HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon"

Transkripsi

1 NaH 5% terhadap fase MTC. Garam o-hap akan terbawa ke fase air dan diasamkan dengan HCl 5% (ph diperiksa dengan indikator universal) lalu diekstraksi dengan MTC sampai seluruh o-hap terambil (dipantau dengan KLT). Fase MTC kemudian dikeringkan menggunakan MgS 4 anhidrat, dipekatkan, dan ditimbang. o-hap diperoleh sebagai cairan berwarna kuning muda dengan R f ~ 0.74 menggunakan eluen MTC. Karena fenil asetat juga berupa cairan berwarna kuning dengan nilai R f yang identik, pembedaan kedua senyawa ini dilakukan dengan menambahkan FeCl 3. o-hap akan menunjukkan hasil positif karena gugus fenol pada o-hap akan membentuk kompleks ungu dengan Fe 3+, sementara fenil asetat memberikan hasil uji negatif. Air yang terbawa bersama distilat yang berwarna putih yang masih menunjukkan keberadaan noda lemah o-hap juga mendapatkan perlakuan work-up yang sama seperti dijelaskan di atas. p-hap takatsiri oleh uap dan tertinggal sebagai residu. Residu p-hap ini direfluks dengan beberapa porsi air mendidih untuk memisahkan p-hap dari tar yang juga terbentuk. Ekstrak air kemudian didekantasi, dibiarkan mendingin ke suhu kamar, lalu didinginkan di lemari es semalaman untuk mengkristalkan p-hap. Kristal p-hap yang terbentuk disaring. Ekstrak air yang tersisa diekstraksi dengan MTC sampai seluruh p- HAP terambil (dipantau dengan KLT). Ekstrak MTC dikeringkan dengan MgS 4 anhidrat, dipekatkan, dan seluruh kristal yang terbentuk digabung dan ditimbang. Kristal p- HAP berwarna merah dengan titik leleh 08 0 C. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon Sebanyak 0 mmol o-hap dalam labu bulat 50 ml ditambahkan 4 ml piridina, lalu ditambahkan 30 mmol benzoil klorida tetes demi tetes. Reaksi berlangsung eksoterm, dan setelah tidak terbentuk kalor lagi ditambahkan 0 ml HCl 3% dan sekitar 40 g es batu, sambil diaduk kuat dengan pengaduk magnet. Campuran ini membentuk lapisan organik seperti-minyak yang berwarna putih. Campuran diekstraksi dengan MTC, dipekatkan, lalu dilarutkan kembali dalam metanol dan didinginkan semalam di 0 o C agar terbentuk kristal. Setelah cukup kering oleh pengisapan, padatan dikering-udarakan di suhu kamar. Produk ester kasar meleleh pada 7987 C, lalu ester kasar direkristalisasi dengan metanol dan menghasilkan kristal putih o-bap dengan titik leleh sekitar 8788 C. Titik leleh ini hampir sama dengan yang dilaporkan pada prosedur asli (Wheeler 963): 887 C sebelum rekristalisasi dan 8788 C setelah rekristalisasi. Sintesis,3-Diketon Gelas piala yang berisi 7.5 mmol o-bap dalam 7 ml piridina dipanaskan ke 50 C. Sementara itu, mmol (.5 ekuivalen) KH 85% digerus dalam mortar yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu ke 00 C, dan segera ditambahkan panas-panas dalam larutan. Campuran diaduk dengan batang pengaduk kaca selama 5 menit. Selama pengadukan, larutan akan berwarna kuning dan mengental sampai akhirnya menempel di dinding gelas piala. Campuran dibiarkan ke suhu kamar, lalu diasamkan dengan 0 ml asam asetat 0%. Produk,3-diketon akan memisah sebagai endapan kuning-muda, kemudian disaring dengan corong Büchner, dikering-udarakan, dan ditimbang. Titik leleh,3-diketon kasar ialah 58 C, mendekati yang dilaporkan dalam prosedur asli (Wheeler 963), yaitu 70 C. HASIL Sintesis Fenil Asetat Fenil asetat diperoleh sebagai cairan kuning dengan rendemen % (Tabel ) dan R f ~ 0.74 (Gambar ). Spektrum FTIR (Lampiran 3a) menunjukkan pita-pita serapan khas fenil asetat dengan bilangan gelombang 3064, 3044, 76, 594, 493, 37, 88, 63, 749, dan 69 cm -. Spektrum H-NMR fenil asetat (Lampiran 3b) menunjukkan sinyal singlet di.8 ppm dan 3 sinyal di daerah aromatik (7., 7.4, dan 7.40 ppm). Spektrum 3 C-NMR (Lampiran 3c) menunjukkan sinyal karbon-sp 3 (.0 ppm), 4 sinyal karbon-sp bukan karbonil (.6, 5.8, 9.4, dan 50.7 ppm), dan sinyal karbon-sp karbonil (69.4 ppm). Tabel Rendemen sintesis fenil asetat Ulangan Fenol (mol) Fenil Asetat (mol) Rendemen (%)

2 o-hap (Lampiran 4e) menunjukkan sinyal karbon-sp 3 metil di 6.6 ppm, 6 sinyal karbonsp benzena di ppm, dan sinyal karbon karbonil keton di 04.6 ppm. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon Gambar Kromatogram fenil asetat sebelum dan sesudah KCV (eluen: MTC). Sintesis o-hidroksiasetofenon o-hidroksiasetofenon diperoleh dengan mengadaptasi proedur Hocking (980). Rendemen o-hap (Lampiran 4a) kira-kira 33% dari ulangan. R f o-hap (Gambar ) identik dengan fenil asetat, yaitu Produk o-hap dicirikan dengan spektroskopi UV- Vis, FTIR, dan NMR. Seperti ditunjukkan pada Lampiran 4b, spektrum UV-Vis o-hap menunjukkan 3 puncak serapan di, 5, dan 33 nm. Setelah penambahan tetes NaH, pita ΙΙ (5 nm) berubah menjadi bahu di 54 nm dan pita ΙΙΙ (33 nm) bergeser ke 36 nm. Penambahan AlCl 3 menggeser puncak di 5 dan 33 nm berturut-turut sebesar 0 dan 55 nm ke 7 dan 378 nm. Kristal o-bap yang dihasilkan berwarna putih (Gambar 3) dengan titik leleh sebelum dan sesudah rekristalisasi berturut-turut 7987 dan 8788 C. Rendemen o-bap pada penelitian ini sangat rendah dibandingkan dengan prosedur asli (Wheeler 963), yaitu sebesar 7.0 dan 43.5 % (Tabel ). Pencirian produk o-bap dilakukan dengan spektroskopi ESI-MS, FTIR, serta H- dan 3 C-NMR. Spektrum ESI-MS modus kation (Lampiran 5a) menghasilkan m/z , sesuai dengan rumus molekul o-bap terprotonasi, C 5 H 3 3. Spektrum FTIR o-bap (Lampiran 5b) tidak lagi menunjukkan serapan ulur H fenolik yang mengindikasikan bahwa reaksi benzoilasi o-hap telah berlangsung. Ulangan Gambar 4 Kristal o-bap. Tabel Rendemen sintesis o-bap o-hap (mmol) o-bap (mmol) Rendemen (%mol) Gambar 3 Kromatogram lapis tipis fenil asetat (kiri) dan o-hap (kanan) (eluen: MTC). Spektrum FTIR o-hap menunjukkan serapan di 3049, 643, 67, 488, 45, 755 cm - (Lampiran 4c). Spektrum H-NMR o- HAP (Lampiran 4d) menunjukkan sinyal singlet di.6 ppm, sinyal-sinyal aromatik di 6.86, 6.94, 7.43, dan 7.69 ppm, serta sinyal proton asetil di.59 ppm. Spektrum 3 C-NMR Spektrum H-NMR o-bap (Lampiran 5c) juga tidak lagi menunjukkan sinyal proton fenolik di sekitar ppm. Sinyal singlet proton asetil terdapat di.54 ppm dan sinyalsinyal aromatik di 7.8. ppm menunjukkan cincin benzena. Spektrum 3 C-NMR (Lampiran 5d) menunjukkan sinyal karbon metil di 30.0 ppm, sinyal karbon karbonil ester di 65.3 ppm, dan sinyal karbon karbonil keton terkonjugasi di 97.7 ppm. Selain itu, terdapat 9 sinyal karbon-sp (9060 ppm). 4

3 Sintesis,3-Diketon,3-Diketon dihasilkan sebagai padatan kuning (Gambar 4) dengan titik leleh dan rendemen (Tabel 3) berturut-turut 58 C dan %. Spektrum ESI-MS modus kation (Lampiran 6a) menghasilkan m/z 4.087, sesuai dengan rumus molekul,3- diketon terprotonasi, C 5 H 3 3. Spektrum UV- Vis,3-diketon (Lampiran 6b) menunjukkan puncak serapan di daerah tampak, yaitu di 368 nm. Spektrum FTIR produk menunjukkan bentuk enol dari,3-diketon, dengan ciri khas pita ulur lebar di daerah 607 cm - dan menunjukkan kemiripan dari spektrum FTIR produk komersial (Lampiran 6d). Sinyal-sinyal dalam spektrum H-NMR (Lampiran 6e) menunjukkan sinyal proton khas yang sangat ke medan bawah, yaitu di.09 dan 5.54 ppm. Selain itu terdapat 9 sinyal aromatik dan sinyal vinilik di 6.84 ppm. Spektrum 3 C-NMR (Lampiran 6f) menunjukkan sinyal keton terkonjugasi di 95.9 ppm, sinyal karbon oksiaril di 6.7 ppm, sinyal karbon-α dalam sistem keton takjenuh-α,β sangat ke medan atas (9.5 ppm), serta 9 sinyal lain dari atom-atom karbon-sp cincin benzena. Gambar 5 Padatan,3-diketon. Tabel 3 Rendemen sintesis,3-diketon Ulangan o-bap (mmol) ,3- diketon (mmol) PEMBAHASAN Sintesis Fenil Asetat Rendemen (%mol) Fenil asetat disintesis melalui asetilasi fenol dengan pereaksi anhidrida asetat dan katalis CuS 4 anhidrat. Secara umum, reaksi asetilasi lazim menggunakan pereaksi anhidrida asetat dengan katalis asam atau basa. Berbagai garam logam seperti CoCl, TiCl 4 -AgCl 4, Me 3 SiCl, LiCl 4, Mg(Cl 4 ), dan beberapa triflat-logam seperti Se(Tf) 3, MeSiTf, In(Tf) 3, Cu(Tf), dan Bi(Tf) 3 juga dapat digunakan sebagai katalis dan telah banyak diteliti untuk memenuhi kebutuhan asetilasi yang lebih efisien dan selektif. CuS 4 merupakan katalis asam Lewis yang murah, mudah didapat, dan sangat aman digunakan dalam berbagai transformasi organik. Heravi et al. (006) telah menunjukkan bahwa senyawa ini dapat digunakan sebagai katalis yang efisien dalam asetilasi bebas-pelarut berbagai alkohol dan fenol dengan anhidrida asetat pada suhu kamar. Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 Reaksi asetilasi fenol. Dalam prosedur asli (Heravi et al. 006), rendemen fenil asetat ialah 9%, sedangkan rendemen tertinggi hasil sintesis dalam penelitian ini mencapai 95.%. Kenaikan ini mungkin akibat penggunaan CuS 4 anhidrat sebagai katalis menggantikan CuS 4 5H, tetapi kondisi ini belum optimal. Kromatogram lapis tipis menunjukkan bahwa selain noda fenil asetat (R f ~ 0.74), masih terdapat sisa fenol dengan R f sebesar 0.4, sehingga dilakukan pemurnian menggunakan KCV dengan eluen MTC. Keterulangan rendemen sintesis ini juga belum terlalu baik (Tabel ). Spektrum FTIR produk asetilasi fenol (Lampiran 3a) menunjukkan ciri-ciri struktural fenil asetat. Pita serapan di 76 cm - menunjukkan serapan ulur C= ester. Konjugasi atom oksigen alkohol dengan gugus fenil menggeser serapan tersebut ke bilangan gelombang yang lebih tinggi daripada ulur C= ester normal (740 cm - ). Gugus fenil dicirikan oleh serapan vibrasi ulur =C-H aromatik di 3064 dan 3044 cm -, ulur C=C aromatik di 594 cm -, dan tekuk C-H tak-sebidang benzena monosubstitusi di 69 dan 749 cm -. Spektrum H-NMR fenil asetat (Lampiran 3b) menunjukkan 4 jenis atom H. Satu sinyal singlet berasal dari 3 atom H metil yang mengalami tarikan elektron dari gugus karbonil. Tiga sinyal lainnya berasal dari proton cincin benzena monosubstitusi: satu 5

4 sinyal menunjukkan H di posisi orto terhadap gugus asetil, satu sinyal berasal dari H di posisi meta, dan satu sinyal lainnya berasal dari H di posisi para. Analisis dengan perangkat lunak ACD/NMR Processor Academic Edition versi.0 menunjukkan bahwa sinyal-sinyal di posisi meta dan para berturut-turut memiliki pola pembelahan doblet dari doblet dari doblet (ddd) dan triplet dari triplet (tt). Pola pembelahan ini tidak jelas terlihat pada spektrum H-NMR fenil asetat. Kedua sinyal tersebut mengalami tumpang tindih pada bagian tengah dari masing-masing multiplet. Sinyal H di posisi orto dan para lebih ke medan atas (upfield) daripada H di posisi meta karena pengaruh dorongan elektron dari substituen oksigen fenolik. Posisi sinyal-sinyal H dan 3 C-NMR fenil asetat dirangkum pada Tabel 4. Tabel 4 Posisi sinyal-sinyal NMR fenil asetat (CDCl 3 ) Sintesis o-hidroksiasetofenon Prosedur sintesis o-hap diadaptasi dari Hocking (980) sementara tahap work-up diadaptasi dari Furniss et al. (989). Keberhasilan sintesis ini sulit dipantau dengan KLT karena R f o-hap (R f ~ 0.74) identik dengan fenil asetat. leh karena itu, pada tahap work-up dilakukan ekstraksi dengan pengaturan ph untuk memisahkan keduanya. o-hap memiliki H-fenolik sehingga dapat diekstraksi dengan basa, sementara fenil asetat tidak. Uji kualitatif menggunakan FeCl 3 5% akan memberikan hasil positif (warna ungu) terhadap o-hap. Penataan ulang Fries fenil asetat (Gambar 7) dengan AlCl 3 dan suhu penangas yang berangsur-angsur dinaikkan dari 65 ke 70 o C dalam.5 jam memberikan rendemen sekitar 33% (Lampiran 4a). Hasil ini sedikit lebih besar daripada yang dilaporkan dalam prosedur asli, yaitu 30% dari 0.50 mol fenil asetat. Namun, regioselektivitas reaksi ini masih rendah: isomer p-hap dihasilkan dengan rendemen yang juga tinggi. Posisi & 6 3 & 5 4 δ H 500 MHz (ppm) (multiplisitas, J dalam Hz, jumlah H).9 (s,3 H) 7. (dd, J = 8.59,.5, H) 7.40 (ddd, J = 7.45, 6.30,.30, H) 7.4 (tt, J = 7.40,.0, H) δ C 5 MHz (ppm) Spektrum 3 C-NMR fenil asetat (Lampiran 3c) menunjukkan sinyal karbon-sp 3 yang lebih ke medan bawah (downfield) di.0 ppm. Sinyal tersebut berasal dari satu-satunya gugus metil yang mengalami tarikan elektron dari gugus karbonil ester. Keberadaan gugus karbonil ester ditunjukkan oleh sinyal di 69.4 ppm. Spektrum ini juga menunjukkan 4 sinyal aromatik di daerah 9060 ppm. Sinyal karbon orto (.6 ppm) dan meta (9.4 ppm) memiliki intensitas dua kali lebih tinggi daripada sinyal karbon para (5.8 ppm). Sinyal karbon orto dan para berada lebih ke medan atas daripada sinyal karbon meta karena resonans pasangan elektron bebas dari substituen oksigen. Karbon aril yang mengikat substituen oksigen menghasilkan sinyal di 50.7 ppm karena pengaruh tarikan elektron dari atom oksigen ester. Gambar 7 Penataan ulang Fries fenil asetat. Spektrum UV-Vis o-hap (Gambar 8 dan Lampiran 4b) menunjukkan 3 puncak serapan di, 5, dan 33 nm. Penambahan tetes NaH menggeser puncak di 5 dan 33 nm masing-masing ke 54 dan 36 nm yang menunjukkan keberadaan H fenolik. Basa kuat mendeprotonasi gugus ini sehingga memperlancar delokalisasi elektron ke dalam cincin aromatik, dan menimbulkan efek batokromik. Penambahan AlCl 3 menggeser puncak di 5 nm ke 7 nm dan 33 nm ke 378 nm. Pergeseran ini tidak dapat dikembalikan ke panjang gelombang semula dengan penambahan HCl. Hal ini menunjukkan bahwa pergeseran batokromik tersebut terjadi akibat terbentuknya kompleks dengan AlCl 3 yang kuat antara oksigen karbonil dan ion fenoksida di posisi orto (Markham 988; Gambar 9). 6

5 Absorbans Panjang gelombang (nm) Gambar 8 Spektrum UV-Vis o-hap dengan penambahan pereaksi geser. H AlCl 3 Al HCl Al Cl Cl Cl Cl kompleks tetap bertahan Gambar 9 Pembentukann kompleks o-hap dengan AlCl 3 Serapan ulur H pada spektrum FTIR o- HAP (3049 cm - ) agak lebar dan lemah akibat ikatan hidrogen intramolekul yang kuat. Serapan tajam di 7555 cm - merupakan identitas dari cincinn aromatik yang terdisubstitusi orto (Pavia et al. 009). Spektrum o-hap juga menunjukkan serapan- aromatik (ulur serapan khas senyawa karbonil C= terkonjugasi, C=C aromatik, dan C) (Lampiran 4c). Satu sinyal singlet yang khas untuk proton fenolik yang berikatan hidrogen intramolekul dengan gugus karbonil di posisi orto muncul di.6 ppm pada spektrum H-NMR o-hap (Lampiran 4d). Sinyal proton asetil muncul di.59 ppm. Proton-protonn aromatik pada o- HAP terbagi menjadi 4 jenis. Sinyal-sinyal doblet dari doblet di 6.94 dan 7.69 ppm masing-masing dihasilkan dari proton yang berposisi orto terhadap substituen H dan asetil. Proton yang berposisi orto terhadap H lebih ke medan atas akibat efek resonans pasangan elektron bebas dari atom oksigen. Sebaliknya, tarikan elektron dari gugus asetil menggeser sinyal proton dari H orto-nya ke medan bawah. Sinyal doblet dari doblet dari doblet di 6.86 dan ppm dihasilkan berturut-turut dari proton yang berposisi para terhadap substituen H dan asetil. Sinyalsinyal H-NMR o-happ dirangkum dalam Tabel Tabel 5 Posisi Posisi sinyal-sinyal NMR o-hap (CDCl 3 ) 4' 5' 3' 6' ' ' H δ H 500 MHz (ppm) (multiplisitas, J (Hz), jumlah H) Spektrum 3 C-NMR o-hap (Lampiran 4e) menghasilkan 8 jenis sinyal karbon ( sinyal karbon-sp 3 metil di 6.6 ppm, 6 sinyal karbonsp benzena di ppm, dan sinyal karbon karbonil keton di 04.6 ppm). Seperti halnya pada spektrum H-NMR, sinyal-sinyal karbon aromatik pada posisi orto dan para terhadap gugus H juga bergeser ke medan atas karena adanya resonans pasangan elektron bebas dari substituen oksigen. Sinyal karbon yang berposisi orto (8.4 ppm) merasakan lebih besar pengaruh dorongan elektron daripada karbon yang berposisi para (9.0 ppm). Intensitas sinyal di 9.7 ppm yang lebih rendah berasal dari karbon kuaterner orto. Pergeseran ke medan bawah dialami oleh sinyal karbon yang berposisi orto dan para terhadap gugus asetil, yakni di 30.8 dan 36.5 ppm, karena adanya pengaruh tarikan elektron. Karbon keton terkonjugasi muncul di 04.6 ppm yang lebih ke medan bawah daripada posisi biasanya akibat dari tarikan elektron oleh ikatan hidrogen intramolekul. Hal yang serupa juga terjadi pada karbon oksiaril (6.4 ppm). Posisi sinyal-sinyal 3 C-NMR o-hap dirangkum pada Tabel 5. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon Sintesis,3-diketon [-(-hidroksifenil)-3- fenilpropana-,3-dion] dilakukan dalam tahap. Pertama-tama, o-hap dibenzoilasi menjadi o-bap. Penataann ulang terhadap o- BAP menghasilkan,3-diketon (Wheeler 963). Benzoil klorida digunakan sebagai pereaksi benzoilasi. Piridina ditambahkan untuk menggaramkan HCl yang terbentuk δ C 5 MHz (ppm) (s, 3H) 6.94 (dd, J = 7.9,.3, H) 7.43 (td, J = 7.9,.5, H) (td, J = 7.6,., H) (dd, J = 8.0,.3, H)

6 selama reaksi menjadi garam piridinium klorida. Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 0. Gambar 0 Reaksi benzoilasi o-hap. Dalam penelitian ini, campuran reaksi hasil benzoilasi ketika dituang ke dalam HCl 3% dingin tidak langsung membentuk kristal seperti dalam prosedur asli. Campuran ini membentuk lapisan organik seperti-minyak yang berwarna putih kekuningan. Setelah dipisahkan dari fase air, fase organik (minyak) ini diekstraksi MTC, dipekatkan, lalu dilarutkan kembali dalam metanol, didinginkan, dan kristal putih yang terbentuk direkristalisasi dengan metanol. Rendemen produk tertinggi dihasilkan pada ulangan, yakni mencapai 43.5%. Namun, hasil ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan prosedur asli (Wheeler 963) yang mencapai 7983%. Rendahnya rendemen produk dalam penelitian ini masih perlu dipelajari lebih lanjut dengan menambah ekuivalen benzoil klorida atau mengatur waktu reaksi dan lamanya penambahan pereaksi. Pemantauan dengan KLT tidak menunjukkan tertinggalnya produk dalam air dan metanol. Meskipun demikian, kemurnian produk yang didapat cukup baik. Titik lelehnya 7987 o C sebelum direkristalisasi dan 8788 o C setelah direkristalisasi, hampir sama dengan yang dilaporkan Wheeler (963), yaitu berturutturut 887 dan 8788 C. Spektrum ESI-MS modus kation (Lampiran 5a) menghasilkan m/z , sesuai dengan rumus molekul o-bap terprotonasi, C 5 H 3 3. Galat massa eksaknya kecil, hanya. ppm. Keberhasilan reaksi benzoilasi o-hap pada penelitian ini ditunjukkan oleh spektrum FTIR o-bap (Lampiran 5b) yang tidak lagi menunjukkan serapan ulur H fenolik. Serapan-serapan ulur C= di 687 cm - berasal dari gugus keton terkonjugasi dan di 737 cm - dari gugus ester. Tidak seperti pada fenil asetat (Lampiran 3a), gugus fenoksi tidak menggeser serapan C= ester ke frekuensi lebih tinggi, agaknya karena faktor sterik menghalangi delokalisasi elektron dari atom oksigen hidroksil ester ke cincin fenil. Sebaliknya, delokalisasi elektron dari cincin fenil melemahkan sifat ikatan rangkap C= keton terkonjugasi sehingga bilangan gelombangnya lebih rendah daripada keton normal (sekitar 70 cm - ) (Silverstein et al. 005). Serapan kuat di daerah sidik jari (705 dan cm - ) menunjukkan pola monosubstitusi pada cincin aromatik. Pola disubstitusi-orto agaknya tertutupi oleh serapan di cm -. Sinyal proton fenolik di sekitar ppm tidak ditemukan lagi dalam spektrum H- NMR o-bap (Lampiran 5c) yang memberikan bukti lebih kuat bahwa o-hap telah terbenzoilasi. Sinyal singlet proton asetil terdapat di.54 ppm. Sinyal-sinyal proton aromatik di 7.8. ppm menunjukkan cincin benzena. Cincin monosubstitusi dengan substituen karbonil mempunyai 3 jenis sinyal proton. Sinyal yang berposisi orto (8. ppm) dan para (7.65 ppm) terhadap substituen karbonil lebih ke medan bawah dibandingkan dengan sinyal di posisi meta (7.5 ppm). Hal ini diakibatkan oleh sifat tarikan elektron dari substituen karbonil. Sinyal di 7.5 ppm seharusnya terbelah menjadi doblet dari doblet dari doblet akibat proton yang berposisi orto terhadap proton tersebut tidak setara secara magnetik. Selain akibat resolusi instrumen yang kurang, hal ini mungkin juga akibat gangguan dari sinyal td di 7.58 ppm yang berasal dari proton cincin aromatik tetangga. Sinyal di posisi orto terhadap substituen oksigen memiliki multiplisitas doblet dari doblet di 7.3 ppm yang lebih ke medan atas karena dipengaruhi dorongan elektron dari gugus oksigen. Hal serupa juga dialami oleh proton di posisi para (7.37 ppm). Dua sinyal di medan bawah berasal dari atom hidrogen yang orto (7.86 ppm) dan para (7.58 ppm) terhadap substituen karbonil. Resolusi instrumen yang kurang peka mengakibatkan sinyal di 7.37 dan 7.58 ppm, yang seharusnya terbelah menjadi ddd, hanya tampak sebagai td. Spektrum 3 C-NMR o-bap (Lampiran 5d) menunjukkan sinyal karbon metil di 30.0 ppm yang mengalami tarikan elektron oleh gugus karbonil. Sinyal-sinyal aromatik tersubstitusi karbonil menunjukkan 4 jenis sinyal. Seperti halnya pada spektrum H- NMR, sinyal-sinyal karbon di posisi orto dan para (30.5 dan 33.6/34.0 ppm) terhadap substituen karbonil lebih ke medan bawah dibandingkan dengan yang di posisi meta (8.9 ppm). Intensitas sinyal karbon orto dan meta lebih tinggi daripada karbon para. Sinyal di 9.4 ppm dengan intensitas yang rendah dimiliki oleh karbon C-kuaterner terhadap 8

7 substituen karbonil. Posisi sinyal-sinyal H dan 3 C-NMR o-bap dirangkum pada Tabel 6. Tabel 6 Posisi & 6 3 & 5 4 Posisi sinyal-sinyal NMR o-bap (CDCl 3 ) δ H 500 MHz (ppm) (multiplisitas, J (Hz), Σ H) 8. (dd, J = 8.3,.43, H) 7.5 (t, J = 8.0, H) 7.65 (tt, J = 7.40,.0, H) δ C 5 MHz (ppm) / (s, 3H) (dd, J = 8.0,.5, H) (td, J = 7.7,.7, H) 33.6/ (td, J = 7.73,.5, H) (dd, J = 8.0,.7, H) 30.5 Sinyal C-kuaterner lainnya juga dijumpai pada cincin aromatik yang terdisubstitusi oleh oksigen dan gugus karbonil (3.4 dan 49.5 ppm). Sinyal di 49.5 ppm lebih ke medan bawah karena tarikan elektron dari karbon oksiaril. Sinyal di 3.4 ppm juga lebih ke medan bawah dibandingkan dengan sinyal di 9.4 ppm, karena gugus keton merupakan penarik elektron yang lebih kuat daripada gugus ester. Dua sinyal yang agak ke medan atas berasal dari karbon metina orto (4. ppm) dan para (6.3 ppm) terhadap substituen oksigen pendorong-elektron. Dua sinyal di 33.6 dan 34.0 ppm berasal dari dua karbon metina para terhadap substituen karbonil, namun identitasnya belum dapat dipastikan karena selisih geseran kimia yang sangat kecil. Penetapan secara pasti memerlukan spektroskopi korelasi duadimensi. Sinyal karbon sp lainnya yang belum teridentifikasi ialah karbon metina orto terhadap substituen asetil. Sinyal ini diperkirakan bertumpang tindih dengan sinyal di 30.5 ppm, sinyal yang intensitasnya paling tinggi. Sinyal di 65.3 ppm menunjukkan karbon karbonil ester, dan sinyal di 97.8 ppm menunjukkan karbon karbonil keton terkonjugasi. Sintesis,3-Diketon,3-Diketon dihasilkan dari penataan ulang Baker-Venkataraman terhadap produk o-bap dengan basa KH dalam pelarut piridina. Berbagai jenis basa lain juga dapat digunakan dalam penataan ulang ini, seperti K C 3 (Furuta et al. 004), KH (Muller et al. 000), NaH (Kalinin et al. 998), LDA (Lee et al. 004). Penambahan basa ini akan memicu terjadinya kondensasi Claisen intramolekul membentuk,3-diketon. Dalam penataan ulang ini, basa mendeprotonasi hidrogen α dari gugus asetil, lalu enolat yang terbentuk akan melakukan reaksi adisieliminasi terhadap ester benzoil, membentuk,3-diketon setelah diasamkan dengan AcH 0% (Gambar ). )KH 50 o C ) AcH H Gambar Reaksi penataan-ulang Baker- Venkataraman o-bap menjadi,3-diketon. Rendemen dan kemurnian produk,3- diketon dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu % (Tabel 3) dengan titik leleh 58 o C, tidak jauh berbeda dengan prosedur asli Wheeler (963) yang melaporkan rendemen sebesar 8085% dengan titik leleh 70 o C. Hasil spektroskopi ESI-MS menghasilkan bobot molekul m/z (Lampiran 5a), sesuai dengan rumus molekul,3-diketon terprotonasi, C 5 H 3 3, dengan galat massa eksak yang kecil, yaitu.5 ppm. Spektrum UV-Vis,3-diketon (Lampiran 6b) menunjukkan puncak serapan di daerah tampak, yakni di 368 nm. Pergeseran batokromik yang sangat besar terjadi karena pemanjangan sistem ikatan rangkap terkonjugasi. Ikatan hidrogen intramolekul pada,3-diketon akan lebih menstabilkan bentuk enol dibandingkan keto sehingga lebih dominan. Pada bentuk enol ini, konjugasi dalam cincin benzena akan dihubungkan oleh sistem keton takjenuh-α,β. 9

8 Spektrum FTIR,3-diketon (Lampiran 6c) juga menunjukkan bentuk enolnya, dengan ciri khas pita lebar di daerah 607 cm -. Intensitas serapan ini lebih kuat dan frekuensinya lebih rendah daripada keton normal yang terkonjugasi dengan gugus alkenil atau fenil ( cm - ). Penyebabnya ialah resonans pada bentuk enol yang berikatan hidrogen intramolekul sangat melemahkan sifat ikatan rangkap C= keton (Silverstein et al. 005). Hasil FTIR dalam sintesis ini mirip dengan spektrum FTIR produk komersial dari Sigma-Aldrich (Lampiran 6d). Spektrum H-NMR,3-diketon (Lampiran 6e) menunjukkan sinyal proton yang sangat ke medan bawah, yakni di.09 dan 5.54 ppm yang memperkuat adanya kesetimbangan tautomerisasi keto-enol. Sinyal di.09 ppm berasal dari proton fenolik yang berikatan hidrogen intramolekul dengan atom oksigen karbonil di posisi orto. Sinyal serupa dijumpai pada spektrum H-NMR o-hap (Lampiran 4d). Sinyal kedua khas untuk proton enolik dalam bentuk enol dari,3-diketon. Ikatan hidrogen intramolekul dalam bentuk enol ini sangat kuat sehingga proton enolik lebih terawaperisai daripada proton pertama. Tidak tampak sinyal CH keto dalam spektrum tersebut, yang apabila ada letaknya di ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kesetimbangan,3-diketon sangat mengarah ke bentuk enol. Sangat sedikit, jika ada, bentuk keto yang terisolasi. Dua cincin fenil pada struktur,3-diketon membuat bentuk enol ini sangat terkonjugasi dan terstabilkan. Posisi sinyal-sinyal NMR,3-diketon ditunjukkan oleh Tabel 7. Sinyal di 6.84 ppm merupakan sinyal proton vinilik dari,3-diketon yang lebih ke medan bawah dibandingkan dengan kelaziman sinyal proton ini di ppm. Hal ini diakibatkan tarikan elektron yang sangat kuat dari gugus-gugus di sekitarnya. Sinyal dengan tinggi integrasi 3.6 di ppm diidentifikasi sebagai tumpang tindih sinyal dari cincin fenil yang berbeda. Salah satu sinyal dihasilkan oleh proton metina di 7.47 ppm yang berposisi para terhadap gugus karbonil dan sinyal yang lain berasal dari proton metina di cincin monosubstitusi dengan substituen enol (7.49 ppm). Selain itu, sinyal di cincin monosubstitusi menghasilkan sinyal H yang berasal dari atom-atom hidrogen orto dengan multiplisitas doblet dari doblet di 7.93 ppm. Sinyal di 7.55 ppm berasal dari H para terhadap substituen enol. Proton di posisi meta lebih terawaperisai dari pengaruh dorongan elektron atom oksigen sehingga lebih ke medan bawah dibandingkan proton di posisi orto dan para. Cincin yang terdisubstitusi oleh oksigen dan gugus karbonil menghasilkan kelompok sinyal. Dua sinyal di medan atas berasal dari atom hidrogen yang orto (7.0 ppm) dan para (6.9 ppm) terhadap substituen oksigen pendorong-elektron. Dua sinyal di medan bawah berasal dari atom hidrogen yang orto (7.78 ppm) dan para (7.47 ppm) terhadap substituen karbonil. Posisi sinyal-sinyal NMR,3-diketon dirangkum pada Tabel 7. Tabel 7 Posisi sinyal-sinyal NMR,3-diketon (CDCl 3 ) Posisi δ H 500 MHz (ppm) δ C 5 MHz (multiplisitas, J (Hz), Σ H) (ppm) (s, H) 7.0 (d, J = 8.6, H) (t, J = 7.4, H) 8.7/ (t, J = 7.7, H) (d, J = 8., H) 8.7/ & (d, J = 8., H) & (t, J = 8.0, H) (t, J = 7.5, H) 3.6 Fenolik.09 (s, H) Enolik 5.54 (s, H) Spektrum 3 C-NMR,3-diketon (Lampiran 6f) memperlihatkan ciri-ciri tautomer enol. Puncak di 95.9 ppm dimiliki oleh satu karbon keton terkonjugasi (8000 ppm). Karbon enol menghasilkan sinyal yang lebih ke medan bawah (77.7 ppm) dibandingkan dengan karbon oksiaril, akibat tarikan elektron dari ikatan hidrogen intramolekul yang kuat. Satu-satunya karbon oksiaril pada diketon diperlihatkan oleh sinyal di 6.7 ppm. Muatan negatif akibat resonans pada karbon-α sistem keton takjenuh-α,β menggeser sinyal karbon tersebut lebih ke medan atas (9.5 ppm). Atom-atom karbon-sp cincin benzena ditunjukkan oleh sembilan sinyal lainnya. Dua karbon kuaterner diperlihatkan oleh sinyalsinyal berintensitas rendah di 9. dan

9 ppm. Sinyal di 9. ppm berasal dari C- kuaterner yang berposisi orto terhadap substituen oksigen karena letaknya lebih ke medan atas. Dengan demikian, sinyal di 33.8 ppm berasal dari C-kuaterner cincin benzena monosubstitusi. Sinyal di 7.0 dan 9.0 ppm memiliki intensitas dua kali lebih tinggi karena masingmasing berasal dari dua C-metina yang ekuivalen. Efek pemerisaian akan semakin besar seiring dengan semakin jauhnya posisi suatu atom dari gugus penarik elektron. Berdasarkan fakta tersebut, sinyal di 9.0 ppm berasal dari karbon orto dan sinyal di 7.0 ppm dari karbon meta. Sementara itu, sinyal karbon orto dan para terhadap substituen oksigen pendorong elektron lebih ke medan atas (9.0 dan 9.3 ppm). Gugus (C=)Me menimbulkan pergeseran 0.4 ppm pada karbon orto dan.8 ppm pada karbon para (Silverstein et al. 005). Berdasarkan hal tersebut, sinyal di 3.6 ppm diidentifikasi berasal dari karbon para terhadap gugus enol. Dua sinyal di 8.7 dan 9. ppm berasal dari dua karbon metina, orto dan para terhadap gugus keton, namun identitasnya belum dapat dipastikan karena selisih geseran kimia yang sangat kecil. Penetapan secara pasti memerlukan spektroskopi korelasi duadimensi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Senyawa -(-hidroksifenil)-3-fenilpropana-,3-dion (,3-diketon) telah berhasil disintesis sebagai zat antara untuk menyintesis flavon. Reaksi dilakukan dalam empat-tahap dari bahan awal fenol dengan rendemen asetilasi fenol 7495%, penataan-ulang Fries fenil asetat membentuk o- dan p-hidroksiasetofenon (HAP) berturut-turut 33.7 dan 33.6%, lalu benzoilasi o-hap dan penataanulang Baker-Venkataraman ester yang dihasilkan memberikan rendemen masingmasing 744% dan 885%. Secara keseluruhan rendemen empat-tahap reaksi ini ialah 5.5 %. Saran Produk,3-diketon dapat disiklisasi menjadi flavon dengan berbagai katalis asam. Selain itu, gugus baru seperti prenil dapat ditambahkan untuk mendapatkan flavon dengan aktivitas yang lebih beragam. Flavon sintetik yang dapat dihasilkan dari zat antara ini diharapkan memiliki aktivitas yang sama atau lebih baik dari flavon alami. Regioselektivitas reaksi penataan-ulang Fries mungkin dapat diperbaiki dengan memperbanyak jumlah katalis AlCl 3, atau dengan mencobakan katalis asam Lewis lain. DAFTAR PUSTAKA Barros A, Silva AMS Efficient synthesis of nitroflavones by cyclodehydrogenation of - hydroxychalcones and by the Baker- Venkataraman method. Monatshefte für Chemie 37: Furniss BS, Hannaford AJ, Smith PWG, Tatchell AR, editor Vogel s Textbook of Practical rganic Chemistry. Ed ke-5. Essex: Longman Scientific and Technical. Furuta T et al Concise total synthesis of flavone C-glycoside having potent anti-inflammatory activity. Tetrahedron 60: Göker H, Boykin DW, Yildiz S Synthesis and potent antimicrobial activity of some novel -phenyl or methyl-4h--benzopyran-4-ones carrying amidinobenzimidazoles. Bioorg Med Chem 3: Heravi M, Behbahani FK, Zadsirjan F, skooie H Copper(II) sulfate pentahydrate (CuS 4 5H ) a green catalyst for solventless acetylation of alcohols and phenols with acetic anhydride. J Braz Chem Soc 7: Hocking MB Hydroxyacetophenone via fries rearrangement and related reactions, a comparative applied study. J Chem Tech Biotechnol 30: Kabalka GW, Mereddy AR Microwave-assisted synthesis of functionalized flavones and chromones. Tetrahedron Lett 46: Kalinin AV, da Silva AJM, Lopes CC, Lopes RS, Snieckus V Palladiumcatalyzed synthesis of flavones and chromones via carbonylative coupling of α-iodophenols with terminal acetylenes. Tetrahedron Lett 39: Lee JI, Son HS, Park H An efficient synthesis of flavones from -

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon 3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang

Lebih terperinci

SINTESIS 1-(2-HIDROKSIFENIL)-3-FENILPROPANA- 1,3-DION DARI o-hidroksiasetofenon DAN BENZOIL KLORIDA DIAN SEPTIANI

SINTESIS 1-(2-HIDROKSIFENIL)-3-FENILPROPANA- 1,3-DION DARI o-hidroksiasetofenon DAN BENZOIL KLORIDA DIAN SEPTIANI SINTESIS 1-(2-HIDRKSIFENIL)-3-FENILPRPANA- 1,3-DIN DARI o-hidrksiasetfenn DAN BENZIL KLRIDA DIAN SEPTIANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BGR BGR 2011

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh 242-245 o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

4 Pembahasan Artokarpin (35)

4 Pembahasan Artokarpin (35) 4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;

Lebih terperinci

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

Penataan Ulang Beckmann

Penataan Ulang Beckmann Penataan Ulang Beckmann Penulis: Cyntia Stiani Anggraini 10512081; K-01; Kelompok VI cyntia_sa@yahoo.co.id Abstrak Di dalam laporan ini dibahas mengenai reaksi yang melibatkan penataan ulang Beckmann,

Lebih terperinci

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida 4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida + + H 2 N(CH 3 H H EtH, H NH(CH 3 C 6 H 10 CH 2 C 2 H 8 N C 9 H 18 N (98.2) (30.0) (81.6) (191.7) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut 4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,

Lebih terperinci

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) 4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,

Lebih terperinci

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol)

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) 4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) NBCC CH 3 CN + C 20 H 14 O 2 C 26 H 29 ClN 2 O (286.3) (421.0) R-enantiomer S-enantiomer Klasifikasi

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,

Lebih terperinci

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat NP 4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat C 19 H 36 2 (296.5) 10 9 SnCl 4 H 2 Me (260.5) + H 3 C C N C 2 H 3 N (41.1) NH + 10 10 9 9 Me Me C 21 H 41 N 3 (355.6) NH Klasifikasi Tipe reaksi

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY

SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

4024 Sintesis enantioselektif pada etil (1R,2S)-cishidroksisiklopentana

4024 Sintesis enantioselektif pada etil (1R,2S)-cishidroksisiklopentana 4024 Sintesis enantioselektif pada etil (1R,2S)-cishidroksisiklopentana karboksilat H yeast C 8 H 12 3 C 8 H 14 3 (156.2) (158.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reduksi, reduksi stereoselektif

Lebih terperinci

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol 4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol OH I + 1/2 I 2 + 1/3 P x + 1/3 P(OH) 3 C 3 H 8 O (60.1) (253.8) (31.0) C 3 H 7 I (170.0) (82.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena 4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena C 6 H 10 (82.2) + 4 H H 2 2 H + 4 H 2 (34.0) + sodium tungstate dihydrate + Aliquat 336. Na 2 W 4 2 H 2 (329.9) C 6 H 10 4 C 25 H 54 ClN (404.2) (146.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol 4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol C 3 + 3 C C 3 Zeolith C 3 + C 3 C C 3 C 7 8 (108.1) C 4 6 3 (102.1) C 9 10 2 (150.2) C 2 4 2 (60.1) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol 4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol OH SOCl 2 Cl + HCl + SO 2 C 11 H 22 O C 11 H 21 Cl (170.3) (119.0) (188.7) (36.5) (64.1) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemisahan senyawa total flavanon 4.1.1.1 Senyawa GR-8 a) Senyawa yang diperoleh berupa padatan yang berwama kekuningan sebanyak 87,7 mg b) Titik leleh: 198-200

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

ORTO DAN PARA NITROFENOL

ORTO DAN PARA NITROFENOL ORTO DAN PARA NITROFENOL Tujuan 1. Mensintesis o-nitrofenol dan p-nitrofenol dari fenol dan asam nitrat melalui nitrasi 2. Memisahkan o-nitrofenol dan p-nitrofenol dengan metode distilasi uap 3. Memurnikan

Lebih terperinci

FRIES REARRANGEMENT OF EUGENYL ACETATE

FRIES REARRANGEMENT OF EUGENYL ACETATE eaksi Penataan Ulang Fries pada Eugenil Asetat... (Kusmiyati, dkk) 1 EAKSI PENATAAN ULANG FIES EUGENIL ASETAT PADA FIES EAANGEMENT F EUGENYL AETATE Kusmiyati 1,*, Sabirin Matsjeh 2, Jumina 2 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Gambar 1.1 Struktur khalkon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN O H O-CH 2 -CH=CH 2 CH 2 CH=CH 2

BAB I PENDAHULUAN O H O-CH 2 -CH=CH 2 CH 2 CH=CH 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penataan ulang Claisen merupakan penataan ulang sigmatropik, yaitu reaksi perubahan suatu atom atau gugus yang terpisah dari satu atom ke atom lain disepanjang sistem

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat NP 4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat H 3 C (CH 2 ) 8 + I CH 2 CH 3 H 3 C (CH 2 ) 8 + CH 3 CH 2 I C 12 H 22 2 C 4 H 7 I 2 C 14 H 24 4 C 2 H 5 I (198.3) (214.0) (63.6) (256.3) (156.0)

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder   HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi 3 sehingga suhu meningkat menjadi 70 C. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan asam asetat glasial (1 ml, 17.5 mmol) sehingga suhu reaksi meningkat menjadi 90 C. Suspensi putih yang terbentuk diaduk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang EAKSI PENATAAN ULANG eaksi penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. eaksi ini dapat terjadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 2 ABSTRAK DWI UTAMI. Sintesis Krisin dari Floroglusinol.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT

Lebih terperinci

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon 4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Paraf Asisten Judul LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari reaksi dehidrasi dari suatu alkohol untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

BAB II SINTESIS ASPIRIN

BAB II SINTESIS ASPIRIN BAB II SINTESIS ASPIRIN 2.1. Tujuan Percobaan - Memahami reaksi esterifikasi fenol - Memahami reaksi pembuatan aspirin - Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi 2.2. Tinjauan Pustaka Ester diturunkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Efektivitas Katalis Asam Basa Pada Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang Berpotensi Sebagai Zat Warna

Efektivitas Katalis Asam Basa Pada Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang Berpotensi Sebagai Zat Warna Profesionalisme Peneliti dan Pendidik dalam Riset dan Pembelajaran yang Berkualitas dan Berkarakter Yogyakarta, 30 ktober 2010 prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010 ISBN: 978-979-98117-7-6

Lebih terperinci

SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI

SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK LILIK ARYANI.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Aseton Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci