BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan dilaksanakan, desain penelitian, pemilihan metode penelitian, termasuk penjelasan teoritis terkait dengan bagaimana melakukan analisa, dimana hasil analisa tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengumpulan data,pengolahan dan analisa data, mulai dari profil organisasi dan responden, pelaksanaan pengumpulan data, analisa data sampai dengan validasi data. 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan Data Tahap Pertama Pengumpulan data pada tahap pertama dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan/atau wawancara kepada 5 orang pakar untuk memverifikasi, klarifikasi dan validasi variabel dengan menggunakan metode Delphi, apakah variabel tersebut sudah lengkap dan tersusun sebagaimana mestinya. Proses pengumpulan data pada tahap ini juga akan digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan kuesioner tahap kedua. Responden yang menjadi pakar merupakan orang yang ahli di bidang pelaksanaan proyek EPC di PT.X, dengan kriteria sebagai berikut: Memiliki pengalaman lebih dari sama dengan 15 tahun dalam menangani proyek EPC. 88

2 89 Memiliki pengalaman minimal 3 proyek dalam melaksanakan proyek EPC Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal pendidikan tingkat S1. Dari kriteria-kriteria tersebut diperoleh 5 orang responden yang memenuhi persyaratan, dengan gambaran responden seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Daftar Pakar Tahap Satu Pakar Pengalaman Kerja (Tahun) Posisi/Jabatan Pendidikan 1 19 Project Manager S Project Manager S General Project Manager S Senior Project Control S Project Manager S2 Data yang diperoleh berupa hasil brainstorming pakar dan pemberian skala terhadap variabel faktor pengaruh pembuatan progess measurement pada saat awal sebelum eksekusi di proyek EPC, berikut komentar atau masukan tambahan terhadap variabel yang diajukan. Pada pengumpulan data ini juga ditanyakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja biaya proyek yang belum tercantum pada kuesioner. Hasil tabel awal ini kemudian direduksi dengan mengurangi pendapat yang sama dari pakar dan tabel awal ini dikelompokkan berdasarkan pendekatan variabel pengaruh progress measurement. Hasil tabel yang didapat kemudian diklarifikasi kembali kepada para pakar untuk mengetahui pendapat mereka terhadap hasil pengumpulan dari pakar lainnya, setelah ditemukan kesepakatan dari pakar-pakar yang terlibat maka hasil akhir variabel pengaruh progress measuremnent disepakati. Lembar kuesioner tahap satu ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari hasil kuesioner tahap pertama tersebut oleh para pakar, didapatkan konsesus-konsesus untuk setiap masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel 4.3

3 90 kemudian dilakukan tabulasi data untuk penilaian dengan menggunakan tekhnik Delphi. Hasil tabulasi kuesioner tahap pertama dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.2 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Inisiasi No Variabel Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu 1 pada proyek. Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan 2 tanggung jawab, dan meringkas rencana aktifitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek. Menentukan tim proyek dan menunjuk sumberdaya manusia ke setiap peran 3 berdasarkan keahliannya. 4 Mengetahui tujuan proyek yang akan dibangun Jenis kerjasama kontrak yang akan digunakan antara kontraktor dengan 5 pemilik (owner). 6 Besarnya nilai total kontrak secara keseluruhan pada proyek EPC. 7 Menganalisa faktor-faktor penentu keberhasilan proyek. Pengalaman manajemen proyek dalam menangani proek terutama yang 8 berprofesi dalam bidang EPC. 9 Identifikasi ruang lingkup proyek yang akan dibangun. Tabel 4.3 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Engineering No Variabel Identifikasi potensi kebutuhan dan mengkaji aspek-aspek dari mulai teknik, 1 ekonomi, waktu, hokum, ingkungan serta sumberdaya yang dibutuhkan. 2 Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain. 3 Membuat spesifikasi material dan peralatan yang akan digunakan. Merancang gambar-gambar dan perekayasaan berbagai disiplin seperti sipil, 4 struktur, mekanikal, pipping, elektrikal serta instrumentasi. Membuat spesifikasi dan kriteria peralatan. Misalnya, reactor utama, turbin 5 penggerak, generator listrik, dll. Mengevaluasi dan meenyetujui usulan desain dan gambar yang diajukan oleh 6 perusahaan manufaktur. Membuat model bagi instalasi yang hendak dibangun dengan skala yang 7 ditentukan. 8 Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian. Mengidentifikasi faktor-faktor yang akan terjadi pada proyek dalam segi 9 pengadaan barang/jasa yang berakibat pada waktu, mutu, dan biaya. Menganalisa perencanaan pengelolaan proyek pada setiap batang tubuh 10 manajemen proyek. Mengidentifikasi waktu pekerjaan dari dokumen serta aktifitas yang 11 digunakan pada tahap engineering. Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada 12 tahap engineering.

4 91 No 13 Variabel Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya. Tabel 4.4 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Procurement No Variabel Menganalisa apa saja kegiatan subkontraktor seperti: pemaketan pekerjaan 1 proses pemilihan sampai penunjukkan, perencanaan pekerjaan, koordinasi, dan pengendalian pekerjaan subkontraktor. Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada 2 tahap pengadaan. Menganalisis waktu yang digunakan oleh vendor pada masa fabrikasi 3 material dan peralatan hingga ekspedisi. Penerapan kepada vendor/penyedia jasa untuk menyerahkan barang atau jasa lebih cepat dari waktu normal. Menganalisis waktu sampainya barang/jasa tersebut dari tempat pembuatan/ 4 manufacturing untuk melengkapi data kinerja vendor pada proses konstruksi. 5 Melakukan estimasi perencanaan banyaknya vendor yang akan digunakan. Memverifikasi aktifitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, 6 menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang. Tabel 4.5 Konsesus-konsesus Hasil dari Pakar Tahap Construction No Variabel Mengidentifikasi keperluan pekerjaan fisik meliputi, keperluan perkantorn 1 sementara, persiapan lokasi, lahan, mendirikan fasilitas untuk tempat fabrikasi, memasang perpipaan, dll. Mengidentifikasi macam-macam pekerjaan non fisik, seperti merencanakan 2 kegiatan operasional konstruksi, mengendalikan kegiatan konstruksi, mengendalikan tenaga kerja, melakukan inspeksi, dan pekerjaan administrasi. 3 Menganalisa berbagai disiplin pekerjaan konstruksi menjadi suatu sistem. Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada 4 tahap konstruksi. Menganalisa dan mengidentifikasi banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh 5 subkontraktor. Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap 6 disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi.

5 Pengumpulan Data Tahap Kedua Variabel yang telah diverifikasi, klarifikasi dan disepakati oleh pakar selanjutnya dijadikan variabel penelitian untuk diisi oleh para stakeholder yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek EPC. Para stakeholder diminta untuk memberikan penilaian (scoring) berupa frekuensi terjadinya dan tingkat pengaruh pada tiap-tiap variabel. Lembar kuesioner tahap dua ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengumpulan data tahap kedua dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada tingkat middle dan senior manajemen konsruksi (job leader) yang telah berpengalaman dalam pelaksanaan proyek EPC lebih dari sama dengan 10 (sepuluh) tahun dan berpendidikan minimal S1. Hal ini dimaksudkan agar para responden dapat melakukan penilaian pada tiap-tiap variabel yang diajukan. Kuesioner disebarkan kepada personil yang mewakili departemen manajemen konstruksi di beberapa perusahaan EPC yang berhubungan dengan manajemen proyek dalam pengendalian pelaksanaan proyek EPC Kuesioner tahap kedua disebarkan sebanyak 22 buah, dan respon atau jawaban yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 20 atau tingkat pengembalian sebesar 90%. Tabel 4.2 berikut akan menguraikan profil para responden.

6 93 Tabel 4.6 Profil Responden Tahap Kedua Responden Banyaknya Proyek Jabatan Pengalaman Kerja (Tahun) Pendidikan R1 8 Senior Planning & Scheduling Engineer 10 S2 R2 4 Ass. Estimator Manager 14 S1 R3 4 Project Engineer 10 S1 R4 7 Planning Engineer 11 S1 R5 3 Project Manager 11 S1 R6 6 Planner 10 S1 R7 3 Project Engineer 11 S1 R8 6 Project Engineer 10 S1 R9 6 Project Planning and Control Engineer 11 S1 R10 5 Project Control 10 S2 R11 4 Project Control 11 S2 R12 7 Sr. Project Planning & Controlling 14 S2 R13 3 Planning /Scheduling Engineer 12 S1 R14 12 Lead Planner 10 S1 R15 18 Sr. Estimator/Scheduler 10 S1 R16 4 Cost Controller 10 S1 R17 8 Sr. Estimator 15 S1 R18 3 Cost Controller 11 S1 R19 7 Project Control 10 S2 R20 4 Planning /Scheduling Engineer 12 S1 Dari hasil kuesioner tahap kedua tersebut, dilakukan tabulasi data berupa tingkat pelaksanaan masing-masing variabel di proyek. Hasil tabulasi kuesioner tahap dua dapat dilihat pada lampiran 5.

7 Pengumpulan Data Tahap Ketiga (Validasi Hasil) Kuesioner tahap ketiga atau validasi dilakukan untuk mengklarifikasi apakah faktor-faktor hasil temuan diatas mempunyai dampak yang cukup berpengaruh dalam pembuatan progress measurement pada PT. X untuk mengendalikan progres kinerja pada proyek yang sedang berjalan di proyek XYZ. Responden untuk validasi ini adalah Project Manager sebagai pimpinan tertinggi proyek yang terlibat dalam persiapan proyek tersebut dari tahap proposal sampai dengan eksekusi dan Project Control Manager yang membuat prosedur progress measurement. Kuesioner selengkapnya untuk validasi kepada pakar dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 4.7 Profil Pakar untuk Validasi Hasil Pakar Pengalaman Kerja (Tahun) Posisi/Jabatan Pendidikan 1 22 Project Manager S Project Control Manager S Penerapan Progress Measurement Dalam menjawab pertanyaan peneliti yang kedua, yaitu: Bagaimana penerapan standar Progress Measurement terhadap pengendalian progres pekerjaan pada proyek XYZ pada tahap engineering, procurement, dan construction?. Maka peneliti membutuhkan prosedur Progress Measurement dari perusahaan kontraktor pelaksana proyek XYZ yang menjadi salah satu dari data primer yang dikumpulkan. Kemudian akan dianalisis dengan progres pekerjaan yang sedang berjalan. Prosedur Progress Measurement dapat dilihat pada lampiran.

8 Hasil Pengolahan Data Analisa Data dengan Metode Delphi Dalam pelaksanaan wawancara, telah dibuat sebelumnya standar operasional prosedur yang menjadi dasar atau acuan dari pelaksanaan wawancara dan kertas kerja yang perlu dibawa untuk menjadikan wawancara lebih terstruktur. Hal ini dapat dilihat dalam Lampiran 1. Dari kajian pustaka didapatkan variabel penelitian yang selanjutnya akan divalidasi melalui wawancara dengan pakar. Dari hasil wawancara pakar tahap pertama, maka dilakukan pengembangan kuesioner yang merupakan hasil validasi maupun masukan pakar. Dari 24 variabel awal yang ditanyakan kepada pakar, berkembang menjadi 34 variabel yang bisa dilihat pada Lampiran 2. Adapun dari variabel tersebut kemudian ditabulasikan dan diolah dengan metode statistik deskriptif guna memperoleh reduksi variabel sebelum dimasukkan kedalam format kuesioner kepada stakeholder proyek EPC yang dapat dilihat pada Lampiran Analisa Data dengan AHP AHP merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari berbagai variabel dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing variabel. Dalam memperoleh faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan progress measurement, maka variabel tersebut adalah ke 34 variabel yang tercantum dalam hasil kuesioner tahap pertama yang disebar ke responden. Adapun kaidah pembobotan menyatakan bahwa : 1. Nilai bobot variabel berkisar antara 0-1 atau antara 0%-100% jika kita menggunakan persentase

9 96 2. Jumlah total bobot semua variabel harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-) Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) Pada proses analisa AHP langkah pertama dilakukan adalah mentabulasi hasil jawaban responden dari pengumpulan data kuesioner tahap dua. Penentuan nilai prioritas variabel dilakukan dengan membuat tabel perbandingan berpasangan pengaruh, dapat dilihat pada Tabel Perhitungan Bobot Elemen Adapun cara mendapatkan nilai pembobotan yang digunakan sebagai normalisasi data. Nilai total Matriks dalam masing-masing kolom dibandingkan dengan nilai matriks dan di jumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dari matrik hasil perhitungan tersebut dijumlahkan, dapat dilihat pada Tabel 4.6 Selanjutnya, untuk mengetahui bobot tiap pengaruh yang berkisar antara 0-1. Cara menghitung bobot adalah dengan membagi angka pada tiap kotak dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama, sehingga didapat perhitungan bobot pengaruh dapat dilihat pada Tabel 4.7 Setelah mendapatkan nilai normalisasi data langkah selanjutnya adalah mengkalikan nilai faktor bobot pengaruh dengan nilai dari tiap-tiap variabel,.hasil perkalian tersebut kemudian dirangking dari yang terbesar sampai yang terkecil. Tabel hasil perangkingan variabel dapat dilihat pada Tabel 4.8

10

11 98 Tabel 4.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Pengaruh Sangat Banyak Cukup Banyak Sedikit Tidak Sangat Banyak Cukup Banyak 1/ /3 1/ Sedikit 1/4 1/3 1/2 1 2 Tidak 1/5 1/4 1/3 1/2 1 Tabel 4.9 Normalisasi Matriks dan Prioritas Sangat BanyakCukup Banyak Sedikit Tidak Jumlah Prioritas Persentase (%) Sangat Banyak 0,4380 0,4898 0,4390 0,3810 0,3333 2,081 0, ,000 Cukup Banyak 0,2190 0,2449 0,2927 0,2857 0,2667 1,309 0,262 62,898 0,1460 0,1224 0,1463 0,1905 0,2000 0,805 0,161 38,694 Sedikit 0,1095 0,0816 0,0732 0,0952 0,1333 0,493 0,099 23,683 Tidak 0,0876 0,0612 0,0488 0,0476 0,0667 0,312 0,062 14,987 Jumlah 5,000 1,000

12 99 Tabel 4.10 Nilai Pengaruh Variabel Tidak Sedikit Cukup Banyak Sangat Banyak 0,150 0,237 0,387 0,629 1 Nilai Akhir X ,741 5 X ,306 1 X ,51 16 X , X , X , X , X , X , X , X ,033 8 X , X , X , X , X , X ,936 9 X , X , X ,822 2 Rangking

13 100 Tidak Sedikit Cukup Banyak Sangat Banyak Variabel Akhir king Nilai Rang- 0,150 0,237 0,387 0,629 1 X ,296 3 X , X , X ,704 6 X , X , X , X ,209 4 X , X , X , X , X , X ,554 7

14 101 Rangking yang diambil adalah nilai variabel yang diatas nilai rata-rata penting dan Sangat Penting. Berikut hasil tabel perangkingan: Tabel Perangkingan Variabel Variabel X2 Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktivitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek, X20 Mengidentifikasi waktu pengerjaan dan dokumen serta aktivitas yang digunakan pada tahap engineering, X21 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering, X28 Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan, X1 Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek, X24 Memverifikasi aktivitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang, X34 Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi, X11 Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain, X17 Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian, X22 Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya, Nilai Akhir Rangking Pengaruh 16, , , , , , , , , ,828 10

15 102 Setelah itu mencari skor terbesar, skor terkecil, rentangan dan batas kelas.nilai rata rata untuk sangat banyak berpengaruh, cukup banyak berpengaruh, berpengaruh, sedikit berpengaruh dan tidak pengaruh. Dalam mencari rentang (range) didapat dari skor terbesar dikurangi dengan skor terkecil. kelas. Skor Tertinggi = 16,306 Skor Terendah = 6,346 Rentang = 9,960 Kemudian mencari lebar kelas dengan rentang kelas dibagi dengan banyaknya Lebar Kelas = 9,960 5 = 1,192 Setelah itu membuat batas kelas dengan menggunakan data minimum yang kita peroleh tadi ditambahkan dengan lebar kelas. Begitu seterusnya sampai kita mendapatkan semua kelasnya yaitu 5 kelas. Batas atas kelas pertama menjadi batas bawah kelas kedua, batas atas kelas kedua menjadi batas bawah kelas ke tiga, begitu seterusnya. Berikut nilai batas bawah dan atas dari kriteria : Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata Batas Bawah Batas Atas Sangat Banyak 6,346 8,338 Cukup Banyak 8,338 10,330 10,330 12,322 Sedikit 12,322 14,314 Tidak 14,314 16,306

16 Perhitungan Konsistensi untuk Pengaruh Hasil konsistensi indeks dan eigen vector dari matriks perbandingan berpasangan. Pengaruh kemudian digunakan untuk menguji konsistensi hirarkinya. Dari matriks perbandingan berpasangan (Tabel 4.5) dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks, yang selanjutya diambil rata-rata untuk setiap baris atau yang disebut dengan nilai prioritas. Nilai prioritas dikalikan dengan matriks perbandingan berpasangan, menghasilkan nilai untuk tiap baris kemudian dijumlahkan, selanjutnya setiap jumlah pada baris dibagi kembali dengan nilai prioritas yang bersangkutan, sehingga didapatkan nilai eigen, kemudian hasilnya dijumlahkan. Tabel 4.13 Perhitungan Konsisteni Untuk Pengaruh Sangat Banyak Cukup Banyak Sedikit Tidak Nilai Eigen Weight Sum Vector Consistency Vector (λ) ,4162 2,1291 5,1156 Cukup Banyayk 0, ,2618 1,337 5,1078 0,333 0, ,1611 0,8148 5,0594 Sedikit Tidak 0,25 0,333 0, ,0986 0,4951 5,0225 0,2 0,25 0,333 0,5 1 0,0624 0,3140 5,0337 Rata-rata 5,0678 λmaks. - n CI = (n -1) CI = 5, (5-1) CI = 0,017 Untuk n = 5, nilai random (RI) = 1,12, maka bisa dicari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio) atau CR sebagai berikut:

17 104 CR CR CR CI = RI 0,017 = 1,12 = 0,015 Karena nilai CR < 0,1 berarti preferensi penilaian adalah konsisten, 4.3 Pengaplikasian Progress Measurement Progres Engineering Progress Measurement dalam pengendalian fase engineering adalah dengan mengontrol aktivitas pengerjaan deliverables atau dokumen-dokumen seperti draft spesifikasi gambar, gambar kerja, dokumen untuk vendor, dll, Pemberian bobot pekerjaan pada prosedur progress measurement tahap engineering ialah berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan dokumen (man hour). Tahap-tahap pengendalian kinerja fase engineering, yaitu: 1. Membuat pembobotan paket pekerjaan tahap engineering yang sudah terdapat pada prosedur Progress Measurement proyek. 2. Membuat asumsi persentase aktivitas pekerjaan baik pekerjaan langsung ataupun aktivitas pada pengerjaan subkontraktor ataupun vendor, yaitu: a. Pembuatan dokumen (Ready for Draft) dengan asumsi senilai 40% b. Isu Pertama (1 st Issue), senilai 80% pengertian dalam isu pertama adalah pemasukkan dokumen yang sudah siap untuk diberikan kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan/revisi ketahap berikutnya setelah diverifikasi dan dievaluasi oleh tim pemilik proyek. c. Konstruksi dengan asumsi senilai 100%

18 Perhitungan total dokumen yang dibutuhkan dan dokumen cadangan (allowance document) yang terdapat dalam setiap disiplin pekerjaan engineering. 4. Perhitungan pesentase proges pekerjaan yang telah dilakukan (actual) terhadap banyaknya dokumen, sub disiplin, dan terhadap pekerjaan engineering secara keseluruhan. Pemberian bobot aktivitas penyelesaian pekerjaan dokumen kontraktor dan subkontraktor/vendor kepada owner mempunyai nilai subtotal ataupun totalnya sebesar 100%. Selanjutnya adalah pemberian bobot aktivitas penyelesaian pekerjaan desain spesifikasi gambar, yang digunakan pada proyek untuk mengetahui jumlah material yang digunakan atau Material Take Off (MTO) pada kebutuhan tahap pengadaan. Pada proyek XYZ tedapat 3 aktivitas pekerjaan desain spesifikasi gambar, yaitu: 1. HAZOP (Hazard and Operability Studies)/SIL (SafetyInregrity Level) 2. 3D Model 3. Pipping MTO Contoh perhitungan progres terhadap kinerja engineering dapat digambarkan dengan mengambil contoh, yaitu pada pengerjaan dokumen Operation Manual/Commisioning yang terdapat pada lampiran 7 adalah sebagai berikut: ((1 0,4) + (18 0,8) + (12 1) - Progres terhadap dokumen = = 0, 72 (33 + 4) 0, Progres terhadap disiplin = = 0, ,72 1,9 - Progres terhadap Engineering = = 0,

19 106 Tabel 4.14 Total Progres Engineering Progres setiap sub Bobot Subdisiplin disiplin Bobot Progres (%) Rencana Actual Rencana Actual Process 8,50% 100,00% 99,47% 8,50% 8,45% Fire & HSE 2,10% 98,71% 95,56% 2,07% 2,01% Operation & Maintenance 1,90% 64,85% 72,43% 1,23% 1,38% Civil 21,90% 71,68% 82,63% 15,70% 18,10% Building 7,50% 59,50% 75,26% 4,46% 5,64% Mechanical 12,70% 86,02% 87,10% 10,92% 11,06% Piping 22,70% 41,13% 57,84% 9,34% 13,13% Instrument 11,80% 48,38% 67,07% 5,71% 7,91% Electrical 10,90% 51,68% 64,38% 5,63% 7,02% Total 100,00% ,56% 74,70% Dalam laporan progres pekerjaan engineering yang sedang berjalan, terlihat bahwa pada pembuatan dokumen Process dan Fire & HSE terjadi keterlambatan penyelsaian dokumen dari jadwal yang telah ditentukan sebesar 0,53 %, sedangkan Fire & HSE sebesar 3,15 %, Tetapi, keterlambatan Process dan Fire & HSE tidak memperlambat proses kinerja pada subdisiplin yang lainnya. Terbukti terdapat percepatan pekerjaan yang melebihi jadwal rencana dengan total persentase progres pekerjaan yang telah dikerjakan (actual) sebesar 74,70% sedangkan, kumulatif perencanaan 63,56%. Sehingga, terdapat selesih 11,14% sebagai prestasi kemajuan progres Procurement Persentase pembuatan bobot pekerjaan procurement diukur terhadap jumlah harga material/jasa dari subkontraktor/vendor. Anggaran pembelanjaan dari setiap daftar material dan peralatan yang sudah dipesan oleh kontraktor (PO) akan dikendalikan oleh bagian divisi project control kontraktor dengan memberikan bobot

20 107 persentase asumsi proses subkontraktor dari mulai pemesanan (PO), FOB (Free On Board/Pengiriman) dan kedatangan di situ (arrival at site). Ketiga bobot persentase untuk aktivitas kontrol tersebut tidak terdapat didalam prosedur progress measurement proyek tetapi, bobot tersebut dikeluarkan oleh kontraktor tetap atas pesetujuan owner. Proyek XYZ dilaksanakan oleh PT. X yang merupakan perusahaan konsorsium yang berpusat di Jepang, PT. X yang berada di Indonesia pada proyek XYZ menangani bagian engineering dan procurement saja, sedangkan pada PT. X pusat menangani keseluruhan progres EPC proyek. Perhitungan kinerja pengerjaan procurement dihitung berdasarkan penyelesaian asumsi penyelesaian pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan dan nilai bobot persentase yang sudah ditentukan pada prosedur progress measurement dibandingkan dengan penyelesaian pekerjaan yang telah dikerjakan (Current Progress for Each Requisition). Misalkan pada progres pekerjaan PT. X pusat yang terdapat pada lampiran 8 diketahui bahwa pada kategori equipment dengan sub kategori Main Refrigran Compressor laporan kinerja pekerjaan per tanggal 25 Desember 2012 yang telah diselesaikan adalah pada Purchase Commitment, Receipt of Key Vendor Drawing, dan Fabrication Start or Major Raw Material Received at Shop. Sehingga bobot yang telah dikerjakan dijumlahkan yaitu sebesar 55%. Kemudian hitung jumlah persentase bobot yang telah dikerjakan tadi terhadap bobot kategori tersebut dengan cara mengkalikan bobot kategori dengan hasil persentase bobot aktual terhadap sub kategori (for each requisition) didapatkanlah kinerja pengerjaan Main Refrigran Compressor sebesar 24,42%.

21 108 Dari hasil progres yang diambil pada laporan bulanan, didapatkan bahwa pencapaian progres pekerjaan procurement termasuk dalam kategori baik karena penyelesaian pekerjaan dapat lebih cepat dilakukan sebelum jadwal yang direncanakan, progres pengadaan keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.14 Begitu pula dengan penendalian procurement di PT. X pusat dan PT. X Indonesia. Hanya saja terdapat keterlambatan pada subdisiplin pipping sebesar 1,04% yang dikontrol oleh PT. X pusat (tabel 4.15 ) dan pada subdisiplin equipment yang dikontrol oleh PT. X di Indonesia (tabel 4,16). Tabel 4.15 Progres Pengadaan Keseluruhan Subdisiplin Bobot Progres setiap disiplin Bobot Progres (%) Rencana Actual Rencana Actual PT, X Pusat 91,59% 41,42% 49,82% 37,94% 45,63% PT, X Indonesia 8,41% 25,19% 35,54% 2,12% 2,99% Proc Overall 100,00% ,06% 48,62% Tabel 4.16 Progres Pengadaan PT. X Subdisiplin Bobot Progres setiap disiplin Bobot Progres Rencana Actual Rencana Actual Civil & Steel Structure 0,10% 95,00% 100,00% 0,10% 0,10% Equipment 70,60% 47,68% 58,07% 33,66% 41,00% Piping 12,80% 46,95% 38,80% 6,01% 4,97% Instrument 8,60% 10,00% 23,75% 0,86% 2,04% Electrical 7,90% 10,00% 21,59% 0,79% 1,71% Total 100,00% ,42% 49,82% Tabel 4.17 Progres Pengadaan PT. X Indonesia Subdisiplin Bobot Progres setiap disiplin Bobot Progres Rencana Actual Rencana Actual Civil & Steel Structure 21,30% 10,00% 24,44% 2,13% 5,21% Equipment 32,00% 57,47% 57,10% 18,39% 18,27% Piping 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Instrument 4,90% 10,00% 10,00% 0,49% 0,49% Electrical 41,80% 10,00% 27,68% 4,18% 11,57% Total 100,00% ,19% 35,54%

22 Construction Progres konstruksi mempunyai kesamaan pada progres procurement karena project control perusahaan kontraktor tidak hanya mengukur progres pada pekerjaan langsung (direct work) yang dikerjakan oleh kontraktor, tetapi juga pengukuran prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor. Pada pekerjaan sub-kontraktor dalam prosedur progress measurement sub-kontraktor mempunyai total bobot pekerjaan adalah sebesar 20%, sedangkan pekerjaan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor ialah sebesar 80% Pekerjaan Sub Kontraktor Pekerjaan yang dilakukan oleh sub kontraktor mempunyai penyelesaian perencanaan awal yang diberikan oleh kontraktor adalah sebesar 100%, sehingga penyelesaian pekerjaan sub kontraktor tidak boleh lebih dari waktu yang sudah dijadwalkan oleh kontraktor. Apabila subkontraktor melebihi perencanaan yang telah ditetapkan, maka subkontraktor tersebut akan diberikan sangsi yang sesuai dengan kesepakatan kontrak bersama antar subkontraktor dengan kontraktor Pekerjaan Langsung a. Pengukuran Unit Kinerja kemajuan penyelesaian pekerjaan tahap konstruksi diukur berdasarkan struktur standar kerja yang dikerjakan oleh kontraktor atau yang biasa disebut Work Breakdown Structure (WBS), dengan menghitung banyaknya pekerjaan yang dihitung dari Bill of Quantity (BQ) dibandingkan dengan aktual pekerjaan yang sudah dilakukan.

23 110 b. Perhitungan dasar untuk setiap paket pekerjaan. Jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan pada setiap paket/kategori pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor akan dipantau harian, mingguan dan bulanan dengan rumus : Persentase progres = aktualbq totalbq Satuan paket pekerjaan ditentukan untuk mewakili sifat pekerjaan, seperti panjang (m), berat (ton), area/luas (m 2 ), volume (m 3 ), dll. c. Persentase bobot setiap sub kategori Persentase bobot dari masing-masing kategori pekerjaan ditentukan sebanding dengan perkiraan man hour yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan langsung. Persentase bobot pengelompokkan kategori harus sesuai dalam WBS. Persentase bobot pencapaian pekerjaan yang sudah dilakukan secara keseluruhan kategori didapatkan dari perkalian bobot persetase progres dengan bobot persentase yang terdapat pada level tersebut. d. Detail WBS beserta bobot persentasenya. Progres konstruksi akan diukur sesuai dengan paket pekerjaan Work Breakdown Structure (WBS) kontraktor yang dilakukan pada tahap engineering. Dari penyusunan WBS didapatkan tingakatan level dari level 1 (satu) sampai dengan level 6 (enam) kemudian dihitung kembali bobot kategori dalam setiap levelnya.

24 111 Tabel 4.18 Progres Konstruksi Pekerjaan Langsung Subdisiplin Bobot (%) Progres setiap disiplin Current Progress Each Category Weighted percentage for each category Civil General Works 20,90% 16,72% 46,31% 7,74% Concrete Works 19,90% 15,92% 95,35% 15,18% Steel Election Works 2,50% 2,00% 0,00% 0,00% Buildings 6,90% 5,52% 65,90% 3,64% Equipment 3,10% 2,48% 0,00% 0,00% Tank 12,30% 9,84% 43,25% 4,26% Piping 11,90% 9,52% 0,00% 0,00% Instrumentation 3,80% 3,04% 0,00% 0,00% Electrical 6,10% 4,88% 0,00% 0,00% Insulation 2,40% 1,92% 0,00% 0,00% Painting 2,20% 1,76% 0,00% 0,00% Marine Work 4,20% 3,36% 44,15% 1,48% PreComissioning/Co mmissioning 3,80% 3,04% 0,00% 0,00% Total 100,00% 80,00% 32,30%

25 112 Tabel 4.19 Progres Konstruksi Pekerjaan Sub Kontraktor Subdisiplin Bobot (%) Progres setiap disiplin (%) Inquiry Package Issue (5%) Letter of Intent Issue (95%) Current Progress Each Category (%) Weighted percentag e for each category Site Preparation Package 10,40% 2,08% 8-Oct Feb ,00% 2,08% General Construction 23,20% 4,64% 100,00% 4,64% Package General Construction Package 11,60% 2,32% 6-Sep Aug ,00% 2,32% (CIVIL/Conc,/Steel/ F,P) General Construction 4,64% 0,93% 6-Sep Sep ,00% 0,93% Package (Mech) General Construction 6,96% 1,39% 6-Sep-11 1-Feb ,00% 1,39% Package (Piping) Civil Package for Process Train Area 11,60% 2,32% 8-Dec Jul ,00% 2,32% Marine Package 12,10% 2,42% 4-Oct Feb ,00% 2,42% Building Package 7,30% 1,46% 5-Nov Jun ,00% 1,46% Tank Package 27,90% 5,58% 1-Oct Mar ,00% 5,58% Piping Prefabrication 1,50% 0,30% 22-Jun Aug ,00% 0,30% Package Electrical and Instrument Works 4,10% 0,82% 29-Jul Oct ,00% 0,82% Insulation Package 1,90% 0,38% 7-Jul Sep ,00% 0,38% Total 100,00% 20,00% 20,00% Dari hasil progres pekerjaan yang berdasarkan WBS didapatkanlah total aktual per kategori yang telah dikerjakan oeh subkontraktor sebesar 20,00% dan pada pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor sebesar 32,20%, Rangkuman pekerjaan secara keseluruhan didapatkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.20 Progres Keseluruhan Pengerjaan Konstruksi Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Sub Kontraktor 20,00% 100,00% 100,00% 20,00% 20,00% Kontraktor 80,00% 7,12% 40,37% 5,70% 32,30% Progres Konstruksi 100,00% ,70% 52,30%

26 113 Tabel 4.21 Progres Pengerjaan Sub Kontraktor Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Site Preparation 10,40% 100,00% 100,00% 10,40% 10,40% General Construction 23,20% 100,00% 100,00% 23,20% 23,20% Civil Package for Process Train 11,60% 100,00% 100,00% 11,60% 11,60% Marine 12,10% 100,00% 100,00% 12,10% 12,10% Building 7,30% 100,00% 100,00% 7,30% 7,30% Tank 27,90% 100,00% 100,00% 27,90% 27,90% Piping Pre-Fabrication 1,50% 100,00% 100,00% 1,50% 1,50% Electrical &Instrument 4,10% 100,00% 100,00% 4,10% 4,10% Insulation 1,90% 100,00% 100,00% 1,90% 1,90% Subcon Overall 100,00% ,00% 100,00 % Tabel 4.22 Progres Pengerjaan Kontraktor Weight% Individual Progress Weighted Progress Planned Actual Planned Actual Civil General 20,90% 20,99% 46,31% 4,39% 9,68% Concrete 19,90% 7,34% 95,35% 1,46% 18,97% Steel Erection 2,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Buildings(EPC) 6,90% 1,36% 65,90% 0,09% 4,55% Equipment 3,10% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Tank(EPC) 12,30% 2,40% 43,25% 0,30% 5,32% Piping 11,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Instrument 3,80% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Electrical 6,10% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Insulation 2,40% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Painting 2,20% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Marine Work(EPC) 4,20% 20,96% 44,15% 0,88% 1,85% Pre-comm/Comm 3,80% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Const Overall 100,00% - - 7,12% 40,37% 4.4 Pembahasan Hasil Hasil Kuesioner Dari hasil analisa dengan menggunakan metoda AHP didapat sepuluh faktorfaktor yang mempengaruhi pembuatan Progress Measurement proyek XYZ, yaitu:

27 114 Tabel 4.23 Pembahasan Hasil Kuesioner Rangking Tahap Variabel Pembahasan 1 Inisiasi Membuat Project Charter dimana Pengaplikasian Project Charter pendefinisian visi, objektif, jangkuan berupa penjabaran dasar-dasar dan penyampaian untuk proyek dengan jenis proyek yang akan membuat struktur organisasi peran dan dibangun, kebutuhan yang tanggung jawab, dan meringkas diperlukan untuk membangun rencana aktivitas, sumberdaya dan proye, memutuskan perjanjian pendanaan yang dibutuhkan untuk jenis kontrak yang digunakan memulai proyek. antara owner dengan kontraktor, dll. Project charter termasuk ke dalam tahapan proposal untuk menyusun rencana proyek yang akan dibangun. 2 Engineering Mengidentifikasi waktu pengerjaan dan Pengendalian pekerjaan tahap dokumen serta aktivitas yang engineering berupa dokumen digunakan pada tahap engineering. dan aktivitas dikontrol berdasarkan man hour/ waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap pekerjaan dokumen untuk proyek. Pengendalian tahap engineering dikontrol dengan estimasi waktu yang diselesaikan dengan asumsi Ready For Draft, Isu pertama, dan For Construction 3 Engineering Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering, 4 Procurement Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan, Pada proyek pabrik LNG Milestone yang dibutuhkan lebih beragam dan kompleks. Perencanaan dokumen pipping, kebutuhan material, commissioning, dll. Mempunyai spesifik kebutuhan yang harus ditinjau. Milestone pada tahap procurement dibuat menjadi 2 tahap perencanaan, yaitu: untuk sub kontraktor dan kontraktor (direct works). Asumsi penyelesaian pekerjaan paa kedua pelaksanaan tersebut berdasarkan PO, FOB, arrival at site yang dimana penyelesaian pekerjaan tersebut mempuyai bobotnya masing-masing pada prosedur progress measurement.

28 115 Rangking Tahap Variabel Pembahasan 5 Inisiasi Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek. Estimasi perencanaan biaya dan waktu mempunyai peranan yang cukup penting, karena perencanaan estimasi waktu dan biaya mempunyai pengaruh dalam pengendalian kinerja proyek yang biasanya dibuat dalam kurva S sebagai gambaran grafik pencapaian pekerjan proyek. 6 Procurement Memverifikasi aktivitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang, 7 Konstruksi Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi, 8 Engineering Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain. Pengelolaan biaya pada tahap pengerjaan proyek, merupakan suatu aktivitas yang penting, untuk menghindari adanya klaim. Sehingga, pengendalian pengeluaran/ kebutuhan proyek harus terperinci tidak saja dari kontraktor tetapi juga pada su kontraktor. Pengendalian ini berupa jadwal rencana pada asumsi yang telah dijadwalkan agar penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya. Proses pekerjaan konstruksi dikontrol berdasarkan waktu yang dibutuhkan kontraktor untuk menyelesaiakan pekerjaan tersebut. Rencana pekerjaan yang akan dilakukan ditinjau berdasarkan WBS untuk mempermudah pengerjaan secara sistematis. Data teknis yang dibutuhkan berupa ukuran, jenis, banyaknya spesifikasi material/peralatan yang akan digunakan setelah spesifikasi didapat. Maka, didesain awal terlebih dahulu untuk memberikan gambaran.

29 116 Rangking Tahap Variabel Pembahasan 9 Engineering Mengajukan keperluan material Setelah mengetahui untuk kegiatan pembelian. peralatan/material yang dibutuhkan maka kontraktor akan menunjuk subkontraktor untuk melalui proses lelang atau penunjukkan langsung. kemudian mengajukan keperluan proyek kepada vendor/ subkontraktor melalui perjanjjian kontrak antara kedua belah pihak. 10 Engineering Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya. Sistem pengerjaan aktivitas pengerjaan knstruksi dirancang berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya yang kemudian akan dikontrol melalui actual Bill of Quantity (BQ). Perhitungan nilai indeks konsistensi hirarki (CI) menghasilkan angka 0,01695 atau dibulatkan keatas menjadi 0,017. Sehingga, didapatkan nilai rasio konsistensi hirarki (CR) yang cukup kecil atau dibawah 10% yaitu 0,01513 atau dibulatkan keatas menjadi 0,015 berarti hirarki konsisten dan tingkat akurasi tinggi Aplikasi Progress Measurement Keseluruhan progres penyelesaian pengerjaan proyek yang diambil pada bulan Desember 2012 didapatkan bahwa pada tahap engineering, procurement dan construction adalah sebesar 75%, 48,62%, dan 52,30% Progres Engineering Penyelesaian tahap engineering tampak tidak adanya keterlambatan yang signifikan dari penyelesaian pekerjaan engineering. Sedangkan, pada progres pekerjaan per dokumen terjadi keterlambatan pada penyelesaian pekerjaan Fire

30 117 &HSE dengan selisih nilai dari jadwal rencana pengerjaan dokumen adalah sebesar 7% Progres Procurement Kemajuan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT. X dan PT. X Indonesia melihatkan prestasi pekerjaan yang baik tidak adanya keterlambatan antara kedua perusahaan tersebut dalam mengolah pengadaan barang untuk proyek XYZ. Tetapi, terdapat keterlambatan dalam sub kategorinya, yaitu pada pekerjaan pipping terjadi keterlambatan sebesar 1,04% yang di prakarsai oleh PT. X Progres Construction Penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan oleh subkontraktor sesuai dengan perencanaan begitu pula dengan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor.

STUDI ANALISA PENGEMBANGAN PROGRESS MEASUREMENT PADA SAAT AWAL SEBELUM EKSEKUSI PROYEK EPC UNTUK PROYEK XYZ

STUDI ANALISA PENGEMBANGAN PROGRESS MEASUREMENT PADA SAAT AWAL SEBELUM EKSEKUSI PROYEK EPC UNTUK PROYEK XYZ STUDI ANALISA PENGEMBANGAN PROGRESS MEASUREMENT PADA SAAT AWAL SEBELUM EKSEKUSI PROYEK EPC UNTUK PROYEK XYZ 1 Yulianty Kusumaningtyas, 2 Dwi Dinariana 1 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Email

Lebih terperinci

VARIABEL TAMBAHAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRESS MEASUREMENT DARI PAKAR

VARIABEL TAMBAHAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRESS MEASUREMENT DARI PAKAR LAMPIRAN 1 VARIABEL TAMBAHAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRESS MEASUREMENT DARI PAKAR No. Variabel 1. Ditambahkan beberapa stage, 1. Proposal, 2. Inisiasi, 3. Engineering, 4. Procurement, 5. Construction,

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN

BAB 5 ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN BAB 5 ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai dasar penelitian yang akan dilaksanakan, desain penelitian, pemilihan metode penelitian, termasuk penjelasan teoritis terkait

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Proyek Jumlah proyek yang ditangani oleh divisi Project Engineering pada PT. Pertamina Balongan saat ini adalah 10 unit proyek skala besar dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari sejumlah rangkaian analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Hasil akhir penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER LAMPIRAN 1 KUESIONER 149 FAKTOR FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA WAKTU PROYEK EPC GAS DI INDONESIA KUESIONER PENELITIAN THESIS Oleh JUANTO SITORUS 0606002616 BIDANG KEKHUSUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction.

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Apa sih EPC Itu? Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Kalo dilihat dari istilah, EPC itu tidak lain adalah tahapan dalam suatu

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MANAJEMEN PROYEK Pengertian sederhana dari manajemen proyek adalah proses dalam pencapaian suatu tujuan yang telah disepakati dan dibatasi dengan waktu dan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam,

BAB IV PEMBAHASAN. Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam, yang lebih kepada pembangunan kilang-kilang, pabrik, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai pelaksanaan survey untuk kemudian datanya dianalisa. Mulai dari kuisioner tahap I yang diberikan kepada

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu BAB III LANDASAN TEORI III. 1. Manajemen Proyek Kemajuan dan perkembangan dalam perindustrian telah mendorong untuk melakukan beberapa aspek pengelolaan dan manajemen yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. No.8, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04/M-IND/PER/1/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

Pemilihan Supplier Material Berdasarkan Multi Attribute Decision Making (MADM) Menggunakan Metode SAW, WP dan TOPSIS

Pemilihan Supplier Material Berdasarkan Multi Attribute Decision Making (MADM) Menggunakan Metode SAW, WP dan TOPSIS Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.3, September 2013, pp.200-205 ISSN 2302-495X Pemilihan Supplier Material Berdasarkan Multi Attribute Decision Making (MADM) Menggunakan Metode SAW, WP dan TOPSIS Arlius

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA A. DATA PERENCANAAN Untuk menetukan besarnya jumlah tenaga kerja diperlukan input data: 1. Volume Pekerjaan Volume pekerjaan sering disebut juga Bill Of Quantity

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Pada bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang digunakan untuk mengolah

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South Sumatra NGL Project PT. Tripatra dapat dilihat dari aspek lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap. Tiaptiap tahap saling berhubungan satu sama lain, tiap tahap merupakan bagian

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 ABSTRAK : Pada proyek konstruksi yang berfokus pada bangunan high-rise, atau dengan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Minggu 2

Manajemen Proyek Minggu 2 Project Management Process Manajemen Proyek Minggu 2 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Initiating / Requirement :...awal siklus! Planning : perencanaan... Executing : Lakukan! Monitoring and Controlling

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjabarkan kerangka penelitian dan hipotesa yang digunakan. Bab ini juga akan membahas metode dan teknik penelitian yang digunakan, serta parameter yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

BAB IV: ANALISIS PENELITIAN

BAB IV: ANALISIS PENELITIAN BAB IV: ANALISIS PENELITIAN 4.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai proses pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. Penelitian akan dimulai dengan mengmpulkan semua risiko yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada penelitian ini, dijelaskan secara singkat mengenai Pelaksanaan Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang merupakan sebuah proyek

Lebih terperinci

Pendidikan Responden

Pendidikan Responden BAB IV BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini meliputi para panitia pengadaan barang/jasa, serta jajaran dinas teknis terkait dengan pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang digunakan Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, makapengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Pengelolaan Waktu Pelaksanaan Proyek Sebagai Kontraktor Utama pembangunan Proyek One Sentosa Apartement PT. Adhi Persada Gedung harus membuat perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

MANAJEMEN RUANG LINGKUP PROYEK PERTEMUAN 3.2

MANAJEMEN RUANG LINGKUP PROYEK PERTEMUAN 3.2 MANAJEMEN RUANG LINGKUP PROYEK PERTEMUAN 3.2 MANAJEMEN PROYEK TERINTEGRASI MANAJEMEN RUANG LINGKUP Ruang lingkup (Scope) meliputi semua pekerjaan yang terkait pada proses untuk menyelesaikan tujuan proyek

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PT. DARMA BAKTI SULTRA SEJAHTERA CV.MALINO KARYA

PT. DARMA BAKTI SULTRA SEJAHTERA CV.MALINO KARYA ANTARA PT. DARMA BAKTI SULTRA SEJAHTERA Dengan CV.MALINO KARYA untuk : JOINT OPERATION PEMBANGUNAN BTS XL AREA SULAWESI Nomor : 01/JO/DBSS-MK/KDI/II/09 Pada hari ini, Senin tanggal dua puluh tiga bulan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) 1. Ruang Lingkup 2. Metode Pemilihan Penyedia 3. Proses Lelang RUANG LINGKUP Pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,,

Lebih terperinci

Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi. STIE Indonesia

Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi. STIE Indonesia Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi STIE Indonesia Memilih Vendor Pengembang SIAK STIE Indonesia Kapabilitas Perusahaan Kelengkapan modul Harga yang ditawarkan Garansi dan Perawatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LINGKUP (SCOPE) PROYEK

MANAJEMEN LINGKUP (SCOPE) PROYEK MANAJEMEN LINGKUP (SCOPE) PROYEK Pada tahun 1995, hasil studi yang dilakukan CHAOS menyebutkan bahwa keterlibatan user, misi proyek yang jelas, pernyataan kebutuhan proyek yang jelas dan perencanaan proyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. Gloria merupakan suatu usaha dagang yang menjual barang keperluan sehari-hari (kelontong) baik secara grosir maupun eceran. Usaha yang bertempat di Jalan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI Oleh NIA TRI WIJAYANTI 04 03 01 049 6 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kompleks Thamrin Nine yang merupakan gedung mixed use, berlokasi di Jl Thamrin, Jakarta Pusat dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana. Konstruksi terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan, peraturan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan ini hadir di Indonesia pada tahun 1995 pada awalnya perusahaan ini bernama PT NZMI pada tahun 2004 perusahaan ini berganti nama

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL RUSAHAAN 2.1 Pengantar Perusahaan PT. Rekayasa Industri yang berlokasi di Jl. Kalibata Timur l, No. 36 Kalibata, Jakarta, Indonesia lebih sering disebut dengan REKIND didirikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengambilan data ketidaksesuaian Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang selesai tahun 2011 didapatkan dari salah satu departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 104 BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Temuan Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan 3 faktor risiko dominan yang paling berpengaruh terhadap kinerja kualitas pelaksanaan konstruksi,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN EVALUASI PENGELOLAAN PROYEK

BAB 4 PEMBAHASAN EVALUASI PENGELOLAAN PROYEK 50 BAB 4 PEMBAHASAN EVALUASI PENGELOLAAN PROYEK 4.1. Critical Success Factor Pengelolaan Proyek Evaluasi terhadap suatu pengelolaan proyek dapat dilakukan dengan mendefinisikan dan mengevaluasi faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam Pembangunan Nasional. Perum Perumnas adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perusahaan

Lebih terperinci

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi PROSES TENDER KONTRAKTOR Kontrak kerja konstruksi dibuat sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja konstruksi juga dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan analisis kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan studi kasus ke tiga proyek pembangunan gedung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya proyek merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara, kompleks, unik yang memiliki satu tujuan dan harus diselesaikan dalam waktu yang spesifik,

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

69 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009

69 Simulasi rencana..., Beta Patrianto, FT UI, 2009 69 BAB 5 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 5.1 Pendahuluan Di dalam bab ini akan ditampilkan hasil dari pengumpulan data yang berupa variabel-variabel risiko yang mempengaruhi sisa waktu dan biaya pelaksanaan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH Anton Soekiman 1 and Elly El Rahmah 2 1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

MODEL PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL PEMBANGUNAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS

MODEL PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL PEMBANGUNAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS MODEL PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL PEMBANGUNAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS Dendi Adi Saputra M 1) Triwilaswandio WP 2) Jurusan Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA KONSULTAN PERENCANA BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (Studi pada Perencana Bangunan di Manado)

PENILAIAN KINERJA KONSULTAN PERENCANA BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (Studi pada Perencana Bangunan di Manado) PENILAIAN KINERJA KONSULTAN PERENCANA BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (Studi pada Perencana Bangunan di Manado) Mycle Wala Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap- tahap dalam Proyek Konstruksi Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 MANAJEMEN PROYEK DENGAN PENGGUNAAN MICROSOFT PROJECT

PERTEMUAN 2 MANAJEMEN PROYEK DENGAN PENGGUNAAN MICROSOFT PROJECT PERTEMUAN 2 MANAJEMEN PROYEK DENGAN PENGGUNAAN MICROSOFT PROJECT TUJUAN : 1. Memahami konsep manajemen proyek. 2. Memahami siklus manajemen proyek. 3. Memahami struktur organisasi team proyek pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Manajemen Proyek & Microsoft Project 2007

Pertemuan 2 Manajemen Proyek & Microsoft Project 2007 Pertemuan 2 Manajemen Proyek & Microsoft Project 2007 Tujuan : 1. Memahami konsep manajemen proyek. 2. Memahami siklus manajemen proyek. 3. Memahami struktur organisasi team proyek pengembangan sistem.

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pada penelitian ini responden yang mengisi kuesioner adalah orang-orang yang diposisikan di kantor dan orang-orang yang diposisikan di lapangan,

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROYEK MINGGU KE - 5

LAPORAN KEMAJUAN PROYEK MINGGU KE - 5 LAPORAN KEMAJUAN PROYEK MINGGU KE - 5 NAMA PROYEK : PROYEK PEKERJAAN PENGADAAN ALAT OBSERVASI LAUT RINCIAN KEGIATAN : PERENCANAAN, PENGADAAN, PERAKITAN DAN DEPLOYMENT ALAT OBSERVASI LAUT PEMBERI KERJA

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. kenaikan hampir 26% dari estimation cost saat tender. Hal tersebut tentu saja

BAB V ANALISA DATA. kenaikan hampir 26% dari estimation cost saat tender. Hal tersebut tentu saja BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Data Dari pengumpulan dan pengolahan data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bisa terlihat dari grafik dibawah ini bahwa total harga mengalami kenaikan hampir 26% dari

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci