Penataan Ulang Beckmann

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penataan Ulang Beckmann"

Transkripsi

1 Penataan Ulang Beckmann Penulis: Cyntia Stiani Anggraini ; K-01; Kelompok VI Abstrak Di dalam laporan ini dibahas mengenai reaksi yang melibatkan penataan ulang Beckmann, yaitu reaksi dimana suatu oksim diperlakukan dengan asam kuat untuk menghasilkan suatu amida. Reaksinya bersifat stereospesifik, untuk gugus yang posisinya anti terhadap gugus hidroksil pada oksim berpindah menuju atom nitrogen dan mempertahankan konfigurasi stereokimianya selama proses migrasi.asetofenon oksim disiapkan dalam percobaan dan dapat menghasilkan dua produk ketika reaksi penataan ulang Beckmann. Adapun produk yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan produk yang dihasilkan dari asetilasi anilin menjadi asetanilida. Tujuan dari percobaan ini adalah melakuakan sintesis dan mengkarakterisasi produk yang mengikuti reaksi penataan ulang Beckmann dengan starting material asetofenon yang kemudian diubah menjadi asetofenon oksim. Asetofenon dapat menghasilkan dua produk ketika dilakukan reaksi penataan ulang Beckmann. Produk yang dominan adalah produk yang paling stabil. Berdasarkan penentuan titik lelehnya, produk yang dominan dari reaksi penataan ulang Beckmann ini adalah N-metilbenzamida. Titik leleh produk tersebut berdasarkan percobaan adalah 78 0 C. Kata kunci: Beckmann, amida, asetofenon oksim, asetanilida, N-metilbenzamida Abstract In this report is discussed the reaction involving Beckmann rearrangement, a reaction in which an oxime is treated with a strong acid to produce an amide. This reaction is stereospecific, for position of the hydroxyl groups on the anti oxime nitrogen atoms move toward and maintain configuration oxime stereochemistry during migration process. Acetophenon prepared in this experiment and can produce two products when the Beckmann rearrangement reaction. The resulting product is then compared with the products of acetylation of aniline into acetanilide. The purpose of this experiment is to synthesis and characterize the products that follow the Beckmann rearrangement reaction with the starting material acetophenone which is then converted into acetophenone oxime. Acetophenone can produce two products when Beckmann rearrangement reaction. The dominant product is the most stable product. Based on the determination of the melting point, the dominant product of the Beckmann rearrangement reaction is N - methylbenzamide. The melting point of the product based on experiments is 78 0 C. Keywords: Beckmann, amide, acetophenon, acetanilide, N-methylbenzamide 1. PENDAHULUAN Beberapa senyawa organik dapat mengalami penataan ulang untuk membentuk senyawa yang lebih stabil. Ada banyak reaksi pentaan ulang, salah satunya penataan ulang Beckmann. Senyawa seperti hidroksilamin (NH 2 OH), hidrazin (NH 2 NH 2 ), dan hidrazin tersubtitusi sperti fenilhidrazin (C 6 H 5 NHNH 2 ) dan 2,4- dinitrofenilhidrazin membentuk turunan C=N dari aldehida dan keton. Secara berurutan, turunan ini disebut sebagai oksim, hidrazon, fenilhidrazon, dan 2,4-dinitrofenilhidrazon. Mekanisme reaksi yang terjadi sama seperti yang terjadi pada pembentukan imina dari amina primer. Seperti pada imina, pembentukan isomer (E) dan (Z) dapat mungkin terjadi. Senyawa ini biasanya padatan sehingga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi cairan senyawa karbonil dengan membandingkan titik leleh dan titik leleh campuran senyawa turunan oksim dari sampel asalnya. Penerapan penataan ulang Beckmann pada senyawa oksim akan menghasilkan senyawa amida. Caranya adalah dengan mereaksikan senyawa oksim dengan suatu asam kuat. Reaksi ini merupakan reaksi yang bersifat stereospesifik, yakni untuk gugus yang posisinya anti terhadap gugus hidroksil pada oksim. Gugus tersebut akan berpindah menuju atom nitrogen dan mempertahankan konfigurasi stereokimianya selama proses migrasi. Ada dua macam migrasi, yaitu migrasi syn dan migrasi anti. Pada penataan ulang Beckmann, senyawa yang dihasilkan adalah hasil dari migrasi anti (asetanilida) baru kemudian mengalami penataan melalui migrasi syn (N-metilbenzamida). N-

2 amida tersubstitusi dapat mengalami hidrolisis pada suasana asam ataupun basa. Adapun reaksi lain untuk mensintesis senyawa amida, salah satunya asetanilida adalah dengan melakukan asetilasi. Reaksi yang terjadi adalah anilin ditambah anhidrida asam asetat menghasilkan asam asetat dan asetanilida. Metode ini adalah metode standar sintesis amida. Beberapa cara lain untuk mensintesis amida adalah dengan menggunakan prinsip reaksi adisi-eliminasi nukleofilik dengan menggunakan starting material seperti asil klorida, anhidrat asam, ester, asam karboksilat, dan garam karboksilat. Nukleofil yang digunakan biasanya adalah ammonia atau amina pada karbon asil. 2. METODE PERCOBAAN A. Sintesis Asetofenon Oksim Ke dalam labu Erlenmeyer berisi 10 ml air dimasukkan asetofenon sebanyak 3 ml dan 2 g hidroksilamin hidroklorida serta 2,5 g natrium asetat. Kemudian labu digoyangkan hingga seluruh padatan larut. Untuk melarutkan asetofenon dan menjernihkan larutan, ditambahkan 7 ml etanol 95%. Selanjutnya, campuran dipanaskan selama 15 menit dengan suhu C. Kemudian campuran didinginkan pada suhu kamar hingga terbentuk kristal. Jika kristal belum terbentuk, bagian dalam labu digesek dengan batang pengaduk kaca. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dengan corong Büchner. Kristal yang diperoleh kemudian diukur titik lelehnya. Jika titik lelehnya sudah hampir benar (%galat < 5%) kristal tidak perlu direkristalisasi dengan air. Setelah itu kristal ditimbang dan sebanyaak 1 g digunakan untuk percobaan selanjutnya yaitu penataan ulang Beckmann. B. Penataan Ulang Beckmann Sebanyak 1 ml asam sulfat pekat dipanaskan dalam labu Erlenmeyer dalam penangas air selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan 1 g asetofenon oksim sedikit demi sedikit sambil digoyangkan dalam penangas es. Kemudian dilakukan pemanasan selama 15 menit dalam penangas air. Setelah itu, campuran dituangkan ke dalam wadah berisi ±50 g es (tanpa air) sehingga kristal akan terbentuk. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dengan corong Büchner dan direkristalisasi dengan air. Selanjutnya kristal hasil rekristalisasi diukur titik lelehnya dan ditimbang. C. Sintesis Asetanilida Sebanyak 3 ml anilin ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan 3 ml anhidrat asam asetat tetes demi tetes sambil digoyangkan. Lalu ditambahkan 30 ml air panas setelah reaksi sempurna. Selanjutnya campuran reaksi dihangatkan dalam penangas air sampai larut dan selanjutnya muncul kerak. Setelah itu dilakukan rekristalisasi dengan air dan ditambahkan pula karbon aktif jika larutannya berwarna. Filtrat hasil rekristalisasi disaring dengan corong Büchner. Kristal yang diperoleh ditimbang dan diukur titik lelehnya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Percobaan dan Pengolahan Data Massa asetofenon oksim : 1,67 g Titik leleh asetofenon kosim : C Massa produk B : 0,2 g Titik leleh produk B : 78 0 C Massa asetanilida : 1,68 g Titik leleh asetanilida : C % Rendemen : x 100% % Rendemen asetofenon oksim : = 48,04% % Rendemen produk B : = 20,0% % Rendemen asetanilida : = 37,75% % Galat : % Galat asetofenon oksim : = 1,74% % Galat produk B : = 1,27% %Galat asetanilida : = 4,20% B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, yakni penataan ulang Beckmann, dilakukan sintesis asetofenon oksim, reaksi penataan ulang Beckmann, dan sintesis asetanilida. Reaksi penataan ulang pada senyawa organik dapat terjadi karena produk yang dihasilkan bukanlah produk yang paling stabil sehingga struktur dari senyawa tersebut mengalami penataan untuk membentuk produk yang lebih stabil. Reaksi penataan dapat terjadi dengan bantuan pemanasan, penambahan suatu reagen, dan lain sebagainya. Salah satu reaksi penataan ulang adalah penataan ulang Beckmann, yaitu penataan ulang yang terjadi pada gugus R yang reikat pada ikatan amida.

3 Pertama, asetofenon oksim disintesis dengan mereaksikan asetofenon dengan hidroksil amin. Gambar 1. Reaksi pembentukan asetofenon oksim. Adapun mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut. dihasilkan tidak sesuai dengan perhitungan. Atau bisa juga dikarenakan oleh proses kristalisasi yang kurang sempurna sehingga saat reaksi sudah dianggap selesai tetapi ternyata produk yang diinginkan belum terbentuk seluruhnya. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengadukan/penggoyangan tabung yang lebih lama untuk membuat campuran reaksi homogen dan untuk mendapatkan proses kristalisasi yang sempurna, dapat dicapai dengan melakukan pendinginan campuran reaksi lebih lama agar produk mengkristal seluruhnya. Berikut adalah penjelasan mengenai spektrum 1 H- NMR dan 13 C-NMR untuk asetofenon oksim hasil sintesis. Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan asetofenon oksim. Reaksi ini termasuk ke dalam pembentukan imina (- C=N). Imina dapat terbentuk dari reaksi antara gugus aldehida (-CHO) atau keton (-CO) dengan amina primer (-NH 2 ). Adapun amina sekunder jika direaksikan dengan aldehida atau keton akan menghasilkan senyawa enamina (-C=C-N). Sementara amina tersier tidak dapat bereaksi dengan aldehid atau keton karena strukturnya yang bulky sehingga reaksi yang terjadi akan menjadi sulit oleh karena rintangan sterik yang besar. Reaksi pembentukan imina ataupun enamina merupakan reaksi adisi nukleofilik 1,2, dimana yang bertindak sebagai nukleofil adalah gugus amina. Amina merupakan nukleofil netral yang memiliki pasangan elektron bebas pada atom N-nya. Reaksi pembentukan imina ini berjalan dengan katalis asam yang berperan untuk memprotonasi atom O pada gugus aldehida atau keton. Dalam percobaan ini yang berperan sebagai nukleofil adalah hidroksil amin yang merupakan senyawa turunan amina. Pada percobaan ini reagen-reagen dicampurkan dengan pelarut air. Air merupakan pelarut protik (pelarut yang dapat menghasilkan ion hidrogen, H + ). Pada percobaan ini dilakukan pula pemanasan untuk mempercepat laju reaksi. Dengan meningkatnya suhu, energi kinetik molekul menjadi semakin besar sehingga tumbukan yang terjadi antar molekul menjadi semakin cepat. Akibatnya reaksi berlangsung lebih cepat. Asetofenon oksim yang diperoleh dari percobaan merupakan produk/asetofenon murni dengan galat titik leleh sebesar 1,74% dan rendemen sebanyak 48,04%. Rendemen yang jauh dari rendemen teoritis dapat dimungkinkan oleh proses pencampuran reaksi (pada saat labu digoyangkan) yang kurang sempurna sehingga reaksi tidak berlangsung sempurna, yakni tidak seluruh asetofenon bereaksi dengan hidroksilamin atau sebaliknya sehingga produk yang Gambar 3. Spektrum 1 H-NMR asetofenon oksim. Atom atom yang muncul pada spektrum merupakan atom dengan spin inti lebih dari setengah (I>1/2). Secara umum, spektrum NMR memberikan tiga informasi, pertama jumlah jenis proton atau atom C yang terdapat dalam suatu senyawa yang dilihat dari jumlah sinyal yang muncul. Kemudian yang kedua adalah posisi proton pada struktur senyawa. Sinyal yang muncul paling kiri merupakan sinyal untuk proton yang paling dekat dengan atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi atau biasa dikatakan downfield. Terakhir adalah jumlah tetangga atau jumlah proton pada atom C tetangganya yang dimiliki oleh suatu jenis proton yang ditunjukkan dengan puncak yang terbentuk pada satu sinyal. Pada spektrum yang ditampilkan di atas, terdapat empat sinyal yang menandakan ada empat jenis proton dalam senyawa yang dihasilkan. Sinyal yang muncul di posisi paling kiri merupakan sinyal proton yang paling dekat dengan atom dengan keelektronegatifan yang tinggi. Sinyal yang muncul memiliki multiplisitas singlet, artinya tidak memiliki proton pada tetangganya. Sinyal ini meupakan sinyal proton pada gugus metil. Selanjutnya sinyal yang muncul sebelumnya adalah sinyal dengan multiplisitas doblet dan masing-masing puncaknya juga doblet, yakni terdapat dua jenis proton yang sama.kedua jenis proton tersebut memiliki 1 proton tetangga. Selanjutnya sinyal yang lebih kanan memiliki 5 puncak dan karena posisinya lebih kanan, pada

4 struktur senyawanya, terletak lebih jauh dari atom dengan kelektronegatifan yang paling tinggi. Terdapat lima puncak menandakan bahwa ada 2 jenis proton dengan 2 tetangga. Dan sinyal yang paling kanan menunjukkan posisi proton yang tidak memiliki tetangga. Gambar 4. Spektrum 13 C-NMR asetofenon oksim. Berbeda dengan spektrum 1 H-NMR yang pada sinyal yang muncul bisa terdapat puncak-puncak lagi, pada spektrum 13 C-NMR hanya terdapat satu puncak pada setiap sinyal. Sinyal-sinyal tersebut spesifik untuk setiap atom C, misalnya untuk ikatan CH 2 - berbeda dengan CH 3 walaupun keduanya memiliki ikatan C-H. Pada spektrum 13 C-NMR di atas terdapat empat sinyal yang menandakan ada empat jenis atom C pada struktur senyawa yang dihasilkan. Adapun keempat atom C tersebut adalah C-H pada gugus metil yang muncul pada pergeseran kimia antara ppm, C=C pada cincin benzena dengan pergeseran kimia antara antara ppm, C=N yang memiliki pergeseran kimia antara ppm, dan C-H pada benzena dengan pergeseran kimia antara ppm. Selanjutnya asetofenon oksim yang telah disintesis digunakan untuk reaksi penataan ulang Beckmann. Pada reaksi penataan ulang Beckmann, ada dua produk yang dapat terbentuk. Pada percobaan ini produk yang dapat terbentuk adalah asetanilida dan N- metilbenzamida. Produk yang paling dominan adalah produk yang paling stabil. Adapun mekanisme reaksi yang terjadi pada penataan ulang Beckmann secara umum adalah sebagai berikut. Sama halnya seperti pembentukan asetofenon oksim, pada percobaan ini digunakan asam sulfat yang berfungsi sebagai katalis asam yang dapat memprotonasi atom O pada gugus hidroksil. Reaksi penataan ulang terjadi pada saat pemanasan. Penataan ulang yang terjadi mengubah senyawa imina menjadi senyawa aldehid atau keton. Penataan ulang terjadi untuk membentuk produk yang lebih stabil. Pada percobaan ini diperoleh bahwa titik leleh produk adalah 78 0 C. Titik leleh ini dekat dengan titik leleh N-metilbenzamida. Hal ini berarti bahwa produk yang dominan dan lebih stabil adalah N- metilbenzamida dibanding dengan asetanilida. Kestabilan ini juga dapat dilihat dari struktur kedua senyawa tersebut. Pada N-metilbenzamida, gugus keton (-CO) berada diantara gugus amina dan cincin benzena sehingga efek steriknya lebih besar, atau bisa dikatan juga merupakan struktur yang tersubstitusi. Oleh karenanya ikatan amida yang terbentuk menjadi lebih stabil/kuat diabanding dengan ikatan amida yang terbentuk pada asetanilida. Berikut adalah spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR untuk produk hasil penataan ulang Beckmann ini. Gambar 6. Spektrum 13 C-NMR produk penataan ulang Beckmann Spektrum tersebut memberikan informasi bahwa pada senyawa yang dihasilkan terdapat empat jenis atom C yang ditandai dengan adanya empat sinyal yang muncul. Sinyal yang muncul pada pergerean kimia antara ppm menunjukkan adanya atom C pada aryl yang juga berikatan kovalen tunggal dengan atom C di luar cincinnya. Pada pergeseran antara ppm menunjukkan pada senyawa yang dihasilkan terdapat atom C pada gugus amida. Kemudian pada pergeseran antara ppm merupakan sinyal untuk C double bond pada gugus aryl. Dan pada rentang pergesaran 0-40 adalah sinyal untuk atom C pada gugus metil (-CH 3 ). Pada percobaan selanjutnya dilakukan sintesis asetanilida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut. Gambar 5. Mekanisme reaksi penataan ulang Beckmann

5 Gambar 7. Reaksi pembentukan asetanilida Gambar 8. Mekanisme reaksi pembentukan asetanilida Adanya asam pada reaksi ini adalah untuk memprotonasi atom O pada gugus hidroksil sehingga akan lepas menjadi H 2 O. Pada percobaan ini digunakan karbon untuk menyerap pengotor-pengotor dan menjernihkan warna larutan. Produk yang dihasilkan adalah asetanilida murni dengan galat 4,2%. Suatu produk hasil sintesis dikatakan murni jika galat titik lelehnya <5%. Adapun rendemen yang diperoleh sebanyak 37,75%. Rendemen yang jauh dari rendemen teoritis ini dapat dikarenakan reaksi yang tidak berlangsung secara sempurna, proses kristalisasi yang kurang sempurna, artinya produk belum seluruhnya mengkristal atau ada produk yang menempel saat penyaringan vakum. Jika dibandingkan dengan produk hasil reaksi penataan ulang Beckmann, produk ini memiliki titik leleh yang berbeda jauh. Hal ini berarti asetanilida tidak dapat diperoleh (sedikit sekali rendemennya) melalui penataan ulang Beckmann. Berikut adalah spektrum 3 H-NMR & 13 C-NMR untuk asetanilida. Gambar 9. Spektrum 1 H-NMR asetanilida tersebut tidak memiliki proton pada atom C tetangganya. Selanjutnya sinyal yang muncul di sebelah kanannya merupakan sinyal untuk atom H yang memiliki satu tetangga karena terdapat dua puncak atau multiplisitasnya doublet dan terletak paling dekat dengan atom dengan keelektronegatifan yang tinggi. Sinyal yang muncul dengan tinggi puncak 2,12 merupakan sinyal untuk proton dengan dua proton pada atom C tetangganya karena terdapat tiga puncak (triplet). Begitupun untuk sinyal yang muncul dengan tinggi puncak 1,10, hanya saja posisinya sedikit lebih jauh dari posisi elektron yang keelektronegatifannya tinggi. Sinyal pada tinggi puncak 0,43 memiliki multiplisitas singlet. Selanjutnya sinyal yang muncul pada pergeseran kimia 2,13 ppm merupakan sinyal untuk atom hidrogen yang singlet dan merupakan upfield. Gambar10. Spektrum 13 C -NMR asetanilida Ada enam puncak yang muncul pada spektrum diatas. Spektrum tersebut hampir mirip dengan spektrum untuk produk hasil penataan ulang Beckman. Hanya saja pada produk hasil penataan ulang Beckmann, atom C aromatik mengikat atom N pada gugus amida sementara pada asetanilida, atom C pada aromatik langsung mengikat atom C pada gugus amida. Pada pergeseran 169,51 ppm menunjukkan adanya atom C yang berada pada gugus amida. Kemudian atom C dalam cincin aromatik yang memiliki cabang memberikan sinyal pada 138,16 ppm (kisaran pergeseran antara ppm). Adanya atom C double bond pada cincin aromatik ditunjukkan pada nilai pergeseran kimia 124,30 ppm ( ppm). Kemudian untuk sinyal yang muncul pada 120,38 ppm adalah untuk atom C single bond pada aromatik ( ppm). Selanjutnya untuk sinyal yang terbaca pada 24,26 ppm merupakan sinyal untuk atom C pada gugus metil (-CH 3 ). Pada spektrum di atas terdapat enam sinyal, artinya terdapat enam jenis hidrogen pada struktur senyawa yang dihasilkan. Pada sinyal yang yang muncul di posisi paling kiri (paling downfield) terdapat satu puncak yang berarti multiplisitasnya adalah singlet. Singlet berarti proton atau hidrogen

6 4. KESIMPULAN Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa produk yang telah disintesis dari penataan ulang Beckmann yang paling dominan adalah N-metil benzamida dengan galat sebesar 1,27% dan rendemen sebanyak 20,0%. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan dalam pengerjaan praktikum serta pembuatan laporan ini. Terima kasih juga kepada orang tua dan kerabat yang selalu memotivasi. Tak lupa pula terima kasih kepada Bu Deana selaku dosen dari praktikum kimia organik polifungsi beserta para asisten yang telah membantu kelancaran praktikum. DAFTAR PUSTAKA [1] Horning, E.C., Stromberg, V.L (1952), Beckmann Rearrangement Aldoximes, J. Am. Chem., [2] Eriksson, L.A., An, Na (2013), Beckmann Rearrangement, J. Org. Chem., [3] L. Gawley, Instruction to Authors, Elsevier Publishing,

Penataan Ulang Beckmann

Penataan Ulang Beckmann Penataan Ulang Beckmann [Rizki Maulana Arief] [10512029; 01; 02] rizki.maulana@students.itb.ac.id Abstrak Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatik yang digolongkan sebagai amida primer,

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II I. Nomor Percobaan : VI II. Nama Percobaan : Reaksi Asetilasi Anilin III. Tujuan Percobaan : Agar mahasiswa dapat mengetahui salah satu cara mensintesa senyawa

Lebih terperinci

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida

4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida 4008 Sintesis 2-dimetilaminometil-sikloheksanon hidroklorida + + H 2 N(CH 3 H H EtH, H NH(CH 3 C 6 H 10 CH 2 C 2 H 8 N C 9 H 18 N (98.2) (30.0) (81.6) (191.7) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang EAKSI PENATAAN ULANG eaksi penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. eaksi ini dapat terjadi

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi

Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi Laporan Praktikum Kimia Organik Polifungsi Percobaan 9 Sintesis Dihidro 1,3 Benzoksazin Tersubstitusi Penulis: Ricky Aditya 10512095; Kelas 01; Kelompok VI rickyadityasmansa@gmail.com Abstrak Dihidro 1,3

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK BAB 4 TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK Asam karboksilat hanya merupakan salah satu anggota kelas turunan asil, RCOX, di mana substituen X mungkin oksigen, halogen, nitrogen

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( )

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( ) Kelompok G : Nicolas oerip (5203011028) Filia irawati (5203011029) Ayndri Nico P (5203011040) Mempelajari reaksi esterifikasi Apa sih reaksi esterifikasi itu? Bagaimana reaksi esterifikasi itu? Reaksi

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena 4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena C 6 H 10 (82.2) + 4 H H 2 2 H + 4 H 2 (34.0) + sodium tungstate dihydrate + Aliquat 336. Na 2 W 4 2 H 2 (329.9) C 6 H 10 4 C 25 H 54 ClN (404.2) (146.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

BAB II SINTESIS ASPIRIN

BAB II SINTESIS ASPIRIN BAB II SINTESIS ASPIRIN 2.1. Tujuan Percobaan - Memahami reaksi esterifikasi fenol - Memahami reaksi pembuatan aspirin - Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi 2.2. Tinjauan Pustaka Ester diturunkan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Pengantar Gugus fungsi dari asam karboksilat terdiri atas ikatan C=O dengan OH pada karbon yang sama. Gugus karboksil biasanya ditulis -COOH. Asam alifatik memiliki gugus alkil

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON Muhammad Ja far Sodiq (0810920047) 1. ALKANA Pada suhu biasa, metana, etana, propana, dan butana berwujud gas. Pentena sampai heptadekana (C 17 H 36 ) berwujud

Lebih terperinci

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH I. Tujuan Dapat memahami teknik teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan rekristalisasi serta menentukan kemurniannya dengan titik leleh. II. Teori Zat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ACARA 4 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER Oleh: Kelompok 5 Nova Damayanti A1M013012 Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 6 Aldehid dan Keton: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia DIAH RATNA SARI 11609010 KELOMPOK I Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010 Shift Rabu Siang (13.00 17.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis. II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

Kondensasi Senyawa Karbonil dan Reaksi Cannizaro

Kondensasi Senyawa Karbonil dan Reaksi Cannizaro Kondensasi Senyawa Karbonil dan Reaksi Cannizaro Maykel Gautama 10512075 ; K-01; Kelompok V maykel.gautama@gmail.com Abstrak Reaksi Cannizzaro adalah reaksi redoks yang menggunakan dua buah molekul aldehid

Lebih terperinci

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol 4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol C 3 + 3 C C 3 Zeolith C 3 + C 3 C C 3 C 7 8 (108.1) C 4 6 3 (102.1) C 9 10 2 (150.2) C 2 4 2 (60.1) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon 3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN I. Tujuan Praktikum 1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhibrida 2. Menjelaskan prinsip asetilasi II. Landasan Teoritis Reaksi asam salisilat (asam

Lebih terperinci

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum

Lebih terperinci

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat NP 4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat C 19 H 36 2 (296.5) 10 9 SnCl 4 H 2 Me (260.5) + H 3 C C N C 2 H 3 N (41.1) NH + 10 10 9 9 Me Me C 21 H 41 N 3 (355.6) NH Klasifikasi Tipe reaksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Disusun Oleh : Nama : Veryna Septiany NPM : E1G014054 Kelompok : 3 Hari, Jam : Kamis, 14.00 15.40 WIB Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung Lestari Nike Situngkir Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP

SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP SINTESIS SENYAWA METIL β-(p-hidroksifenil)akrilat DARI ASAM β- (p-hidroksifenil)akrilat DAN METANOL MENGGUNAKAN METODE DEAN STARK TRAP Herlina Rasyid 1, Firdaus, Nunuk Hariani S. Jurusan Kmia, Fakultas

Lebih terperinci

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Paraf Asisten Judul LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari reaksi dehidrasi dari suatu alkohol untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

SK SINTESIS SENYAWA ORGANIK PETUNJUK PRAKTIKUM. Tim Pembina Kimia Organik Mardi Santoso Agus Wahyudi Yulfi Zetra Didik Prasetyoko Arif Fadlan

SK SINTESIS SENYAWA ORGANIK PETUNJUK PRAKTIKUM. Tim Pembina Kimia Organik Mardi Santoso Agus Wahyudi Yulfi Zetra Didik Prasetyoko Arif Fadlan SK 091342 SINTESIS SENYAWA RGANIK PETUNJUK PRAKTIKUM Tim Pembina Kimia rganik Mardi Santoso Agus Wahyudi Yulfi Zetra Didik Prasetyoko Arif Fadlan Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2016 Yogyakarta 18-24 Mei 2015 Lembar Jawab Kimia TEORI Waktu: 240 menit KEMENTERIAN

Lebih terperinci

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon 4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat NP 4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat H 3 C (CH 2 ) 8 + I CH 2 CH 3 H 3 C (CH 2 ) 8 + CH 3 CH 2 I C 12 H 22 2 C 4 H 7 I 2 C 14 H 24 4 C 2 H 5 I (198.3) (214.0) (63.6) (256.3) (156.0)

Lebih terperinci

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian)

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Suatu atom/gugus di dalam suatu senyawa diganti oleh suatu atom/gugus lain dari senyawa yang lain. Konsep dasarnya adalah

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap

Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap Sintesis Senyawa Metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari Asam β-(p- Hidroksifenil)akrilat dan Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap Herlina Rasyid, Firdaus, dan Nunuk Hariani S. Jurusan Kmia, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL TUJUAN : Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida A.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL BAB 5 REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL Dalam bab ini akan dibahas mengenai reaksi substitusi alfa. Ciri utama dari reaksi ini adalah terjadi melalui pembentukan intermediet enol atau ion enolat. 5.1. Keto-enol

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL Oleh : ZIADUL FAIEZ (133610516) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

Reaktifitas alkohol terhadap esterifikasi. Reaktifitas asam karboksilat terhadap esterifikasi

Reaktifitas alkohol terhadap esterifikasi. Reaktifitas asam karboksilat terhadap esterifikasi Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung

Lebih terperinci

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) 4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gugus fungsi adalah suatu gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK. : Sintesis Orange II dengan Reaksi Kopling Diazo

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK. : Sintesis Orange II dengan Reaksi Kopling Diazo Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul Tujuan Percobaan : Sintesis range II dengan Reaksi Kopling Diazo : Studi sintesis orange II dari asam p-aminobensenasulfonat (asam sulfanilat)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus fungsi merupakan bagian aktif dari senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Gugus fungsi tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat menyebabkan korosi atau karat pada reaktor

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya adalah gelas kimia 100 ml (Pyrex), corong Buchner (Berlin), Erlenmeyer

Lebih terperinci

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon; Reaksi Subsitusi Nukleofilik Alifatik Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi

Lebih terperinci

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL BAB 1 KIMIAWI SENYAWA KARBONIL Senyawa karbonil adalah kelompok senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil, C=O, gugus fungsional yang paling penting dalam kimia organik. Senyawa karbonil ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah merupakan zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan laboratorium kimia merupakan zat yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol)

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) 4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) NBCC CH 3 CN + C 20 H 14 O 2 C 26 H 29 ClN 2 O (286.3) (421.0) R-enantiomer S-enantiomer Klasifikasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 5 Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia PERCOBAAN 6 Aldehid dan Keton: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia

Lebih terperinci

ORTO DAN PARA NITROFENOL

ORTO DAN PARA NITROFENOL ORTO DAN PARA NITROFENOL Tujuan 1. Mensintesis o-nitrofenol dan p-nitrofenol dari fenol dan asam nitrat melalui nitrasi 2. Memisahkan o-nitrofenol dan p-nitrofenol dengan metode distilasi uap 3. Memurnikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan obat mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan jaman. Banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci