MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH S. MANAHAN PANGGABEAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT S. MANAHAN PANGGABEAN. Management of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) fertilization in Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Center Kalimantan. (Mentored by PURWONO). The apprenticeship in general aim to gain experience and skills of the author's work in the management of oil palm gardens both technical and managerial, as well as to study and improve the knowledge of the cultivation of oil palm plantations. Specific purpose studying and understanding the fertilizing management of plant oil palm. The internship is carried out in Pelantaran Agro Estate, Kotawaringin Timur, Central Kalimantan, for four months starting February 14 until June 14, The internship is carried out using the methods directly, namely by working directly on the field as a daily companion employee, a companion foreman, and escort the assistant division. Specific observation was done by taking the primary and secondary data is then analyzed, either descriptive analysis and quantitative analysis. Pelantaran Agro Estate (PAGE) is located in the village Pelantaran, district Cempaga, county Kotawaringin Timur, province of Central Kalimantan. The broad area that organised of the PAGE is hectares. Geographical layout of the PAGE at coordinates between 112, BT and LS. The average rainfall is mm per year and average rainy days is 112 days per year. Fresh fruit bunch (TBS) production in 2009 is the tonnes and increased production in 2010 of tonnes with a total area of garden hectares. The average productivity of TBS started TM (1-4) sequentially is 4.14, 13.13, 8.31 and tons/ha/year. In general the management of the gardens on the PAGE have been implemented correctly in accordance with standard operating procedures (SOP). PAGE had implemented a programme of BMS (Manuring Block System), BSS (Block Spraying System), and BHS (Block Harvesting System) in oil palm cultivation techniques. The fresh fruit bunch on the PAGE have increased every year and the average productivity is not much different than standard productivity

3 on land class S3. Fertilization management in Pelantaran Agro Estate (PAGE) has generally been implemented in accordance with the standards of the fertilizing. The garden has been paying attention to the provisions and recommendations that have been recommended fertilizing and has been referred to the principle of 4 T (right time, right type, right dose, and right methods) in terms of achieving the effectiveness and efficiency of fertilization. However, in the use of labor yet efficient which certainly have an impact on the efficiency of the time and cost. Realization of fertilization has not been fully implemented in accordance with the recommendation. Constraints in the implementation of the fertilizing still found in the marshy and corrugated area.

4 RINGKASAN S. MANAHAN PANGGABEAN. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh PURWONO). Magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja penulis dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial, serta untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus mempelajari dan memahami manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit. Magang dilaksanakan di Pelantaran Agro Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14 Juni Magang dilakukan menggunakan metode secara langsung yaitu dengan bekerja secara langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas, Pendamping Mandor, dan Pendamping Asisten Divisi. Pengamatan khusus dilakukan dengan mengambil data primer dan sekunder kemudian dianalisis, baik analisis deskriptif maupun analisis kuantitatif. Kebun kelapa sawit Pelantaran Agro Estate (PAGE) terletak di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas areal yang diusahakan di PAGE adalah ha. Letak geografis PAGE pada koordinat antara 112, BT dan LS. Rata-rata curah hujan mm per tahun dan rata-rata hari hujan adalah 112 hari per tahun. Produksi TBS pada tahun 2009 adalah ton dan mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 sebesar ton dengan luas areal kebun ha. Rata-rata produktivitas TBS di PAGE mulai TM (1-4) secara berurutan adalah 4.14, 8.31, 13.13, dan ton/ha/tahun. Secara umum manajemen kebun di PAGE telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). PAGE telah menerapkan program BMS (Blok Manuring System), BSS (Blok Spraying System), dan BHS (Blok Harvesting System) dalam teknik budidaya kelapa sawit. Produksi TBS di PAGE mengalami peningkatan setiap tahun dan rata-rata produktivitasnya tidak

5 jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Manajemen pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan yang benar. Pihak kebun telah memperhatikan ketentuan dan rekomendasi pemupukan yang telah dianjurkan serta telah mengacu pada prinsip 4 T (tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara) dalam hal mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan. Namun dalam penggunaan tenaga kerja belum efisien yang tentunya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya. Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi. Kendala dalam pelaksanaan pemupukan masih ditemukan pada kondisi areal yang berawa dan bergelombang.

6 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor S. MANAHAN PANGGABEAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 Judul : MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Nama : S. MANAHAN PANGGABEAN NRP : A Menyetujui, Pembimbing Ir. Purwono, MS NIP Mengetahui. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP Tanggal Lulus :...

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Dolok Saribu, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tanggal 31 Juli Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Jannus Panggabean dan Ibu Monika Togatorop. Tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SD No Dolok Saribu, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Pagaran. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Pagaran pada tahun Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selanjutnya, pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis juga aktif di organisasi mahasiswa antara lain: Komisi Kesenian PMK IPB ( ) dan Organisasi Mahasiswa Daerah Siborongborong ( ).

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya sehingga kegiatan magang dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini berdasarkan hasil magang dengan judul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dan dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Purwono, MS yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penulisan skripsi magang ini. Kepada Dr. Ir. Ade Wachjar, MSc dan Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan kritik serta saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Kepada (Alm.) Prof. Dr. Ir. Sriani Sutjiprihati, MS yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa studi penulis. Kepada pihak Kebun Pelantaran Agro Estate yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Kepada teman-teman yang telah membantu dalam penulisan skripsi magang ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukannya. Bogor, Desember 2011 Penulis

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Kelapa Sawit... 3 Pemupukan... 4 METODE MAGANG... 8 Tempat dan Waktu... 8 Pengumpulan Data... 9 Analisis Data dan Informasi KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim dan Tanah Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas Kebun Stuktur Organisasi Ketenagakerjaan dan Pengupahan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN Pemupukan Efisiensi Tenaga Kerja Gejala Defisiensi Hara Hubungan Pemupukan dan Produktivitas Tanaman Hambatan dan Kendala Pemupukan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv v vi

11 iv DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jenis Tanah di PAGE Luas HGU dan Tata Guna Lahan di PAGE Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di PAGE Produksi dan Produktivitas TBS di PAGE Tahun Jumlah Pekerja di PAGE Tahun Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit di PAGE Tahun Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB Ketepatan Dosis Untilan Pupuk Rock Phospate Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Aplikasi Pemupukan Pelantaran Agro Estate Status Hara Daun di PAGE Tahun Produktivitas TBS di PAGE Tahun

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Fasilitas Kebun di PAGE (a. Kantor Kebun; b. Kantor BSS dan BMS; c. TPA; d. Kantor Traksi);e. Masjid dan Perumahan) Gudang Pupuk dan Penguntilan Kegiatan Penguntilan Pupuk (a. Takaran Until; b. Penakaran Pupuk; c. Penyusunan Untilan) Kegiatan Pelangsiran Pupuk (a.pemuatan Pupuk ke truk; b. Pengeceran Pupuk) Kegiatan Pengeceran Pupuk Kegiatan Penaburan Pupuk Kieserit (a. Penaburan Pupuk di Piringan; b. Pupuk di Piringan) Grafik Ketepatan Cara Aplikasi Pupuk Kieserit pada Blok D Aplikasi Janjang kosong (a.pengangkutan JJK ke dalam Blok; b.susunan JJK di dalam Blok) Gulma Mengelambu pada Kelapa Sawit Kegiatan Pengendalian Gulma (a.semprot Gawangan; b. Semprot Piringan Kegiatan Panen (a. Memotong TBS; b. Menyusun TBS di TPH; c. TBS dan Brondolan di TPH) Grafik Curah Hujan Pelantaran Agro Estate Januari-Mei

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Peta Pelantaran Agro Estate Data Curah Hujan di PAGE Tahun Struktur Organisasi di Pelantaran Agro Estate Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Jenis Pupuk Tahun Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Total Pupuk Tahun Peta Status Hara Daun di PAGE Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit... 68

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan penghasil utama devisa negara dari sektor pertanian. Lahan-lahan yang secara agronomis sesuai dan diperuntukkan penggunaan tanahnya bagi kelapa sawit telah memberikan dampak positif dalam perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat (Adiwiganda, 2007). Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu pertambahan luas areal dan peningkatan produksi. Data pada tahun 2009 menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 7.5 juta ha dan produksi CPO 18.6 juta ton. Pada tahun 2010 luas areal kebun meningkat menjadi 7.8 juta ha dan produksi CPO 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian unsur hara ke dalam tanah untuk menjaga keseimbangan hara yang dibutuhkan tanaman dan mengganti hara yang hilang terbawa hasil panen. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa pemupukan pada kelapa sawit secara rutin dan cukup serta berimbang menjadi lebih penting karena kemampuan dari kelapa sawit untuk mengabsorbsi unsur hara yang jauh di dalam tubuh tanah adalah rendah. Penyebaran feeding root (penyerapan akar) kelapa sawit terbatas pada 0-60 cm. Selain itu kondisi kesuburan tanah pada kedalaman 0-60 cm juga sangat dipengaruhi oleh variasi iklim yang cenderung menurunkan tingkat kesuburan tanah, baik dalam kondisi terlalu kering maupun terlalu basah. Menurut Poeloengan et al. (2003) pemupukan menjadi satu keharusan karena kelapa sawit tergolong tanaman yang sangat konsumtif. Kekurangan salah satu unsur hara akan segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun. Selanjutnya Adiwiganda (2007) menyatakan

15 2 bahwa upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandah buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Keefektifan pemupukan adalah pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah sedikit di dalam tanah. Keefektifan pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Efisiensi pemupukan adalah perhitungan takaran pupuk yang tepat. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan antara sifat-sifat tanah dan produksi tanaman serta metode perhitungan takaran pupuk yang tepat. Keefektifan dan efisiensi pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang belum optimal akan menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif kelapa sawit, produksi TBS tidak optimal dan kualitas serta kuantitas minyak mentah menurun. Hal ini terjadi karena dalam manajemen pemupukan terjadi penyimpangan di lapangan perkebunan kelapa sawit (Riwandi, 2002). Untuk mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan pada kelapa sawit maka manajemen pemupukan di lapangan harus diupayakan seoptimal mungkin, antara lain pemupukan kelapa sawit rutin dan cukup serta berimbang, jenis pupuk, dosis pupuk, waktu dan cara aplikasi pemupukan yang tepat, serta pengawasan pemupukan yang lebih tepat. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah: 1. Untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja penulis dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. 2. Untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah: Mempelajari dan memahami manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit.

16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam Divisi Tracheophyta, Sub-Divisi Pteropsida, Kelas Angiospermae, Sub-kelas Monocotyledoneae, Ordo Cocoideae, Famili Palmae, Genus Elaeis, Species Elaeis guineensis Jacq. Klasifikasi tentang kelapa sawit beragam dengan parameter pembeda seperti misalnya tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, dan warna buah. Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga varietas yaitu (1) Nigrescens dicirikan oleh warna buah violet kehitaman waktu muda dan menjadi warna oranye jika matang, (2) Virescens dicirikan oleh warna buah muda hijau dan menjadi oranye jika sudah matang, dan (3) Albescens dicirikan oleh warna buah muda kuning pucat serta tembus cahaya dan jika masak umumnya berwarna kuning kemerahan. Varietas yang digunakan untuk pertanaman komersil adalah varietas yang berasal dari Nigrescens, sedangkan varietas lainnya digunakan untuk keperluan pemuliaan tanaman (Adiwiganda, 2007). Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: (1) Dura memiliki cangkang tebal (3-5 cm), daging buah tipis, dan rendemen minyak %, (2) Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 cm), daging buah tebal, dan rendemen minyak %, (3) Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya lebih tinggi (lebih dari 23 %). Tandan buahnya selalu gugur sebelum masak sehingga minyak yang dihasilkan sedikit (Sunarko, 2007). Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 m dpl. Tanaman kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-12 %. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah

17 4 podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat ditanami asalkan ketebalannya tidak lebih dari 1 m dan sudah tua (saphrik). Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata kurang dari 6 jam per hari dengan temperatur % (Sunarko, 2007). Adiwiganda (2007) mengemukakan bahwa jika kandungan bahan kasar kurang dari 15 % dikatakan optimal untuk kelapa sawit. Kandungan bahan kasar % sudah merupakan pembatas pertumbuhan perakaran dan daya pegang air. Tekstur tanah terbaik untuk kelapa sawit adalah lempung liat berpasir, liat berpasir, lempung liat berdebu dan lempung berdebu. Kemasaman (ph) tanah yang optimal pada tanah mineral adalah pada ph 5-6. Kelapa sawit masih toleran terhadap tanah gambut dengan ph Pemupukan Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % dari biaya produksi atau sekitar 60 % dari biaya pemeliharaan. Namun di pihak lain pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang sehat, serta menghasilkan produksi yang tinggi (Sugiono et al., 2005). Semakin meningkatnya biaya produksi, termasuk harga pupuk dan tenaga kerja menuntut semakin tingginya produktivitas tanaman sehingga pengusahaan kelapa sawit diharapkan masih dapat menghasilkan keuntungan perusahaan (Karsono et al., 2005). Pemupukan merupakan upaya untuk mencukupi ketersediaan hara bagi tanaman secara seimbang baik secara langsung maupun melalui perubahan fisik tanah (ph, lengas tanah, aerasi) dan perubahan biologi tanah (rhizobacteria) (Harahap et al., 2005). Penentuan jenis dan dosis pupuk dalam rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit umumnya menggunakan beberapa bahan pertimbangan antara lain: hasil analisis tanah, hasil analisis daun, gejala kondisi hara dan kondisi tanaman di lapangan, produktivitas kelapa sawit, serta kondisi iklim terutama curah hujan (Sugiyono et al., 2005).

18 5 Analisis tanah dilakukan dengan Kesatuan Contoh Tanah (KCT) atau Soil Sampling Unit (SSU) di sekitar Kesatuan Contoh Daun (KCD). Jumlah contoh tanah sebanyak % dari jumlah KCD. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan bor tanah sedalam 0-20 cm. Satu contoh tanah diambil di dalam piringan dan satu di luar piringan. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 3 titik yang tersebar dalam KCD. Pengambilan contoh daun dilakukan pada KCD atau LSU, yang mencerminkan keseragaman umur tanaman, tindakan kultur teknis, jenis tanah, topografi, dan drainase. Luas satu KCD adalah ha. Pengambilan contoh daun dapat dilakukan dengan sistem terpusat atau sistem tersebar, dengan jumlah pohon sebanyak 30 pohon (Adiwiganda, 2007). Kegiatan analisis tanah dan daun dilaksanakan oleh perkebunan bekerja sama dengan pusat penelitian kelapa sawit. Pusat penelitian akan memberikan rekomendasi pemupukan bagi setiap bagian kebun dari perkebunan kelapa sawit tersebut sehingga dosis pemupukan dapat diaplikasikan secara lebih tepat (Setyamidjaja, 2006). Sugiono et al. (2005) mengemukakan bahwa analisis tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan analisis tanah tersebut dapat diketahui sifat kimia yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan kelapa sawit. Perbaikan kesuburan tanah atau status hara tanah menjadi berimbang, serta bebas dari unsur hara yang bersifat racun seperti Al akan memberikan peluang tercapai produksi kelapa sawit yang tinggi. Prabowo (2005) menambahkan bahwa diagnosa daun hanya dapat menentukan status fisiologis satu jenis hara tertentu, yaitu apakah statusnya tergolong sangat tinggi, cukup, rendah, kahat, atau sangat kahat. Dosis pupuk yang dibutuhkan untuk mengatasi kekahatan yang dideteksi oleh sistem ini bergantung pada faktor tanah dan iklim yang berperan mempengaruhi efisiensi penyerapan hara dari pupuk. Riwandi (2002) menyatakan bahwa efisiensi pemupukan dapat dicapai bila perhitungan takaran pupuk yang tepat. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan antara sifat-sifat tanah dan produksi tanaman serta metode perhitungan takaran pupuk. Tanaman kelapa sawit memerlukan tanah yang bersifat permeabel (mudah meloloskan, menyerap air dan udara), dengan lapisan tanah yang tebal,

19 6 serta kedalaman air tanah lebih dari 90 cm. Tanah yang mempunyai kedalaman air tanah <90 cm atau tergenang dalam waktu 14 hari dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman kelapa sawit. Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, alat transportasi, dan alat-alat lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda (Simatupang, 2010). Pemberian pupuk pada TM harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: (a) Pupuk N ditabur secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm dari pokok, (b) Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari-jari 1 m hingga jarak 3 m dari pokok ( m di luar piringan), (c) Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak cm dari pokok (Setyamidjaja, 2006). Hasil pencatatan lapang tentang kehilangan unsur hara oleh PT. Sentana Adidaya Permana tahun 2004 adalah sebagai berikut: (1) Pada lahan kelas 1 kehilangan unsur hara di lapangan adalah 18 % N, 3 % P, 15 % K, dan 10 % Mg, (2) Pada lahan kelas 2 kehilangan unsur hara berkisar 30 % N, 8 % P, 20 % K, 15 Mg, dan (3) Pada lahan kelas 3 kehilangan unsur hara berkisar 40 % N, 10 % P, 30 % K, dan 20 % Mg (Adiwiganda, 2007). Kehilangan pupuk terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang, pengambilan pupuk dari gudang ke tempat penguntilan, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta pelangsiran dan penaburan pupuk. Kehilangan pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Febriana, 2009). Aplikasi bahan organik sangat diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah sekaligus diharapkan bahan organik tersebut dapat meningkatkan keefektifan pemupukan melalui peningkatan daya ikat tanah terhadap pupuk yang

20 7 diberikan. Tandan kosong sawit diaplikasikan dengan dosis ton TBS/ha/tahun (Karsono et al., 2005). Salah satu kelemahan yang dijumpai di lapangan adalah belum meratanya pelaksanaan pemupukan di setiap areal, dimana tanaman di tengah blok maupun di pinggir areal kebun tidak memperoleh pupuk sebanyak tanaman di pinggir jalan yang mudah dijangkau. Selain itu, pengelolaan lahan yang selama ini dilakukan umumnya belum sesuai dengan standar, khususnya dalam hal pemupukan yang umumnya tidak tepat, baik jenis, dosis, cara, dan adanya serangan hama penyakit yang belum terkendali (Karsono et al., 2005). Tujuan manajemen aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga dapat memberikan produksi yang ditargetkan sesuai dengan produktivitas kelas lahannya (Adiwiganda, 2007).

21 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Pelantaran Agro Estate (PAGE), PT. Bumitama Gunajaya Agro Grup, Desa Pelantaran, Kec. Cempaga Hulu, Kab. Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mulai 14 Februari sampai 14 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Kegiatan magang meliputi kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial, baik di kebun maupun di kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan penulis pada waktu magang adalah bekerja langsung di lapangan. Kegiatan pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL meliputi: mengikuti kegiatan pemeliharaan dan panen, mengisi jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang ditetapkan perusahaan. Jurnal harian penulis sebagai KHL dapai dilihat pada Lampiran 1. Pada bulan kedua penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan menyangkut aspek manajerial, penulis membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, membantu mengawasi kegiatan di lapangan, dan membantu pembuatan laporan harian mandor. Jurnal harian penulis sebagai pendampong mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Bulan ketiga dan keempat penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten divisi dengan tugas yang dilaksanakan meliputi: mempelajari kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, membantu penyusunan rencana kerja, pengelolaan dan pengawasan karyawan, membuat jurnal harian, dan membantu

22 9 pembuatan laporan asisten divisi. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapai dilihat pada Lampiran 3. Aspek khusus yang diperdalam penulis adalah pengelolaannya mulai dari tahap analisis daun, rekomendasi pemupukan, aplikasi pupuk di lapangan, tenaga kerja dan pengawasan. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan yang berkaitan dengan aspek teknis. Data primer yang diperoleh dari pengamatan pada kegiatan pemupukan meliputi: 1. Prestasi tenaga kerja Prestasi tenaga kerja pemupuk diamati berdasarkan bobot pupuk/hk kemudian dibandingkan dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun. Prestasi kerja berdasarkan bobot pupuk/hk yang diamati meliputi jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam satu pada satu blok. 2. Ketepatan dosis pemupukan Ketepatan dosis diamati pada saat penguntilan. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada satu grup penguntil. Pengamatan dilakukan selama tiga hari dengan mengambil sampel 30 untilan. Untuk mengetahui ketepatan penguntilan dilakukan dengan menimbang bobot untilan kemudian dibandingkan dengan bobot standar per untilan yang ditetapkan oleh kebun. 3. Ketepatan Cara Aplikasi Pengamatan ketepatan cara aplikasi pemupukan dilakukan pada dua baris tanaman yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap penabur. Jumlah penabur yang diamati sebanyak 10 orang. Penentuan ketepatan cara didasarkan pada ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk sesuai dengan standar kebun. Data sekunder diperoleh dari kebun berupa arsip perusahaan meliputi: (1) Data kondisi kebun antara lain: areal, jenis lahan, topografi lahan, data curah

23 10 hujan empat tahun terakhir, dan data realisasi pemupukan empat tahun terakhir (2) Data kondisi tanaman antara lain asal bahan tanaman, populasi tanaman, umur tanaman, produksi dan produktivitas empat tahun terakhir, (3) Standar kebun meliputi: penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan tenaga kerja, (4) Organisasi dan manajemen seperti: srtuktur organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (5) Sarana atau prasarana kebun. Analisis Data dan Informasi Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang akan dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata dan persentase. Analisis data dan informasi menggunakan metode deskriptif membandingkan dengan standar dan aturan kerja dari setiap kegiatan serta studi pustaka yang berlaku pada budidaya kelapa sawit.

24 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun kelapa sawit Pelantaran Agro Estate (PAGE) terletak di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pelantaran Bawah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cempaga, sebelah utara berbatasan dengan Sungai Lintang Balang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Keruing. Letak geografis Kebun PAGE pada koordinat di antara BT dan LS. Peta PAGE dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Freguson, areal perkebunan termasuk tipe iklim A. Rata-rata curah hujan mm per tahun dan rata-rata hari hujan adalah 112 hari per tahun. Suhu rata-rata harian adalah 27 0 C kisaran C. Data curah hujan di PAGE tahun dapat dilihat pada Lampiran 5. PAGE terdapat 4 jenis tanah, yaitu ultisol (podsolik), inceptisol (Aluvial/Kaolin), histosol (gambut), dan entisol (pasir). Kondisi lahan kebun ini mempunyai topografi datar hingga bergelombang. Kelas lereng 0-8 % (datar) dan 9-15 % (begelombang). Berdasarkan kelas kesesuaian lahannya sebagian besar lahan di PAGE tergolong S3 sedangkan sebagian lagi masuk kedalam kelas lahan S2. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Tanah di PAGE Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%) Entisol (Pasir) Histosol (Gambut) Inceptisol (Aluvial/Kaolin) Ultisol (Podzolik) Sumber : Data Kebun PAGE (2011)

25 12 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan Luas areal Kebun PAGE adalah ha terdiri atas ha areal yang diusahakan dan ha areal yang tidak bisa ditanam. Areal yang ditanam di PAGE terdiri atas TM dan TBM Jumlah pokok per ha adalah berkisar dari pokok. Luas HGU dan tata guna lahan di PAGE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di PAGE Uraian Total Areal Kebun Ha Jlh Pokok Pokok/ha Areal Diusahakan A. Areal Ditanam ) TM )TBM B. Areal Prasarana Emplacement/bangunan lainnya Jalan dan Jembatan Areal Tidak Bisa Ditanam C. Bukit, sungai, rawa, pasir, dll Luas Areal Kebun Sumber : Data Kebun PAGE (2011) Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal yang diusahakan di PAGE adalah ha, yang terdiri atas tanaman menghasilkan tahun tanam PAGE terdiri atas empat divisi. Luas areal Divisi I 816 ha, Divisi II 623 ha, Divisi III 790 ha, dan Divisi IV 469 ha. PAGE menggunakan bebarapa jenis bibit yang ditanam antara lain: ASD/Costarica, Marihat V, PPKS, Socfindo, dan PNG. Jarak yang tanam yang digunakan pada umumnya adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi per

26 hektar 136 pokok. Komposisi bibit yang digunakan kebun PAGE dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di PAGE Jenis Bibit Luas (ha) Persentase (%) ASD/Costarica Marihat V PPKS PNG Socfindo Sumber : Data Kebun PAGE (2011) Produksi kelapa sawit yang dihasilkan di PAGE pada empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi tinggi apabila pemeliharaan dilakukan dengan tepat dan kondisi iklim mendukung tanaman untuk berproduksi. Perkembangan produksi di PAGE tahun disajikan pada Tabel 4. Tahun Tanam Tabel 4. Produksi dan Produktivitas TBS di PAGE Tahun Uraian Tahun Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Sumber : Data Kebun PAGE (2011) 13 Fasilitas Kebun Fasilitas kebun bertujuan untuk menunjang kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawan yang berada di kebun. PAGE memiliki beberapa fasilitas antara

27 14 lain: kantor kebun, kantor divisi di setiap divisi, kantor traksi, kantor BMS dan BSS, poliklinik, beberapa gudang bahan dan alat baik di kebun maupun di divisi, lapangan bola dan bulutangkis. Kantor kebun merupakan pusat administrasi kebun. Kantor divisi merupakan tempat yang berkaitan dengan seluruh administrasi divisi antara lain, pengisian laporan harian mandor, tempat rapat divisi, dan lain-lain. Setiap kantor divisi diatur oleh setiap asisten divisi, sedangkan kantor traksi diatur oleh asisten divisi juga yang lebih senior. PAGE juga menyediakan perumahan yang memadai bagi semua karyawannya. Untuk karyawan staf, perumahannya berada di kawasan kantor kebun. Untuk perumahan Divisi I dan IV berada dalam kawasan yang sama yaitu di kawasan kantor kebun, sedangkan Divisi II dan III berada di setiap divisi. Setiap divisi memiliki tempat penitipan anak (TPA) dan mesjid. Selain itu, pihak kebun menyediakan sarana transportasi berupa bus sekolah untuk siswa (anak staf dan karyawan) yang sekolah di luar kawasan kebun. a b c d e Gambar 1. Fasilitas Kebun di PAGE (a. Kantor Kebun; b. Kantor BSS dan BMS; c. TPA; d. Kantor Traksi);e. Masjid dan Perumahan) Stuktur Organisasi Kebun PAGE dipimpin oleh seorang manajer. Manajer memiliki tugas memimpin dan mengelola kebun dengan baik. Manajer dibantu oleh empat orang asisten divisi dan satu orang kepala administrasi. Asisten bertugas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan teknis lapangan di divisi masing-masing

28 15 yang dipertanggungjawabkan kepada manajer. Kepala administasi bertugas dalam semua hal yang berhubungan dengan kegiatan administrasi kebun. Asisten divisi dibantu oleh mandor I, mandor panen, mandor perawatan (chemist dan manual), krani panen, krani transport, dan krani divisi. Struktur organisasi kebun Pelantaran Agro Estate secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6. Ketenagakerjaan dan Pengupahan Tenaga kerja di Pelantaran Agro Estate terdiri atas pekerja staf dan nonstaf. Pekerja staf terdiri atas manajer, asisten, dan kepala administrasi, sedangkan pekerja nonstaf terdiri atas pekerja langsung yaitu tenaga kerja panen dan perawatan dan pekerja tidak langsung yaitu mandor, krani, dan lain-lain. Pekerja langsung adalah Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Tenaga kerja manual adalah KHL, sedangkan tenaga kerja panen dan perawatan chemist setelah tiga bulan kerja dilakukan pengangkatan menjadi KHT. Pekerja tidak langsung adalah pekerja bulanan, KHT, dan KHL. Proporsi tenaga kerja KHT dan KHL yang ditetapkan kebun PAGE adalah 70 KHT : 30 KHL. Pembagian gaji dilakukan sekali dalam satu bulan, tepat pada awal bulan. Besarnya gaji staf disesuaikan dengan kebijakan perusahaan sesuai dengan status jabatan dan golongannya. Gaji untuk KHT adalah Rp ,- per bulannya ditambah dengan beras (jumlah beras sesuai dengan tanggungan), sedangkan gaji KHL adalah jumlah hari kerja (HK) dikalikan dengan Rp ,-/HK. Untuk tenaga kerja panen selain upah tetap per bulan dan beras juga ditambah dengan premi panen setiap bulannya. Untuk tenaga kerja perawatan (TK semprot dan TK pupuk) ditambah premi kehadiran sebesar Rp ,- per harinya sedangkan perawatan manual tidak mendapatkan premi. Berdasarkan jumlah total tenaga kerja dibagi dengan luas areal kebun maka diperoleh HK/ha di PAGE adalah Menurut Pahan (2008) perkebunan kelapa sawit memerlukan tenaga kerja 0.2 orang setiap ha nya atau HK/ha adalah 0.2. Data pekerja dan kebun PAGE Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.

29 16 Tabel 5. Jumlah Pekerja di PAGE Tahun 2011 Uraian Lakilaki Perempuan Total A. Staf 1. Manajer Asisten Kasie 1-1 Jumlah Staf 6-6 B. Non Staf 1. Pekerja Langsung 1). Panen : KHT : KHL ). Perawatan : KHT : KHL Pekerja Tidak Langsung 1). Mandor : Bulanan : KHT 8-8 : KHL 1-1 2). Krani : Bulanan 5-5 : KHT : KHL 3-3 3). Lain-lain : Bulanan : KHT : KHL Jumlah Non Staf : Bulanan : KHT : KHL Total Sumber : Data Kebun PAGE (2011)

30 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit adalah unit areal yang dipergunakan untuk tempat pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan, dengan tujuan sebagai contoh yang cukup dan mewakili untuk mendapatkan informasi tentang kesuburan tanah. Alat dan bahan yang dipersiapkan adalah cat merah, peta blok/tanaman, parang, dan kuas. Pelaksanaan. Titik pengamatan dipilih dari tanaman kelapa sawit yang normal, sehat atau tidak terkena hama penyakit, dan homogen. Tanaman tidak dekat dengan pinggir jalan, parit atau bangunan. Penentuan tanaman contoh dihitung setiap 10 baris tanaman dimulai baris ketiga dari ujung blok tanaman di pinggir jalan utama. Pada baris tanaman ditentukan tanaman contoh pertama yaitu pokok ketiga, kemudian selang 10 tanaman untuk tanaman contoh kedua. Setiap tanaman contoh diberi tanda sebagai pohon pengamatan KCD. Tanda terdiri dari nomor pokok dan baris tanaman untuk menunjukkan tanda pengamatan KCD. Bila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman, maka KCD berikutnya pindah 1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10 baris tanaman dari tanaman terakhir, diberikan tanda sebagai pengamatan KCD, dan berikutnya sampai penandaan seluruh tanaman selesai dalam satu blok. Setiap baris yang ada KCD nya pada tanaman di pinggir jalan pada baris tersebut diberi tanda panah menggunakan cat merah pada pangkal pelepah. Tanda panah ke atas artinya sebagai tanda masuk ke dalam baris, sedangkan tanda panah ke kiri/kanan artinya sebagai tanda keluar dari dalam baris tersebut dan pindah ke 10 baris berikutnya. Jika titik KCD hilang karena tanaman terserang hama/penyakit atau tidak normal maka KCD dipindah berjarak dua tanaman dari KCD yang akan diganti. Pemberian tanda/nomor KCD dilakukan hanya sekali dan digunakan sampai tanaman mati atau diganti tanaman baru.

31 18 Pengambilan Contoh Daun Pengambilan contoh daun bertujuan untuk menentukan kondisi status hara yang dikandung tanaman dalam rangka untuk penyusunan rekomendasi pemupukan. Alat dan bahan yang dipersiapkan: gergaji atau pisau, kantong plastik, label, alat tulis, dan formulir pengamatan. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pukul WIB dan tidak dalam kondisi hujan. Pelaksanaan. Contoh daun diambil berdasarkan KCD yang telah ditetapkan. Pelepah no. 17 yang diambil sebagai contoh daun. Penghitungan pelepah no. 17 dihitung berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka pertama. Daun pertama diberi tanda dengan cat merah. Pelepah no. 17 tersebut dipotong menggunakan gergaji atau pisau. Bagian tengahnya digunakan untuk pengambilan contoh daun. Caranya dengan meraba permukaan pelepah mulai dari ujung hingga ketemu atau terasa ada benjolan yang dinamakan pentil pada pelepah tersebut. Selanjutnya satu jengkal dari pentil diambil 12 anak daun, 6 anak daun masing-masing sebelah kiri dan kanan.contoh daun dari setiap blok dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda dengan jelas. Satu plastik digunakan sebagai tempat contoh daun dari satu blok, tidak boleh digabung dari beberapa blok. Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan persiapan penanganan contoh daun dan dianalisa di laboratorium. Penanganan Contoh Daun Anak daun (12 helai) dijadikan satu dan dipakai bagian tengahnya sepanjang cm. Lidi dari daun contoh diambil dan dibuang. Contoh daun tidak perlu dicuci tetapi di lap dengan kain basah. Daun yang sudah diambil contoh daunnya dipotong-potong 2 cm dan diletakkan di atas nampan pengeringan, kemudian diberi label dengan jelas. Contoh daun tersebut dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu C. Setelah selesai pengeringan contoh daun digiling dengan alat penggiling daun dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Contoh daun yang sudah dikeringkan dibagi dua, satu bagian dikirim ke Laboratorium Tanah dan sisanya disimpan sebagai cadangan. Contoh daun yang dikirim dan cadangannya harus diberi label yang jelas, selanjutnya dikirim ke laboratorium dengan segera.

32 19 Pengamatan yang dilakukan pada saat pengambilan contoh daun antara lain: pengamatan gejala defisiensi hara, ulat api dan ulat kantong. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 6 pokok di sekitar pokok KCD (mata lima) dibantu dengan gambar panduan gejala defisiensi hara dari pihak research. Hasil pengamatan ditulis di form data yang telah disediakan oleh pihak research. Selain gambar panduan dan form data, pihak research juga melakukan simulasi terlebih dahulu. Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, produksi, dan hasil pengamatan lapangan (gejala defiesiensi hara). Jenis pupuk yang dipakai di PAGE adalah pupuk organik (aplikasi janjang kosong) dan pupuk anorganik yaitu Urea, RP (Rock Phospat), MOP (Muriate of Potash), Kieserit, Chelated ZinCopper, dan HGF-B (High Grade Fertilizer Borate). Rekomendasi pemupukan di PAGE disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit di PAGE Tahun Jenis dan Dosis Pupuk Tahun Aplikasi Tanam Chelated Urea MOP Kieserit RP HGFB Zin Copper Total Sumber : Kantor Kebun PAGE (2011) Realisasi Pemupukan Realisasi pemupukan di PAGE dihitung berdasarkan persentase setiap jenis pupuk dalam setiap tahun pemupukan maupun persentase semua jenis pupuk

33 20 yang telah diaplikasikan pada masing-masing tahun tanam kelapa sawit dari jumlah rekomendasi yang ditetapkan. Realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan jenis pupuk disajikan pada Lampiran 7, sedangkan realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan total pupuk dapat dilihat pada Lampiran 8. Penyimpanan Pupuk Penyimpanan pupuk bertujuan agar mutu dan keamanan pupuk tetap terjaga. PAGE mempunyai dua gudang pupuk yaitu di Divisi I dan Divisi III. Gudang pupuk di PAGE masih berupa bangunan dari kayu, namun memiliki ventilasi yang cukup. Lantai diberi kayu sebagai alas pupuk. Pupuk diletakkan di atas kayu supaya pupuk tidak lembab yang mengakibatkan pupuk membatu. Pupuk yang diletakkan diluar karena tidak muat di gudang ditutup menggunakan terpal yang tebal dan tidak bocor. Penyimpanan pupuk disusun rapi agar memudahkan melakukan perhitungan. Gambar 2. Gudang Pupuk dan Penguntilan Tenaga Kerja Pemupukan Tenaga kerja pemupukan untuk tim BMS (Block Manuring System) 1 (untuk Divisi I dan II) berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang tenaga penabur, 5 orang tenaga pengecer, 2 orang tenaga bongkar muat, dan 6 orang tenaga penguntil. Tenaga pengecer dan penabur dibagi dalam 5 KKP (Kelompok Kecil Pemupuk). Setiap KKP terdiri atas 1 tenaga pengecer dan 2 orang penabur. Basis tenaga pengecer dan penabur adalah 500 kg/hk. Untuk 6 tenaga penguntil memiliki tugas masing-masing antara lain, 1 orang membuka sak dan menuangkan pupuk ke tempat penguntilan, 1 orang mengisi dua takaran untilan, 2 orang memindahkan pupuk dari takaran ke karung untilan, 1 orang mengikat

34 21 karung untilan, dan 1 orang lagi menyusun untilan dengan rapi. Basis tenaga kerja penguntil adalah kg/hk. Tenaga kerja pengecer dan penabur tetap anggotanya dalam KKP. Apabila salah satu dari anggota KKP tidak bekerja maka akan digantikan oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar muat bergiliran setiap harinya dengan tenaga kerja penguntil. Apabila stok pupuk di gudang habis, maka seluruh tenaga akan dikerahkan ke lapang untuk pemupukan. Semua tenaga kerja pemupukan mendapat upah sebesar upah/hk ditambah premi Rp ,-. Teknis Pemupukan BMS (Block Manuring System) adalah diharapkan aplikasi pupuk berpedoman kepada 5 T (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Aplikasi, Tepat Waktu, Tepat Pelaporan). Pelaksanaan kegiatan pemupukan wajib dengan menggunakan sistem BGA Manuring System. Organisasi kerja penguntilan. Penguntilan merupakan kegiatan menakar ulang pupuk dari karung sak ke dalam karung-karung untilan dengan dasar pertimbangan bahwa pupuk yang telah diuntil pada saat aplikasi nantinya sesuai dengan dosis per pokok tanaman. Penguntilan bertujuan untuk menghindari pupuk yang menggumpal dalam karung sak dan memudahkan tenaga kerja bongkar muat dan pengecer membawa pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk yang akan diuntil terlebih dahulu adalah pupuk stok lama dan atau karung goninya rusak. Karung pupuk dibuka dengan menarik benang jahitannya, dilarang menggunakan pisau. Berat untilan tergantung pada jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk RP dan kieserit berat tiap untilannya adalah 8.5 kg, sedangkan berat tiap untilan pupuk borat adalah 6.8 kg. Karung-karung untilan yang telah diikat disusun rapi dan teratur (10-15 susun) agar mudah dihitung pada saat dimuat. Untilan hari ini ditempatkan di belakang agar untilan hari sebelumnya diaplikasikan terlebih dahulu pada esok hari. Untilan ditutup rapat dengan menggunakan terpal dan dipastikan tidak bocor apabila turun hujan. Setelah selesai penguntilan, gudang until dibersihkan dan dirapikan.

35 22 a b c Gambar 3. Kegiatan Penguntilan Pupuk (a. Takaran Until; b. Penakaran Pupuk; c. Penyusunan Untilan) Organisasi kerja pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan memindahkan pupuk yang telah diuntil dari gudang ke lapang. Tim tenaga kerja bongkar muat pupuk terdiri dari 2 orang. Kegiatan dimulai setelah apel pagi, tenaga bongkar muat mulai memindahkan untilan-untilan pupuk di gudang ke dalam truk. Pada saat dimuat, jumlah untilan dihitung sesuai dengan kebutuhan di lapang. Pelangsiran dilakukan dua kali kecuali pada hari Jumat. Kegiatan muat pupuk ke truk berlangsung selama menit. Untilan pupuk ditempatkan pada setiap pasar pikul. Jumlah karung untilan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per setengah pasar (2 kali setengah baris) sehingga diketahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan pupuk diletakkan di pinggir CR (collections road), diusahakan agar karung untilan tidak terbuang ke parit, karung sobek, dan ikatan karung untilan tidak lepas untuk menghindari hilangnya pupuk. Tenaga pelangsir juga bertugas mengumpulkan bekas karung untilan dan digulung rapi setiap 10 karung untilan. Pupuk yang telah dilangsir diusahakan habis ditabur pada hari itu juga. Apabila pupuk tidak habis ditabur karena kondisi hujan, maka pupuk dibawa kembali ke gudang untilan. a b Gambar 4. Kegiatan Pelangsiran Pupuk (a.pemuatan Pupuk ke truk; b. Pengeceran Pupuk)

36 23 Organisasi kerja pengeceran. Pengeceran merupakan kegiatan memindahkan untilan pupuk dari pinggir CR ke dalam blok atau baris tanaman. Perbandingan tenaga kerja pengecer dengan tenaga kerja penabur adalah 1:2. Pengeceran pupuk dalam baris tanaman dilakukan dengan cara dipikul dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Semua untilan dari tempat peletakan pupuk akan dipikul hingga pasar tengah dan ditempatkan disetiap selang beberapa pokok sesuai dengan kelipatan dosis per pokok dan berat untilan. Bekas karung untilan dibawa kembali keluar dan diletakkan di pinggir blok. Selanjutnya bekas karung akan dikumpulkan oleh tenaga pelangsir dan digunakan lagi untuk penguntilan berikutnya. Gambar 5. Kegiatan Pengeceran Pupuk Organisasi kerja penaburan. Tenaga kerja penaburan terdiri dari 2 orang dalam satu KKP. Setiap penabur telah dipersiapkan takaran (sesuai dengan jenis dan dosis pupuk) dan gendongan until. Penaburan pupuk (untuk RP, kieserit, MOP, dan urea) di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir pada pasar tengah (pokok 16 atau 17) tergantung jumlah pokok dalam satu baris. Penaburan pupuk Borat dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir dalam baris. Pupuk urea ditabur merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan segera dapat direspon oleh tanaman. Pupuk RP, MOP & kieserite ditabur di piringan dengan bentuk U karena akar menyebar diluar piringan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran/ U dimaksudkan atas pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis/pikul. Pupuk borat ditabur merata di permukaan piringan dengan jarak ± 100 cm dari pokok. Pupuk Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak ± 50 cm dari pokok.

37 24 a b Gambar 6. Kegiatan Penaburan Pupuk Kieserit (a. Penaburan Pupuk di Piringan; b. Pupuk di Piringan) Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan Penulis melakukan pengamatan pada grup penguntil untuk mengamati ketepatan dosis untilan. Penulis melakukan penimbangan sampel untilan pupuk RP dan HGFB, data pengamatan disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB TK (Orang) Bobot/Until (kg) Rataan (kg) Tepat Dosis (%) Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase rata-rata penguntilan pupuk HGFB adalah %. Tabel 8. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk Rock Phospate TK (Orang) Bobot/Until (kg) Rataan (kg) Tepat Dosis (%) Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011) Berdasarkan hasil pengamatan penguntilan pupuk RP diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan dosis untilan adalah 94.35%.

38 25 Pengamatan Ketepatan Cara Persentase (%) Rataan Penabur Gambar 7. Grafik Ketepatan Cara Aplikasi Pupuk Kieserit pada Blok D04 Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan cara oleh tenaga kerja penabur adalah 85 %. Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja Tanggal Tabel 9. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Jenis Pupuk Dosis/ pokok (kg) Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011) Standar (kg) Jlh Pupuk (kg) Jlh TK Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada umumnya prestasi tenaga kerja pemupuk telah mencapai standar kerja kebun. Prestasi (kg/hk) 22/03/11 RP /03/11 RP /03/11 RP /03/11 RP /03/11 RP /03/11 Kieserit /03/11 Kieserit /03/11 Kieserit /04/11 Kieserit /04/11 Kieserit

39 26 Aplikasi Janjang Kosong Janjang kosong merupakan salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit. Aplikasi janjang kosong bertujuan untuk konservasi tanah dan menyediakan beberapa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, janjang kosong berfungsi sebagai penutup tanah, mengurangi gulma dan penguapan (menjaga kelembapan tanah). Aplikasi janjang kosong di PAGE dilakukan secara manual. Aplikasi dilakukan di Divisi I. Janjang kosong diangkut menggunakan truk buah dari PKS setelah mengantar TBS. JJK dari truk diletakkan di pinggir jalan CR atau di parit berbentuk tumpukan. Satu truk berisi 7 ton JJK disusun satu tumpukan. Alat yang digunakan untuk aplikasi JJK adalah gancu dan karung/angkong. Karung atau angkong digunakan untuk mengangkut JJK dari tumpukan ke dalam gawangan sedangkan gancu untuk menyusun JJK pada pasar mati. Tenaga kerja yang digunakan untuk aplikasi JJK ada 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dengan tugas masing-masing sebagai penyusun JJK ke angkong, mengangkut JJK ke dalam gawangan, dan penyusun JJK pada tanaman secara bergantian. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi sekali setahun pada lahan yang sama. Dosis JJK per hektar adalah 27 ton, atau ± 200 kg per pokok (1 ha terdapat 136 tanaman). Jumlah JJK yang disusun pada satu pokok tidak ditentukan. Berdasarkan kalibrasi untuk bobot 1 angkong/karung adalah 50 kg. Jadi diperkirakan untuk setiap tanaman harus ada 4 angkong/karung JJK. JJK disusun satu lapis di sisi susunan pelepah berbentuk kotak untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orictes rhinoceros). Prestasi kerja untuk karyawan penyusun janjangan adalah 0.1 ha/hk atau ± kg/ HK.

40 27 a b Gambar 8. Aplikasi Janjang kosong (a.pengangkutan JJK ke dalam Blok; b.susunan JJK di dalam Blok) Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan manusia. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman dengan gulma, memudahkan sanitasi dan pemeliharaan (pemupukan), serta menghindari pengaruh buruk bagi tanaman. Gulma dominan yang ditemukan di PAGE yaitu Chromolaena odorata (putihan), Stenochlaena palustris (kelakai), Neprolephis biserata (paku larat), Glichenia linearis (pakis kawat), Dicrapnotheris linearis (pakis kawat), Mikania micrantha (sambung rambat), Scleria sumatrensis (kerisan), dan kentosan (sawit liar). Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi dengan sasaran gulma di piringan, gawangan mati, pasar pikul, dan TPH. Khusus pakisan (Neprolephis biserata) sengaja dibiarkan tumbuh pada gawangan mati dan pokok kelapa sawit. Hal itu dilakukan karena Neprolephis biserata pada saat mencapai umur tertentu akan kering dan mati dengan sendirinya. Selain itu, Neprolephis biserata berfungsi untuk mengurangi evaporasi yang terjadi pada tanah sehingga kelembapan tetap terjaga. Pengendalian secara manual. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu piringan manual dan gawangan manual. Piringan manual merupakan kegiatan membersihkan gulma yang mengelambu atau menutupi tanaman kelapa sawit, gulma dan kotoran berupa brondolan busuk, pelepah kering yang ada di piringan. Prestasi kerja piringan manual adalah 0.5 ha/hk. Gawangan manual merupakan kegiatan menebang gulma khususnya gulma anak kayu yang tumbuh di gawangan mati maupun gawangan hidup. Gulma ditebas ± 30 cm dari

41 permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual adalah 0.5 ha/hk. Piringan dan gawangan manual kebanyakan dilakukan pada areal tahun tanam Gambar 9. Gulma Mengelambu pada Kelapa Sawit Pengendalian secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu semprot gawangan dan SPPH (Semprot Piringan, Pasar pikul, dan TPH). Metode yang dilakukan adalah sistem BSS (Blok Spraying System), yaitu penyemprotan yang dilakukan dari blok ke blok. Tim BSS terdiri dari 2 tim yaitu: tim BSS TUS dan tim BSS divisi. Tim BSS TUS adalah tim pengendalian gulma piringan, pasar pikul, dan TPH (SPPH) dengan menggunakan alat sprayer SA 15 dan nozel vlv 100/Deflaktor. Isi sprayer SA 15 adalah 15 l. Cara penyemprotannya adalah piringan disemprot pada jari-jari 2 m dengan posisi stik semprot di arah luar lingkaran. Pasar rintis, pasar tengah, pasar kumis, dan kaki lima parit/blok disemprot dengan lebar 1.2 m, serta semua TPH disemprot. Tim divisi adalah tim pengendalian gulma gawangan dan lalang dengan menggunakan alat Solo sprayer. Isi Solo sprayer adalah 13 liter. Cara penyemprotannya adalah gawangan disemprot secara selektif yaitu hanya gulma beranak kayu disemprot secara merata dan semua lalang cara spot dan merata. Pengancakan kerja tiap tenaga semprot adalah dua pasar. Apabila dalam kondisi berat ditumbuhi gulma, maka satu pasar disemprot oleh dua tenaga semprot. Mulai dari CR tembus ke CR sebelah, kemudian balik dari sisi CR sebelah ke CR semula. Selanjutnya pindah ke pasar berikutnya yang belum di semprot berdasarkan nomor urut penyemprot. Sebelum masuk ke dalam hancak bendera merah ditancapkan di CR sebagai tanda batas hancak. Pengendalian gulma secara kimiawi pada piringan dilakukan dengan menggunakan herbisida gifosat merek dagangnya KLEENUP 480 SL dan metil

42 29 metsulfuron merek dagangnya Meta-Prima 20 WG. Dosis bahan gifosat adalah 0.3 liter/ha, sedangkan metil metsulfuron adalah kg/ha. Sebelumnya bahan gifosat telah dicampur dengan air 1:1. Demikian juga untuk bahan metil dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air, kemudian dicampur dengan glifosat. Untuk TUS pencampuran bahan dilakukan di tangki truk. Jumlah air yang diisi ke tangki adalah l, jumlah glifosat 9.86 liter dengan konsentrasi 0.39 %, dan jumlah metilnya kg dengan konsentrasi %. Semua bahan dicampur dalam tangki. Sasaran kerja semprot piringan adalah semua gulma di piringan, pasar pikul, pasar tengan, kaki lima, dan TPH. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan dengan menggunakan herbisida paraquat merek dagangnya GRAMOXONE 276 SL, metil metsulfuron merek dagangnya Meta-Prima 20 WG dan starlon. Dosis paraquat liter, metil 0.02 kg, dan starlon liter. Jenis dan dosis bahan yang digunakan berdasarkan kondisi dan komposisi gulma (persentase gulma dalam satu blok). Untuk pengendalian lalang menggunakan glifosat tanpa campuran bahan lain dengan perbandingan 1:1. Dosisnya adalah liter/ha. Output untuk semprot lalang atau spot lalang adalah 5 ha/hk. Rotasi kerja semprot piringan yaitu 6 kali setahun (setiap 2 bulan). Semprot piringan dilakukan pada bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober, dan Desember. Rotasi kerja semprot gawangan yaitu 2 kali setahun (setiap 6 bulan) dan dilakukan pada bulan Juni dan Desember. Prestasi kerja tenaga semprot piringan adalah 3 ha/hk sedangkan prestasi kerja tenaga semprot gawangan adalah 2 ha/hk. Prestasi kerja yang diperoleh tenaga semprot piringan dan gawangan kadang lebih atau kurang dari norma kerja 3 ha/hk dan 2 ha/hk. Hal ini disebabkan kondisi gulma (intensitas gulma) pada areal blok berat atau ringan. Apabila prestasi kerja lebih dari norma kerja, maka lebihnya akan dimasukkan pada prestasi kerja hari berikutnya.

43 30 a b Gambar 10. Kegiatan Pengendalian Gulma (b.semprot Gawangan; b. Semprot Piringan Alokasi alternatif tenaga semprot bila terjadi hujan atau ketersediaan bahan tidak ada adalah: menanam MB (Mucuna bracteata), pekerjaan berantas kentosan, tanam Neprolephis/Tunera, piringan dam gawangan manual. Pekerjaan sekunder harus ditentukan dengan jelas agar alokasi HK tenaga semprot lebih efektif. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian Hama. Hama yang terdapat di perkebunan PAGE antara lain tikus, kumbang tanduk (Orictes rhinoceros), ulat api (Tosea asigna), dan ulat kantong (Mahasena corbetti). Pengendalian dilakukan pada hama tikus dan kumbang badak karena dianggap telah mengganggu dan serangannya sudah mulai banyak. Tikus merusak bunga jantan, bunga betina, tandan buah segar, dan brondolan. Pengendalian untuk mencegah peledakan hama tikus yaitu dengan aplikasi rodentisida berupa Durat. Aplikasi durat dilakukan secara manual. Dosis durat untuk satu tanaman adalak satu biji. Durat diletakkan pada jarak ± 50 cm dari pokok dengan menghadap ke pasar pikul. Rotasi aplikasi durat dilakukan sekali setahun. Aplikasi durat dilakukan dua tahap. Aplikasi tahap pertama seluruh pokok kelapa sawit diaplikasikan. Aplikasi tahap kedua 4-7 hari setelah aplikasi pertama, untuk mengganti racun yang hilang. Aplikasi durat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga di umpan durat tersebut tidak terdapat bau manusia sehingga tikus yang mempunyai insting cepat tanggap

44 31 terhadap bahaya tidak terpengaruh dengan bau manusia di umpan tersebut. Berat satu biji durat adalah 3.6 gram. Prestasi kerja untuk karyawan aplikasi durat kg/hk. Kumbang tanduk (Orictes rhinoceros) telah menjadi hama utama di kebun PAGE. Kumbang tanduk menyerang pucuk yang mengakibatkan pucuk kelapa sawit patah. Selanjutnya, akibat bekas gerekan busuk dan akhirnya tanaman kelapa sawit bisa mati. Kumbang tanduk dikendalikan dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap merupakan perangkap dengan menggunakan feromon dalam bentuk kemasan. Feromon diletakkan di dalam jerigen yang dibelah dan digantung pada ketinggian ± 2 m. Kelebihannya lebih efektif untuk kumbang tanduk karena posisi lubang ferotrap berada di samping. Ferotrap ditempatkan satu pada setiap blok tepat di pinggir jalan CR. Selain itu, untuk mencegah perkembangbiakan kumbang tanduk penyusunan JJK tidak boleh dari satu lapis. Serangan hama ulat api dan ulat kantung sangat kecil dan belum merugikan perkebunan. Pengendalian yang dilakukan adalah menanam Turnera subuleta (bunga pukul tujuh) dan Turnera ulmifolia (bunga pukul delapan) pada pinggir CR maupun MR. Pengendalian Penyakit. Penyakit yang banyak ditemukan di PAGE adalah busuk buah dan busuk pucuk. Pengendalian yang dilakukan yaitu melakukan pemangkasan pelepah (pruning), tandan yang lewat masak tidak dibiarkan berada di pohon, dan kastrasi dilakukan dengan tepat. Panen Panen adalah suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke PKS pada hari yang sama dengan kondisi buah yang segar dan bersih. Panen merupakan memotong seluruh buah yang layak potong, mengutip seluruh brondolan, mengangkut buah dari dalam blok kemudian mengumpulkannya ke TPH, dan selanjutnya mengangkut buah dari TPH ke PKS. Pengelolaan panen menekan losses seminimal mungkin harus dilakukan tanpa harus melihat faktor topografi lahan, kondisi areal tanaman, ketersediaan tenaga kerja dan sarana infrastruktur yang ada. PAGE menggunakan BHS (Block Harvesting System).

45 32 Persiapan Panen Prasarana Panen. Prasarana panen bertujuan untuk mendukung kegiatan pemanenan, mulai dari lapangan hingga ke PKS. Pembuatan prasarana panen meliputi: 1) Pasar rintis, setiap 2 baris harus ada 1 pasar rintis dengan lebar 1.2 m. Pembuatan pasar rintis dengan cara kimia dan manual. Kondisi pasar rintis harus selalu bersih mulai dari piringan hingga TPH. 2) Pasar tengah (pasar kontrol atau jalan asisten), setiap di tengah blok harus ada pasar/jalan yang memotong pasar rintis dengan kondisi bersih. 3) Gawangan, pada areal baru dan tidak berteras, gawangan yang ditentukan sebagai pasar rintis harus bersih dari tunggul dan diratakan. Gawangan pada areal yang berlereng dibuat secara zig-zag untuk mencegah erosi tanah dan mempermudah pengangkutan buah. 4) Pasar kumis, setiap blok dibuat pasar kumis yang memotong ujung gawangan mengarah ke TPH dengan lebar 1.2 meter. 5) Titi panen, dibuat setelah pasar rintis tersedia dan dipasang sesuai dengan letak TPH. Penentuan jumlah dan panjang titi panen didasarkan data sensus detail blok yamg benar. Saat ini di sebagian blok telah dibuat titi panen beton. 6) Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), setiap 3 pasar rintis dibuat 1 TPH dengan ukuran 4 m x 6 m yang kondisinya harus dirawat tetap bersih. Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanenan ditentukan berdasarkan luas seksi/kadvel panen untuk setiap hari panen. Standar norma yang digunakan di PAGE adalah 3-4 ha/hk. Tim pemanen divisi I berjumlah 43 orang, semuanya laki-laki sebagai pemotong, pengangkut, dan kutip brondolan. Tenaga panen dibagi dalam 10 KKP (Kelompok Kecil Pemanen). Setiap KKP terdiri 4-5 orang tenaga panen. Divisi I dibagi dalam dua kemandoran, setiap kemandoran terdiri dari 5 KKP. Apabila salah satu anggota dalam KKP tidak hadir, maka anggota yang lain membantu panen di hancak anggota yang tidak hadir. Alat panen. Alat-alat panen yang digunakan dalam pelaksanaan panen TBS antara lain, dodos, ganco/ganco kapak, tojok, angkong, karung, dan stempel. 1) Dodos, untuk memotong tandan buah pada tanaman.

46 33 2) Ganco/ganco kapak, untuk menarik tandan buah, mengangkut buah ke angkong, dan juga alat untuk menyusun tandan buah di TPH. Selain itu, ganco kapak digunakan untuk memotong tangkai tandan buah yang panjang. 3) Tojok, mengangkut tandan buah dari TPH ke truk dan menyusun tandan buah di dalam truk. 4) Angkong, sebagai wadah mengangkut tandan buah dari dalam blok ke TPH. 5) Karung, sebagai wadah mengumpulkan brondolan di piringan dan sebagai alas brondolan di TPH. 6) Stempel, digunakan sebagai cap tandan buah yang merupakan identitas tenaga panen (nomor pemanen). Biasanya distempel pada tangkai tandan buah. Kriteria Panen Kriteria panen untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami. Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria sebagai berikut, untuk setiap 1 kg berat tandan harus terdapat 2 brondolan normal yang lepas (bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit atau brondolan kering). Misalnya BJR (berat janjang rata-rata) salah satu blok sebesar 10 kg, maka buahnya dapat dikatakan matang panen apabila brondolan normal yang lepas sebanyak 20 butir (jatuh di piringan). Kebun PAGE menerapkan buah dapat dipanen apabila terdapat 5 brondolan terlepas secara alami dari tandan buah (BJR ± 8 kg) sebelum dipanen. Hal ini dimaksudkan bahwa setelah tandan buah dipotong dan jatuh ke piringan, maka diperkirakan brondolan yang lepas secara alami akan bertambah hingga lebih dai 18 brondolan. Rotasi Panen Rotasi panen (interval/umur panen) merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS

47 34 di PKS, serta biaya eksploitasi. Pusingan panen adalah waktu atau jumlah hari yang dibutuhkan untuk kembali panen pada blok yang sama. Rotasi panen ditetapkan 7 hari, paling panjang hingga 9 hari. Pusingan 7 hari berkaitan dengan persentase brondolan turun, produktivitas (kg/hk), biaya produksi, dan persentase buah mentah. Panen pada saat pusingan 7 hari, persentase brondolan normal, produktivitas (kg/hk) tinggi karena waktu tidak tersita hanya untuk mengutip brondolan, semakin tinggi produktivitas maka biaya produksi semakin kecil, persentase buah mentah turun karena tenaga panen telah siap borong. Rotasi yang terlalu panjang (>9 hari) akan menyebabkan brondolan meningkat sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas karena banyak waktu tersita untuk mengutip brondolan. Hal ini mengakibatkan tenaga kerja panen tidak siap borong sehingga muncul perilaku memotong buah mentah atau kurang matang untuk mencapai siap borong. Produktivitas menurun akhirnya biaya produksi semakin besar. Apabila pusingan terlalu cepat, maka persentase buah mentah akan naik. Tenaga kerja panen akan memotong buah mentah untuk mengejar siap borong. Hal ini disebabkan kerapatan buah matang telah menurun. Akhirnya biaya produksi potong buah meningkat. Seksi dan Hancak Panen Seksi panen. Seksi panen adalah pembagian luas areal panen yang ditargetkan selesai dipanen dalam satu hari. Satu seksi panen terdiri dari 4-5 blok di divisi I. Penetapan seksi panen dilakukan searah jarum jam atau berlawanan arah dan besarnya luas setiap seksi ditentukan berdasarkan perhitungan potensi produksi masing-masing blok sesuai hasil sensus produksi semester. Seksi panen dilakukan searah jarum jam di divisi I. Seksi panen disusun berdasarkan kebijakan pusingan panen sehingga: (1) Satu seksi harus selesai di panen 1 hari, (2) Mempermudah pindah ancak dari satu blok ke blok yang lain, (3) Mempermudah kontrol Asisten, Mandor I, dan Mandor Panen, (4) Transport TBS lebih efisien, (5) Out pemanen lebih tinggi. Seksi panen divisi I terdiri dari 6 seksi,yaitu seksi A-F. Seksi A dimulai dari blok C11-C9 dan D10-D9 dengan luas ha, seksi B dimulai dari blok C8-C7 dan D8-D6 dengan luas ha, seksi C dimulai dari blok C -C5 dan

48 35 D5-D4 dengan luas ha, seksi D dimulai dari C4-C2 dan D3-D2 dengan luas ha, seksi E dimulai dari blok E3-E6 dengan luas ha, dan seksi F dimulai dari blok E7-E8 dengan luas ha. Hancak Panen. Hancak panen adalah pembagian luasan yang harus dipanen oleh tenaga kerja panen untuk setiap hari kerja. Sebelum menentukan luas hancak panen terlebih dahulu tentukan jumlah tenaga kerja pemanen (cutter), dengan pertimbangan utama: estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, output panen (kg/hk) yang diinginkan, luas panen (ha/hk) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen, homogenitas tanaman dan kondisi topografi. Luasan hancak tenaga keja panen pada setiap blok rata-rata 1 ha (2 pasar). Pada setiap seksi, luasan yang harus dipanen 3-4 ha untuk setiap harinya. Pelaksanaan Sistem Panen Sistem panen yang dilaksanakan di PAGE adalah pelaksanaan panen hanya terdiri dari pemanen saja sebagai pemotong, pengangkut tandan buah, dan kutip brondolan. Kegiatan panen secara lengkap mulai dari potong pelepah, potong buah masak, susun pelepah, potong gagang panjang, kutip brondolan, angkut buah dan brondolan ke TPH dilakukan oleh pemanen (tenaga kerja potong buah). Sistem panen mengggunakan sistem hancak giring tetap, yaitu sistem hancak dimana mandor potong buah yang satu dengan yang lain telah memiliki hancak yang tetap, sementara tenaga kerja potong buah pada dasarnya telah memiliki hancak yang tetap. Namun, hancaknya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan/kondisi kerapatan buah (giring). Tenaga panen secara bersama-sama memanen dari blokke blok yang lain pada satu seksi panen setiap hari kerja. Pelaksanaan panen diupayakan serentak pada blok yang sama agar tidak terjadi kesalahan pencatatan buah oleh kerani panen dan transportasi lebih tertib dalam mengangkut buah. Krani panen mulai melakukan pencatatan buah setelah pemanen selesai menyusun buah di TPH dan memberi stempel pada buah sebagai identitas. Setelah selesai pencatatan buah, selanjutnya krani transport mengarahkan unit untuk mengangkut buah ke blok tersebut sehingga unit tidak sering berkeliling dalam blok yang sama.

49 36 a b c Gambar 11. Kegiatan Panen (a. Memotong TBS; b. Menyusun TBS di TPH; c. TBS dan Brondolan di TPH) Penunasan (Prunning) Tunas pokok (prunning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu (48-56 pelepah umur 8 tahun dan pelepah umur >8 tahun) yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Selain itu, penunasan sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Tugas utama dalam melaksanakan penunasan adalah adalah menjaga jangan sampai terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over prunning) dan atau pemeliharaan pelepah yang terlambat (pokok gondrong). Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi, melakukan sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan, cuci rumput piringan, dan pengutipan brondolan. Pelantaran Agro Estate menggunakan sistem penunasan progresif (Maintenance Progressive Prunning). Penunasan progresif merupakan kegiatan penunasan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sepanjang tahun, dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen oleh pemanen tersebut (bukan oleh tim tunas khusus). Semua pelepah tua dan tidak berguna dibuang kecuali 2-3 pelepah yang menyangga tandan buah (songgo dua atau tiga). Keuntungan

50 37 penunasan progresif antara lain, biaya lebih rendah, penghematan tenaga kerja, pokok tidak stress, dan turn over rendah karena penambahan pendapatan. Alasan penggunaan sistem penunasan progresif adalah sebagai berikut : Mengintegrasikan pelaksanaan panen menggunakan Block Harversting System (BHS) dengan pemeliharaan tanaman/tunas pokok yang dilakukan oleh tenaga panen itu sendiri. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja khususnya pemanen. Artinya, tidak menggunakan tenaga kerja khusus penunasan lagi. Pola penghancakannya sama dengan penghancakan panen menggunakan BHS sehingga pemeliharaan tanaman/tunas pokok dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen. Tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah (tunas progresif) yang dilakukan pemanen akan diberikan kompensasi berupa Premi Tunas dan dibayarkan secara berkala. Organisasi Penunasan Progresif Pemanen setelah melaksanakan potong buah, pada pokok itu juga dilakukan pemeliharaan pelepah dengan mengacu pada prinsip-prinsip tunas pokok sesuai umur tanaman. Pemanen juga melaksanakan penunasan pelepah pada pokok-pokok yang tidak menjadi pokok panen pada hari itu. Pelaksanaan tunas pelepah secara progresif, bila memungkinkan dapat dilakukan secara langsung pada saat panen. Apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan pada hari libur. Pengaturan pelaksanaan tunas progresif setiap hari harus dibimbing oleh mandor panen, agar tidak ada alasan bagi pemanen untuk tidak menyelesaikan hancak panen akibat pemanen melakukan tunas progresif. Penyusunan Pelepah Cabang/pelepah daun disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara pokok sehingga membentuk huruf U. Cabang/pelepah daun tidak perlu dipotongpotong, melainkan langsung disusun saling tindih. Apabila di gawangan mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pohon, maka cabang/pelepah daun tersebut disusun di antara pokok dalam barisan (bila

51 38 diperlukan pelepah daun dapat dipotong-potong). Penyusunan pelepah daun pada areal berbukit harus disusun dengan arah memotong kemiringan lereng. Hal ini sekaligus bertujuan untuk melakukan konservasi tanah dengan cara mengurangi laju kecepatan air (run-off). Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi kebun. Kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi divisi dilakukan oleh krani divisi. Untuk mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai pendamping mandor dan krani divisi. Pendamping Mandor Pada saat magang penulis berstatus sebagai pendamping mandor antara lain mandor pupuk, mandor panen, mandor perawatan manual, mandor perawatan semprot, dan mandor (krani) transport. Pendamping mandor pupuk. Penulis menjadi pendamping mandor pupuk tim BMS 2 PAGE. Penulis melakukan pengawasan pada aplikasi pupuk anorganik. Selama menjadi pendamping mandor pupuk, penulis mempelajari tugas-tugas mandor pupuk antara lain mengetahui rekomendasi yang dikeluarkan, mengetahui luasan yang dipupuk, mengetahui rencana kerja harian yang telah dibuat oleh mandor, dan pengisian laporan. Mandor pupuk melakukan pengawasan mulai penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan aplikasi di lapangan. Pada saat pemupukan telah selesai, pada jam kedua mandor pupuk melakukan cek mutu hancak. Pendamping mandor panen. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis mempelajari tugas-tugas mandor panen antara lain harus mengetahui rotasi atau pusingan panen, kadvel yang dipanen, blok yang dipanen, jumlah tenaga kerja panen, dan cek mutu hancak pemanen. Mandor panen harus mengawasi seluruh kegiatan panen. Setiap hari mandor panen melakukan cek mutu hancak dan mutu buah milik pemanen. Mandor melakukan pengecekan

52 39 pada 1-2 orang pemanen setelah kegiatan panen dilakukan. Pada jam kedua (apel sore), mandor mengisi laporan harian mandor, mutu hancak, dan denda pemanen. Pendamping mandor semprot. Sebagai pendamping mandor, penulis melakukan pengawasan dan mengisi laporan harian mandor. Penulis juga mempelajari tugas-tugas mandor antara lain mengetahui pembuatan bon permintaan bahan, pembuatan rencana kerja harian semprot yaitu dosis, konsentrasi, prestasi kerja, luas yang disemprot dan kebutuhan tenaga semprot, mengetahui rotasi dan pusingan semprot. Pada saat pengawasan, penulis belajar untuk menentukan hancak setiap tenaga kerja semprot. Selain itu, penulis belajar melakukan pengisian papan monitoring produksi BSS dan laporan harian mandor. Pendamping mandor perawatan manual. Kegiatan yang harus diawasi oleh mandor manual antara lain perawatan emplacement, rawat jalan, aplikasi JJK, dan pembuatan pasar pikul timbun dalam satu hari. Penulis belajar tugastugas mandor untuk mengetahui pembagian tugas-tugas setiap karyawan manual, penentuan blok, dan pelaporan. Penulis juga melakukan pengawasan di lapangan. Pendamping mandor (krani) transport. Pada kegiatan sebagai pendamping mandor transport, penulis belajar tentang pengarahan unit dan tenaga kerja bongkar muat (TBM) buah ke lapangan, pengisian surat pengantar buah (SPB), dan pembuatan laporan. Pada pengisian SPB, penulis belajar bagaimana menentukan estimasi tonase TBS dan brondolan pada satu truk buah yang akan diangkut ke PKS. Manajemen Kebun Tingkat Staf Manajemen kebun tingkat staf dilakukan oleh manager, asisten divisi, dan kepala seksi administrasi. Manajer bertanggung jawab pada seluruh kegiatan baik teknis maupun administratif. Manajer yang memberi instruksi pelaksanaan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun. Manajer dibantu oleh asisten divisi yang bertanggung jawab mengelola divisi dan oleh kepala seksi administrasi yang bertanggung jawab pada seluruh administrasi kebun.

53 40 Asisten divisi melakukan pengawasan untuk seluruh kegiatan di lapangan, mengetahui setiap kendala di lapangan, dan mencari solusi setiap kendala yang ditemukan. Selama pendamping asisten divisi, penulis belajar tugas-tugas asisten untuk mengetahui pembuatan laporan harian asisten dan penyusunan Rencana Kerja Bulanan (RKB).

54 PEMBAHASAN Pemupukan Keefektifan dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh pengelolaan pemupukan yang tepat. Pemupukan yang efektif dan efisien mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat dan tepat cara. Tepat Jenis. Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain: umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk (Poeloengan et al., 2003). Aplikasi jenis pupuk yang digunakan PAGE adalah berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh Departement Research BGA. Dasar penyusunan rekomendasi pemupukan adalah hasil analisa daun, jenis tanah, status hara, dan potensi produksi. Jenis pupuk yang digunakan PAGE pada tahun 2011 adalah pupuk tunggal. Pupuk tunggal yang digunakan antara lain: Rock Phospate untuk memenuhi kebutuhan unsur P, kieserit untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg, urea untuk memenuhi unsur N, MOP (Muriate of Potash) untuk memenuhi kebutuhan unsur K, HGFB (High Grade Fertilizer Borate) untuk memenuhi kebutuhan unsur B, dan Chelated Zincoper untuk memenuhi kebutuhan unsur Zn dan Cu. Menurut PPKS (2003), biaya per unit hara dalam pupuk tunggal masih lebih rendah dibandingkan dengan pupuk majemuk atau jenis pupuk lainnya. Akan tetapi biaya aplikasi pupuk tunggal menjadi lebih mahal karena hanya satu jenis hara saja yang diaplikasikan pada setiap aplikasi pemupukan. Sutarta et al. (2003) menambahkan pupuk tunggal umumnya mengandung satu hara utama, walaupun beberapa pupuk tunggal juga mengandung hara lainnya tetapi biasanya dalam jumlah yang rendah. Selain itu, adanya pupuk tunggal memungkinkan aplikasi setiap unsur hara sesuai dengan yang diinginkan. Tepat Dosis. Penentuan dosis pemupukan PAGE berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh pihak research. Dasar penyusunan dosis pemupukan adalah hasil analisa daun, jenis tanah, status hara, dan potensi produksi. Adiwiganda (2007) mengemukakan bahwa dosis pupuk yang direkomendasikan didasarkan pada berbagai faktor antara lain: unsur hara

55 42 yang terbawa saat panen, unsur hara yang termobilisasi dalam batang dan pelepah, serta estimasi kehilangan unsur hara. Penulis melakukan penimbangan sampel sebanyak 30 karung until pada setiap penguntilan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase ketepatan untilan yang dilakukan oleh penguntil memiliki rata-rata ketepatan % untuk HGFB dan % untuk RP (standar kebun adalah 90 %). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam menguntil pupuk sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Standar kerja dalam kegiatan penguntilan adalah kg/hk. Pada aplikasi pupuk di lapangan sudah dilakukan dengan cukup tepat. Pelangsir meletakkan jumlah karung until sesuai dengan kelipatan dosis per pokok. Pupuk RP dengan dosis 2 kg/pokok, pelangsir meletakkan 8 karung until, kieserit dengan dosis 1.25 kg/pokok diletakkan 5 karung until, urea dengan dosis 1 kg/pokok diletakkan 4 karung until untuk dua baris tanaman sampai pasar tengah (jumlah 34 pokok), dan HGFB dengan dosis 0.1 kg/pokok diletakkan 1 karung until untuk dua baris tanaman penuh (jumlah 68 pokok). Selain itu, pengecer juga telah meletakkan karung until dalam baris tanaman sesuai dengan kelipatan dosis per pokok. Demikian juga untuk penabur telah menggunakan takaran sesuai dengan jenis dan pupuk yang diaplikasikan. Tepat waktu. Pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) dilakukan dua kali aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua (Juli- Desember). Aplikasi pemupukan kebun PAGE dilakukan berdasarkan buku rekomendasi pemupukan 2011 yaitu untuk aplikasi pupuk RP dan kieserit dilakukan sekali dalam setahun pada semester pertama, sedangkan aplikasi pupuk urea, MOP, HGFB, dan Chelated Zincoper dilakukan dua kali dalam setahun. Urutan aplikasi pemupukan yang dilaksanakan yaitu RP-HGFB/Chelated Zincoper-kieserit-urea-MOP. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap waktu aplikasi pemupukan adalah iklim (curah hujan). Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu adalah diakibatkan terutama oleh terjadinya deviasi iklim (curah hujan) yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi pemupukan. Curah hujan

56 PAGE pada Januari-Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 12 dan waktu aplikasi pemupukan aplikasi pemupukannya dapat dilihat pada Tabel Januari Februari Maret April Mei Curah Hujan Januari-Mei 2011 (mm) Gambar 12. Grafik Curah Hujan Pelantaran Agro Estate Januari-Mei 2011 Jenis Pupuk Tabel 10. Aplikasi Pemupukan Pelantaran Agro Estate 2011 Bulan Aplikasi Kebun PAGE Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des RP R1 R1 HGFB R1 R2 R2 C. Zinc R1 R2 R2 Urea R1 R1 R2 R2 MOP R1 R1 R2 R2 Kieserit Keterangan: R1 R1 aplikasi pupuk rotasi pertama R2 aplikasi pupuk rotasi kedua Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan mm/bulan dan minimum pada curah hujan 60 mm/bulan serta maksimun 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maka pemupukan dihentikan dan dapat dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah turun hujan 50 mm/10 hari. Namun jadwal aplikasi diatas dapat dilaksanakan dengan asumsi hanya faktor iklim yang menjadi faktor pembatas, sedangkan faktor lain seperti ketersediaan pemupukan, kesiapan lahan, dan ketersediaan tenaga kerja dapat dikendalikan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, rata-rata curah hujan tiap bulan di Pelantaran Agro Estate Januari-Mei 2011 yaitu 236 mm/bulan. Pada umumnya

57 44 waktu aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat curah hujan yang ideal untuk aplikasi per bulannya yaitu mm/bulan. Namun waktu aplikasi pemupukan HGFB kurang tepat yaitu pada curah hujan 337 mm/bulan (>300 mm/bulan). Sesuai dengan rekomendasi dari research departement, bulan yang curah hujan lebih dari 300 mm/bulan aplikasi pupuk Urea, MOP, dan HGFB dihindari untuk meminimalisir pencuncian, aliran air, dan erosi. Pada areal yang konservasi tanah dan airnya telah dilaksanakan secara baik, faktor pembatas ini dapat ditiadakan. Tepat cara. Keefektifan dan efisiensi pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh metode pupuk yang digunakan. Cara penaburan pupuk pada intinya diaplikasikan di daerah perakaran yang dominan menyerap hara. Cara dan tempat penaburan pupuk yang diaplikasikan berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang diserap oleh tanaman. Cara penaburan yang dilakukan oleh PAGE adalah manual yaitu dengan ditebar secara merata pada piringan (broadcast) dan dibenam (pocket). Jenis pupuk yang ditebar adalah RP, Kieserit, Urea, MOP, dan HGFB dengan jarak tabur dari tanaman 1-3 m dari batang tanaman. Penyebaran pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) berbentuk huruf U mengikuti susunan pelepah. Jenis pupuk yang dibenam adalah Chelated Zincoper pada jarak 50 cm dari pokok tanaman. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara pada aplikasi pupuk kieserit pada satu blok. Ketepatan cara diamati dari jarak taburnya dan kondisi penyebaran pupuk. Penulis mengamati 10 tenaga kerja penabur yang sama. Tanaman yang diamati adalah dua baris hingga pasar tengah untuk setiap penabur. Hasil pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk dapat dilihat pada grafik Gambar 7. Berdasarkan hasil pengamatan tepat cara, bahwa rata-rata ketepatan cara tenaga kerja penabur untuk pupuk kieserit sudah mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa cara aplikasi pupuk yang dilaksanakan sudah cukup tepat. Namun masih di bawah standar kebun yaitu 90%. Pelaksanan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan tempat dalam aplikasinya yaitu pada piringan, sudah memperhatikan kondisi penyebaran pupuk yaitu ditebar secara merata pada piringan, pupuk tidak menggumpal karena sudah dilakukan penguntilan terlebih dahulu, dan telah memperhatikan jarak tabur dengan mempertimbangkan

58 45 penyebaran akar yang aktif menyerap hara dalam tanah. Akan tetapi pada saat menjelang waktu kerja selesai, tenaga kerja penabur akan lebih mengutamakan target output tercapai duluan. Pada grafik Gambar 7 dapat dilihat juga bahwa tenaga kerja penabur memperoleh persentase ketepatan cara yang tidak merata. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: beberapa penabur dari awal kerja lebih mementingkan output/hk tercapai sehingga mengesampingkan penaburan secara tepat. Tenaga kerja penabur mengacu pada prinsip asalkan pupuk sudah tertabur pada tanaman. Tenaga kerja penabur yang masih baru dapat dikatakan belum memiliki kapasitas yang memadai jika dibandingkan penabur yang sudah lama. Selain itu disebabkan oleh faktor usia penabur. Efisiensi Tenaga Kerja Penentuan jumlah tenaga kerja pemupuk berpengaruh penting terhadap kegiatan pemupukan. Perlu dilakukan penghematan tenaga kerja dengan menyusun organisasi kerja yang lebih efektif dan efisien serta melengkapi fasilitas lapangan. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa tenaga penabur pupuk harus memiliki kualitas dan kapasitas yang memadai. Tenaga kerja merupakan karyawan harian tetap (KHT), sehingga pengarahan kerja lebih mudah dilaksanakan. Basis untuk tiap tenaga kerja penabur adalah kg/hk pada hari biasa (7 jam) kerja, sedangkan pada hari Jumat (5 jam) basis dikurangi yaitu kg/hk sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan Tabel 9, ratarata prestasi tenaga kerja penabur berdasarkan bobot pupuk yang diaplikasikan di lapangan pada umumnya telah mencapai standar kebun. Khusus pada hari Jumat prestasi kerja dikurangi dari prestasi kerja hari biasa. Namun terkadang basis tidak tercapai sesuai dengan standar kebun seperti pada tanggal 29 Maret Hal ini disebabkan persediaan pupuk di gudang pada hari tersebut habis dan berakibat kepada tidak efisiennya penggunaan tenaga kerja, waktu dan biaya. Pemupukan menjadi lebih awal selesai dari waktu kerja biasa. Biaya pemupukan menjadi lebih besar. Sebagai contoh pada Tabel 10, dengan output/hk adalah 450 kg dan jumlah pupuk kg maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

59 46 seharusnya adalah 17 orang, bukan 18 orang. Dari segi waktu kerja lebih cepat selesai, sedangkan dari segi biaya akan bertambah satu HK. Pada pengamatan penulis saat pemupukan di lapangan, jika jam kerja digunakan dengan baik maka output yang dihasilkan bisa lebih besar daripada standar kebun. Gejala Defisiensi Hara Darmosarkoro (2003) menyatakan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Ketersediaan hara tersebut dalam tanah yang rendah mengakibatkan tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara umumnya menunjukkan gejala-gejala yang khas. Adiwiganda (2007) menambahkan bahwa gejala kekahatan atau defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Berikut adalah status hara daun di PAGE tahun 2010 (Tabel 11). Tabel 11. Status Hara Daun di PAGE Tahun 2010 Kriteria Status Hara Daun (%) N P2O5 K2O MgO Cu B Exses Tinggi Optimum Rendah Defisiensi Sumber : Data Departement Research BGA (2010) Tabel 11 menunjukkan status hara daun berdasarkan luasan tanaman kelapa sawit. Secara umum status hara tanaman kelapa sawit di PAGE menunjukkan kondisi optimum-tinggi untuk unsur N, P, Mg, Cu, dan B. Namun tanaman kelapa sawit mengalami defisiensi hara lebih dari 50 % unsur K2O. Demikian juga dengan pengamatan visual di lapangan, banyak ditemukan tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara K, khususnya areal tanah gambut dan tanah berpasir. Gejala defisiensi hara K disebabkan pemupukan K yang tidak efektif dan efisien di lapangan serta penggunaan pupuk kalium dengan mutu kurang baik. Selain itu defisiensi hara bisa disebabkan pemupukan yang tidak berimbang untuk setiap jenis pupuk dan realisasi pemupukan yang belum sesuai

60 47 dengan rekomendasi pemupukan. Akibatnya, akan menurunkan produksi dan prduktivitas tanaman kelapa sawit tahun berikutnya. Peta status hara daun di PAGE tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9 sedangkan standar status hara daun tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh pihak research BGA dapat dilihat pada Lampiran 10. Hubungan Pemupukan dan Produktivitas Tanaman Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (agak sesuai) memiliki dua faktor pembatas yaitu drainase terhambat dan ph antara Kenaikan kelas kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan perbaikan yaitu pembuatan parit-parit drainase dan pemupukan (PPKS, 2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Produktivitas kelapa sawit di PAGE mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produktivitas TBS di PAGE dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Produktivitas TBS di PAGE Tahun Tahun Tanam Rata-rata Produktivitas (ton/ha/tahun)* Standar Produktivitas Kelas Lahan S3 (ton/ha/tahun)** Sumber : *) Data Kebun PAGE (2011),**) PPKS (2003) Berdasarkan data, produktivitas kelapa sawit pada umur TM 1 sampai TM3 masih dibawah standar produktivitas kelas lahan S3. Namun pada umur TM 4 produktivitasnya telah mencapai bahkan melebihi standar produktivitas. Ratarata produktivitas TBS di PAGE tidak jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di PAGE telah berjalan dengan baik sesuai dengan rekomendasi pemupukan sehingga dapat tercapai keefektifan dan efisiensi pemupukan. Selain itu, pihak kebun telah melakukan perbaikan yang menjadi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan S3.

61 48 Hambatan dan Kendala Pemupukan Beberapa permasalahan yang ditemukan selama kegiatan pemupukan antara lain: 1. Penyimpanan pupuk. Gudang penyimpanan pupuk khususnya pupuk yang telah diuntil belum memadai. Pupuk yang telah diuntil hanya ditutupi terpal. Pada saat hujan, pupuk akan terkena air hujan sehingga mengakibatkan pupuk membatu. 2. Penguntilan. Takaran untilan yang digunakan belum dikalibrasi dengan tepat sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Untuk jenis pupuk yang sama kadang menggunakan takaran yang sama. Kurangnya pengawasan dalam kegiatan penguntilan. Uji petik atau penimbangan sampel untilan jarang dilakukan untuk mengontrol ketepatan dosis untilan. 3. Pelangsiran dan pengeceran. Kesulitan dalam penentuan jumlah pupuk dengan tepat dikarenakan jumlah pohon yang berbeda antara rekomendasi dengan yang ada dilapangan sehingga pada saat pelangsiran maupun pengeceran pupuk di lapangan jumlah untilan kadang lebih atau kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan sensus pokok secara rutin untuk menentukan jumlah tanaman dan kondisi blok. 4. Penaburan. Masih terdapat pohon yang tidak teraplikasi khususnya ditengah baris tanaman. Pupuk sering tercecer di pasar pikul dan di TPH. Beberapa hal yang menjadi kendala dan penghambat dalam pelaksanaan pemupukan antara lain: masih ditemukan piringan yang bergulma pada saat aplikasi pupuk, belum sepenuhnya dilakukan konservasi lahan khususnya lahan miring dan daerah genangan. Pada saat musim hujan akses jalan ke beberapa blok tidak dapat dilalui oleh truk mengakibatkan pemupukan pada blok tersebut tertunda. Pada lahan bergambut, jumlah titi panen yang kurang dan tidak layak menjadi kendala bagi tenaga kerja pengecer dan penabur masuk ke dalam blok.

62 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara umum manajemen kebun di PAGE telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan panen. PAGE telah menerapkan program BMS (Blok Manuring System), BSS (Blok Spraying System), dan BHS (Blok Harvesting System) dalam teknik budidaya kelapa sawit yaitu suatu program yang dilaksanakan secara simultan dengan tenaga kerja yang terorganisir dengan jelas. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja di kebun. Produksi TBS di PAGE mengalami peningkatan setiap tahun dan rata-rata produktivitasnya tidak jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Pihak kebun telah melakukan upaya perbaikan yang menjadi faktor pembatas lahan dimana sebagian besar tergolong pada kelas lahan S3. Manajemen pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan yang benar. Pihak kebun telah memperhatikan ketentuan dan rekomendasi pemupukan yang telah dianjurkan serta telah mengacu pada prinsip 4 T (tepat waktu, jenis, dosis, dan cara) dalam hal mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan. Namun dalam penggunaan tenaga kerja belum efisien yang tentunya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya. Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi. Hal ini dapat diketahui pada tanaman kelapa sawit yang masih mengalami gejala defisiensi hara. Akibatnya akan terjadi penurunan produksi dan produktivitas kelapa sawit. Kendala dalam pelaksanaan pemupukan masih ditemukan pada kondisi areal yang berawa dan bergelombang. Saran Manajemen pemupukan PAGE lebih ditingkatkan lagi dengan meminimalisir ketidakefisienan yang terjadi pada setiap pemupukan, baik dari segi tenaga kerja, waktu, dan biaya. Penghematan tenaga kerja perlu dilakukan dengan menyusun organisasi kerja yang lebih efektif. Perbaikan infrastruktur

63 50 yaitu jalan melalui rawat jalan secara rutin terutama pada saat musim hujan. Perlu dilakukannya kalibrasi untuk menentukan target tenaga kerja pemupuk dan basis pemupukan setiap blok dilihat dari jenis dan dosis pupuk, luas areal, kondisi areal, tanaman, dan kesulitan infrastruktur. Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan tenaga kerja yang tepat dan prestasi kerja yang tinggi. Selain itu, alat takaran yang digunakan dalam penguntilan dan penaburan perlu dilakukan kalibrasi secara berkala untuk mengontrol ketepatan dosis. Pengawasan dalam aplikasi pupuk merupakan tahap terakhir setelah tahap lainnya berjalan dengan baik dalam pelaksanaan pemupukan. Oleh karena itu, pengawasan perlu ditingkatkan mulai dari penguntilan pupuk, pelangsiran ke lapangan, pengeceran dalam baris tanaman, serta penaburan pupuk ke pokok. Mandor pupuk sebagai pengawas harus melihat seluruh areal dalam hingga pasar tengah. Selain itu, Asisten Divisi sebagai Asisten Koordinator BMS harus melakukan pengawasan dan pengecekan ke lapangan setiap hari. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pemupukan dapat tercapai.

64 DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed.). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Tanaman Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Darmosarkoro, W Defisiensi dan Malnutrisi Hara pada Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik. http// [01 Agustus 2010]. Febriana, R Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lerstari, Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 98 hal. Harahap, I.Y., E.S. Sutarta, R.Y. Purba, dan N.H. Darlan Peran Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Bibit Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal Karsono, J. Sijabat, dan E.S. Sutarta Pemeliharaan Kesehatan Tanaman Kelapa Sawit Melalui Optimalisasi Pemupukan dan Pengendalian Hama Penyakit (Pengalaman unit Adolina, PT. Perkebunan Nusantara IV). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta Permasalahan Pemupukan pada Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. PPKS Potensi dan Peluang Kelapa Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. PPKS. Medan. Prabowo, N.E Penggunaan Diagnosa Daun Untuk Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal Riwandi Rekomendasi pemupukan kelapa sawit berdasarkan analisis tanah dan tanaman. Akta Agrosia 5(1):27-34.

65 52 Setyamidjaja, D Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Simatupang, S Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lerstari, Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 hal. Sugiono, E.S. Sutarta, W. Darmosarkoro, dan H. Santoso Peranan Pengembangan K, Ca, dan Mg Tanah dalam Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal Sunarko Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. 70 hal. Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara pada Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

66 LAMPIRAN

67 54 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kalimantan Tengah Tanggal Uraian Kegiatan Presatasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 14 Februari 2011 Orientasi Kebun PT. Windu Nabatindo Lestari Divisi I 15 Februari 2011 Orientasi Kebun PT. Windu Nabatindo Lestari Divisi I 16 Februari 2011 Panen (Mengutip Brondolan) 1 Ha 6 Ha 3 Ha Blok C8 dan C7 17 Februari 2011 Pembuatan No TPH 26 TPH 34 TPH 43 TPH Blok D7 18 Februari 2011 Pembuatan No TPH 28 TPH 26 TPH 31 TPH Blok E9 dan E10 19 Februari 2011 Pembuatan No TPH 32 TPH 52 TPH 43 TPH Blok D10, E9 dan E10 20 Februari 2011 Libur Februari 2011 Pembuatan No TPH 37 TPH 38 TPH 43 TPH Blok E6, E7, E8, dan E9 22 Februari 2011 Pembuatan No TPH 45 TPH 22 TPH 43 TPH Blok E5, E6, dan E7 23 Februari 2011 Pembuatan No TPH 30 TPH 42 TPH 43 TPH Blok C2 dan C3 24 Februari 2011 Pembuatan No TPH 30 TPH 43 TPH 43 TPH Blok C2 dan C3 25 Februari 2011 Pembuatan No TPH 26 TPH 26 TPH 31 TPH Blok C2 26 Februari 2011 Pembuatan No TPH 49 TPH 49 TPH 43 TPH Blok C2, C3, C4 27 Februari 2011 Libur Februari 2011 Pembuatan No TPH 45 TPH 54 TPH 43 TPH Blok C5 dan C6 01 Maret 2011 Pembuatan No TPH 48 TPH 29 TPH 43 TPH Blok C5, C6 dan C7 54

68 55 Tanggal Uraian Kegiatan Presatasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 02 Maret 2011 Pembuatan No TPH 35 TPH 43 TPH 43 TPH Blok C7 dan C8 03 Maret 2011 Pemupukan (Pupuk Mikro) 0,3 Ha 1 ha 2 ha Blok E4 04 Maret 2011 Panen (Mengutip Brondolan) 1,5 Ha 3 Ha 2.1 Ha Blok D2 dan D3 05 Maret 2011 Libur Maret 2011 Libur Maret 2011 Pengawas Penyemprotan Piringan - 2 ha 2 ha Blok C9 dan C10 08 Maret 2011 Pengawas Penyemprotan - 2 ha 2 ha Blok C9 dan C10 Piringan 09 Maret 2011 Pengawas SPPH (Semprot ha 3 ha Blok C3 dan C6 Piringan, Pasar pikul, dan TPH) 10 Maret 2011 Pengawas Piringan Manual ha 1 ha Blok C4 11 Maret 2011 Pengawas Piringan Manual ha 0.7 ha Blok C4 12 Maret 2011 Mandor Gawangan Manual ha 1 ha Blok C11 13 Maret 2011 Libur

69 56 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kalimantan Tengah Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Diawasi (orang) Presatasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) 14 Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phosphat) Blok C14 15 Maret 2011 Penguntilan RP (Rock Phosphat) 4-10 Gudang Pupuk 16 Maret 2011 Panen Blok C6, C5, D6, dan D5 17 Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phosphat) Blok C12 dan C13 18 Maret 2011 Panen Blok C3, C2, D3, dan D2 19 Maret 2011 Panen Blok D2, D3, E3, E4, E5, dan E6 Lokasi 20 Maret 2011 Libur Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phospat) Blok C09 dan C10 22 Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phospat) Blok G16 23 Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phospat) Blok G16 dan G17 24 Maret 2011 Panen Maret Maret 2011 Pemupukan RP (Rock Phospat) Pemupukan RP (Rock Phospat) Blok D7, D6, D5, C6, dan C Blok C Blok B14, B15 27 Maret 2011 Libur

70 57 Presatasi Kerja Penulis Tanggal Uraian Kegiatan Lama Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lokasi Kegiatan Diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam) 28 Maret 2011 Panen Blok E3, E4, E5, dan E6 29 Maret 2011 Panen Blok E7, E8, E9, dan E10 30 Maret 2011 Panen Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 31 Maret 2011 Pemupukan Kieserit Blok E7, E8, dan E9 01 April 2011 Pemupukan Kieserit Blok E10 dan E9 02 April 2011 Pemupukan Kieserit Blok D10 dan E9 03 April 2011 Libur April 2011 Semprot Gawangan Blok C7 05 April 2011 Perawatan Manual Blok D6 06 April 2011 Pendamping Krani Transport 4-10 Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 07 April 2011 Perawatan Manual Blok D2 08 April 2011 Semprot Gawangan Blok C9 09 April 2011 Semprot Gawangan Blok C10 10 April 2011 Libur April 2011 Semprot Pasar Pikul dan TPH (SPPH) Blok D2 dan D3 12 April 2011 Semprot Pasar Pikul dan TPH (SPPH) Blok D4 13 April 2011 Aplikasi Durat Blok C5,C6, dan C4 57

71 58 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu,Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Presatasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 14 April 2011 Uji Aplikasi Pupuk Cair (Bio-Trent Sawit) Blok D7 15 April 2011 Kuliah Umum PAMA XI PNLC (Pundu Tentang Kegiatan Learning Center) Menjelang Panen 16 April 2011 Kuliah Umum PAMA XI PNLC (Pundu Tentang Kegiatan Learning Center) Menjelang Panen 17 April 2011 Libur April 2011 Pemupukan Borat Blok D6,D7, dan D9 19 April 2011 Kuliah Umum PAMA XI PNLC (Pundu Tentang Kegiatan Panen Learning Center) 20 April 2011 Pemupukan Borat Blok E11, E12, F11, dan F12 21 April 2011 Krani Buah Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 22 April 2011 Libur April 2011 Administrasi Divisi Kantor Kebun 24 April 2011 Libur

72 59 Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Presatasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 25 April 2011 Pengawas Piringan Manual dan Tebas Gawangan Blok D10 26 April 2011 Panen Blok E5 27 April 2011 Administrasi Divisi Kantor Kebun 28 April 2011 Pemupukan Kieserit Blok D2 dan D3 29 April 2011 Pemupukan Kieserit Blok F8 dan F9 30 April 2011 Sensus Pokok Blok C10 01 Mei 2011 Libur Mei 2011 Pengawas Pembuatan Bendungan Air Blok E9 (Camp) 03 Mei 2011 Simulasi LSU (Leaf Sampling Unit) Blok D8 04 Mei 2011 Pemasangan Batas KKP (Kelompok Kecil Pemanen) Blok D2-D7, C2-C5 05 Mei 2011 Sensus Pokok Blok C10 06 Mei 2011 SPPH (Semprot Pasar Pikul dan TPH) 1 10 Blok D7 dan C8 07 Mei 2011 Pemasangan Batas KKP (Kelompok Kecil Pemanen) Blok C6-C9 08 Mei 2011 Libur Mei 2011 Panen Blok C8-7,D8-6 Kantor Divisi 10 Mei 2011 Menyusun RKB (Rencana Kerja Bulanan) dengan Asisten

73 60 Tanggal 11 Mei 2011 Uraian Kegiatan Menyusun RKB (Rencana Kerja Bulanan) dengan Asisten Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Presatasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi Kantor Divisi 12 Mei 2011 Krani Panen Blok E3-E6 13 Mei 2011 Check Cross Blok Blok B14 14 Mei 2011 Panen Blok C11-9, D9-D10 15 Mei 2011 Libur Mei 2011 Panen Blok C8-7,D Mei 2011 Libur Mei 2011 Panen Blok C6-C5 da D5-D4 19 Mei 2011 Krani Panen Blok C4-C2 dan D3 20 Mei 2011 Rapat Evaluasi RKB, LBA, dan PDO Kantor Kebun 21 Mei 2011 Rapat Evaluasi RKB, LBA, dan PDO Kantor Kebun 22 Mei 2011 Libur Mei 2011 Panen Blok E9-E10 dan D10- D9 24 Mei 2011 Aplikasi JJK Blok D6 25 Mei 2011 Test I oleh Asisten Kantor Divisi I 26 Mei 2011 Pemupukan Chelated Zincoper Blok C3 27 Mei 2011 Check Cross Blok Blok B1 28 Mei 2011 Pemupukan Chelated Zincoper Blok C5 29 Mei 2011 Libur

74 61 Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Presatasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 30 Mei 2011 Pemupukan Chelated Zincoper Blok C6 dan C8 31 Mei 2011 Pemupukan Chelated Zincoper Blok E3 01 Juni 2011 Penguntilan Pupuk Urea 1-7 Gudang Until 02 Juni 2011 Libur Juni 2011 Check Cross Blok Blok C6 04 Juni 2011 Administrasi Divisi Kantor Divisi 05 Juni 2011 Libur Juni 2011 Pemupukan Chelated Zincoper (rotasi kedua) Blok E4 07 Juni 2011 Pengawas Piringan Manual Blok C9 08 Juni 2011 Pemupukan Urea Blok D4 09 Juni 2011 Pemupukan Urea Blok D3 10 Juni 2011 Ujian Kantor Divisi 11 Juni 2011 Administrasi Divisi Kantor Divisi 12 Juni 2011 Libur `13 Juni 2011 Presentasi 14 Juni 2011 Kunjungan 61

75 Lampiran 4. Peta Pelantaran Agro Estate 62

76 63 Bulan Lampiran 5. Data Curah Hujan di PAGE Tahun Tahun Rata-rata HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Total BB BK Sumber: Data Kebun PAGE (2011) Q = x 100 = x 100 % Keterangan: = % BB = Bulan Basah Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Fergusson termasuk tipe iklim A BK = Bulan Kering Tipe Iklim A = 0.5 % % B = % % 63

77 64 Lampiran 6. Struktur Organisasi di Pelantaran Agro Estate Estate Manager Asisten Divisi I Asisten Divisi II Asisten Divisi III Asisten Divisi IV Kepala Seksi Administrasi Mantri Tanaman Mandor I Krani Divisi Kepala Gudang Kepala Keamanan Accounting Kepala Klinik Admin Tanaman Kasir Operator Komputer Mandor Panen Mandor Perawatan Mandor Pupuk Mandor Semprot Krani Panen Krani Transport Mandor Traksi 64

78 65 Lampiran 7. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Jenis Pupuk Tahun Tahun Pemupukan Jenis Pupuk SD Oktober 2010 Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi % % % % (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) UREA RP MOP Kiserit HGFB NPK NPK CuSO ZinCopper Guano Dolomite 5.50 Total , Sumber: Data Kebun PAGE (2011) 65

79 66 Lampiran 8. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Total Pupuk Tahun Tahun Pemupukan Tahun Tanam Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi % % % % (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Total Sumber: Data Kebun PAGE (2011) 66

80 Lampiran 9. Peta Status Hara Daun di PAGE

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Manajemen Pemupukan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Fertilizer Management on Oil Palm Plantation, West Kalimantan Ade Budiargo, Roedhy Poerwanto *, dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau Muhammad Firdaus Lubis dan

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Organic and Inorganic Fertilizing Management of Palm Oil in Sekunyir Estate, Central Borneo Gery Juliansyah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) termasuk dalam divisi Tracheophyta, Sub-divisi Pteropsida, Kelas Angiospermae, Sub-kelas Monocotyledoneae, Ordo Cocoideae,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma. Marulak Erikson Butar-Butar. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Aspek Khusus Pemeliharaan Tanaman di Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Permata Hijau Sawit, Kebun Sosa Indah, Tapanuli Selatan (Di bawah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat 20 PEMBAHASAN Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci