PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL

Transkripsi

1 PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG ARTIKEL Oleh: BUNGA AFASLI NPM: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2 PERILAKU PROSOSIAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 20 PADANG Oleh: Bunga Afasli * Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research is motivated by the low prosocial behavior of learners such as: do not care a sick friend, not provide aid in the form of material and non material. The purpose of this study to determine the forms of prosocial behavior based on gender learners in class VII SMP Negeri 20 Padang. This type of research is quantitative descriptive research. The study population all students of class VII totaled 287 people. The sampling technique is purposive random sampling, totaling 72 people. Data collection tools in the form of a questionnaire. Analysis of the data using the formula TCR (The rate of respondents). The results showed that prosocial behavior based on indicators: 1) share, learners men were medium category, women are low category, 2) collaboration, learners men are the low category, women are the medium category, 3) helping participants educate men are low category, women are low category, 4) act honestly, learners males were low category, women are low category, 5) charity, learners males were low category, women are low category. Keywords: Prosocial behavior PENDAHULUAN Hakikat manusia dimanapun berada tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini ditandai oleh individuindividunya yang saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial, yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai atau tatanan sosial. Salah satu bentuk tatanan sosial adalah masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketergabungan pada masyarakat, jika bergabung di dalam masyarakat artinya manusia mengembangkan hubungan sosial dengan individu lainnya, aspek kemanusiaan dalam manusia menemukan bentuknya. Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk unik dan perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu sehingga terjadi peristiwa saling mempengaruhi antara individu yang satu dan individu yang lain. Hasil peristiwa saling mempengaruhi tersebut, timbulah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Perilaku sosial individu akan ditampilkan apabila berinteraksi dengan oranglain. Individu akan mengembangkan pola respons tertentu yang sifatnya cenderung konsisten dan stabil sehingga dapat ditampilkan dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Menurut Arifin (2015:2) Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku ini merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar ataupun dari dalam dirinya. Selanjutnya Skiner (Arifin, 2015:2 3) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) maka perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons. Batasan ini dapat diuraikan bahwa reaksi manusia dapat berbentuk macammacam, yang pada hakikatnya digolongkan 1

3 menjadi dua yaitu dalam bentuk tindakan nyata dan tindakan konkret. Pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan juga dalam sikap potensial, yaitu dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku atau aktifitas-aktifitas individu Branca (Walgito, 2003:15). Perilaku atau aktifitas dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang menampak ( overt behavior) atau perilaku yang tidak menampak ( innert behavior), demikian pula aktifitas-aktifitas tersebut disamping aktifitas motorik juga termasuk aktifitas emosional dan kognitif. Menurut Ballachey (Arifin, 2015:8-9) perilaku sosial seseorang tampak dalam pola antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Berdasarkan perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk senantiasa mengalami perubahan setiap waktu. Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah laku prososial. Byrne (Arifin, 2015:274) menjelaskan perilaku prososial sebagai segala tindakan yang menguntungkan oranglain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut, bahkan mungkin mengandung tingkat risiko tertentu. Spinrad (Santrock, 2007:138) menyatakan bahwa peduli terhadap keadaan dan hak oranglain. Perhatian dan empati terhadap oranglain, dan berbuat sesuatu yang memberikan manfaat bagi orang lain. Kesemua itu adalah komponen dari perilaku prososial. Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut menjelaskan bahwa setiap individu dapat berlaku prososial terhadap oranglain dengan komponen sosial salah satunya dengan adanya rasa empati terhadap kondisi oranglain serta mau berbuat sesuatu kepada oranglain tanpa mengharapkan sebuah keuntungan atau imbalan lebih atas bantuan atau tindakan yang dilakukannya. Seorang individu bersedia membantu meskipun itu memiliki resiko yang besar untuknya. Mussen (Pr atiwi, 2010:34-35) menyatakan bahwa aspek-aspek perilaku prososial meliputi: 1) Berbagi, kesediaan untuk berbagi perasaan dengan oranglain dalam suasana suka dan duka, 2) Kerjasama, kesediaan untuk bekerjasama dengan oranglain demi tercapainya suatu tujuan, 3) Menolong, kesediaan untuk menolong oranglain yang sedang berada dalam kesulitan, 4) Bertindak jujur, kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya dan tidak berbuat curang, 5) Berderma, kesediaan untuk memberikan sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan. Tingkah laku prososial terjadi dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita namun bisa terjadi dengan cara yang berbeda. Perbedaan stereotype pria dan wanita menyebabkan perbedaan dalam perilaku prososial antara pria dan wanita. Lennon (Pratiwi, 2010:38) menyatakan bahwa anak perempuan lebih mudah merasa tidak enak jika melihat orang lain mengalami kesusahan. Sarwono (2009:136) Peranan gender/ jenis kelamin terhadap kecendrungan seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktifitas menolong pada situasi darurat yang membahayakan, misalnya menolong seseorang dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki dipandang lebih kuat dan lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri. Sementara perempuan, lebih tampil menolong pada situasi yang bersifat memberi dukungan emosi, merawat, dan mengasuh. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktik Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 20 Padang yang dilaksanakan pada tanggal 7-12 Agustus 2015 terdapat kelas peserta didik yang masih kurang dalam berperilaku prososial. Indikator perilaku prososial peserta didik seperti menolong orang lain, berbagi, kerjasama, empati dan kejujuran kepada orang lain dinilai masih kurang, contoh yang terjadi jika ada teman yang sakit di dalam kelas mereka bersikap acuh tak acuh ketika ada teman yang tidak membawa buku paket dan alat perlengkapan belajar mereka tidak bersedia meminjamkan miliknya dengan alasan takut hilang ataupun rusak, jika ada teman yang mendapat musibah mereka kurang memberikan pertolongan baik berupa materi maupun non materi, jika ada teman yang lupa membawa uang saku mereka cenderung mengejek dan tidak mau berbagi dengan temannya, peserta didik memiliki kecendrungan bergaul secara berkelompok, peserta didik akan bersikap ramah hanya kepada orang terdekat dan orang yang berjenis 2

4 kelamin sama, tingkat hubungan kerjasama laki-laki dengan perempuan sangat kurang, dan peserta didik rata-rata akan bersedia membantu karena ada reward yang akan diterimanya. Perilaku prososial ini sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Pratiwi (2010) dengan mengangkat masalah tentang Perilaku Prososial ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Lewat penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara empati, kematangan emosi, dan jenis kelamin terhadap perilaku prososial, adanya hubungan positif antara empati terhadap perilaku prososial, ada hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku prososial. Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk mendalami dan meneliti temuan masalah tersebut dengan judul Perilaku Prososial Berdasarkan Jenis Kelamin Peserta Didik Kelas VII di SMP Negeri 20 Padang Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Perilaku prososial yang dilakukan peserta aspek berbagi. 2. Perilaku prososial yang dilakukan peserta aspek kerjasama. 3. Perilaku prososial yang dilakukan peserta aspek menolong. 4. Perilaku prososial yang dilakukan peserta aspek bertindak jujur. 5. Perilaku prososial yang dilakukan peserta aspek berderma. Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk perilaku prososial yang perempuan dilihat dari aspek berbagi? 2. Bagaimana bentuk perilaku prososial yang perempuan dilihat dari aspek kerjasama? 3. Bagaimana bentuk perilaku prososial yang perempuan dilihat dari aspek menolong? 4. Bagaimana bentuk perilaku prososial yang perempuan dilihat dari aspek bertindak jujur? 5. Bagaimana bentuk perilaku prososial yang perempuan dilihat dari aspek berderma? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris perilaku prososial peserta didik maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku prososial berdasarkan jenis kelamin peserta didik kelas VII di SMP Negeri 20 Padang METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sujarweni (2014:39) Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII yang memiliki perilaku prososial rendah di SMP Negeri 20 Padang yang berjumlah 287 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive random sampling dengan jumlah 72 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2009: 84) data interval merupakan data yang menunjukkan jarak antara satu dengan data yang lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII yang perilaku prososialnya rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Riduwan (2013: 25) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Analisis data menggunakan rumus TCR (Tingkat pencapaian Responden). Menghitung TCR dengan cara : = h 100% 3

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aspek Berbagi kelas VII di SMP Negeri 20 Padang dengan masing-masing memiliki 36 orang responden untuk jenis kelamin laki-laki ternyata pada indikator berbagi sebanyak 52,8% dalam kategori sedang, 30,6% pada kategori rendah, 13,9% pada kategori tinggi dan 2,7% pada kategori sangat rendah, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan perilaku prososial dari aspek berbagi terdapat 50,0% berada pada kategori rendah, 30,5% pada kategori sedang, 13,9% pada kategori tinggi, dan 5,6% pada kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari indikator diatas bentuk perilaku prososial yang dilakukan oleh peserta didik kelas VII laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perilaku berbagi perempuan. Mussen (Pratiwi, 2010:34-35) menyatakan bahwa berbagi adalah kesediaan untuk berbagi perasaan dan sesuatu yang dimiliki dengan oranglain dalam suasana suka dan duka. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa keinginan untuk berbagi dari peserta didik laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. 2. Aspek Kerjasama masing-masing memiliki 36 orang responden untuk jenis kelamin laki-laki ternyata pada indikator kerjasama sebanyak 41,7% dalam kategori rendah, 27,8% pada kategori tinggi, 27,8% pada kategori sedang dan 2,7% pada kategori sangat rendah, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan perilaku prososial dari aspek kerjasama terdapat 50,0% pada kategori sedang, 38,9% pada kategori rendah, dan 11,1 pada kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari indikator kerjasama bentuk perilaku prososial yang dilakukan oleh peserta didik laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perilaku kerjasama perempuan. Mussen (Pratiwi, 2010:34-35) menjelaskan bahwa kerjasama akan timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, mempunyai pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik perempuan lebih memiliki kesadaran untuk bekerjasama dengan orang lain dibandingkan dengan laki-laki yang beberapa masih kurang memiliki rasa solidaritas untuk bekerjasama dengan orang lain. 3. Aspek Menolong 36 orang responden untuk jenis kelamin laki-laki ternyata pada indikator menolong tingkat capaian responden mencapai 47,2% dalam kategori rendah, 22,2% pada kategori sedang, 16,7% pada kategori tinggi, dan 13,9% pada kategori sangat tinggi, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan perilaku prososial dari aspek menolong terdapat 61,1% pada kategori rendah, 33,3% pada kategori sedang, 2,8% pada kategori tinggi dan 2,8% pada kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial dilihat dari indikator menolong yang dilakukan oleh peserta didik laki-laki dan Menolong yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang tersebut. Perilaku menolong menggambarkan manusia sebagai makhluk yang tidak egois dan dermawan, mampu untuk memberikan perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan memberikan bantuan pada orang lain, Mussen (Pratiwi, 2010:34-35). Berdasarkan penjelasan di atas tergambar bahwa peserta didik laki-laki dan perempuan belum mampu secara baik untuk memberikan bantuan kepada orang lain dan kurang memiliki rasa tolongmenolong terhadap orang lain. 4. Aspek Bertindak Jujur 36 orang responden untuk jenis kelamin laki-laki ternyata pada indikator bertindak jujur tingkat capaian responden mencapai 36,2% dalam kategori rendah, 33,3% pada kategori sedang, 19,5% pada kategori tinggi, dan 11,1% pada kategori sangat tinggi, sedangkan dari 36 orang responden peserta didik perempuan terdapat 44,4% dalam kategori rendah, 36,2% pada kategori sedang, 16,7% pada kategori 4

6 tinggi, dan 2,7% dalam kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial yang dilakukan oleh peserta didik laki-laki dan perempuan pada indikator bertindak jujur berada dalam kategori rendah. Soekanto, 2002 (Rini, 2015:21) Kejujuran yaitu kesediaan untuk tidak berbuat curang terhadap orang lain. Kejujuran adalah suatu bentuk perilaku yang ditunjukkan dengan perkataan yang sesuai dengan keadaan dan tidak menambahkan atau mengurangi kenyataan yang ada. Berdasarkan hasil data yang diperoleh tergambar bahwa tingkat kejujuran peserta didik laki-laki maupun 5. Aspek Berderma 36 orang responden untuk jenis kelamin laki-laki ternyata pada indikator berderma tingkat capaian responden mencapai 38,9% dalam kategori rendah, 19,4% pada kategori sedang, 19,4% pada kategori tinggi, dan 13,9% pada kategori sangat tinggi, dan 8,4% pada kategori sangat rendah, sedangkan dari 36 orang responden peserta didik perempuan terdapat 38,9% dalam kategori rendah, 30,5% pada kategori sedang, 19,4% pada kategori tinggi, 5,6% dalam kategori sangat tinggi dan 5,6% dalam kategori sangat rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial yang dilakukan oleh peserta didik laki-laki dan perempuan pada indikator berderma berada dalam kategori rendah. Mussen (P ratiwi, 2010:34-35) berderma merupakan kesediaan untuk memberikan sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan. Dapat diartikan bahwa peserta didik baik laki-laki maupun perempuan masih tidak memiliki kesediaan untuk memberikan secara sukarela barang miliknya kepada orang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku prososial berdasarkan jenis kelamin peserta didik di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku prososial berdasarkan indikator berbagi peserta didik laki-laki kelas VII berada pada kategori sedang dan 2. Perilaku prososial berdasarkan indikator kerjasama peserta didik laki-laki kelas VII berada pada kategori rendah dan perempuan berada pada kategori sedang. 3. Perilaku prososial berdasarkan indikator menolong peserta didik laki-laki kelas VII berada pada kategori rendah dan 4. Perilaku prososial berdasarkan indikator bertindak jujur peserta didik laki-laki kelas VII berada pada kategori rendah dan 5. Perilaku prososial berdasarkan indikator berderma peserta didik laki-laki kelas VII berada pada kategori rendah dan SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada: 1. Peserta didik, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk mengetahui tentang bentuk perilaku prososial peserta didik serta saling menyadari pentingnya memiliki jiwa sosial dan hidup saling berbagi, bekerjasama, tolong-menolong, menjunjung tinggi nilai kejujuran, bertindak dermawan dengan sesama dan sebagai evaluasi diri untuk menjadi yang lebih baik untuk kedepannya. 2. Bagi guru BK, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu guru BK mengetahui bentuk perilaku prososial peserta didik dan membantu guru BK untuk merencanakan program untuk dapat meningkatkan perilaku prososial peserta didik. 3. Bagi pengelola program studi, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan calon guru BK yang profesional. 4. Bagi peneliti, sebagai calon guru BK penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. 5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel lain. 5

7 KEPUSTAKAAN Arifin, Bambang Syamsul Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia. Pratiwi, Shinta Margaretha dan Gusti Yuli Asih Perilaku Prososial ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. (No.1). Hlm Riduwan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riduwan Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rini, Anik Mahtun Fajar Pengaruh Bimbingan Kelompok terhadap Perilaku Prososial Siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Semarang. Semarang: UNNES. Santrock, John W Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito W dan Eko A, Meinarno Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humainika. Sujarweni, Wiratna V Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah. Yogyakarta: Pustakabarupress. Walgito, Bimo Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Jakarta: Andi. 6