san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH
|
|
- Yuliani Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin (30) dan apigenin (31). Penentuan struktur ketiga senyawa tersebut dilakukan berdasarkan data spektrum UV-Vis, spektrum Inframerah, dan 1 H-NMR. 4.1 Aromadendrin (25) Senyawa aromadendrinn diperoleh dari fraksi E4(13-20)(4-6) dalam bentuk padatan berwarna putih agak kekuningann dengan jumlah 22 mg. Dari studi literatur dan analisis kromatogram diperkirakan senyawa yang diperoleh adalah senyawa flavonoid. Hal ini didukung dengan data spektroskopi UV, inframerah dan 1 H-NMR. Dari spektrum UV aromadendrin dalam metanol (Gambar 4.1), terlihat adanya dua puncak yaitu pada panjang gelombangg 215 dan 291 nm serta adanya bahu pada panjang gelompang sekitar 340 nm. Kedua puncak tersebut menunjukkan pola kromofor yang khas pada senyawa flavonoid sedangkan bahu mengindikasikan bahwa senyawa flavonoid tersebut adalah jenis flavanon. (a) (b) Gambar 4.1 Spektrum UV-Vis senyawa aromadendrinn (25) (a) dalam metanol, (b) dalam metanol + NaH Ketika ditambahkan pereaksi NaH terlihat adanya pergeseran batokromik sebesar 30 nm. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebutt memiliki gugus fenolik bebas. Penambahan
2 NaH mengakibatkann terjadinyaa ionisasi pada semua gugus hidoksi bebas yang menyebabkan terjadinya pergeseran batokromikk pada pita I maupun pita II. Pada penambahan reagen geser AlCl 3, ternyata terjadi pergeseran batokromik sebesar 23 nm dan tidak ada pergeseran hipsokromik yang teramati ketika ditambahkan HCl (Gambar 4.3). Hal ini mengindikasikan senyawa tersebut tidak mengandung gugus orto dihidroksi. Pergeseran batokromikk menandakann bahwa terjadi pembentukan kelat antara ion Al 3+ dengan gugus hidroksi pada posisi C-5 dan gugus karbonil padaa C-4 Penambahan asam tidak menyebabkan pergeseran batokromik karena kelat yang terbentuk bersifat stabil terhadap penambahan asam. Apabila senyawa tersebut mengandung gugus ortodihidroksi maka dengan penambahan asam akan terjadi pergeseran hipsokromik karena kelat yang terbentuk pada posisii orto dihidroksi bersifat tidak stabil terhadap penambahan asam. Berikut adalah gambaran reaksi yang terjadi pada penambahan AlCl 3 dan HCl. (Gambar 4.2) H H Cl H H AlCl 3 Al 3+ Cl HCl H H Cl Al 3+ Cl Cl Al 3+ Cl Gambar 4.2 Reaksi penambahan AlCl 3 dan HCl pada senyawa flavonoid Gambar 4.3 Spektrum UV-Vis senyawa aromadendrinn (25) (a) dalam metanol+ AlCl 3 (b) dalam methanol+ AlCl 3 +HCl Berdasarkan data spektoskopi inframerah (KBr), terlihat adanya puncak lebar pada bilangan gelombangg 3537 cm -1, 3487 cm -1, 3342 cm -1, 3171 cm -1 yang menunjukkan serapan vibrasi ulur pada gugus -H bebas serta adanya ikatan hidrogen yang menyebabkan puncak tersebut melebar. Serapan tajam pada bilangan gelombang 1643 cm m -1 menunjukkan adanya gugus 30
3 karbonil yang terkonjugasi. Terlihat juga adanya serapan vibrasi ulur dari C=C aromatik pada bilangan gelombang 1517 cm -1, 1461 cm -1 dan 1409 cm -1. (Gambar 4.4) Gambar 4.4 Spektrum inframerah senyawa aromadendrin (25) dalam KBR Berdasarkan kedua data spektroskopi ultraviolet dan inframerah maka kemungkinan besar struktur senyawa tersebut adalah sebagai berikut H B H A C H Gambar 4.5 Struktur dasar senyawa hasil isolasi Spektrum 1 H-NMR menunjukkan adanya sinyal-sinyal proton pada daerah alifatik, daerah aromatik dan daerah heteroatom. Sinyal tajam pada geseran kimia δ 11,71 ppm dengan multiplisitas singlet menunjukkan adanya proton yang terikat dengan heteroatom dan membentuk kelat. Sinyal tersebut adalah sinyal proton dari gugus H pada posisi C-5. Kemudian pada geseran kimia δ 9,95 ppm dan δ 8,66 ppm dengan multiplisitas singlet menunjukkan gugus H yang masing-masing terdapat pada posisi C-7 dan C-4. 31
4 Gambar 4.6 Spektrum 1 H-NMR senyawa aromadendrin (25) dalam pelarut aseton (500 MHz) Gambar 4.7 memperlihatkan adanya dua sistem cincin aromatik (δ 6-8 ppm). Pada δ 6,0 ppm (1H, d, J=2,45 Hz) dan δ 5,95 ppm (1H, d, J=2,45 Hz), menunjukkan proton masing-masing pada posisii C-8 dan C-6 dari cincinn A yang memiliki korelasi kopling meta (J ~ 2 Hz). Dari analisis kedua sinyal ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gugus hidroksi pada posisi C-7. Sinyal proton pada δ 7,42 ppm (2H, d, J= =8,55 Hz) dan δ 7,9 ppm (2H, d, J=8,55 Hz). Kedua dataa tersebut mengindikasikan bahwa proton-protonn pada cincinn B memiliki simetri. Dengan demikian, posisi yang mungkin untuk gugus hidroksi adalah posisi C-4. Proton pada geseran kimia yang lebih shielding merupakan proton dari posisi C-3 dan C-5 sedangkan pada daerah yang deshielding adalah proton padaa posisi C-2 dan C-6. Perbedaan geseran kimia ini disebabkan oleh gugus hidroksi pada posisi C-4. Gugus hidroksi sebagai gugus pendorong elektron akan memberikan efek perlindungan secara mesomeri pada proton di posisi orto maupun para sehingga menyebabkan proton pada posisii C-3 dan C-5 lebih shielding daripada posisi C-2 dan C-6. 32
5 Gambar 4.7 Spektrum 1 H-NMR senyawa aromadendri in (25) padaa daerah aromatik Pada daerah alifatik (Gambar 4.9) terlihat adanya 3 buah sinyal proton yaitu pada δ 4,66 ppm (1H, dd, J= =11,6; 3,65 Hz), δ 4,75 ppm (1H, d, J=3,65 Hz) dan δ 5,08 ppm (1H, d, J=11,6 Hz). Sinyal pada δ 4,66 ppm menunjukkan proton pada posisi C-3 yang berkorelasi secara kopling geminal dengan proton dari gugus hidroksi, sedangkan proton pada gugus H ditunjukkann oleh sinyal pada δ 4,75 ppm. Proton pada δ 4,66 ppm juga memilikii korelasi kopling visinal trans diaksial dengan proton δ 5,08 ppm yang ditunjukkan dengan nilai konstanta kopling sebesar 11,6 Hz. leh karena itu, proton padaa δ 5,08 ppm dapat disimpulkan sebagai proton pada posisi C-2. Dari hasil analisis spektrum 1 H-NMR, maka unit-unit penyusun senyawa aromadendrin dapat digambarkan sebagai berikut: Kopling meta Kopling orto (sistem simetri) 33
6 Kopling visinal trans diaksial Gambar 4.8 Unit-unit penyusun senyawa aromadendrinn (25) Gambar 4.9 Spektrum 1 H-NMR senyawaa aromadendrin (25) padaa daerah alifatik Senyawa aromadendrin telah ditemukan pada I. palembanica. Pada Tabel 4.1menunjukkan hasil perbandingan geseran kimia senyawa aromadendrin hasil penelitian dengan literatur. Perbandingan data 1 H-NMR menunjukkan adanya sedikit perbedaan yaitu pada proton posisi C-3. Senyawa aromadendrin hasil penelitiann terdapat 2 sinyal proton sedangkan pada literatur hanya terdapat 1 sinyal proton. Perbedaan ini dapat dikarenakan senyawa aromadendrin hasil isolasi sangat kering sehingga puncak H pada posisi C-3 dapat teramati sedangkan senyawa aromadendrin pada literatur kemungkinan tidak terlalu kering sehingga sinyal H tidak teramati karena membentuk ikatan hidrogen dengan air. 34
7 Tabel 4.1 Data 1 H-NMR senyawa aromadendrin hasil isolasi (aseton-d6) dengan standar (piridin- d 5 ) No. atom karbon Aromadendrin hasil isolasi Aromadendrin standar* 2a 5,08 (1H, d, J=11,6 Hz). 5,28 (1H, d, J=11,6 Hz). 3a 3e 4,66 (1H, dd, J=11,6; 3,65 Hz) 4,75 (1H, d, J=3,65 Hz) 4,73 (1H, d, J=11,6 Hz). 6 5,95 (1H, d, J=2,45 Hz) 5,87 (1H, d, J=2,45 Hz) 8 6,0 (1H, d, J=2,45 Hz) 5,90 (1H, d, J=1,8 Hz) 2 dan 6 7,9 (2H, d, J=8,55 Hz) 7,74 (2H, d, J=8,55 Hz) 3 dan 5 7,42 (2H, d, J=8,55 Hz) 7,25 (2H, d, J=8,55 Hz) * (Nafady, 2003) Berdasarkan data-data spektroskopi yang telah diperoleh dan membandingkannya dengan literatur maka senyawa yang telah berhasil diisolasi memiliki struktur seperti dibawah ini. H H H B A C H H H Gambar Struktur senyawa aromadendrin (25) Senyawa aromadendrin juga yang telah ditemukan terdapat pada beberapa spesises lainnya yaitu Intsia palembanica, Cudrania javanensis, dan Dillenia retusa. Akan tetapi, diisolasinya senyawa aromadendrin dari kulit batang Intsia bijuga baru pertama kali dilaporkan. 4.2 Luteolin (30) Senyawa luteolin diperoleh dari fraksi E7(11-13) dan F5(5) dalam bentuk serbuk berwarna kuning dengan massa 6 mg. Berdasarkan kromatogram kromatografi lapis tipis (KLT) diperkirakan senyawa ini adalah senyawa kelompok flavonoid. Data spektroskopi UV-Vis (Gambar 4.11 (a)) menunjukkan adanya dua puncak yang teramati pada panjang gelombang 347 dan 254 nm. Kedua puncak tersebut merupakan puncak kromofor yang khas pada senyawa flavonoid jenis flavon. (Markham, 1982). Penambahan NaH menunjukkan adanya pergeseran batokromik sebesar 54 nm yang mengindikasikan adanya gugus fenolik bebas pada senyawa tersebut. (Gambar 4.11 (b)) 35
8 (a) (b) Gambar 4.11 Spektrum UV-Vis senyawa luteolin (30) (a) dalam metanol, (b) dalam metanol + NaH Penambahan reagen pengkelat, AlCl 3, menunjukkan adanya pergeseran batokromikk sebesar 75 nm.dann ketika ditambahkan dengan HCl ternyata terlihat pergeseran hipsokromik pada pita I yang menandakann adanya gugus orto dihidroksi pada cincin B. (Gambar 4.12) ). Dengan demikian, dari data tersebut telah diketahui bahwa senyawa ini merupakan senyawa flavon dengan ortoo dihidroksi pada cincin B. (a) (b) Gambar 4.12 Spektrum UV-Vis senyawa luteolin (30) (a) dalam methanol +AlCl 3 3, (b) dalam metanol + AlCl 3 + HCl Berdasarkan data spektroskopi inframerah terlihat adanya puncak serapan -H yang cukup tajam padaa bilangan gelombang 3446 cm -1 dan pada bilangan gelombang 1654 cm -1 terdapat serapan dari karbonil terkonjugasi. Terlihat juga adanya puncak serapan pada bilangan gelombangg 1516 cm- 1 dan 1444 cm -1 menunjukkan adanyaa C=C aromatik. Berdasarkan data ini maka dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut memiliki gugus hidroksi, C= karbonil yang terkonjugasi dan suatu gugus aromatik yang sesuai dengan kerangka flavonoid. 36
9 Gambar 4.13 Spektrum inframerah dari senyawa luteolin (KBr) Spektrum 1 H-NMR senyawa luteolin (Gambar 4.14) memperlihatkan adanya puncak-puncak yang khas dari senyawa kelompok flavonoid yaitu pada daerah aromatik dan daerah heteroatom. Pada δ 12,9 ppm (1H, s) terdapat puncak singlet yang menunjukkan proton dari gugus hidroksi pada posisi C-5 senyawa flavonoid yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil. Pada δ 9,0 ppm (br) terdapat sinyal proton yang menggambarkan atom hidrogen pada gugus H yang membentuk ikatan hidrogen, sedangkan pada daerah aromatik (6-8 ppm) terdapat lima buah puncak. Perbesaran sinyal-sinyal pada daerah aromatik dapat dilihat pada Gambar
10 Gambar 4.14 Spektrum 1 H-NMR senyawa luteolin (30) dalam pelarut aseton-d 6 (500 MHz) Hasil perbesaran sinyal-sinyal proton pada daerah aromatik menunjukkan adanya dua sistem aromatik yang khas pada flavonoid yaitu pada geseran kimia sekitar 6 ppm dan 7 ppm. Pada geseran kimia 6,22 ppm (1H, d, J = 2,5 Hz) dan 6,49 ppm (1H, d, J = 2,5 Hz) yang memiliki multiplisitas doblet dengan konstanta kopling (J = 2,5 Hz) menunjukkan pada posisi meta di cincin A yakni C-6 dan C-8. Sedangkan sinyal pada geseran kimia 6,97 ppm (1H, d, J = 8,6 Hz); 7,44 ppm (IH, dd, J = 2,5 dan 8,6 Hz) dan 7,47 ppm (1H, d, J = 2,5 Hz) menunjukkan adanya suatu sistem spin ABX pada cincinn B dengan multiplisitass masing- dobel masing doblet, dobel doblet dan doblet. Sinyal pada 7,444 ppm dengan multiplisitas doblet memiliki korelasi kopling orto (J=8,6 Hz) dengan proton pada 6,97 ppm dan kopling meta (J=2, 5 Hz) dengan proton pada 7,47 ppm. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga sinyal tersebut mengindikasikan proton masing-masing pada posisi 6, 5 dan 2 dari cincin B flavonoid. Pada geseran kimia 6,55 ppm terdapat sinyal proton dengan multiplisitas singlet yang menunjukkan proton pada posisi C-3. 38
11 Gambar 4.15 Spektrum 1 H-NMR senyawa luteolin (30) pada daerah aromatik Adapun perbandingan 1 H-NMR antara senyawa luteolin (30) hasil literatur diperlihatkan pada Tabel 4.2 isolasi dengan dari Tabel 4.2 Perbandingan 1 H-NMR antara luteolin hasil isolasi (aseton-d 6 ) dengann standar (CD 3 D) No. atom karbon * (Calis, et al., 2004) Luteolin hasil isolasi 6,55 (1H, s) 6,22 (1H, d, J = 2,5 Hz) 6,40 (1H, d, J = 2,5 Hz) 7,47 (1H, d, J = 2,5 Hz) 6,97 (1H, d, J = 8,6 Hz) 7,44 (1H, dd, J = 2,5 dan 8,6 Hz) Luteolin standar* 6, 73 (1H, s) 6.36 (1H, d, J = 2.0 Hz) 6.71 (1H, d, J = 2.0 Hz) 7.40 (1H, d, J = 2,1 Hz ) 6.86 (1H, d, J = 8.7 Hz) 7.39 ( 1H, dd, J = 2,1 dan 8,7 Hz) Hasil perbandingan 1 H-NMR antara luteolin hasil isolasi dengan literatur tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan geseran kimia antara kedua data tersebut hanya disebabkan efek dari pelarut. Jadi, senyawa yang diperoleh memang merupakan luteolin. 39
12 Berdasarkan data-data spektroskopi di atas maka unit-unit penyusun senyawa luteolin dapat digambarkan sebagai berikut: (Gambar 4.16) Kopling meta Sistem ABX C H Proton pada C-3 Gambar 4.16 Unit-unit penyusun senyawa luteolin (30) Dari unit-unit penyusun senyawaa luteolin tersebut maka dapat disusun suatu struktur senyawa luteolin yang utuh. Struktur senyawa luteolin ditunjukkan padaa Gambar 4.17 H A C B H H H Gambar Struktur senyawa luteolin (30) Senyawa luteolin telah ditemukan juga pada spesies Fabaceae yang lain misalnya Senna siamea dan Cyclopia intermedia. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwaa luteolin memiliki berbagai aktivitas biologis diantaranya sebagai antioksidan, antiinflamatory agent, antialergi dan antikanker (Post, et al., 1992), (Pettit, et al. 1996), (Kimata, et al., 2000) 40
13 4.3 Apigenin (31) Apigenin diperoleh dari fraksi E5+ 6(4) dalam bentuk serbuk berwarna kuning dengan massa 5 mg. Struktur senyawa apigenin ditentukan berdasarkan data spektoskopi UV-Vis, inframerah, dan 1 H-NMR. Dari data spektroskopi UV-Vis senyawa apigenin (31) dalam metanol (Gambar 4.18( (a)) teramati adanya dua puncak padaa panjang gelombang 268 nm dan 333 nm. Pola serapan ini hampir sama dengan pola serapan pada senyawa luteolin tetapi luteolin memiliki puncak serapan maksimal pada 254 nm dan 347 nm. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa senyawa apigenin memiliki struktur yang sama yaitu flavon. Perbedaan puncak serapan maksimum antra apigenin dan luteolin kemungkinan disebabkan gugus auksokrom pada luteolin lebih banyak daripada pada apigenin. Penambahan reagen geser NaH menunjukkan adanya pergeseran batokromik sebesar 59 nm pada pita I dan 7 nm pda pita II. Pergeseran batokromik ini mengindikasikann adanya gugus fenolik pada senyawa tersebut, baik di cincin A maupun di cincin B. (Gambar 4.18 (b)). (a) (b) Gambar 4.18 Spektrum UV-Vis senyawa apigenin (31) (a) sampel dalam metanol (b) sampel dalam metanol + NaH Penambahan reagen pengkelat, AlCl 3 menunjukkan adanya pergeseran batokromikk sebesar 12 nm dan ketika ditambahkan HCl ternyata tidak ada pergeseran hipsokromik yang teramati. Hasil tersebutt mengindikasikan bahwa senyawa apigenin tidak mengandung gugus orto dihidroksi tetapi mengandung gugus hidroksi pada posisi C-5. Tidak adanya pergeseran hipsokromik yang teramati menggambarkan bahwa senyawa tersebut membentuk kelat yang stabil antara gugus hidroksi pada posisi C-5 dengan gugus karbonil padaa C-4. (Gambar 4.19) 41
14 (a) (b) Gambar 4.19 Spektrum UV-Vis senyawaa apigenin (31) (a) dalam methanol +AlCll 3 (b) dalam methanol + AlCl 3 +HCl Spektrum inframerah senyawa apigenin (Gambar 4.20) menunjukkan adanya serapan puncak H pada 3408 cm -1. Pada bilangan gelombang 1695 cm -1 dan 1610 cm -1 menunjukkan serapan ulur dari gugus karbonil yang terkonjugasi sedangkan pada 1444 cm -1 dan 1494 cm - 1 menunjukkan senyawa tersebut memilikii gugus aromatik. Dengan demikian, data spektroskopi inframerah mendukung data spektroskopi UV-Vis bahwa senyawaa tersebut merupakan senyawa kelompok flavonoid. Gambar 4.20 Spektrum inframerah senyawa apigenin (31) dalam KBR Spektrum 1 H-NMR senyawa apigenin dalam CD 3 D ditunjukkan padaa (Gambar 4. 21). Dari spektrum tersebut dapat diketahui bahwa senyawa apigenin yang diukur sangat encer. Hal ini ditunjukkann oleh puncak pelarut yang sangat tinggi sedangkan puncak sampel sangat rendah. 42
15 Selain itu, teramati pula sinyal-sinyal pengotor yang terlihat memiliki intensitas yang hampir sama dengan sinyal sampel. Berdasarkan analisis spektrum UV-Vis dan inframerah dapat diperkirakan senyawa apigenin adalah senyawa flavon. Spektrum 1 H-NMR (Gambar 4.21) menunjukkan adanya 5 sinyal proton pada daerah aromatik. Sinyal padaa geseran kimia 6,21 ppm (1H, s) dan 6,45 ppm (1H, s) dengan multiplisitas singlet menunjukkan proton padaa posisi C-6 dan C-8 dari cincin A. Biasanya multiplisitas sinyal proton pada kedua posisi tersebut adalah doblet dengan korelasi kopling meta (J = 2,5 Hz) sedangkan pada Gambar 4.21 puncak yang ditunjukkan adalah singlet. Hal ini disebabkan karenaa senyawa yang diukur terlalu encer sehingga pembelahan puncak tersebut tidak dapat teramati secara sempurna. Sinyal tajam pada geseran kimia 6,93 ppm (1H) dengan multiplisitas singlet mengindikasikan proton pada C-3. Gambar 4.21 Spektrum 1 H-NMR senyawa apigenin (31) dalam metanol-d4 (500 MHz) Perbesaran sinyal-sinyal aromatik pada cincinn B dapat dilihat padaa Gambar Dari perbesaran sinyal tersebut terlihat bahwa sinyal pada daerah aromatik dari senyawa apigenin (31) (Gambar 4.22) memiliki tipe yang sama seperti sinyal aromatik dari senyawa aromadendrin (Gambar 4.7). Padaa geseran kimia 6,93 ppm (2H, d, J = 8,55 Hz) dan 7,85 ppm (2H, d, J = 8,55 Hz) terlihat adanya sinyal dengan multiplisitas doblet yang memiliki korelasi kopling orto (JJ = 8,55 Hz) dengan integrasi masing-masing 2 atom hidrogen. Sinyal tersebut menggambarkan bahwa pada cincin B terdapat sistem simetri dari sistem para hidroksi benzen sehingga dapat dipastikan bahwa sinyal pada geseran kimia 6,93 ppm menunjukkan proton pada posisi 3 dan 5 dan sinyal pada geseran kimia 7,85 ppm menunjukkan proton pada posisi 2 dan 6. 43
16 Gambar 4.22 Spektrum 1 H-NMR senyawa apigenin (31) daerah aromatik, pelarut metanol- d 4 (500 MHz) Perbandingan data 1 H-NMR senyawa hasil isolasi dengan literatur diperlihatkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Perbandingann 1 H-NMR antara apigenin hasil isolasi (CD 3 D) dengan literatur (d 6 - DSM) No. atom karbon dan 6 3 dan 5 δ (integrasi, multiplisitas, J) 6,93 (1H, s) 6,21 (1H, s) 6,45 (1H, s) 7,85 (2H, d, J = 8,55 Hz) 6,93 (2H, d, J = 8,55 Hz) δ* 6,86 (1H, s) 6.44 (1H, d, J = 2.3 Hz) 6.81 (1H, d, J = 2.3 Hz) 7.96 (2H, d, J = 8,9 Hz) 6.94 (2H, d, J = 8.9 Hz) * (Svehlikova, et al., 2004) Berdasarkan data-dataa spektroskopi di atas, maka dapat senyawa apigenin (31).. digambarkan unit-unit penyusun 44
17 Kopling meta Kopling orto (sistem simetri) C H Proton pada C-3 Gambar 4.23 Unit-unit penyusun senyawa apigenin (31) Berdasarkan unit-unit penyusun senyawa apigenin (31) senyawa apigenin (31). (Gambar 4. 24) maka dapat dirangkai struktur H B H A C H Gambar 4.24 Struktur senyawa apigenin (31) Senyawa apigenin (31) juga telah ditemukan pada spesies lain misalnya Matricariaa recutita (teh kamomil) yang sudah sering digunakan untuk minuman herbal. Beberapa literatur menyebutkan bahwa senyawa apigenin memiliki berbagai aktivitas biologis seperti halnya luteolin yaitu sebagai antikanker, antiinflamasi, antitumor, antimutagenik dan antioksidan. (Mak, et al., 2006), (Birt, et al., 2986), (Yin, et al. 2001) 4.4 Bioaktivitas Hasil uji aktivitas sitotoksik ketiga senyawa tersebut terhadap sel murin leukemia P-388 menunjukkan bahwa senyawa luteolin (30) memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat tinggi 45
18 dengan nilai IC 50 0,27 μg/ml, apigenin (31) 3,6 μg/ml sedangkan aromadendrin (25) tidak aktif dengan nilai IC μg/ml. Perbedaan aktivitas sitotoksik dari ketiga senyawa kemungkinan disebabkan oleh perbedaan struktur dari masing-masing senyawa. Gambar 4.25) Aromadendrin (26) tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C sehingga tidak aktif dalam menghambat pertumbuhan sel murin leukimia. Sedangkan apigenin (31) dan luteolin (30) yang masing-masing memiliki ikatan rangkap pada cincin C aktif dalam menghambat pertumbuhan sel murin leukemia P-388. Selain itu, adanya gugus orto dihidroksi pada cincin B menyebabkan aktivitas sitotoksiknya meningkat. Hal ini terlihat dari nilai IC 50 antara apigenin (31) dengan luteolin (30). Dengan demikian, planaritas cincin C dan gugus ortodihidroksi pada cincin B pada struktur senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388. H A C B H H A C B H H H H Apigenin (31) luteolin (30) IC 50 3,6 μg/ml IC 50 0,27 μg/ml H H H B A C H H H Aromadendrin (26) IC μg/ml Gambar 4.25 Sitotoksik dari senyawa hasil isolasi 46
4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh 242-245 o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang
Lebih terperinci4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon
4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi
Lebih terperinci4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58)
4 Pembahasan Pada penelitian ini tiga senyawa metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari dan Desmodium triquetrum Linn. Senyawa tersebut antara lain asam p-hidroksi benzoat (58) dan kaempferol (33),
Lebih terperinci4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut
4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,
Lebih terperinci4 Pembahasan Artokarpin (35)
4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten
Lebih terperinciADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris
BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Persiapan sampel Sampel kulit kayu Intsia bijuga Kuntze diperoleh dari desa Maribu, Irian Jaya. Sampel kulit kayu tersedia dalam bentuk potongan-potongan kasar. Selanjutnya,
Lebih terperinciNoda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciMesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan
N-METIL LAUROTETANIN DAN BOLDIN, DUA SENYAWA TURUNAN ALKALOID APORFIN DARI Cryptocarya tawaensis Merr (Lauraceae) Fera Kurniadewi a, Yana M. Syah b, Lia D. Juliawaty b dan Euis H. Hakim b a Jurusan Kimia,
Lebih terperinciSenyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2
Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum
Lebih terperinciHASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon
3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 ASIL DA PEMBAASA ilai e-docking dan Log P Senyawa Analog UK-3A E-docking program ArgusLab 4,0 digunakan untuk melihat kesesuaian antara senyawa aktif (ligan) dengan reseptor (protein/ligan) secara in
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari
Lebih terperinciPenentuan struktur senyawa organik
Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT
Lebih terperinciDAFTAR ISI... JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR PUBLIKASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Hal JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR PUBLIKASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRAK... ABSTRACT...
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinci3 Percobaan dan Hasil
3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciDR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai
DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas 28/03/2013 Harrizul Rivai 1 Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif 28/03/2013
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum
Lebih terperinciIsolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-61 Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus Lita Amalia dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciPATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013
1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Ekstraksi sampel daun tumbuhan pacar jawa {Lawsonia inermis Lin) Sebanyak 250 g serbuk daun Pacar jawa, pertama-tama di ekstrak dengan n- heksan, diperoleh ekslrak
Lebih terperinciJurnal Kimia Indonesia
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 17-21 Isolasi Senyawa Antrakuinon dari Cassia multijuga (Leguminosae) Alfinda Novi Kristanti, Nanik Siti Aminah, Mulyadi Tanjung, Yusamsutin, Azizah, dan Dahlia
Lebih terperinciIsolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-75 Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus Amalia Zafitri dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciSINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.
SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun Nypa fruticans Pada uji fitokimia terhadap daun Nypa fruticans memberikan hasil yang positif terhadap fenolik, fitosterol, dan flavonoid.
Lebih terperinciABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA
ABSTRAK Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa flavonoid dari kulit
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh
37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) oksida Hasil sintesis senyawa difeniltimah(iv) oksida [(C 6 H 5 ) 2 SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimah(iv) diklorida [(C 6 H 5 )
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciDeskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT
1 Deskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT Bidang Teknik Invensi : Invensi ini berhubungan dengan proses ekstraksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lipida merupakan salah satu unsur utama dalam makanan yang berkontribusi terhadap rasa lezat dan aroma sedap pada makanan. Lipida pada makanan digolongkan atas lipida
Lebih terperinciISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida Berna Elya Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424,
Lebih terperinciSpektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry
Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan
Lebih terperinciSIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG
J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.: 82-86 ISSN 1978-1873 SIKLARTBILSANTN DARI KULIT BATANG DAN FLAVNID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG ABSTRACT
Lebih terperinciTransformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas
Transformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Tati Rosmiati 1,a), Lia Dewi Juliawaty 2,b) dan Anita Alni 3,c) 1 SMA Negeri 3 Cimahi, Jl. Pasantren
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)
IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br) Hindra Rahmawati 1*, dan Bustanussalam 2 1Fakultas Farmasi Universitas Pancasila 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Lebih terperinciISOLASI FLAVONOID DAN UJI BIO AKTIVITAS DARI TERUNG PIRUS (Cyphomandra betacea (Cav.) Sendtn)
26 ISOLASI FLAVONOID DAN UJI BIO AKTIVITAS DARI TERUNG PIRUS (Cyphomandra betacea (Cav.) Sendtn) (Ellizar & Yustini Maaruf) *) ABSTRACT This research was a flavonoid isolation to determine the characteristics
Lebih terperinciTUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinciSINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciBab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana
Bab IV Pembahasan IV.1 Rancangan alat Asap cair dari tempurung kelapa dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,
Lebih terperinciOleh : IQBAL MUSTHAPA
leh : IQBAL MUSTAPA Kelompok Penelitian Kimia rganik Bahan Alam Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Shorea stenoptera Burck
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Isolasi daun Gynura divaricata dengan pelarut heksana Daun Gynura divaricata setelah dihaluskan (110 gram), kemudian diperkolasi dengan pelamt heksana diperoleh
Lebih terperinciElusidasi struktur. Ultraviolet - visibel
Elusidasi struktur Ultraviolet - visibel Data yang diperoleh dari spektra uv-vis 1. Bentuk spektra 2. Panjang gelombang maksimum 3. Intensitas pita Proses Eksitasi Definisi absorbansi Faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciA PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae)
46 Indo. J. Chem., 2009, 9 (), 46-50 A PRENYLATED FLAVNE FRM THE HEARTWD F Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Flavon Terprenilasi dari Kayu Batang Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Study Program
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciDaerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)
NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak
Lebih terperinciISOLASI DAN KARAKTERISASI METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ASETON DAUN Macaranga pruinosa BANGKA BELITUNG.
ISLASI DAN KARAKTERISASI METABLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ASETN DAUN Macaranga pruinosa BANGKA BELITUNG cca Roanisca a, dan Yana M. Syah b a Jurusan Kimia Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung b Jurusan
Lebih terperinciIsolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria
Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(C) 13103 Isolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria Fitrya, Lenny Anwar, dan Era Novitasari Jurusan Kimia FMIPA, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul berbasis oksigen atau nitrogen dengan elektron tidak berpasangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciLIMA SENYAWA CALKON DARI KULIT BATANG CRYPTOKARYA PHOEBEOPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549
F. Kurniadewi. et. al. JRSKT Vol. 3 No. 1 Juli 2013 LIMA SENYAWA CALKN DARI KULIT BATANG CRYPTKARYA PHEBEPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITTKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549 Fera Kurniadewi
Lebih terperinciSENYAWA GOLONGAN FLAVONOID PADA EKSTRAK n-butanol KULIT BATANG BUNGUR (Lagerstroemia speciosa Pers.) I. A. R. Astiti Asih dan I M.
ISSN 1907-9850 SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID PADA EKSTRAK n-butanol KULIT BATANG BUNGUR (Lagerstroemia speciosa Pers.) I. A. R. Astiti Asih dan I M. Adi Setiawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Lebih terperinciSINTESIS SENYAWA KALKON TURUNAN 3,4 -DIMETOKSI ASETOFENON DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
SINTESIS SENYAWA KALKN TURUNAN 3,4 -DIMETKSI ASETFENN DAN UJI TKSISITAS MENGGUNAKAN METDE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) W.P.Hastiningrum 1, Y.Eryanti 2 & A.Zamri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan
49 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan bahwa tumbuhan bungur yang dikumpulkan
Lebih terperinciISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-217 205 E-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index 10 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA
Lebih terperinciKIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)
KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai
40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,
Lebih terperinciSenyawa Flavonoid dari Kulit Batang Intsia bijuga Kuntze Papua (Fabaceae)
Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Intsia bijuga Kuntze Papua (Fabaceae) SKRIPSI Rizqiya Astri Hapsari 10504002 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)
4.1 Ektraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini) dimaserasi dengan pelarut metanol selama 4 24 jam, dimana setiap 24 jam
Lebih terperinciISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Novitaria 1*, Andi Hairil Alimuddin 1, Lia Destiarti 1 1 Progam Studi Kimia,
Lebih terperinciIsolasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.
Isolasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.) Wiwit Wulan Yuniati, Khairul Anam, Dewi Kusrini Jurusan Kimia
Lebih terperinciISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTONTERPRENILASI GARCINIA CYLINDROCAPA (KOGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU
kayu batang. Pada tahun 2009 telah dilakukan isolasi ISLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTNTERPRENILASI GARCINIA CYLINDRCAPA (KGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU 1 Rosalina, R. dan Ersam, T. Jurusan Kimia, FMIPA,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KEMBANG BULAN (TITHONIA DIVERSIFOLIA) DENGAN METODE PEREAKSI GESER
IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KEMBANG BULAN (TITHONIA DIVERSIFOLIA) DENGAN METODE PEREAKSI GESER AISYAH ZIRCONIA, NUNUNG KURNIASIH, DAN VINA AMALIA.* 1 Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciKARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ
KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ Nadiah 1*, Rudiyansyah 1, Harlia 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr.
Lebih terperinciISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN SALAM (Polyanthi folium) Bustanul Arifin*, Hasnirwan, Hermansyah
ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN SALAM (Polyanthi folium) Bustanul Arifin*, Hasnirwan, Hermansyah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas, Padang 25613 *E-mail : ba_arifin@yahoo.co.id ABSTRACT Flavonoid
Lebih terperinciHASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon
NaH 5% terhadap fase MTC. Garam o-hap akan terbawa ke fase air dan diasamkan dengan HCl 5% (ph diperiksa dengan indikator universal) lalu diekstraksi dengan MTC sampai seluruh o-hap terambil (dipantau
Lebih terperinci