BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Dari Sistem Yang Ada Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di beberapa tempat maka pembahasan akan melibatkan dua objek sebagai berikut: 1. Orang yang melakukan perjalanan (Traveller) yang terkait dengan sistem; dan 2. Petugas Imigrasi yang berurusan dengan sistem. Proses di Departemen Imigrasi meliputi berbagai hal. Hubungannya antara traveller dengan petugas imigrasi dapat digambarkan sebagai initiate diagram berikut ini: Paspor baru/ perpanjangan Monitor Dokumen Imigrasi Visa Baru/ Perpanjangan Proses Tempat Pemeriksaan/ TPI Permintaan ABTC Pos Lintas Batas Traveller Izin Tinggal/ Perpanjangan Maintenance Black List Petugas Imigrasi Aplikasi Perubahan Status Tindakan Imigrasi Aplikasi DAHSUSKIM Pembatalan/ Penarikan Paspor Aplikasi Smart Card Pendaftaran Orang Asing Gambar 4.1 Diagram Inisialisasi Proses 30

2 31 Traveller dalam hal ini merupakan orang yang melakukan perjalanan, jadi bisa merupakan orang lokal ataupun orang asing (foreigner). Sedangkan petugas imigrasi yang dimaksud adalah semua staff imigrasi dimulai dari bawah keatas. Secara struktur organisasi yang ada di pusat, secara keseluruhan organisasi stuktural terbagi atas 5 Departemen sebagai berikut: Gambar 4.2 Struktur Organisasi Direktorat Jendral Imigrasi/ Pusat Secara struktur organisasi yang ada di wilayah, dapat dilihat sebagai berikut:: Gambar 4.3 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Secara struktur organisasi yang ada di kantor imigrasi, dapat dilihat sebagai berikut:: Gambar 4.4 Struktur Organisasi Kantor Imigrasi Umum

3 32 Sedangkan secara proses keimigrasian yang ada, proses keimigrasian dibagi menjadi 3 proses utama sebagai berikut: Pelayanan Lalulintas Keimigrasian Pelayanan Izin tinggal dan status keimigrasian Pelayanan Pengawasan dan Penindakan Gambar 4.5 Proses Keimigrasian Dalam pembahasan ini dilakukan penggambaran dengan menggunakan orientasi object menggunakan modeling dan simulasi sebagai landasan penggambaran untuk aktivitas proses bisnis yang terjadi di lapangan Pelayanan Lalulintas Keimigrasian Sesuai pengamatan yang pertama kali pelayanan ini mengatur lalu lintas keimigrasian yaitu mengatur kepentingan orang dalam hal keluar masuknya mereka di Indonesia, traveller dalam hal ini dibagi menjadi 5 aktor yaitu: 1. Pemohon paspor; 2. Pemegang paspor RI; 3. Pemegang paspor luar; 4. Pemegang paspor lintas batas; dan 5. Petugas Imigrasi.

4 33 Beberapa hal yang dilakukan oleh pelayanan lalu lintas keimigrasian dapat digambarkan seperti berikut: Pelayanan penerbitan paspor Pemohon paspor Pelayanan Penerbitan SPLP Pemegang paspor RI Permohonan ABTC Petugas Imigrasi Pelayanan Tempat Pemeriksaan Keberangkatan Pemegang Pas Lintas Batas Pelayanan Tempat Pemeriksaan Kedatangan Pemohonan Visa Biasa Pemohonan VOA Pemegang Paspor Asing FTC (Frequent Traveler Card) Gambar 4.6 Pelayanan Lalu Lintas Keimigrasian Dalam hal ini kita akan melihat aktivitas dari proses bisnis satu persatu, sehingga didapat gambaran yang jelas setiap proses yang terjadi di setiap lapangan. Adanya sedikit pengecualian yang terjadi di lapangan dikarenakan setiap pos memiliki kebijaksanaan lokal, maka gambaran proses akan dilakukan dengan sedikit

5 34 pengecualian tersebut. Gambaran dilakukan dengan menggunakan proses yang terjadi secara standar Pelayanan Izin Tinggal Dan Status Keimigrasian Pelayanan ini berfokus pada izin tinggal dan status dari keimigrasian untuk orang asing. Pelayanan ini meliputi: 1. Permohonan KITAS (Izin Tinggal Sementara); 2. Pemohonan KITAP (Izin Tinggal Tetap); 3. Permohonan Izin Masuk Kembali (Re-entry Permit); dan 4. Permohonan DASUSKIM (Kemudahan Khusus Keimigrasian). Gambaran dari use casenya adalah sebagai berikut: Permohonan KITAS Permohonan KITAP Permohonan Masuk Kembali (Re-entry Permit) Perubahan Status Keimigrasian Pemegang Paspor Asing (from Pelayanan Lalulintas Keimigrasian) DASUSKIM (Kemudahan Khusus Keimigrasian) Gambar 4.7 Pelayanan Status dan Izin Tinggal Keimigrasian

6 Pelayanan Pengawasan Dan Penindakan Pelayanan ini bertugas sebagai monitor keimigrasian dan juga dapat melakukan penindakan atas kesalahan yang terjadi dalam bidang keimigrasian. Pelayanan ini melakukan beberapa hal sebagai berikut: Pemantauan Dokumen Imigrasi Pencabutan dan Penarikan Paspor Pemeriksaan Paspor Pendataan/ Pendaftaran Orang Asing Pencegahan dan Penangkalan Petugas Tindakan Keimigrasian Gambar 4.8 Pelayanan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Tindakan keimigrasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Deportasi orang asing yang masuk secara tidak legal; 2. Karantina orang yang melakukan pelanggaran keimigrasian; dan 3. Bila orang tersebut melakukan tindakan kriminal, Imigrasi berhubungan dengan polisi ataupun dengan kedutaan yang bersangkutan. Untuk kelengkapan detail proses binis yang ada pada pelayanan ini, dapat dilihat pada halaman lampiran detail proses binis proses Lampiran A.

7 Analisa Masalah-Masalah Dalam Sistem Masalah-masalah pada sistem bisnis proses yang lama dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Banyaknya proses yang seharusnya bisa dilakukan beberapa orang, tetapi di beberapa tempat untuk melakukan proses paspor diperlukan sekitar 40 orang. Masalah efisiensi merupakan masalah utama dalam hal ini. 2. Masalah kedua adalah bila diterapkannya sistem baru maka ada banyak petugas yang akan kehilangan pekerjaannya, sedangkan perlu diingat bahwa pengangguran sudah menjadi beban pemerintah Indonesia saat ini. 3. Perlunya perubahan struktur dalam setiap pos di lapangan karena sistem akan dibantu oleh komputer dan beberapa bagian akan tidak diperlukan lagi. Adanya indikasi sistem baru tidak akan tidak terpakai dan tidak didukung penuh oleh para petugas imigrasi. 4. Masalah utama yang terindikasi adalah sumber daya manusia yang kurang. Beberapa tempat yang telah di survei didapat kenyataan bahwa hampir tidak adanya orang yang mahir menggunakan komputer sebagai alat bantu kerja, mereka hanya mendapatkan latihan yang sebenarnya sangat kurang. 5. Karena belum adanya kebijaksanaan dari pusat yang jelas, maka di setiap daerah memiliki kebijaksanaan sendiri-sendiri. Adanya pergantian kepala kantor baru, maka berganti pulalah kebijaksanaan yang kadang berimbas pada fungsi tugas. Masalah-masalah tersebut juga akan menjadi tolok-ukur penulisan, beberapa masalah memang harus diselesaikan secara pengambilan pendapat oleh

8 37 orang atas/ pemimpin dan para senior dalam bidang keimigrasian. Keputusan sangat diperlukan dalam hal ini karena sistem baru akan menimbulkan kesan pemecatan banyak petugas, sehingga adanya penolakan terhadap sistem baru dan mengakibatkan sistem akan tidak terpakai. Sedangkan masalah-masalah utama yang terjadi pada saat proses adalah sebagai berikut ini: - Waktu yang lama - Tenaga kerja yang banyak tapi tidak efisien - Dokumen yang tersebar - Masalah akurasi - Terlalu banyak orang yang terlibat-susah mengambil keputusan - Sistem kebijaksanaan yang kurang jelas - Komunikasi yang terhambat - SDM berpengalaman yang tidak tersedia - Resource untuk komputerisasi yang kurang Dari masalah-masalah yang ada, maka fokus penulisan ini adalah: - efisiensi - efektifitas - intensifikasi - maksimalisasi - dan edukasi

9 Identifikasi Proses Kritis Proses selanjutnya adalah mencari proses kritis pada sistem keimigrasian, beberapa proses yang dinilai kritis adalah: 1. Proses CEKAL 2. Proses penerbitan PASPOR, termasuk: a. Dokumen Paspor; b. Dokumen SPLP, sebagai peganti paspor sementara dalam keadaan tertentu; c. Surat Pas Lintas Batas (PLB). 3. Dan juga rancangan sistem manajemen keimigrasian dalam hal: a. Rancangan jaringan dan database b. Pelatihan SDM c. Penyusunan SOP yang harus dilakukan oleh DirJen Imigrasi. Selanjutnya proses yang lainnya masih belum dinilai kritis karena proses lainnya tidak terlalu banyak intensitasnya dan tidak tercatat indikasi yang dapat mengancam negara. Tiga prioritas utama inilah yang akan menjadi topik utama dalam topik pembahasan rekayasa ulang ini. Alasan yang mendasari kenapa proses CEKAL merupakan prioritas utama adalah: - Sistem CEKAL merupakan sistem untuk mengawasi orang yang dilarang untuk keluar atau masuk dari suatu wilayah. Ini merupakan sistem yang

10 39 penting dalam menangkal setiap kejahatan yang akan masuk ataupun keluar dan berlaku untuk orang dalam maupun orang asing. - Sistem ini belum memiliki standar internasional, sehingga masih adanya field yang kurang, seperti tidak adanya pencatatan penggunaan dokumen ilegal, dokumen rusak/ tidak berlaku, dan sebagainya. - Sistem ini belum dinilai dapat digunakan secara maksimal, karena metode pencarian dan program yang sudah lama dan tidak dapat diandalkan lagi. - Sistem ini belum terintegrasi secara penuh, sehingga data di daerah bisa berbeda-beda. Sedangkan alasan mengapa pelayanan penerbitan paspor menjadi prioritas dalam misi rekayasa ulang adalah: - Pelayanan ini dinilai sangat tidak efektif, dikarenakan adanya intensitas tinggi tetapi tidak disertai dengan kapasitas yang baik, sehingga pelayanan ini dinilai sangat lama dan tidak efesien juga. - Masalah lainnya adalah karena banyaknya orang yang terlibat pada pelayanan ini, juga disertai dengan banyaknya dokumen yang harus ditanda-tangani dan diperiksa oleh beberapa divisi mengakibatkan proses ini kadang berbuntut panjang dan sarat dengan kecurangan - Adanya masalah dari segi kelegalan dokumen yang mengakibatkan banyaknya kecurigaan pada setiap penerbitan paspor - Belum adanya kebijaksanaan di kantor imigrasi, sehingga para Kepala kantor sering membuat kebijaksanaan di kantor sendiri yang kadang tidak sesuai dengan visi dan misi keimigrasian.

11 40 Dan alasan terakhir mengapa rancangan sistem manajemen imigrasi perlu dilakukan adalah: - Adanya kebutuhan mendasar mengenai informasi teknologi yang bisa membantu kinerja proses, sehingga dipercaya akan sangat membantu sebuah proses lebih cepat, efisien, terintegrasi dan juga keamanannya terjaga. - Diperlukan suatu standar SOP di kantor keimigrasian, sehingga tidak adanya ketidakjelasana dalam pengambilan keputusan. - Terakhir dan juga merupakan bagian yang penting adalah pelatihan SDM sehingga wawasan dan keterampilan pegawai imigrasi bertambah dan pada akhirnya dapat memfungsikan komputer secara maksimal. 4.3 Potensi Rekayasa Ulang Perlunya rekayasa ulang disebabkan karena adanya beberapa proses yang tidak efesien dan memerlukan banyaknya perubahan dalam proses dan struktur. Dari tiga hal masalah kritis yang telah ditemukan, potensi yang dapat direkayasa ulang setiap masalah proses kritis sebagai berikut: Potensi Rekayasa Ulang Dalam Proses CEKAL Proses CEKAL merupakan bagian penting dalam masalah keamanan dalam negeri, karena sistem ini yang mengawasi pergerakan penumpang dari dalam maupun ke luar. Proses ini dinilai sangat kritis karena banyak kasus di negara ini

12 41 yang lolos baik masuk maupun keluar. Potensi untuk rekayasa ulang dalam hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: Sistem CEKAL belum memiliki standarisasi internasional, karena belum bisa memantau kehilangan dokumen paspor dan juga belum bisa sinkronisasi data dengan data pusat. Sistem CEKAL sangat digunakan untuk sistem yang lainnya. Sistem ini berintegrasi dengan sistem lainnya, karena digunakan di pos-pos perbatasan di seluruh Indonesia. Selain itu semua orang bisa mengakses sistem ini. Karena hal kritis tersebut maka sistem proses CEKAL ini harus terjamin keamanannya dan bisa dipercaya. Adanya kesulitan dalam menggunakan sistem ini, bahkan beberapa kasus selama survei menemukan cerita dari para pegawai bahwa seringkali mereka melakukan hapus data secara tidak sengaja. Hal lainnya adalah pencarian data masih menggunakan metode full name dimana kalau nama tidak sama persis, maka data tidak akan ditemukan. Maka sistem ini harus mudah digunakan bagi para pegawainya Potensi Rekayasa Ulang Pada Sistem Paspor Sistem paspor sekarang ini merupakan proses keimigrasian dengan permintaan terbesar dibanding proses lainnya, hal lainnya adalah proses penerbitan paspor ini dinilai sangat tidak efesien karena tidak dapat melayani semua permintaan dan juga waktu untuk menyelesaikan proses ini dinilai sangat lambat. Proses ini

13 42 dinilai sangat kompleks dan menghabiskan banyak tenaga kerja serta tidak bisa bekerja secara paralel, dimana satu pekerja bertanggung jawab atas kerjanya sendiri Potensi Rekayasa Ulang Pada Rancangan Simkim Rancangan ulang pada rancangan SIMKIM sangat diperlukan karena beberapa kasus yang ditemukan seperti: Sangat kurangnya pelatihan pegawai di setiap kantor imigrasi, ini berlaku juga pada kepala kantornya juga. Maka diperlukan suatu pelatihan menyeluruh. Setiap kantor memiliki kebijaksanaan lokal sehingga terjadi banyak keanekaragaman fungsi yang berbeda setiap kantor imigrasi. Proses ini bisa dieliminasi bila ada kebijaksanaan terpusat, diperlukan SOP dari pusat untuk penganturan fungsi aktivitas. Perlunya rancang ulang IT sebagai sarana pendukung sistem SIMKIM yang akan diimplementasi. 4.4 Evaluasi Proses Sekarang Pada bagian ini akan menjelaskan keadaan proses yang ada secara diagram sehingga terlihat aktivitas yang dilakukan satu persatu dengan jelas. Pada bagian ini akan dijabarkan dua proses kritis yang ada secara detail, yaitu: 1. Proses sistem CEKAL 2. Proses sistem Paspor

14 43 Dalam melakukan evaluasi, sebagai bantuan simulasi proses digunakan software Igrafx Process 2000 dan juga untuk membantu menterjemahkan proses yang ada, sehingga dapat dilihat keadaan yang hampir mendekati keadaan yang ada di tempat keimigrasian dalam melakukan proses aktivitasnya Proses Sistem CEKAL Proses yang akan digambarkan untuk sistem CEKAL ini terbagi atas kondisi lapangan yang berbeda sebagai berikut: 1. Penggunaan sistem di pos perbatasan (laut, udara, dan darat) 2. Penggunaan sistem di sistem keimigrasian (paspor, izin tinggal, smart card, visa dan lainnya), diagram ini dapat dilihat pada proses sistem paspor, karena proses ini bersatu dengan sistem lainnya. 3. Maintenance sistem CEKAL (update, tambah dan hapus data Cekal) Gambar 4.9 Proses Sistem Cekal di perbatasan

15 44 Penjelasan terhadap Sistem Cekal diperbatasan adalah sebagai berikut: - Waktu yang diperlukan untuk seorang penumpang untuk mendapatkan izin masuk dihitung dari proses keimigrasian sekarang adalah sekitar 5-12 menit (bila tidak tertangkap oleh CEKAL), sedangkan untuk proses CEKAL sendiri penumpang menghabiskan kira-kira 2 sampai 3 menit dan sekitar 3 jam waktu untuk wawancara bila terdeteksi data CEKAL. - Secara sumber daya manusia pada petugas, mereka membagi 2 tugas pokok yaitu: 4 orang petugas pemeriksa dokumen dan 4 orang pemeriksa data CEKAL dan seorang kepala pos ditempatkan pada perbatasan tersebut. - Bila ada kasus dengan indikasi terlibat dengan data CEKAL maka proses akan berlanjut lebih rumit, karena dibutuhkan wawancara khusus dan pada akhirnya tidak mendapat izin masuk dan dideportasi. - Kasus ini diambil pada studi kasus di Medan pada bulan Febuari Sedangkan untuk proses integrasinya dengan sistem keimigrasian, sistem yang dibuat adalah sistem stand-alone dengan program yang berbeda-beda, contoh di daerah Bali, program CEKAL menggunakan database Dbase, di Jakarta menggunakan Cliper dan sistem operasi yang digunakan pun beraneka ragam (Unix, Windows). Proses ketiga yang melibatkan proses CEKAL adalah proses perubahan data sebagai berikut:

16 45 Gambar 4.10 Proses Perubahan Data CEKAL Penjelasan mengenai proses perubahan data CEKAL adalah sebagai berikut ini: - Pertama untuk merubah data CEKAL diperlukan sekitar 2 minggu pertemuan untuk pembahasan sampai persetujuan pengeluaran SK perubahan data CEKAL. - Kemudian proses berlanjut sampai pengiriman berita penambahan melalui fax ke semua daerah kantor imigrasi. Ini membutuhkan waktu sampai 2-4 minggu sampai semua kantor mendapatkan berita perubahan dan mengupdate secara manual ke dalam database CEKAL. - Pada akhirnya mereka membuat buku CEKAL untuk dikirimkan ke setiap kantor Imigrasi dan proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dan diupdate setiap 6 bulan sekali. Pengiriman dilakukan setahun 2 kali.

17 Proses Sistem Paspor Sistem paspor pada setiap kantor imigrasi agak berbeda satu dengan lainnya, ini disebabkan oleh kebijaksanaan lokal setiap kantor. Tetapi secara garis besar proses sistem paspor bisa digambarkan seperti berikut: Gambar 4.11 Sistem Paspor

18 47 Penjelasan mengenai sistem paspor sebagai berikut: - Proses yang dihabiskan untuk satu kali transaksi penerbitan paspor adalah sekitar 3 sampai 5 hari waktu kerja, ini merupakan waktu dengan intensitas sekitar 30 sampai 100 transaksi yang terjadi dalam satu hari kerja. - Bila proses untuk satu kali transaksi dipetakan kedalam proses secara sekuensial, maka didapatkan waktu yang dibutuhkan sekitar 7 sampai 8 jam saja (satu hari kerja). - Intensitas pemohon paspor sehari adalah sekitar 10 sampai 50 permohonan. Sedangkan transaksi per bulannya sekitar 700 sampai 800 transaksi yang berhasil sampai pemberian paspor. - Pada kasus ini, kantor imigrasi Tanjung Perak, Surabaya. menjadi bahan data untuk sistem simulasi, 4.5 Evaluasi Sistem Baru Setelah berbagai survei di beberapa tempat kantor imigrasi dan mengetahui bahwa adanya ketidak efisienan dan menemukan proses kritis, dan juga survei ke beberapa negara maju dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana proses di luar. Negara yang menjadi standar acuan adalah negara Australia dan New Zealand (Selandia Baru). Di bab ini akan dijelaskan seberapa besar perbedaan dan keunggulannya dengan metoda lama sehingga bisa mendapatkan hasil yang jelas dari keunggulan rekayasa ulang proses yang diusulkan, dan pada bab ini juga diulas sedikit mengenai

19 48 cara sosialisasi yang mungkin dilakukan. Evaluasi sistem baru ini akan meliputi desain teknik yaitu proses sistem rekayasa dengan menggunakan IT dan juga desain sosial terhadap pengaruh atas sistem baru bila nanti diimplementasikan. Tapi dalam desain sosial semuanya akan lebih diputuskan oleh Departemen Imigrasi sendiri, dalam hal ini penulisan akan lebih fokus dalam desain teknis saja. Dalam desain teknis terdapat 3 fokus dari proses kritis yang ada yaitu: 1. Sistem CEKAL 2. Sistem Paspor 3. Rancangan SIMKIM Rekayasa Ulang Proses Sistem CEKAL Pada rekayasa ulang proses sistem CEKAL ini, akan menjelaskan juga perbedaan dari sistem lama ke sistem yang baru dengan simulasi menggunakan bantuan software Igrafx FlowCharter Process Berikut ini adalah sistem CEKAL yang telah direkayasa ulang dan mengambil dari konsep Advance Passenger Information (API) dan Advance Passenger Processing (APP) yang telah dipakai negara Australia. Dimana konsep itu akan menyederhanakan proses sistem tolak masuk seseorang ke suatu negara tanpa harus deportasi, karena akan mengeluarkan uang, waktu dan keamanan bila harus memulangkan seseorang ke negaranya (deportasi). Dengan konsep APP, proses baru rekayasa ulang akan menjadi sebagai berikut:

20 49 Gambar 4.12 Rekayasa Ulang Sistem CEKAL pada pos perbatasan Penjelasan dasar pada sistem yang direkayasa ulang ini adalah: - Petugas Imigrasi di Indonesia hanya akan mengawasi data CEKAL melalui komputer tanpa harus berhadapan dengan para penumpang secara langsung, sedangkan proses yang terjadi akan dicontohkan dalam penerbangan sebagai berikut ini: - Para penumpang akan mengambil boarding-pass dimana nama mereka akan dicocokan dengan paspor dan akan disimpan ke dalam suatu database penerbangan, setelah data disimpan maka data itu akan dikirimkan ke negara yang dituju, dalam hal ini negara Indonesia. Selanjutnya, data-data yang telah diterima dari penerbangan langsung diterima oleh sistem CEKAL secara otomatis akan mengambil keputusan apabila orang tersebut tercatat dalam daftar CEKAL, maka selanjutnya sistem akan mengirim data mengenai status kelayakan penerbangan orang tersebut, dimana jika orang itu terlibat dalam

21 50 masalah maka izin masuk ke dalam wilayah Indonesia ditolak secara langsung dan mengakibatkan orang tersebut tidak dapat terbang memasuki wilayah Indonesia. - Keuntungan dari sistem baru ini adalah tidak perlunya deportasi lagi bila mengetahui penumpang tercatat dalam CEKAL karena sudah dapat diberhentikan dari sebelum orang tersebut datang ke Indonesia. Hasil yang didapat dari perbedaan sistem yang lama dengan sistem yang telah direkayasa ulang adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil perbandingan sistem lama dan baru pada sistem CEKAL Kriteria Sistem Lama Sistem Baru SDM yang telibat 3 sampai 7 orang disetiap Tidak ada pos perbatasan. Teknologi Terbatas, susah digunakan, manual dan stand-alone Sentralisasi, otomatis dan mudah untuk diatur Waktu yang dibutuhkan Untuk satu kali perjalanan, sekitar 20 sampai 40 menit Waktu yang diperlukan komputer sedikit (<1 mnt) Biaya Mahal untuk deportasi Tidak ada biaya deportasi Keamanan Bisa menjadi kritis Terjaga Berikutnya adalah simulasi sistem lama dengan sistem yang baru berdasarkan jumlah proses, SDM dan waktu. Tabel Simulasi Sistem Lama Tabel 4.2 Tabel Simulasi Sistem Lama Proses CEKAL Proses SDM Waktu Mengisi kartu E/D dan menyerahkan dokumen pelengkap Memeriksa kelengkapan dokumen 3-6 (ganti) 1-2 Memberikan dokumen untuk dicek 0-1 (ganti) ¼ Mengecek data penumpang dengan CEKAL 3-6 (ganti) 1-2 Memberikan pesan waspada 0 ¼ Menolak izin masuk dan wawancara Total Catatan: waktu ini belum termasuk waktu untuk deportasi. 1 (tetap) orang

22 51 Tabel Simulasi Sistem Baru Tabel 4.3 Tabel Simulasi Sistem Baru Proses CEKAL Proses SDM Waktu Mengecek data penumpang dengan CEKAL 0 ½ - 1 ½ Total 0 orang ½ - 1 ½ Catatan: waktu yang dihitung hanya waktu yang berjalan di pos perbatasan saja. Tidak menghitung proses yang terjadi di luar wilayah Indonesia. Terlihat bahwa dengan diterapkannya sistem baru akan meningkatkan hasil hingga lebih dari 126 kali (sistem lama 190 hari dan sistem baru 1 ½ hari). Selanjutnya adalah proses perubahan data CEKAL dengan menggunakan IT sebagai enabling teknologi untuk menyederhanakan proses dan memaksimalkan SDM yang ada sebagai berikut: Gambar 4.13 Sistem Perubahan Data CEKAL Rekayasa Ulang Penjelasan tentang sistem baru ini adalah: - Pertama pusat mendapatkan even untuk merubah data pada CEKAL, lalu di pusat mengadakan pengajuan pertimbangan perubahan data. Tetapi data tersangka sudah masuk kedalam database CEKAL dengan status sementara.

23 52 - Kemudian, setelah diadakan diskusi mengenai perubahan dan telah diambil kata sepakat maka kuluarlah Surat Keputusan (SK) Perubahan dan pada akhirnya menetapkan data tersangka menjadi permanen. - Karena data sudah tersentralisasi maka tidak diperlukan pemberitahuan ke setiap pos perbatasan. Hasil dari perbandingan dua sistem lama dan baru adalah: Tabel 4.4 Hasil perbandingan sistem lama dan baru pada perubahan data Kriteria Sistem Lama Sistem Baru SDM yang diperlukan Lebih dari 10 orang 1 orang Penerapan sistem Semua tempat pos imigrasi Di pusat Waktu akses 2 minggu sampai 2 bulan Real-time Sedangkan hasil simulasi dari sistem lama dan sistem yang baru adalah: Tabel Simulasi Sistem Lama Tabel 4.5 Simulasi Sistem Lama Perubahan Data Proses SDM Waktu Perubahan Data CEKAL 1 1 Pengajuan Pertimbangan Perubahan 1 7 Persetujuan Perubahan setelah Pertimbangan Khusus 1 14 Perintah SK Perubahan Dikeluarkan 1 0 Fax ke Semua Daerah Kantor Imigrasi >2 (ganti) 14 Buat buku update CEKAL dan kirim ke semua daerah >10 (ganti) 60 Total >10 orang 96 hari Tabel Simulasi Sistem Baru Tabel 4.6 Simulasi Sistem Baru Perubahan Data Proses SDM Waktu Perubahan Data CEKAL 1 1 Perubahan data sementara 1 (ganti) 0 Perubahan data menjadi permanen 1 (ganti) 24 Total 2-3 orang 1-24 hari Catatan: Proses yang berbeda adalah komputerisasi dan adanya data sementara

24 53 Bila dibandingkan antara kedua proses tersebut maka dengan adanya proses baru yang menggantikan proses lama akan meningkatkan sekitar 96 kali lebih cepat untuk perubahan data CEKAL (dari sistem lama 96 hari dan sistem baru 1 hari). Dan juga menghemat lebih dari 80% dalam SDM (sistem lama membutuhkan minimal 10 orang dan sistem baru membutuhkan minimal 2 orang) Rekayasa Ulang Sistem Paspor Dalam hal ini rekayasa ulang sistem paspor berfokus pada sistem komputerisasi dengan mengurangi proses manual sehingga didapat peningkatan yang drastis dari segi waktu pelayanan, SDM dan proses yang semakin sederhana. Berikut ini adalah penjelasan sistem yang sudah melalui proses rekayasa ulang. - Proses yang baru ini merubah komposisi proses manual menjadi lebih sederhana dengan menggantikan proses komputerisasi - Dengan merubah proses manual maka redudansi/ perulangan entri akan berkurang. - Dengan merubah proses manual menjadi proses yang terkomputerisasi maka SDM pun akan sangat banyak berkurang - Waktu untuk menyelesaikan satu transaksi penerbitan paspor menjadi lebih cepat-data hasil simulasi dapat dilihat pada halaman selanjutnya - Proses yang direkayasa pun menjadi semakin mudah dan lebih ringkas tanpa proses yang berbelat-belit. Berikut ini adalah gambaran dari Proses Rekayasa Ulang Sistem Paspor

25 Gambar 4.14 Proses Rekayasa Ulang Sistem Paspor 54

26 55 Hasil perbandingan dua sistem baru dan sistem yang lama adalah: Tabel 4.7 Hasil Perbandingan Sistem Paspor Kriteria Sistem Lama Sistem Baru SDM yang diperlukan 50 orang 8 orang Waktu yang diperlukan 3 hari 1 jam 10 menit Teknologi yang digunakan Manual dan stand-alone Terintegrasi dan central Sedangkan bila kita simulasikan secara sekuensial proses pada sistem yang lama akan didapat hasil berdasarkan proses, waktu dan SDM sebagai berikut ini Proses Mengambil dan mengisi formulir Tabel 4.8 Simulasi Sistem Lama Paspor SDM (tetap) 5-15 Memeriksa kelengkapan dan keaslian dokumen Pengambilan keputusan keaslian dokumen 1 (ganti) 5 Masukkan data ke buku laporan dan beri tanda terima 2 (tetap) 5 Kumpulkan dokumen menjadi arsip 2 (tetap) 3 Waktu Pengiriman jenis permohonan 1 (ganti) 1 Pengiriman data ke Dept. InfoKim 2 (ganti) 15 Mereview arsip Pencarian arsip lama 2 (tetap) 2 (tetap) 5 30 Mengesahkan arsip 3 (tetap) 25 Mengirimkan data ke wasdakim dan Menulis ke buku Mengecek nama pemohon dengan CEKAL 4 (tetap) 1 (tetap) Mengesahkan bebas CEKAL 2 (tetap) 5 Pengesahan bebas CEKAL dengan paraf KaWasdaKim 2 (tetap) 30 Mengirimkan dokumen ke Dept. Lantaskim 1 (ganti) 15 Menyerahkan surat tanda perintah bayar 1 (tetap) 3 Interview pemohon 2 (tetap) 20 Pengambilan sidik jari untuk pertama kali 3 (tetap) 5 Mengisi data pada sistem 3 (ganti) 10 Pengambilan foto 3 (ganti) 5 Pencetakan paspor Pengecekan paspor dan pemberian paraf 2 (tetap) 4 (tetap) 5 20 Review akhir dokumen permohonan 2 (ganti) 10 Pemberian final paraf dan pengiriman paspor baru 3 (tetap) 30 Pemberian Paspor Total 1 (tetap) > 50 orang 10 ± 8 jam

27 56 Total satu transaksi membutuhkan 50 orang yang terlibat dan menghabiskan waktu 8 jam (pada waktu sebenarnya adalah 3-5 hari dikarenakan intensitas yang banyak) Berikut ini merupakan hasil simulasi dari sistem yang telah direkayasa ulang: Tabel 4.8 Hasil Simulasi Sistem Baru Proses SDM Waktu Mengambil dan mengisi formulir 0 20 Memeriksa kelengkapan dan keaslian dokumen 2 (ganti) 2-5 Pengambilan keputusan keaslian dokumen 1 (ganti) 1 Mengisi data ke sistem dan mencetak tandaterima 1 (ganti) 5 Pemrosesan pemilihan tipe paspor (baru/ hilang) 0 1 Pengecekan dengan arsip lama dalam sistem 0 <1 Cek CEKAL 0 <1 Mencetak tanda perintah bayar 0 <1 Pengambilan foto 1 (ganti) 3 Pengambilan sidik jari 1 (ganti) 2 Pencetakan paspor 1 (ganti) 5 Pemberian cap dinas manual 1 (ganti) 1 Review dan sahkan paspor dengan tanda-tangan Kepala 2 (tetap) 10 Pemberian Paspor 1 (tetap) 10 Total 6-7 orang ± 1 jam Dari hasil simulasi dua proses tersebut didapat peningkatan sebesar 8 kali pada waktu pelayanan (sistem lama membutuhkan 8 jam sedangkan sistem baru hanya membutuhkan waktu 1 jam) dan juga dari segi SDM terjadi penurunan hampir 85% (Sistem lama menggunakan lebih dari 50 orang yang terlibat sedangkan sistem baru hanya membutuhkan 6 orang saja). Dengan menggunakan bantuan simulasi program (juga disertakan pada CD), kita akan mencoba melihat hasil transaksi yang bisa diselesaikan dalam waktu 1 bulan dengan kedua sistem. Hasil yang didapat pada simulasi adalah: Sistem lama dapat menyelesaikan sekitar 750 transaksi Sistem baru dapat menyelesaikan hampir 1400 transaksi

28 57 Kriteria dari simulasi kedua proses adalah sama, yaitu: 1. Waktu proses 30 hari/ 1 bulan 2. Jam kerja aktif adalah 8 jam dalam 1 hari 3. Hari kerja aktif adalah 5 hari dalam 1 minggu 4. Hari kerja aktif menjadi 22 hari dalam 1 bulan 5. Transaksi perhari yang diinput adalah maksimal/ tanpa ada istirahat. Ternyata dengan sistem baru transaksi yang didapat hampir mencapai 2 kali lipat dari sistem yang lama, dengan catatan SDM sistem baru hanya 6 orang petugas imigrasi dan 1 orang pejabat kepala kantor imigrasi Rekayasa Ulang Simkim Pada bab ini rancangan ulang proses SIMKIM sangat perlu, dikarenakan sistem ini merupakan panduan bagi semua pekerja dan pejabat Departemen Imigrasi. Hal pertama yang menjadi acuan perubahan adalah struktur organisasi. Dari struktur organisasi yang ada, setiap kantor imigrasi harus memiliki departemen yang ada di pusat, walaupun tidak dipergunakan. Ini jelas merupakan kesalahan total dan juga banyaknya SDM yang tersia-siakan. Dan juga karena adanya penerapan teknologi IT dalam memudahkan proses CEKAL, maka Departemen Wasdakim di kantor Imigrasi daerah/ cabang tidak diperlukan. Lebih jauh lagi, tidak semua departemen akan digunakan di setiap kantor cabang, karena edukasi petugas menyebabkan mereka menjadi ahli dalam menangani setiap masalah. Maka dari itu rancangan ulang struktur organisasi yang baik adalah sebagai berikut (disesuaikan dengan sistem yang baru):

29 58 Gambar 4.15 Usulan Struktur Organisasi di tingkat daerah : Dari data yang didapat kantor Imigrasi memperkerjakan sekitar 1500 orang di kantor Imigrasi yang tersebar seluruh Indonesia. Andaikan dengan sistem baru tercapai 85% (dari hasil simulasi sistem paspor) penurunan dalam hal SDM, maka jumlah efisiensi untuk sistem SIMKIM yang baru hanya membutuhkan sekitar 225 orang saja. Masalah lainnya pada rancangan ulang SIMKIM ini adalah perlunya diskusi mengenai SOP dari pusat, hal ini diperlukan untuk memperjelas keputusan dan cara kerja proses keimigrasian. Dan juga berfungsi untuk mengurangi kebijaksanaan lokal di setiap kantor imigrasi daerah yang berbeda dan kadang tidak sesuai dengan proses utama. Jadi fungsi dari SOP disini adalah untuk menutup celahcelah dan menjadi acuan bagi pengambilan keputusan. Selanjutnya adalah masalah jaringan, untuk menggabungkan semua jaringan di daerah maka salah satu yang perlu ditindak-lanjuti adalah interkoneksi database yang terpusat. Dalam hal ini ada penambahan titik lokasi menjadi sekitar

30 lokasi, dalam hal ini DirJen Imigrasi berkuasa penuh untuk menjalankan sistem rekayasa ulang yang telah diusulkan, sehingga mereka dapat membangun sistem jaringan yang baik. (Desain rancangan jaringan dapat dilihat pada lampiran B). Hal terakhir adalah kesiapan Direktorat Jendral Imigrasi dalam mensosialisasi sistem rancangan baru kepada setiap anggotanya. Juga masalah edukasi kepada pegawai Imigrasi (Lihat lampiran C untuk jumlah edukasi pegawai). 4.6 Implementasi Sistem Rekayasa Ulang Untuk pelaksanaan rekayasa ulang sistem baru keputusan ditentukan sepenuhnya oleh DirJen Imigrasi apakah perlu perubahan atau tidak. Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah membentuk tim rekayasa ulang dan mengadakan diskusi para top manajemennya. Tambahan lainnya adalah keperluan IT, pihak Imigrasi perlu menyadari bahwa SDM untuk keahlian IT di departemen Imigrasi sangat rendah, solusi untuk masalah ini adalah pihak Imigrasi dapat menggunakan jasa vendor/ provider (outsource ke tempat lain). Untuk biaya implementasi kita tidak masukkan karena pihak Imigrasi mendapatkan bantuan dari negara donor dimana disumbangkan melalui lembaga IOM sebagai pengatur keuangan dan konsultasi untuk pihak Imigrasi. 4.7 Penjelasan Lampiran Pada halaman lampiran terdapat gambar dan tabel ringkasan untuk sistem lama dan baru, solusi IT untuk SIMKIM dan rencana training SDM.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara berpopulasi tertinggi ke empat di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17,600

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 27 BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1. Analisis Sistem yang Berjalan 4.1.1. Analisis Dokumen Berikut ini adalah dokumen dokumen yang terdapat pada pembuatan Exit Re-entry Permit : 1. Nama dokumen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-316.PR Tahun 1995 TENTANG SUMBER DATA, PENGOLAHAN DATA DAN PENYAMPAIAN LAPORAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-316.PR Tahun 1995 TENTANG SUMBER DATA, PENGOLAHAN DATA DAN PENYAMPAIAN LAPORAN PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-316.PR.01.04 Tahun 1995 TENTANG SUMBER DATA, PENGOLAHAN DATA DAN PENYAMPAIAN LAPORAN I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan 1. Bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 15 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Prosedur Pembuatan Paspor Dalam proses pembuatan paspor diperlukan standarisasi atau ketetapan yang telah ditentukan perusahaan. Seperti yang telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi Proses Bisnis Yang Sedang Berjalan Sebelum menentukan proses bisnis yang baru, proses yang sedang berjalan harus dianalisa terlebih dahulu berikut masalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATACARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN, PENOLAKAN DAN GUGURNYA IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN a. Maksud dan Tujuan.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK ` KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROSEDUR BAKU PELAKSANAAN KEGIATAN/ STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN SURAT PEMBERITAHUAN PENELITIAN () ORANG ASING

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba No.641, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengawasan Keimigrasian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KEIMIGRASIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROSEDUR BAKU PELAKSANAAN KEGIATAN/ STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN SURAT PEMBERITAHUAN PENELITIAN () ORANG ASING DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Masalah Informasi atau berita dewasa ini merupakan hal yang sangatlah penting, dimanapun dan kapanpun setiap orang pasti akan memerlukan suatu informasi baik itu informasi

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN 1 (satu) tahun ~ pidana penjara paling lama Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya yang

Lebih terperinci

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi Deportasi suatu istilah pinjaman berasal dari bahasa Inggris deportation

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian

Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian KANIM 115 (120) Visa dan Izin Tinggal Perlintasan AIM TPI 50 (128) RUDENIM 13 KANWIL 33 Paspor DITJEN IMIGRASI (Pusdakim) Nyidakim & Deteni Cekal IdM & SSO Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses yang berjalan sekarang Sesuai dengan kegiatan utama institusi, XYZ Foundation menyalurkan dana hibah kepada pihak-pihak yang diatur oleh AD/ART dari fondation tersebut.

Lebih terperinci

53 Gambar 4. 1 Proses Bisnis sistem yang sedang berjalan Keterangan: 1. Peminjam wajib menyerahkan kwitansi atau bukti transaksi. 2. Staff admin memer

53 Gambar 4. 1 Proses Bisnis sistem yang sedang berjalan Keterangan: 1. Peminjam wajib menyerahkan kwitansi atau bukti transaksi. 2. Staff admin memer BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi dalam dunia bisnis maka hal ini dapat mempengaruhi kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi dalam dunia bisnis maka hal ini dapat mempengaruhi kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dalam dunia bisnis dapat berperan sebagai pendukung untuk menjalankan proses bisnis yang dapat memberikan dukungan lebih bagi pelaku bisnis untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA No.1833, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Edisi Januari 2009 1 PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Pendaftaran Uji Kompetensi Manajemen Risiko dapat dilakukan secara kolektif dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV AALISA DA PEMBAHASA 4.1 Proses yang sedang berjalan 4.1.1 Gambaran umum proses yang sedang berjalan Untuk merancang sistem baru yang lebih baik, perlu dilakukan anlisa proses-proses yang sudah berjalan.

Lebih terperinci

INOVASI LAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI. Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

INOVASI LAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI. Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI INOVASI LAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI To Do List Ditjen Imigrasi Inovasi Layanan Pelayanan permohonan Visa Online Pendaftaran Permohonan

Lebih terperinci

IZIN TINGGAL KUNJUNGAN

IZIN TINGGAL KUNJUNGAN IZIN TINGGAL KUNJUNGAN UMUM 1. Izin Tinggal kunjungan diberikan kepada: a. Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan; atau b. anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV. Pemecahan masalah. Analisa tehadap pemahaman kegiatan dalam proses pendaftaran NPWP. Secara skema dapat digambarkan sebagai berikut:

IV. Pemecahan masalah. Analisa tehadap pemahaman kegiatan dalam proses pendaftaran NPWP. Secara skema dapat digambarkan sebagai berikut: IV. Pemecahan masalah Analisa tehadap pemahaman kegiatan dalam proses pendaftaran NPWP. Secara skema dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi saat ini Proses dalam NPWP Simulasi rekayasa ulang (Igraft

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 2002 (5/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan makin luas dalam bisnis. Sistem informasi manajemen dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan makin luas dalam bisnis. Sistem informasi manajemen dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dan makin luas dalam bisnis. Sistem informasi manajemen dapat membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya teknologi tersebut maka semakin pesat pula kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DANGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA Nomor SOP 065 /.c / DKPS / II / 014 Tanggal Pembuatan 0 Februari 014 Tanggal Revisi 07 Oktober 014 Tanggal Pengesahan Disahkan Oleh dan Kota Palangka

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1697, 2014 KEMENKUMHAM. Izin Tinggal. Pemberian. Perpanjangan. Penolakan. Pembatalan. Prosedur Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN

BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN 4.1 Analisis Proses Bisnis Lama PTGI adalah sebuah divisi yang mempunyai otoritas penuh dalam mengelola usahanya di PGN yang mempunyai bisnis inti membuat jaringan pipa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau ke luar wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1054, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. KPP APEC. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KARTU PERJALANAN PEBISNIS

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI BAGIAN INFORMASI BIRO INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NU SURABAYA 2015 1 UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Latar Belakang PT Mitra Gagas Inovasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntansi keuangan dan pajak. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK 1 SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENDAFTARAN, PERIZINAN, DAN KELEMBAGAAN PENYELENGGARA LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan

Lebih terperinci

KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PONTIANAK NOMOR 22 TAHUN 2015

KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PONTIANAK NOMOR 22 TAHUN 2015 KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PONTIANAK NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PONTIANAK KEPALA DINAS

Lebih terperinci

-2-2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

-2-2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik No.1789, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. ITAS Elektronik. Pendaftaran Permohonan. Penyampaian Persetujuan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir di semua bidang kegiatan usaha telah memanfatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir di semua bidang kegiatan usaha telah memanfatkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini hampir di semua bidang kegiatan usaha telah memanfatkan perangkat komputer sebagai alat bantu dalam kegiatan usaha. Ini tidak lepas dari perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Organisasi 3.1.1 Profil Organisasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan pada tahun 1989 berdasarkan Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1989. Pada pasal

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 Mei 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengelolaan sumber daya manusia yang disalurkan kepada perusahaan pengguna jasa atau yang dikenal dengan sebutan outsourcing

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROSEDUR BAKU PELAKSANAAN KEGIATAN/ STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN REKOMENDASI PENELITIAN () KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan tentang analisis dan perancangan dari sistem atau aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas Perkara Di Polres

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TANGGAL 28 MEI 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN

Lebih terperinci

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MAKASSAR

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MAKASSAR 1 PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil

Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil Nama : Putri Syaharatul Aini Nim : 120462201017 Uas : Sistem Informasi Akuntansi Soal : ganjil 1. Pada dasarnya definisi audit manual dan audit EDP tidak ada perbedaan secara khusus dimana batasan batasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi pada masa kini, telah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka proses-proses yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian : Kartu Izin Tinggal Terbatas

GLOSARIUM. : Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian : Kartu Izin Tinggal Terbatas GLOSARIUM FIFO Kanim Polonia Kanwil Kemenkumham Kasi. Insarkom Kasi. Lantuskim Kasi. Statuskim Kasi. Wasdakim KITAP KITAS Pusdakim Rudenim SIMKIM SOP SPRI TPI UPT : First In First Out : Kantor Imigrasi

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proses Penjualan Barang yang Sedang Berjalan Dalam menentukan proses penjualan barang yang baru, terlebih dahulu harus dilakukan analisis mengenai proses yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap Sistem Informasi Akuntansi Penggajian pada PT. Dwi Naga Sakti Abadi, maka penulis akan mencoba membahas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Siklus penggajian merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam fungsi Sumber Daya Manusia. Pengelolaan penggajian yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa Sistem Berjalan Gudang Berikat merupakan kawasan terjadinya proses impor dan ekspor barang dan juga penimbunan barang yang merupakan hasil olahan barang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 53/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 53/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 53/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENGECUALIAN PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri ekspor dan impor saat ini telah mengalami kemajuan secara signifikan. Perkembangan serta pertumbuhan tersebut harus diikuti dengan fungsi pengawasan

Lebih terperinci

PENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR?

PENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR? OMBUDSMAN BRIEF PENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR? Maraknya pemberitaan tentang kehadiran TKA dan/atau

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Bangun Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja Divisi Kapal Niaga

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Bangun Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja Divisi Kapal Niaga BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Aplikasi Monitoring

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 69 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan UD. Sri Rejeki adalah usaha dagang yang bergerak dalam bidang ceramics houseware. Berawal dari keinginan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 6 2001 SERI : C NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DAN IURAN DANA PENGEMBANGAN KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan dari suatu sistem informasi. Hasil akhir dari analisis sistem

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan dari suatu sistem informasi. Hasil akhir dari analisis sistem BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis yang Berjalan Analisis sistem merupakan proses memilah-milah suatu permasalahan menjadi elemen-elemen yang lebih kecil untuk dipelajari guna mempermudah

Lebih terperinci

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent No.885, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Orang Asing. Pengurusan Dokumen. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan luas perairan laut mencapai 5,8 juta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2005 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai software telah menjanjikan berbagai transaksi bisnis dan penyediaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai software telah menjanjikan berbagai transaksi bisnis dan penyediaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan komputer pada aktivitas bisnis yang di tunjang dengan tersedianya berbagai software telah menjanjikan berbagai transaksi bisnis dan penyediaan informasi

Lebih terperinci

FORMULIR PENGESAHAN DAN SYARAT-SYARAT PENGGUNAAN UNTUK PENDUDUK DALAM PELAYANAN DARI VFS Global Services Indonesia

FORMULIR PENGESAHAN DAN SYARAT-SYARAT PENGGUNAAN UNTUK PENDUDUK DALAM PELAYANAN DARI VFS Global Services Indonesia FORMULIR PENGESAHAN DAN SYARAT-SYARAT PENGGUNAAN UNTUK PENDUDUK DALAM PELAYANAN DARI VFS Global Services Indonesia 1. Layanan CVAC VFS Global Services menyediakan Pusat Permohonan Aplikasi Visa Kanada

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 52 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA ASING DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Organisasi Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan PerkembanganPerusahaan Pengiriman tenaga kerja di luar negeri sangat dirasakan manfaatnya, selain untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISA.

BAB III ANALISA. 33 BAB III ANALISA 3.1 Analisa Sistem Analisa merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mempelajari serta mengevaluasi bentuk permasalahan yang ada pada sistem. Agar sistem yang dirancang dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Mitra Eka Persada, merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang penjualan kertas. Awal mulanya PT. Mitra Eka Persada hanyalah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah banyak mengetahui tentang administrasi perkantoran atau

1 BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah banyak mengetahui tentang administrasi perkantoran atau 1 BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat telah banyak mengetahui tentang administrasi perkantoran atau administrasi kesekretariatan. Administrasi Kesekretariatan sudah banyak diterapkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan sprey ke

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan sprey ke BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Bab ini membahas mengenai sejarah dari perusahaan. PT. Timur Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang supplier handuk dan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 1. Dengan terhubungnya komputer terhadap server, maka apabila perubahan. lainnya yang terhubung dengan server akan ikut berubah.

BAB 4 PERANCANGAN. 1. Dengan terhubungnya komputer terhadap server, maka apabila perubahan. lainnya yang terhubung dengan server akan ikut berubah. BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan sistem Perancangan sistem dibuat berbasiskan web, karena perancangan sistem ini memberikan keuntungan, antara lain: 1. Dengan terhubungnya komputer terhadap server, maka

Lebih terperinci

UAS 1. Rancangan ERP Sistem Penjualan yang terhubung dengan seluruh cabang dan kantor pusat disajikan dalam bentuk struktur :

UAS 1. Rancangan ERP Sistem Penjualan yang terhubung dengan seluruh cabang dan kantor pusat disajikan dalam bentuk struktur : UAS 1. Rancangan ERP Sistem Penjualan yang terhubung dengan seluruh cabang dan kantor pusat disajikan dalam bentuk struktur : Keterangan : - Pemilik perusahaan dagang a. Menyediakan modal,sarana dan prasarana

Lebih terperinci