FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI JORONG BATANG KARIANG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG JURNAL

Transkripsi

1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI JORONG BATANG KARIANG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Derajat Srata Satu (S-I) DESI ARPA NPM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT 2013

2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI JORONG BATANG KARIANG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Desi Arpa* Fitria Kasih** Gusneli** *) Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ** ) Dosen Pembimbing ABSTRACT Based on problem studied that researcher found look at phenomenon is the field any adolescent droupout and some of his friend did not want out of the house to hang out and there is also a loner because do not like crowds. Based on the phenomenon that the researcher raisaid concerns about: what were factors affect adolescent adjustment droup out in Baru Kabupaten Sijunjung. The purposes these studied were to discribe: 1). Factor that affect adolescent adjustment droup out views of the personality 2). Factor that affect adolescent adjustment droup out views of the environment. This researchd was quantitative descriptive research that seeks to describe the situation for what it is. The study population amounted to 51 peoples. The techniques used in this sampling were a sampling technique and a total sample size of 51 people. The instrument used in this study is questionnaire. As for the use of data analysis is techniques percentage. The research results revealed that: 1). Factors that affect adolescent adjustment drop out seen in the category of personality pretty much, it can be seen from the results of the study showed the number % 2 ). Factors that affect adolescent adjustment dropout seen enough of the environment, it can be seen from the results of the study showed the number %. Keyword: adolescent, adjustment, personality, environment. PENDAHULUAN Remaja merupakan individu yang berusia belasan tahun. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Mappiare (M. Ali, M. Asrori. 2011: 9) bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Pada rentang usia ini remaja membutuhkan pendidikan demi kelangsungan masa depannya, hal ini sesuai dengan kebutuhan

3 remaja di mana salah satu kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan akan pendidikan. Dalam UUD 1945 jelaslah bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan serta wajib belajar baik yang bermukim di kota maupun pedesaan, walaupun demikian masih ada ditemukan SMP atau SMA Kecamatan Kamang Baru yang belum sepenuhnya menempuh pendidikan atau sering disebut dengan putus sekolah. Berbicara mengenai putus sekolah berarti kita sedang membicarakan tentang individu yang sudah tidak lagi melanjutkan pendidikannya, seperti yang dikemukakan Bagong Suyanto (2003:355) putus sekolah adalah anak atau individu yang sudah tidak lagi melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan. Banyak hal yang melatarbelakangi seorang individu tidak melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah, Sukmadinata (Bagong Suyanto 2003:351) menyatakan bahwa faktor utama putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau kedua orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Jadi faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab remaja tidak bersekolah. Usia remaja biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Begitu juga dalam pergaulan, remaja haruslah bergaul sesuai dengan etika yang berlaku di dalam masyarakat, dalam pergaulan remaja dituntut untuk memiliki keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Alex Sobur (2003:527) menyatakan bahwa penyesuaian diri itu adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang lain dan lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan sudah mampu menyesuaikan diri dengan baik apabila ia sudah mampu membina hubungan baik dan memuaskan antara dirinya dengan orang lain, namun tidak semua individu mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Hal ini

4 disebabkan oleh berbagai faktor, adapun faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Schneirder (M. Ali, M. Asrori, 2011:181) adalah kondisi fisik, kepribadian, proses belajar, lingkungan, agama serta budaya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap beberapa orang remaja putus sekolah yang dilakukan pada 23 Januari 2013 di Jorong Baru Kabupaten Sijunjung, bahwa pergaulan remaja sehari-harinya dalam bergaul mereka suka memilihmilih teman, mengasingkan diri dalam pergaulan, kurang memiliki rasa percaya diri, malas berkumpul dengan temannya karena mempunyai kekurangan fisik dan ada juga yang sudah terbiasa dimanjakan orang tuanya sehingga ia takut bergaul selain keluarganya. Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2013 dengan salah seorang remaja putus sekolah, ia menuturkan bahwa ia dan beberapa temannya tidak mau keluar rumah untuk berkumpul dengan temannya karena memiliki kulit hitam, takut dijadikan bahan olokolok teman yang lain, merasa minder karena tidak bersekolah sedangkan temannya yang lain sekolah, dan ada juga yang suka menyendiri karena tidak suka keramaian. Jika kita lihat dari hasil wawancara di atas yang dilakukan pada remaja putus sekolah ini terlihat bahwa banyak hal yang menyebabkan remaja ini tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik sehingga aspek psikososialnya tidak tercapai maksimal. Berdasarkan latar belakang di atas, jika hal ini terus dibiarkan maka akan menimbulkan kerugian baik bagi diri remaja maupan orang lain, salah satunya yaitu remaja putus sekolah ini akan diasingkan di lingkungan bergaulnya, kurang mampu menyesuaiakan dirinya dengan baik dan aspek psikososialnya tidak akan tercapai maksimal. Untuk itu penelii ingin mengungkap: 1). Faktor yang remaja putus sekolah dilihat dari kepribadiannya 2). Faktor yang remaja putus sekolah dilihat dari lingkungannya.

5 METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dengan kata lain penelitian deskriptif ini mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang sedang atau sudah terjadi diungkapan sebagaimana adanya, tampa adanya manipulasi tertentu. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan tentang faktor yang remaja putus sekolah di Jorong Baru Kabupaten Sijunjung. Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mengambil seluruh remaja putus sekolah sebanyak 51 orang dari umur tahun yang tediri atas Perempuan terdiri dari 14 orang, dan laki-laki terdiri dari 37 orang. Tabel. 1 Jumlah Populasi Jumlah Jumlah Total Laki-Laki Perempuan Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu menjadikan seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 maka semunya akan dijadikan sampel, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 responden. Tabel. 2 Jumlah Sampel Jumlah Jumlah Total Laki-Laki Perempuan Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data interval. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data skunder. Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan mengunakan rumus persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data hasil penelitian ditujukan untuk melihat faktor apa yang remaja putus sekolah di Jorong Baru Kabupaten Sijunjung. Variabelnya adalah faktor yang remaja putus sekolah di Jorong Baru Kabupaten Sijunjung. Dengan

6 sub variabel yaitu: 1). Kepribadian 2). lingkungan Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan yang berhubungan dengan faktor yang remaja putus sekolah, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah dilihat dari Kepribadiannya. Berdasarkan temuan penelitian dapat diketahui keterangan secara umum bahwa sebanyak 82,35% faktor yang remaja putus sekolah dilihat dari kepribadiannya adalah cukup banyak. mudah Mempunyai kepribadian yang menyesuaikan diri tentu kita, harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk berubah, mempunyai pengaturan diri yang baik dan mampu merealisasikan diri menuju pembentukaan kepribadian yang dewasa, selain itu kualitas intelegensi seseorang juga menentukan kemampuannya untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan baik. Sjarkawi (2008: 14) menyatakan bahwa seseorang dengan gaya kepribadian yang mudah menyesuaikan diri adalah orang yang memandang hidup ini sebagai pesta perayaan dan setiap harinya sebagai pesta yang berpindah-pindah. Kepribadian ini peka terhadap apa yang terjadi hari ini, mempunyai ketajaman pandangan untuk yang bersifat dinamis, orang yang secara terbuka memberikan reaksi pada perubahan, memperhatikan perasaan orang lain, dia mudah berteman dan bisa menyesuaikan diri disetiap lingkungan. Berbicara mengenai kepribadian berarti kita sedang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Menurut Sjarkawi (2008:14) kepribadian adalah ciri atau karakterisktik diri seseorang yang bersumber dari pembentukanpembentukan yang diterima dari lingkungannya. Sedangkan menurut Alex Sobur (2003:301) kepribadian merupakan ciri-ciri atau watak seseorang individu yang khusus. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dan kemauan untuk berubah, pengaturan diri, realisasi

7 diri, dan intelegensi menpunyai pengaruh cukup banyak terhadap penyesuaian diri dilihat dari kepribadiannya. 2. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah dilihat dari Lingkungannya. Berdasarkan temuan penelitian dapat diketahui keterangan secara umum bahwa sebanyak 88,23% Faktor yang remaja putus sekolah dilihat dari lingkunganya adalah cukup banyak. Berbicara faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri, ini meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dengan penyesuaian diri individu. Menurut Enung Fatimah (2006:202) lingkungan keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anaknya sebagai proses penyesuaian diri. Unsur-unsur di dalam keluarga, seperti konstelensi keluarga, interaksi orang tua dengan anak, interaksi antara anggota keluarga, peran sosial dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya dalam konstelasi keluarga yang memiliki organisasi keluarga yang komplek dan menuntut para anggotanya menyesuaikan prilaku terhadap hak dan harapan keluarga anggota yang lain akan sangat mendukung bagi perkembangan penyesuaian diri individu yang ada di dalamnya. Namun disisi lain ada dampak negatifnya, yaitu dapat meningkatkan proses persaingan, kecemburuan sosial, agresifitas atau bahkan ada yang mengarah kepermusuhan jika tidak dikelola dengan baik. Pengaruh konstelasi keluarga juga tergantung pada faktor lain, seperti sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya. Lingkungan sekolah juga menjadi kondisi yang memungkinkan berkembang atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri. Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan

8 perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap dan moral siswa. Oleh sebab itu, proses sosialisasi yang dilakukan melalui iklim kehidupan sekolah yang diciptakan guru dalam interaksi edukatifnya sangat berpengaruh terhadap perkembang an penyesuaian diri anak. Keluarga dan sekolah itu berada di dalam masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuian diri. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral dan prilaku masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri seeorang dilingkungannya. Dapat peneliti simpulkan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penyesuaian diri individu, antara lingkungan keluarga, sekolah, masayarakat mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap penyesuaian diri seseorang. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor yang remaja putus sekolah di Jorong Baru Kabupaten Sijunjung. Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja putus sekolah dilihat dari kepribadiannya tergolong cukup banyak, faktor yang mempengaruhi ini diantara-nya adalah adanya remaja putus sekolah yang suka menyendiri dari pada bergaul dengan temannya dan ada juga remaja putus sekolah yang menjalani kehidupan apa adanya karena tidak lagi bersekolah. 2. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja putus sekolah dilihat dari lingkungannya cukup banyak. faktor yang mempengaruhi ini diantaranya keadaan ekonomi keluarga remaja putus sekolah yang pas-pasan sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan, dan adanya remaja

9 putus sekolah yang ikut-ikutan temannya untuk tidak lagi bersekolah. SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran kepada: 1. Remaja, diharapkan agar mampu mengendalikan dirinya agar bisa menyesuaiakan diri dengan baik dilingkungannya. 2. Orang Tua, diharapkan agar lebih memperhatikan pendidikan anaknya karena bagaimanapun pendidikan ini mempunyai peranan yang penting agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. 3. Pengelola program studi bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat agar dapat lebih meningkatkan potensi dan kemampuan calon guru BK untuk kedepanya. 4. Peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan penelitian ini sabagai pedoman dan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda. KEPUSTAKAAN Ali, M. Asrori Psikologi Remaja. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Fatimah Enung Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Sjarkawi Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sobur Alex Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. Suyanto Bagong Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana. Syamsu Yusuf Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Karya Rosdakarya.