKPD 0 SKPD 7 SKPD 7 SKPD 56 SKPD 76 SKPD 2 Analisis Beban kerja 1 SKPD 7 SKPD 7 SKPD 7 SKPD 56 SKPD 76 SKPD Sumber data : Bagian Organisasi II Jumlah Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Pelayanan Publik (SPP) yang dimiliki Untuk mengukur akuntabilitas pelayanan kepada masyarakat maka setiap SKPD harus memiliki Standar pelayanan minimal (SPM). SPM merupakan acuan bagi SKPD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selama tahun , jumlah SKPD yang telah menyusun SPM sebanyak 5 SKPD. SKPD tersebut adalah : 1. Dinas perhubungan 2. Dinas pendidikan 3. Dinas Kesehatan 4. RSUD 5. Sekretariat daerah Dengan adanya SPM tersebut diharapkan pelayanan pada lima SKPD tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Sedangkan untuk SKPD Tahun BAB II 87

88 yang belum menyusun SPM, pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk segera melengkapinya dengan SPM sesuai dengan yang disyaratkan. Selain SPM, sebanyak 63 unit pelayanan telah memiliki standara pelayanan publik (SPP). Unit tersebut terdiri dari Dinas, badan, kantor, kecamatan, puskesmas dan PDAM. Pemerintah Kabupaten berkomitmen bahwa pada tahun 2010 seluruh unit pelayanan yang ada telah memiliki SPP sesuai dengan amanat undang undang nomor 25 tahun II Indeks Kepuasan Masyarakat Untuk menilai kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan oleh pemerintah kabupaten maka setiap tahunnya pemerintah kabupaten melakukan pengukuran IKM pada beberapa unit pelayanan yang ada. Grafik II.85 Perkembangan IKM Tahun IKM 73,32 78,37 78,81 75,64 75,95 Sumber data : Bagian Organisasi Perkembangan IKM yang diperoleh selama empat tahun menunjukkan pencapaian mutu pelayanan baik. Penurunan angka indeks tahun 2009 ini karena unit pelayanan yang diukur setiap tahunnya berbeda beda. Penilaian ini dimulai tahun 2006 pada 10 unit pelayanan yang meliputi Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan dan Pencatanan Sipil, Dinas Pendidikan, Dinas Kebersihan dn pertamanan, RSUD Sidoarjo, Kecamatan Gedangan, Puskesmas Sukodono, Puskesmas Porong, Puskesmas Sidoarjo dan Kantor Perpustakaan dan Arsip yang memperoleh nilai rata-rata 73,32 dengan mutu pelayanan kategori baik. Tahun BAB II 88

89 Pada tahun 2007 dilaksanakan pengukuran IKM pada 10 Puskesmas meliputi Puskesmas Tulangan, Gedangan, Krian, Taman, Tarik, Sedati, balongbendo, Prambon, Sidoarjo dan Sukodono dengan memperoleh nilai rata-rata 78,37 dengan kategori baik. Tahun 2008, IKM diukur pada 10 puskesmas meliputi puskesmas Taman, Wonoayu, Sedati, tarik, Sekardangan, Kepadangan, Gedangan, Sukodono, Krian, dan Waru dengan nilai 78,81 dengan kategori baik. Sedangkanpada tahun 2009 dilakukan pengukuran pada Puskesmas Taman, jabon, Balongbendo, Sedati, Sukodono, tarik, Medaeng, Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kantor Perpustakaan dan Arsip, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan dengan nilai rata-rata 75,64 dengan kategori baik. Sedangkan pada tahun 2010, dilakukan pengukuran pada 12 unit pelayanan yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Puskesmas Sukodono, RSUD, kecamatan Krian, Puskesmas taman, PDAM Delta Tirta, Kecamatan Krembung, kantor Perpustakaan dan Arsip, SMAN 1 Sidoarjo, SMKN 1 Buduran, Dinas kependudukan dan Capil dan BPPT dengan nilai rata-rata 75,95 dengan kategori baik. Mengingat setiap tahunnya unit pelayanan yang diukur tidak sama maka hasil pengukuran IKM-nyapun setiap tahunnya berbeda. Namun, demikian selama empat tahun pengukuran dapat disimpulkan pelayanan di Kabupaten Sidoarjo dalam kategori baik. II Persentase Jabatan Struktural Yang Terisi Untuk mengukur efektivitas penyelenggaraan pemerintahan diukur dengan menilai sampai sejauhmana jabatan struktural yang ada yang telah ditetapkan dalam perda tersebut terisi oleh pejabat yang berkompeten. Grafik II.86 Perbandingan Jabatan dan Pejabat yang Ada PEJABAT DIKLAT Sumber data : Badan Kepegawaian Daerah Tahun BAB II 89

90 Pengisian pejabat struktural merupakan kebutuhan organisasi dan berdasarkan data diatas terlihat jumlah jabatan yang ada belum seluruhnya terisi, hal ini terjadi dikarenakan beberapa penyebab, antara lain banyaknya pejabat yang memasuki masa pensiun tiap tahunnya. II Persentase Pejabat Stuktural Yang Telah Mengikuti Diklatpim Sesuai Jenjangnya Untuk menilai kompetensi dan kemampuan kepemimpinan, maka menurut peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2002 disebutkan bahwa setiap pejabat struktural yang ada maka setiap pegawai Negeri Sipil yang akan atau telah menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan lulus diklatpim sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan untuk jabatan tersebut. Grafik II.87 Perbandingan Pejabat yang Telah Mengikuti Diklatpim Sesuai Jenjangnya pejabat diklat Sumber data : Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2010 yang telah mengikuti diklatpim sesuai jenjangnya sebesar 85,10%. Belum seluruhnya pejabat yang mengikuti diklatpim karena penyelenggaraan diklatpim tidak dilaksanakan setiap saat. Sedangkan mutasi jabatan dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan organisasi. Namun demikian, pemerintah Kabupaten Sidoarjo berkomitmen memberikan prioritas kepada PNS yang telah menduduki jabatan struktural untuk menjadi peserta diklatpim yang disyaratkan. Tahun BAB II 90

91 II Penyelenggaraan Diklat Teknis dan Fungsional Dalam rangka ikan bekal ketrampilan kepada PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat perlu dilakukan pelatihan PNS sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan pelatihan PNS sesuai dengan kebutuhan dalam bidangnya. Berbagai macam diklat teknis dan fungsional yang diselenggarakan selama tahun adalah: Tabel II.28 Tabel diklat teknis dan fungsional No. 1 Keterangan Jumlah pelaksana diklat teknis dan fungsional Tahun Peserta Seluruh pelatihan yang dilakukan ini telah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan bagi pelayanan kepada masyarakat. II Pemberdayaan Masyarakat dan Desa II Jumlah dana Swadaya masyarakat dalam pembangunan Pembangunan di daerah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten tetapi memerlukan peran serta aktif masyarakat baik berupa pemikiran maupun material. Oleh karena itu pemerintah kabupaten merasa tertantang untuk membuat program pemberdayaan yang dapat mendorong partisipasi masyarakat yang lebih baik. Tahun BAB II 91

92 Grafik II.88 Perkembangan Dana Keswadayaan Masyarakat Tahun Jut aan Keswd Sumber data : BPMPKB dan Bagian EPP Apabila dilihat perkembangannya sejak tahun 2005 maka jumlah partisipasi masyarakat dalam pembangunan setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemberian dana stimulan ini telah berjalan dengan baik, hai ini terlihat dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk turut membantu membangun daerahnya. II Sosial II Jumlah keluarga miskin yang dibantu Untuk menilai tingkat perlindungan sosial kepada masyarakat maka perlu dilakukan upaya pengentasan kemiskinan di masyarakat. Jumlah keluarga miskin yang dibantu sejak tahun 2005 s/d tahun 2009 sebanyak 55 KK. Perkembangan jumlah keluarga miskin yang dibantu tahun 2005 hingga tahun 2009 sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.89 Jumlah Keluarga Miskin yang Dibantu Kepala Keluarga KK Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tahun BAB II 92

93 Berdasarkan grafik menunjukkan bahwa besarnya bantuan yang diberikan kepada keluarga miskin dari tahun 2005 hingga tahun 2008 sebanyak 10 KK setiap tahunnya. Sedangkan jumlah bantuan yang diberikan pada keluarga miskin tahun 2009 mengalami peningkatan sebanyak 5 KK atau meningkat sebesar 50% bila dibandingkan tahun tahun sebelumnya. II Jumlah PMKS yang dibantu Untuk menilai perlindungan dan penanganan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat maka pemerintah kabupaten mempunyai tanggungjawab untuk mengurangi jumlah PMKS yang ada. Pengurangan PMKS dilakukan melalui upaya untuk memberdayakan PMKS dan mengurangi faktor penyebab meningkatnya PMKS. Perkembangan jumlah PMKS yang dibantu tahun 2005 hingga tahun 2010 sebagai berikut: Grafik II.90 Jumlah PMKS yang Dibantu Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Jumlah PMKS yang dibantu pada tahun 2010 sebanyak 822 jiwa. Apabila dibandingkan dengan jumlah PMKS yang dibantu tahun 2009 terjadi peningkatan sebanyak 33 jiwa, atau meningkat 4,81%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target jumlah PMKS yang dibantu yahun 2010 yang sebanyak 789 jiwa capaian kinerja indikator ini sebesar 104,18%. Jenis PMKS yang mendapat bantuan pada tahun pada tahun 2010 adalah anak terlantar, anak jalanan, anak cacat, lanjut usia terlantar, penyandang cacat, tuna susila, korban penyalahgunaan narkoba, dan fakir miskin. Bantuan yang Tahun BAB II 93

94 diberikan berupa pelatihan keterampilan, bantuan UEP, bantuan peralatan sekolah bagi anak terlantar atau bantuan bahan pangan bagi lanjut usia KKM. II Jumlah Penerima Raskin Untuk membantu meringankan beban masyarakat miskin, maka pemerintah pusat bersama dengan pemerintah kabupaten menyalurkan bantuan beras bagi masyarakat miskin atau yang lebih dikenal dengan program Raskin. Jumlah rumah tangga sasaran penerima raskin tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 sebagai berikut: Tabel II.29 Penerimaan Raskin dari tahun Sumber RTS PM Dana APBN APBD Jumlah Sumber Data : Bagian Administrasi Kesra dan Kesmas Penerima raskin di Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 511,51%. Tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 8,13% mengikuti data RTS Raskin APBN yang mengalami penurunan. Apabila digambarkan dalam grafik trennya tampak sebagai berikut: Grafik II.91 Penerima Raskin RTS Sumber Data : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tahun BAB II 94

95 Alokasi dana yang disediakan untuk program tersebut berasal dari APBN dan APBD Kabupaten Sidoarjo. Untuk raskin yang berasal dari dana APBD pendistribusiannya secara teknis menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Sidoarjo sedangkan untuk raskin yang berasal dari dana APBN pendistribusiannya secara teknis menjadi tanggung jawab BULOG. Tabel II.30 Perkembangan Alokasi Dana Raskin Tahun Sumber Dana (Rp) APBN APBN Jumlah (Rp) Sumber Data : Bagian Administrasi Kesra dan Kesmas Pada masa yang akan datang diharapkan bantuan bagi masyarakat miskin dapat terus dilakukan sehingga dapat meringankan beban hidup bagi mereka. II Bantuan Rumah Ibadah Untuk memelihara kerukunan umat beragam oleh Pemerintah Kabupaten disiapkan bantuan bagi rumah ibadah. Bantuan tersebut berupa bantuan dana bagi kegiatan peribadatan, baik membangun sarana maupun kegiatan ibadah. Grafik II.92 Bantuan Rumah Ibadah masjid mushala Sumber data : Bagian Kesejahteraan Rakyat Tahun BAB II 95

96 Jumlah rumah ibadah yang dibantu terdiri dari masjid dan mushalla. Jumlah yang dibantu setiap tahunnya berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan cara mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah kabupaten. Untuk bantuan rumah ibadah tahun 2010 tercakup dalam DPA yang melekat di DPPKA dengan nama Program Bantuan kepada organisasi keagamaan dengan alokasi dana sebesar Rp ,00. Pada masa yang akan datang bantuan keagamaan ini masih perlu diteruskanan agar kehidupan beragama dapat lebih semakin baik dan meningkat. II Kebudayaan II Jumlah prestasi dibidang budaya. Realisasi prestasi yang berhasil dicapai sampai dengan tahun 2010 sebanyak 7 kategori. Jumlah ini sesuai target tahun 2010 yang ditetapkan atau tercapai 100%. Prestasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penyaji unggulan pada Festival Lagu Daerah se Jawa Timur 2. Penata Gending pada Festival Lagu Pop Daerah se jawa Timur 3. Pencipta Lagu Unggulan pada festival Lagu Pop Daerah se jawa Timur 4. Vokalis Unggulan pada Festival Lagu Pop Daerah se Jawa timur 5. Penyaji unggulan pada Festival Karya Tari se jawa Timur 6. Penata Rias Busana Unggulan pada Festival Karya Tari se Jawa Timur 7. Juara III tari Remo pada Festival karya tari se Jawa Timur Perkembangan jumlah prestasi dibidang budaya dari tahun terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.93 Perkembangan Jumlah Prestasi di Bidang Budaya Sumber data : Disporabudpar Tahun BAB II 96

97 II Jumlah Kelompok Seni dan Budaya. Jumlah kelompok seni dan budaya tahun 2010 sebanyak 307 kelompok. Jumlah ini meningkat sebesar 35,18% dibanding tahun 2009 yang hanya 199 kelompok. Realisasi ini tercapai 153,50%. Perkembangan jumlah kelompok seni budaya tahun sebagai berikut: Grafik II.94 Perkembangan Jumlah Kelompok Seni Budaya jumlah Sumber Data : Kantor Parbudpora Berdasarkan grafik menunjukkan bahwa jumlah kelompok seni dan budaya cenderung mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah kelompok seni dan budaya ini karena adanya peningkatan perhatian masyarakat terhadap seni dan budaya. Peningkatan animo ini perlu didukung oleh pemerintah kabupaten sehingga jumlah kelompok yang banyakk tersebut dapat diikuti dengan peningkatan prestasi. II Jumlah desa yang melestarikan budaya nelayan pesisir Adat budaya adalah nilai-nilai sejarah tradisi budaya yang perlu dilestarikan. Tradisi budaya yang ada di Kabupaten diantaranya adalah tasyakuran laut di desa Sedati, petik laut di desa Bluru Kidul, nyadran oleh masyarakat di desa Balongdowo dan Petik Laut di desa Gisik Cemandi. Tradisi ini sampai beberapa tahun terakhir masih terpelihara dan terjada kelestariannya. Hal yang mendukung capaian kinerja ini adalah adanya peran serta aktif dari masyarakat untuk selalu melestarikan nilai-nilai budaya yang ada. Untuk merealisasikan seluruh capaian kinerja tersebut, pada tahun 2010 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp ,00 dan merealisasikan anggaran sebesar Rp ,00 (97,99%) melalui APBD pada Program Pengelolaan Keragaman Budaya. Tahun BAB II 97

98 II Kearsipan II Perkembangan Jumlah SKPD yang menerapkan sistem kearsipan Jumlah satuan kerja yang menerapkan sistem kearsipan yang baku tahun 2010 sebanyak 65 SKPD, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 mengalami peningkatan dimana jumlah satuan kerja yang menerapkan sistem kearsipan yang baku sebanyak 43 SKPD atau meningkat sebanyak 22 SKPD (51,16%). Dengan semakin banyaknya lembaga binaan kearsipan diharapkan akan semakin baik dalam mengelola arsip yang dimiliki. Perkembangan Jumlah SKPD yang menerapkan sistem kearsipan yang baku selama enam tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.95 Perkembangan Jumlah SKPD yang Menerapkan Sistem Kearsipan yang Baku Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip Dari grafik telihat bahwa sampai dengan tahun 2010 jumlah SKPD yang menerapkan sistem kearsipan yang baku semakin meningkat sebesar 65 SKPD pada tahun Idealnya seluruh SKPD mampu menerapkan sitem kearsipan yang baku. Hal ini mengindikasikan masih perlunya pelatihan dan bimbingan terhadap SKPD dalam menyelenggarakan urusan kearsipannya. II Jumlah arsip in aktif yang dikelola Perkembangan jumlah arsip in aktif yang dikelola selama enam tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 98

99 Grafik II.96 Perkembangan Jumlah Arsip In Aktif yang Dikelola Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip Dari grafik telihat bahwa jumlah arsip in aktif yang dikelola selama enam tahun berfluktuasi dan menunjukkan tren meningkat. Realisasi pengelolaan arsip in aktif yang dikelola pada tahun 2010 sebanyak arsip. Jika dibandingkan dengan dealisasi tahun 2009 mengalami peningkatan karena pada saat itu tercapai arsip atau naik sebesar 4641 arsip (110,26%). Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencapaian target kinerja ini, yaitu dengan: (1) Melaksanakan pembinaan disetiap SKPD (2) Mengadakan monitoring dan evaluasi kesetiap SKPD (3) Mengadakan sosialisasi/penyuluhan kearsipan II Perpustakaan II Pengunjung Perpustakaan Perkembangan Jumlah pengunjung perpustakaan selama enam tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.97 Perkembangan Jumlah Pengunjung Perpustakaan Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip Tahun BAB II 99

100 Realisasi jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2010 tercapai sebanyak pengunjung dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 sebesar pengunjung, maka realisasi tahun 2010 mengalami kenaikan yang sebesar pengunjung (17,79%). Bila dibandingkan target pengunjung masih belum tercapainya target. Hal ini disebabkan: (1) Adanya pembangunan gedung perpustakaan baru sehingga tempat pelayanan publik pun ikut berpindah lokasi. (2) Proses pemindaan barang dan buku sampai dengan pelayanan kembali memerlukan hampir 40 hari (3) Jam pelayanan/waktu menurun (hanya sampai dengan pukul WIB). II Jumlah buku perpustakaan Realisasi jumlah buku perpustakaan pada tahun 2010 tercapai sebanyak eksemplar dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 mengalami peningkat dimana pada tahun 2009 jumlah buku sebanyak eksemplar. Dengan semakin banyaknya koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan ini diharapkan akan semakin meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan. Perkembangan jumlah buku pepustakaan selama lima tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.98 Perkembangan Jumlah Buku Perpustakaan Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip Jumlah buku perpustakaan dari tahun ke tahun semakin meningkat karena pengadaan buku menjadi prioritas utama kegiatan perpustakaan. Dari grafik terlihat Tahun BAB II 100

101 bahwa penambahan buku secara signifikan terjadi pada tahun 2010, hal ini karena penambahan buku selain dari APBD juga dari bantuan Perpustakaan Nasional dan dari Badan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur. II Jumlah judul buku perpustakaan Realisasi jumlah judul buku perpustakaan pada tahun 2010 sebanyak judul dibanding tahun 2009 yang sebesar judul. Ada peningkatan sebanyak judul atau 10,44%. Dengan semakin banyaknya judul buku yang dimiliki oleh Perpustakaan Sidoarjo merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan peminjam di Perpustakaan Sidoarjo. Perkembangan jumlah judul buku pepustakaan selama lima tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.99 Perkembangan Jumlah Judul Buku Perpustakaan Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip Jumlah judul buku perpustakaan dari tahun ke tahun semakin meningkat karena pengadaan buku menjadi prioritas utama kegiatan perpustakaan. Penambahan judul buku selain dari APBD juga dari bantuan Perpustakaan Nasional dan dari Badan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur. Tahun BAB II 101

102 II Jumlah peminjam Jumlah peminjam pada tahun 2010 tercapai sebanyak peminjam. Realisasi ini lebih rendah dibanding dengan realisasi tahun 2009 yang tercapai sebanyak peminjam. Penurunan yang cukup besar ini disebabkan semakin menurunnya jumlah kunjungan akibat semakin banyaknya taman bacaan swasta dan kesadaran masyarakat untuk memiliki perpustakaan pribadi. Pekembangan jumlah peminjam selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik II.100 Perkembangan Jumlah Peminjam Sumber Data : Kantor Perpustakaan dan Arsip II Jumlah perpustakaan keliling Perpustakaan keliling di Kabupaten mulai ada sejak bulan November tahun 2007 berupa satu unit mobil. Perpustakaan ini baru beroperasi tahun Pada tahun 2008 Kabupaten mendapat bantuan satu unit mobil perpustakaan keliling lengkap dengan isinya dari Perpustakaan Nasional Jakarta. Sampai saat ini jumlah perpustakaan keliling di Kabupaten Sidoarjo adalah dua unit. Adapun upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk pencapaian target adalah: a. Terus berusaha meningkatkan dan menambah sarana dan prasarana perpustakaan untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan dengan cara membangun/merenovasi gedung perpustakaan dan mensosialisasikan gedung baru perpustakaan b. Menambah dan kualitas koleksi perpustakaan dan meja kursi baca agar pengunjung dan peminjam koleksi perpustakaan bertambah Tahun BAB II 102

103 c. Meningkatkan keamanan koleksi perpustakaan dan sarana yang lain dengan mengadakan security gate dan CCTV d. Menambah personil dan meningkatkan kualitas petugas pelayanan untuk peningkatan pelayanan dan mengoptimalkan perpustakaan keliling e. Menambah jam pelayanan f. Akan membangun database perpustakaan yang berbasis web agar perpustakaan dapat diakses masyarakat melalui internet g. Untuk lebih mendekatkan dan memeratakan pelayanann perpustakaan kepada masyarakat selain mengoptimalkan perpustakaan keliling akan dibangun unit-unit jaringan perpustakaan di wilayah-wilayah eks Pembantu Bupati. Saat ini jaringan yang telah dibangun adalah satu unit jaringan layanan perpustakaan di eks Kantor Pembantu Bupati di Krian. II.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan II Urusan Kelautan dan Perikanan II Produksi perikanan Meningkatnya produksi perikanan digambarkan dengan jumlah produksi perikanan yang dihitung dalam satuan kilogram (kg). Hasil tangkap ikan laut, perairan umum dan produksi kolam dan tambak tahun 2010 masing-masing sebesar kg, kg, kg, kg. Apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah hasil tangkap ikan laut sebesar kg (4,77%), ikan perairan umum sebesar kg (21,36%) ikan kolam sebesar kg (2.229,76%) dan tambak sebesar kg (129,23%). Perkembangan jumlah produksi perikanan tahun terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.101 Perkembangan Produksi Perikanan (Kg) Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun BAB II 103

104 Berdasarkan grafik terlihat bahwa selama lima tahun produksi perikanan laut mengalami peningkatan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan laut adalah memberikan bantuan alat tangkap bagi nelayan. Produksi perikanan perairan umum mengalami peningkatan namun masih terdapat permasalahan sehubungan dengan pencarian ikan diperairan umum, yaitu masih banyak pencari ikan yang menggunakan potas, setrum dan bahan peledak sehingga merusak ekosistem di perairan umum. Sejauh ini pemerintah telah memberikan sosialisasi tentang cara penangkapan ikan yang benar dan menebar ikan disungai-sungai. Produksi perikanan kolam mengalami peningkatan. Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan produksi ikan kolam adalah terbatasnya lahan untuk pengembangan budidaya, dan anggapan pembudi daya bahwa budidaya ikan adalah kegiatan sembilan. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan kolam adalah: a. Pembinaan yang lebih efektif terhadap CBIB bagi pembudidaya b. Bantuan pemberdayaan masyarakat dengan paket budidaya c. kegiatan wirausaha bagi pembudidaya. Produksi perikanan tampak mengalami peningkatan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan ikan tambak, yaitu pembinaan yang lebih efektif terhadap CBIB bagi pembudidaya, dan kegiatan rehabilitasi saluran tambak. II Tingkat produktivitas Produktivitas yang diukur adalah produktivitas Udang Windu dan Bandeng. Perkembangan produktivitas udang windu dan bandeng sebagaimana telihat pada grafik berikut ini: Grafik II.102 Perkembangan Tingkat Produktifitas Udang Windu dan Bandeng Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun BAB II 104

105 Realisasi produktivitas udang windu dan bandeng pada tahun 2010 masingmasing sebesar 240 kg/ha/th dan kg/ha/th dibandingkan dengan produktivitas tahun 2009, maka terjadi peningkatan produktivitas pada udang sebesar 21 kg/ha/th dan pada bandeng sebesar 27 kg/ha/th. Produktivitas udang dan bandeng meningkat faktor-faktor pendukung yang berpegaruh adalah: a. Pembinaan yang lebih efektif terhadap CBIB (cara budidayanya ikan yang baik) baik pembudidayanya b. Dilakukannya normalisasi saluran tambak agar aliran air ke maupun dari tambak lancar sehingga bisa memperbaiki kualitas air c. Bantuan pemberdayaan masyarakat dengan paket budidayanya d. Kegiatan wirausaha bagi pembudidaya. II Tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun Tingkat konsumsi ikan masyarakat tahun 2010 sebesar 25,39 kg/kapita/th meningkat dibanding tahun 2009 yang sebesar 20,09 kg/kapita/th terjadi peningkatan konsumsi ikan sebesar 5,3 kg/kapita/th. Konsumsi ikan masyarakat Sidoarjo meningkat karena meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebesar 5,3 kg/kapita/th. Konsumsi ikan masyarakat Sidoarjo meningkat karena meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Selain itu, harga ikan relatif lebih murah dan kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan protein hewan lain. Perkembangan tingkat konsumsi ikan selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.103 Perkembangan Tingkat Konsumsi Ikan Per Tahun Sumber Data : Dinas Kelautan Dan Perikanan Tahun BAB II 105

106 II Luas kolam dan Tambak Luas kolam sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 tidak mengalami perkembangan yaitu seluas 36 ha. II Luas tambak Luas tambak sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 tidak mengalami perkembangan yaitu seluas ha. II Urusan Pertanian II Produksi tanaman pangan dan hortikultura berupa padi, jagung, kacang hijau, kedelai, sawi, bayam dan kangkung Perkembangan produksi tanaman pangan dan holtikultura sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel II.31 Perkembangan Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Jenis/Tahun Padi , , , Jagung 4111, , Kacang Hijau 12852, , Kedelai 10716, , , Sawi 36831, Bayam 36747, Kangkung 40534, Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Dari tabel diatas terlihat bahwa produksi komoditas padi, jagung, kacang hijau, kedelai, bayam, dan tebu mengalami penurunan disebabkan adanya pengaruh anomali iklim pada tahun 2010 curah hujan ebih besar daripada tahun hal ini sangat berpengaruh terhadap luas arel panen komoditas. Sedangkan untuk sayuran luas panen dan produksi meningkat karena komoditas sayuran ini tidak banyak terpengaruh oleh adanya anomali iklim. II Produktivitas tanaman pangan dan hortikultura berupa padi, jagung, kacang hijau, kedelai, sawi, bayam dan kangkung Tabel II.32 Perkembangan Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Jenis/Tahun Padi 59,51 61,56 62,98 63,73 Jagung 30,68 28, ,6 Kacang Hijau 8,57 8, ,15 Kedelai 13, ,2 14,25 Sawi 75,63 87,4 135,5 102,8 Bayam 64,47 81,3 108,9 89,1 Tahun BAB II 106

107 Kangkung 70,25 80,9 68,6 60,1 Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2010, produktivitas tanaman pangan dan holtikultura sebagian mengalami peningkatan, walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan kecuali pada tanam sawi, bayam, kangkung mengalami penutunan bila dibandingkan 2009 karena pengaruh hari hujan dan curah hujan yang besar sepanjang tahun. Secara umum produktivitas tanaman pangan mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya beberapa kegiatan yang mendorong terjadinya peningkatan produktivitas antara lain kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), mekanisme pertanian, perbaikan sarana prasarana pengairan berupa pembangunan/pemeliharaan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (JIDES), pemakaian benih unggul dan penggunaan pupuk berimbang sekaligus pupuk organik. Upaya-upaya yang akan dilakukan agar produksi dan produktivitas tanaman padi dan palawija dapat mencapai target adalah: a. Melakukan optimalisasi pembinaan dan kemitraan antara lain melalui bantuan benih, pupu dan obat-obatan b. Memobilisasi alat mesin pertanian (traktor) dan pompa air untuk mempercepat pengolahan tanah didaerah-daerah yang masih mengalami kekeringan. c. Memperbaiki sarana atau rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier tingkat usaha tani dan pedesaan yang mengalami rusak. II Produksi perkebunan tebu Realisasi produksi perkebunan tebu tahun 2010 sebesar kwintal. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2009 yang sebesar kwintal maka produksi tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 14,05%. Penurunan produksi tebu dikarenakan adanya pengaruh anomaly iklim pada tahun 2010 curah hujan dan hari hujan lebih besar disbanding tahun 2009 yang sangat berpengaruh terhadap produksi tebu. Perkembangan produksi perkebunan tebu selama kurun waktu dapat dilihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 107

108 Grafik II.104 Perkembangan Produksi Perkebunan Tebu (Kw) kwintal Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik produksi perkebunan tebu dari tahun ke tahun selalu meningkat, kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan. II Produktivitas perkebunan tebu Produktivitas perkebunan tebu pada tahun 2010 sebesar 984,02 kwintal/ha. Produktivitas ini menurun sebesar 0,41% jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2009 yang sebesar 988,05 kwintal/ha. Grafik II.105 Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tebu (Kw/Ha) Kw/Ha 897,01 951, ,05 984,02 Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Tahun BAB II 108

109 Dari grafik terlihat bahwa produktivitas perkebunan tebu selama kurun waktu dari tahun ke tahun cenderung meningkat kecuali tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 4,03 Kw/Ha atau 0,41%. Penurunan ini disebabkan pengaruh anomali iklim pada tahun 2010 curah hujan dan hari hujan lebih besar dibanding tahun 2009 yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tebu. Upaya-upaya yang akan dilakukan agar produksi dan produktivitas tanaman tebu mencapai target adalah: d. Memperbaiki varietas dan bongkar ratoon, karena dengan bongkar ratoon produktivitas tebu lebih besar/meningkat e. Sistem glebagan untuk mempertahankan areal tanaman tebu sehingga area tebu ada jaminan kepastian. II Produksi peternakan II Daging Produksi daging tahun 2010 sebesar ton bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 sebesar ,17 ton terjadi kenaikan produksi sebesar 634,03 ton atau 5%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan populasi beberapa ternak antara lain: sapi, domba, ayam pedaging dan enthok, sedangkan untuk ternak kambing dan ithik penurunan populasi relative kecil sehingga tidak berpengaruh terhadp produksi daging. Perkembangan produksi daging sapi, kerbau, kambing, domba dan babi selama kurun waktu dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.106 Perkembangan Produksi Daging (Kg) Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Tahun BAB II 109

110 II Telur Produksi tour pada tahun 2010 sebanyak 987,6 ton. Apabila dibandingkan dengan produksi telur tahun 2009 sebesar 98,9 ton terdapat kenaikan sebesar 3%. Adanya kenaikan ini, karena naiknya populasi ayam ras telur dari target ekor pada tahun 2010 terealisasi sebesar ekor. II Susu Produksi susu pada tahun 2010 sebanyak liter. Apabila dibandingkan tahun 2009 sebesar liter, terdapat kenaikan sebesar liter atau 3,60%. Kenaikan produksi susu karena productivitas susu dari 12 liter perhari menjadi 12,5 liter per hari. Grafik II.107 Perkembangan Produksi Susu dan Telur Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan II Populasi binatang ternak kuda, sapi, sapi perah, kerbau, kambing, domba, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, enthok. Jumlah populasi hewan ternak yang dihitung terdiri dari 6 jenis hewan yaitu kuda, sapi, sapi perah, kerbau, kambing, domba dan 4 jenis unggas yaitu ayam buras, ayam ras, itik, dan enthok. Populasi yang berhasil dicapai pada tahun 2009 sebanyak ekor ternak. Populasi ini meningkat sebesar 20,82% dibanding populasi tahun 2006 yang tercapai sebanyak ekor. Tahun BAB II 110

111 Tabel II.33 Perkembangan Popuasi Binatang Ternak dan Unggas Jenis/Tahun Kuda Sapi Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Buras Ayam Ras Itik Enthok Sumber data: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Populasi yang berhasil dicapai pada tahun 2010 sebanyak ekor ternak. Populasi ini menurun sebesar ekor atau 8% dibanding populasi tahun 2009 yang tercapai sebanyak ekor. Jenis ternak yang mengalami penurunan populasi adalah Kuda sebanyak 22 ekor (9%) dan itik sebanyak ekor (32%). Penurunan populasi kuda karena animo masyarakat menurun beternak kuda sedangkan untuk itik sangat dipengaruhi oleh ingkungan sekitarnya. II Urusan Energi Sumber Daya Mineral II Jumlah perusahaan yang memiliki SIPA Tabel II.34 Perkembangan Perusahaan yang Memiliki SIPA No. Keterangan Perusahaan yang memiliki SIPA Perusahaan yang menggunakan air tanah Sumber data: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Jumlah perusahaan yang memiliki SIPA masih relatif kecil dibanding jumlah perusahaan yang menggunakan air tanah karena masih banyak perusahaan yang belum memiliki SIPA. Hal ini karena adanya anggapan perusahaan yang telah Tahun BAB II 111

112 membayar pajak ABT identik dengan telah memiiki izin SIPA sehingga banyak perusahaan yang tidak mengurus izin SIPA. Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan capaian kinerja adalah: f. Memberikan sosialisasi kepada perusahaan tentang pentingnya pemberian izin SIPA untuk industri sebagai upaya pengendalian pengambilan air tanah agar tidak terjadi kerusakan potensi air tanah yang ada g. Melakukan pemantauan dan penataan langsung kewajib pajak atau perusahaan pengguna air tanah agar jika ditemukan perusahaan yang beum memiliki SIPA disarankan segera mengurus ijin SIPA. II Jumlah penambang tanpa izin Jumlah penambang tanpa ijin tahun 2010 menurun 50% disbanding tahun 2009, yaitu dari sebanyak 10 penambang pada tahun 2009 menjadi 5 penambang pada tahun Perkembangan jumlah penambang tanpa izin pada tahun 2005 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik II.108 Perkembangan Jumlah Penambang Tanpa Izin Sumber data: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2010 yang sebanyak 10 penambang, maka capaian kinerja indikator ini sebesar 200%. Penurunan ini disebabkan penambang pasir liar yang selama ini menambang pasir diareal sungai Porong tidak dapat menambang pasir yang bercampur dengan lumpur karena sungai Porong merupakan jalur pembuangan lumpur Lapindo. Namun beberapa kelompok pindah areal lain, yaitu lahan tambak milik. Upaya yang akan terus dilakukan untuk menurunkan jumlah penambang tanpa izin adalah dengan melakukan pemantauan, monitoring dan sosialisasi langsung ke lokasi-lokasi penambangan terutama disepanjang jalur sungai Porong Tahun BAB II 112

113 dan dilahan-lahan yang dijadikan tempat penambangan liar dan menyadarkan mereka bahwa penambangan tanpa izin dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. II Urusan Pariwisata II Jumlah kunjungan wisata Kabupaten Sidoarjo memiliki berbagai objek wisata yang dipetakan dalam beberapa jenis antara ain adalah Landmark Kabupaten Sidoarjo, wisata religi, wisata sejarah, wisata bahari, wisata kuliner, wisata belanja, dan rekreasi keluarga. Realisasi jumlah kunjungan wisata pada tahun 2010 sebanyak pengunjung bila dibandingkan tahun 2009 sebanyak pengunjung atau 101%. Perkembangan jumlah kunjungan wisata sejak tahun menunjukkan tren meningkat sebagaimana terlihat pada grafik dibawah ini. Grafik II.109 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Sumber data: Disporabudpar Jenis wisata terbanyak adalah wisata kuliner sebanyak 3 buah, religi sebanyak 3 buah, belanja 7 buah dan alam sebanyak 19 buah. Untuk lebih meningkatkan kunjungan wisatawan dapat dilakukan beberapa upaya antara lain: h. Membangun obyek wisata buatan seperti yang ada di Kabupaten lain i. Mempromosikan wisata di Kabupaten Sidoarjo melalui even/expo tahunan j. Memperbaiki infrastruktur menuju objek wisata. Tahun BAB II 113

114 II Jumlah Obyek Wisata unit. Realisasi jumlah obyek wisata di Kabupaten pada tahun 2009 sebanyak 12 II Jumlah Pengelola Jasa Wisata Jumlah pengelola jasa wisata selama lima tahun berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan jumlah pengelola jasa wisata selama lima tahun dapat dilhat pada grafik. Grafik II.110 Perkembangan Jumlah Pengelola Jasa Wisata pengelola jasa wisata Sumber data: Disporabudpar Pada tahun 2010 jumlah pengelola usaha jasa pariwisata sebanyak 52 unit. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebanyak 20 unit, maka ada peningkatan sebanyak 32 unit atau 160%. Upaya yang telah dilakukan sehingga dapat tercapai adalah dengan cara memberikan sosialisasi secara berkala. II Penanaman Modal II Jumlah Investasi Penanaman Modal Asing di Daerah Grafik II.111 Perkembangan Jumlah Investasi PMA di Kabupaten Sidoarjo (jutaan rupiah) Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Tahun BAB II 114

115 Realisasi jumlah investasi PMA di Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 sebesar Rp ,00. apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2010 yag sebesar 21,69%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan realisasi jumlah investasi PMA tahun di 2009 terjadi penurunan sebesar Rp ,00 atau 78,31%. Rendahnya pencapaian indikator ini karena: k. Kewenangan pengurusan perijinan MBA masih menjadi wewenang Pusat l. Tidak adanya ijin perubahan investasi PMA di tahun 2010 m. Sebanyak sembilan perusahaanpma tahun 2010 masih dalam proses pembangunan, belum sampai pada tahap operasional dengan rencana investasi sebesar Rp n. Kurangnya promosi o. Belum adanya sistem online antara Pusat dan Daerah sehingga ijin dan nilai investasi tidak bisa diketahui secara pasti II Jumlah Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Daerah Grafik II.112 Perkembangan Jumlah Investasi PMDN di Kabupaten Sidoarjo (jutaan rupiah) Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Realisasi jumlah investasi PMDN di Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 sebesar Rp ,00. Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2010 yang sebesar 170,72%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan reaisasi tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah investasi PMDN di Kabupaten Sidoarjo karena: p. Pemberlakuan Perda RTRW, sehingga ada kepastian peruntukan investasi dibidang industri, perdagangan, perumahan dan jasa q. Adanya promosi (pameran) investasi secara berkelanjutan Tahun BAB II 115

116 r. Adanya pembangunan dan pengembangan infrastruktur s. Adanya kepastian keamanan usaha. II Jumlah Investasi Lokal Daerah Berikut ini adalah grafik perkembangan realisasi jumlah investasi lokal sejak tahun 2005 sampai dengan tahun Grafik II.113 Perkembangan Jumlah Investasi Lokal di Kabupaten Sidoarjo (jutaan rupiah) lokal Sumber data : Bagian Pelayanan Perijinan Terpadu Realisasi jumlah investasi Lokal tahun 2010 sebesar Rp ,00. apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2010 yang sebesar Rp ,00 capaian kinerja indikator ini sebesar 180,83%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan realisasi jumlah investasi lokal tahun 2009 yang sebesar Rp ,00 terjadi peningkatan sebesar 89,87%. Meningkatnya realisassi jumlah investasi lokal di Kabupaten Sidoarjo karena: t. Pemberlakuan Perda RTRW, sehingga ada kepastian peruntukan investasi dibidang industri, perdagangan, perumahan dan jasa. u. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengurus legalitas ijin usahanya v. Dilakukannya sosialisasi dan program jemput bola di Kecamatan-kecamatan (one day service) w. Penyederhanaan persyaratan perijinan x. Promosi mealui leaflet, baliho, media eektronika, dan pameran. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan pencapaian target adalah: a. Pemberian kemudahan pelayanan dengan membentuk Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Tahun BAB II 116

117 b. Melakukan promosi investasi, baik lokal, regional maupun internasional c. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur PTSP d. Sosialisasi perijinan melalui radio, surat kabar, baliho dan leaflet e. Membuat inovasi-inovasi berupa: - Penerapan ISO Sosialisasi di Kecamatan dan program Jemput Bola (One Day Service) - Penerapan SIPP - Penyederhanaan persyaratan Upaya-upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan pencapaian target adalah: a. Meningkatkan kegiatan promosi daerah b. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang PTSP c. Peningkatan pelayanan perijinan melalui IT secara online d. Regulasi terkait investasi berupa Perda/Perbup yang terkait dengan investasi e. Proses pelayanan dalam satu paket perijinan f. Mewujudkan rencana pembentukan PTSP sesuai Perpres 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dibidang penanaman modal. II Urusan Industri Urusan industri dilaksanakan oleh satu SKPD, yaitu Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral. Program pembangunan yang dilaksanakan untuk urusan ini pada tahun 2010 adalah: y. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah z. Program Pembinaan dan Fasilitasi Industri Rokok Hasil pelaksanaan program tersebut dapat ditunjukkan pada pencapaian sasaran Meningkatnya produksi sektor industri, dengan indikator kinerja sebagai berikut: II Jumlah Industri Jumlah industri tahun 2010 sebanyak unit. Jumlah ini meningkat 1,54% jika dibandingkan dengan jumlah industri tahun 2009 yang sebanyak unit. Perkembangan jumlah industri tahun 2006 hingga tahun 2010 terlihat pada grafik berikut ini: Tahun BAB II 117

118 Grafik II.114 Perkembangan Jumlah Industri Sumber data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Jumlah industri yang memiliki izin Perkembangan jumlah industri yang memiliki izin usaha selama lima tahun berfluktuasi dan menunjukkan tren meningkat. Jumlah industri yang memiliki izin usaha pada tahun 2010 sebanyak unit. Jumlah ini meningkat 2,1% jika dibandingkan dengan jumlah industri tahun 2009 yang sebanyak unit. Perkembangan jumlah industri yang memiliki izin tahun terdapat pada grafik berikut ini: Grafik II.115 Perkembangan Jumlah Industri yang Memiliki Izin Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Volume industri Volume industri tahun 2010 sebesar Rp ,00. Jumlah ini meningkat 5% jika dibandingkan dengan volume industri tahun 2009 yang sebesar Tahun BAB II 118

119 Rp ,00. Perkembangan volume industri tahun 2006 hingga tahun 2010 terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.116 Perkembangan Volume Industri Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Tenaga Kerja yang terserap dari sektor industri Jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor industri tahun 2010 sebanyak orang. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan jumlah yang terserap tahun 2006 yang sebanyak orang. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor industri tahun 2006 hingga tahun 2010 terlihat pada grafik berikut ini: Grafik II.117 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap dari Sektor Industri Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Tahun BAB II 119

120 II Jumlah sentra industri/klaster Jumlah sentra industri/klaster pada tahun 2010 sebanyak 70 unit. Jumlah ini tidak meningkat jika dibandingkan dengan jumlah industri tahun 2009 yang sebanyak 70 unit. Perkembangan jumlah sentra industri (klaster) tahun terdapat pada grafik berikut ini: Grafik II.118 Perkembangan Jumlah Sentra Industri (Klaster) Unit Pekembangan Jumlah sentra industri/ klaster Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target dan strategi kedepan yang diperlukan: a. Membangun jaringan industri dan arus distribusi barang dan jasa yang efektif dan efisien b. Meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan nilai tambah pada kegiatan industri c. Pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara ekspansif dan andal dibidangnya d. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang e. Peningkatan pola kemitraan IKM dengan BUMN, BUMS, dan pihak lainnya. II Urusan Perdagangan II Volume perdagangan Realisasi volume perdagangan yang berhasil dicapai tahun 2010 sebesar RP ,00. Meningkat sebesar Rp ,00 atau 1,43% bila dibandingkan dengan volume perdagangan tahun 2009 sebesar Rp ,00. Peningkatan ini karena kondisi sosial ekonomi Kabupaten Sidoarjo yang semakin baik dan meningkatnya promosi produk industri dan kerajinan melalui kegiatan pameran dan misi dagang/safari marketing. Upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target adalah meningkatkan sektor infrastruktur, Tahun BAB II 120

121 meningkatkan daya saing produk industri dan kerajinan melalui bantuan mesin/peralatan bagi IKM, dan mengoptimalkan promosi produk industri dan kerajinan. Grafik II.119 Perkembangan Volume Perdagangan Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Jumlah pelaku usaha perdagangan Realisasi jumlah pelaku usaha perdagangan pada tahun 2010 sebanyak pelaku usaha. Meningkat 11,63% dibandingkan dengan jumlah pelaku usaha perdagangan tahun 2009 yang sebanyak pelaku usaha. Grafik II.120 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan pelaku usaha Sumber Data : Dinas Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor perdagangan Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor perdagangan selama lima tahun semakin meningkat. Realisasi jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor pedagangan tahun 2010 sebanyak orang meningkat dibanding tahun 2009 yang hanya sebanyak orang. Tahun BAB II 121

122 Grafik II.121 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap oleh Sektor Perdagangan jml TK jml TK Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM II Nilai ekspor daerah Realisasi nilai ekspor daerah tahun 2010 sebesar US$ ,10 turun sebesar 12,14% dibanding tahun 2009 yang sebesar US $ ,20. perkembangan nilai ekspor daerah selama lima tahun ditunjukkan oleh grafik sebagai berikut: Grafik II.122 Perkembangan Nilai Ekspor Daerah ($) Sumber Data : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, ESDM Tahun BAB II 122

123 Penurunan ini karena adanya kondisi sebagai berikut: - Banyaknya pembatalan kontrak karena menurunnya kepercayaan dari buyer kepada produsen di Kabupaten Sidoarjo dengan adanya lumpur lapindo. - Krisis finansial global sehingga persaingan semakin ketat - Sistem distribusi barang dan jasa yang belum efektif dan efisien. Untuk mengatasi kondisi tersebut perbaikan yang harus dilakukan adalah: - Memperbaiki sektor infrastruktur - Mengusahakan sistem distribusi barang dan jasa yang efektif dan efisien - Pengamanan produk dan komoditi strategis di pasar global melalui kegiatan peningkatan pengawasan mutu barang dan jasa - Meningkatkan kualitas tenaga kerja dan tingkat pendidikan - Pelayanan publik yang prima. II Pasar Tradisional Jumlah pasar yang ada di Kabupaten sejak tahun 2005 sampai saat ini sebanyak unit. Kapasitas pasar di Kabupaten tahun 2009 sebanyak pedagang. Perkembangan kapasitas pasar selama lima tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik II.123 Perkembangan Kapasitas Pasar Sumber Data : Dinas Pasar Perkembangan jumlah pedagang yang ada dipasar tahun terlihat pada grafik berikut ini : Tahun BAB II 123

124 Grafik II.124 Perkembangan Jumlah Pedagang yang Menempati Pasar persentase 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 68,18 67,17 67,17 67,19 92,80 0, Sumber Data : Dinas Pasar Dari grafik terlihat bahwa jumlah pedagang yang ada di pasar meningkat cukup banyak pada tahun 2006 yaitu sebanyak 68,18% dibanding pada tahun 2009 sebesar 67,19%. II.4. Aspek Daya Saing Daerah II.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah II Kondisi Ekonomi Lokasi Kabupaten Sidoarjo yang strategis di kawasan GERBANG- KERTASUSILA merupakan satu kesatuan wilayah perencanaan di Jawa Timur mempunyai beberapa faktor pendukung diantaranya infrastruktur dan utilitas yang baik (jalan, bandara, terminal, telekomunikasi, dan sebagainya), serta sebagai kota industri, perdagangan dan jasa yang didukung dengan kegiatan perikanan dan pertanian yang maju. Adanya bencana lumpur panas di Kecamatan Porong telah menimbulkan kerugian ekonomi, terutama dengan tidak berfungsinya jalan tol pada ruas jalan Porong Gempol yang merupakan urat nadi perekonomian dan jalur transportasi orang maupun barang dari dan ke Surabaya, telah mengakibatkan dampak yang luar biasa antara lain : peningkatan pembiayaan distribusi hasil produksi industri atau eksportir, tidak dapat berproduksi dan atau menurunnya produktivitas usaha di sektor industri, perdagangan, jasa, hotel dan jasa konstruksi. Menurunnya daya saing Sidoarjo sebagai salah satu tujuan investasi di Jawa Timur akibat investor takut lokasi usahanya menjadi sasaran luapan lumpur, juga menurunnya produktivitas usaha dan masyarakat. Hal ini akan berdampak terhadap sulitnya upaya peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Sidoarjo, perluasan kesempatan kerja serta peluang berusaha. Tahun BAB II 124

125 Salah satu upaya menaikkan kembali daya saing Kabupaten Sidoarjo adalah dengan menggali potensi yang dimiliki. Potensi unggulan Kabupaten Sidoarjo merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan mempunyai daya saing di pasaran, baik karena ciri-cirinya yang khas, kualitasnya maupun harganya yang kompetitif. Disamping itu juga, potensi unggulan tersebut berasal dari pemanfaatan potensi yang berasal dari sumber daya alam dan kekayaan budaya lokal yang potensial untuk ditumbuhkembangkan. Bentuk nyata usaha Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam menggali potensi unggulan adalah dengan dicanangkannya beberapa sentra usaha antara lain: Kampoeng Batik di Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo, Kampoeng Sepatu di Desa Mojosantren Kecamatan Krian, Kampoeng Jajanan di Desa Kedungsumur Kecamatan Krembung dan Kampoeng Krupuk di Desa Kedungrejo Kecamatan Jabon, olahan ikan Kalanganyar Sedati, Sentra tas, koper Kedensari, Kludan Kecamatan Tanggulangin, Kerajinan bordir di Ketegan, Boro, Kalidawir Kecamatan Tanggulangin, Kerajinan logam di Ngingas Waru.Potensi unggulan Kabupaten Sidoarjo mencakup berbagai sektor antara lain: II Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sidoarjo sebagai wilayah penyangga kota Surabaya memiliki potensi industri pengolahan yang cukup besar. Industri yang ada bukan saja untuk skala UMKM tetapi juga termasuk industri besar. Kontribusi sektor industri pengolahan cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Sidoarjo, yaitu sebesar 46,04% pada tahun 2008 dan untuk tahun 2009 sebesar 45,18% atau mengalami penurunan sebesar sebesar 0,86%, hal ini diakibatkan oleh adanya krisis global yang salah satunya melanda sektor industri. Pada sektor industri pengolahan, potensi terbesar adalah pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Sektor ini terbukti tahan dari terpaan krisis. Berdasarkan update Sensus Ekonomi 2006 pada tahun 2008 jumlah usaha di Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut : Tabel II.35 Jumlah Usaha di Kabupaten Sidoarjo No Skala Usaha Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Mikro Kecil Menengah Besar Jumlah Sumber : BPS Kab. Sidoarjo Tahun BAB II 125

126 Apabila dikelompokkan jumlah usaha berskala UMK di Sidoarjo sebanyak unit, sedangkan UMB sebanyak unit. Ini berarti Usaha Mikro, dan Kecil jumlahnya mencapai 98,52% dari total usaha yang ada di Kabupaten Sidoarjo. II Pertanian Kabupaten Sidoarjo walaupun merupakan daerah kabupaten dengan luas terkecil namun seluruh wilayah pertaniannya merupakan irigasi teknis dan setengah teknis. Walaupun daerah pertanian semakin menurun karena tuntutan industr dan permukiman namun masih mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat yang cukup baik. Komoditas pertanian yang diproduksi di Kabupaten Sidoarjo adalah padi, jagung, kedelai, kacang hijau, sayuran serta tebu. Khusus untuk tanaman tebu, dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan 5 pabrik gula yang ada. II Perikanan Pada sektor perikanan di Kabupaten Sidoarjo mengandalkan udang dan bandeng sebagai komoditas unggulan yang dijadikan lambang Kabupaten Sidoarjo. Dengan luas tambak ,795 Ha memberikan kesejahteraan bagi petani tambak dan pendega yaitu orang yang berusaha secara bagi hasil dengan pemilik tambak. Wilayah tambak di Sidoarjo membentang dari utara ke selatan sepanjang pantai timur, dimulai dari Kecamatan Waru sampai Kecamatan Jabon. II Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi daerah diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB diukur berdasarkan perhitungan sembilan sektor usaha yang dominan di masyarakat, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa jasa. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidoarjog mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan sedikit penurunan sebelum pada tahun 2009 mulai terjadi rebound. Tahun BAB II 126

127 Grafik II.125 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Sumber data : Bappeda Sidoarjo, BPS Sidoarjo Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidoarjo selama lima tahun walaupun mengalami penurunan tetapi tetap tumbuh positif, tingkat pertumbuhan rata rata setiap tahun tumbuh sebesar 5,17%. Pertumbuhan yang tertinggi berasal dari sektor tersier yang tumbuh sebesar 39,83%, sektor sekunder tumbuh sebesar 11,56%, sektor primer tingkat pertumbuhannya menurun sebesar 12,51%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) pada tahun 2010 sebesar 5,17%. Target tersebut optimis tercapai karena 5 tahun kedepan diperkirarakan ekonomi akan tumbuh 2%-5% per tahun. Sumbangan terbesar sektor tersier berasal dari pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 52,79%. Sedangkan untuk sektor sekunder tingkat pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih yang tumbuh sebesar 43,47%, sedangkan sektor primer pertumbuhan tertingginya berasal dari sektor pertanian yang tumbuh sebesar 4,39% sedangkan satu-satunya sektor yang mengalami penurunan akibat dampak bencana lumpur porong adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yang pertumbuhannya minus 56,85%. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa kebijakan Pemerintah Daerah di sektor perekonomian telah mampu mengantisipasi adanya dampak negatif dari bencana lumpur porong dengan menggerakkan sektor sekunder dan tersier yang ada khususnya perdagangan, industri pengolahan dan jasa. Peningkatan perekonomian ini akan memberikan dampak positif terhadap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahun BAB II 127

128 Tabel II.36 Pertumbuhan Perekonomian menurut Sektor Tahun 2009 dan 2010 Sektor Tumbuh Sektor Primer Pertanian , ,96 3,29% Pertambangan dan Penggalian , ,80-14,10% Sektor Sekunder Industri Pengolahan , ,90 3,28% Listrik,Gas dan Air Bersih , ,53 5,78% Bangunan , ,86 4,57% Sektor Tersier Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,36 6,52% Angkutan dan Komunikasi , ,49 9,63% Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,63 4,94% Jasa - Jasa , ,61 5,55% Jumlah , ,14 5,17% Sumber data : Bappeda Sidoarjo, BPS Sidoarjo Apabila dilihat dari proporsi volume ekonomi maka ekonomi Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2010 masih didominasi oleh sektor Industri pengolahan yang menyumbangkan porsi 3,28%, kemudian diikuti dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan porsi 6,52% dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 9,63%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah industri yang cukup maju di wilayah Provinsi Jawa Timur ini, dimana pertumbuhan sektor industri diikuti oleh pertumbuhan perdagangan dan tranportasi yang cukup maju. Indikasi lain adalah bahwa Sidoarjo juga merupakan daerah urban dimana sebagai daerah penyangga kota Surabaya maka banyak penduduk yang tinggal di kota ini. Banyaknya penduduk yang tinggal ini selain memenuhi kebutuhan tinggal pekerja di kota Surabaya juga karena tuntutan kebutuhan tenaga kerja pada industri yang ada di daerah ini. Tahun BAB II 128

129 Grafik II.126 Proporsi Struktur Ekonomi Masyarakat Sidoarjo Tahun 2010 Sumber data : Bappeda Sidoarjo, BPS Sidoarjo II.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur II Aksesibilitas daerah II Jumlah orang (barang) yang terangkut angkutan umum Untuk mengukur mobilitas masyarakat dalam menjalankan perekonomian daerah maka salah satu ukurannya adalah jumlah penumpang umum yang terangkut oleh kendaraan umum. Pada tahun 2005 jumlah penumpang umum yang terangkut oleh angkutan umum sebanyak orang. Jumlah ini dari tahun ke tahun selama lima tahun terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 jumlah penumpang yang terangkut hanya sebanyak orang. Penurunan ini diakibatkan sebagian masyarakat mengalihkan pilihan transportasinya kepada transportasi pribadi khususnya kendaraan roda dua. Hal ini terlihat dari kepemilikan kendaraan roda dua yang melonjak cukup tinggi. Grafik II. 127 Perkembangan Penumpang Umum yang Terangkut Tahun BAB II 129

130 Kondisi ini tentu saja harus dicarikan solusi yang tepat agar masyarakat berminat kembali untuk menggunakan kendaraan umum dengan menyediakan kendaraan yang aman dan nyaman. Selain itu dengan kembalinya masyarakat memanfaatkan kendaraan umum diharapkan beban jalan menjadi lebih ringan serta tingkat fatalitas dijalan juga dapat ditekan. II.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi II Keamanan dan ketertiban II Angka kriminalitas Perkembangan angka kriminalitas pada tahun 2010 menurun sebesar 8,49% jika dibanding dengan tahun Penurunan ini menunjukkan tingkat ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Sidoarjo semakin terkendali. Disamping itu, dapat mengukur kinerja aparat keamanan dalam menangani pemasalahan kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo. Angka kriminalitas tertinggi selama enam tahun ada pada tahun 2009 sebesar Grafik II.128 Angka Kriminalitas Sumber: POLRES Kabupaten Sidoarjo Tahun BAB II 130

131 II Kejadian Pelanggaran Perda Tramtib Grafik II.129 Kejadian Pelanggaran Perda Tramtib Sumber: POLRES Kabupaten Sidoarjo Perkembangan Perda tramtib pada tahun 2010 sebesar kejadian. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun sebelumnya, yaitu 2009 sebesar 3,13%. Sedangkan kejadian pelanggaran paling rendah selama enam tahun ada pada tahun 2008 yang hanya sebesar kejadian. II.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia II Prosentase angka kelulusan sekolah Untuk menilai kualitas secara umum dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten diukur dengan angka kelulusan. Kemampuan sekolah untuk meluluskan anak didiknya akan berbanding lurus dengan kualitas tersebut. Tahun BAB II 131

REVISI DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2010-2015 BAPPEDA KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Landasan Hukum. 24 1.3 Maksud dan Tujuan.. 25 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB Hani Nurhayati Teknik Informatika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak - Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) adalah suatu sistem informasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

2015 BAB I PENDAHULUAN

2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG PEMERINTAH KOTA PERKEMBANGAN EKONOMI DAN PENDAPATAN DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI Tahun 2004 = 7,69 % Tahun 2005 = 4,57 % PDRB (harga konstan 2000)(dalam juta rupiah) Realisasi Tahun 2004 = 4.554.824 Realisasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

URUSAN DESENTRALISASI

URUSAN DESENTRALISASI BAB III URUSAN DESENTRALISASI 1. Ringkasan Urusan Desentralisasi Setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja disusun oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebagai wujud dari keinginan yang kuat dari pemimpin daerah untuk meningkatkan performansi organisasi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2006 DAN PERCEPATAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2007 Palangka Raya, 15 Pebruari 2007 Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Indikator-indikator yang ditetapkan dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan di Desa Jatilor dalam kurun tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut : 9.1 Aspek

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) 3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) URUSAN WAJIB 1. Urusan Pendidikan Capaian kinerja penyelenggaraan Urusan Pendidikan diukur dari 14 (empat belas) Indikator

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Kebumen Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Kebumen Tahun 2014 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Pencapaian kinerja pada Pemerintah Kabupaten Kebumen secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari 306 indikator yang telah ditetapkan di atas terdapat 82 indikator yang belum mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Geografi dan Demografi Wilayah 2.1.1.Geografis Kota Solok Secara geografis Kota Solok berada pada posisi 0 0 44 28 LS sampai 0 0 49 12 LS dan 100 0 32 42 BT sampai 100 0

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci