BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Perhitungan PPh Pasal 22 di PT Millenium Pharmacon International, Tbk Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2010 Setelah penulis melakukan analisis SPT tahunan badan serta pencocokan dengan laporan keuangan tahunan perusahaan, yang sesuai PMK- 154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor.pt Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan. Berikut ini data sampling yang diambil pada SPT tahunan perusahaan yaitu pada bulan Januari sampai bulan Desember

2 50

3 51 50 Tabel 4.1Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2010 Tanggal dan bulan Objek Pemotongan/Pemungutan Nama Pemotong/Pemungut dipotong/dipungut Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor Tarif Pajak yang dipotong RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Jan-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 1-Jan-10 Bendaharawan Rp % Rp RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Jan-10 Bendaharawan Rp % Rp RUTIN RSU. DR SARDJITO 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RUMKIT TK III 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RS. BHAYANGKARA 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp INSTALASI FARMASI RS. KENCANA 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp BLUD RSU. TUGUREJO 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RS. BHAYANGKARA 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Bendaharawan Rp % Rp RSUD. JOMBANG 1-Mar-10 Bendaharawan Rp % Rp BENDAHARA BLUD RSUD DR ABDOER RAHEM Rp SITUBONDO 1-Mar-10 Bendaharawan Rp % RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Mar-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU. PROBOLINGGO 31-Des-10 Bendaharawan Rp % Rp RS. SARININGSIH 31-Des-10 Bendaharawan Rp % Rp RS. STROKE NASIONAL 31-Des-10 Bendaharawan Rp % Rp

4 52 BUIKITTINGGI RS. BHAYANGKARA/KDR 31-Des-10 Bendaharawan Rp % Rp RSU. WONOSOBO 31-Des-10 Bendaharawan Rp % Rp JUMLAH Rp Sumber: PT MPI,Tbk 51

5 Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2011 Setelah penulis melakukan analisis SPT Tahunan Badan serta pencocokan dengan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan, yang sesuai PMK- 154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh Bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor. PT Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan. Berikut ini data sampling yang diambil pada SPT tahunan perusahaan yaitu pada bulan Februari dan Desember.

6 54

7 55 Tabel 4.2 Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2011 Nama Pemotong/Pemungut PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, TBK PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, TBK RS. CIBABAT RS. KARAWANG RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS RS. KARAWANG RS. KARAWANG BENDAHARA BLUD RSUD DRA BDOERRAHEMSITUBONDO RS. KARAWANG RS. KARAWANG BENDAHARA BLUD RSUD DRA BDOERRAHEMSITUBONDO RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS Tanggal dan bulan dipotong/dipungut 22-Nov Jul-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 1-Feb-11 Objek Pemotongan/Pemungutan Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor Tarif Pajak yang dipotong Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea Rp dan Cukai % Rp Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea Rp dan Cukai % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Rp Bendaharawan Rp % Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Rp Bendaharawan Rp % 53

8 56 54 RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS RSU.PH.ADAMMALIK RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS RSUD. MALINAU RS. KARAWANG RS. KARAWANG RS. KARAWANG RS. KARAWANG RS. KARAWANG RSUD. PROF.DR.MARGONOSOEKARJO RSUD.WALUYOJATI RSUD.UMUMDR.MOHAMMADHOESIN Rp Feb-11 Bendaharawan Rp % 1-Feb-11 Bendaharawan Rp % Rp Feb-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp Des-11 Bendaharawan Rp % Rp JUMLAH Rp Sumber: PT MPI, Tbk

9 Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2012 Setelah penulis melakukan analisis SPT Tahunan Badan serta pencocokan dengan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan, yang sesuai PMK- 154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor. PT Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan.berikut data yang telah dianalisis dan diambil secara sampling dari SPT tahunan pada bulan Februari, Maret, dan Desember.

10 58 56 Tabel 4.3 Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2012 Nama Pemotong/Pemungut AKADEMIK UGM RS BUDHI ASIH RSUD BUDHI ASIH RSUD BP4 PAMEKASAN INSTALASI FARMASI. RSAD. UDAYANA INSTALASI FARMASI. RSAD. UDAYANA RSUD KALIANDA, INF INSTALASI FARMASI RSUD. KAB BANDUNG INSTALASI FARMASI RSUD. KAB BANDUNG INSTALASI FARMASI RSUD. KAB BANDUNG RUTIN RSU. DR SARDJITO Tanggal dan bulan dipotong/dipungut 1-Feb-12 1-Feb-12 1-Feb-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 Objek Pemotongan/Pemungutan Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor Tarif Pajak yang dipotong Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp

11 59 RSU HAJI SURABAYA BP4 PAMEKASAN INSTALASI FARMASI RSUD. KAB BANDUNG BP4 PAMEKASAN STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RS. STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RS. STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RS. STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RS. STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RS. RSU. PROBOLINGGO RSAB. HARAPAN KITA 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar-12 1-Mar Des Des Des Des Des Des Des-12 Rp Bendaharawan Rp % Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp Bendaharawan Rp % Rp JUMLAH Rp Sumber: PT MPI,Tbk 57

12 Analisis Perhitungan PPh 23 pada PT MPI, TbkTahun 2010, 2011 dan 2012 Setelah penulis melakukan pegecekan pada SPT dan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan tidak terdapat masalah yang berkaitan dengan evaluasi Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT Millenium Pharmacon International, Tbk Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2010 Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang penghasilan yang dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 15%dari jumlah bruto atas hadiah dan penghargaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf a angka 4 undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang nomor 36 tahun Berikut ini rincian dari evaluasi PPh pasal 23 atas pajak yang dipotong sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf a angka 4 undang-undang nomor 36 tahun Tabel 4.4Pajak Penghasilan Pasal 23 pada Tahun 2010 Objek Pemotongan/Pemungutan Nama Tanggal dan bulan Jenis Pajak yang Pemotong/Pemungut dipotong/dipungut penghasilan/transaksi Jumlah impor Tarif dipotong PT MERCK TBK 26-Feb-10 Hadiah dan Penghargaan Rp % Rp PT MERCK TBK 31-Mar-10 Hadiah dan Penghargaan Rp % Rp jumlah Rp Sumber: PT MPI,Tbk Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2011 Menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 sesuai dengan undang undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai.berikut ini adalah data PPh pasal 23 pada tahun 2011.

13 61 Tabel 4.5 Pajak Penghasilan Pasal 23 pada Tahun 2011 Objek Pemotongan/Pemungutan Tarif Pajak yang dipotong Nama Pemotong/Pemungut Tanggal dan bulan dipotong/dipungut Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor PT. ANTARMITA SEMBADA 29-Agus-11 Imbalan/Jasa lainnya Rp % Rp PT. ANTARMITA SEMBADA 31-Mei-11 Imbalan/Jasa lainnya Rp % Rp jumlah Rp Sumber: PT MPI, Tbk Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2012 Penulis melakukan analisis terhadap SPT tahunan pada tahun 2012 dan tidak ditemukannya pajak yang harus dipotong sebagaimana menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 sesuai dengan undang undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Selain itu sebagaimana undang-undang nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (1) huruf a yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 15%. 4.3 Analisis rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal Perusahaaan dalam melaksanakan kegiatan usaha harus menyusun laporan keuangan pada setiap akhir periode dan laporan keuangan yang menjadi dasar penyusunan dan perhitungan adalah laporan laba rugi dan neraca. Perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan yang berupa laporan laba rugi yang berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan maupun kerugian yang didapat perusahaan pada setiap akhir periode. Laporan laba rugi yang disusun perusahaan berguna untuk digunakan oleh semua pengguna pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut. Perusahaan yang merupakan wajib pajak memiliki kewajiban untuk menghitung penghasilan atas usahanya. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan melakukan penyesuaian antara laporan

14 62 laba rugi karena akan terjadi perbedaan prinsip yang belaku antara Standar Akuntansi dengan peraturan perpajakan. Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, terhadap pendapatan dan biaya tersebut terdapat beberapa pos yang harus dikoreksi fiskal (positif ataupun negatif).rekonsiliasi fiskal pada PT Millenium Pharmacon International, Tbk tersebut berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Koreksi fiskal positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak, karena beban menurut akuntansi tidak akui sebagai beban menurut pajak, yang pada akhirnya akan membuat PPh badan terhutangnya juga akan meningkat. Sedangkan koreksi fiskal negative adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak, yang disebabkan penghasilan menurut akuntansi tetapi bukan merupakan penghasilan menurut pajak, yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun. Dari hasil rekonsiliasi laporan keuangan fiskal PT Millenium Pharmacon International, Tbk, penulis akan memberikan penjelasan mengenai koreksi fiskal pada laporan keuangan PT Millenium Pharmacon International, Tbk yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun Berikut ini penulis akan membahas mengenai laporan fiskal dari PT Millenium Pharmacon International, Tbk. Dari rekonsiliasi terhadap laporan laba rugi tersebut yang termasuk perbedaan tetap dan perbedaan waktu. Berikut ini pembahasan yang disajikan dalam tiga tahun yaitu 2010, 2011 dan Rekonsiliasi Fiskal tahun 2010 Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2010 adalah sebagai berikut: a. Penjualan Bersih 1. Obat Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan.

15 63 2. Suplemen makanan Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. 3. Produk diagnostik Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal. b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal Persediaan awal sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian Pembelian sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 3. Biaya pengiriman Biaya pengiriman sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. 4. Persediaan akhir Persediaan akhir sebesar (Rp ) digunakan oleh perusahaan. c. Beban Usaha 1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif.biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp Perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan.dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal

16 64 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008). 2. Iklan dan Promosi Iklan dan promosi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final. 3. Perbaikan dan Pemeliharaan Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan. 4. Perjalanan Perjalanan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor. 5. Sumbangan dan Representasi Sumbangan dan representasi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya Sumbangan yang dikeluarkan untuk biaya sumbangan penanggulangan bencana Nasional sebagaimana terdapat pada PPh Pasal 6 UU Nomor 36 Tahun 2008 yang dapat diakui pada akuntansi komersial. Dan tidak dikenakan koreksi pada representasi karena mempunyai daftar nominatif yang berdasarkan SE-/87/PJ.22/ Sewa dan Pemeliharaan Gedung Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.perusahaan mengeluarkan biaya untuk menyewa gedung kantor yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.

17 65 7. Pos, Telepon dan Teleks Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp Terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan. 8. Beban Kantor Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp Biaya kantor digunakan untuk kebutuhan kantor, seperti: membeli air minum galon untuk karyawan, tissue, pewangi, alat untuk kebersihan dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan serta yang mendukung kegiatan administrasi perusahaan. Misalnya: biaya pembelian tinta printer, pewangi ruangan, amplop, map plastik, pembelian ATK, pembelian kertas, baterai kalkulator, lakban coklat, kwitansi, cetak kartu nama, cetak kop surat. 9. Imbalan Kerja Karyawan Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp Perusahaan menerapkan program imbalan kerja karyawan yang tidak didanai sesuai dengan Undang-undang Tenaga Kerja No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan PSAK 24 (Revisi 2004) mengenai Imbalan Kerja Karyawan. Berdasarkan PSAK 24 (Revisi 2004), beban imbalan kerja karyawan menurut Undang-undang Tenaga Kerja diestimasi berdasarkan perhitungan aktuaria dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. 10. Cadangan penurunan nilai persediaan Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan tidak diperbolehkan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun Penyusutan Aset Tetap

18 66 Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan. 12. Amortisasi Aset Tidak Berwujud Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun. 13. Alat Tulis dan Barang Cetakan Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal. 14. Cadangan Penurunan Nilai Piutang Usaha Pada akun Cadangan penurunan nilai piutang usaha terdapat koreksi positif berjumlah Rp Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun Listrik dan Energi Litrik dan energy sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.karena pemakaian listrik digunakan untuk keperluan perusahaan atau kantor. 16. Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak dilakukan koreksi positif karena sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 huruf g bahwa biaya pelatihan boleh dibiayakan oleh perusahaan.

19 Jasa Profesional Jasa profesional sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria. 18. Asuransi Asuransi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 19. Biaya Lain-lain Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Beban pemasaran, beban umum dan administrasi dan beban lain diakui sesuai manfaat nya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis). Perubahan estimasi akuntansi pada hakekatnya merupakan suatun taksiran yang perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya.jumlah koreksi atas perubahan estimasi akuntansi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Laba (Rugi) Selisih Kurs-Bersih Pendapatan selisih kurs sebesar Rp adalah realisasi keuntungan/kerugian selisih kurs yang dialami perusahaan disebabkan karena perusahaan membeli barang-barang dalam negeri dan melakukan pembayaran menggunakan dolar. Dalam biaya ini tidak dikoreksi, sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf l Undang-undang Pajak Penghasilan bahwa keuntungan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh. Selanjutnya Pasal 6 ayat (1) huruf e, kerugian yang diakibatkan oleh selisih kurs mata uang asing merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible). Keuntungan tersebut dapat disebabkam adanya fluktuasi kurs mata uang asing atau kebijaksanaan moneter.

20 68 2. Penghasilan Bunga Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Koreksi negatif sebesar Rp , harus dilakukan koreksi terhadap akun ini, karena sesuai dengan UU Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 sebagai pajak penghasilan final dengan tarif sebesar 20%. 3. Laba Penjualan Aset Tetap Pada akun laba penjualan aset tetap terdapat koreksi positif berjumlah Rp Penjualan tanah dan bangunan bersifat final UU Pasal 4 ayat 2 maka dilakukan koreksi. 4. Beban Bunga Beban bunga sebesar Rp( ) dikeluarkan oleh perusahaan.pada biaya ini perusahaan dan penulis tidak melakukan koreksi fiskal karena termasuk beban operasional perusahaan. 5. Beban Lain-lain Bersih Koreksi positif terhadap Beban lain-lain bersih sebesar Rp Biaya ini dikoreksi oleh perusahaan dan penulis karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan. Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas:

21 69 Tabel 4.6Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2010PT Millenium Pharmacon International, Tbk Koreksi Fiskal menurut Koreksi Uraian Menurut Komersial Positif Negatif perusahaan Positif Negatif Fiskal menurut penulis Penjualan bersih : Obat Rp Rp Rp Suplemen makanan Rp Rp Rp ,817 Produk diagnostik Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp Rp Rp Pembelian Rp Rp Rp Biaya Pengiriman Rp Rp Rp Persediaan akhir Rp ( ) Rp( ) Rp ( ) Jumlah Rp Rp Rp Laba kotor Rp Rp Rp Beban Usaha Gaji, upah dan tunjangan karyawan Rp Rp Rp Rp Rp Iklan dan promosi Rp 4,829,305,104 Rp Rp Perbaikan dan Rp Rp Rp

22 70 68 Pemeliharaan Perjalanan Rp Rp Rp sumbangan dan representasi Rp Rp Rp Sewa dan pemeliharaan gedung Rp Rp Rp Pos, telepon dan teleks Rp Rp Rp Rp Beban kantor Rp Rp Rp Rp Imbalan kerja karyawan Rp Rp Rp Rp Rp Cadangan penurunan nilai persediaan Rp Rp Rp - Rp Rp - Penyusutan aset tetap Rp Rp Rp Rp Rp Amortisasi aset tidak berwujud Rp Rp Rp Alat tulis dan barang cetakan Rp Rp Rp Cadangan penurunan nilai piutang usaha Rp Rp Rp Rp Rp - Listrik dan energi Rp Rp Rp Pendidikan dan Rp Rp Rp

23 71 pelatihan Jasa profesional Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Biaya lain-lain Rp Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp Laba usaha Rp Rp Rp Penghasilan (beban) lain-lain Laba (rugi) selisih kurs - bersih Rp Rp Rp Penghasilan bunga Rp Rp ( ) Rp - Rp (271,092,210) Rp - Laba penjualan aset tetap Rp Rp Rp Rp Rp Beban bunga Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Beban Lain-lain - bersih Rp ( ) Rp ( ) Rp Rp ( ) Beban lain-lain - bersih Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Laba sebelum pajak penghasilan Rp Rp Rp Sumber: PT MPI, Tbk 69

24 Rekonsiliasi Fiskal tahun 2011 Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Penjualan Bersih 1. Obat Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2. Suplemen makanan Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. 3. Produk diagnostik Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal. b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal Persediaan awal sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian Pembelian sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 3. Biaya pengiriman Biaya pengiriman sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.

25 73 4. Persediaan akhir Persediaan akhir sebesar Rp( ) digunakan oleh perusahaan. c. Beban Usaha 1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif. Biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp Koreksi positif dilakukan perusahaan karena perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan. Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008). 2. Iklan dan Promosi Iklan dan promosi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final. 3. Perbaikan dan Pemeliharaan Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan. 4. Perjalanan Perjalanan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor. 5. Sumbangan dan Representasi Sumbangan dan representasi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya Sumbangan yang dikeluarkan untuk biaya sumbangan penanggulangan bencana Nasional sebagaimana terdapat pada PPh Pasal 6 UU Nomor 36 Tahun 2008 yang dapat diakui pada akuntansi

26 74 komersial. Dan tidak dikenakan koreksi pada representasi karena mempunyai daftar nominatif yang berdasarkan SE-/87/PJ.22/ Sewa dan Pemeliharaan Gedung Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.untuk biaya tersebut perusahaan dan penulis tidak memerlukan koreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf nomer 3 tentang biaya biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. 7. Imbalan Kerja Karyawan Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Terdapat Koreksi positif perusahaan menerapkan program imbalan kerja karyawan yg tidak didanai sesuai UU Tenaga Kerja No. 13/2003 dan PSAK 24 (revisi 2004) mengenai imbalan kerja karyawan. Berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) beban imbalan kerja karyawan menurut UU tenaga kerja diestimasi berdasarkan perhitungan aktuaria dgn menggunakan metode projected unit credit. 8. Pos, Telepon dan Teleks Koreksi positif sebesar Rp dilakukan oleh perusahaan.terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan. 9. Beban Kantor Koreksi positif sebesar Rp dilakukan oleh perusahaan. Seharusnya untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Pasal 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.tetapi pada perusahaan ini terdapat koreksi positif karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan tidak ada daftar nominatifnya. 10. Amortisasi Aset Tidak Berwujud Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa

27 75 atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun. 11. Penyisihan Nilai Piutang Usaha Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 36 Tahun Alat Tulis dan Barang Cetakan Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp Biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal. 13. Penyusutan aset tetap Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan. 14. Listrik dan Energi Litrik dan energi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak dilakukan koreksi karena pemakaian digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 15. Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak dilakukan koreksi karena kegiatan pelatihan merupakan kegiatan usaha yang biayanya boleh dibiayakan pada akuntansi komersial perusahaan. 16. Jasa Profesional

28 76 Jasa profesional sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria. 17. Asuransi Asuransi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 18. Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp( ).Terdapat koreksi negate berdasarkan penjelasan pasal 9 ayat 1 UU pajak penghasilan, pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan tidak diperbolehkan 19. Pemulihan Cadangan Persediaan Pemulihan cadangan persediaan sebesar Rp( ) digunakan oleh perusahaan. 20. Biaya Lain-lain Biaya lain-lain sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.biaya ini dikoreksi oleh perusahaan dan penulis karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan 21. Pendapatan Operasi lain Pendapatan sebesar Rp dikeluarkan oleh perusahaan 22. Beban Operasi lainnya Beban Operasi sebesar Rp( ) d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Laba Penjualan Aset tetap Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Penjualan tanah dan bangunan bersifat final UU Pasal 4 ayat 2 maka dilakukan koreksi. 2. Pendapatan Keuangan

29 77 Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp( ).Pendapatan didapat dari penghasilan bunga maka harus dikoreksi sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 yaitu Pajak Penghasilan Final. 3. Biaya Keuangan Biaya keuangan sebesar Rp( ) dikeluarkan oleh perusahaan. Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas.

30 78 76 Tabel 4.7Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2011PT Millenium Pharmacon International, Tbk Koreksi Fiskal Menurut Koreksi Fiskal Menurut Uraian Menurut Komersial Positif Negatif Perusahaan Positif Negatif Penulis Penjualan bersih : Obat Rp Rp Rp Suplemen makanan Rp Rp Rp Produk diagnostik Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp Rp Rp Pembelian Rp Rp Rp Biaya Pengiriman Rp Rp Rp Persediaan akhir Rp( ) Rp( ) Rp( ) Jumlah Rp Rp Rp Laba kotor Rp Rp Rp Beban Usaha Gaji, upah dan tunjangan karyawan Rp Rp Rp Rp Rp

31 79 Iklan dan promosi Rp Rp Rp Perbaikan dan Pemeliharaan Rp Rp Rp Perjalanan Rp Rp Rp Sumbangan dan representasi Rp Rp Rp Sewa dan pemeliharaan gedung Rp Rp Rp Imbalan kerja karyawan Rp Rp Rp Rp Rp Pos, telepon dan teleks Rp Rp Rp Rp Beban kantor Rp Rp Rp Rp Amortisasi aset tidak berwujud Rp Rp Rp Penyisihan penurunan nilai piutang usaha Rp Rp Rp Rp Rp - Alat tulis dan barang cetakan Rp Rp Rp Penyusutan aset tetap Rp Rp Rp Rp Rp Listrik dan energi Rp Rp Rp Pendidikan dan pelatihan Rp Rp Rp

32 80 78 Jasa profesional Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Penyisihan penurunan nilai persediaan Rp - Rp ( ) Rp Rp ( ) Rp Pemulihan cadangan persediaan Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Biaya Lain-lain Rp Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp pendapatan operasi lainnya Rp Rp 742,539,158 Rp beban operasi lainnya Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Laba usaha Rp Rp Rp Penghasilan (beban) lain-lain Laba penjualan aset tetap Rp - Rp Rp Rp Rp Pendapatan keuangan Rp Rp ( ) Rp - Rp ( ) Rp - Biaya keuangan Rp ( ) Rp ( ) Rp ( )

33 81 Beban lain-lain - bersih Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Laba sebelum pajak penghasilan Rp Rp Rp Sumber: PT MPI, Tbk 79

34 Rekonsiliasi Fiskal tahun 2012 Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2012 adalah sebagai berikut: a. Penjualan Bersih 1. Obat Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2. Suplemen makanan Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. 3. Produk diagnostik Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp yang dikeluarkan oleh perusahaan. Yang menjadi ojbjek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal. b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal Persediaan awal sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian Pembelian sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 3. Biaya pengiriman Biaya pengiriman sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.

35 83 4. Persediaan akhir Persediaan akhir sebesar Rp( ) digunakan oleh perusahaan. c. Beban Usaha 1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif. Biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp Terdapat koreksi positif perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan. Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008). 2. Iklan dan Promosi Iklan dan promosi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final. 3. Perbaikan dan Pemeliharaan Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan. 4. Perjalanan Perjalanan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor. 5. Sumbangan dan Representasi Sumbangan dan representasi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.sumbangan yang boleh dijadikan pengurang penghasilan oleh pajak adalah sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah dan sumbangan untuk korban bencana nasional, antara lain Tsunami Nangroe Aceh

36 84 Darussalam / Sumatera Utara dan gempa di Yogjakarta. Hal ini diatur dalam KMK No. 609/KMK-03/2004 tentang perlakuan Pajak Penghasilan atas bantuan kemanusiaan bencana nasional di Nagroe Aceh Darussalam / Sumatera Utara dan gempa di Yogyakarta PMK no. 94/PMK.03/2006, serta sumbangan dalam rangka bantuan GNOTA sesuai SE- 33/PJ.421/1996.Dan tidak dilakukan koreksi terhadap biaya representasi karena perusahaan memiliki daftar nominatif. 6. Sewa dan Pemeliharaan Gedung Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Pada akun in tidak dilakukan koreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf nomer 3 tentang biaya biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. 7. Imbalan Pasca-Kerja Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Yang dimaksud dgn imbalan pasca kerja adalah program-program seperti program pensiun, asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja, yang mana sejumlah uang akan dibayarkan setelah keryawan telah berhenti berkerja, PT MPI setiap tahun menyisihkan sejumlah dana untuk membiayai program- program ini, namun pada pasal 9 ayat 1 UU pajak penghasilan tidak memperbolehkan adanya pembentukan dana cadangan sehingga akun ini harus dikoreksi. 8. Beban Kantor Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Seharusnya untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Pasal 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.tetapi pada perusahaan ini terdapat koreksi positif karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan tidak ada daftar nominatifnya.

37 85 9. Pos, Telepon dan Teleks Koreksi positif sebesar Rp dilakukan oleh perusahaan.terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan. 10. Amortisasi Aset Tidak Berwujud Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp digunakan oleh perusahaan. Biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun. 11. Alat Tulis dan Barang Cetakan Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal. 12. Penyusutan aset tetap Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan. 13. Listrik dan Energi Litrik dan energy sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.karena digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 14. Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Usaha Pada akun Penyisihan penurunan nilai piutang usaha terdapat koreksi positif berjumlah Rp Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983

38 86 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.tidak dilakukan koreksi karena kegiatan pelatihan merupakan kegiatan usaha yang biayanya boleh dibiayakan pada akuntansi komersial perusahaan. 16. Jasa Profesional Jasa profesional sebesar Rp digunakan oleh perusahaan.digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria. 17. Asuransi Asuransi sebesar Rp digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal. 18. Pemulihan Cadangan Persediaan Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk akun pemulihan cadangan persediaan. 19. Biaya Lain-lain Besarnya koreksi positif yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp Pendapatan Operasi Lain Pendapatan sebesar Rp dikeluarkan oleh perusahaan. 21. Beban Operasi Lain Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp Dikoreksi karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Pendapatan Keuangan Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp( ) 2. Biaya Keuangan Biaya keuangan sebesar Rp( ) dikeluarkan oleh perusahaan.

39 87 Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas.

40 88 Tabel 4.8Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2012PT Millenium Pharmacon International, Tbk Koreksi Fiskal Menurut Koreksi Fiskal Menurut Uraian Menurut Komersial Positif Negatif Perusahaan Positif Negatif Penulis Penjualan bersih : Obat Rp Rp Rp Suplemen makanan Rp Rp Rp Produk diagnostik Rp Rp Rp Jumlah Rp Rp Rp Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp Rp Rp Pembelian Rp Rp Rp Biaya Pengiriman Rp Rp Rp Persediaan akhir Rp ( ) Rp ( ) Rp( ) Jumlah Rp Rp Rp Laba kotor Rp Rp Rp Beban Usaha 85

41 89 86 Gaji, upah dan Rp tunjangan karyawan Rp Rp Rp Rp Iklan dan promosi Rp Rp Rp Perbaikan dan Pemeliharaan Rp Rp Rp Perjalanan Rp Rp Rp Sumbangan dan representasi Rp Rp Rp Sewa dan pemeliharaan gedung Rp Rp Rp Imbalan pasca-kerja Rp Rp Rp Rp Rp Beban kantor Rp Rp Rp Rp Pos, telepon, dan teleks Rp Rp Rp Rp Amortisasi aset tak berwujud Rp Rp Rp Alat tulis dan barang cetakan Rp Rp Rp Penyusutan aset tetap Rp Rp Rp Rp Rp Listrik dan energi Rp Rp Rp Penyisihan penurunan nilai piutang usaha Rp Rp Rp - Rp Rp - Pendidikan dan Rp Rp Rp

42 90 pelatihan Jasa profesional Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Pemulihan cadangan persediaan Rp - Rp - Rp - Biaya lain-lain Rp Rp Rp ( ) Rp Rp ( ) Jumlah Rp 80,416,590,862 Rp Rp Pendapatan operasi lain Rp Rp Rp Beban operasi lain Rp Rp Rp Rp Laba usaha Rp Rp Rp Penghasilan (beban) lain-lain Pendapatan keuangan Rp Rp ( ) Rp - Rp ( ) Rp - Biaya keuangan Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Beban lain-lain - bersih Rp ( ) Rp ( ) Rp ( ) Laba sebelum pajak penghasilan Rp Rp Rp Sumber: PT MPI, Tbk 87

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal 4.2 Analisis Pendapatan pada Laporan Laba-Rugi PT Asuransi Jiwa Bringin Life

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal 4.2 Analisis Pendapatan pada Laporan Laba-Rugi PT Asuransi Jiwa Bringin Life BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban Pajak pada PT. Malta Printindo. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu, manajemen pajak harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa kita harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG BERKAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 1. UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk ( Perusahaan ) didirikan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015 MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah Perpajakan 1 UAS Semester Genap 2014/2015 t@spafebui fspa FEB UI Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEB UI. Official Partners: Dilarang memperbanyak MOJAKOE

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 : 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan atas Pendapatan dan Beban PT. XYZ PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengelolaan gedung dan jasa lainnya.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER dan DAFTAR ISI Halaman LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Laporan Posisi Keuangan... 1. Laporan Laba Rugi Komprehensif...

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk Laporan Keuangan Dan Laporan Auditor Independen Untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen i Neraca 1 Laporan Laba Rugi 2 Laporan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

Lebih terperinci

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 8,556,000 6,300,000 37,970,000 3,366,000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 8,556,000 6,300,000 37,970,000 3,366,000 NAMA DENI SUGENG RANTUNG AGUS Mulai bekerja Jan-22 40,909 39,630 40,087 Status K/0 K/2 K/3 TK Gaji 96,000,000 84,000,000 216,000,000 60,000,000 THR 8,000,000 7,000,000 18,000,000 5,000,000 PPh Pasal 21

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 a. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN SEPERTI DIVIDEN, TERMASUK DIVIDEN YANG DIBAYARKAN OLEH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014 No. Akun Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014 Nama Akun PT. STAPI MOTOR NERACA LAJUR (SETELAH PAJAK) 31 December 2013 Daftar Saldo Ayat Jurnal Penyesuaian Daftar Saldo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Beban dan Kompensasi Kerugian sesuai SAK dan UU Pajak Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Beda Tetap dan Beda Waktu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif By Afifudin PSP FE Unisma 2 MEKANISME/SIKLUS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) 1 PT SIANTAR TOP Tbk NERACA PER TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) Catatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa Periode akuntansi yang diterapkan di PT Persada Aman Sentosa adalah tahun takwim, yaitu periode yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2007, UU PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun objek objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. 2007, UU PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun objek objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini mencakup mengenai rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal guna menghitung besarnya PPh badan yang terhutang

Lebih terperinci

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan Tahun 2005 1. Penyajian Laporan Keuangan Setelah Pengakuan Pajak Penghasilan. Berikut ini akan disajikan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 58 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Nutricircle World Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL RINGKASAN REKONSILIASI KETERANGAN LABA BRUTO USAHA Penjualan Neto -/- HPP 1. Penjualan Neto a. Metode Pengakuan Pendapatan Akrual - Akrual b. Potongan Penjualan > Metode Realisasi > Metode Penyisihan c.

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

PT ASTRA GRAPHIA Tbk N E R A C A Catatan 2008 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2a,2c,3,23 119.658.017.889 126.580.527.261 Deposito berjangka 2a,4 2.424.600.790 2.904.735.723 Piutang usaha (setelah dikurangi penyisihan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1. Menguji Kepatuhan Kewajiban Perpajakan PT. IST PT.IST sebagai salah satu Wajib Pajak yang tujuannya meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 121.433.163.880 119.658.017.889 Deposito berjangka 5 2.135.930.652 2.424.600.790 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2a,2c,3,27 103.317.329.165 92.942.187.030 Deposito berjangka 2a,4 1.971.891.997 2.643.566.861 Piutang usaha (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2010 DAN 2009 Daftar Isi Halaman Neraca... 2-3 Laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal untuk Penentuan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Pada PT. Bijama Makmur Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi Laporan laba/rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, TBK Putri Novitasari, Heri Sukendar

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, TBK Putri Novitasari, Heri Sukendar ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, TBK Putri Novitasari, Heri Sukendar Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, 53696969/5300655,

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahaasan Masalah 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. Bagi negara semakin besar jumlah pajak

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 70.490.918.058 100.111.129.147 Deposito berjangka 5 2.062.615.652 2.179.143.834 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Beberapa konsep dasar atau prinsip biaya fiskal sudah dirumuskan sebagai kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2017 PERPAJAKAN. Hulu Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan Usaha. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPH BADAN TERKAIT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH) UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK

SPT TAHUNAN PPH BADAN TERKAIT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH) UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK SPT TAHUNAN PPH BADAN TERKAIT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH) UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK Aula KPP Madya Jakarta Utara Lt.3 Selasa, 14 Maret 2017 Pembukuan Undang-Undang KUP Pasal 28 ayat (7) Memori

Lebih terperinci