Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Transkripsi

1 TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN OLEH GURU PEMBIMBING DALAM MEMBANTU MENGATASI MASALAH PRIBADI PESERTA DIDIK BROKEN HOME MELALUI KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 11 PADANG Oleh : Novita Sari Fitria Kasih Rahma wira Nita Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Problems that occur in learners selves who come from a broken home among adolescents from time to time tend to increase, both qualitatively and quantitatively. The problem in this research is: How do the techniques used by a teacher counselor in helping broken home learners problem through personal counseling in SMA 11 Padang. The purpose of this study was to determine how far of the techniques used by the teacher counselor in helping students broken home in overcoming their problems through personal counseling. This research was a descriptive research; it was describe of things as it is. The population of this study was a broken home students, the number of the students was 43 students. This study used total sampling technique that taken sample from the entire population because fewer than 100 people. The instrument used in this study was a questionnaire. Meanwhile, for analyzing the data the researcher used percentages technique. The results of this study showed that (1) Teacher efforts in expressing their students in very well category with the percentage of 32.56%. (2) Teacher counselor revealed the personal experiences of students to the problems being faced in the category very well with the percentage of 41.86%. (3) Teacher counselor brought positive idea of learners was in the good category with the percentage 58.14%. Based on the results above, the researcher suggested that a teacher counselor should care in shaping students good behavior. Keywords: Personal counseling, broken home, personal problem. PENDAHULUAN Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan anak dan di dalam keluarga anak mendapatkan pendidikan yang pertama. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu, keluarga

2 berperan penting dan positif dalam perkembangan anak. Sedangkan keluarga yang jelek, hancur atau broken home akan berpengaruh negatif bagi perkembangan anak. Sudarsono (1993:125) menyatakan broken home adalah keluarga yang tidak normal, maksudnya keadaan keluarga yang kurang menguntungkan. Selanjutnya, Syofyan S Willis (2008:105) menyatakan Apabila struktur keluarga itu tidak utuh lagi, misalnya karena kematian salah satu orang tua atau perceraian, kehidupan keluarga tidak harmonis lagi. Keluarga seperti itu disebut keluarga pecah atau broken home. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama pratik sekolah di SMA Negeri 11 Padang, pada bulan September-Desember Di temukan peserta didik yang berasal dari keluarga broken home dan mengalami berbagai masalah pribadi seperti: sering cabut saat jam pelajaran berlansung, bolos saat jam pelajaran, tidak memperhatikan guru menerangkan pelajaran, peserta didik suka berkelahi dan melawan kepada guru, peserta didik juga memiliki sifat yang suka menyendiri, mudah sedih, pemurung, mudah putus asa, dan mudah tersinggung, bertindak tanpa berfikir baik atau buruk dampak dari tindakan yang dilakukannya, melamun, membantah dan suka cari perhatian. Berdasarkan hasil wawancara selama praktik lapangan di SMA Negeri 11 Padang, terungkap bahwa sebagian dari peserta didik yang broken home mengungkapkan bahwa mereka merasa seperti, tidak memiliki rasa percaya diri lagi bergaul dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Perasaan-perasaan kehilangan kebahagian dalam keluarganya, dan ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka sayangi karena orang tua mereka sibuk dengan urusan masingmasing. Selanjutnya hasil konseling perorangan dengan beberapa peserta didik yang berasal dari keluarga broken home mengungkapkan bahwa akibat kedua orangtuanya sering bertengkar dan akhirnya bercerai mereka merasa orangtuanya jahat dan tidak sayang kepadanya lagi sehingga mereka jadi malas belajar, malas datang ke sekolah dan lebih senang pergi ke tempat hiburan-hiburan dengan teman-teman agar perasaan sedih, dan perasaan malu karena

3 orangtua yang bercerai bisa hilang. Dengan demikian dampak keluarga yang broken home (perceraian) terhadap perkembangan anak di sekolah dapat merusak kemampuan anak berkonsentrasi belajar di sekolah. Berdasarkan fenomena tersebut, teknik-teknik yang digunakan oleh guru pembimbing dalam membantu mengatasi masalah pribadi peserta didik dengan mengembangkan sikap positif peserta didik diantaranya memberikan layanan informasi kepada peserta didik seperti cara berkomunikasi dengan orang lain, cara mengatasi masalah, cara memahami keadaan diri sendiri. Informasi tersebut dapat diberikan oleh guru pembimbing baik secara klasikal maupun secara individual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, teknikteknik yang digunakan oleh guru pembimbing membantu mengatasi masalah pribadi peserta didik yang berasal dari keluarga broken home dalam mengekspresikan dirinya.. teknik-teknik yang digunakan oleh guru pembimbing membantu mengatasi masalah pribadi peserta didik yang berasal dari keluarga broken home dalam mengungkapkan pengalaman-pengalamannya. Teknikteknik yang digunakan oleh guru pembimbing membantu mengatasi masalah pribadi peserta didik yang berasal dari keluarga broken home dalam memunculkan pikiran-pikiran positifnya. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut A. Muri Yusuf (2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba mengambarkan fenomena secara detail. Populasi menurut Bambang Prasetyo (2008:119) Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti, sedangkan menurut Bailey (A.Muri Yusuf, 2005:183) populasi adalah keseluruhan dari unit analisis. Selanjutnya menurut Nawawi (Riduwan, 2010:54) populasi adalah, totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun

4 pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang mengalami masalah pribadi broken home melalui konseling perorangan di SMA Negeri 11 Padang. Menurut A. Muri Yusuf (2005:186) sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:112) bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sebagai sampel. Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data diolah dengan rumus persentase yang dikemukakan oleh A. Muri Yusuf (2005:365) dengan rumus. P= 100 Keterangan: P : tingkat Persentase jawaban F : frekuensi jawaban N: Jumlah keseluruhan responden 100: Jumlah angka mutlak HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis dari penelitian ini adalah teknik-teknik yang digunakan oleh guru pembimbing mengentaskan permasalahan peserta didik yang mengalami masalah pribadi broken home di SMA Negeri 11 Padang diantaranya adalah: Agar klien dapat mengekspresikan perasaan-perasaan yang menganjal, menyakitkan, menyedihkan, dan melukai hatinya karena masalah dalam keluarga yang dihadapinya, berada pada kategori baik dengan persentase 67.44%. Setelah muncul perasaan lega dan agak tenang, maka konselor dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman klien berhubungan dengan perasaan negatif dalam dirinya sehingga guru pembimbing lebih bisa memahami keadaan peserta didik secara keseluruhan dan peserta didik dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya, berada pada kategori baik dengan persentase 55.81%. Selanjutnya guru pembimbing berusaha memunculkan pikiranpikiran positif peserta didik agar peserta didik dapat mencoba hal-hal baru yang bersifat membangun,

5 berada pada kategori baik dengan persentase 58.14%. Seperti yang dikemukakan Syofyan. S Willis (2011:22) bahwa upaya yang harus dilakukan guru pembimbing adalah dengan melakukan konseling perorangan yang tujuannya yaitu: 1. Agar klien dapat mengekspresikan perasaan-perasaan yang mengganjal, menyakitkan, menyedihkan, dan melukai hatinya karena masalah dalam keluarga yang dihadapinya perasaan seperti itu yang menyebabkan peserta didik berperilaku salah suai, seperti nakal, lari dari rumah karena tidak tahan melihat pertengkaran yang sering terjadi dalam keluarganya, minum-minuman keras. Jika perasaan-perasaan negatif itu bisa menjadi lega, puas, dan agak tenang, dan bisa menciptakan pikiran positif yang ada dalam dirinya. 2. Setelah muncul perasaan lega dan agak tenang, maka konselor dapat mengungkapkan pengalamanpengalaman klien berhubungan dengan perasaan negatif dalam dirinya. Tujuannya adalah agar guru pembimbing dapat memahami perilaku-perilaku apa yang ada di antara orang tua, saudara, terhadap dirinya (peserta didik). 3. Selanjutnya guru pembimbing berusaha memunculkan pikiran-pikiran positif peserta didik agar peserta didik dapat mencoba hal-hal baru yang bersifat membangun. KESIMPULAN Dari hasil penelitian teknikteknik yang digunakan oleh guru pembimbing dalam mengatasi masalah pribadi peserta didik broken home melalui konseling perorangan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengolahan data gambaran umum upaya guru pembimbing dalam membantu mengekspresikan diri peserta didik berada pada kategori baik dengan persentase 67.44%. 2. Hasil pengolahan data upaya guru pembimbing dalam

6 membantu mengungkapkan pengalaman-pengalaman pribadi peserta didik terhadap masalah yang dihadapinya berada pada kategori baik Hasil pengolahan data tentang upaya guru pembimbing dengan persentase 55.81%. 3. Dalam memunculkan pikiranpikiran positif peserta didik berada pada kategori baik dengan persentase 58.14%. SARAN Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut ini di kemukakan saran, yaitu sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada peserta didik yang mengalami masalah pribadi yang berasal dari keluarga broken home jika mengalami masalah pribadi hendaklah mencari pihak yang membantu seperti guru pembimbing agar permasalahn yang dihadapi tidak berlarutlarut. 2. Diharapkan kepada guru pembimbing agar lebih memperhatikan semua peserta didik terutama peserta didik yang berasal dari keluarga broken home. Agar peserta didik tersebut tetap bisa terarah, bakat dan minatnya tetap bisa berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 3. Diharapkan orang tua agar lebih memperhatikan perubahan tingkah laku anak dan tidak membebankan anak dengan masalah keluarga yang tengah dihadapi oleh kedua orang tua. 4. Diharapkan kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan peserta didik yang berasal dari keluarga yang broken home agar tidak terjebak pada hal-hal seperti narkoba dan lain-lain yang dapat merusak diri peserta didik. 5. Diharapkan kepada penulis agar lebih menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi oleh peserta diidk yang broken home, jika menjadi guru pembimbing nantinya, lebih memperhatikan peserta didik yang broken home agar dapat membantu mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh peserta didik tersebut.

7 6. Peneliti selanjutnya agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian tentang peserta didik yang broken home. KEPUSTAKAAN Riduwan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:Alfabeta Sudarsono Kenakalan Remaja. Jakarta:Rhineka Cipta Willis, S, Syofyan Remaja dan masalahnya. Bandung:Alfabeta Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:Alfabeta.