SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY"

Transkripsi

1 SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis 3-Benzoil-7- hidroksiflavon dari Resorsinol adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2012 Dwi Artha Solovky NIM G

4

5 ABSTRAK DWI ARTHA SOLOVKY. Sintesis 3-Benzoil-7-hidroksiflavon dari Resorsinol. Dibimbing oleh BUDI ARIFIN dan SUMINAR SETIATI ACHMADI. Flavonoid merupakan kelompok senyawa polifenolik terbesar yang ditemukan di alam dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Salah satu kelompok flavonoid yang memiliki bioaktivitas yang luas ialah flavon. Dalam penelitian ini, 3-benzoil-7- hidroksiflavon telah berhasil disintesis melalui 2 tahap dari bahan awal resorsinol. Pada tahap pertama, resorsinol diasetilasi dengan AcOH/ZnCl 2 menghasilkan resasetofenon dengan rendemen 89%. Benzoilasi serta penataan-ulang resasetofenon dengan 2 ekuivalen benzoil klorida dan 7 ekuivalen K 2 CO 3 dalam aseton selanjutnya menghasilkan senyawa 3-benzoil-7-hidroksiflavon dengan rendemen 62%. Pembentukan 3-benzoil-7-hidroksiflavon dari resorsinol memberikan bukti untuk usulan mekanisme reaksi pembentukan flavon tanpa melalui penataan-ulang Baker-Venkataraman yang telah dinyatakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Semua produk sintesis dalam penelitian ini telah dicirikan secara spektroskopi. Kata kunci: asetilasi, benzoilasi, flavon, resasetofenon. ABSTRACT DWI ARTHA SOLOVKY. Synthesis of 3-Benzoyl-7-hydroxyflavone from Resorcinol. Supervised by BUDI ARIFIN and SUMINAR SETIATI ACHMADI. Flavonoid is the most abundant naturally-occuring polyphenolic compound with C6-C3-C6 carbon skeleton. Flavones is a group of flavonoid having a broad bioactivity spectrum. In this experiment, 3-benzoyl-7-hydoxyflavone was successfully synthesized via 2-steps from resorcinol. In the first step, resorcinol was acetylated with AcOH/ZnCl 2 producing resacetophenone with 89% yield. Subsequently, benzoylation and rearrangement of resacetophenone using 2 equivalent of benzoyl chloride and 7 equivalent of K 2 CO 3 in acetone produced 3- benzoyl-7-hydroxyflavone with 62% yield. Synthesis of 3-benzoyl-7- hydroxyflavone from resorcinol provided evidence for new reaction mechanism of flavon formation without Baker-Venkataraman rearrangement proposed by several previous researchers. All products in this study has been characterized spectroscopically. Keywords: acetylation, benzoylation, flavone, resacetophenone.

6 SINTESIS 3-BENZOIL-7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL DWI ARTHA SOLOVKY Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7 Judul Skripsi : Sintesis 3-Benzoil-7-hidroksiflavon dari Resorsinol Nama : Dwi Artha Solovky NIM : G Disetujui oleh Budi Arifin, SSi MSi Pembimbing I Prof Dr Ir Suminar S Achmadi Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS Ketua Departemen Kimia Tanggal lulus:

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun berdasarkan kegiatan penelitian dengan judul Sintesis 3-Benzoil- 7-hidroksiflavon dari Resorsinol yang dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia FMIPA IPB, Bogor. Karya tulis ini merupakan sebuah wujud penghargaan untuk Ibu dan Kakak yang telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang selama menempuh studi, penelitian, dan menyelesaikan karya tulis ini. Penulis juga memberikan apresiasi kepada Budi Arifin, SSi MSi dan Prof Dr Ir Suminar Setiati Achmadi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan waktu selama penelitian berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabur, Lia Anggraini, Dwi Utami, Dumas Flis Tang, semua rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik Kimia FMIPA IPB, dan teman-teman Program S1 Penyelenggaraan Khusus Departemen Kimia angkatan 4 atas diskusi dan kebersamaan selama penulis menempuh studi dan menjalankan penelitian. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Bogor, Oktober 2012 Dwi Artha Solovky

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 BAHAN DAN METODE 2 Bahan dan Alat 2 Lingkup Penelitian 2 Sintesis Resasetofenon 3 Sintesis p-benzoil Resasetofenon 3 Sintesis 3-Benzoil-7-hidroksiflavon 3 HASIL 4 Resasetofenon 4 p-benzoil Resasetofenon 5 3-Benzoil-7-hidroksiflavon 6 PEMBAHASAN 7 Resasetofenon 7 p-benzoil Resasetofenon 8 3-Benzoil-7-hidroksiflavon 10 SIMPULAN DAN SARAN 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 25

10 DAFTAR TABEL 1 Rendemen sintesis resasetofenon 4 2 Rendemen sintesis p-benzoil resasetofenon dan dibenzoil resasetofenon 5 3 Rendemen sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon 6 4 Analisis sinyal 1 H-NMR p-benzoil resasetofenon (pelarut CDCl 3 ) 10 5 Analisis sinyal 1 H-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (pelarut aseton-d 6 ) 11 6 Dugaan Analisis sinyal 13 C-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (pelarut CDCl 3 ) 12 DAFTAR GAMBAR 1 Analisis retrosintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon 2 2 Padatan resasetofenon (a); kromatogram lapis tipis endapan resasetofenon hasil sintesis penelitian ini (kiri) dan Aryani (2011) (eluen: MTC) (b) 4 3 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a) dan resasetofenon (b) 4 4 Padatan p-benzoil resasetofenon (a); kromatogram lapis tipis berturut-turut dari kiri ke kanan, resasetofenon, produk metode Wheeler (1963), Verma et al. (2011), dan Aryani (2011) (eluen: n-heksana-etoac 9:1) (b) 5 5 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a) & p-benzoil resasetofenon (b) 5 6 Padatan 3-benzoil-7-hidroksiflavon (a); kromatogram lapis tipis p-benzoil resasetofenon (kiri) dan produk metode Tang et al. (2005) (kanan) (eluen: n- heksana-etoac 9:1) (b) 6 7 Padatan produk sintesis metode Chee et al. (2011) (a); kromatogram lapis tipis produk metode Chee et al. (2011) (kiri) dan Tang et al. (2005) (kanan) (eluen: n-heksana-etoac 9:1) (b) 7 8 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a), produk metode Tang et al. (2005) (b), dan produk metode Chee et al. (2011) (c) 7 9 Reaksi asetilasi resorsinol 7 10 Reaksi benzoilasi resasetofenon membentuk p-benzoil resasetofenon (a) dan dibenzoil resasetofenon (b) 9 11 Reaksi sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon Dugaan mekanisme pembentukan 3-benzoil-7-hidroksiflavon 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Bagan alir penelitian 18 2 Elusidasi struktur resasetofenon 19 3 Elusidasi struktur p-benzoil resasetofenon 20 4 Elusidasi struktur 3-benzoil-7-hidroksiflavon 22

11 PENDAHULUAN Flavon merupakan salah satu jenis flavonoid yang dikenal memiliki beragam aktivitas hayati. Sebagai contoh, krisin memiliki aktivitas inhibitor tirosinase, antiradang, antialergi, antikanker, dan antiestrogenik, serta kuersetin sebagai inhibitor pelepasan histamin (Murthy et al. 2010). Pola substitusi hidroksil flavon yang lazim dijumpai ialah pada karbon nomor 5 dan 7 di cincin A serta karbon 3 dan 4 di cincin B. Beberapa contoh ialah apigenin (4,5,7- trihidroksiflavon), luteolin (3,4,5,7-tetrahidroksiflavon), krisin (5,7- dihidroksiflavon), baikalein (5,6,7-trihidroksiflavon), skutelarein (4,5,6,7- tetrahidroksiflavon), dan wogonin (5,7-dihidroksi-8-metoksiflavon). Beberapa aktivitas juga telah dilaporkan, antara lain antibakteri, antioksidan, antiradang, antialergi, dan antikanker (Murthy et al. 2010). Oleh sebab itu, upaya sintesis banyak diarahkan pada senyawa 5-hidroksiflavon dan 5,7-dihidroksiflavon sebagai kerangka dasar ke turunan flavon yang lebih kompleks (Tang et al. 2004, Tang et al. 2005, Verma et al. 2011, dan Venkatesh et al. 2012). Beberapa metode telah digunakan untuk menyintesis flavon, di antaranya sintesis Allan-Robinson, siklisasi oksidatif kalkon, penataan-ulang Baker- Venkataraman (BV), dan reaksi Wittig intramolekul (Sarda et al. 2006). Metode BV paling sering digunakan dalam sintesis flavon antara lain telah dilaporkan oleh Fukui dan Nakayama (1969), McGarry dan Detty (1990), Ares et al. (1993), Zembower dan Zhang (1998), Dekermendjian et al. (1999), Nagendrappa (2004), Sarda et al. (2006), Verma et al. (2011), dan Venkatesh et al. (2012). Sebelumnya Aryani (2011) telah menyintesis prekursor 1,3-diketon untuk 7- hidroksiflavon dari resorsinol. Sintesis diawali dengan pembentukan senyawa resasetofenon melalui asetilasi resorsinol. Resasetofenon diperoleh dengan rendemen 44 57%. Benzoilasi resasetofenon menghasilkan dibenzoil resasetofenon sebesar 46 64%. Penataan-ulang BV terhadap dibenzoil resasetofenon menghasilkan -diketon sebesar 12%. Secara keseluruhan, Aryani (2011) memperoleh rendemen -diketon dari bahan awal resorsinol hanya sebesar 4.3%. Sementara itu, penelitian beberapa tahun terakhir telah mengusulkan perbedaan mekanisme sintesis flavon terhidroksilasi bergantung pada dosis pereaksi benzoilasi yang digunakan. Ketika digunakan benzoil klorida berlebih, terbentuk turunan 3-benzoilflavon yang pembentukannya tidak melalui penataan ulang BV (Tang et al dan Chee et al. 2011). Penelitian ini bertujuan menyintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon dengan rendemen memuaskan, di atas 70%, dengan tahap minimum untuk membuktikan usulan mekanisme tersebut. Sintesis dimulai dari bahan awal resorsinol 2 dan asam asetat 1 untuk membentuk resasetofenon 3. Selanjutnya resasetofenon dibenzoilasi dengan benzoil klorida 4 berlebih membentuk 3-benzoil-7- hidroksiflavon 5. Gambar 1 menunjukkan jalur retrosintesis 3-benzoil-7- hidroksiflavon tersebut.

12 2 Gambar 1 Analisis retrosintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Pereaksi menggunakan bahan-bahan untuk analisis (p.a) seperti resorsinol, ZnCl 2 98%, asam asetat glasial 99.8%, benzoil klorida, piridina kering (<0.0075% H 2 O), K 2 CO 3, AlCl 3, H 2 SO %, metanol, HCl pekat, pelet NaOH, silika gel 60 F 254 untuk kromatografi lapis tipis (TLC), dan aseton (Merck ). Semua bahan p.a digunakan langsung tanpa praperlakuan. Pelarut teknis didistilasi 2 kali sebelum dipakai, meliputi metilena klorida (MTC), n-heksana, etil asetat, dan aseton. Peralatan yang digunakan antara lain pelat pemanas, radas refluks, radas distilasi, radas penentuan titik leleh Mel-Temp Model 1202D Barnstead (tanpa koreksi), dan alat-alat kaca yang lazim digunakan di laboratorium. Spektrum ultraviolet-tampak (UV-Vis) direkam oleh spektrometer Shimadzu UV-1601 di Laboratorium Bersama, Departemen Kimia IPB. Spektrum resonans magnetik inti (NMR) diperoleh dengan spektrometer JEOL ELCA 500 yang bekerja pada frekuensi 500 MHz ( 1 H) dan 125 MHz ( 13 C) di Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek Serpong. Lingkup Penelitian Sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon (Lampiran 1) dimulai dengan asetilasi Friedel-Crafts resorsinol menjadi resasetofenon. Resasetofenon kemudian dibenzoilasi sekaligus mengalami penataan-ulang dengan benzoil klorida berlebih dalam aseton membentuk 3-benzoil-7-hidroksiflavon. Hasil dari setiap tahapan reaksi dicirikan dengan spektroskopi UV-Vis dan NMR. Semua zat antara dalam

13 3 proses sintesis flavon diidentifikasi dengan membandingkan nilai R f, titik leleh, dan kenampakannya dengan produk sintesis Aryani (2011). Sintesis Resasetofenon Resasetofenon disintesis dengan memodifikasi prosedur Cooper et al. (1955). Sebanyak 60 mmol ZnCl 2 98% dicampurkan dengan 135 mmol asam asetat glasial dalam labu leher dua. Campuran ini dilarutkan pada penangas minyak dengan suhu C. Sebanyak 50 mmol resorsinol ditambahkan ke dalam campuran tersebut lalu suhu dinaikkan hingga C. Reaksi dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan suhu dijaga tidak lebih dari 159 C dan dialiri gas N 2. Larutan yang telah berubah warna menjadi merah ditambahkan 25 ml HCl-akuades 1:3 (dingin). Resasetofenon dibiarkan mengendap semalam pada suhu ±5 C, dibiarkan di suhu ruang kemudian disaring. Filtrat yang masih mengandung resasetofenon diekstraksi dengan MTC dan dipantau dengan TLC. Ekstrak dipekatkan; endapan resasetofenon yang diperoleh digabung dengan endapan sebelumnya. Sintesis p-benzoil Resasetofenon p-benzoil resasetofenon disintesis dengan 2 metode. Metode pertama mengadaptasi Wheeler (1963). Sebanyak 5 mmol resasetofenon ditambahkan mmol piridina kering hingga larut (diaduk dengan batang pengaduk). Kemudian ditambahkan 10 mmol benzoil klorida tetes demi tetes sambil terus diaduk tanpa dialiri gas N 2. Saat penambahan, suhu berangsur-angsur naik, warna campuran memucat dan berbentuk seperti mentega. Pengadukan dilakukan selama ±20 menit atau hingga suhu turun. Kemudian ke dalam campuran ditambahkan 24 ml HCl 3% dingin tetes demi tetes. Endapan dibiarkan ±1 jam pada suhu 5 C hingga menggumpal kemudian disaring dan direkristalisasi dengan 1 ml metanol dingin dan 1 ml akuades dingin. Produk dimurnikan menggunakan kromatografi kolom tekan dengan eluen n-heksana-etoac (9:1). Metode kedua mengadaptasi Verma et al. (2011). Perbedaan dengan metode pertama ialah pada jumlah pelarut dan reaktan yang digunakan. Pada metode ini 5 mmol resasetofenon dilarutkan dalam 12.5 mmol piridina kering dan direaksikan dengan 7.5 mmol benzoil klorida. Pengasaman dilakukan dengan 12 ml HCl 1 M dingin, dan produk direkristalisasi dengan 4 ml metanol dingin dan 4 ml akuades dingin. Sintesis 3-Benzoil-7-hidroksiflavon 3-Benzoil-7-hidroksiflavon disintesis dengan 2 metode. Metode pertama mengadaptasi Tang et al. (2005). Sebanyak 5 mmol resasetofenon dilarutkan dengan 55.5 ml aseton lalu ditambahkan mmol K 2 CO 3. Larutan diaduk selama 10 menit pada suhu kamar kemudian ditambahkan 1.41 ml benzoil klorida tetes demi tetes. Saat penambahan, warna larutan berangsur-angsur

14 4 memucat. Larutan diaduk kembali selama 30 menit pada suhu kamar selanjutnya direfluks selama 24 jam dengan suhu C dengan dialiri gas N 2. Filtrat didekantasi untuk memisahkan produk dari basa K 2 CO 3. Produk yang terbentuk dibilas dengan akuades dingin, diasamkan dengan HCl dingin, dan direkristalisasi dengan CH 3 COOH dingin. Metode kedua mengadaptasi Chee et al. (2011). Perbedaan dengan metode Tang et al. (2005) ialah 5 mmol resasetofenon dilarutkan dengan 75 ml aseton dan direaksikan dengan 15 mmol benzoil klorida dalam 50 mmol K 2 CO 3 tanpa dialiri gas N 2. HASIL Resasetofenon Resasetofenon diperoleh sebagai endapan merah-cokelat dengan R f ~ 0.16 pada eluen MTC (Gambar 2). Titik leleh C, berbeda dengan yang dilaporkan Cooper et al. (1955), yaitu C. Rendemen berkisar 88 90% (Tabel 1). Uji kualitatif dengan FeCl 3 1% menghasilkan warna cokelat kehitaman (Gambar 3). Spektrum UV-Vis (Lampiran 2) menunjukkan 3 puncak serapan di 212, 223, dan 275 nm. Setelah penambahan 3 tetes NaOH, pita I (212 nm) bergeser ke 234 nm, pita II (223 nm) menjadi 253 nm, dan pita III (275 nm) menjadi 330 nm. Penambahan AlCl 3 menggeser puncak di 212, 223, dan 275 nm berturut-turut ke 218, 225, dan 297 nm, yang tidak berubah dengan penambahan HCl. (a) (b) Gambar 2 Padatan resasetofenon (a); kromatogram lapis tipis endapan resasetofenon hasil sintesis penelitian ini (kiri) dan Aryani (2011) (kanan) (eluen: MTC) (b) (a) (b) Gambar 3 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a) dan resasetofenon (b) Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon Ulangan Resorsinol (mmol) Resasetofenon (mmol) Rendemen (%)

15 5 p-benzoil Resasetofenon p-benzoil resasetofenon diperoleh sebagai endapan putih pucat dengan R f ~ 0.4 pada eluen n-heksana-etoac 9:1 (Gambar 4). Rendemen p-benzoil resasetofenon yang diperoleh berkisar 50 60% untuk metode Wheeler (1963) dan 53 75% untuk metode Verma et al. (2011) (Tabel 2) dengan titik leleh C. Produk minor dari hasil sintesis kedua metode ini diidentifikasi sebagai dibenzoil resasetofenon berdasarkan kesamaan nilai R f dengan hasil sintesis Aryani (2011), yaitu ~0.22 dengan titik leleh C. Uji kualitatif dengan FeCl 3 1% menghasilkan warna cokelat (Gambar 5). Spektrum UV-Vis (Lampiran 3a) menunjukkan puncak serapan di 201 nm. Penambahan 3 tetes NaOH menggeser puncak tersebut ke 332 nm. Penambahan AlCl 3 menggeser puncak ke 270 nm, yang tidak berubah dengan penambahan HCl. Spektrum 1 H-NMR (Lampiran 3b) menunjukkan 2 sinyal singlet di 2.64 ppm dan ppm, 2 sinyal doblet di 6.87 dan 7.81 ppm, 2 sinyal triplet di 7.52 dan 7.66 ppm, serta 2 sinyal doblet dari doblet di 6.82 dan 8.19 ppm. (a) (b) p-benzoil resasetofenon dibenzoil resasetofenon Gambar 4 Padatan p-benzoil resasetofenon (a); kromatogram lapis tipis berturutturut dari kiri ke kanan, resasetofenon, produk metode Wheeler (1963), Verma et al. (2011), dan Aryani (2011) (eluen: n-heksana EtOAc 9:1) (b) (a) (b) Gambar 5 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a) dan p-benzoil resasetofenon (b) Tabel 2 Rendemen sintesis p-benzoil resasetofenon dan dibenzoil resasetofenon Ulangan Nisbah mmol Rendemen (%) Resasetofenon reaktan a) (mmol) p-benzoil Dibenzoil p-benzoil Dibenzoil resasetofenon resasetofenon resasetofenon resasetofenon 1 b) 1: b) 1: c) 1: c) 1: Keterangan: a) resasetofenon terhadap benzoil klorida b) Wheeler (1963) c) Verma et al. (2011)

16 6 3-Benzoil-7-Hidroksiflavon Senyawa 3-benzoil-7-hidroksiflavon diperoleh dengan metode Tang et al. (2005) sebagai endapan berwarna cokelat dengan R f ~ 0.43 pada eluen n-heksana- EtOAc (9:1) (Gambar 6). Rendemennya 61 62% (Tabel 3) dengan titik leleh 160 C, berbeda dengan yang dilaporkan Chee et al. (2011), yaitu 132 C. (a) (b) 3-benzoil-7-hidroksiflavon Gambar 6 Padatan 3-benzoil-7-hidroksiflavon (a); kromatogram lapis tipis p- benzoil resasetofenon (kiri) dan produk metode Tang et al. (2005) (kanan) (eluen: n-heksana-etoac 9:1) (b) Tabel 3 Rendemen sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon Ulangan Resasetofenon 3-Benzoil-7- Rendemen (mmol) hidroksiflavon (mmol) (%) Spektrum UV-Vis (Lampiran 4a) menunjukkan 2 puncak serapan di 269 dan 365 nm. Setelah penambahan 3 tetes NaOH, puncak II (365 nm) bergeser ke 377 nm. Penambahan AlCl 3 juga menggeser puncak di 365 nm ke 377 nm, yang tidak berubah dengan penambahan HCl. Spektrum 1 H-NMR (Lampiran 4b) menunjukkan 3 sinyal doblet di 6.96 dan 6.97 (bertumpang tindih) serta di 8.32 ppm, 4 sinyal triplet di 7.57, 7.62 dan 7.65 (bertumpang tindih) serta 7.76 ppm, dan 2 sinyal doblet dari doblet di 8.14 dan 8.19 ppm. Dua sinyal singlet di 1.28 dan 7.32 ppm diduga berasal dari pengotor. Spektrum 13 C-NMR (Lampiran 4c) menunjukkan 2 sinyal karbon-sp 2 keton (177.7 dan ppm), 14 sinyal karbon-sp 2 aromatik (92.5, 111.8, 113.4, 117.1, 127.0, 128.9, 129.0, 129.2, 129.9, 130.5, 132.7, 133.7, 134.1, 156.8, 164.2, dan ppm), 2 sinyal karbon-sp 2 (117.1 dan ppm), 3 sinyal pelarut CDCl 3 (76.9, 77.2, dan 77.4 ppm), dan 1 sinyal karbon-sp 3 pengotor (29.9 ppm). Produk sintesis metode Chee et al. (2011) merupakan campuran 3 produk, salah satunya diduga 3-benzoil-7-hidroksiflavon berdasarkan kesamaan nilai R f pada eluen tunggal (MTC) dan campuran (n-heksana-etoac 9:1) jika dibandingkan dengan produk sintesis metode Tang et al. (2005) (Gambar 7). Ketiga produk tidak diidentifikasi lebih lanjut dikarenakan sulitnya proses pemisahan (noda sangat berekor). Uji kualitatif dengan FeCl 3 1% pada produk sintesis metode Tang et al. (2005) dan Chee et al. (2011) masing-masing menghasilkan warna cokelat dan cokelat kehitaman (Gambar 8).

17 7 3-benzoil-7-hidroksiflavon (a) Gambar 7 Padatan produk sintesis metode Chee et al. (2011) (a); kromatogram lapis tipis produk metode Chee et al. (2011) (kiri) dan Tang et al. (2005) (kanan) (eluen: n-heksana-etoac 9:1) (b) (b) (a) (b) (c) Gambar 8 Uji kualitatif FeCl 3 1% pada kontrol negatif (a), produk metode Tang et al. (2005) (b), dan produk metode Chee et al. (2011) (c) PEMBAHASAN Resasetofenon Resasetofenon disintesis dari bahan awal resorsinol dengan asilasi Friedel- Crafts. Asam asetat glasial berperan sebagai penyumbang kation asil dan ZnCl 2 sebagai katalis asam Lewis (Gambar 9). Menaikkan suhu pemanasan dari 140 ke 150 C selama 1 jam memberikan rendemen sekitar 88 90%. Hasil ini jauh lebih besar daripada yang dilaporkan oleh Cooper et al. (1955) dan Aryani (2011), yaitu berturut-turut 65% pada suhu C dan 57% pada suhu C. Gambar 9 Reaksi asetilasi resorsinol Produk sintesis sudah menghasilkan 1 noda tunggal pada TLC sehingga tidak perlu direkristalisasi seperti yang dilaporkan dalam prosedur asli. Hal ini yang menyebabkan produk diperoleh dengan rendemen sangat tinggi. Kendali suhu diperkirakan menjadi faktor yang menentukan kemurnian produk resasetofenon. Tingginya suhu mendorong terbentuknya produk resasetofenon dengan rendemen yang lebih tinggi karena reaktivitas reagen asetilasi meningkat pada suhu tinggi sehingga tidak tersisa bahan awal resorsinol.

18 8 Analisis spektrum UV-Vis menunjukkan bahwa asetilasi terjadi pada posisi orto terhadap salah satu gugus hidroksil fenolik. Hal ini dikarenakan gugus hidroksil merupakan pengarah orto-para. Substitusi tidak terjadi di posisi orto terhadap kedua hidroksil karena adanya halangan sterik. Gugus asetil dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul yang menstabilkan dengan hidroksil fenolik di posisi orto (Gambar 9). Pergeseran batokromik puncak serapan spektrum UV-Vis dengan penambahan NaOH menunjukkan keberadaan gugus hidroksil fenolik. Basa kuat mendeprotonasi gugus tersebut sehingga meningkatkan delokalisasi elektron ke dalam cincin aromatik. Gugus fenolik tersebut disimpulkan berposisi orto terhadap gugus karbonil berdasarkan pergeseran batokromik dengan penambahan AlCl 3 yang tidak kembali ke posisi semula dengan penambahan HCl. Penambahan AlCl 3 membentuk kompleks tahan-asam Al 3+ dengan gugus hidroksil dan keton yang bersebelahan, maka tidak terurai dengan penambahan HCl (Markham 1988). Penambahan FeCl 3 membentuk kompleks warna cokelat kehitaman yang berbeda dengan kontrol negatif FeCl 3 yang berwarna kuning. Hal ini menegaskan keberadaan gugus hidroksil fenolik pada resasetofenon. p-benzoil Resasetofenon Senyawa 2 -benzoiloksi-4 -hidroksiasetofenon (o-benzoil resasetofenon) merupakan target awal sintesis dengan metode Wheeler (1963) dan Verma et al. (2011). Produk ini diharapkan terbentuk untuk kemudian dilakukan reaksi penataan-ulang BV membentuk β-diketon. Pembentukan produk ini dengan rendemen 81% dari resasetofenon telah dilaporkan oleh Verma et al. (2011). Dalam penelitian ini, produk yang diperoleh dengan kedua metode tersebut adalah 4 -benzoiloksi-2 -hidroksiasetofenon (p-benzoil resasetofenon) (Gambar 10a) dan bukan isomer orto yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan analisis spektrum UV-Vis (Lampiran 3a). Masih teramati pergeseran saat penambahan AlCl 3 yang menunjukkan bahwa gugus OH yang berposisi orto dengan gugus asetil masih ada dan belum terbenzoilasi. Keberadaan sinyal di ppm pada spektrum 1 H-NMR (Lampiran 3b) membuktikan lebih lanjut keberadaan gugus ini. Gugus OH fenolik ini juga memberikan hasil positif pada uji kualitatif dengan penambahan FeCl 3. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penambahan pereaksi benzoilasi dalam jumlah yang dibatasi (2 ekuivalen untuk metode pertama dan 1.5 ekuivalen untuk metode kedua), gugus benzoil cenderung memasuki posisi para yang kurang terhalangi. Gugus benzoil lebih sulit masuk pada posisi orto karena adanya ikatan hidrogen intramolekul dengan gugus asetil. Daniel (2008) telah melakukan analisis komputasi dengan metode ab initio dengan himpunan basis 3-21G dan diperoleh bahwa benzoilasi pada posisi orto memiliki energi pengaktifan yang lebih besar dibandingkan dengan posisi para. Begitupun dengan kestabilan secara termodinamika, isomer para akan lebih stabil secara termodinamika sebesar kj/mol dibandingkan dengan isomer orto. Senyawa 2,4 -dibenzoiloksiasetofenon (dibenzoil resasetofenon) diperoleh sebagai produk minor pada kedua metode dalam penelitian ini. Pemakaian benzoil klorida lebih banyak pada metode Wheeler (1963) sangat meningkatkan rendemen produk minor tersebut, sementara rendemen produk utama p-benzoil

19 9 resasetofenon hanya sedikit menurun. Hasil ini menunjukkan bahwa gugus benzoil kedua masuk pada p-benzoil resasetofenon yang terbentuk lebih dulu. Benzoilasi kedua ini agaknya telah mulai terjadi ketika pembentukan p-benzoil resasetofenon dari resorsinol masih berlangsung. Gambar 10 Reaksi benzoilasi resasetofenon membentuk p-benzoil resasetofenon (a) dan dibenzoil resasetofenon (b) Dalam penelitian sebelumnya, Paul et al. (2003) dengan bahan awal resasetofenon dan pereaksi benzoil klorida dalam alumina serta dengan menggunakan metode penyinaran mikrogelombang, juga memperoleh bahwa penggunaan 2 ekuivalen benzoil klorida cenderung menghasilkan isomer para sebagai produk utama (59%), sedangkan penggunaan benzoil klorida berlebih akan mengarah pada pembentukan dibenzoil resasetofenon (65%). p-benzoil resasetofenon tidak dapat mengalami penataan-ulang BV membentuk senyawa β-diketon. Dibenzoil resasetofenon dapat mengalami penataan-ulang tersebut seperti yang telah dilakukan oleh Aryani (2011). Dalam penelitian tersebut, dibenzoil resasetofenon dihasilkan sebagai produk utama dengan rendemen mencapai 64% menggunakan metode Tang et al. (2005) dan selanjutnya menghasilkan β-diketon dengan rendemen 11.8%. Rendahnya rendemen produk dibenzoil resasetofenon yang diperoleh dalam penelitian ini menyebabkan reaksi tidak dilanjutkan ke sintesis β-diketon. Spektrum 1 H-NMR (Lampiran 3b) produk sintesis metode Verma et al. (2011) dan Wheeler (1963) terangkum pada Tabel 4 yang menunjukkan 8 sinyal. Sinyal di ppm khas untuk gugus hidroksil fenolik bebas yang berposisi orto terhadap gugus asil dan karena itu, berikatan hidrogen intramolekul. Proton aromatik cincin A memberikan 3 sinyal, yaitu 7.52, 7.66, dan 8.19 ppm. Dua proton yang orto terhadap gugus karbonil ester merasakan tarikan-elektron sehingga sinyalnya lebih ke medan bawah (8.19 ppm). Demikian pula 1 proton di posisi para berada lebih ke medan bawah (7.66 ppm) daripada 2 proton di posisi meta (7.52 ppm) karena adanya perambatan tarikan-elektron tersebut. Sinyal 3H di 2.64 ppm merupakan sinyal khas proton asetil. Tiga sinyal proton aromatik cincin B muncul di 6.82, 6.87, dan 7.81 ppm. Sinyal proton 6 yang berposisi orto terhadap gugus karbonil mendapat efek tarikan-elektron sehingga geseran kimianya lebih ke medan bawah (7.81 ppm). Sebaliknya, posisi sinyal proton 3 (6.87 ppm) dan 5 (6.82 ppm) dipengaruhi oleh efek resonans

20 10 penyumbang-elektron dari 2 buah atom O yang berposisi orto atau para sehingga geseran kimianya lebih ke medan atas. Tabel 4 Analisis sinyal 1 H-NMR p-benzoil resasetofenon (pelarut CDCl 3 ) Atom H 2 2 -OH /6 3 /5 4 δ H 500 MHz (ppm) (multiplisitas, J (Hz), Σ H) 2.64 (s, 3H) (s, 1H) 6.87 (d, J = 2.6, 1H) 6.82 (dd, J = 9.05; 1.3, 1H) 7.81 (d, J = 8.45, 1H) 8.19 (dd, J = 7.8; 1.3, 2H) 7.52 (t, J = 7.8, 2H) 7.66 (t, J = 7.8, 1H) 3-Benzoil-7-Hidroksiflavon Senyawa 3-benzoil-7-hidroksiflavon (Gambar 11) disintesis dengan metode Tang et al. (2005) dan Chee et al. (2011). Kedua metode ini merupakan cara sintesis 1-wadah yang belakangan ini lazim digunakan karena lebih menghemat waktu dan tidak memerlukan pemurnian senyawa antara sehingga rendemen yang diperoleh lebih tinggi. Dengan cara ini, reaksi esterifikasi, kondensasi Claisen intramolekul (penataan-ulang BV), dan siklisasi oksidatif membentuk flavon berlangsung dalam 1-tahap. Prinsip kerja kedua metode sintesis ini sama; perbedaannya terletak pada penggunaan gas N 2, jumlah pereaksi benzoil klorida, dan katalis K 2 CO 3. Pada metode Tang et al. (2005) digunakan gas N 2 dengan 2 ekuivalen benzoil klorida dan 7.25 ekuivalen katalis K 2 CO 3 (anhidrat), sedangkan metode Chee et al. (2011) tidak menggunakan gas N 2 dengan 3 ekuivalen benzoil klorida dan 10 ekuivalen katalis K 2 CO 3 (hidrat). Sintesis dengan metode Tang et al. (2005) menghasilkan 1 noda tunggal yang teridentifikasi sebagai 3-benzoil-7-hidroksiflavon berdasarkan analisis spektrum UV-Vis dan NMR. Adanya geseran batokromik dengan penambahan NaOH menunjukkan gugus fenolik bebas. Adanya 2 puncak khas flavon di 269 dan 365 nm menunjukkan bahwa senyawa yang terbentuk adalah flavon. Puncak kedua berada pada panjang gelombang lebih besar daripada flavon pada umumnya, karena terdapat resonans tambahan dari gugus benzoil di karbon nomor 3. Analisis kualitatif dengan penambahan FeCl 3 terhadap produk sintesis Tang et al. (2005) dan Chee et al. (2011) berturut-turut menunjukkan kompleks warna cokelat dan cokelat kehitaman yang berbeda dengan kontrol negatif FeCl 3 yang

21 11 berwarna kuning. Hal ini membuktikan lebih lanjut keberadaan gugus fenolik bebas. Sintesis dengan mengadaptasi metode Chee et al. (2011) menghasilkan 3 noda. Noda teratas teridentifikasi sebagai 3-benzoil-7-hidroksiflavon berdasarkan kesamaan R f dengan produk sintesis metode Tang et al. (2005). Sulitnya proses pemisahan ketiga komponen ini (noda sangat berekor) mengakibatkan 2 komponen lain yang sifatnya lebih polar (R f lebih rendah pada eluen n-heksana- EtOAc 9:1) belum dapat teridentifikasi dengan baik. 7-hidroksiflavon diduga merupakan salah satu komponen yang lebih polar tersebut. Gambar 11 Reaksi sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon Tabel 5 Analisis sinyal 1 H-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (pelarut aseton-d 6 ) Atom H /6 atau 3 /7 3 /5 atau 4 /6 4 atau 5 δ H 500 MHz (ppm) (multiplisitas, J (Hz), Σ H) 8.32 (d, J = 8.45, 1H) 6.97 (d, J = 8.4, 1H) 6.96 (d, J = 1.95, 1H) 8.14 atau 8.19 (dd, J = 7.15; 1.3, 2H) 7.57 atau 7.62 (t, J = 7.8, 2H) 7.65 atau 7.76 (t, J = 7.8, 1H) Sinyal 1 H-NMR produk sintesis metode Tang et al. (2005) (Tabel 5) secara keseluruhan berjumlah 9. Tiga sinyal proton aromatik di cincin A dapat dipastikan posisinya, sedangkan untuk memastikan posisi sinyal-sinyal aromatik di 2 cincin yang lain diperlukan analisis spektrum NMR 2-dimensi. Tidak adanya sinyal di sekitar 12 ppm menunjukkan tidak adanya gugus hidroksil fenolik yang berposisi orto terhadap gugus asil. Hal ini mengindikasikan resasetofenon telah

22 12 terbenzoilasi dan berdasarkan spektrum UV-Vis, telah mengalami penataan-ulang serta siklisasi membentuk flavon. Tiga sinyal proton aromatik cincin A diperoleh di 6.96, 6.97, dan 8.32 ppm. Sinyal di 1.28 ppm bukan berasal dari proton hidroksil karena lazimnya proton hidroksil fenolik flavonoid muncul di daerah > 9 ppm (Moon et al. 2005; Park et al. 2006). Tidak munculnya sinyal 7-OH diduga karena proton dapat-tukar tersebut berikatan hidrogen dengan aseton. Sinyal proton 6 dan 8 (6.97 dan 6.96 ppm) menunjukkan efek resonans penyumbang-elektron dari 2 atom O yang berposisi orto dan para sehingga geseran kimianya jauh lebih kecil dibandingkan dengan sinyal proton 5 (8.32 ppm) yang sebaliknya mengalami efek tarikanelektron dari gugus keton. Meskipun posisi 6 sinyal proton aromatik lainnya belum dapat dipastikan, analisis sinyal-sinyal tersebut pada Tabel 5 sudah bersesuaian dengan struktur 3- benzoil-7-hidroksiflavon. Sinyal di 8.14 dan 8.19 ppm berasal dari proton-proton yang berposisi orto dengan gugus keton atau perpanjangan sistem konjugasinya, yaitu H2 /6 dan 3 /7. Sinyal 1H di 7.76 dan 7.65 ppm berasal dari proton-proton di posisi para (H4 /5 ), sedangkan proton-proton meta (H3 /5 dan 4 /6 ) memunculkan sinyal 2H di 7.57 dan 7.62 ppm. Tabel 6 Dugaan analisis sinyal 13 C-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (pelarut CDCl 3 ) Posisi δ H 125 MHz (ppm) / / / / Spektrum 13 C-NMR produk sintesis metode Tang et al. (2005) (Tabel 6) menunjukkan 18 sinyal. Dua sinyal di dan ppm merupakan sinyal karbon karbonil keton. Kedua sinyal ini bergeser ke medan atas dari lazimnya geseran kimia karbon karbonil keton, yaitu di atas 200 ppm, sebagai akibat adanya konjugasi dengan ikatan rangkap. Delokalisasi elektron lebih efektif pada C-4 yang menjadi bagian dari sistem cincin daripada C-1 yang masih mungkin

23 berotasi. Oleh karena itu, sinyal C-4 jauh lebih ke medan atas (177.7 ppm) daripada sinyal C-1 (195.0 ppm). Sinyal di 156.8, 164.2, dan ppm berasal dari 3 buah karbon oksiaril di C-2, C-7, dan C-9. Tarikan elektron atom oksigen menggeser ke medan bawah posisi sinyal karbon aromatik tersebut. Sinyal di 92.5, 111.8, 113.4, dan ppm sebaliknya bergeser ke medan atas. Pergeseran ini dialami oleh 2 buah karbon yang berposisi orto dengan gugus OH (C-6 dan C-8) serta oleh C-3 dan C- 10 yang merupakan karbon-β dalam sistem vinil eter. Keempat karbon tersebut mengalami efek resonans sumbangan-elektron dari atom O sehingga lebih terperisai. Sinyal di 127.0, 128.9, 129.0, dan ppm memiliki intensitas 2 kali lebih tinggi daripada sinyal di 129.2, 129.9, 132.7, 133.7, dan ppm. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sinyal pada kelompok pertama masing-masing dihasilkan oleh 2H, yaitu oleh C-2 /6, C-3 /5, C-3 /7, dan C-4 /6. Sementara kelima sinyal pada kelompok kedua berasal dari 5 karbon aromatik lainnya, yaitu C-5, C-1, C-4, C-2, dan C-5. Posisi tiap sinyal tidak dapat dipastikan untuk tiap atom karbon, dan perlu dilakukan analisis NMR 2-dimensi untuk mengetahui lebih lanjut posisi tiap sinyal. Analisis sinyal pada Tabel 6 merupakan hasil pendugaan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak ChemBioDraw 11. Pembentukan 3-benzoil-7-hidroksiflavon dalam penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan dalam prosedur asli. Dengan bahan awal 2,4 -dihidroksi-5 - nitroasetofenon, Tang et al. (2005) melaporkan sintesis 3-aroilflavon dengan rendemen 36 46% dengan menggunakan 2 ekuivalen aroil klorida. Dalam penelitian selanjutnya, Chee et al. (2011) dengan bahan awal 2 - hidroksiasetofenon menghasilkan 5% flavon dengan 1 ekuivalen benzoil klorida dan campuran 65% flavon dengan 20% 3-benzoilflavon dengan 3 ekuivalen benzoil klorida pada atmosfer terbuka (tanpa gas N 2 ). Hasil sebaliknya diperoleh saat sintesis dilakukan dengan aliran gas N 2 : 3 ekuivalen benzoil klorida menghasilkan 12% flavon dan 47% 3-benzoilflavon. Fenomena ini diduga akibat pengaruh jumlah basa dan kondisi atmosfer terbuka yang berperan dalam pemutusan 3-benzoil. Dugaan tahapan reaksi pembentukan 3-benzoil-7-hidroksiflavon (Gambar 12) yang mengadaptasi usulan Tang et al. (2005) diawali o-asilasi resasetofenon dengan 1 ekuivalen benzoil klorida membentuk monoester 4. Basa lalu mendeprotonasi proton asetil pada 4 membentuk karbanion yang selanjutnya terbenzoilasi dengan ekuivalen kedua benzoil klorida membentuk -diketon 5. Senyawa ini diperoleh dalam bentuk tautomer enol 6 yang lebih stabil. Siklodehidrasi in situ berkataliskan-basa melalui zat antara enolat 7, karbanion 8, dan hemiketal 9 pada akhirnya menghasilkan 3-benzoil-7-hidroksiflavon 3. 13

24 14 Gambar 12 Dugaan mekanisme pembentukan 3-benzoil-7-hidroksiflavon SIMPULAN DAN SARAN Senyawa 3-benzoil-7-hidroksiflavon telah disintesis tanpa produk samping dari bahan awal resorsinol melalui 2 tahap reaksi dengan rendemen keseluruhan 76% dari bahan awal resorsinol. Temuan ini mengindikasikan suatu mekanisme bahwa dengan benzoil klorida berlebih, tidak terjadi reaksi penataan-ulang BV. Senyawa antara -diketon dihasilkan melalui kondensasi Claisen antarmolekul dan bukan intramolekul. Perlu dilakukan pemurnian produk yang belum teridentifikasi, serta optimalisasi sintesis 7-hidroksiflavon melalui dibenzoil resasetofenon. Terbentuknya p-benzoil resasetofenon dalam penelitian ini juga memungkinkan pemasukan gugus pelindung secara selektif di posisi para sebelum benzoilasi dilakukan di posisi orto.

25 DAFTAR PUSTAKA Ares JJ, Outt PE, Kakodkar SV, Buss RC, Geiger JC A convenient largescale synthesis of 5-methoxyflavone and its application to analog preparation. J Org Chem. 58(27): Aryani L Sintesis prekursor 1,3-diketon untuk 7-hidroksiflavon dari resorsinol [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Chee CF, Buckle MJC, Rahman NA An efficient one-pot synthesis of flavones. Tetrahedron Lett. 52: Cooper SR Resacetophenone. Org Synth Coll. 3: Daniel Sintesis senyawa flavonoid teralkilasi dengan metode reaksi multikomponen serta studi ab initio mekanisme reaksi tahap awal sintesisnya [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Dekermendjian K, Kahnberg P, Witt MR, Sterner O, Nielsen M, Liljefors T Structure-activity relationship and molecular modeling analysis of flavonoid binding to the benzodiazepine site of the rat brain GABA A receptor complex. J Med Chem. 42(21): Fukui K, Nakayama M Synthetic studies of the flavone derivatives, the synthesis of 8,3 -dimetoxy-5,7,4 -trihydroxyflavone. Bull Chem Soc Japan. 42(8): Markham KR Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid Identification. McGarry LW, Detty MR Synthesis of highly functionalized flavones and chromones using cycloacylation reaction and C-3 functionalization. A total synthesis of hormothamnione. J Org Chem. 55(14): Moon BH, Lee Y, Shin C, Lim Y Complete assignments of the 1 H and 13 C NMR data of flavone derivatives. Bull Korean Chem Soc. 26(4): Murthy YLN, Viswanath IVK, Pandit EN Synthesis, characterization, and antibacterial activity of 7,4 -dihydroxy-3 -methoxyflavone. J Chem Tech. 2(2): Nagendrappa G An epitome of K Venkataraman s chemistry [artikel]. Resonance: Park Y, Lee YU, Kim H, Lee Y, Yoon YA, Moon B, Chong Y, Ahn JH, Shim YH, Lim Y NMR data of flavones derivatives and their antioxidative activities. Bull Korean Chem Soc. 27(10): Paul S, Nanda P, Gupta R PhCOCl-Py/basic alumina as a versatile agent for benzoylation in solvent-free condition. Molecules 8: Sarda SR, Pathan MY, Paike VV, Pachmase PR, Jadhav WN, Pawar RP A facile synthesis of flavones using recyclable ionic liquid under microwave irradiation. Arkivoc. 16: Tang L, Zhang S, Yang J, Gao W, Cui J, Zhuang T A novel approach to the synthesis of 6-amino-7-hydroxyflavone. Molecules 9: Tang L, Zhang S, Yang J, Gao W, Cui J, Zhuang T Novel and convenient one-pot synthesis of 3-aroyl-7-hydroxy-6-nitroflavones. Synth Commun. 35(2):

26 16 Venkatesh P, Prakash G, Pavadai P Design, synthesis and cytotoxic activity of some novel flavones. J Pharm Sci Res. 3(2): Verma PN, Sheikh JI, Juneja HD Synthesis of β-diketone and its metal complexes. J Basic Appl Sci. 3(2): Wheeler TS Flavone. Org Synth Coll. 4:478. Zembower DE, Zhang H Total synthesis of robustaflavone, a potential antihepatitis B agent. J Org Chem. 63(25):

27 LAMPIRAN

28 18 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Asetilasi resorsinol menjadi resasetofenon (modifikasi Cooper et al. 1955) Benzoilasi resasetofenon menjadi p-benzoil resasetofenon (Wheeler 1963 dan Verma et al. 2011) Metode langsung (modifikasi Tang et al dan Chee et al. 2011) Penataan-ulang BV menjadi 1,3-diketon (Wheeler 1963) Siklisasi intramolekul senyawa 1,3-diketon menjadi flavon (Wheeler 1963) Pencirian dengan titik leleh, UV-Vis, dan NMR

29 19 Lampiran 2 Elusidasi struktur resasetofenon + NaOH + AlCl 3 + AlCl 3 + HCl Spektrum UV-Vis resasetofenon (pelarut: metanol).

30 20 Lampiran 3 Elusidasi struktur p-benzoil resasetofenon + NaOH + AlCl 3 + AlCl 3 + HCl (a) Spektrum UV-Vis p-benzoil resasetofenon (pelarut: metanol).

31 (b) Spektrum 1H-NMR p-benzoil resasetofenon (500 MHz, CDCl3). 21

32 22 Lampiran 4 Elusidasi struktur 3-benzoil-7-hidroksiflavon + NaOH + AlCl 3 + AlCl 3 + HCl (a) Spektrum UV-Vis 3-benzoil-7-hidroksiflavon (pelarut: metanol).

33 (b) Spektrum 1 H-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (500 MHz, aseton). 23

34 24 (c) Spektrum 13 C-NMR 3-benzoil-7-hidroksiflavon (125 MHz, CDCl 3 ).

35 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1989 dari pasangan Hotman Edison dan Sinta Pakpahan. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah melaksanakan kegiatan magang mandiri di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tanggal 14 Juli 30 Agustus 2008 dan kegiatan magang mandiri di PT Saritama Food Processing pada tanggal 14 Juli 14 Agustus Tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan di Balai Pengujian Mutu Barang Ekspor dan Impor (BPMBEI), Ciracas Jakarta Utara dengan judul laporan Penentuan Kadar Cemaran Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Pb) dalam Sabun Mandi dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) dengan judul Edukasi Pengembangan Sistem Motorik Kasar dan Motorik Halus Siswa SLB Dharma Wanita dan SLB Sejahtera (Metode Puzzle, Bola dan Kesetimbangan Tubuh). Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Bahan Alam di D3 Analisis Kimia pada tahun 2010/2011; Kromatografi pada tahun 2010/2011; Kimia Farmasi pada tahun 2010/2012; Kepustakaan Kimia pada tahun 2010/2012, serta Keselamatan Kerja dan Pengenalan Bahan pada tahun 2011/2012.

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon 3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL DWI UTAMI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 2 ABSTRAK DWI UTAMI. Sintesis Krisin dari Floroglusinol.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI

SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI SINTESIS PREKURSOR 1,3-DIKETON UNTUK 7-HIDROKSIFLAVON DARI RESORSINOL LILIK ARYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK LILIK ARYANI.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon

HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon NaH 5% terhadap fase MTC. Garam o-hap akan terbawa ke fase air dan diasamkan dengan HCl 5% (ph diperiksa dengan indikator universal) lalu diekstraksi dengan MTC sampai seluruh o-hap terambil (dipantau

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA ABSTRAK Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa flavonoid dari kulit

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh 242-245 o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Gambar 1.1 Struktur khalkon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Persiapan sampel Sampel kulit kayu Intsia bijuga Kuntze diperoleh dari desa Maribu, Irian Jaya. Sampel kulit kayu tersedia dalam bentuk potongan-potongan kasar. Selanjutnya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol 4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol OH SOCl 2 Cl + HCl + SO 2 C 11 H 22 O C 11 H 21 Cl (170.3) (119.0) (188.7) (36.5) (64.1) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU 090802051 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) 4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol 4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol C 3 + 3 C C 3 Zeolith C 3 + C 3 C C 3 C 7 8 (108.1) C 4 6 3 (102.1) C 9 10 2 (150.2) C 2 4 2 (60.1) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

TELAAH REAKSI BENZOILASI RESASETOFENON DALAM SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVON MELALUI PENATAAN-ULANG BAKER-VENKATARAMAN FERRA DWIANGGA NOVIADINNI

TELAAH REAKSI BENZOILASI RESASETOFENON DALAM SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVON MELALUI PENATAAN-ULANG BAKER-VENKATARAMAN FERRA DWIANGGA NOVIADINNI TELAAH REAKSI BENZOILASI RESASETOFENON DALAM SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVON MELALUI PENATAAN-ULANG BAKER-VENKATARAMAN FERRA DWIANGGA NOVIADINNI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

dalam jumlah dan variasi struktur yang banyak memungkinkan untuk memmpelajari aplikasinya untuk tujuan terapeutik. IV.

dalam jumlah dan variasi struktur yang banyak memungkinkan untuk memmpelajari aplikasinya untuk tujuan terapeutik. IV. dalam jumlah dan variasi struktur yang banyak memungkinkan untuk memmpelajari aplikasinya untuk tujuan terapeutik. 4.1. Disain Penelitian IV. METODA PENELITIAN Pembentukan senyawa turunan calkon dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemisahan senyawa total flavanon 4.1.1.1 Senyawa GR-8 a) Senyawa yang diperoleh berupa padatan yang berwama kekuningan sebanyak 87,7 mg b) Titik leleh: 198-200

Lebih terperinci

BAB III -1?-I'niK { j..^.:iik -'^.JU-W BAHAN DAN METODE

BAB III -1?-I'niK { j..^.:iik -'^.JU-W BAHAN DAN METODE BAB III -1?-I'niK { j..^.:iik -'^.JU-W BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis senyawa analog calkon dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Sintesis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida 4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida + + H 2 N(CH 3 H H EtH, H NH(CH 3 C 6 H 10 CH 2 C 2 H 8 N C 9 H 18 N (98.2) (30.0) (81.6) (191.7) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan

Lebih terperinci

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder   HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi 3 sehingga suhu meningkat menjadi 70 C. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan asam asetat glasial (1 ml, 17.5 mmol) sehingga suhu reaksi meningkat menjadi 90 C. Suspensi putih yang terbentuk diaduk

Lebih terperinci

Penataan Ulang Beckmann

Penataan Ulang Beckmann Penataan Ulang Beckmann Penulis: Cyntia Stiani Anggraini 10512081; K-01; Kelompok VI cyntia_sa@yahoo.co.id Abstrak Di dalam laporan ini dibahas mengenai reaksi yang melibatkan penataan ulang Beckmann,

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol)

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) 4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) NBCC CH 3 CN + C 20 H 14 O 2 C 26 H 29 ClN 2 O (286.3) (421.0) R-enantiomer S-enantiomer Klasifikasi

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

OPTIMASI WAKTU REAKSI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA

OPTIMASI WAKTU REAKSI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA OPTIMASI WAKTU REAKSI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA OPTIMIZATION FOR REACTION TIME OF BENZYLIDENECYCLOHEXANONE S COMPOUND SYNTHESIS USING SODIUM HYDROXIDE

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP

SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP Herlina Rasyid 1, Firdaus, Nunuk Hariani S. Jurusan Kmia, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap

Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap Herlina Rasyid, Firdaus, dan Nunuk Hariani S. Jurusan Kmia, Fakultas

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci

SINTESIS 1-(2-HIDROKSIFENIL)-3-FENILPROPANA- 1,3-DION DARI o-hidroksiasetofenon DAN BENZOIL KLORIDA DIAN SEPTIANI

SINTESIS 1-(2-HIDROKSIFENIL)-3-FENILPROPANA- 1,3-DION DARI o-hidroksiasetofenon DAN BENZOIL KLORIDA DIAN SEPTIANI SINTESIS 1-(2-HIDRKSIFENIL)-3-FENILPRPANA- 1,3-DIN DARI o-hidrksiasetfenn DAN BENZIL KLRIDA DIAN SEPTIANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BGR BGR 2011

Lebih terperinci

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena 4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena C 6 H 10 (82.2) + 4 H H 2 2 H + 4 H 2 (34.0) + sodium tungstate dihydrate + Aliquat 336. Na 2 W 4 2 H 2 (329.9) C 6 H 10 4 C 25 H 54 ClN (404.2) (146.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon 4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi

Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi Penulis: Ricky Aditya 10512095; Kelas 01; Kelompok VI rickyadityasmansa@gmail.com Abstrak Dihidro 1,3

Lebih terperinci

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat NP 4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat H 3 C (CH 2 ) 8 + I CH 2 CH 3 H 3 C (CH 2 ) 8 + CH 3 CH 2 I C 12 H 22 2 C 4 H 7 I 2 C 14 H 24 4 C 2 H 5 I (198.3) (214.0) (63.6) (256.3) (156.0)

Lebih terperinci

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVONOL DAN FISETIN NISFIYAH MAFTUHAH

SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVONOL DAN FISETIN NISFIYAH MAFTUHAH i SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVONOL DAN FISETIN NISFIYAH MAFTUHAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci