BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Data Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan operator untuk melakukan pekerjaan dalam kondisi sewajarnya. Waktu siklus untuk proses pembuatan batako, paving block, maupun ubin di pabrik ubin BN diambil dengan melakukan pengamatan langsung pada lantai produksi di setiap stasiun kerja produk yang bersangkutan dengan menggunakan stopwatch. Jumlah pengamatan waktu siklus yang diambil sebanyak 30 data. Data yang diambil adalah data waktu siklus dalam membuat 1 buah produk. Datadata tersebut diambil pada jamjam tertentu agar data waktu siklus mewakili seluruh kondisi kerja tenaga kerja seharihari. Data waktu siklus yang telah dikumpulkan dapat dilihat pada lampiran Data Kebutuhan Bahan Baku Dalam memproduksi batako, paving block, maupun ubin, pabrik ubin BN menggunakan 4 bahan baku yaitu semen, pasir, abu splitt, dan mill. Seluruh produk tersebut menggunakan keempat bahan baku tadi dengan komposisi yang berbedabeda. Sifat dari bahan baku ini adalah berupa adonan dimana keempat bahan baku tersebut dicampur jadi satu kemudian diproses. Data komposisi

2 bahan baku dalam adonan untuk 1 m 3 batako, paving block segitiga, paving block kotak, dan paving block segienam adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Tabel komposisi bahan baku dalam adonan untuk 1 m 3 produk BTK PB PB PB.S6 U30 semen pasir abu splitt mill air Data Kapasitas Produksi Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Kapasitas produksi sangat ditentukan oleh banyaknya sumber daya yang dimiliki, yaitu jumlah mesin, jumlah tenaga kerja langsung, jumlah lini produksi dan jumlah bahan baku (komponen penyusun produk). Waktu kerja juga merupakan salah satu faktor penentu besarnya kapasitas produksi perusahaan. Proses pembuatan batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type 30 disini merupakan proses pencampuran adonan dan pencetakan dimana tidak terdapat sumber daya mesin yang digunakan secara langsung untuk memproses komponenkomponen produk. Jumlah lini produksi pada pabrik ubin BN adalah sebanyak lima lini dimana setiap produk memiliki masingmasing satu lini. Jumlah persediaan untuk bahan baku produk setiap bulannya dapat bervariasi tergantung dari target yang ingin dicapai pabrik. Ada jenis bahan baku yang bersifat terbatas persediannya, karena dibatasi oleh kemampuan produksi pabrik, kapasitas gudang, dan kemampuan dari supplier. Sedangkan bahan baku lain bisa

3 dikatakan tidak terbatas persediaannya karena pabrik menggolongkannya dalam overhead pabrik. Bahan baku tidak terbatas yang dimaksud adalah air, sedangkan bahan baku terbatas yang dimaksud adalah semen, pasir, abu splitt, dan mill. Daftar persediaan bahan baku terbatas untuk bulan Juni 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2. Data persediaan bahan baku terbatas pada bulan Juni 2007 semen 78 m 3 pasir 72 m 3 abu splitt 66 m 3 mill 69 m Data Penjualan Data penjualan produk diperoleh dari bagian sales pabrik. Data penjualan yang digunakan sebanyak 36 data penjualan bulanan yang diambil dari bulan Juni 2004 hingga bulan Mei Data ini akan digunakan sebagai data dalam penentuan target produksi yang akan dicari melalui metode peramalan. Data penjualan untuk masingmasing produk dapat dilihat pada tabel berikut :

4 87 Tabel 4.3. Data penjualan bulanan (satuan m 3 ) no tahun bulan BTK PB PB PB.S6 U30 1 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei

5 Data Persediaan Barang Jadi Persediaan barang jadi adalah barang jadi yang merupakan sisa produksi periode sebelumnya yang belum terjual, yang akan dijual kembali pada periode penjualan berikutnya. Data persediaan barang jadi yang digunakan adalah data persediaan untuk bulan Juni Data persediaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Persediaan barang jadi. BTK 5 m 3 PB 7 m 3 PB 6 m 3 PB.S6 9 m 3 U30 8 m Data Margin Keuntungan Dalam menentukan harga jual produk, pabrik menetapkan margin keuntungan yang didapat dari tiap produk. Data margin keuntungan ini yang nanti akan dimasukkan dalam fungsi tujuan dari model Linier Programming. Data margin keuntungan tiap produk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5. Margin keuntungan per m 3 produk yang dijual BTK PB PB PB.S6 U30 Rp24,000 Rp26,800 Rp27,200 Rp27,400 Rp26, Pengolahan Data Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Data waktu siklus yang telah diperoleh melalui pengamatan akan diubah menjadi waktu baku. Untuk melakukan perhiungan waktu baku, terlebih dahulu

6 perlu dilakukan pengujian keseragaman data dan kecukupan data untuk mengetahui apakah data waktu yang diambil telah seragam dan cukup untuk mewakili populasi. Apabila ada data (subgrup) yang tidak seragam (keluar dari batas kendali), maka subgrup tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan. Bila data waktu yang telah diambil seragam maka dapat dilakukan pengujian kecukupan data, bila hasilnya data belum cukup maka perlu dilakukan pengambilan waktu sekali lagi. Untuk pengujian kecukupan data diperlukan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian, berdasarkan pengamatan dan brainstorming dengan pihak perusahaan maka digunakan tingkat kepercayaan (k) sebesar 95% dan tingkat ketelitian (s) sebesar 5%. Tabel perhitungan uji keseragaman data dan kecukupan data dapat dilihat pada lampiran 4. Langkahlangkah perhitungan uji keseragaman dan kecukupan data dapat dilihat pada contoh perhitungan pada stasiun kerja satu untuk produk batako berikut ini : a. Data waktu siklus Tabel 4.6. Waktu siklus stasuin kerja I produk batako Subgrup Waktu (dalam detik) b. Menghitung ratarata untuk tiap subgrup Misalnya untuk subgrup pertama :

7 90 X k X = n i = = = 121,80 c. Menghitung X (ratarata dari ratarata tiap subgrup) X X = k k 121, , , , , ,60 = 6 = = 123,17 d. Menghitung standar deviasi dari waktu penyelesaian (σ ) 2 2 ( X i X ) ( ,17) ( ,17) σ = = N = 4,87 e. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga ratarata subgrup ( σ ) X σ X σ = n = 4,87 5 = 2,18 f. Menghitung Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) BKA = X ( Zσ ) = 123,17 + ( 1,96 2,18) = 127, 44 + X BKB = X ( Zσ ) = 123,17 ( 1,96 2,18) = 118, 90 + X g. Nilai ratarata untuk tiap subgrup harus berada di dalam batas kontrol. Apabila kondisi tersebut terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa data seragam. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa data pada stasiun kerja satu untuk produk batako adalah seragam karena tidak ada subgrup yang keluar dari batas kendali.

8 91 h. Menghitung junlah pengukuran yang dibutuhkan Untuk nilai Z didapat dengan melihat tabel kurva normal, yaitu : Besar tingkat kepercayaan adalah 0,95. Nilai tersebut dapat dilihat pada tabel kurva normal di lampiran 1 untuk mendapatkan nilai Z yaitu sebesar 1,96. N 1 Z = s Menghitung N 1 ( ) N Xi 2 Xi Xi 2 2 N 1 1,96 0,05 = ( 3695) 2 2 N 1 = 2,32 Kesimpulan : Karena jumlah pengukuran minimum (N 1 ) = 2,32 lebih kecil daripada jumlah pengukuran pendahuluan (N) = 30, maka dapat disimpulkan bahwa data yang telah diukur pada stasiun kerja satu produk batako sudah cukup Perhitungan Waktu Baku Setelah data waktu siklus memenuhi keseragaman data dan kecukupan data, maka selanjutnya dilakukan perhitungan waktu normal dan waktu baku untuk setiap tipe produk pada setiap stasiun kerja. Untuk menghitung waktu normal dan waktu baku tiap stasiun kerja diperlukan pemberian penyesuaian dan

9 92 kelonggaran supaya waktu yang diperoleh berasal dari kondisi dan cara kerja baku yang diselesaikan secara wajar. Setelah didapatkan waktu baku untuk membuat 1 buah produk, dihitung waktu baku untuk membuat 1 m 3 produk dengan cara mengalikan waktu baku untuk membuat satu buah produk dengan jumlah produk dalam 1 m 3. Jumlah produk dalam 1 m 3 didapatkan dengan hasil dari brainstorming dengan manajer pabrik. Jumlah produk dalam 1 m 3 bisa dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7. Jumlah produk dalam 1 m 3 Produk Jumlah BTK 39 PB 46 PB.S6 45 PB 44 U Penyesuaian Metode yang digunakan dalam menentukan besarnya penyesuaian adalah metode Schumard. Metode ini dipilih karena di lantai produksi operator yang bekerja tidak membutuhkan skill tertentu, tingkat kesulitan pekerjaan rendah, dan tingkat ketelitian dalam bekerja juga tidak terlalu tinggi. Berdasarkan tabel penyesuaian Schumard, performa operator di lantai produksi adalah GOOD. Penilaian tersebut memberikan nilai 75 dan pekerja bekerja dengan normal memberikan nilai 60. Sehingga besar penyesuaian = 75/60 = 1,25. Uraian tabel penyesuaian dapat dilihat pada lampiran 3.

10 Kelonggaran Besarnya setiap faktor kelonggaran ditentukan melalui pengamatan langsung pada lantai produksi dan melalui brainstorming dengan pihak perusahaan. Uraian tabel kelonggaran dapat dilihat pada lampiran Waktu Baku Berdasarkan hasil perhitungan penyesuaian dan kelonggaran yang telah dilakukan sebelumnya, waktu baku dapat dihitung dengan menghitung waktu normal terlebih dahulu dimana waktu normal dapat diperoleh dengan mengalikan hasil perhitungan penyesuaian dengan waktu siklus. Bila waktu normal telah diperoleh maka waktu baku dapat dihitung dengan memberikan faktor kelonggaran pada waktu normal tersebut. Hasil perhitungan waktu baku untuk setiap tipe produk dapat dilihat pada lampiran 5. Berikut ini adalah contoh perhitungan waktu baku pada stasiun kerja satu untuk produk batako : Waktu siklus = waktu ratarata ( X ) = 123,17 detik. p = 1,25. Waktu normal (Wn) = Ws x p = 123,17 x 1,25 = 153,96 detik. Kelonggaran (a) = 17% Waktu baku (Wb) = Wn x (1+a) = 153,96 x (1+0,17) = 180,13 detik Perhitungan Jumlah Permintaan Produk Perkiraan jumlah permintaan produk dapat dilakukan dengan peramalan. Dalam penentuan jumlah permintaan produk bahan bamgunan ini akan

11 94 digunakan dua metode peramalan untuk memperkirakan berapa besar jumlah permintaan pada periode mendatang. Sebelum melakukan peramalan, data penjualan diplot terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola data yang terbentuk. Berdasarkan pola data yang terbentuk, dapat dipilih beberapa metode peramalan yang sesuai. Dari beberapa metode peramalan tersebut, dipilih metode peramalan terbaik berdasarkan statistik ketepatan peramalan (nilai kesalahan peramalan). Metode peramalan yang memiliki nilai kesalahan peramalan terkecil merupakan metode peramalan terbaik. Berdasarkan hasil perhitungan metode peramalan terbaik itulah perkiraan jumlah permintaan untuk periode mendatang diperoleh. Dua buah metode peramalan yang digunakan dalam perhitungan perkiraan jumlah permintaan ini adalah metode triple exponential smoothing dari Winter dan metode dekomposisi Peramalan Metode Triple Exponential Smoothing dari Winter Peramalan permintaan dengan metode triple exponential smoothing dari Winter untuk setiap tipe produk. Permalan lengkap untuk tiap produk dapat dilihat pada lampiran 6. Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan peramalan untuk produk batako.

12 Tabel 4.8. Peramalan Metode Triple Exponential Smoothing dari Winter produk batako 95 L α β γ Xbar Periode Aktual St It bt m Ft et abs et et^2 Pet abs Pet Σ MAE MSE SDE MPE MAPE

13 96 Contoh Perhitungan : S 13 = X 13 = 32 I b X = X 32 = 32, = 0,97 1 = X L [( X X ) + ( X X ) ( X )] = 0, X S + S ( )( S ) = α + 1 α 13 b13 I 2 30 = 0,1 + 1,03 ( 1 0,1)( 32 0,60) 31, = ( S 14 S 13 ) + ( γ ) 13 b 14 = γ 1 b ( 32) + ( 1 0,1) ( 0,60) = 0, 62 b 14 = 0,1 31,17 I X 30 31,17 ( β ) = 0,9 + ( 1 0,9) 1,03 0, = β + 1 I 2 = S14 Periode ke 15 X S + S ( )( S ) = α + 1 α 14 b14 I 3 29 = 0,1 + 0,55 ( 1 0,1)( 31,17 0,62) 32, = ( S 15 S 14 ) + ( γ ) 14 b 15 = γ 1 b ( 31,17) + ( 1 0,1) ( 0,62) = 0, 40 b 15 = 0,1 32,79 I X 29 32,79 ( β ) = 0,9 + ( 1 0,9) 0,55 0, = β + 1 I 3 = S15 F ( S + b m) = ( 31,17 ( 0,62 1) ) 0,55 16, = I 3 =

14 97 Statistik ketepatan peramalan : Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error) 1 n MAE = t = et 1 n = = 6,23 Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Squarred Error) 1 n MSE = t = et 1 n 2 = ,96 = 62,18 Deviasi Standar Galat (Standard Deviation of Error) = 1 n SDE et t 1 n 1 = 2 = ,96 1 = 8,07 Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error) 1 n MPE = t = PE 1 n t = ,25 = 0,92% Nilai Tengah Galat Persentase Absolute (Mean Absolute Percentage Error) 1 n MAPE = t n = 1 PEt = ,74 = 19,31% Peramalan Metode Dekomposisi Permalan permintaan dengan metode dekomposisi untuk setiap produk dapat dilihat pada lampiran 7. Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan peramalan untuk produk batako.

15 Perio de (x) x² Tah un Tabel 4.9. Peramalan Metode Dekomposisi produk batako Bulan Dema nd (y) 12 Month MovingTo tal 2 Year Moving Total Seasonal Cente red Seaso nal Index Ajuste d Index (S) 1 1 Juni Juli Agustu s Septe mber Oktobe r Novem ber Desem ber Januari Februa 9 81 ri Maret April Mei Juni Juli Agustu 15 5 s Septe mber Oktobe r Novem ber Desem ber Januari Februa ri Maret April Mei Juni Juli Agustu 9 s Septe 4 mber Oktobe r Novem ber Desem ber Januari Februa ri Maret April Mei Juni Juli Agustu 21 s Trend Tre x y nd (T) Ft (TS ) Err or et et2 PEt PE

16 99 Contoh perhitungan : Perhitungan Index : Index = Jumlah total seasonal index bulan X / jumlah bulan X Multiplier = 12 / total index Adjusted index = Index x 12/sum Periode ke7 Seasonal : 12 Month moving total = Demand 1 +Demand Demand 12 = = Year moving total = 12 Month moving total x +12 Month moving total x+1 = = Yearmovingtotalx 917 Centered = = = 38, Demandx 54 Seasonalindex = = = 1, 41 Centeredx 38,21 Adjusted index = 1,41 (diperoleh dari perhitungan index) Trend : xy = Periode x Demand = 7 x 54 = 378 b = n n xy x 2 x ( x) 2 y b = 0,26 a = y bx

17 100 a = 37,64 Trend (T) = a + bx = 37,64 + (0,26 x 7) = 35,85 Ft = Trend x Adjusted index = 35,85 x 1,41 = 49,46 Statistik ketepatan Peramalan : Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error) MAE = 4,43 Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Squarred Error) MSE = 31,17 Deviasi Standar Galat (Standard Deviation of Error) SDE = 5,66 Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error) MPE = 2,74% Nilai Tengah Galat Persentase Absolute (Mean Absolute Percentage Error) MAPE = 14,13% Jumlah Permintaan Produk Berdasarkan hasil statistik ketepatan peramalan, dapat dilihat bahwa metode dekomposisi memberikan hasil yang lebih baik untuk seluruh produk dibandingkan dengan metode triple exponential smoothing dari Winter. Oleh karena itu, jumlah permintaan yang digunakan dalam perhitungan selanjutnya akan menggunakan hasil perhitungan dari peramalan dengan metode

18 101 dekomposisi. Perkiraan jumlah permintaan selama tiga bulan untuk seluruh produk dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Perkiraan jumlah permintaan Bulan Perkiraan jumlah permintaan Batako PBS3 PBK PBS6 U30 Juni Juli Agustus Formulasi Model Optimalisasi Dari datadata yang telah dikumpulkan dan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dibuat formulasi Integer Linear Programming untuk menentukan jumlah produksi optimal dari masingmasing tipe produk yang dapat memaksimumkan laba perusahaan. Formulasi model Integer Linear Programming tersebut terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi pembatas Variabel Model Model Integer Linear Programming untuk optimalisasi produksi terdiri dari beberapa variabel. Berikut ini adalah variabelvariabel yang digunakan dalam model Integer Linear Programming tersebut, yaitu: X = Produk yang dihasilkan perusahaan Z = Besarnya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan D = Besarnya permintaan untuk tiap produk di bulan bersangkutan S = Besarnya safety stock untuk tiap produk di bulan bersangkutan I = Besarnya persediaan barang jadi untuk tiap produk di bulan bersangkutan

19 Variabel Keputusan Variabel keputusan yang diharapkan untuk menyelesaikan permasalahan adalah jumlah produksi optimal dari masingmasing tipe produk yang dihasilkan, yaitu : X 1 = Jumlah produksi optimal batako X 2 = Jumlah produksi optimal paving block segitiga X 3 = Jumlah produksi optimal paving block kotak X 4 = Jumlah produksi optimal paving block segienam X 5 = Jumlah produksi optimal ubin type Fungsi Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan produksi pada pabrik ubin BN adalah pemaksimuman laba dari penjualan produk bahan bangunan dengan lima produknya yaitu batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type 30. Maka koefisien dari fungsi tujuan tersebut adalah : C 1 = Keuntungan penjualan batako C 2 = Keuntungan penjualan paving block segitiga C 3 = Keuntungan penjualan paving block kotak C 4 = Keuntungan penjualan paving block segienam C 5 = Keuntungan penjualan ubin type 30 Dimana bentuk dari fungsi tujuannya adalah : Z = C 1 X 1 + C 2 X 2 + C 3 X 3 + C 4 X 4 + C 5 X 5

20 Fungsi Pembatas Dalam formulasi Integer Linear Programming terdapat fungsi pembatas. Fungsi pembatas adalah persamaan matematis yang akan membatasi solusi yang akan dihasilkan. Dalam permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini, pembatas yang dimiliki adalah dalam hal kapasitas produksi. Dimana pada fungsi pembatas tersebut terdiri dari ruas kiri dan ruas kanan pembatas. Ruas kiri dari fungsi pembatas terdiri dari : 1. Pemakaian waktu (jam tenaga kerja) untuk pembuatan 1 m 3 batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type Komposisi bahan baku dalam 1 m 3 batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type Jumlah produksi optimal untuk batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type 30. Sedangkan ruas kanan dari fungsi pembatas terdiri dari : 1. Kapasitas jam tenaga kerja, yaitu banyaknya waktu kerja tenaga kerja yang tersedia dalam satu bulan. 2. Jumlah stok bahan baku yang dimiliki perusahaan pada bulan yang bersangkutan. 3. Target produksi, yaitu jumlah batako, paving block segitiga, paving block kotak, paving block segienam, dan ubin type 30 yang ingin diproduksi supaya dapat memenuhi permintaan. a. Pembatas kapasitas jam tenaga kerja Ruas kiri pembatas produk didapatkan dengan menghitung waktu baku yang diperlukan untuk membuat 1 m 3 produk. Sedangkan ruas kanan diperoleh

21 104 dari jumlah jam tenaga kerja yang tersedia dalam satu bulan. Jumlah ini diperoleh dari jumlah lini pabrik dikalikan dengan jumlah jam kerja yang tersedia dalam satu bulan. Jumlah jam kerja dalam satu bulan tergantung dari banyaknya hari kerja dalam satu bulan. Jumlah hari kerja dinotasikan dengan Hk sehingga pembatas kapasitas jam tenaga kerja bisa dirumuskan sebagai berikut : 7025,12 X ,37 X ,79 X ,17 X ,48 X5 jumlah lini produksi x jam kerja 7025,12 X ,37 X ,79 X ,17 X ,48 X5 5 x detik x Hk 7025,12 X ,37 X ,79 X ,17 X ,48 X Hk b. Pembatas target produksi Target produksi yang ditetapkan perusahaan adalah jumlah permintaan yang diramalkan ditambah dengan safety stock kemudian dikurangi dengan persediaan barang jadi bulan yang bersangkutan. Maka fungsi pembatas target produksi adalah X1 D1 + S1 I1 X2 D2 + S2 I2 X3 D3 + S3 I3 X4 D4 + S4 I4 X5 D5 + S5 I5

22 105 c. Pembatas bahan baku Ruas kiri pembatas diperoleh dari komposisi bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat adonan untuk 1 m 3 produk. Sedangkan ruas kanan diperoleh dari jumlah persediaan bahan baku pada bulan bersangkutan. Maka fungsi pembatas bahan baku adalah 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 (semen) 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 (pasir) 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 (abu splitt) 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 (mill) Model Optimasi Jumlah Produksi Dengan menggabungkan fungsi tujuan dan fungsi pembatas, maka bentuk dari model Integer Linear Programming untuk menentukan jumlah produksi optimal adalah : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 X3 39,77 X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72

23 106 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X1,X2,X3,X4,X5 >= Perhitungan Optimasi Jumlah Produksi Perhitungan optimasi jumlah produksi diawali dengan perhitungan linier programming dengan metode simpleks kemudian dilanjutkan dengan perhitungan integer linear programming dengan metode simpleks. Bentuk baku dari model optimasi jumlah produksi pada bulan Juni 2007 adalah Fungsi tujuan : Z 24X1 26,8X2 27,2X3 27,4X4 26X5 0S1 0S2 0S3 0S4 0S5 0S6 0S7 0S8 0S9 0S10 = 0 Fungsi pembatas : 7025,12X1 8261,37X2 8217,79X3 8035,17X4 6328,48X5 + S1 = X1 + S2 = 27,80 X2 + S3 = 47,46 X3 + S4 = 39,77 X4 + S5 = 31,70 X5 + S6 = 34,92 0,3X1 0,5X2 0,5X3 0,5X4 0,4X5 + S7 = 78 0,3X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,2X5 + S8 = 72 0,1X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,1X5 + S9 = 66 0,1X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,1X5 + S10 = 69

24 107 Tabel Tabel simpleks awal Basis X1 X2 X3 X4 X5 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 Z S S S S S S S S S S EV Keterangan : EV = Entering Variable LV = Leaving Variable

25 108 Pertama kali dibandingkan terlebih dahulu nilainilai variabel nonbasis (X1,X2,X3,X4,X5) yang paling negatif, nilai yang paling negatif adalah Entering Variable. Kemudian, dicari Leaving variable dengan membagi angkaangka pada kolom solusi dengan angkaangka pada kolom Entering Variable. Setelah itu, dibandingkan rasionya. Nilai rasio terkecil adalah Leaving Variable. Setelah itu, dilakukan perhitungan nilainilai dari elemenelemen tabel untuk iterasi berikutnya. Pertama dicari terlebih dahulu persamaan pivotnya. Persamaan pivot didapat dari baris Leaving Variable dibagi dengan pivot point, yaitu nilai perpotongan antara Leaving Variable dengan Entering Variable. Untuk tabel simpleks awal di tabel perhitungan persamaan pivotnya adalah sebagai berikut : Tabel Perhitungan persamaan pivot Baris LV Dibagi dengan 1 Hasil Untuk nilainilai elemenelemen tabel baru dihitung dengan cara mengurangi nilainilai elemenelemen tabel lama dengan hasil perkalian antara persamaan pivot dengan nilai elemen variabel pada kolom entering variable. Contoh perhitungan untuk variabel Z pada tabel simpleks awal.

26 109 Tabel Contoh perhitungan nilai elemenelemen variabel untuk tabel iterasi selanjutnya Nilai elemen Z di kolom entering variable pada tabel simpleks awal 27 Nilainilai elemen Z pada tabel simpleks awal Hasil perkalian persamaan pivot dengan nilai Z di kolom EV pada tabel ismpleks awal Elemen Z tabel iterasi selanjutnya Proses di atas terus berulang hingga dicapainya kondisi optimum. Yaitu nilainilai variabel nonbasis pada tabel simpleks awal (X1,X2,X3,X4,X5) non negatif atau 0. Tabel tabel iterasi selanjutnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil dari perhitungan linier programming memberikan solusi : Tabel Solusi linier programming Z X X X X X Oleh karena solusi yang diberikan linier programming hasilnya belum bulat, maka perhitungan dilanjutkan ke integer programming dengan menggunakan metode branch and bound. Langkahlangkah metode branch and bound adalah sebagai berikut : 1. Masalah awal diselesaikan dengan LP. Jika hasilnya memenuhi batasan integer, selesai. Jika tidak, nilai ini memberikan batas atas awal.

27 Temukan semua solusi fisibel yang memenuhi batasan integer untuk digunakan seabagai batas bawah. Biasanya, pembulatan ke bawah setiap variabel akan memenuhi point ini. 3. Buat cabang dari salah satu variabel yang tidak memiliki nilai integer. Bagi masalah menjadi 2 submasalah berdasarkan nilai integer yang diperoleh dari pembulatan ke atas dan ke bawah dari nilai non integer. Contohnya : jika X 2 = 3,75 adalah solusi akhir LP, buat batasan X 2 4 dalam submasalah pertama dan X 2 3 pada submasalah kedua. 4. Buat node pada percabangan baru ini dengan memecahkan masalah baru. 5. Jika cabang menghasilkan solusi masalah LP yang tidak fisibel, akhiri cabang ini. Jika cabang menghasilkan solusi masalah LP yang fisibel, tetapi bukan solusi integer, lanjutkan ke langkah 6. Jika cabang menghasilkan solusi integer yang fisibel, periksa nilai fungsi tujuan. Jika nilai ini sama dengan batas atas, solusi optimal telah dicapai. Jika tidak sama dengan batas atas, tetapi melebih batas bawah, jadikan nilai ini menjadi batas bawah baru dan lanjutkan ke langkah 6. Jika nilai ini lebih kecil dari batas bawah, akhiri cabang ini. 6. Periksa kedua cabang lagi dan tentukan batas atas sesuai dengan nilai maksimum dari fungsi tujuan dari semua node akhir. Jika batas atas sama dengan batas bawah, berhenti. Jika tidak kembali ke langkah 3.

28 111 Tabel perhitungan iterasi dan alur dari metode branch and bound dapat dilihat pada lampiran 9. Bentuk baku dari formulasi linier programming yaitu : Fungsi tujuan : Z 24X1 26,8X2 27,2X3 27,4X4 26X5 0S1 0S2 0S3 0S4 0S5 0S6 0S7 0S8 0S9 0S10 = 0 Fungsi pembatas : 7025,12X1 8261,37X2 8217,79X3 8035,17X4 6328,48X5 + S1 = X1 + S2 = 27,80 X2 + S3 = 47,46 X3 + S4 = 39,77 X4 + S5 = 31,70 X5 + S6 = 34,92 0,3X1 0,5X2 0,5X3 0,5X4 0,4X5 + S7 = 78 0,3X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,2X5 + S8 = 72 0,1X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,1X5 + S9 = 66 0,1X1 0,1X2 0,1X3 0,1X4 0,1X5 + S10 = 69 Kemudian, setelah melalui 5 iterasi, linier programming memberikan solusi yang dapat dilihat pada tabel Solusi tersebut memberikan batas atas untuk algoritma branch and bound. Masalah kemudian dibagi menjadi 2 sub masalah yaitu sub masalah 1 dan sub masalah 2. Variabel dengan nilai solusi pecah terbesar dipilih untuk menjadi 2 kendala baru yang dibagi ke dalam sub masalah 1 dan sub masalah 2. Pada solusi tabel 4.10, variabel yang memiliki solusi pecah

29 112 terbesar yaitu variabel X2, sehingga dalam sub masalah 1 ditambahkan kendala X2 47 dan dalam sub masalah 2 ditambahkan kendala X Formulasi sub masalah 1 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel Iterasi dapat dilihat pada lampiran Formulasi sub masalah 2 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80

30 113 X2 47,46 X3 39,77 X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 48 X1,X2,X3,X4,X5 0 Sub masalah 2 tidak dapat memberikan solusi yang feasible karena terdapat 2 pembatas yang membuat formulasi ini tidak bisa menemukan solusi feasiblenya yaitu X2 48 dan X2 47,46. Sub masalah 1 memberikan hasil : Tabel Tabel solusi sub masalah 1 pada algoritma branch and bound Variabel Nilai Z X X X X X Solusi dari sub masalah 1 memberikan hasil yang bulat untuk variabel X2, tetapi variabel lainnya belum bulat. Sehingga sub masalah 1 dicabangkan lagi menjadi sub masalah 3 dan 4 dengan menambahkan kendala baru yaitu X3 39 untuk sub masalah 3 dan X3 40 untuk sub masalah 4.

31 Formulasi sub masalah 3 Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel iterasi dapat dilihat pada lampiran Formulasi sub masalah 4 Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80

32 115 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 40 X1,X2,X3,X4,X5 0 Sub masalah 4 tidak dapat memberikan solusi yang feasible karena terdapat 2 pembatas yang membuat formulasi ini tidak bisa menemukan solusi feasiblenya yaitu X3 40 dan X3 39,77. Sub masalah 3 memberikan hasil : Tabel Tabel solusi sub masalah 3 pada algoritma branch and bound Variabel Nilai Z X X X X X Solusi dari sub masalah 3 memberikan hasil yang bulat untuk variabel X2 dan X3, tetapi variabel lainnya belum bulat. Sehingga sub masalah 3

33 116 dicabangkan lagi menjadi sub masalah 5 dan 6 dengan menambahkan kendala baru yaitu X5 34 untuk sub masalah 5 dan X5 35 untuk sub masalah Formulasi sub masalah 5 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 X5 34,92 (berlebih) 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X5 34 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel iterasi dapat dilihat pada lampiran Formulasi sub masalah 6 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5

34 117 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 X5 34,92 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X5 35 X1,X2,X3,X4,X5 0 Sub masalah 6 tidak dapat memberikan solusi yang feasible karena terdapat 2 pembatas yang membuat formulasi ini tidak bisa menemukan solusi feasiblenya yaitu X5 35 dan X5 34,92. Sub masalah 5 memberikan hasil : Tabel Tabel solusi sub masalah 5 pada algoritma branch and bound Variabel Nilai Z X X X X X

35 118 Solusi dari sub masalah 5 memberikan hasil yang bulat untuk variabel X2, X5 dan X3, tetapi variabel lainnya belum bulat. Sehingga sub masalah 5 dicabangkan lagi menjadi sub masalah 7 dan 8 dengan menambahkan kendala baru yaitu X4 31 untuk sub masalah 7 dan X4 32 untuk sub masalah Formulasi sub masalah 7 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 (berlebih) X5 34,92 (berlebih) 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X5 34 X4 31 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel iterasi dapat dilihat pada lampiran 9.

36 Formulasi sub masalah 8 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 X5 34,92 (berlebih) 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X5 34 X4 32 X1,X2,X3,X4,X5 0 Sub masalah 8 tidak dapat memberikan solusi yang feasible karena terdapat 2 pembatas yang membuat formulasi ini tidak bisa menemukan solusi feasiblenya yaitu X4 32 dan X4 31,70. Sub masalah 7 memberikan hasil :

37 120 Tabel Tabel solusi sub masalah 7 pada algoritma branch and bound Variabel Nilai Z X X X X X Solusi dari sub masalah 7 memberikan hasil yang bulat untuk variabel X2, X5, X4 dan X3, tetapi variabel lainnya belum bulat. Sehingga sub masalah 7 dicabangkan lagi menjadi sub masalah 9 dan 10 dengan menambahkan kendala baru yaitu X1 19 untuk sub masalah 9 dan X1 20 untuk sub masalah Formulasi sub masalah 9 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 (berlebih) X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 (berlebih) X5 34,92 (berlebih) 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69

38 121 X2 47 X3 39 X5 34 X4 31 X1 19 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel iterasi dapat dilihat pada lampiran Formulasi sub masalah 10 : Maksimasi : Z = 24X1 + 26,8X2 + 27,2X3 + 27,4X4 + 26X5 Pembatas : X X X X X X1 27,80 X2 47,46 (berlebih) X3 39,77 (berlebih) X4 31,70 (berlebih) X5 34,92 (berlebih) 0,3X1 + 0,5X2 + 0,5X3 + 0,5X4 + 0,4X5 78 0,3X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,2X5 72 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 66 0,1X1 + 0,1X2 + 0,1X3 + 0,1X4 + 0,1X5 69 X2 47 X3 39 X5 34

39 122 X4 31 X1 20 X1,X2,X3,X4,X5 0 Tabel iterasi dapat dilihat pada lampiran 9. Berdasarkan alur perhitungan branch and bound, ada dua solusi yang memenuhi syarat, yaitu sub masalah 9 dan sub masalah 10. Masalah 10 dipilih karena memberikan nilai Z yaitu berupa keuntungan optimal yang lebih besar dari sub masalah 9. Hasil perhitungan integer programming dengan metode branch and bound memberikan solusi : Tabel Solusi branch and bound Variabel Nilai Z X X X X X Analisa Data dan Pembahasan Analisa Perhitungan Jumlah Permintaan Produk Perhitungan jumlah permintaan produk yang dilakukan dengan mengunakan metode peramalan tidak boleh sembarangan dilakukan bila ingin memperoleh hasil yang mendekati kenyataan (akurat). Diperlukan data penjualan atau permintaan produk dalam jangka waktu yang mencukupi untuk melakukan perhitungan. Disini digunakan data penjualan perusahaan selama tiga tahun. Pertimbangan dengan mengambil data sebanyak 36 data penjualan adalah karena

40 123 semakin banyak data peramalan yang digunakan dalam perhitungan akan dapat semakin akurat hasil perhitungannya serta semakin banyak data peramalan yang digunakan akan memperjelas bentuk dari pola data. Data penjualan diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah dalam melihat pola pergerakan data. Dari pola data yang terbentuk dapat disimpulkan bahwa data penjualannya membentuk pola musiman karena terjadi perulangan kenaikan dan penurunan di bulanbulan tertentu setiap tahunnya. Setelah menyimpulkan pola data yang terbentuk dipilih metode peramalan yang sesuai untuk menghasilkan hasil peramalan yang akurat. Oleh karena itu dipilih metode peramalan triple exponential smoothing dari Winter dan metode dekomposisi yang cocok untuk pola data musiman. Penentuan α,β,γ untuk peramalan metode triple exponential smoothing dari Winter dilakukan dengan cara trial and error untuk mencari nilai terbaiknya. Hasil dari kedua permalan tersebut dibandingkan dengan melihat statistika ketepatan peramalannya, tujuannya adalah untuk menentukan nilai dari hasil permalan mana yang akan dimasukkan ke dalam formulasi integer linier programming. Statistika ketepatan peramalan yang dibandingkan terdiri dari : 1. MAE (Mean Absolute Error) 2. MSE (Mean Squarred Error) 3. SDE (Standard Deviation of Error) 4. MPE (Mean Percentage Error) 5. MAPE (Mean Absolute Percentage Error) Setelah membandingkan statiska ketepatan peramalan di atas, nilainilai error yang terkecil dimiliki oleh metode dekomposisi sehingga hasil peramalan

41 124 metode dekomposisilah yang digunakan dalam formulasi integer linier programming Analisa Perhitungan Jumlah Produksi dan Laba Optimal Dengan memasukkan datadata pada bulan Juni 2007, dapat disusun formulasi linier programming untuk bulan Juni Formulasi ini kemudian dihitung dengan menggunakan metode simpleks. Metode simpleks dari linier programming menghasilkan solusi optimal tetapi nilainilai dari variabelnya belum bulat. Sedangkan dalam penentuan jumlah produk, jumlah yang harus diproduksi membutuhkan nilai yang bulat. Pembulatan dari hasil perhitungan linier programming belum tentu menghasilkan solusi yang optimal, apalagi margin keuntungan yang diberikan tiap produk cukup signifikan sehingga pmbulatan yang salah bisa mengakibatkan kerugian yang cukup berarti buat perusahaan. Oleh karena itu, proses perhitungan solusi optimal perlu dilanjutkan dengan integer linier programming dengan algoritma branch and bound. Algoritma ini membuat percabanganpercabangan dengan menambahkan nilai batasan baru dari variabel yang belum bulat. Nilai dari hasil perhitungan linier programming sebelumnya tidak mungkin melebihi nilai optimum dari hasil perhitungan simpleks awal, sehingga nilai tersebut akan menjadi batas atas. Batas bawah ditentukan dengan melakukan round down untuk semua variabel yang tidak bulat. Kedua batas ini dibutuhkan dalam penentuan nilai optimal. Pemecahan subsub masalah dalam algoritma branch and bound diselesaikan dengan metode simpleks biasa.

42 125 Dilihat dari tabel solusi optimum, maka didapat : Jumlah keuntungan maksimal yang didapat oleh perusahaan pada bulan Juni 2007 (z) yaitu sebesar Rp , dengan memproduksi secara optimal sejumlah : Batako 20 m 3 Paving block segitiga 47 m 3 Paving block kotak 39 m 3 Paving block segienam 31 m 3 Ubin type m Analisa Pengaruh Perubahan Margin Laba Terhadap Solusi Optimal Analisa sensitivitas bertujuan menganalisa perubahanperubahan apa yang terjadi jika parameterparameter dari solusi optimum diubah nilainya. Dalam kasus ini perusahaan ingin mengetahui apakah jumlah produksi optimal mereka akan berubah jika margin keuntungan mereka naikkan. Maka, analisa sensitivitas yang digunakan di sini yaitu dengan merubah koefisien fungsi tujuan apakah jumlah produk optimal akan berubah. Dalam analisa ini pabrik ingin mengetahui produk mereka yang memiliki margin keuntungan terbesar yaitu paving block segienam, apakah jumlah paving block segienam akan berubah jika mereka menaikkan lagi margin keuntungannya. Analisa sensitivitas perubahan koefisien fungsi tujuan dari tabel optimum menggunakan inner product rule (perhitungan inner product rule dapat dilihat pada lampiran 10) memberikan hasil :

43 126 X4 pada tabel solusi optimum memiliki nilai baru yaitu 2. Dengan menggunakan metode simpleks kemudian dihitung kembali solusi optimumnya. Dari hasil perhitungan tabel solusi optimum analisa sensitivitas (dapat dilihat pada lampiran 10) memberikan hasil bahwa jumlah produk optimal paving block segienam tidak berubah, yaitu tetap 31 dan keuntungan yang masksimal yang bisa didapat pabrik berubah dari 4533,80 menjadi 4595,80. Hasil analisa menunjukkan bahwa jika pabrik mengubah margin keuntungan mereka, hasil produksi optimal tidak akan berubah.

44 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Selama ini dalam perencanaan dan penjadwalan produksi, manajer pabrik ubin BN tidak memiliki penjadwalan yang terencana dengan baik. Produksi dilakukan setiap hari secara rutin. Aktivitas produksi dimulai dari staff sales yang menerima pesanan dari pengguna langsung maupun dari toko bangunan. Kemudian staff sales akan memberi informasi jumlah pesanan yang harus dipenuhi ke manajer pabrik. Kemudian manajer pabrik menghitung berapa jumlah barang yang harus diproduksi dalam satu periode tertentu dilihat dari jumlah stok di gudang dan berdasarkan memo yang diterima dari staff sales. Setelah dihitung, jika jumlah pesanan yang harus dipenuhi tidak bisa ditutupi dari jumlah stok yang tersedia di gudang maka manajer pabrik akan membuat memo yang ditujukan kepada staff produksi yang berisi jumlah barang yang harus diproduksi dengan catatan jumlah yang akan diproduksi itu akan dibuat lebih untuk menambah stok. Sedangkan jika jumlah pesanan yang harus dipenuhi bisa ditutupi dari jumlah stok yang ada, manajer pabrik akan melihat jumlah stok sisa. Jika jumlah stok sisa yang ada tipis, maka manajer pabrik akan membuat memo untuk memproduksi barang yang harus dibuat untuk stok. Jika jumlah stok masih banyak, maka manajer pabrik tetap membuat memo untuk staff produksi, dengan catatan jumlah yang diproduksi tidak sebanyak jika stok yang masih ada tipis. Jika tidak ada pesanan pada bulan yang bersangkutan, manajer pabrik tetap membuat memo untuk staff produksi yang berisi jumlah barang yang harus diproduksi untuk distok. Setiap periode, staff sales memberikan laporan penjualan kepada manajer pabrik ubin BN.

45 Berikut ini merupakan rich picture dari sistem yang sedang berjalan tersebut: 128 Gambar 4.1. Rich Picture dari sistem berjalan Permasalahan Sistem yang Sedang Berjalan Setelah mengamati dan menganalisa sistem yang sedang berjalan, permasalahan pada sistem yang sedang berjalan yaitu : 1. Dalam perencanaan produksi sekarang, parameter perhitungan yang digunakan hanya memperhitungkan jumlah pesanan dan jumlah stok barang jadi di gudang, tidak memperhitungkan kemampuan pabrik dalam memproduksi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lost sales dan penumpukan barang jadi di gudang. 2. Perhitungan perencanaan produksi optimal dengan metode lama kurang menguntungkan perusahaan, karena tidak memperhitungkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga berpotensi mengakibatkan

46 129 tidak efektifnya penggunaan jam tenaga kerja dan tidak efisiennya penggunaan bahan baku. 3. Perusahaan belum memiliki sistem yang mampu menghitung jumlah produksi optimal yang mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara cepat, akurat, dan mudah digunakan Analisis Kebutuhan Informasi Dalam memecahkan masalah yang terdapat pada sistem yang sedang berjalan, informasi yang dibutuhkan yaitu : 1. Agar tidak terjadi lost sales dan penumpukan barang jadi di gudang, perusahaan perlu membuat target produksi. Informasi yang dibutuhkan dalam membuat target produksi yaitu data historis penjualan bulanbulan sebelumnya, data safety stock, dan data inventory barang jadi. 2. Agar keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan juga diperhitungkan dalam perhitungan produksi optimal, maka informasi yang dibutuhkan yaitu data waktu baku pembuatan produk, data jumlah hari kerja karyawan dalam satu periode produksi, data komposisi bahan baku, dan data inventory bahan baku. 3. Untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam sistem yang akan digunakan perusahaan, informasi yang dibutuhkan yaitu informasi parameter perhitungan jumlah produksi optimal yang meliputi data historis penjualan bulanbulan sebelumnya, data safety stock, data inventory barang jadi, data waktu baku pembuatan produk, data jumlah hari kerja karyawan dalam satu periode produksi, data komposisi bahan baku, dan data inventory bahan baku.

47 Sistem Usulan Berdasarkan penjelasan di atas, maka manajer pabrik, staff sales, dan staff produksi membutuhkan sistem yang dapat membantu dalam membuat perencanaan produksi yang optimal. Dengan adanya sistem ini diharapkan staff produksi, manajer pabrik, dan staff sales bisa bekerja secara sinergis dalam membuat perencanaan produksi yang optimal. Selain itu, dengan sistem ini diharapkan manajer pabrik bisa dengan cepat mengambil keputusan dalam menentukan berapa jumlah barang yang harus diproduksi setiap periodenya. Perancangan sistem usulan yaitu sistem informasi optimalisasi perencanaan produksi. Sistem informasi yang diusulkan adalah sistem dengan menggunakan prinsip OOAD(ObjectOriented Analysis and Design) Definisi Sistem Setiap transaksi penjualan yang terjadi akan diinput oleh staff sales ke dalam database. Data penjualan ini akan berguna untuk membuat peramalan selama beberapa periode ke depan. Staff produksi bertugas menginput data inventory bahan baku dan data inventory produk. Manajer pabrik bertugas menginput data produk, data bahan baku, konfigurasi produksi optimal, dan membuat perhitungan produksi optimal. Dari peramalan dan datadata pendukung lainnya, manajer pabrik dapat membuat perencanaan produksi yang optimal menggunakan formulasi Integer Linear Programming yang telah terintegrasi dalam sebuah aplikasi. Tujuan dari membuat perencanaan yang optimal ini adalah untuk memaksimalkan keuntungan yang bisa didapat. Selain itu juga bertujuan untuk mengefektifkan pekerjaan para karyawan, mengefisiensikan

48 131 penggunaan bahan baku, dan meminimalisir pemborosan lahan pabrik yang terpakai untuk stok yang berlimpah. Sistem yang akan dikembangkan ini membutuhkan investasi hardware baru berupa 3 unit komputer yang akan dipakai oleh masingmasing 1 unit oleh manajer pabrik, sales, dan staff produksi dalam membantu pekerjaannya. Sistem ini selain berfungsi dalam membantu membuat perencanaan produksi yang optimal, juga berfungsi dalam menyimpan data penjualan, data bahan baku, data produk, data inventory bahan baku, data inventory produk, data konfigurasi produksi optimal, dan data jumlah produksi optimal. Selain menyimpan, sistem ini juga bisa berfungsi mencetak laporan yang dibutuhkan oleh manajer pabrik dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan. Berikut ini merupakan rich picture dari sistem informasi usulan : Staff produksi Informasi Inventory Bahan Baku dan Inventory Produk Informasi Produksi Optimal Manajer pabrik Sales Informasi Penjualan Gambar 4.2. Rich Picture Sistem Usulan

49 132 Tabel FACTOR Criterion Functionality Application Domain Condition Technology Object Responsibility Sistem berfungsi memudahkan kerja manajer pabrik dalam melakukan optimalisasi perencanaan produksi. Selain itu sistem juga bisa menyimpan data penjualan, data bahan baku, data produk, data inventory bahan baku, data inventory produk, data konfigurasi produksi optimal, dan data jumlah produksi optimal. Sistem juga berfungsi mencetak report yang berguna bagi manajer pabrik dalam mengambil keputusan. Sistem digunakan oleh manajer pabrik, staff sales, dan staff produksi pabrik ubin BN. Sistem ini harus dapat digunakan oleh SDM yang ada sekarang dan mampu mengolah data secara realtime dan akurat. Sistem berupa program aplikasi yang dijalankan di 3 komputer dengan 1 server. 1 komputer client digunakan oleh manajer pabrik ubin BN, 1 komputer client digunakan oleh staff produksi dan 1 komputer client digunakan staff sales. Manajer pabrik, staff sales, dan staff produksi pabrik ubin BN. Sistem optimalisasi perencanaan produksi terintegrasi yang bisa memenuhi kebutuhan operasional perusahaan dan mendukung pengambilan keputusan.

50 Perancangan Sistem Informasi Dengan Metode Object Oriented Menggunakan UML (Unified Modelling Language) Setelah tahapan analisa di atas, selanjutnya adalah memulai perancangan sistem informasi yang dimulai dari tahapan analisa problem domain, dilanjutkan dengan analisa application domain, dan diakhiri dengan tahap design Analisa Problem Domain Class Diagram Class Events Produksi Optimal Produk Tabel Event Table Inventory bahan baku Bahan Baku Penjualan Inventory Produk dihitung + dicetak + dibuat + + dijual + * disimpan dibeli + dipakai * + dilaporkan + didiskontinu + dihabiskan + Keterangan : + : Sekali * : Berulang

51 134 ProduksiOptimal KdProduksi : String Tahun : String Bulan : String NamaProduk : String JmlProduksiOptimal : Integer MaxProfit : Integer 1 1..* Produk KdProduk : String NamaProduk : String WaktuBaku : Integer Harga : Integer SafetyStock : Integer Workstations : Integer Inventory_bahan_baku JmlInventory : Integer 1..* 1 1..* Bahan_baku KdBahanBaku : String NmBahanBaku : String Harga : Integer Supplier : Integer 1..* Penjualan TglPenjualan : Date JmlPenjualan : Integer 1..* Inventory_produk JmlInventory : Integer Gambar 4.3 Class Diagram Behavioral Pattern Agar bisa melihat lebih jelas event dan attribute yang ada pada tiap class, berikut ini adalah statechart diagram dari masingmasing class. 1. ProduksiOptimal Gambar 4.4. statechart diagram dari class ProduksiOptimal Tabel Event dan Attributes pada class ProduksiOptimal Events /dihitung /dicetak Attributes JmlProduksiOptimal MaxProfit KdProduksi Tahun Bulan NamaProduk JmlProduksiOptimal MaxProfit

52 Produk Gambar 4.5 statechart diagram dari class Produk Tabel Event dan Attributes pada class Produk Events /dibuat /disimpan /dijual Attributes KdProduk NamaProduk WaktuBaku Harga SafetyStock Workstations SafetyStock NamaProduk Harga 3. Inventory_bahan_baku Gambar 4.6. statechart diagram dari class Inventory_bahan_baku Tabel Event dan Attributes pada class Inventory_bahan_baku Events /disimpan /dipakai /dihabiskan Attributes NamaBahanBaku JmlInventory NamaBahanBaku JmlInventory NamaBahanBaku JmlInventory

53 Bahan_baku Gambar 4.7 statechart diagram dari class Bahan_baku Tabel Event dan Attributes pada class Bahan_baku Events /dibeli /disimpan /dipakai Attributes KdBahanBaku NamaBahanBaku Harga Supplier NamaBahanBaku NamaBahanBaku 5. Penjualan Gambar 4.8. statechart diagram dari class Penjualan Tabel Events dan Attributes pada class Penjualan Events /dibuat /dilaporkan Attributes TglPenjualan JmlPenjualan 6. Inventory_produk Gambar 4.9 statechart diagram dari class Inventory_produk

54 137 Tabel Events dan Attributes pada class Inventory_produk Events /disimpan /dijual /didiskontinu Attributes NamaProduk Bulan Tahun JmlInventory NamaProduk JmlInventory NamaProduk JmlInventory

55 Analisa Application Domain Usecase Diagram Sistem Informasi Perencanaan Produksi Optimal Mendata_inventory_p roduk Staff Produksi Mendata_inventory_b ahan_baku Mendata_bahan_baku Mendata_produk Membuat_konfigurasi_p roduksi_optimal Membuat_rencana_pro duksi_optimal Manajer Pabrik Mendata_penjualan Sales Gambar 4.10 Use case diagram

56 139 Tabel Use case description Mendata_inventory_produk Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Mendata_inventory_produk Use case ini menjelaskan proses memasukkan data inventory produk ke dalam database sistem Staff produksi 1. Use case dimulai ketika user ingin memasukkan data inventory produk yang baru ke dalam system 2. User akan menginput data inventory produk pada akhir bulan untuk lima produk 3. User yang akan menyimpan data inventory poduk yang baru harus mengisi field tahun terlebih dahulu kemudian mangisi field jumlah inventory yang telah disediakan lalu klik save. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin melihat datadata inventory di bulanbulan pada tahuntahun sebelumnya bisa mengisi tahun yang dikehendaki di field yang sudah ada lalu klik find. 5. User yang ingin menghapus data inventory yang sudah ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.5) 6. User ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol cancel (Sub flow s.6) 7. Data yang ada dalam system akan berubah 8. Use case selesai s.3. Menambah data inventory produk s.5. Menghapus data inventory produk yang sudah ada s.6. Fieldfield input yang ada kembali kosong Staff produksi sudah login ke dalam sistem Data inventory produk terupdate dan disimpan dalam sistem

57 140 Tabel Use case description Mendata_inventory_bahan_baku Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Mendata_inventory_raw_materials Use case ini menjelaskan proses memasukkan data inventory bahan baku ke dalam database sistem Staff produksi 1. Use case dimulai ketika user ingin memasukkan data inventory bahan baku yang baru ke dalam sistem 2. User akan menginput data inventory bahan baku pada akhir bulan untuk semua bahan baku 3. User yang akan menyimpan data inventory bahan baku yang baru harus mengisi field tahun terlebih dahulu kemudian mangisi field jumlah inventory yang telah disediakan lalu klik save. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin melihat datadata inventory di bulanbulan pada tahuntahun sebelumnya bisa mengisi tahun yang dikehendaki di field yang sudah ada lalu klik find. 5. User yang ingin menghapus data inventory yang sudah ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.5) 6. User ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol cancel (Sub flow s.6) 7. Data yang ada dalam system akan berubah 8. Use case selesai s.3. Menambah data inventory bahan baku s.5. Menghapus data inventory bahan baku yang sudah ada s.6. Fieldfield input yang ada kembali kosong Staff produksi sudah login ke dalam sistem Data inventory bahan baku terupdate dan disimpan dalam sistem

58 141 Tabel Use case description Membuat_konfigurasi_produksi_optimal Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Membuat_konfigurasi_produksi_optimal Use case ini menjelaskan proses membuat konfigurasi produksi optimal lalu disimpan dalam database sistem Manajer Pabrik 1. Use case dimulai ketika user ingin membuat konfigurasi yang baru ke dalam sistem 2. User akan menginput margin keuntungan yang dikehendaki lalu mengisi field tahun yang tersedia kemudian memilih bulan lalu mengisi jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan kemudian klik save.(sub flow s.2) 3. User yang ingin mengedit data konfigurasi yang lama dapat memasukkan margin keuntungan yang dikehendaki kemudian tahun yang dikehendaki dan memilih bulan yang diinginkan kemudian klik find. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin menghapus data konfigurasi yang ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.4) 5. User ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol exit (Sub flow s.5) 6. Data yang ada dalam sistem akan berubah 7. Use case selesai s.2. Menambah data jumlah hari kerja yang ada s.3. Mengedit data yang sudah ada s.4. Menghapus data yang sudah ada s.5. Fieldfield input yang ada kembali kosong Manajer pabrik sudah login ke dalam sistem Data konfigurasi terupdate dan disimpan dalam sistem

59 142 Tabel Use case description Membuat_rencana_produksi_optimal Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Membuat_rencana_produksi_optimal Use case ini menjelaskan proses membuat rencana produksi optimal lalu disimpan dalam database sistem. Manajer pabrik 1. Use case dimulai ketika user ingin melakukan analisa produksi optimal dalam sistem 2. User akan menginput bulan dan tahun yang dikehendaki kemudian memilih produk yang akan dianalisa. 3. User yang sudah menginput fieldfield yang diperlukan dalam melakukan analisa produksi optimal tinggal mengklik tombol analyze 4. User yang ingin menghapus produk yang akan dianalisa yang ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol remove. (Sub flow s.4) 5. User yang ingin menyimpan analisa produksi optimal, dapat mengklik tombol save (Sub flow s.5) 6. User yang ingin melihat summary dari analisa yang baru saja dilakukan bisa memasukkan kode saat menyimpan tadi di field yang ada kemudian klik tombl preview. 7. Data yang ada dalam sistem akan berubah 8. Use case selesai s.4. Menghapus data yang sudah ada s.5. Menambah data analisa produksi optimal Manajer pabrik sudah login ke dalam sistem Data analisa produksi optimal terupdate dan disimpan dalam sistem

60 143 Tabel Use case description Mendata_produk Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Mendata_produk Use case ini menjelaskan proses memasukkan data produk ke dalam database sistem Manajer pabrik 1. Use case dimulai ketika user ingin memasukkan data produk yang baru ke dalam sistem 2. User akan menginput data produk untuk tiap jenis produk. 3. User yang akan menyimpan data produk yang baru dapat mengklik tombol add kemudian menginput fieldfield yang ada kemudian mengklik tombol simpan. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin mengedit data produk yang lama dapat memilih data yang ingin diedit kemudian mengedit dalam fieldfield yang tersedia kemudian mengklik tombol update. (Sub flow s.4) 5. User yang ingin menghapus data produk yang ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.5) 6. User ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol cancel (Sub flow s.6) 7. Data yang ada dalam sistem akan berubah 8. Use case selesai s.3. Menambah data produk s.4. Mengedit data produk yang sudah ada s.5. Menghapus data produk yang sudah ada s.6. Fieldfield input yang ada kembali kosong Manajer pabrik sudah login ke dalam sistem Data produk terupdate dan disimpan dalam sistem

61 144 Tabel Use case description Mendata_bahan_baku Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Mendata_bahan_baku Use case ini menjelaskan proses memasukkan data bahan baku ke dalam database sistem Manajer pabrik 1. Use case dimulai ketika user ingin memasukkan data bahan baku yang baru ke dalam sistem 2. User akan menginput data bahan baku 3. User yang akan menyimpan data bahan baku yang baru dapat mengklik tombol simpan. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin mengedit bahan baku yang lama dapat memilih data yang ingin diedit kemudian mengedit dalam fieldfield yang tersedia kemudian mengklik tombol update. (Sub flow s.4) 5. User yang ingin menghapus data bahan baku yang ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.5) 6. User ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol cancel (Sub flow s.6) 7. Data yang ada dalam sistem akan berubah 8. Use case selesai s.3. Menambah data bahan baku s.4. Mengedit data bahan baku yang sudah ada s.5. Menghapus data bahan baku yang sudah ada s.6. Fieldfield input yang ada kembali kosong Manajer pabrik sudah login ke dalam sistem Data bahan baku terupdate dan disimpan dalam sistem

62 145 Tabel Use case description Mendata_penjualan Use case Name Brief Description Primary Actor Basic Flow Sub Flow Alternative Flow Pre Condition Post Condition Mendata_penjualan Use case ini menjelaskan proses memasukkan data penjualan ke dalam database sistem Staff sales 1. Use case dimulai ketika user ingin memasukkan data penjualan yang baru ke dalam sistem 2. User akan menginput jumlah penjualan untuk tiap jenis produk dengan memilih jenis produk terlebih dahulu kemudian mengisi field tahun dan memilih bulan yang sesuai lalu user tinggal memasukkan data penjualan dengan mengisi field total sales yang tersedia. 3. User yang akan menyimpan data sales harian yang baru dapat mengklik tombol simpan. (Sub flow s.3) 4. User yang ingin mengedit data penjualan yang lama dapat memilih produk yang ingin diedit kemudian mengisi field tahun dan memilih bulan yang sesuai lalu mengklik tombol find. Setelah itu user tinggal mengedit dari fieldfield yang sudah tersedia. (Sub flow s.4) 5. User yang ingin menghapus data penjualan yang ada dapat memilih data yang ingin dihapus kemudian mengklik tombol delete. (Sub flow s.5) 6. User yang ingin mengulang proses input, dapat mengklik tombol cancel (Sub flow s.6) 7. Data yang ada dalam sistem akan berubah 8. Use case selesai s.3. Menambah data penjualan s.4. Mengedit data penjualan yang sudah ada s.5. Menghapus data penjualan yang sudah ada s.6. Fieldfield input yang ada kembali kosong Staff sales sudah login ke dalam system Data penjualan terupdate dan disimpan dalam system Function List Selanjutnya function didefinisikan dalam bentuk function list seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Function list ini berguna dalam mengetahui tingkat kerumitan dari functionfunction yang ada.

63 146 Tabel Function List Function Complexity Type Simple Update Simple Update Simple Read,Update Simple Update Mendata inventory produk Add inventory Edit inventory Delete inventory Mendata inventory bahan baku Add inventory Edit inventory Delete inventory Mendata bahan baku Add bahan baku Edit bahan baku Delete bahan baku Mendata produk Add produk Edit produk Delete produk Membuat konfigurasi produksi optimal Add konfigurasi Edit konfigurasi Delete konfigurasi Membuat rencana produksi optimal Add rencana produksi optimal Analyze rencana produksi optimal Mendata penjualan Add penjualan Edit penjualan Delete penjualan Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Simple Complex Simple Complex Simple Simple Simple Simple Update Update Read,Update Update Update Update Read,Update Update Update Update Read,Update Update Update Update Read,Update Update Read,Compute Update Compute Update Update Read,Update Update Sequence Diagram Dalam sequence diagram berikut ini dijelaskan urutan aktivitas masingmasing aktor dan apa saja yang bisa dilakukan aktor dalam menjalankan use case tersebut di sistem.

64 147 Staff Produksi create() InventoryproductUI create() Listproduk Produk Pilihproduk get result get result Isitahun Pilihbulan Isiinventory KlikSave Inventory update Gambar Sequence Mendata_Inventory_Produk

65 148 Staff Produksi create() InventoryrawmaterialsUI create() Listbahanbaku Bahanbaku Pilihbahanbaku get result get result Isitahun Pilihbulan Isiinventory KlikSave Inventory update Gambar Sequence Mendata_Inventory_Bahan_baku

66 Gambar Sequence Mendata_Bahan_Baku 149

67 Gambar Sequence Mendata_Produk 150

68 Gambar Sequence Membuat_Konfigurasi_Produksi_Optimal 151

69 Gambar Sequence Membuat_Rencana_Produksi_Optimal 152

70 153 Staff Sales create() SalesUI create() Listproduk Produk get result Pilihproduk Isitahun Pilihbulan Isijumlahsales KlikSave create() get result get result Penjualan update Listbulan get result Bulan Gambar Sequence Mendata_Penjualan

71 Navigation Diagram Berikut ini akan digambarkan interface apa saja yang ada di dalam sistem dan digambarkan hubungan antara interface yang satu dengan yang lainya dalam navigation diagram. Interface yang dimaksud adalah form yang akan digunakan dalam sistem.

72 Gambar Navigation Diagram 155

73 User Interface 1. UI Produk Gambar UI Produk Pada User Interface produk ini, user dapat melakukan penambahan produk baru, mengedit data produk yang sudah ada, dan menghapus data produk. Untuk melakukan penambahan produk baru, user dapat mengklik

74 157 tombol add. Setelah itu akan muncul window baru yaitu window add produk, penjelasannya dapat dilihat di window add produk. Untuk mengedit data produk yang sudah ada, user dapat mengklik salah satu produk yang terdapat pada data grid view yang di bawah kemudian secara otomatis datadata produk akan tertampil dalam textboxtextbox yang sudah ada. Dari situ user tinggal mengubah data yang perlu diubah kemudian user tinggal mengklik tombol update. Untuk menghapus data yang sudah ada, user dapat mengklik produk yang terdapat pada data grid view yang di bawah kemudian user dapat mengklik tombol delete. Untuk keluar dari window ini, user dapat megklik tombol exit. 2. UI Bahan Baku Gambar UI Bahan Baku

75 158 Pada User Interface bahan baku ini, user dapat melakukan penambahan bahan baku baru, mengedit data bahan baku yang sudah ada, dan menghapus data bahan baku. Untuk menambah bahan baku baru, user dapat mengklik tombol add, selanjutnya akan muncul window baru yaitu window add bahan baku. Penjelasan untuk add bahan baku ada di User Interface bahan baku. Untuk mengedit data bahan baku yang sudah ada, user dapat mengklik bahan baku yang ada di data grid view kemudian secara otomatis data bahan baku akan tertampil di textboxtextbox yang tersedia. User dapat mengubah data yang diinginkan kemudian user dapat mengklik tombol update. Untuk menghapus data yang ada, user dapat mengklik bahan baku pada data grid view kemudian user dapat mengklik tombol delete. 3. UI Konfigurasi Produksi Optimal

76 159 Gambar UI Konfigurasi Produksi Optimal Pada User Interface ini user dapat menginput konfigurasi margin keuntungan dan jumlah hari kerja pada fieldfield yang telah disediakan. Untuk menetapkan besarnya margin keuntungan, user dapat mengisi besar persentase pada field yang tersedia. Kemudian jika user ingin mengatur jumlah hari kerja pada tahun dan bulan saat ini, user dapat mengisi field tahun yang tersedia kemudian user dapat mengisi jumlah hari kerja dapa bulan yang bersangkutan pada field yang telah disediakan di sebelah kanan bulan yang ada. Kemudian user dapat mengklik tombol save. Untuk

77 160 mengedit jumlah hari kerja yang sudah ada, user dapat mengisi tahun pada field yang tersedia kemudian user dapat mengkilk tombol find. Setelah itu, hasilnya akan keluar pada data grid view di bawahnya. User dapat mengubah jumlah hari kerja pada bulan yang diinginkan, kemudian user dapat mengklik tombol save. Untuk keluar dari window ini user dapat mengklik tombol exit. 4. UI Inventory Produk Gambar UI Inventory Produk

78 161 Pada User Interface ini, user dapat mendata jumlah inventory produk pada tahun dan bulan yang bersangkutan, mengedit jumlah inventory yang ada, dan menghapus data inventory. Untuk mendata atau menambah jumlah inventory, user dapat memilih terlebih dahulu produk apa yang ingin ditambah atau didata inventorinya, kemudian user dapat memasukkan tahun yang diinginkan, kemudian user tinggal memesukkan jumlah inventory dalam data grid view yang ada di sebelah kanan bulan yang bersangkutan. Setelah itu user dapat mengklik tombol save. Untuk mengubah jumlah inventory yang ada, user dapat memilih terlebih dahulu jumlah inventory produk apa yang akan diubah, kemudian user dapat memasukkan tahun yang diinginkan lalu user dapat mengklik tombol find. Setelah itu, data akan tertampil pada data grid view yang tersedia, dari situ user dapat mengubah jumlah inventory yang diinginkan kemudian user dapat mengklik tombol save. Untuk menghapus jumlah inventory, user dapat mengklik bulan apa data inventory yang akan dihapus pada data grid view kemudian user dapat mengklik tombol delete. Untuk keluar dari window ini user dapat mengklik tombol exit. 5. UI Inventory Bahan Baku

79 162 Gambar UI Inventory Bahan Baku Pada User Interface ini, user dapat mendata jumlah inventory bahan baku pada tahun dan bulan yang bersangkutan, mengedit jumlah inventory yang ada, dan menghapus data inventory. Untuk mendata atau menambah jumlah inventory, user dapat memilih terlebih dahulu bahan baku apa yang ingin ditambah atau didata inventorinya, kemudian user dapat memasukkan tahun yang diinginkan, kemudian user tinggal memesukkan jumlah inventory dalam data grid view yang ada di sebelah kanan bulan yang bersangkutan. Setelah itu user dapat mengklik tombol save. Untuk mengubah jumlah inventory yang ada, user dapat memilih terlebih dahulu

80 163 jumlah inventory produk apa yang akan diubah, kemudian user dapat memasukkan tahun yang diinginkan lalu user dapat mengklik tombol find. Setelah itu, data akan tertampil pada data grid view yang tersedia, dari situ user dapat mengubah jumlah inventory yang diinginkan kemudian user dapat mengklik tombol save. Untuk menghapus jumlah inventory, user dapat mengklik bulan apa data inventory yang akan dihapus pada data grid view kemudian user dapat mengklik tombol delete. Untuk keluar dari window ini user dapat mengklik tombol exit. 6. UI Sales Gambar UI sales

81 164 Pada User Interface ini, user dapat menginput jumlah penjualan per hari dan menghapus data penjualan yang sudah ada. Untuk menginput data penjualan, user dapat memilih terlabih dahulu produk apa yang mengalami penjualan, kemudian user memasukkan tahun pada field yang tersedia dan memilih bulan. Setelah itu user dapat menginput jumlah penjualan dengan mengisi data grid yang tersedia lalu user dapat mengklik tombol save. Untuk menghapus data penjualan yang sudah ada, user terlebih dahulu memilih produk, kemudian memasukkan tahun dan memilih bulan yang dikehendaki, kemudian penjualan akan tertampil pada data grid yang tersedia kemudian user dapat mengklik tombol delete. Selain itu, user dapat juga membuat report dengan memasukkan terlebih dahulu tahun dan memilih bulan yang akan dibuat reportnya kemudian user dapat mengklik tombol preview. Selanjutnya akan muncul preview dari laporan yang akan dicetak. 7. UI Rencana Produksi Optimal

82 165 Gambar UI Rencana Produksi Optimal Pada User Interface ini, user dapat melakukan perhitungan produksi optimal, menyimpan hasil perhitungan, dan mencetak hasil perhitungan. Untuk melakukan perhitungan produksi optimal, user dapat mengisi terlebih dahulu kode simulasi yang diinginkan lalu mengisi tahun dan memilih bulan yang dikehendaki, kemudian user dapat memilih produk yang akan dihitung produksi optimalnya kemudian user dapat mengkilk tombol add. Setelah itu, produk yang dipilih tadi akan muncul pada list box di bawahnya. Kemudian user dapat mengklik tombol analyze. Hasil perhitungan produksi optimal akan muncul pada data grid view yang tersedia. Untuk menyimpan haasil perhitungan, user dapat mengklik tombol save. Untuk melihat hasil perhitungan dalam bentuk laporan dan mencetaknya, user dapat memasukkan kode simulasi yang diinput tadi kemudian user dapat mengklik tombol preview. Lalu tampilan berbentuk

83 166 laporan untuk hasil perhitungan produksi optimal akan muncul dan user bisa mencetaknya. 8. UI Add Bahan Baku Gambar UI Add Bahan Baku Pada User Interface ini user dapat menambahkan data bahan baku ke dalam database bahan baku. User dapat mengisi fieldfield yang tersedia kemudian user dapat mengklik tombol save. 9. UI Add Produk

84 167 Gambar UI Add Produk Pada User Interface ini, user dapat menambahkan data produk ke dalam database produk. User dapat mengisi textboxtextbox yang ada, kemudian user dapat menentukan komposisi bahan baku dengan memilih bahan baku dan mengisi besar komposisinya pada data grid yang tersedia. Setelah komposisi bahan baku dan atribut produk terisi semua user dapat mengklik tombol save. 10. UI Konfigurasi Waktu Baku

85 168 Gambar UI Konfigurasi Waktu Baku Pada user interface ini, user dapat menginput waktu siklus pada filed yang tersedia, kemudian dari listlist yang ada, user dapat memilih penyesuaian dan kelonggarankelonggaran sesuai dengan kategorinya masingmasing. User interface ini berhubungan dengan UI Add Produk. Ketika user sudah mengisi fieldfield yang tersedia, user mengklik tombol OK dan user akan kembali ke UI Add Produk.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Umum Produk Perusahaan menggunakan batch sebagai satuan dalam produksi, dimana 1 batch adalah sebesar : 1. Spon untuk ukuran 9

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah laba yang diperoleh perusahaan makin rendah pula kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah laba yang diperoleh perusahaan makin rendah pula kinerja perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, tujuan setiap perusahaan adalah untuk mencari laba. Laba ini sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Makin tinggi laba yang didapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 65 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Kebutuhan Komponen Dalam pembuatan cat, diperlukan beberapa komponen yang menyusun terbentuknya cat tersebut menjadi produk jadi. Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 51 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi 2.1.1 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi 211 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan produk yang akan diprodksi untuk periode selanjutnyatujuan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data 5.1.1 Pembuatan Daftar Pemesan Rutin ke Perusahaan Berdasarkan data yang diterima dari perusahaan, terdapat total delapan perusahaan yang secara rutin per

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda TEKNIK INDUSTRI SISTEM INFORMASI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Data historis penjualan yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Permintaan (demand) Konsumen Pengumpulan data permintaan konsumen pada PT. Sinar Jaya Prakarsa diambil mulai dari bulan Agustus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS 6.1 Teori Dualitas Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya.

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Optimalisasi Produksi dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Menurut Sutalaksana (1979, p131) pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Variabel Berikut variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu: - Data historis penjualan yang kemudian digunakan untuk menentukan target

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut.

HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut. BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Penyajian Data Penelitian Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut. Data berikut merupakan data aktual untuk diramalkan penjualannya

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan merupakan suatu bentuk usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM

OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM Niken Parwati¹, Erwin Kurnia Iwan¹ ¹Program Studi Teknik Industri Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengertian Pengolahan Data Pengolahan data dapat diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu penyajian yang lebih mudah dimengerti dan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Dari uraian latar belakang masalah, penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian kasus dan penelitian lapangan. Menurut Rianse dan Abdi dalam Surip (2012:33)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi Produksi yang dalam bahasa inggris disebut production adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa Produk yang dihasilkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perencanaan Produksi 1. Pengertian Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis berulang untuk menemukan penyelesaian optimal soal programa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT.

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT. EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT. TRIKARTIKA MEGAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Syarat Gelar

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KUE BOLU BERDASARKAN RAMALAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MODEL P (STUDI KASUS: P.IRT FOKER CAKE)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KUE BOLU BERDASARKAN RAMALAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MODEL P (STUDI KASUS: P.IRT FOKER CAKE) PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KUE BOLU BERDASARKAN RAMALAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MODEL P (STUDI KASUS: P.IRT FOKER CAKE) Eman Lesmana 1), Julita Nahar 2), Wahyu Suseno Rizkiyanto 3) Departemen Matematika,

Lebih terperinci

METODE dan TABEL SIMPLEX

METODE dan TABEL SIMPLEX METODE dan TABEL SIMPLEX Mengubah bentuk baku model LP ke dalam bentuk tabel akan memudahkan proses perhitungan simplex. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simplex adalah :. Berdasarkan bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 di bawah ini merupakan alur dari metodologi penelitian dan pemecahan masalah produksi webbing setengah jadi pada

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Optimalisasi Pengalokasian Sumber Daya Terbatas Dengan Pendekatan Metode Simpleks Di Pacific Paint

Universitas Bina Nusantara. Optimalisasi Pengalokasian Sumber Daya Terbatas Dengan Pendekatan Metode Simpleks Di Pacific Paint Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester ganjil 2005/2006 Optimalisasi Pengalokasian Sumber Daya Terbatas Dengan Pendekatan Metode Simpleks Di Pacific

Lebih terperinci

PERAMALAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED MOVING AVERAGE DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

PERAMALAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED MOVING AVERAGE DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal PILAR Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2, September 2017 217 PERAMALAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED MOVING AVERAGE DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Ratih Yulia Hayuningtyas Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi?

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? a. Ada ketidak-pastian aktivitas produksi di masa yag akan datang b. Kemampuan & sumber daya perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA Alda Raharja - 5206 100 008! Wiwik Anggraeni, S.Si, M.Kom! Retno

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Data data untuk penelitian ini didapatkan dengan melakukan observasi dan pengamatan di PT. Tritunggal Delta Sejahtera dimana data ini dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data untuk Peramalan Permintaan Untuk peramalan permintaan pada bulan Januari April 2007 diperlukan data penjualan selama bulan Mei 2005 Desember

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA)

APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA) APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA) Evi Dewi Sri Mulyani 1, Egi Badar Sambani 2, Rian Cahyana 3

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS

BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS BAB V PROGRAMA LINIER : METODE SIMPLEKS 5.1 Metode Simpleks Metode simpleks ialah suatu cara penyelesaian masalah programa linier yang diperkenalkan pertama kali oleh Dantzig pada tahun 1947, yakni suatu

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS. Obyektif 1. Memahami cara menyelesaikan permasalahan menggunakan solusi grafik 2. Mengetahui fungsi kendala dan fungsi tujuan

METODE SIMPLEKS. Obyektif 1. Memahami cara menyelesaikan permasalahan menggunakan solusi grafik 2. Mengetahui fungsi kendala dan fungsi tujuan METODE SIMPLEKS 2 Obyektif 1. Memahami cara menyelesaikan permasalahan menggunakan solusi grafik 2. Mengetahui fungsi kendala dan fungsi tujuan Untuk menggunakan Metode Simpleks dalam masalah Program Linier

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Robbins & Coulter (2010:23) mengatakan bahwa manajemen melibatkan akivitas aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Produksi Produksi secara umum adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mendapatkan laba yang maksimal. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang kompleks dalam mengambil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat penjualan untuk beberapa periode ke depan. Biasanya untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010 PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN ONGKOS PRODUKSI MINIMUM PADA PERUSAHAAN ABC Ahmad Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: ahmad_industri@tarumanagara.ac.id

Lebih terperinci

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan METODA SIMPLEKS Metoda Simpleks Suatu metoda yang menggunakan prosedur aljabar untuk menyelesaikan programa linier. Proses penyelesaiannya dengan melakukan iterasi dari fungsi pembatasnya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Tinjauan Pustaka 211 Pengumpulan Data Statistika Deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1 Pola Dasar Permintaan Dari hasil pengumpulan data aktual yang telah dilakukan mengenai pertumbuhan jumlah kartu kredit BCA yang dimiliki oleh cardholder BCA Cabang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI.

TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. TEKNIK PERAMALAN KUANTITATIF (TEKNIK STATISTIK) Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENERAPAN TEKNIK Keakuratan data yang dimiliki Asumsi yang disepakati bersama Kondisi perusahaan yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Perbandingan Akurasi Hasil Peramalan MC Tire IRC Tube Type. menganalisa produk MC Tire IRC Tube Type, sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL Perbandingan Akurasi Hasil Peramalan MC Tire IRC Tube Type. menganalisa produk MC Tire IRC Tube Type, sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Perbandingan Akurasi Hasil Peramalan MC Tire IRC Tube Type Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat dibandingkan seluruh ukuran kesalahan peramalan atas metode peramalan yang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS A. Metode Simpleks Metode simpleks yang sudah kita pelajari, menunjukkan bahwa setiap perpindahan tabel baru selalu membawa semua elemen yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 2 PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Kuliah 04 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Metode simpleks dalam bentuk tabel 2 Pemecahan untuk masalah minimisasi

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya Rudy Adipranata 1, Tanti Octavia 2, Andi Irawan 1 Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Pendahuluan Pentingnya

Lebih terperinci

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu Author: Junaidi Junaidi Terdapat berbagai jenis model/metode peramalan hubungan deret waktu. Diantaranya adalah: 1) Model Linear; 2) Model Quadratic;

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan produksi sebagai suatu perencanaan taktis yang bertujuan untuk memberikan keputusan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Pada model Linear Programming untuk optimalisasi produksi terdiri dari beberapa variabel. Berikut adalah variabel yang digunakan dalam model Linear Programming:

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Linier Para ahli mendefinisikan program linier sebagai sebuah teknik analisa yang digunakan untuk memecahkan segala persoalan atau masalah-masalah keputusan yang ada

Lebih terperinci

TEORI DUALITAS. Pertemuan Ke-9. Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

TEORI DUALITAS. Pertemuan Ke-9. Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia TEORI DUALITAS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-9 Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 PENGANTAR Diperlukan sebagai dasar interpretasi ekonomis suatu persoalan

Lebih terperinci

TENTUKAN MODEL MATEMATISNYA!

TENTUKAN MODEL MATEMATISNYA! INTEGER PROGRAMING CONTOH SOAL! Sebuah perusahaan jus buah curah JASJUS TAMBUNAN memproduksi 2 jenis produk, yaitu jus jeruk dan jus jambu. Masing-masing produk tersebut membutuhkan 2 tahapan produksi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X merupakan industri makanan di Depok yang memproduksi roti dengan 23 varian roti. Masalah yang dihadapi perusahaan saat ini adalah sering terjadinya over stock dan terkadang lost sales yang

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang akan dibuat agar penelitian dapat berjalan

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5 METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5 Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis berulang

Lebih terperinci