Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN 2011

4

5 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN 2011 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : v + 64 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

6

7 Kata Pengantar Publikasi Statistik Daerah Kabupaten Sorong Selatan 2011 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan yang berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Kabupaten Sorong Selatan yang dianalisis secara sederhana untuk membantu para pengguna data terutama yang berkepentingan bagi kemajuan daerah ini memahami perkembangan pembangunan dan potensi yang ada di Sorong Selatan. Dengan publikasi ini diharapkan potret pembangunan di Kabupaten Sorong Selatan dapat digambarkan sesuai dengan fakta lapangan. Publikasi Statistik Daerah Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011 yang diterbitkan kedua kalinya ini untuk melengkapi publikasi-publikasi statistik yang sudah terbit secara rutin setiap tahun. Berbeda dengan publikasi-publikasi yang sudah ada seperti Kabupaten Sorong Selatan Dalam Angka, publikasi ini lebih menekankan pada analisis. Materi yang disajikan dalam Statistik Daerah Kabupaten Sorong Selatan 2011 memuat berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Kabupaten Sorong Selatan dan diharapkan dapat menjadi bahan rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan. Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan data statistik, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi maupun masyarakat luas. Teminabuan, November 2011 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan, Ir. Nurhaida Sirun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011 i

8

9 Statistik Kunci No. Uraian Satuan Jumlah penduduk 1 orang Jumlah penduduk 15 thn keatas yang bekerja 2 orang Jumlah penganggur 2 orang Jumlah Angkatan kerja 2 orang TPAK 2 persen TPT 2 persen Persentase pekerja di sektor formal 2 persen Pertumbuhan Ekonomi 3 persen PDRB ADHB (juta) rupiah PDRB ADHK (juta) rupiah PDRB per Kapita rupiah Jumlah Penduduk miskin 4 orang Persentase penduduk miskin 4 persen Angka Partisipasi Sekolah 7-12 tahun 4 persen Angka Partisipasi Sekolah tahun 4 persen Angka Partisipasi Sekolah tahun 4 persen Angka Partisipasi Murni (SD) 4 persen Angka Partisipasi Murni (SLTP) 4 persen Angka Partisipasi Murni (SLTA) 4 persen Angka Partisipasi Murni (PT) 4 persen Angka Harapan Hidup 4 tahun Rata-rata lama sekolah 4 tahun Angka melek huruf 4 persen Paritas Daya Beli (PPP) (ribu) 4 rupiah IPM 4 persen Rata-rata pengeluaran per kapita 4 rupiah Catatan: 1. Berdasarkan Hasil Proyeksi SP 2000 dan Sensus Penduduk Tahun Kondisi bulan Agustus (Sakernas) 3. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 merupakan gabungan Sorong Selatan dan Maybrat 4. Data tahun 2008 dan 2009 adalah data gabungan Sorong Selatan dan Maybrat STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011 ii

10

11 Daerah administrasi adalah wilayah administrasi yang sudah memiliki dasar hukum yang sah menurut Departemen Dalam Negeri. Desa pesisir/tepi laut adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau). Desa bukan pesisir adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang tidak berbatasan langsung dengan laut atau tidak mempunyai pesisir. Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di suatu daerah dibagi dengan luas daratan daerah tersebut, biasanya dinyatakan sebagai penduduk per Km 2. Laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata tahunan laju perubahan jumlah penduduk di suatu daerah selama periode waktu tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah Penjelasan Teknis Angka Kematian Balita adalah probabilita bayi meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, dinyatakan dalam per seribu kelahiran. Angka Harapan Hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka Melek Huruf Dewasa adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka Partisipasi Murni adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah penduduk kelompok usia sekolah (7-12 th; th; th) yang bersekolah terhadap seluruh penduduk kelompok usia sekolah (7-12 th; th; th). Bersekolah adalah mereka yang perlu mengikuti pendidikan di jalur formal (SD/MI, SMP/MTs, SMA/ SMK/MA atau PT) maupun non formal (paket A, paket B atau paket C). perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011 iii

12

13 IPM adalah indeks komposit dari gabungan 4 (empat) indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih kepada pemakai akhir. Angka Koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien Gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmerataan sempurna. Garis kemiskinan adalah besarnya nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan nonmakanan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap berada pada kehidupan yang layak. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks Harga Konsumen adalah angka/indeks yang menunjukkan perbandingan relatif antara tingkat harga (konsumen/eceran) pada saat bulan survei dan harga tersebut pada bulan sebelumnya. Inflasi adalah indikator yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita adalah Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan penduduk pertengahan tahun. PDRB Harga Berlaku adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin harga yang berlaku pada setiap tahun. PDRB Harga Konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011 iv

14

15 Daftar Isi Kata Pengantar i Statistik Kunci ii Penjelasan Teknis iii Daftar Isi v 1 Geografi dan Iklim 1 11 Industri Pengolahan 40 2 Pemerintahan 4 12 Konstruksi 41 3 Penduduk 7 13 Hotel dan Pariwisata 42 4 Ketenagakerjaan Transportasi dan Komunikasi 44 5 Pendidikan Perbankan dan Investasi 47 6 Kesehatan Harga-harga 48 7 Perumahan dan Lingkungan Pengeluaran Penduduk 49 8 Pembangunan Manusia Perdagangan 51 9 Pertanian Pendapatan Regional Pertambangan dan Energi Perbandingan Regional 55 Lampiran Tabel 58 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011 v

16

17 GEOGRAFI DAN IKLIM Sorong Selatan dimekarkan dari Kabupaten Sorong Sorong Selatan resmi menjadi kabupaten yang memiliki pemerintahan sendiri berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002 setelah dimekarkan dari Kabupaten Sorong. 1 Kabupaten Sorong Selatan terletak di sebelah selatan Kabupaten Sorong. Secara geografis letak Kabupaten Sorong Selatan pada koordinat 01 00' hingga 02 30' Lintang Selatan dan ' hingga ' Bujur Timur dan berada pada ketinggian 0 sampai meter dari permukaan laut. Daerah terendah berada di sepanjang garis pantai Laut Seram meliputi wilayah Distrik Kokoda, Inanwatan, Teminabuan, Kais, dan Seremuk. Ibukota Kabupaten Sorong Selatan, yaitu Teminabuan terletak pada ketinggian 40 meter dari permukaan laut. Adapun batas-batas wilayahnya adalah: Utara : Kabupaten Maybrat Selatan : Teluk Bintuni dan Laut Seram Barat : Laut Seram dan Sorong Timur : Maybrat dan Teluk Bintuni Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 bahwa luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan adalah sekitar 9.408,63 Km 2 sebelum terjadi pemekaran Kabupaten Maybrat. Berdasarkan distriknya, wilayah terluas adalah Distrik Inanwatan dan Matemani (25,20%) dan wilayah terkecil adalah Seremuk-Saifi (6,91%). Kabupaten Sorong Selatan sebagai salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sorong berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 dengan ibukota Teminabuan. Pada awal pemekarannya, Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 14 distrik yang meliputi 210 kampung dan 3 kelurahan. Gambar 1.1 Peta Kabupaten Sorong Selatan Gambar 1.2 Persentase Luas Wilayah Sorong Selatan menurut Distrik 2010 Wayer Seremuk 8% 7% Saifi 0% Konda 0% Teminabuan 11% Moswaren 10% Matemani 0% Sawiat 7% Fkour 0% Kais 17% Sumber: Permendagri No.6 Tahun 2008 (diolah sendiri) Kokoda Utara 0% Inanwatan 26% Kokoda 14% Kabupaten Sorong Selatan mempunyai luas hutan sebesar ± Km 2 yang meliputi hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

18 1 GEOGRAFI DAN IKLIM Karakteristik wilayah di Sorong Selatan bervariasi Topografi sebagian besar wilayah Sorong Selatan atau sekitar 65 persen merupakan daerah pegunungan, sisanya dataran rendah dan pantai. Gambar 1.3 Persentase Desa/Kelurahan Berdasarkan Topografi Wilayah Pesisir Bukan Pesisir Pesisir Lereng/Punggung Bukit Sumber: Sensus Potensi Desa (PODES), 2008 Tabel 1.1 Banyaknya Desa/Kelurahan Berdasarkan Topografi Wilayah di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2008 Uraian Satuan 2008 Desa Pesisir desa 20 Desa Bukan Pesisir desa 193 Desa di Lembah DAS desa 72 Desa di Lereng/Gunung desa 63 Desa di Dataran desa 58 Sumber: Sensus Potensi Desa (PODES), 2008 Pesisir Lembah/DAS Pesisir Dataran Pada bulan Januari 2010, Kabupaten Sorong Selatan diguyur hujan paling sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya, yaitu hanya sebanyak 12 hari saja sedangkan bulan Mei memiliki intensitas hari hujan tertinggi (29 hari). Setelah pemekaran Kabupaten Maybrat pada tahun 2009, wilayah Sorong Selatan menjadi 13 distrik sedangkan 6 (enam) distrik lama, yaitu Distrik Aifat, Aifat Timur, Ayamaru, Aitinyo, Ayamaru Utara dan Mare merupakan wilayah Kabupaten Maybrat. Ketiga belas distrik tersebut adalah Distrik Teminabuan, Inanwatan, Kais, Kokoda, Kokoda Utara, Matemani, Konda, Wayer, Moswaren, Seremuk, Saifi, Sawiat dan Fkour. Berdasarkan topografi wilayah, Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan dan lereng-lereng (pedalaman, ± 65%) serta dataran rendah, rawa-rawa, dan pantai (35%). berikut: Penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai Daerah pegunungan terdapat di Distrik Sawiat. Daerah dataran rendah; tersebar di distrik: Teminabuan, Seremuk (sebagian), Wayer, dan Moswaren. Daerah pantai dan rawa, tersebar di distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian Seremuk. Sebanyak 193 desa merupakan wilayah bukan pesisir atau sebesar 90,61 persen dari total wilayah di Kabupaten Sorong Selatan dan sisanya, yaitu sebesar 9,39 persen atau sekitar 20 desa memiliki topografi daerah pantai (tahun 2008). 2 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

19 GEOGRAFI DAN IKLIM Lebih dari delapan bulan diguyur hujan Wilayah Sorong Selatan memiliki curah hujan tinggi dengan jumlah hari hujan mencapai 263 hari atau hampir 9 bulan hujan terus-menerus pada tahun Suhu udara rata-rata di Kabupaten Sorong Selatan diperkirakan 26,97 Celcius dengan suhu udara minimum sekitar 24,23 Celcius dan suhu udara maksimum sebesar 31,23 Celcius. Kelembaban udara sekitar 85 persen. Curah hujan tertinggi tercatat 471,0 mm dan yang terendah tercatat 60,30 mm. Sementara hari hujan sebanyak 263 hari. Tekanan udara rata-rata 1.008,66 mbs. Sedangkan rata-rata penyinaran matahari selama tahun 2010 sekitar 59,67 persen. Curah hujan per bulan pada tahun 2010 di Kabupaten Sorong Selatan bervariasi. Curah hujan terendah tercatat 60,30 mm pada bulan Maret dan yang tertinggi 471,00 mm pada bulan September. Sementara hari hujan terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu hanya 12 hari. Sedangkan pada bulan Mei 2010, Kabupaten Sorong Selatan diguyur hujan terbanyak bahkan hampir satu bulan (29 hari). Meskipun pada bulan Januari 2010, Sorong Selatan paling sedikit diguyur hujan, justru pada bulan Maret 2010 memiliki curah hujan terendah (60,30 mm). Hal ini berarti pada bulan Maret 2010 sering terjadi hujan dengan intensitas ringan. Sementara meskipun sering hujan pada bulan Mei 2010, namun curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September Fenomena ini mengandung arti pada bulan September lebih sering terjadi hujan deras atau hujan dengan intensitas berat Gambar 1.4 Curah Hujan dan Hari Hujan Per Bulan Kabupaten Sorong Selatan Tahun Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Sorong, 2010 Tabel 1.2 Keadaan Iklim Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2010 Uraian Minimum Maksimum Suhu Udara Rata-rata 24,23 31,23 Rata-rata Kelembaban Udara Rata-rata Tekanan Udara 1 006, ,70 Curah Hujan 60,30 471,00 Hari Hujan 12,00 29,00 Rata-rata Penyinaran Matahari Curah Hujan ,00 73,00 Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Sorong, Hari Hujan Luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan sebelum pemekaran Maybrat pada tahun 2010 adalah sebesar 9.408,63 Km 2 (berdasarkan Permendagri No. 6 Tahun 2008). STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

20 2 PEMERINTAHAN Tidak ada Penambahan Distrik Baru Pada tahun 2010 belum ada pemekaran distrik sedangkan jumlah kampung bertambah sekitar tujuh kampung, yaitu lima kampung di Kokoda, satu kampung di Teminabuan dan satu kampung di Seremuk Gambar 2.1 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2010 Sumber: Pemda Kabupaten Sorong Selatan, 2010 Tabel 2.1 Sejarah Pemekaran Distrik dan Dasar Hukum di Kabupaten Sorong Selatan Distrik Induk Distrik Pemekaran Dasar Hukum Teminabuan Inanwatan Matemani Kais Kokoda Seremuk Sawiat 218 Sawiat Seremuk Wayer Konda Kokoda Matemani Kais Matemani Kais Kokoda Utara Saifi Fkour Sumber: Pemda Kabupaten Sorong Selatan, Kecamatan Kelurahan Desa 117 UU No. 26 Tahun 2002 UU No. 26 Tahun 2002 UU No. 26 Tahun 2002 Perda Sorong Selatan No. 23 Tahun 2007 Perda Sorong Selatan No. 23 Tahun 2007 Perda Sorong Selatan No. 23 Tahun 2007 Tem ina buan a dal ah ibuko ta kabupaten Sorong Selatan yang wilayah administrasinya meliputi 14 desa dan 2 kelurahan pada tahun Sorong Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong pada tanggal 06 Agustus Kabupaten ini beribukota di Teminabuan. Tahun 2010, Sorong Selatan tidak mengalami pemekaran distrik. Wilayahnya masih mencakup 13 distrik. Sorong Selatan terdiri dari 117 kampung dan satu kelurahan dari semula 110 kampung, dan dua kelurahan. Struktur hierarki dalam pembagian administrasi pemerintahan digolongkan menjadi kecamatan (distrik), kelurahan, dan desa (kampung). Sejarah pembentukan Sorong Selatan diawali dari terdapat sembilan distrik utama, yaitu tiga distrik utama yang merupakan wilayah Kabupaten Sorong Selatan nantinya, yaitu Inanwatan, Teminabuan dan Moswaren. Sedangkan enam distrik lainnya akan menjadi wilayah Kabupaten Maybrat, yaitu Distrik Ayamaru, Aitinyo, Mare, Aifat, Aifat Timur, dan Ayamaru Utara. Pemekaran terjadi pada dua distrik induk di Kabupaten Sorong Selatan yang diawali dengan berkembangnya Distrik Teminabuan yang dimekarkan menjadi empat distrik, yaitu Teminabuan, Sawiat, Seremuk dan Wayer. Sedangkan Inanwatan terpecah menjadi tiga distrik, yaitu Inanwatan, Kokoda dan Matemani Kais. Selanjutnya, terjadi pemekaran lima distrik lagi pada tahun 2009 setelah kabupaten Sorong Selatan berkembang menjadi Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat. Lima distrik tersebut adalah Distrik Konda (Teminabuan), Saifi (Seremuk), Fkour (Sawiat), Matemani (Matemani Kais) dan Kokoda Utara (Kokoda). 4 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

21 PEMERINTAHAN Jumlah PNS Laki-Laki Jauh Lebih Banyak Dari PNS di Sorong Selatan, sebanyak orang berjenis kelamin laki-laki atau sekitar 67,14 persen. Jumlah PNS laki-laki lebih banyak 718 orang daripada PNS perempuan. 2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sorong Selatan berjumlah orang.dengan rincian orang berjenis kelamin laki-laki dan 688 orang berjenis kelamin perempuan. Dari komposisinya terlihat bahwa jumlah PNS laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan PNS perempuan. Hal ini berarti bahwa kesetaraan gender belum terlaksana. Meskipun demikian, persentase PNS perempuan telah meningkat dibandingkan tahun 2009 (31,64 persen). Sedangkan menurut golongannya, sekitar 42,45 persen PNS masih bergolongan II (889 orang) dan 41,74 persen PNS golongan III (874 orang). Berdasarkan kualitas PNS dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, dapat dikatakan bahwa PNS di Kabupaten Sorong Selatan tergolong SDM yang berkualitas cukup baik. Sekitar 27,89 persen PNS berpendidikan diploma dan 48,85 persen PNS berlatar belakang pendidikan sarjana (SI dan S-II), Sedangkan untuk PNS yang berpendidikan rendah (SD dan SLTP) hanya memiliki persentase masing-masing sebesar 3,20 persen dan 4,44 persen. Sisanya sekitar 15,62 persen PNS memiliki latar belakang pendidikan SMA. Selama tahun , terjadi peningkatan kualitas PNS dari sisi tingkat pendidikannya. Pada tahun 2008, PNS berpendidikan sarjana meningkat drastis dari sebesar 11,76 persen menjadi sebesar 48,85 persen. Sedangkan PNS berlatar pendidikan diploma, justru menurun dari sebesar 51,73 persen pada tahun 2008 menjadi hanya sebesar 27,89 persen. Hal ini mungkin disebabkan makin banyak PNS yang memilih meneruskan tingkat pendidikannya Gambar 2.2 Persentase PNS Pemda Kabupaten Sorong Selatan menurut Golongan dan Jenis Kelamin 2010 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Sorong Selatan, 2010 Gambar 2.3 Persentase PNS Pemda Kabupaten Sorong Selatan menurut Tingkat Pendidikan IV I 8.17% 7.64% SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Sorong Selatan, 2010 III 41.74% II 42.45% Perempuan 33% Laki-laki 67% Drs. Otto Ihalauw menjabat Bupati Kabupaten Sorong Selatan untuk kedua kalinya dan didampingi Drs. Sam Anggiluli, SE sebagai Wakil Bupati. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

22 2 PEMERINTAHAN Sekitar 20 Persen Anggota DPRD adalah Perempuan Dari 20 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sorong Selatan periode sebanyak 4 kursi diduduki oleh perempuan. Gambar 2.4 Persentase PNS Kabupaten Sorong Selatan menurut Tingkat Pendidikan Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Sorong Selatan, 2010 Gambar 2.5 Jumlah Anggota DPRD menurut Jenis Kelamin Gabungan Golkar Demokrat 1 1 Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Sorong Selatan, SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Perempuan Laki-Laki Persentase perempuan yang duduk dalam kursi DPRD Kabupaten Sorong Selatan hanya 20 persen. 8 dari tingkat pendidikan SMA atau diploma ke jenjang pendidikan sarjana (S-I dan S-II). Sementara untuk PNS berpendidikan rendah (SD dan SLTP) memiliki persentase yang relatif meningkat dengan rincian masing-masing 3,12 persen dan 3,86 persen pada tahun 2008 menjadi sebesar 3,2 persen dan 4,44 persen pada tahun Jumlah PNS berpendidikan rendah masih relatif cukup banyak sehingga pemda Kabupaten Sorong Selatan perlu mengurangi jumlahnya dengan menyekolahkan PNS ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau mewajibkan PNS yang berpendidikan rendah agar meneruskan sekolah ke tingkat pendidikan selanjutnya. Langkah lainnya dengan memberi batasan tingkat pendidikan minimal sarjana untuk penerimaan PNS. Hal ini untuk meningkatkan kualitas SDM dari PNS. Untuk perwakilan rakyat di kursi DPRD tidak menunjukkan dominasi mutlak dari partai tertentu. Partai Demokrat menjadi partai kepercayaan masyarakat di Sorong Selatan dengan menempatkan 9 orang atau sekitar 45 persen dari total kursi anggota DPRD. Fraksi Golkar berada di urutan kedua dengan jatah sebanyak 5 kursi. Sisanya (6 kursi) berasal dari berbagai partai yang tergabung dalam Fraksi Gabungan. Dari 20 anggota DPRD, sekitar 4 orang diantaranya adalah wanita atau sekitar 20 persen. Ini berarti, meski persentasenya kecil, namun telah memenuhi kuota keterwakilan wanita untuk posisi tertentu di pemerintahan. Meskipun demikian, ketimpangan gender masih terjadi dalam kehidupan berpolitik di Kabupaten Sorong Selatan. 6 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

23 PENDUDUK Jumlah Penduduk Sorong Selatan sebanyak Jiwa Jumlah penduduk Sorong Selatan tahun 2010 tercatat jiwa, meningkat sedikit dibanding tahun 2009 yang besarnya jiwa. Kontribusi ini tergolong kecil atau hanya sekitar persen terhadap jumlah penduduk Papua Barat. 3 Kependudukan salah satu aspek pembangunan yang penting karena penduduk adalah subjek sekaligus objek pembangunan. Perencanaan pembangunan dapat efektif, efisien, dan tepat sasaran bila didukung dengan data kependudukan. Jumlah penduduk yang terus meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan menimbulkan permasalahan ekonomi dan sosial sehingga dengan adanya data, pemerintah dapat menangani masalah kependudukan dalam upaya pengendalian jumlah penduduk dan perbaikan kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan persentase pertumbuhan penduduknya cenderung naik. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sorong Selatan sebesar 5,41 persen. Pada tahun 2005, penduduk Kabupaten Sorong Selatan mencapai jiwa. Setelah adanya pemekaran Kabupaten Maybrat pada tahun 2009, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah jiwa. Pada Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk meningkat menjadi jiwa. Ini berarti penduduk Kabupaten Sorong Selatan hanya bertambah sebanyak 378 jiwa saja. Angka ini tergolong sangat rendah dibandingkan peningkatan jumlah penduduk selama tahun Jumlah penduduk di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi/ perpindahan penduduk. Ketiga faktor tersebutlah yang menentukan tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk. Sumber: Dokumentasi Lapangan Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Sorong Selatan * Series Sumber: SP 2000, SP 2010, Hasil Estimasi Backcasting , BPS * Jumlah penduduk Hasil Backcasting Jumlah Penduduk (ratus orang) Jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 adalah yang terkecil ketiga setelah Tabrauw dan Maybrat di Papua Barat ( jiwa), dengan kontribusi terhadap penduduk Papua Barat sekitar 4,98 Persen. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

24 3 PENDUDUK Laju Pertumbuhan Penduduk Sorong SelatanTerbesar Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun adalah yang tertinggi di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 5,41 persen. Bahkan angka tersebut jauh di atas laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua Barat sebesar 3,71 persen. Uraian Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Sex Ratio (%) Jumlah Rumah Tangga (ruta) Rata-rata ART (jiwa/ruta) , Penduduk menurut Kelompok Umur (%) Sumber: Hasil Proyeksi SP 2000, Sensus Penduduk 2010 Gambar 3.2 Jumlah Rumah Tangga menurut Distrik Tahun 2010 Fkour Seremuk Kokoda Utara Wayer Saifi Konda Sawiat Matemani Inanwatan Moswaren Kais Kokoda Teminabuan Tabel 3.1 Indikator Kependudukan Sumber: Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sorong Selatan memiliki laju pertumbuhan penduduk selama tahun tertinggi di Provinsi Papua Barat (5,41%) meskipun memiliki jumlah penduduk terbesar keempat setelah Tabrauw, Teluk Wondama dan Maybrat (Papua Barat Dalam Angka, 2011). Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas terutama terkait dengan kemampuan dalam mengontrol jumlah kelahiran. Angka kelahiran tinggi salah satu faktor yang memicu ledakan penduduk. Mortalitas terutama terkait dengan angka kematian bayi (infant mortality rate) dan angka kematian ibu (maternal mortality rate) yang tinggi. Disamping itu peran migrasi juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sorong Selatan tercatat tertinggi di antara kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat selama tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,41 persen. Angka pertumbuhan ini jauh di atas angka pertumbuhan penduduk rata-rata Provinsi Papua Barat (3,71%). Bahkan bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Sorong yang masih lebih rendah, yaitu sekitar 4,80 persen. Hal ini diduga laju migrasi masuk dan angka kelahiran tinggi yang memicu pertumbuhan penduduk Sorong Selatan. Angka pertumbuhan yang tinggi akan menyebabkan ledakan penduduk jika tidak dikendalikan. Jumlah rumah tangga terbanyak di Kabupaten Sorong Selatan adalah Distrik Teminabuan yang mencapai persen. Sedangkan distrik yang paling sedikit jumlah rumah tangganya, yaitu Fkour, hanya sekitar 2,20 persen dari total seluruh rumah tangga di Kabupaten Sorong Selatan. Fenomena menarik, yaitu Distrik Moswaren memiliki jumlah penduduk terbanyak kelima setelah Distrik Inanwatan, namun jumlah rumah tangganya lebih banyak daripada Inanwatan. 8 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

25 PENDUDUK Penduduk Terpadat Sorong Selatan di Distrik Teminabuan Distrik Teminabuan adalah ibukota Kabupaten Sorong Selatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan distribusi sebesar 30,68 persen dari total penduduk Sorong Selatan. 3 Sebaran penduduk Kabupaten Sorong Selatan menurut distrik dominan di dua wilayah yaitu di Distrik Teminabuan (30,68%) dan Distrik Kokoda (15,50%). Distrik Teminabuan merupakan ibukota kabupaten dan menjadi tujuan mata pencaharian sekitar 31 persen penduduk. Selain itu, fasilitas sarana dan prasarana di distrik ini tergolong lebih lengkap dan maju dibandingkan distrik lain di Kabupaten Sorong Selatan. Distribusi sebaran penduduk yang terkecil terdapat di Distrik Fkour, hanya sekitar 2 persen saja. Padahal hampir semua kampung di distrik tersebut memiliki wilayah yang sering dilalui oleh kendaraan (merupakan penghubung antara Kabupaten Sorong dan Kabupaten Maybrat), namun jumlah penduduknya paling sedikit dibandingkan distrik lain di Kabupaten Sorong Selatan. Hal ini diduga karena jumlah kampung di Distrik Fkour paling sedikit dan infrastruktur seperti kesehatan dan pendidikan masih terbatas. Kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten Sorong Selatan berada di Distrik Teminabuan yaitu sekitar 27 jiwa per Km 2 karena Teminabuan memiliki jumlah penduduk terbesar dengan luas wilayah terluas keempat diantara 7 distrik lainnya di Kabupaten Sorong Selatan. Sementara kepadatan penduduk terkecil adalah di Distrik Inanwatan yaitu 3 jiwa per Km 2. Distrik Inanwatan memiliki luas wilayah terbesar namun jumlah penduduknya relatif besar. Untuk kepadatan penduduk di lima distrik pemekaran (Konda, Matemani, Kokoda Utara, Saifi dan Fkour) belum tersedia karena data luas wilayahnya masih tergabung dengan distrik induk masing-masing. Gambar 3.3 Persentase Distribusi Sebaran Penduduk 2010 Saifi 5% Seremuk 3% Konda 5% Teminabuan 31% Inanwatan 7% Sumber: Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sorong Selatan, 2010 Gambar 3.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Sorong Selatan menurut Distrik Tahun 2010 Inanwatan Moswaren Sorong Selatan Teminabuan Wayer 4% Sawiat 5% Fkour 2% Sumber: Luas: Permendagri No 6 Thn 2008 Jumlah Penduduk: Hasil Sensus Penduduk 2010 Moswaren 6% Kokoda 15% Kokoda Utara 4% Kais 7% Matemani 6% Kais Seremuk Wayer Sawiat Kokoda Kabupaten Sorong Selatan memiliki rata-rata kepadatan penduduk per Kilo meter persegi terbesar kedua setelah Kabupaten Manokwari di Papua Barat. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

26 3 PENDUDUK Penduduk Laki-laki 10 Persen Lebih Banyak daripada Perempuan. Berdasarkan Sex Ratio yang mencapai 110,20 persen, terlihat bahwa penduduk laki-laki 10 persen lebih banyak daripada penduduk perempuan. Salah satu penyumbangnya diduga akibat migrasi masuk lebih banyak berasal dari penduduk laki-laki. Gambar 3.5 Sex Ratio Kabupaten Sorong Selatan 2010 Matemani Wayer Konda Teminabuan Moswaren Sorong Selatan Kais Inanwatan Sawiat Seremuk Kokoda Fkour Kokoda Utara Saifi Sumber: Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sorong Selatan, 2010 Gambar 3.6 Piramida Penduduk Sorong Selatan 2010 Sumber: Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sorong Selatan, Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 adalah yang terendah kedua di Papua Barat (110,22%), set elah Ka bupaten M a ybrat (104,24%). Berdasarkan rasio jenis kelamin (sex ratio), jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan kecuali distrik Kokoda Utara dan Saifi. Hal ini dapat dilihat dari nilai sex ratio yang lebih besar dari 100 (110,22 persen). Tahun 2010, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 110 jiwa penduduk laki-laki. Menurut distrik, sex ratio tertinggi di distrik Matemani (123,10 persen) dan terendah di Distrik Saifi. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Sorong Selatan yang lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan salah satunya diduga disebabkan migrasi masuk di Sorong Selatan. Umumnya migrasi jarak jauh terjadi pada penduduk berjenis kelamin laki-laki, dan penduduk perempuan lazimnya bermigrasi pada jarak dekat (Teori Migrasi Ravenstein). Faktor penarik Sorong Selatan sebagai kabupaten baru sehingga kesempatan dan lapangan pekerjaan lebih terbuka menyebabkan penduduk laki-laki memiliki kecenderungan untuk bermigrasi dalam mencari mata pencahariannya. Struktur dan komposisi penduduk dapat dilihat dari piramida penduduk menurut kelompok umur di wilayah tersebut. Dari komposisi sebaran penduduk menurut kelompok umur tersebut, Kabupaten Sorong Selatan termasuk sebagai struktur penduduk muda. Hal ini tampak dari bentuk piramida penduduk dimana penduduk lebih terdistribusi ke dalam kelompok umur muda atau terjadi pelebaran pada alas piramida penduduk. 10 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

27 PENDUDUK Fertilitas di Sorong Selatan Tergolong Cukup Tinggi Pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun dalam piramida penduduk terlihat semakin melebar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat fertilitas tinggi sehingga struktur piramida penduduk adalah struktur umur muda sementara sekitar 41 orang masih ditanggung penduduk produktif. 3 Selain itu dilihat dari besarnya median umur, Kabupaten Sorong Selatan tergolong pada penduduk berkembang. Dari piramida penduduk Kabupaten Sorong Selatan terlihat perkembangan arah pertumbuhan penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun. Pada kelompok umur 0-4 tahun mempunyai jumlah yang lebih banyak daripada kelompok umur 5-9 tahun. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi dari faktor fertilitas belum mampu terkontrol dengan baik. Laju pertumbuhan Sorong Selatan yang tinggi bahkan tertinggi se-papua Barat selama tahun , salah satunya dipicu oleh tingkat fertilitas sehingga bila pemerintah daerah Kabupaten Sorong Selatan tidak mengendalikannya, maka akan terjadi ledakan penduduk. Strukur piramida penduduk Sorong Selatan adalah struktur umur muda yang berdampak pada tingkat beban ketergantungan (dependency ratio) yang tinggi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat mengindikasikan keadaan ekonomi suatu daerah tergolong sebagai daerah maju atau daerah sedang berkembang. Persentase penduduk yang produktif dan non produktif baik secara agregat maupun gender menunjukkan kecenderungan yang sama. Besarnya rasio ketergantungan Sorong Selatan adalah persen. Artinya dari 100 orang yang masih produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 41 orang yang belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produkstif (65 tahun ke atas). Jumlah Penduduk Kota Sorong (kabupaten terpadat di Papua Barat) 5 kali lipat jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan namun jumlah ratarata ART dalam satu rumah tangga di Sorong Selatan tertinggi di Papua Barat. Gambar 3.7 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur Produktif dan Non Produktif Laki-Laki Perempuan L+P Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Gambar 3.8 Dependency Ratio menurut Jenis Kelamin Kabupaten Sorong Selatan 2010 Sumber: Hasil Sensus Penduduk Laki-laki Perempuan L+P STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

28 4 KETENAGAKERJAAN Peningkatan Angkatan Kerja Perlu Diwaspadai Struktur piramida penduduk Sorong Selatan adalah struktur muda sehingga kemungkinan akan terjadi peningkatan angkatan kerja karena pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Angkatan kerja yang bertambah bila tidak diatasi akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Bekerja Angkatan Kerja Mencari Pekerjaan Sedang Bekerja Pengangguran Kritis (< 15 Jam) Gambar 4.1 Skema Ketenagakerjaan Pengangguran Usia Kerja ( 15 tahun) Mempersiapkan Usaha Sementara Tidak Bekerja Setengah Pengangguran (15-34 (< Jam) PENDUDUK Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus rumah Tangga Putus asa: Merasa Tidak Mungkin Mendapatkan Pekerjaan Jam Kerja Normal ( 35 Jam) Bukan Usia Kerja Lainnya Sudah Mempunyai Pekerjaan Tetapi Belum Mulai Bekerja Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk yang bekerja di Sorong Selatan adalah yang terkecil kedua setelah Tabrauw se-papua Barat, kontribusinya terhadap jumlah penduduk yang bekerja se-regional Papua Barat hanya 4,67 persen. Pada dasarnya ketenagakerjaan di suatu wilayah dengan struktur penduduk usia muda ditandai dengan peningkatan penduduk usia kerja. Sesuai dengan struktur penduduk Kabupaten Sorong Selatan yang tergolong dalam struktur penduduk usia muda, maka perkembangan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) akan tumbuh relatif cepat. Namun adanya pemekaran Kabupaten Maybrat menyebabkan adanya penurunan jumlah penduduk usia kerja yang semula dari orang di tahun 2008 menjadi orang di tahun Diantara penduduk usia kerja tersebut sekitar 20 persen orang yang bekerja berada pada kelompok umur dan sekitar 34 persen dalam kelompok usia muda tahun. Pasar tenaga kerja di Sorong Selatan dominan di sektor pertanian. Bahkan orang yang bekerja di sektor ini mencapai 66 persen. Pada tahun 2010, penduduk usia kerja sebanyak orang. Sementara yang termasuk angkatan kerja sebanyak orang atau sekitar 66,49 persen dari total penduduk usia kerja. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak orang atau sekitar 95,97 persen dan sisanya adalah pengangguran (621 orang). Meskipun jumlah penganggur memiliki persentase kecil, namun bila dibandingkan tahun 2009, tingkat pengangguran justru meningkat dari 3,45 persen menjadi 4,03 persen pada tahun Penduduk yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu biasanya disebut dengan pengangguran terselubung atau setengah pengangguran. 12 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

29 KETENAGAKERJAAN Pekerja dengan Pendidikan Rendah Cukup Tinggi. Persentase Penduduk yang bekerja dengan latar belakang pendidikan rendah (belum pernah sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD) mencapai 52,37 persen. Sedangkan pekerja yang berijazah Diploma/Sarjana sekitar 15,66 persen.. 4 Di Kabupaten Sorong Selatan sebanyak 72,51 persen penduduk bekerja di sektor informal. Capaian ini berarti sektor informal mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak karena terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan diduga sebagian besar penduduk Sorong Selatan memilih bekerja di sektor informal karena tingkat persaingan di sektor formal cukup tinggi. Dilihat dari tingkat pendidikannya, sekitar 38,25 persen pekerja informal berpendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD), sedangkan pekerja informal yang berpendidikan diploma/sarjana sekitar 3,82 persen (Sakernas Agustus 2010). Bila dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian besar berpendidikan rendah. Sekitar 28 persen penduduk yang bekerja berlatar belakang pendidikan rendah (belum bersekolah/tidak tamat SD dan tamat SD). Penyebabnya diduga karena jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar putus sekolah atau kalaupun bersekolah hanya sampai tamat SD saja. Padahal sektor pertanian dominan sebagai mata pencaharian penduduk. Sedangkan penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan diploma dan sarjana hanya sekitar 16 persen saja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menggambarkan persentase penduduk 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja. TPAK Sorong Selatan sebelum pemekaran Maybrat terus meningkat dari tahun Setelah terpisah dari Maybrat, TPAK Sorong Selatan menjadi sekitar 66,50 persen pada tahun Tabel 4.1 Indikator Ketenagakerjaan Uraian Satuan Bekerja orang Pengangguran orang Angkatan kerja orang Penduduk Usia Kerja orang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber: Sakernas Agustus, persen persen Bekerja di Sektor A persen Bekerja di Sektor M persen Bekerja di Sektor S persen Persentase Pekerja Informal persen Gambar 4.2 Penduduk Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Diploma /Sarjana 16% SLTA 19% SLTP 13% Sumber: Sakernas Agustus, 2010 Dibawah SD 28% SD 24% STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

30 4 KETENAGAKERJAAN Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Laki-laki Tinggi Berdasarkan jenis kelamin, TPAK laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan, bahkan selisihnya sekitar 15,86 persen pada tahun 2010, yaitu sebesar 74 persen Gambar 4.3 TPAK menurut Jenis Kelamin Sumber: Sakernas Agustus, DEFINISI: Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) dengan jumlah penduduk usia kerja, biasanya dinyatakan dalam persen. Tingkat Kesempatan Kerja adalah perbandingan Jumah Perempuan Laki-Laki antara jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah penduduk angkatan kerja, dinyatakan dalam persen Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Sorong Selatan Agustus 2010 (4,03 %) masih jauh lebih rendah dari TPT Papua Barat (7,68%) atau menempati urutan terendah ketiga setelah Manokwari dan Tabrauw. Berdasarkan jenis kelamin, TPAK tertinggi berjenis kelamin laki-laki (74 persen) dengan selisih yang jauh, yaitu mencapai 15,86 persen. Penyebabnya diduga perempuan lebih sulit mencari pekerjaan karena lapangan pekerjaan yang terbatas sedangkan kesempatan kerja lebih berpeluang didapatkan oleh laki-laki. Isu ketenagakerjaan yang paling disoroti adalah masalah pengangguran. Secara ekonomi pengangguran adalah produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas tidak sanggup menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Indikator ini adalah ukuran pasar tenaga kerja yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dalam mengukur keberhasilan ketenagakerjaan. Sesuai dengan kesepakatan internasional, pengangguran didefinisikan sebagai semua penduduk usia kerja yang pada suatu referensi waktu tidak punya pekerjaan (without work), sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (currently available for work), dan sedang mencari pekerjaan (seeking for work). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Sorong Selatan terus meningkat selama tahun meningkat dari 66,47 persen menjadi 77,54 persen. Namun TPAK pada tahun 2010 menjadi 66,50 persen. Hal ini diduga karena adanya pemekaran Kabupaten Maybrat yang mengurangi jumlah angkatan kerja. 14 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

31 KETENAGAKERJAAN Tingkat Pengangguran Terbuka Mengalami Kenaikan Meskipun jumlah penganggur di Kabupaten Sorong Selatan mengalami penurunan namun ternyata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami kenaikan dari 3,17 persen di tahun 2008 menjadi 4,03 persen di tahun TPT menurut gender di tahun 2010 tercatat TPT laki-laki lebih tinggi dari pada TPT perempuan. TPT laki-laki sebesar 4,65 persen, sedangkan TPT perempuan mencapai 3,16 persen. Lebih rendahnya TPT perempuan menunjukkan kemungkinan perempuan lebih memilih mengurus rumah tangga daripada mencari pekerjaan. Sementara laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang harus menafkahi keluarga. Penurunan angka TPT menunjukkan peningkatan kinerja di bidang ketenagakerjaan. Semakin rendah angka TPT berarti daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik. TPT yang kecil berarti daya serap lapangan kerja yang ada di wilayah itu tidak mampu menampung seluruh angkatan kerja yang bertambah tiap tahun. Capaian TPT Kabupaten Sorong Selatan meningkat selama tahun , yaitu dari 3,45 persen pada tahun 2008 menjadi 4,03 persen pada tahun Artinya dalam setiap 100 orang angkatan kerja terdapat 4 orang berstatus pengangguran. Sementara Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 95,97 persen. Artinya dari setiap 100 orang angkatan kerja maka terdapat sekitar 96 penduduk yang bekerja. Isu menarik lain terkait dengan pengangguran adalah tentang pengangguran terdidik. Pada tahun 2010, pengangguran yang berasal dari tingkat pendidikan diploma/sarjana di Kabupaten Sorong Selatan bahkan mencapai 50,72 persen dari sebesar 88,44 persen pada tahun Sedangkan secara persentase, pengangguran terdidik (SLTA dan sarjana) Gambar 4.4 TPT menurut Jenis Kelamin Sumber: Sakernas Agustus, Gambar 4.5 TKK menurut Jenis Kelamin Sumber: Sakernas Agustus, Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Sorong Selatan adalah yang tertinggi ketiga (95,97 persen) setelah Manokwari (98,47 persen) dan Tabrauw (97,35 persen) Jumlah Perempuan Laki-Laki Jumlah Perempuan Laki-Laki STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

32 4 KETENAGAKERJAAN Fenomena Pengangguran Terdidik Terjadi di Sorong Selatan Persentase pengangguran terdidik mencapai 64,41 persen (21,25 persen SLTA dan 78,75 persen diploma/sarjana) dengan TPT terdidik sebesar 7,33 persen (3,01 persen SLTA dan 11,98 persen Diploma/Sarjana). Gambar 4.6 Persentase Pengangguran menurut Tingkat Pendidikan 2010 Diploma /Sarjana 51% Sumber: Olahan Sakernas Agustus, 2010 Gambar 4.7 TPT menurut Tingkat Pendidikan Sumber: Olahan Sakernas Agustus, Dibawah SD 8% TPT SLTA 3,01 persen artinya adalah dari setiap 100 orang angkatan kerja yang berlatar belakang pendidikan SLTA 3.01 SLTA 13% Dibawah SD SD SLTP SLTA Diploma/Sarjana SD 13% < SD SD SLTP SLTA Dipl/Sarjana sebanyak 3 orang diantaranya berstatus pengangguran. SLTP 15% bahkan mencapai angka yang luar biasa, yaitu 64,41 persen. Meski demikian angka ini masih kalah jauh dibandingkan pengangguran terdidik di Provinsi Papua Barat yang mencapai 71,96 persen. Dari sebesar 64,41 persen, sekitar 78,75 persen berpendidikan diploma/sarjana sedangkan sisanya adalah berpendidikan SLTA (21,25 persen). Sedangkan ditinjau dari TPT menurut pendidikan, TPT terdidik bila dipisahkan maka TPT pendidikan SLTA mencapai 3,01 persen dan TPT untuk diploma/sarjana mencapai persen. Secara umum, semakin rendah level pendidikan angka TPT-nya juga semakin rendah. Namun TPT pendidikan SLTP memiliki persentase lebih tinggi daripada TPT pendidikan SLTA, yaitu sebesar 4,48 persen. Rendahnya TPT pada level pendidikan rendah, diduga karena penduduk yang berpendidikan ini terserap pada lapangan pekerjaan di sektor pertanian di perdesaan. Sedangkan untuk penduduk yang berpendidikan tinggi diduga lebih memilih pekerjaan (preferensi pekerjaan) sesuai dengan bidang yang dipelajari atau mengganggap suatu pekerjaan tertentu tidak sesuai dengan level pendidikannya. Tingginya angka pengangguran terdidik dapat juga disebabkan oleh kurang berkualitasnya lulusan yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang ada. Sehingga pasar kerja tidak dapat menyerap para pencari kerja karena tidak memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan atau pasar kerja. Kemungkinan lain adalah lulusan yang dihasilkan sudah jenuh atau melimpah pada jurusan pendidikan tertentu. 16 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

33 KETENAGAKERJAAN Pekerja di Sektor Informal Dua Kali Lipat Pekerja di Sektor Formal Pekerja di sektor informal meningkat dari 71,35 persen di tahun 2008 menjadi 72,51 persen di tahun 2010 setelah sempat menurun sebesar 3,77 persen di tahun Persentasenya hampir tiga kali lipat dibandingkan pekerja di sektor formal. 4 Pengangguran usia muda dapat menjadi problem yang harus diatasi oleh pemerintah daerah. Pada kelompok usia tersebut kemungkinan sedang menjalani masa tunggu (job search period) sembari mencari pekerjaan setelah lulus dari pendidikan. Jadi lulusan baru (fresh graduate) tersebut kemungkinan sedang memulai mencari pekerjaan bukan karena tidak ada lapangan pekerjaan saja, namun dapat juga terjadi karena lapangan kerja yang terbatas. Tingkat pengangguran pada lulusan diploma/sarjana tertinggi di antara lulusan dari pendidikan lainnya. Hal ini salah satunya disebabkan preferensi pekerjaan dari lulusan tersebut. Hal yang perlu diwaspadai dari tahun ke tahun adalah semakin bertambahnya jumlah pengangguran karena semakin bertambahnya penduduk yang memasuki usia kerja yang akan menjadi angkatan kerja baru seiring dengan pertumbuhan penduduk mengingat piramida penduduk Kabupaten Sorong Selatan memiliki struktur penduduk muda. Pemerintah daerah perlu membuat kebijakan dalam penurunan jumlah pengganguran pada batas yang wajar, terutama terhadap penganggur terdidik agar tidak terjadi masalah-masalah sosial. Persentase pekerja informal di Kabupaten Sorong Selatan tahun secara rata-rata sekitar dua kali lipat pekerja formal. Pada tahun 2008 pekerja informal sebesar 71,35 persen. Di tahun 2009 pekerja informal menurun menjadi 67,58 persen, selanjutnya di tahun 2010 kembali meningkat menjadi 72,51 persen. Diploma/Sarjana Gambar 4.7 Pengangguran dan Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan 2010 SLTA SLTP SD Dibawah SD 0% 20% 40% 60% 80% 100% Jumlah Pengangguran Sumber: Olahan Sakernas Agustus, 2010 Tabel 4.8 Persentase Pekerja Formal dan Informal Formal Sumber: Olahan Sakernas Agustus, 2010 Jumlah Angkatan Kerja Informal Sekitar 63,06 persen penduduk yang bekerja di Kabupaten Sorong Selatan mendapat upah/gaji < Rp ,- per bulan. Persentase ini masih lebih baik dibandingkan Kabupaten Manokwari yang besarnya 78,81 persen. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

34 5 PENDIDIKAN Belum Seluruh Desa/Kelurahan Memiliki Fasilitas Sekolah Dasar Dari sekitar 117 desa/kelurahan di Sorong Selatan, jumlah sekolah SD yang telah berdiri hanya sebanyak 70 unit sekolah. Artinya belum seluruh desa/kelurahan memiliki Sekolah Dasar. Tabel 5.1 Indikator Pendidikan 2010 Uraian SD/MI SLTP/MTs SMU/MA/SMK Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Murid Sekolah Rasio Murid Guru Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan 2010 Gambar 5.1 Rasio Murid Sekolah dan Rasio Murid Guru Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan SD SLTP SLTA Rasio Murid Sekolah Rasio Murid Guru Angka Melek Huruf Kabupaten Sorong Selatan sebesar 88,32 persen, menunjukkan bahwa masih ada sebanyak 11,68 persen penduduk buta huruf. Meski demikian angka ini lebih baik dibandingkan Kabupaten Manokwari yang merupakan ibukota Provinsi Papua Barat karena sebanyak 12,21 persen penduduknya buta huruf. Kualitas pendidikan perlu ditunjang oleh ketersediaan fasilitas pendidikan terutama gedung sekolah dan ketercukupan guru. Ketersediaan sekolah turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jarak ke sekolah terdekat dan keterbatasan sarana transportasi merupakan salah satu hambatan dalam pendidikan. Pada tahun 2010, jumlah sekolah SD/sederajat di Sorong Selatan sebanyak 70 unit, dengan jumlah siswa sebanyak siswa dan 454 guru. Jumlah bangunan gedung sekolah untuk tingkat SD hanya berjumlah 70 unit ini berarti bahwa belum semua desa/ kelurahan memiliki fasilitas SD karena jumlah desa/ kelurahan mencapai 119 buah (117 desa/2 kelurahan). Sedangkan untuk tingkat SLTP terdapat 15 sekolah, 194 guru dan murid. Jumlah distrik di Sorong Selatan sebanyak 13 distrik, sehingga dapat dikatakan rata-rata distrik telah memiliki fasilitas gedung SLTP, namun 4 distrik, yaitu distrik Kokoda Utara, Matemani, Saifi dan Fkour tidak memiliki gedung SLTP. Sementara pada level pendidikan SLTA/sederajat, jumlah sekolah yang berdiri hanya 4 unit dengan jumlah guru 107 orang dan jumlah murid sebanyak orang. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit. Hal ini ditunjukkan oleh rasio jumlah murid terhadap guru. Pada tingkat pendidikan SD, seorang guru rata-rata mengajar sebanyak 18 orang. Sedangkan seorang guru SLTP mempunyai beban mengajar rata-rata sebanyak 11 orang. Sementara untuk jenjang SMA/sederajat, 18 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

35 PENDIDIKAN Rata-rata Murid Putus Sekolah di Kelas 2 SLTP Rata-rata lama sekolah di Sorong Selatan tahun 2010 adalah 7,98 tahun, artinya rata-rata penduduk yang bersekolah hanya mampu menyelesaikan sekolah sampai dengan kelas 1 SLTP atau putus ketika sampai di kelas 2 SLTP. 5 seorang guru rata-rata justru memiliki beban mengajar siswa, lebih besar daripada guru SLTP. Sebaliknya pada rasio murid terhadap sekolah, semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin banyak murid yang harus ditampung. Rasio murid terhadap sekolah untuk tingkat SD mencapai 116,80 artinya rata-ratu setiap SD memiliki jumlah murid sebanyak orang atau bila setiap sekolah minimal memiliki 6 kelas berarti setiap kelas rata-rata menampung sebanyak siswa. Untuk tingkat SLTP, setiap sekolah memiliki rata-rata sebanyak murid. Sedangkan pada jenjang pendidikan SLTA/ Sederajat, yaitu artinya rata-rata setiap sekolah SLTA/Sederajat menampung sekitar 312 siswa. Angka melek huruf Sorong Selatan meningkat dari 88,20 persen di tahun 2009 menjadi 85,88 persen di tahun Bila dibandingkan menurut gender, dari tahun , angka melek huruf laki-laki selalu lebih tinggi daripada perempuan. Meskipun persentase keduanya meningkat, namun perbedaannya sangat signifikan. Pada tahun 2010, angka melek huruf lakilaki mencapai 88,32 persen, namun angka melek perempuan hanya mencapai 82,91 persen. Hal ini tidak sesuai dengan kesetaraan gender yang dikampanyekan oleh pemerintah pusat karena terdapat ketimpangan yang besar dalam kualitas pendidikan antara laki-laki dengan perempuan. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 baru mencapai 7,98 tahun, lebih baik dari kondisi tahun sebelumnya dimana penduduk mengenyam pendidikan rata-rata 7,94 tahun Gambar 5.2 Angka Melek Huruf Sumber: Olahan Susenas, Gambar 5.3 Rata-rata Lama Sekolah Sumber: Olahan Susenas, Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan Rata-rata penduduk Sorong Selatan sekolah hanya bersekolah sampai kelas 1 SLTP saja dimana rata-rata penduduk Papua Barat telah bersekolah hingga kelas 2 SLTP. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

36 5 PENDIDIKAN APS Semakin Menurun Searah dengan Tingkat Umur Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) berangsur menurun searah dengan tingkat umur sekolah. Di tahun 2010, APS 7-12 tahun (89,17 %). APS tahun (70,61 %), APS tahun (43,09 %) dan APS tahun (7,36 %) Gambar 5.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur Sumber: Susenas, Gambar 5.5 Angka Partisipasi Sekolah (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tingkat Pendidikan 2010 APK APM Sumber: Olahan Susenas, PT SLTA SLTP SD Rata-rata lama sekolah (RLS) artinya rata-rata jumlah tahun dimana penduduk Sorong Selatan yang berusia 15 tahun ke atas menempuh semua jenis pendidikan formal. RLS Sorong Selatan tahun 2010 sebesar 7,98 tahun, artinya penduduk Sorong Selatan hanya bersekolah sampai dengan kelas satu SLTP atau putus sekolah setelah di kelas dua SLTP. Hal ini dibawah standar wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan dalam pendidikan nasional. Pemerintah daerah perlu memberi perhatian serius pada perbaikan kualitas pendidikan agar setidaknya penduduk dapat bersekolah hingga tamat SLTP. Angka Partisipasi Sekolah (APS) digunakan untuk mengetahui seberapa besar penduduk pada usia tertentu telah berpartisipasi untuk menempuh pendidikan melalui sekolah-sekolah yang telah disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Angka partisipasi sekolah 7-12 tahun 2010 hanya mencapai 89,17 persen, artinya hanya sebesar 89,17 persen penduduk berusia 7-12 yang bersekolah dan masih terdapat sebesar 10,83 persen penduduk pada usia tersebut yang tidak bersekolah. Angka partisipasi sekolah semakin menurun searah dengan semakin tinggi kelompok usia sekolah. Angka partisipasi sekolah tahun menurun menjadi 30,61 persen. Pada kelompok usia sekolah tahun angka partisipasi sekolah hanya tinggal 17,92 persen. Sedangkan pada kelompok usia sekolah tahun angka partisipasinya semakin rendah, yaitu hanya mencapai 3,47 persen saja. Semakin rendahnya angka partisipasi sekolah tersebut memberikan fakta 20 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

37 PENDIDIKAN APK Sekolah Dasar Lebih dari 100 Persen. APK SD Sorong Selatan tahun 2010 mencapai 112,26 persen, artinya sebesar 12,26 persen penduduk berusia diluar 7-12 tahun bersekolah SD. Diduga banyak anak sekolah SD memiliki umur diatas usia 7-12 tahun. 5 bahwa semakin tinggi kelompok usia sekolah maka semakin tinggi angka putus sekolahnya. Angka partisipasi Kasar SD tahun 2010 mencapai 112,26 persen, berarti masih banyak murid SD yang berada diluar batas kelompok umur 7-12 tahun, baik itu kurang dari 7 tahun atau diatas 12 tahun. Namun seperti halnya APK Provinsi Papua Barat yang lebih dari 100, secara umum kemungkinan lebih banyak penduduk yang berada diatas batas kelompok umur ini bersekolah pada kelompok umur yang lebih rendah. Angka Partisipasi Murni (APM) SD di Kabupaten Sorong Selatan sebesar 89,17 persen berarti penduduk yang bersekolah SD tepat pada usia sekolah SD sebesar 89,17 persen. Artinya masih ada 10,83 persen penduduk yang tepat berusia sekolah SD 7-12 tahun sedang tidak bersekolah. Pada APM dan APK terlihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin rendah nilai APM dan APK. Hal ini sejalan dengan rata-rata lama sekolah yang hanya berada pada nilai 7,98 tahun atau rata-rata penduduk putus sekolah pada jenjang pendidikan SLTP. Nilai APM dan APK yang menurun sangat tajam terjadi pada jenjang pendidikan SLTP ke atas. Bahkan DEFINISI: Angka Melek Huruf (AMH) adalah Perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas. Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 tahun adalah perbandingan antara penduduk usia 7-12 tahun yang masih sekolah terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. APS tahun adalah perbandingan antara penduduk usia tahun yang masih sekolah terhadap jumlah penduduk usia tahun. APS tahun adalah perbandingan antara penduduk usia tahun yang masih sekolah terhadap jumlah penduduk usia tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SD terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun APK SLTP adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SLTP terhadap jumlah penduduk usia tahun APK SLTA adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SLTA terhadap jumlah penduduk usia tahun Angka Partisipasi Murni (APM) SD adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SD usia 7-12 tahun terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun APK dan APM perguruan tinggi hanya sebesar 9,94 persen dan 3,47 persen. Bila dibandingkan dengan angka APK dan APM SLTA sebesar 32,95 persen dan 17,92 persen. Hal ini menunjukkan partisipasi sekolah untuk perguruan tinggi masih sangat rendah. Berarti terdapat 96,53 persen penduduk Sorong Selatan pada usia yang tidak bersekolah di perguruan tinggi. APM SLTP adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SLTP usia tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun APM SLTA adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah SLTA usia tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

38 6 KESEHATAN Hanya ada Satu Unit Rumah Sakit di Sorong Selatan Sejak tahun 2009, hanya ada satu unit rumah sakit dan terdapat di ibukota kabupaten, Teminabuan. Sementara sarana penunjang kesehatan seperti pustu, belum semua distrik memiliki pustu sedangkan puskesmas sudah ada di setiap distrik. Tabel 6.1 Indikator Kesehatan Uraian Angka Harapan Hidup Jumlah Rumah Sakit Jumlah Puskesmas Jumlah Pustu Jumlah Balai Pengobatan Jumlah Puskesmas Keliling Persentase Penolong Kelahiran dengan Medis (%) Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Sorong Selatan dan Susenas, Gambar 6.1 Distribusi Puskesmas dan Pustu menurut Distrik Tahun 2010 Fkour Sawiat Wayer Saifi Seremuk Konda Teminabuan Moswaren Matemani Kais Kokoda Utara Kokoda Inanwatan 1 1 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, Pustu Puskesmas ISPA adalah penyakit yang paling banyak diderita penduduk Sorong Selatan setelah malaria, merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring Angka Harapan Hidup (AHH) umumnya digunakan untuk mengukur derajat kesehatan suatu wilayah. AHH dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir. AHH Sorong Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, AHH sebesar 66,33 tahun meningkat menjadi 66,49 tahun pada tahun AHH kembali meningkat sebanyak 0,17 tahun menjadi 66,66 tahun pada tahun Angka harapan hidup per tahun di Sorong Selatan tercatat tidak melebihi satu tahun dalam periode jangka waktu satu tahun. Artinya kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) di Sorong Selatan termasuk dalam kategori Hardrock, yaitu dalam satu tahun penurunan angka kematian bayi yang tajam sulit terjadi. Sehingga implikasinya adalah AHH yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir menjadi lambat untuk mengalami kemajuan. Jumlah rumah sakit selama tahun di Sorong Selatan hanya satu unit dan dikelola oleh pemerintah daerah. Hal ini tidak seimbang dengan jumlah penduduk Sorong Selatan sehingga satu unit rumah sakit tersebut harus melayani sebanyak jiwa penduduk. Belum lagi bila melayani orang sakit yang berobat dari daerah sekitarnya, yaitu Kabupaten Maybrat yang belum memiliki rumah sakit sehingga memilih berobat ke RSUD di Kabupaten Sorong Selatan atau Kota Sorong. Fasilitas puskesmas dan pustu telah tersedia di semua distrik. Jumlah puskesmas 13 unit cukup ideal untuk melayani penduduk satu kecamatan, namun belum optimal dalam melayani penduduk di desa-desa. 22 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

39 KESEHATAN Rata-rata Satu Puskesmas Melayani Orang. Satu puskesmas rata-rata harus melayani sekitar orang karena jumlah penduduk mencapai orang sedangkan jumlah dokter hanya 13 distrik. Sementara puskesmas/pustu paling banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan, bahkan mencapai 70,75 persen. 6 Dari 119 desa/kelurahan terdapat 13 puskesmas sehingga rasio penduduk terhadap puskemas tercatat yaitu 1 : 2.915, artinya satu puskemas di Kabupaten Sorong Selatan harus melayani sebanyak penduduk. Hal ini belum ideal karena cakupan wilayah yang luas dan letak geografis Sorong Selatan yang cukup sulit dapat menghambat pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Teminabuan sebagai ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak hanya memiliki satu puskemas yang melayani penduduk. Fasilitas kesehatan lain seperti puskesmas pembantu (pustu) sangat diperlukan untuk menunjang kualitas kesehatan masyarakat sampai pada level wilayah administrasi desa/kelurahan. Dari total 13 kecamatan di Sorong Selatan ternyata jumlah pustu hanya mencapai 30 unit. Jumlah tersebut belum setara dengan jumlah desa/kelurahan di Sorong Selatan yang mencapai 119 desa/kelurahan (117 desa dan 2 kelurahan), artinya rata-rata satu pustu harus melayani 3-4 desa/kelurahan. Padahal persentase penduduk yang memilih berobat jalan ke pustu adalah yang tertinggi di antara fasilitas tempat berobat lainnya, mencapai 70,75 persen pada tahun Meskipun selama tahun , persentase penduduk yang berobat jalan ke pustu menurun, seiring dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke rumah sakit yang semakin naik. Ketersediaan tenaga kesehatan juga merupakan kebutuhan yang bersifat urgen selain fasilitas sarana kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan, terkhusus untuk Gambar 6.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Penduduk terhadap Puskesmas per 1000 penduduk Tahun 2010 Fkour Sawiat Wayer Saifi Seremuk Konda Teminabuan Moswaren Matemani Kais Kokoda Utara Kokoda Inanwatan Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Sorong Selatan (jumlah puskesmas), 2010 Tabel 6.3 Persentase Penduduk Berobat Jalan menurut Tempat Berobat Sumber: Olahan Susenas, Rasio Jumlah Puskesmas Rumah Sakit Praktek Dokter/Poliklinik Puskesmas/Pustu Petugas Kesehatan Lainnya Rata-rata penduduk di Sorong Selatan memiliki perkiraan lama hidup hingga umur tahun, masih lebih rendah dibandingkan rata-rata lama hidup Provinsi Papua Barat yang mencapai tahun. 0 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

40 6 KESEHATAN Penolong Kelahiran Dibantu Bukan Tenaga Medis Relatif Tinggi Persentase penolong kelahiran terakhir dibantu selain tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) mencapai 69,23 persen. Diantara penolong kelahiran tersebut peran dukun mencapai 23,10 persen. Gambar 6.4 Persentase Penolong Kelahiran Akhir Balita Kabupaten Sorong Selatan 2010 Sumber: Susenas, 2010 Gambar 6.5 Target dan Realisasi Imunisasi di Kabupaten Sorong Selatan Famili/keluarga 17% Dukun 52% Dokter 7% Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, Bidan 23% Tenaga Medis Lain 1% Realisasi Target Malaria menjadi penyebab kematian tertinggi di Kabupaten Sorong Selatan sebesar 34,78 persen dari 10 penyakit utama penyebab kematian pada tahun 2010 (data RSUD Teminabuan 2010). ketersediaan tenaga dokter sangat minim. Jumlah dokter yang tersedia hanya 11 orang, yang terdiri dari 10 dokter umum, dan satu dokter gigi. Untuk melayani seluruh penduduk Sorong Selatan, beban kerja seorang dokter umum di Sorong Selatan harus melayani sekitar orang. Sementara dokter gigi memiliki beban lebih besar harus melayani sampai orang. Namun masyarakat Kabupaten Sorong yang berdekatan wilayahnya dengan Kota Sorong sebagian juga memanfaatkan jasa kesehatan dari rumah sakit yang berada di Kota Sorong. Sedangkan dokter spesialis belum ada di Sorong Selatan. Persentase penolong kelahiran akhir balita di Sorong Selatan yang ditolong oleh bukan tenaga medis (dukun, famili, dan lainnya) di tahun 2010 masih sangat tinggi, yaitu mencapai 69,23 persen. Kondisi tahun 2009 dan tahun 2008 yang mencapai masingmasing 54,75 persen dan 49,13 persen masih lebih baik. Tingginya persentase penolong kelahiran selain tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) diduga menjadi salah satu penyebab tingginya IMR di Kabupaten Sorong Selatan. Tingginya penolong kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis justru menurun selama tahun , dari 45,25 persen pada tahun 2008 menjadi 30,77 persen pada tahun Sebelumnya pada tahun 2009, sekitar 50,88 persen kelahiran ditolong oleh tenaga medis. Untuk imunisasi balita dan anak, selama tahun , realisasinya masih jauh dibawah target yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, bahkan hanya mencapai 46,38 persen 24 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

41 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Secara Umum Kualitas Perumahan Masih Tergolong Baik Beberapa indikator perumahan di Sorong Selatan masih relatif baik kondisinya diantaranya luas lantai 10 m 2, jenis lantai terluas, jenis dinding terluas dan atap terluas. 7 Perumahan atau tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar hidup manusia. Rumah dikategorikan sebagai kebutuhan dasar karena pengaruhnya sangat krusial bagi kelangsungan hidup seseorang. Salah satu indikator untuk penghitungan garis kemiskinan adalah kebutuhan dasar akan tempat tinggal. Rumah dikatakan tidak layak huni jika memenuhi kriteria: (1) Luas lantai per kapita < 4 m 2 untuk perkotaan dan < 10 m 2 untuk perdesaan; (2) Jenis atap rumah terbuat dari daun atau lainnya; (3) Jenis dinding rumah terbuat dari bambu atau lainnya; (4) Jenis lantai tanah; (5) Tidak memiliki fasilitas buang air besar (WC) sendiri; (6) Sumber penerangan bukan listrik; dan (7) Jarak sumber air minum utama ke tempat pembuangan tinja kurang dari 10 meter. Kondisi perumahan di Kabupaten Sorong Selatan mengalami perbaikan kualitas dilihat dari sisi jenis dinding terluas. Di tahun 2009 rumah tangga yang memiliki dinding tembok sebesar 18,23 persen, di tahun 2010 meningkat menjadi 27,62 persen. Sementara dari sisi atap terluas meskipun penggunaan atap beton berkurang, namun penggunaan genteng meningkat dan penggunaan ijuk/rumbia menurun drastis pada tahun Untuk luas lantai, dan jenis lantai bukan tanah yang berkurang pada tahun 2010 bukan berarti kondisi perumahan di Sorong Selatan menurun kualitasnya. Diduga bahwa tahun 2010 jumlah rumah tangga baru bertambah sehingga menambah jumlah rumah yang dibangun. Namun secara umum, kondisi perumahan Tabel 7.1 Indikator Perumahan dan Lingkungan Uraian Kepemilikan Rumah (%) Sumber: Susenas, Milik Sendiri Kontrak Sewa Lainnya Luas Lantai (%) > Jenis Lantai Terluas (%) Bukan Tanah Tanah Jenis Dinding Terluas (%) Tembok Kayu Bambu Lainnya Jenis Atap Terluas (%) Beton Genteng Kayu Sirap Seng Ijuk/Rumbia Lainnya Kondisi Rumah di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan Sumber: Dokumentasi Lapangan STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

42 7 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Hampir 50 Persen Rumah Tangga Tidak memiliki Fasilitas Air Bersih Belum semua rumah tangga di Sorong Selatan memiliki fasilitas air bersih sendiri, bahkan masih ada sekitar 45,62 persen yang tidak memiliki fasilitas air bersih. Persentase ini tergolong tinggi diduga karena banyaknya sumber air bersih yang berasal dari alam Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga menurut Penggunaan Air Bersih 2010 Sumber: Susenas, 2010 Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Buang Air Besar dan Jenis Kloset 2010 Sumber: Susenas, Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Leher Angsa Plengsengan Cemplung/Cubluk Tidak Pakai Sendiri Bersama Umum Tidak Ada di Sorong Selatan masih tergolong baik karena memenuhi kriteria rumah layak huni. Demikian juga dengan status kepemilikan rumah yang berkurang dari 85,42 persen pada tahun 2009 menjadi 66,96 persen pada tahun diperkirakan karena adanya peningkatan rumah tangga baru karena terjadi pergeseran dari rumah berstatus kontrak, sewa dan lainnya (misalnya bebas sewa) mengalami peningkatan. Sebanyak 45,62 persen rumah tangga di Kabupaten Sorong Selatan justru tidak memiliki faslitas air bersih. Hal ini diduga masyarakat lebih suka menggunakan sumber air bersih yang berasal dari alam seperti kali, air terjun dan mata air karena melimpahnya sumber air bersih dari alam. Sementara persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas air bersih adalah yang paling sedikit, hanya sebesar 14,14 persen dari total rumah tangga. Sekitar 15,89 persen menggunakan air bersih secara bersama dan 24,35 persen masih menggunakan fasilitas umum untuk memperoleh air bersih. Salah satu indikator rumah layak huni adalah memiliki fasilitas tempat buang air besar (WC) sendiri. Kondisi ini terkait dengan kebersihan lingkungan perumahan. Sebanyak 35,24 persen rumah tangga di Sorong Selatan telah memiliki tempat pembuangan air besar sendiri dengan jenis kloset terbanyak yang digunakan adalah leher angsa, yaitu sebesar 53,97 persen. Sementara sekitar 32,06 persen rumah tangga tidak memiliki fasilitas pembuangan air besar, namun hanya sebesar 0,52 persen saja yang tidak menggunakan kloset. Sebanyak 22,20 persen rumah 26 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

43 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Kayu Bakar Masih Menjadi Bahan Bakar Utama Rumah Tangga Pengunaan bahan bakar kayu bakar untuk memasak tergolong sangat fantastis, yaitu mencapai 75,20 persen dari total rumah tangga di Sorong Selatan, diikuti penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak oleh sekitar 21,53 persen rumahtangga.. 7 tangga masih menggunakan tempat buang air besar umum; dan 10,51 persen menggunakan fasilitas buang air besar bersama. Meski persentase pengguna kloset leher angsa tertinggi, namun penggunaan WC jenis cemplung/cubluk tergolong masih tinggi, yaitu sebesar 38,55 persen. Penggunaan kloset jenis ini dapat menciptakan sanitasi lingkungan yang tidak baik, sama halnya dengan tidak menggunakan kloset sehingga perlu dibangun minimal WC umum dengan jenis kloset. Sebagian besar rumah tangga di Sorong Selatan menggunakan kayu bakar untuk memasak, yaitu sebesar 75,20 persen. Penggunaan kayu bakar terutama pada rumah tangga di pedesaan. Sedangkan pengguna minyak tanah sebesar 21,53 persen terutama untuk masyarakat di perkotaan. Penggunaan bahan bakar gas masih jarang, hanya sekitar 0,73 persen saja. Demikian juga dengan penggunaan arang yang makin berkurang hingga hanya 0,73 persen pada tahun Untuk sumber penerangan rumah tangga di Sorong Selatan hanya 28,25 persen yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh distrik dan desa yang teraliri listrik menyebabkan masyakarat menggunakan pelita/sentir/obor terutama di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten. Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut bahkan mencapai 51,91 persen. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan listrik non PLN seperti genset lebih sedikit dari pengguna PLN, yaitu hanya sekitar 18,39 persen saja. Untuk yang menggunakan sumber penerangan lainnya sebesar 1,46 persen. Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga menurut Bahan Bakar Memasak 2010 Sumber: Susenas, 2010 Gambar 7.4 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan 2010 Sumber: Susenas, Listrik Gas/LPG Minyak Tanah Kayu Bakar Arang Briket Lainnya PLN Non PLN Pelita/sentir/obor Lainnya Masih terdapat sekitar 16,05 persen rumah tangga di Kabupaten Sorong Selatan yang tidak menggunakan meteran, masih jauh lebih rendah daripada Kabupaten Teluk Wondama dan Teluk Bintuni yang bahkan lebih dari 30 persen rumah tangganya tidak memiliki meteran dalam memasok energi listrik (±37 persen). STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

44 8 Capaian PEMBANGUNAN MANUSIA IPM Sorong Selatan Termasuk Kelompok Menengah IPM Sorong Selatan sebesar 66,31 persen berada pada kelompok menengah (50,00-79,99 persen) pada klasifikasi yang ditetapkan oleh UNDP. Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup Standar UNDP Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah Daya Beli Tabel 8.1 Indikator Pembangunan Manusia Uraian IPM Angka Harapan Hidup (th) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (th) Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (PPP) (ribu Rp) a 15 0 a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun Indeks Kesehatan (%) Indeks Pendidikan (%) Indeks Pengeluaran (%) Peringkat IPM Sumber: Olahan Susenas, FORMULASI PENGHITUNGAN IPM IPM terdiri dari 3 indeks, yaitu indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli. UNDP menggunakan Combined Gross Enrollment Ratio UNDP menggunakan PDB riil per b kapita yang telah disesuaikan b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan yang baru Pengukuran kinerja pembangunan seringkali identik dengan nominal PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Padahal asumsi tersebut tidak selamanya efektif. Pertumbuhan ekonomi tinggi namun tidak berkualitas kadang gagal dalam mengentaskan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Apalagi tanpa disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan masyarakat. Diperlukan sebuah parameter lainnya yang bersama-sama dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan. Paradigma baru muncul untuk mengukur pembangunan dari sisi manusia atau dikenal dengan indeks pembangunan manusia (IPM). IPM adalah indeks komposit yang terbentuk atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli/purchasing power parity (PPP). Indikator angka harapan hidup merefleksikan dimensi hidup sehat dan umur panjang. Indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah merepresentasikan output dari dimensi pendidikan. Indikator kemampuan daya beli untuk menjelaskan dimensi hidup layak. IPM Kabupaten Sorong Selatan terus meningkat setiap tahun. Di tahun 2010 IPM meningkat menjadi 66,31 persen dibandingkan tahun 2008 dan 2009 sebesar 65,77 persen dan 66,09 persen. Dalam klasifikasi UNDP capaian IPM Sorong Selatan masih termasuk ke dalam golongan menengah (50,00-79,99 persen). Komponen-komponen penyusun IPM juga terus mengalami peningkatan. Seperti Angka harapan hidup 28 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

45 PEMBANGUNAN MANUSIA Peringkat IPM Sorong Selatan Turun Capaian IPM Sorong Selatan tahun 2010 sebesar 66,31 persen menempatkan kabupaten ini pada peringkat 7 dari 11 kab/kota se-papua Barat atau turun satu peringkat dibandingkan tahun 2009, namun masih lebih baik daripada Kabupaten Teluk Wondama yang juga turun peringkat. 8 yang meningkat selama dari meski hanya rata-rata sebesar 0,16 tahun. Pada tahun 2010 angka harapan hidup meningkat menjadi 66,66 tahun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 66,49 tahun. Indikator pendidikan yang meliputi angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah juga mengalami peningkatan. Angka melek huruf di tahun 2009 sebesar 88,20 persen meningkat menjadi 88,32 persen di tahun Sedangkan rata-rata lama sekolah meningkat menjadi 7,98 tahun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,94 tahun. PPP Kabupaten Sorong Selatan telah mengalami kenaikan 3,15 ribu rupiah menjadi 588,85 ribu rupiah pada tahun 2010 dengan indeks sebesar 61,40 persen. Secara regional peringkat IPM Kabupaten Sorong Selatan berada pada ranking 7 dari 11 kabupaten. Peringkat tersebut masih berada di atas Maybrat (8), Teluk Wondama (9), Raja Ampat (10) dan Tabrauw (11). Meskipun peringkat IPM Sorong Selatan turun satu tingkat secara regional Papua Barat, namun semua komponennya meningkat dibandingkan tahun Reduksi shortfall menunjukkan kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu. Reduksi shortfall Kabupaten Sorong Selatan tahun mencapai 0,66 persen atau melambat dibandingkan dengan tahun yang mencapai 0,94 persen. Selama tahun , reduksi shortfall terus melambat. Reduksi shortfall tertinggi terjadi pada tahun dengan capaian sebesar 4,14 persen dan melambat drastis pada tahun Gambar 8.1 IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun (%) Sumber: BPS RI, Gambar 8.2 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Sorong Selatan Sumber: BPS RI, Peringkat IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 berada pada urutan ke 7 dari 11 kabupaten/kota di Papua Barat atau turun satu peringkat dibandingkan tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

46 8 PEMBANGUNAN MANUSIA Garis Kemiskinan Sorong Selatan Meningkat Garis Kemiskinan meningkat menjadi Rp ,- di tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 dimana garis kemiskinannya sebesar Rp ,-. Angka ini masih jauh dibawah standar Provinsi Papua Barat dimana garis kemiskinan pada tahun 2010 mencapai Rp ,-. Gambar 8.3 Potret Kemiskinan di Sorong Selatan Sumber: Dokumentasi Lapangan Tabel 8.2 Indikator Kemiskinan Sorong Selatan Uraian Garis Kemiskinan (GK) GK Total Penduduk Miskin Jumlah (ribu) Persentase (%) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)(%) 7,48 9, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)(%) 2,91 3, Sumber: Olahan Susenas Maret, Garis Kemiskinan Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 adalah yang terendah se-provinsi Papua Barat, yaitu sebesar Rp ,-. Bandingkan dengan Kabupaten M a y b r a t y a n g m e r u p a k a n pemekarannya justru mempunyai Garis Kemiskinan yang lebih tinggi (Rp ,-). Metode penghitungan jumlah penduduk miskin dilakukan dengan pendekatan benchmark garis kemiskinan. Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan dasar makanan maupun non makanan. Seseorang dikatakan miskin bila berada dibawah garis kemiskinan. Pendekatan garis kemiskinan makananan digunakan standar kebutuhan hidup minimum 2100 kilo kalori didasarkan pada konsumsi makanan, sedangkan garis kemiskinan non makanan untuk memenuhi kebutuhan dasar bukan makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta aneka barang dan jasa. Berdasarkan metode tersebut maka diperoleh garis kemiskinan Sorong Selatan 2010 sebesar Rp ,-. Garis kemiskinan tersebut meningkat dari Rp ,- pada tahun 2009 atau bertambah Rp ,-. Kenaikan garis kemiskinan dipicu oleh kenaikan harga barang dan jasa. Garis kemiskinan tercatat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2008 dimana garis kemiskinan bertambah sebesar Rp ,-. Peningkatan garis kemiskinan ini memberikan peluang untuk terjadinya penambahan penduduk miskin jika peningkatan tingkat pendapatan masyarakat tidak mampu mengimbanginya. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase penduduk yang miskin selama tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

47 PEMBANGUNAN MANUSIA Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Berbanding Terbalik Jumlah penduduk miskin Sorong Selatan berkurang dari ribu orang di tahun 2009 menjadi orang di tahun Sebaliknya persentase penduduk miskin justru mengalami kenaikan dari 26,76 persen di tahun 2009 menjadi 28,02 persen di tahun Jumlah penduduk miskin Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 mencapai jiwa atau mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 yang mencapai jiwa atau terjadi pengurangan penduduk miskin sekitar jiwa. Namun persentase penduduk miskin justru meningkat dari 26,76 persen di tahun 2009 menjadi 28,02 persen di tahun Hal ini karena jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 masih merupakan gabungan Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin di Sorong Selatan masih relatif kecil atau menempati urutan kedelapan se-provinsi Papua Barat. Upaya pengentasan kemiskinan perlu memprioritaskan program-program pembangunan yang pro penduduk miskin (pro poor policy). penanggulangan kemiskinan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan mengurangi pengeluaran kebutuhan dasar penduduk miskin, misalnya pelayanan pendidikan dan kesehatan gratis bagi rakyat miskin. Selain itu juga perlu disinergikan kebijakan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat terkait program-program pembangunan, seperti program pemberdayaan masyarakat semisal PNPM Respek agar masyarakat miskin terutama di daerah perdesaan yang jauh dari akses ibukota memperoleh manfaat maksimal dari program tersebut. Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan indikator yang baik dan dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya dana yang diperlukan untuk program pengentasan kemiskinan. Formulasi Ukuran Kemiskinan: Dimana: DEFINISI: Indeks Kedalaman Kemiskinan/Proverty Gaps Index (P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan/Proverty Severity Index (P2) digunakan untuk mengukur ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. α = 0,1,2 z = garis kemiskinan yi = rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan q = banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk α = 0 Head Count Index (P0) = Persentase Penduduk Miskin α = 1 Poverty Gap Index (P1) = Indeks Kedalaman Kemiskinan α = 2 Poverty Saverity Indeks (P2) = Indeks Keparahan Kemiskinan Persentase penduduk miskin di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 adalah yang terendah keempat (28,02%) di Papua Barat pada tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

48 8 Ketimpangan PEMBANGUNAN MANUSIA Pendapatan Masih Terjadi Distribusi pendapatan Sorong Selatan belum mencapai pemerataan yang ideal. Menurut Kemerataan Bank Dunia, ketimpangan pendapatan terutama terjadi pada 40 persen pendapatan terbawah dan 20 persen pendapatan teratas. Tabel 8.3 Indikator Kemerataan Pendapatan Uraian Gini Ratio (%) Kemerataan Bank Dunia (%): 40 persen pendapatan terbawah 40 persen pendapatan menengah 20 persen pendapatan teratas Sumber: Olahan Susenas, Gambar 8.4 Kemerataan menurut Bank Dunia Kabupaten Sorong Selatan 2010 Sumber: Olahan Susenas, 2010 CATATAN: Ideal Ketimpangan Ukuran Kemerataan Bank Dunia: Proporsi jumlah pendapatan dari 40 persen terbawah: < 12 persen : ketimpangan tinggi persen : ketimpangan sedang > 17 persen : ketimpangan rendah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selamanya dapat secara langsung mengentaskan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tinggi bila tidak diikuti oleh pemerataan distribusi pendapatan tidak akan berdampak pada masyarakat bawah karena sebagian besar pendapatan dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat elit sedangkan sebagian masyarakat lain yang berpendapatan rendah tetap berada dalam keadaan miskin. Kemerataan menurut Bank Dunia dikelompokkan kedalam 40 persen pendapatan terbawah, 40 persen pendapatan menengah, dan 20 persen pendapatan teratas. Idealnya, setiap kelompok pendapatan terdistribusi kedalam kumulatif jumlah penduduk pada kelompok yang sama agar tercapai kemerataan sempurna. Namun pada kenyataanya kondisi ideal tersebut sangat sulit terbentuk. Kondisi kemerataan pendapatan di Sorong Selatan menunjukkan masih terjadi ketidakmerataan pendapatan. Secara umum kondisi yang paling tidak merata adalah pada 40% pendapatan terbawah dan 20% pendapatan teratas. Di tahun 2010, pada 40 persen pendapatan terbawah yang seharusnya dinikmati oleh 40 persen penduduk ternyata 40 persen penduduk hanya menikmati 14,97 persen pendapatan. Keadaan justru terbalik di 20% pendapatan teratas yang seharusnya dinikmati oleh 20% penduduk. Ternyata 20% penduduk menikmati 49,32 persen pendapatan. Berarti bahwa sekelompok kecil orang memiliki pendapatan yang tinggi sementara sebagian besar lain memiliki pendapatan yang rendah. 32 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

49 PEMBANGUNAN MANUSIA Gini Ratio Sorong Selatan 0,42 Persen Gini Ratio Sorong Selatan tahun 2010 sebesar 0,42 persen yang termasuk dalam kategori menengah, angka ini tertinggi dibandingkan 10 kabupaten/kota se-provinsi Papua Barat. Bahkan masih lebih besar dengan selisih 0,05 dengan Gini Ratio Provinsi Papua Barat. 8 Pola kemerataan menurut Bank Dunia untuk distribusi pendapatan di Sorong Selatan tahun 2010 menunjukkan kategori ketimpangan rendah. Proporsi pendapatan 40% terbawah yang seharusnya dinikmati oleh 40 persen penduduk, ternyata hanya 14,97 persen pendapatan yang dinikmati oleh 40 persen penduduk yang berpendapatan rendah. Sementara 20 persen penduduk berpendapatan tinggi menguasai pendapatan yang besar sebanyak 41,32 persen pendapatan. Ukuran ketimpangan pendapatan lainnya adalah menggunakan koefisien gini (gini ratio). Gini ratio Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2010 tidak sebaik pada tahun 2009 dan Di tahun 2010 nilai Gini Ratio Sorong Selatan sebesar 0,42 yang berdasarkan pengelompokkannya masih pada tingkat ketimpangan/ketiidakmerataan distribusi pendapatan yang termasuk ke dalam kategori menengah. Gini ratio Sorong Selatan bahkan menjadi yang tertinggi di Provinsi Papua Barat. Hal itu berarti, dibandingkan 10 kabupaten/kota lain, ketimpangan distribusi pendapatan di Sorong Selatan sangat tinggi, meskipun masih termasuk kategori rendah. Bandingkan dengan Kabupaten Sorong yang wilayahnya berdekatan dengan Sorong Selatan yang memiliki Gini Ratio sebesar 0,29 (kategori rendah) dimana distribusi pendapatan penduduk hampir merata. Sedangkan Kabupaten Maybrat yang merupakan pemekaran dari Sorong Selatan memiliki Gini Ratio tertinggi kedua, yaitu sebesar 0,40; hanya selisih 0,02 saja dari Sorong Selatan. Kumulatif Pendapatan Gambar 8.5 Gini Ratio Kabupaten Sorong Selatan Sumber: Olahan Susenas, 2010 DEFINISI GR = Pemerataan Ideal Kumulatif Penduduk Kurva Lorens Angka Koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien Gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmerataan sempurna. Nilai 0,5-0,7 menggambarkan ketidakmerataan tinggi; 0,36-0,49 ketidakmerataan sedang; dan 0,20-0,35 mengalami ketidakmerataan rendah. Koefisien Gini Kabupaten Sorong Selatan adalah yang tertinggi di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 0,42 sedangkan koefisien Gini Provinsi Papua Barat masih lebih rendah, yaitu sebesar 0,37. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

50 9 Luas PERTANIAN Panen dan Produksi Jagung, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu Naik Di tahun 2010 luas panen dan poduksi jagung, ubi jalar dan ubi kayu mengalami peningkatan demikian pula dengan produktivitasnya, kecuali pada komoditas jagung yang produktivitasnya justru menurun meskipun hanya sekitar 100 Kg/Ha. Gambar 9.1 Share Sektor Pertanian terhadap PDRB Sorong Selatan Tahun Padi Ladang Share PDRB Share Tanaman Perkebunan Share Kehutanan Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan, 2010 Tabel 9.1 Indikator Pertanian Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ Ha) Jagung Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ Ha) Kedelai Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ Ha) Ubi Jalar Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ Ha) Ubi Kayu Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ Ha) Sumber: Diolah dari Hasil Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Selatan, Share Subsektor Tabama Share Peternakan dan Hasil-hasilnya Share Perikanan Sektor pertanian merupakan sektor primer yang berbasis pada sumber daya alam dimana sebagian besar produknya digunakan untuk bahan baku sektor lainnya dan konsumsi rumah tangga. Sektor ini memberikan share utama pada PDRB di Kabupaten Sorong Selatan. Di tahun 2010 kontribusi sektor pertanian mencapai 43,39 persen dari total PDRB Sorong Selatan. Selain itu jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini terbanyak dibanding sektor lain, mencapai 66,30 persen. Dalam beberapa tahun kontribusi sektor ini cenderung terus mengalami penurunan. Sektor pertanian dinilai memiliki produktivitas yang rendah, dengan 66,30 tenaga kerja hanya mampu memberikan sumbangan sebesar 43,39 persen. Tingkat pendidikan tenaga kerja sektor ini juga lebih banyak didominasi oleh pekerja dengan pendidikan rendah. Pertumbuhan ekonomi yang mampu diberikan oleh sektor pertanian juga relatif rendah (4,82%) dibandingkan dengan sektor lain yang digerakkan oleh sumber daya manusia yang lebih kecil. Contohnya sektor industri pengolahan, dengan persentase tenaga kerja hanya 0,53 persen saja mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi 3.88 persen. Produksi padi ladang di Sorong Selatan tahun 2010 mengalami penurunan dari 422 ton menjadi 172,50 ton. Penurunan ini diduga terjadi karena terjadi penurunan luas panen dari 162 Ha di tahun 2009 menjadi 69 Ha di tahun Hal ini juga berdampak pada penurunan produktivitasnya dari 2,6 Ton/Ha di tahun 2009 menjadi 2,5 Ton/Ha di tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

51 PERTANIAN Produksi Kelapa dan Kakao Mengalami Penurunan Pada tahun 2010, produksi tanaman perkebunan di Sorong Selatan, yaitu kelapa dan kakao mengalami penurunan masing-masing menjadi 178 ton dan ton. Penurunan produksi kelapa jauh lebih kecil karena luas areal tanam kelapa juga kecil. 9 Jika dibandingkan dengan produktivitas Papua Barat yang mencapai 2,27 Ton/Ha, produktivitas padi ladang di Sorong Selatan dinilai relatif rendah. Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun mengalami kenaikan. Luas panen yang semula dari 11 Ha di tahun 2009 menjadi 36 Ha di tahun Sedangkan produksinya mengalami peningkatan dari 30,20 Ton di tahun 2009 menjadi 90 Ton di tahun Produktivitas jagung di Sorong Selatan mencapai l2,50 Ton/Ha atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas Provinsi Papua Barat (1,7 Ton/Ha). Dilihat dari produktivitasnya, keladi memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan tanaman bahan makanan lainnya (9,30 Ton/Ha), sedangkan kacang tanah memiliki produktivitas terendah, hanya sebesar 0,20 kacang tanah. Kemungkinan penduduk Sorong Selatan kurang berminat menanam komoditas kacang tanah. Penduduk Sorong Selatan paling banyak menanam keladi dan petatas atau lebih dikenal umum dengan nama ubi jalar sehingga komoditas jenis ini tersebar hampir merata di setiap distrik. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan Sorong Selatan adalah Kelapa dan Kakao. Namun, produksi kedua komoditi ini menurun dibandingkan tahun Produksi kelapa menurun dari 182 ton di tahun 2009 menjadi 178 ton di tahun Dengan areal perkebunan yang menurun, diduga ini penyebab produksi kelapa menurun. Sedangkan kakao, meski luas arealnya tetap, namun produksinya menurun dari ton menjadi ton di tahun Gambar 9.2 Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Sumber: Dinas Pertanian Kab. Sorong Selatan, 2010 Gambar 9.3 Luas Area (Ha) dan Produksi (Ton) Tanaman Kelapa dan Kakao Sorong Selatan Kakao Luas Areal (Ha) 3.60 Padi Jagung Kedelai Ubi Jalar Ubi Kayu Kacang Tanah Sumber: Dinas Pertanian Kab. Sorong Selatan, Produksi (Ton) Kelapa Kacang Hijau Keladi Sentra tanaman padi di Sorong Selatan adalah Distrik Moswaren. Produksi Padinya mencapai 28,42 persen dari total produksi padi ladang Provinsi Papua Barat. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

52 9 PERTANIAN Populasi Ternak Sapi Meningkat Tajam Populasi ternak sapi mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir dari semula populasinya sebesar 417ekor di tahun 2008 menjadi 712 ekor di tahun 2010 atau terjadi peningkatan drastis sebesar 70,74 persen. Jumlah (ekor) Gambar 9.4 Populasi Ternak Besar dan Kecil Kabupaten Sorong Selatan 2010 (Ekor) Sumber: Dinas Pertanian, Kabupaten Sorong Selatan, Gambar 9.5 Produksi Perikanan Rakyat 2010 (Ton) Sapi Kambing Babi Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sorong Selatan, 2009 Sentra tanaman perkebunan kakao terdapat di Kampung Wersar, Distrik Teminabuan dan satu-satunya areal perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Sorong Selatan. Dari subsektor peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan sapi. Ternak sapi meningkat dari 417 ekor di tahun 2008 menjadi 712 ekor di tahun Tingginya peningkatan jumlah ternak sapi diduga terjadi karena program bantuan pemberian ternak sapi dari Dinas Pertanian kepada rumah tangga pemelihara sapi di distrik-distrik. Sedangkan pada ternak kambing dan babi meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009, namun populasi kedua ternak ini meningkat pada tahun 2010, masing-masing 497 ekor dan 493 ekor. Nilai produksi perikanan rakyat di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 mencapai 965,69 ton. Sekitar 62,15 persen dari produksi perikanan rakyat berasal dari hasil perikanan berkulit keras dan lunak, yaitu udang dan sirip hiu. Udang paling banyak ditemukan di Sorong Selatan. Produksi perikanan laut terus mengalami peningkatan selama tahun dari 10,03 ton di tahun 2008 menjadi 365,50 ton di tahun Demikian pula dengan produksi perikanan berkulit keras dan lunak yang mengalami peningkatan drastis hampir 50 persen pada tahun Besarnya potensi perikanan di Kabupaten Sorong Selatan merupakan salah satu keunggulan dari sektor Perikanan Laut Perikanan Berkulit Keras dan Lunak pertanian karena komoditas ini berkontribusi sekitar 14,48 persen terhadap PDRB total Kabupaten Sorong Selatan dan penyumbang kedua terbesar setelah subsektor kehutanan terhadap PDRB sektor pertanian. Kemungkinan produksi perikanan rakyat di Sorong Selatan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. 36 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

53 PERTAMBANGAN DAN ENERGI Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Terendah Keempat Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian menurun pada tahun 2010 setelah terus mengalami peningkatan selama tiga tahun. Kontribusinya hanya sebesar 1,65 persen saja terhadap total PDRB Sorong Selatan. 10 Besarnya nilai tambah bruto atau PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Sorong Selatan tahun 2010 mencapai 6.483,14 juta rupiah atau sekitar 1,65 persen dari total PDRB Sorong Selatan yang mencapai ,54 juta rupiah. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terus meningkat meskipun kecil selama tahun Namun share-nya menurun pada tahun 2010, dengan persentase yang sangat kecil. Di tahun 2007, kontribusi sektor ini mencapai 1,18 persen. Angka tersebut terus mengalami kenaikan per tahun hingga menurun menjadi 1,65 persen di tahun Hal ini menandakan sektor ini potensial memberikan kontribusi terhadap PDRB Sorong Selatan, namun sangat kecil dan belum mampu mendongkrak pertumbuhan PDRB. Dilihat dari sumbangannya terhadap total PDRB tahun 2010, produktivitas sektor pertambangan dan penggalian (Sektor 2) menempati posisi keenam setelah sektor pengangkutan dan komunikasi yang memberikan share sebesar 4,33 persen. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian mencatat kinerja pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan tahun Bandingkan dengan sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar (43,39 persen), namun memiliki laju pertumbuhan sektoral yang lebih kecil daripada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 4,82 persen. Kedua sektor tersebut merupakan sektor primer dengan tingkat pertumbuhan sektor sebesar 3,07 persen, yang jauh lebih kecil bila Gambar 10.1 Share terhadap PDRB Sorong Selatan di Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan, Sektor 9 Sektor 8 Sektor 7 Sektor 6 Sektor 5 Sektor 4 Sektor 3 Sektor 2 Sektor Gambar 10.2 Share PDRB menurut Sektor Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan, Pemerintah daerah melalui Dinas Pertambangan dan Energi sedang mensurvei tempat-tempat yang diduga terkandung tambang. Hingga akhir tahun 2010, telah ditemukan tambang nikel dan batu bara, namun masih dalam tahap survei. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

54 10 PERTAMBANGAN DAN ENERGI Belum Seluruh Desa Teraliri Listrik PLN 24 Jam Aliran listrik PLN yang disalurkan ke pelanggan hanya dapat dinikmati oleh desa/kelurahan di ibukota kabupaten, yaitu Teminabuan. Sementara pelanggan PLN di Moswaren dan Inanwatan hanya dapat memanfaatkan listrik beberapa jam saja setiap hari. Penggunaan Pelita yang dominan sebagai sumber penerangan di Sorong Selatan Sumber: Dokumentasi Lapangan Program listrik 24 jam yang dimulai sejak April 2010 di Teminabuan sebagai ibukota Kabupaten Sorong Selatan hanya mampu menjangkau 9 desa dikarenakan kondisi wilayah yang jaraknya berjauhan. Gambar 10.3 Persentase Pelanggan PLN dibandingkan kelompok sektor sekunder dan tersier meskipun memiliki share yang terbesar. Hal ini disebabkan kedua sektor tersebut belum memiliki nilai ekonomis tinggi karena berasal dari alam dan belum diolah lebih lanjut. Sumber pertambangan masih dalam tahap eksplorasi di Kabupaten Sorong Selatan. Pertambangan yang disinyalir akan menjadi sumber pendapatan daerah adalah tambang batu bara dan nikel. Sementara untuk subsektor penggalian, jenis galian C paling banyak ditemukan di Kabupaten Sorong Selatan. Salah satu sumber galian C terdapat di Distrik Konda, yaitu penggalian pasir. Sebagai sumber penerangan, listrik memegang peranan vital dalam aktivitas dan kegiatan ekonomi di Kabupaten Sorong Selatan. Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih belum maksimal. Belum semua desa di Sorong Selatan mendapatkan pasokan listrik. Bahkan masih terdapat desa di ibukota Sorong Selatan, Teminabuan yang belum teraliri listrik. Sulitnya kondisi geografis, minimnya anggaran untuk kebutuhan energi dan terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab pasokan listrik belum sampai Sosial Rumah Tangga Bisnis Publik/Pemerintah Sumber: PLN Wilayah X Cabang Sorong Ranting Teminabuan 2010 menjangkau seluruh desa di Kabupaten Sorong Selatan. Persentase pelanggan PLN tertinggi adalah golongan rumah tangga yang mencapai 69,63 persen, disusul oleh golongan bisnis sebesar 23,72 persen, sosial (4,17%) dan publik (2,48%). Sementara pelanggan yang berasal dari golongan industri belum 38 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

55 PERTAMBANGAN DAN ENERGI Produksi Listrik PLN Mengalami Kenaikan Listrik yang diproduksi oleh PLN meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar KWh dan sekitar 62,25 persen digunakan oleh rumah tangga yang merupakan jenis pelanggan PLN terbesar dibandingkan pelanggan lainnya. 10 memanfaatkan listrik sebagai sumber penerangan. Konsumsi atau penggunaan energi listrik PLN tertinggi adalah pelanggan yang berasal dari golongan rumah tangga karena golongan ini juga yang memiliki jumlah pelanggan PLN terbanyak. Bahkan penggunaan listrik PLN untuk pelanggan rumah tangga mencapai 62,25 persen. Sedangkan konsumen yang mengkonsumsi listrik dari kategori bisnis sebesar 30,39 persen. Yang menarik meskipun jumlah pelanggan dari golongan publik/pemerintah lebih sedikit daripada pelanggan kategori sosial, namun penggunaan listrik untuk jenis pelanggan publik/ pemerintah lebih besar, yaitu 4,14 persen. Hal ini diduga karena pemakaian listrik dari pelanggan publik/ pemerintah memilliki frekuensi lebih banyak dan lebih sering untuk menunjang aktivitas pekerjaan. Jumlah pelanggan PLN terbanyak terdapat di Distrik Teminabuan karena merupakan ibukota kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terpadat dan paling banyak pelanggannya. Wilayah lain yang memanfaatkan listrik PLN adalah Distrik Moswaren dan Inanwatan meskipun listrik hanya menyala beberapa jam. Selama tahun , produksi listrik PLN meningkat, namun pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar KWh. Hal ini disebabkan pasokan listrik dari PLN induk, yaitu PLN Cabang Sorong yang membatasi jumlah BBM listrik. Pada tahun 2010, produksi listrik kembali meningkat hingga mencapai KWh, terutama setelah adanya program listrik 24 jam di ibukota kabupaten, Teminabuan. Gambar 10.4 Persentase Penggunaan Listrik PLN 2010 Sumber: PLN Wilayah X Cabang Sorong Ranting Teminabuan ,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Bisnis, Publik /Pemerintah, 4.14 Gambar 10.5 Produksi Listrik PLN 2010 (KWh) 110, ,584 1,861,756 Sosial, 3.22 Rumah Tangga, ,669, Sumber: PLN Wilayah X Cabang Sorong Ranting Teminabuan ,785,106 PLN Wilayah X Cabang Sorong Ranting Teminabuan memasok bahan bakar untuk listrik di tiga sentral PLN, yaitu Teminabuan, Moswaren dan Inanwatan. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

56 11 INDUSTRI PENGOLAHAN ShareSektor Industri Pengolahan Terendah Industri pengolahan memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB Sorong Selatan yang hanya mencapai 0,41 persen saja, namun sektor ini mencatat kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sektor 4, sektor 6 dan sektor 7 yang memiliki share lebih besar. Gambar 11.1 Share Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB Sorong Selatan Tahun Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan, Share sektor industri pengolahan terhadap PDRB Sorong Selatan adalah yang terkecil, yaitu hanya sekitar 0,41 persen. Tabel 11.1 Statistik Industri Pengolahan di Sorong Selatan Industri Pengolahan 0.41 Uraian Menengah Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Sorong Selatan masih sangat kecil, bahkan belum mencapai satu persen. Sektor ini hanya memiliki share terhadap total PDRB sebesar 0,41 persen saja. Selama tahun share sektor ini berkisar 0,36-0,44 persen. Kontribusinya menurun pada tahun Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terkecil terhadap PDRB Sorong Selatan dari tahun ke tahun. Nilai agregat PBRD-nya pada tahun 2010 hanya mencapai 1.617,17 juta rupiah dengan laju pertumbuhan sektoral sebesar 3,88 persen. Meski share-nya paling kecil, namun sektor ini mencatat kinerja pertumbuhan yang lebih baik daripada sektor listrik dan air bersih (3,41%); perdagangan, hotel dan restoran (2,48%); serta sektor pengangkutan dan komunikasi (1,23%) yang memiliki kontribusi lebih besar. Pada tahun , produktivitas pekerja yang dikukur berdasarkan rasio nilai tambah bruto terhadap jumlah pekerja menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, setiap pekerja menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 7,12 juta per tahun. Produktivitas pekerja tersebut meningkat sekitar 1,76 kali lipat pada tahun 2010, sehingga setiap Kecil Rumah Tangga Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Tambah (Juta Rp) NTB per Tenaga Kerja (000 Rp) Sumber: Diperindagkop Kabupaten Sorong Selatan, pekerja bisa menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 12,54 juta per tahun. Catatan: Industri Pengolahan dibagi kedalam 4 golongan: 1. Industri Besar (tenaga kerja 100 orang) 2. Industri Sedang (tenaga kerja orang) 3. Industri Kecil (tenaga kerja 5-19 orang) 4. Industri Rumah Tangga (tenaga kerja 1-4 orang) 40 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

57 KONSTRUKSI Pertumbuhan Sektor Konstruksi Terbesar Kedua Meskipun mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun 2009, namun pertumbuhan sektor konstruksi merupakan yang terbesar kedua dalam pertumbuhan ekonomi Sorong Selatan tahun 2010 yaitu sebesar 12,45 persen. 12 Sektor konstruksi berperan penting dalam pembangunan infrastruktur suatu daerah. Sorong Selatan selama 8 tahun terus melakukan pembangunan seperti pembangunan sarana pendidikan, kesehatan, dan gedung-gedung pemerintahan. Selain itu, jalan dan jembatan terus dibangun untuk memudahkan akses transportasi dan hubungan antar desa di wilayah Sorong Selatan. Nilai tambah bruto di sektor konstruksi Sorong Selatan mencapai 84,20 miliar rupiah pada tahun Jumlah ini meningkat dibandingkan output pada tahun 2009 sebesar 64,37 miliar rupiah. Share sektor ini juga meningkat dari 17,27 persen pada tahun 2007 menjadi 21,43 persen di tahun Selama tahun , sektor konstruksi memberikan konstribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian sebesar 21,43 persen. Walaupun bukan kontributor utama, sektor konstruksi memiliki pertumbuhan kedua terbesar setelah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 12,45 persen pada tahun Pertumbuhan sektor ini cenderung tinggi dari tahun ke tahun. Sektor konstruksi akan terus berkembang pesat karena pembangunan Sorong Selatan giat dilakukan. Gambar 12.1 Share terhadap PDRB, Pertumbuhan Ekonomi, dan Persentase Pekerja Sektor Kostruksi Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan, 2010 Sumber: Dokumentasi Lapangan Share Pertumbuhan Ekonomi Sektor ini menyumbang sebesar 2,23 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Sorong Selatan pada tahun Selama tahun , kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi Sorong Selatan cenderung naik dari 1,70 persen di tahun 2008 menjadi 2,23 persen di tahun Sektor Konstruksi memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sorong Selatan sebesar 2,23 persen pada tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

58 13 HOTEL DAN PARIWISATA Rata-rata lama Menginap Tamu Meningkat Rata-rata lama menginap tamu pada tahun 2010 lebih tinggi diandingkan tahun Rata-rata lama menginap tamu di hotel melati 4,90 hari/orang. Tabel 13.1 Statistik Perhotelan Uraian Jumlah Hotel (unit) Melati Jumlah Kamar (unit) Melati Jumlah Tempat Tidur (unit) Melati Tingkat Hunian Kamar (orang) Melati Rata-rata Lama Tamu Menginap (Hari/orang) Melati Sumber: Laporan Hotel BPS Kabupaten Sorong Selatan (diolah), Aliran Air Terjun Kohoin Sumber: Dokumentasi Lapangan Pariwisata di Sorong Selatan belum berkembang pesat dan pengelolaannya masih bersifat insidensil. Artinya bila ada kegiatan saja baru dikelola untuk jangka waktu itu. Minimnya dana dan keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelola tempat wisata di Sorong Selatan. Untuk menunjang pariwisata juga memerlukan akomodasi, yaitu tempat untuk menginap bagi para tamu yang mengunjungi objek wisata. Peranan hotel penting dalam memajukan pariwisata. Jumlah hotel di Sorong Selatan tahun 2010 adalah 4 unit hotel melati dengan rincian tiga unit terdapat di Distrik Teminabuan dan satu unit di Moswaren. Jumlah ini berkurang sebanyak satu unit karena penginapan Aini terbakar pada tahun Jumlah kamar dan tempat tidur menurun dibandingkan tahun 2009, dari sebesar 78 unit dan 85 unit menjadi 53 unit dan 61 unit. Jumlah tamu yang menginap mengalami peningkatan pada tahun 2009 dari 886 tamu menjadi tamu pada tahun Namun jumlah tamu menurun pada tahun 2010 menjadi sebesar tamu. Rata-rata lama tamu menginap juga menurun dari 4,97 hari/orang di tahun 2009 menjadi 4,90 hari/ Penginapan Aini mengalami kebakaran pada bulan Juli 2009 dikarenakan posisinya yang dekat dengan lokasi Pasar Ampera yang terbakar. orang. Sebelumnya rata-rata lama tamu meningkat dari 2,43 hari/orang di tahun 2008 menjadi 4,97 hari/ orang. Hotel yang paling sering dikunjungi adalah Nusa Indah karena letaknya yang strategis dan fasilitasnya yang lebih lengkap dibandingkan tiga hotel lainnya di Sorong Selatan. 42 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

59 HOTEL DAN PARIWISATA Objek Wisata Terbanyak adalah Wisata Budaya Dari 6 objek wisata di Sorong Selatan, sebanyak 3 objek wisata adalah objek wisata budaya. Objek wisata alam berada diurutan kedua sebesar 2 objek wisata. 13 Selama empat tahun terakhir, share subsektor hotel terhadap sektor enam (sektor perdagangan, hotel dan restoran) berfluktuasi. Pada tahun , share-nya meningkat, namun pada tahun 2009 menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 0,73 persen. Sementara share subsektor hotel terhadap PDRB Sorong Selatan hanya mencapai kurang dari satu persen, yaitu sebesar 0,10 persen pada tahun Rendahnya share subsektor ini menunjukkan bahwa output sektor ini belum optimal diserap oleh aktivitas perekonomian. Dari sisi pertumbuhan, ternyata subsektor hotel mencatat kinerja pertumbuhan yang semakin membaik selama tahun Promosi pariwisata alam Sorong Selatan yang gencar dilakukan oleh pemerintah daerah akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi subsektor ini meski nilai agregat PDRB subsektor hotel hanya sebesar Rp 374,08 juta pada tahun Jumlah objek wisata di Sorong Selatan tahun 2010 sebanyak 6 objek. Objek wisata tersebut terdiri dari 2 objek wisata alam, 3 objek wisata budaya, dan 1 (satu) objek wisata argo. Distrik Teminabuan menawarkan berbagai pesona keindahan alam seperti Air Terjun Kohoin, Panta Kapal dan Kali Sembra. Sedangkan Distrik Konda menawarkan panorama Hutan Wisata Bariat. Selain itu ada wisata pemancingan yang terdapat di muara Waigo dan Konda. Sorong Selatan juga memiliki objek wisata sejarah seperti Tugu Pendaratan Trikora yang terletak di Teminabuan Gambar 13.1 Share Subsektor Hotel terhadap Sektor Enam dan PDRB serta Pertumbuhan Subsektor Hotel Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Gambar 13.2 Jumlah Objek Wisata di Sorong Selatan Pertumbuhan Share Subsektor Share PDRB Alam Budaya Wisata Agro Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat, Hutan Wisata Alam Bariat yang terdapat di Distrik Konda (Kampung Bariat) merupakan kawasan konservasi y a ng ditetapkan dengan luas areal hektar. 1 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

60 14 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Komunikasi Terendah Sektor transportasi dan komunikasi memiliki pertumbuhan terendah di tahun Pertumbuhannya hanya sebesar 1,23 persen saja terhadap tahun Diantara sektor tersier, pertumbuhan sektor ini tercatat paling buruk kinerjanya bahkan memiliki kecenderungan makin menurun.. Gambar 14.1 Share terhadap PDRB dan Pertumbuhan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, Sumber: Dokumentasi Lapangan Pertumbuhan Share PDRB 4.33 Ojek adalah jenis transportasi angkutan darat yang populer dalam ibukota kabupaten, Teminabuan bahkan menjangkau hingga ke pelosok desa-desa. Sektor transportasi/angkutan dan komunikasi termasuk ke dalam sektor tersier bersama sektor perdagangan, hotel, dan restoran; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasajasa. Peran sektor ini dalam perekonomian Sorong Selatan masih relatif tidak besar. Kontribusinya pada PDRB Sorong Selatan selama empat tahun terakhir berkisar 4-5 persen saja. Nilai agregat PDRB atas dasar harga berlaku sebesar ,24 juta rupiah. Share sektor ini di tahun 2010 sebesar 4,33 persen. Masih lebih rendah dibandingkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (13,14%); dan sektor jasa-jasa (13,34%) yang sama-sama berada di sektor tersier. Namun share sektor ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang hanya sebesar 1,25 persen. Bila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya, pada tahun 2008, sektor transportasi dan komunikasi memiliki pertumbuhan terendah kedua setelah industri pengolahan, namun pada tahun 2009, pertumbuhan sektor ini menurun drastis dari 5,24 persen menjadi 3,53 persen. Pertumbuhan sektor ini pada tahun 2010 kembali menurun menjadi hanya sebesar 1,23 persen atau mencatat pertumbuhan terendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kinerja pertumbuhan sektor ini yang tidak membaik selama tiga tahun terakhir diduga karena hampir semua subsektornya mencatat kinerja pertumbuhan yang memburuk. Misalnya subsektor angkutan jalan raya pada tahun 2008 tercatat kinerja paling buruk dibandingkan subsektor lain karena pembangunan jalan terkendala faktor geografis. 44 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

61 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI Proporsi Panjang Jalan dengan Permukaan Terluas Berjenis Lainnya Panjang jalan dengan permukaan berjenis lainnya memiliki persentase sebesar 51,36 persen, disusul permukaan kerikil sebesar 38,40 persen sementara jalan dengan permukaan terluas berjenis aspal memiliki persentase terkecil, yaitu hanya 3,75 persen. 14 Ketika subsektor angkutan jalan raya membaik di tahun meski melambat, namun hal itu justru berdampak pada subsektor angkutan laut yang tercatat memiliki kinerja pertumbuhan memburuk selama tahun Akses jalan yang makin membaik menyebabkan penduduk Sorong Selatan memilih transportasi darat sehingga transportasi laut mulai ditinggalkan. Bahkan tidak ada lagi kapal penumpang yang masuk ke pelabuhan perintis Teminabuan. Hanya subsektor komunikasi yang mencatat kinerja pertumbuhan yang terus membaik selama tahun Sedangkan subsektor lainnya memiliki pertumbuhan yang fluktuatif. Panjang jalan di Sorong Selatan tahun ,90 Km, kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2009, yaitu sepanjang 368,70 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 80 Km (17,13%) jalan provinsi; dan 386,90 Km (82,87%) adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaanya terbagi menjadi 17,50 Km (3,75%) jalan aspal; 179,30 Km (38,40%) jalan dengan permukaan kerikil; 30,30 Km (6,49%) jalan dengan permukaan tanah; dan 239,80 Km (51,36%) adalah jalan dengan permukaan lainnya. Tingginya persentase panjang jalan dengan jenis permukaan lainnya diduga karena kondisi geografis wilayah yang menjadi penghubung dengan kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Sorong dan Kabupaten Maybrat. Jenis jalan aspal cukup sulit dibangun, terutama di daerah Distrik Sawiat yang wilayahnya bergunung-gunung dengan kondisi jenis tanah kapur. Gambar 14.2 Persentase Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang 2010 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab.Sorong Selatan 2010 Gambar 14.3 Persentase Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan 2010 Lainnya, % Kabupaten Provinsi Jenis transportasi yang diminati penduduk di Teminabuan untuk pulang pergi Teminabuan-Sorong adalah transportasi darat yang menggunakan mobil penumpang double gardan atau lebih dikenal L200. Aspal, 3.75 Tanah, 6.49 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab.Sorong Selatan % Kerikil, STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

62 14 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI Jumlah Penumpang Angkutan Laut Menurun Drastis Membaiknya kondisi jalan pada tahun 2010 berdampak pada menurunnya jumlah penumpang yang menggunakan jasa angkutan laut. Bahkan kapal penumpang tidak lagi berlabuh di pelabuhan perintis Teminabuan karena penduduk Teminabuan lebih suka menggunakan angkutan jalan raya. Gambar 14.4 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat Kapal Laut di Pelabuhan yang Diusahakan (ribu orang) Sumber: Dikutip dari Laporan T-II UPT, Gambar 14.5 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat Pesawat Udara (ribu orang) Debarkasi debarkasi 6257 Embarkasi embarkasi 1770 Sumber: Dikutip dari Laporan Bandara (Model III), Jalan Trans Teminabuan-Sorong memiliki panjang lintasan 162 Km dan menghubungkan Kabupaten Sorong Selatan dengan Kabupaten Sorong (Dinas PU Sorong Selatan). *) rata-rata jumlah penumpang diperoleh dari pembagian jumlah penumpang dengan jumlah penerbangan termasuk pesawat ringan dengan kapasitas kecil Selain akses transportasi lewat darat, masih ada sebagian orang yang memanfaatkan fasilitas perhubungan lewat udara. Sementara itu, sejak akhir tahun 2009 hingga memasuki tahun 2010, tidak ada lagi kapal penumpang skala besar yang berlabuh di pelabuhan Teminabuan karena akses transportasi darat yang lancar. Kapal yang masuk pelabuhan hanya kapal barang saja dan kapal-kapal kecil yang mengangkut penumpang dari distrik-distrik di daerah yang berbatasan langsung dengan laut (Inanwatan, Kais, Matemani, Kokoda, dan Kokoda Utara). Jumlah penumpang kapal pada tahun 2010 mengalami penurunan tajam hingga hanya tujuh orang yang datang dan 450 orang yang berangkat dengan kunjungan kapal sebanyak 217 kali. Untuk transportasi udara terdapat dua bandara perintis di Sorong Selatan, yaitu bandara Teminabuan dan Inanwatan. Jumlah penumpang pesawat udara mengalami penurunan pada tahun 2010, terutama setelah pemekaran Maybrat. Jumlah penumpang jenis transportasi ini menurun tajam dibandingkan tahun 2009 karena laporan jumlah penumpang untuk dua bandara perintis di Kabupaten Maybrat (bandara Kambuaya dan Ayawasi) mulai dipisahkan sejak awal tahun Jumlah penumpang datang mencapai orang dengan jumlah penerbangan 170 kali dan berangkat orang dengan jumlah penerbangan 173 kali di tahun Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi sebesar orang dan untuk embarkasi sebanyak 9-10 orang.*) 46 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

63 PERBANKAN DAN INVESTASI Share Subsektor Bank Terhadap Sektor Delapan Tertinggi Selama tahun , share subsektor bank tercatat tertinggi terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dibandingkan tiga subsektor lainnya., yaitu sebesar 1,13 persen di tahun Seiring dengan pembangunan yang pesat di Sorong Selatan, subsektor perbankan juga diperlukan untuk menunjang kegiatan perekonomian. Bank berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat dan berperan penting dalam arus perputaran uang. Bank juga sebagai tempat penyedia dana bagi yang membutuhkan dana kredit dan tempat transaksi uang misalnya transfer, pembayaran rekening listrik dan lain -lain. Jumlah kantor bank di Sorong Selatan hanya tiga unit, dua unit di Teminabuan dan satu unit di Inanwatan. Ketiga unit tersebut berstatus satu bank persero dan dua bank pemerintah daerah. Share subsektor bank tergolong sangat kecil, hanya 1,13 persen pada tahun 2010 atau sekitar 4,45 miliar rupiah. Selama tahun , meski share subsektor bank meningkat, namun persentasenya masih sangat kecil pada level 1,00-1,13 persen. Hal ini kemungkinan disebabkan penduduk Sorong Selatan, terutama di Teminabuan belum menggunakan fasilitas perbankan yang beragam. Selain itu, perputaran uang di Teminabuan cenderung lambat. Masyarakat lebih suka menabung dan menggunakan jasa bank untuk pembayaran tagihan listrik PLN dan telepon. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, subsektor bank memiliki pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2008, pertumbuhan subsektor bank tergolong fantastis, sekitar 60,10 persen. Namun subsektor ini mengalami perlambatan pada tahun 2009 (5,02%) dan meningkat lagi pada tahun 2010 (14,95%). Gambar 15.1 Share Subsektor Bank Terhadap PDRB Sorong Selatan, Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, Gambar 15.2 Pertumbuhan Subsektor Bank, Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, Arus perputaran uang di Teminabuan cenderung sangat lambat. Penduduk T e m i n a b u a n l e b i h s u k a membelanjakan uangnya di Kota Sorong. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

64 16 HARGA-HARGA Harga Beberapa Sembako Cenderung Fluktuatif Harga beberapa sembako terpilih rata-rata berfluktuasi selama bulan Januari-Desember 2010, kecuali beras Dolog yang selama periode waktu tersebut stabil pada harga Rp ,-/Kg sementara minyak goreng curah dan gula pasir kualitas standar harganya naik turun. Gambar : Pasar Kajase (kanan atas), pasar baru hasil bantuan Pemda- Kab.Sorong Selatan, Pasar Ampera-pasar lama (kiri bawah) Sumber : Dokumentasi Lapangan Tabel 16.1 Perkembangan Harga Sembako Terpilih Sorong Selatan selama Januari-Desember Tahun 2010 (Rp/Kg) Beras Minyak Goreng Curah Gula Pasir Curah Bawang Merah Besar Bawang Putih Ikan laut Sumber: BPS Kabupaten Sorong Selatan (hasil survei HP), 2010 *) Data sampai dengan bulan Oktober 2010 Harga cabe merah besar dan cabe merah keriting di Sorong Selatan selama bulan Januari-Desember 2010 mencapai kisaran harga ratarata Rp ,- sampai Rp ,67. Inflasi adalah persentase tingkat perubahan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Perubahan yang dimaksud adalah terjadinya kenaikan atau mungkin penurunan harga barang dan jasa. Rata-rata tertimbang dari perubahan harga barang dan jasa tersebut pada periode waktu tertentu (bulanan) disebut inflasi (harga naik) dan deflasi (harga turun). Inflasi merupakan indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga, dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan ekonomi makro dan mikro, baik fiskal maupun moneter. Inflasi yang tinggi akibat dari kenaikan harga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, berimbas juga pada menurunnya kinerja perkonomian dan kemiskinan cenderung tinggi. Inflasi harga di Sorong Selatan dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi Kota Sorong, namun persentasenya lebih tinggi dibanding Kota Sorong karena adanya biaya angkut barang dari Kota Sorong ke Sorong Selatan. Perkembangan harga sembako di Sorong Selatan selama tahun 2010 mengalami fluktuatif tiap bulan untuk beberapa barang. Harga beras tahun 2010 tetap stabil selama bulan Januari-Desember, yaitu Rp ,-/Kg untuk jenis beras Dolog. Untuk harga gula pasir (curah) berada pada kisaran Rp ,- sampai Rp ,- dengan rata-rata harga Rp ,67. Untuk harga minyak goreng kualitas curah, harga ratarata per bulan Rp , STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

65 PENGELUARAN PENDUDUK Pengeluaran Riil per Kapita Sorong Selatan Naik Pengeluaran riil per kapita Sorong Selatan sempat mengalami penurunan pada tahun 2009, namun nilainya kembali meningkat pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp ,- per bulan. 17 Sebagai pendekatan untuk mengukur indikator kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita. Selama tahun , pengeluaran riil per kapita Sorong Selatan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008, pengeluaran riil per kapita penduduk sebesar Rp ,- per bulan menurun menjadi Rp ,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2010, pengeluaran riil per kapita meningkat menjadi sebesar Rp ,- per bulan. Pengeluaran riil per kapita selama tahun menunjukkan kecenderungan semakin naik seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan nilai pengeluaran yang terus meningkat. Pengeluaran riil per kapita memiliki makna pengeluaran rata-rata satu orang per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pengeluaran riil per kapita sebesar Rp , - berarti rata-rata satu orang menghabiskan uangnya sebesar Rp ,- per bulan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengeluaran riil per kapita di Kabupaten Sorong Selatan menempati urutan ketiga tertinggi setelah Kota Sorong (Rp ,-) dan Manokwari (Rp ,-). Angka pengeluaran tersebut masih jauh di bawah standar rata-rata pengeluaran riil penduduk di Provinsi Papua Barat yang mencapai Rp ,- per bulan. Berarti dalam setahun, rata-rata penduduk di Sorong Selatan menghabiskan uangnya sebanyak Rp, 6,66 juta pada tahun Bandingkan dengan pendapatan riil per kapita dari pendekatan PDRB yang mencapai Rp 10,36 juta. Ini berarti masih ada selisih sebesar Rp 3,70 juta. Tabel 17.1 Statistik Pengeluaran Penduduk Uraian Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (Rp) Persentase pengeluaran per kapita per bulan (Rp) Makanan (%) Non Makanan (%) Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan 2010 Catatan: Statistik pengeluaran rumah tangga yang disajikan dari hasil Susenas bulan Juli mampu mengukur pola konsumsi rumah tangga dan dapat juga mengukur tingkat pemerataan pendapatan yang didekati oleh tingkat pemerataan pengeluaran rumah tangga sebagai proxinya. Pengeluaran riil per kapita di Kabupaten Soro ng S elatan menempati urutan ketiga tertinggi setelah Kota Sorong dan Manokwari pada tahun Pergeseran persentase pengeluaran dimana semakin tinggi persentase pengeluaran yang dialokasikan u n t u k n o n m a k a n a n mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan penduduk. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

66 17 PENGELUARAN PENDUDUK Persentase Pengeluaran Makanan Menurun Persentase pengeluaran makanan tahun 2010 sebesar 42,41 persen, mengalami penurunan tajam sebesar 24,85 persen dari 67,26 persen pada tahun Gambar 17.1 Perkembangan Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Sorong Selatan (Rp/bulan) 423,012 Sumber: Susenas, Gambar 17.2 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Sorong Selatan Sumber: Susenas, Makanan 351, Non Makanan , Perbandingan antara pengeluaran makanan dan non makanan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi persentase pengeluaran non makanan maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraannya semakin membaik. Namun pola pengeluaran makanan di Sorong Selatan bergeser pada tahun Persentase pengeluaran makanan tahun 2009 mencapai 67,26 persen, lebih tinggi dari pengeluaran makanan di tahun 2008 yang bernilai 66,94 persen. Pergeseran terjadi pada tahun 2010, dimana persentase pengeluaran makanan menurun menjadi 42,41 persen sedangkan pengeluaran non makanan justru meningkat dari 32,74 persen di tahun 2009 menjadi 57,59 persen di tahun Artinya ada indikasi perbaikan kesejahteraan penduduk yang ditandai dengan peningkatan pengeluaran non makanan. Berdasarkan klasifikasi Bank Dunia, komposisi pengeluaran untuk 40 persen berpendapatan terbawah dan menengah yang terbanyak dialokasikan untuk pengeluaran makanan sedangkan 20 persen berpendapatan tinggi sebaliknya lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk pengeluaran non makanan bahkan nilainya lebih dari 50 persen. Persentase pengeluaran per kapita per bulan untuk non makanan di Sorong Selatan tahun 2010 (57,59%) adalah yang tertinggi ketiga di Provinsi Papua Barat. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka semakin banyak dihabiskan untuk pengeluaran non makanan. 50 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

67 PERDAGANGAN 18 Share Subsektor Perdagangan Dominan di Sektor Enam Subsektor perdagangan sangat dominan di sektor enam (perdagangan, hotel dan restoran). Bahkan kontribusinya mencapai 96,70 persen pada tahun 2010, sisanya subsektor restoran (2,90%) dan subsektor hotel (0,73%). Gambar 18.1 PDRB menurut Subsektor Perdagangan Sorong Selatan Subsektor perdagangan dalam PDRB termasuk kedalam sektor enam (perdagangan, hotel dan restoran). Agregat PDRB subsektor perdagangan tahun 2010 sebesar 49,64 miliar rupiah, meningkat 49, sebanyak 4,83 miliar rupiah dibandingkan tahun , go.id 44, , (44,81 miliar rupiah). dalam sektor enam. Kontribusinya pada sektor enam bahkan mencapai 95,74 persen dari agregat PDRB sektor tersebut tahun Sedangkan kontribusi subsektor perdagangan terhadap PDRB total tahun ta n Gambar 18.2 Share terhadap PDRB dan Pertumbuhan Subsektor Perdagangan Sorong Selatan se subsektor terhadap PDRB, perdagangan juga ro pertumbuhan share.s o dengan ng dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 13,24 persen Searah 2010 la meningkat dibandingkan tahun 2008 (12,57 persen). atau menurun sekitar 0,60 persen Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, adalah 12,64 persen. Share subsektor ini Namun share subsektor perdagangan lebih kecil 2008 ka 2007 b. bp s. Peran subsektor perdagangan sangat dominan sebesar 9,36 persen. Pertumbuhannya menurun pada 4 2 w tahun 2008 menjadi sebesar 8,85 persen dan tp :// meningkat lagi pada tahun 2009 sebesar 15,08 persen w w berfluktuasi. Pertumbuhan subsektor ini di tahun Share PDRB pada tahun 2010 secara signifikan menjadi 2,44 Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 ht Namun pertumbuhannya mengalami perlambatan persen. Pertumbuhan perlambatan drastis sebelumnya. Kemungkinan tersebut dibandingkan Pertumbuhan mengalami tiga tahun penyebabnya adalah kinerja pertumbuhan subsektor perdagangan dan restoran melambat, tidak sejalan dengan subsektor hotel yang kecepatan pertumbuhannya semakin Subsektor perdagangan sangat dominan di sektor 6 (perdagangan, hotel, dan restoran), kontribusinya mencapai 96,70 persen di tahun membaik. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

68 19 PENDAPATAN REGIONAL PDRB Kabupaten Sorong Selatan Seperseratus PDRB Papua Barat Dengan agregat PDRB hanya Rp miliar rupiah, Sorong Selatan memiliki share PDRB yang sangat kecil terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, yaitu hanya sekitar 0,17 persen saja. Tabel 19.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha Papua Barat (Rp Juta) Lapangan Usaha ADHB ADHK Pertanian 149, , , , Pertambangan dan Penggalian 5, , , , Industri Pengolahan 1, , , Listrik, Gas & Air Bersih 3, , , , Bangunan 64, , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 46, , , , , , , , , , , , Jasa-jasa 47, , , , PDRB 338, , , , Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Gambar 19.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sorong Selatan (Milliar Rp) Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Total PDRB Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 sebesar Rp. 392,84 miliar atas dasar harga berlaku dan Rp. 177,86 miliar atas dasar harga konstan. PDRB tahun 2010 tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2009, yaitu Rp. 338,37 miliar atas dasar harga berlaku dan Rp. 167,63 milliar atas dasar harga konstan Nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan dari tahun PDRB ADHB dan ADHK tertinggi menurut lapangan usaha tercatat pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 170,45 milliar dan Rp. 74,36 milliar. Sedangkan PDRB ADHB dan ADHK terendah menurut lapangan usaha yaitu sektor industri pengolahan sebesar Rp. 1,62 miliar dan Rp. 1,01 miliar. Sektor pertanian menyumbang sebesar 43,48 persen terhadap PDRB total Kabupaten Sorong Selatan. Sebaliknya sektor industri pengolahan hanya memiliki share 0,41 persen saja. Bila dibandingkan dengan distribusi PDRB secara nasional (berorientasi industri pengolahan) maka PDRB Sorong Selatan belum sejalan karena sektor ini berkontribusi sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak berdampak dalam mendongkrak nilai PDRB. Namun pertumbuhan sektor ini relatif cukup baik. Bila dibandingkan dengan nilai PDRB Provinsi Papua Barat, maka PDRB Kabupaten Sorong Selatan hanya 1,74 persen saja atau sangat kecil berkontribusi terhadap PDRB total Papua Barat. PDRB Kabupaten Sorong Selatan adalah yang terendah keempat setelah Tabrauw (1), Maybrat (2), dan Teluk Wondama (3). 52 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

69 PENDAPATAN REGIONAL Kontribusi Pertanian Masih Dominan Tetapi Semakin Menurun Sektor Pertanian selama tahun selalu menjadi kontributor utama dalam nilai PDRB Sorong Selatan, namun sharenya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 19 Struktur perekonomian Kabupaten Sorong Selatan ditunjukkan melalui distribusi persentase nilai tambah atas dasar harga berlaku per sektor. Struktur ini dapat memperlihatkan sektor-sektor utama yang berkontribusi besar dalam perekonomian. Terdapat tiga sektor unggulan penggerak perekonomian Sorong Selatan sebagai kontributor utama dalam PDRB. Ketiga sektor itu adalah sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Papua Barat sebesar 43,48 persen, sektor industri bangunan memberikan kontribusi 21,48 persen, dan sektor jasa-jasa menyumbangkan 13,34 persen. Sementara sektor lainnya memberikan sumbangan terhadap PDRB masing-masing kurang dari 5 persen, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bahkan terdapat dua sektor yang memberikan share kurang dari satu persen, yaitu sektor listrik dan air bersih (0,91%) dan sektor industri pengolahan (0,41%). Struktur perekonomian Kabupaten Sorong Selatan menunjukkan kecenderungan terjadinya pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Hal ini terlihat dari semakin menurunnya kontribusi sektor primer dan semakin meningkatnya share sektor sekunder dan tersier dalam tiga tahun terakhir. Kelompok sektor primer pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 48,16 persen mengalami penurunan menjadi 45,04 persen di tahun Sebaliknya terjadi pada kelompok sektor sekunder, kontribusinya di tahun 2008 sebesar 18,62 persen meningkat menjadi 22,75 persen di tahun Gambar 19.2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha Sorong Selatan 2010 (%) 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2% 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4% 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13% Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Tabel 19.2 Share terhadap PDRB menurut Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier Sorong Selatan (%) Sektor Primer Sekunder Tersier Total Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, CATATAN: 5. Bangunan 22% 9. Jasa-jasa 13% 1. Pertanian 43% 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. 2% 0% Listrik dan Air Bersih 1% Sektor Primer terdiri dari pertanian dan Pertambangan & Penggalian Sektor Sekunder terdiri dari Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; dan Konstruksi Sektor Tersier terdiri dari Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan; serta Jasa-Jasa STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

70 19 PENDAPATAN REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Perlambatan Kinerja ekonomi yang diukur melalui pertumbuhan ekonomi menunjukkan gejala perlambatan di tahun 2010 yang melambat menjadi 6,11 persen dibandingkan tahun 2009 sebesar 8,11 persen. Gambar 19.3 Pertumbuhan Ekonomi Sorong Selatan Sedangkan kelompok sektor tersier mengalami Pertumbuhan Ekonomi (%) Tanpa Migas Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Gambar 19.4 Perkembangan PDRB per Kapita Sorong Selatan (Juta Rp) 5, , , , Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kab. Sorong Selatan, 2010 Kontribusi PDRB Kabupaten Sorong Selatan terhadap PDRB Provinsi Papua Barat hanya sebesar 1,74 persen atau menempati urutan ke-8 dari 11 kabupaten/kota. peningkatan kontribusi di tahun 2009 terhadap tahun 2008, namun kelompok sektor ini justru menurun di tahun 2010 menjadi 32,21 persen. Hal ini disebabkan share ketiga sektor dalam kelompok ini (sektor 6, sektor 7, sektor dan sektor 9) mengalami penurunan pada tahun Pendekatan yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi disuatu daerah biasanya dengan membandingkan besarnya nilai tambah antar waktu menurut harga konstan. Dengan menggunakan dasar harga konstan dapat diketahui sejauh mana pertumbuhan riil dari suatu daerah yang menggambarkan kondisi perekonomian sehingga dapat diperbandingkan antar waktu dan antar daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sorong Selatan tahun 2010 sebesar 6,11 persen. Kondisi ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009 sebesar 7,95 persen dan 8,11 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata tahun sebesar 7,66 persen. Tahun 2008 merupakan laju pertumbuhan ekonomi gabungan Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat. Untuk pendapatan per kapita yang digunakan sebagai indikator produktivitas tiap penduduk menunjukkan bahwa penduduk Sorong Selatan memiliki pendapatan per kapita yang meningkat selama tahun Pada tahun 2007, pendapatan per kapita rata-rata penduduk Sorong Selatan sekitar Rp 5,34 juta yang terus meningkat hingga mencapai Rp 10,36 juta pada tahun STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

71 PERBANDINGAN REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Teluk Bintuni Tertinggi se-papua Barat Pertumbuhan ekonomi regional Papua Barat sebesar 27, 66 persen, yang terdongkrak karena adanya sektor migas di Kabupaten Teluk Bintuni. Teluk Bintuni sendiri memiliki laju pertumbuhan ekonomi fantastis, yaitu sebesar 249,04 persen 20 Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Papua Barat adalah pemekaran dari Kabupaten Sorong pada tahun Pada tahun 2010 terdapat 11 kabupaten/kota se- Papua Barat sebagai dampak adanya pemekaran Kabupaten Tabrauw dan Maybrat pada tahun Diantara ke-11 kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, Kota Sorong memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk selama tahun sebesar 4,80 persen. Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Tabrauw, yaitu jiwa. Sementara Sorong Selatan memiliki jumlah penduduk yang menempati urutan ke-8 atau terkecil keempat setelah Tabrauw (1), Teluk Wondama (2) dan Maybrat (4). PDRB per kapita yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat sekitar 29,62 juta rupiah tahun 2010 di Papua Barat. PDRB per kapita di Kabupaten Sorong Selatan masih jauh lebih kecil, yakni hanya mencapai 10,36 juta rupiah. PDRB per kapita tertinggi dicapai oleh Kabupaten Teluk Bintuni yang mencapai pendapatan fantastis, yaitu sebesar Rp 90,86 juta. Tingginya PDRB per kapita Teluk Bintuni disebabkan tingginya kontribusi sektor migas di daerah ini yang berasal dari LNG Tangguh yang merupakan penghasil gas alam cair. Bahkan LNG Tangguh di Teluk Bintuni merupakan salah satu dari 3 perusahaan LNG terbesar yang dimiliki oleh Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 adalah 27,66 persen. Gambar 20.1 Jumlah Penduduk Papua Barat menurut Kabupaten/Kota 2010 Tabrauw Teluk Wondama Maybrat Sorong Selatan Raja Ampat Kaimana Teluk Bintuni Fakfak Sorong Manokwari Kota Sorong Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Gambar 20.2 PDRB per Kapita Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 (Juta Rp) Sorong Selatan Teluk Wondama Kota Sorong Raja Ampat Papua Barat Teluk Bintuni 6,144 26,321 33,081 37,900 42,507 46,249 52,422 66,828 70, Maybrat Tabrauw Manokwari Kaimana Fakfak Sorong Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, , ,625 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Sorong Selatan hampir mendekati rata -rata lama sekolah Provinsi Papua Barat dengan selisih hanya 0,23 tahun saja. STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

72 20 PERBANDINGAN REGIONAL TPT Kota Sorong Tertinggi se-papua Barat Kota Sorong memiliki TPT tertinggi di Provinsi Papua Barat yang mencapai 15,72 persen, bahkan angkanya sangat jauh di atas TPT Papua Barat yang sebesar 7,68 persen. Sementara TPT terendah di Kabupaten Manokwari yang hanya sekitar 1,53 persen saja. Gambar 20.3 Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 Teluk Wondama Raja Ampat Sorong Tabrauw Sorong Selatan Maybrat Fakfak Kota Sorong Kaimana Manokwari Papua Barat Teluk Bintuni Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2010 Gambar 20.4 TPT Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Manokwari Tabrauw Sorong Selatan Teluk Wondama Sorong Raja Ampat Maybrat Teluk Bintuni Papua Barat Kaimana Fakfak Kota Sorong Sumber: Statistik Ketenagakerjaan Prov. Papua Barat, Menurut beberapa literatur, idealnya jika TPT rendah maka kemiskinan juga akan rendah, namun hal tersebut tidak berlaku untuk kabupaten/kota se -Provinsi Papua Barat. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Provinsi Papua Barat dicapai oleh Kabupaten Teluk Bintuni. Adanya LNG Tangguh mendongkrak laju pertumbuhan daerah ini dengan angka yang fantastis, yaitu sebesar 249 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah adalah sebesar 0,06 persen di Kabupaten Teluk Wondama. Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi daerah ini dipicu dari bencana alam, yaitu banjir bandang yang memporak-porandakan ibukota kabupaten, Wasior pada bulan Oktober Laju pertumbuhan ekonomi Sorong Selatan tergolong menengah karena menempati urutan ketujuh tertinggi atau terendah kelima se-papua Barat. Situasi kinerja ketenagakerjaan umumnya direpresentasikan oleh angka pengangguran atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Kabupaten Manokwari memiliki TPT terendah se-papua Barat, yaitu hanya sekitar 1,53 persen. Sementara TPT tertinggi, yaitu sebesar 15,72 persen dimiliki oleh Kota Sorong. TPT Papua Barat secara rata-rata pada tahun 2010 adalah sebesar 7,68 persen. Kecenderungan perkembangan TPT Papua Barat bergerak menurun selama tiga tahun terakhir, namun pada tahun 2010 TPT-nya justru meningkat dari 7,56 persen di tahun 2009 menjadi 7,68 persen. Berbeda dengan TPT Papua Barat, TPT Sorong Selatan justru menunjukkan kecenderungan naik sejak tahun Pada tahun 2008, TPT-nya menurun dibandingkan tahun 2007, yaitu dari 4,49 persen menjadi 3,17 persen. Tahun 2010, delapan kabupaten/ kota memiliki TPT dibawah TPT Provinsi Papua Barat 56 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

73 PERBANDINGAN REGIONAL Lebih dari Seperlima Penduduk Miskin di Papua Barat terdapat di Kabupaten Manokwari Jumlah penduduk miskin terbanyak di Kabupaten Manokwari, namun persentase penduduk miskin tertinggi justru di Kabupaten Teluk Bintuni, yang jauh lebih tinggi dari persentase penduduk miskin di Papua Barat (34,88%), yaitu sebesar 47,62 persen. 20 Secara agregat, jumlah penduduk miskin terbesar selama empat tahun terakhir selalu ditempati oleh Kabupaten Manokwari. Selama tahun jumlah penduduk miskin di Papua Barat terus menurun, namun pada tahun 2009 justru mengalami peningkatan, yaitu menjadi 256,84 ribu orang. Pada tahun 2010, jumlah penduduk menurun sebanyak 590 orang. Jumlah penduduk miskin terendah berada di Kabupaten Tabrauw, yaitu sebesar 2,80 ribu orang di tahun Sedangkan kemiskinan di Kabupaten Sorong Selatan menempati urutan ketujuh atau keempat terendah, yaitu sebanyak 10,60 ribu orang. Kemiskinan ditinjau dari persentase penduduk miskin terdapat fakta menarik bahwa meskipun Kabupaten Manokwari memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Papua Barat, namun persentase penduduk miskin tertinggi justru di Kabupaten Teluk Bintuni. Persentase penduduk miskin di Papua Barat sebesar 34,88 persen sedangkan persentase penduduk miskin di Sorong Selatan masih dibawah Papua Barat. Perkembangan pembangunan manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Papua Barat tahun 2010 mencapai 69,15 persen. Dalam pengkategorian IPM oleh UNDP capaian ini termasuk kedalam kelompok menengah. Capaian IPM Sorong Selatan juga termasuk menengah, meskipun angkanya masih dibawah Papua Barat. Capaian IPM tertinggi diraih oleh Kota Sorong, yaitu sebesar 77,18 persen dan capaian terendah berada di Kabupaten Tabrauw sebesar 50,51 persen. Gambar 20.5 Jumlah Penduduk Miskin Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 (000 orang) Raja Ampat Sorong Selatan Teluk Wondama Teluk Bintuni Kota Sorong Manokwari Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Prov. Papua Barat, 2010 CATATAN: Empat Kategori Pengelompokan IPM: IPM sangat tinggi : 90, persen IPM tinggi : 80,00-89,99 persen IPM menengah : 50,00-79,99 persen IPM rendah : kurang dari 50,00 persen Gambar 20.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua Barat menurut Kab/Kota Tahun 2010 (%) Raja Ampat Teluk Wondama Tabrauw Kaimana Maybrat Fakfak Sorong Sumber: BPS RI, Tabrauw Maybrat Sorong Selatan Teluk Bintuni Manokwari Sorong Papua Barat Kaimana Fakfak Kota Sorong STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

74

75 Lampiran Tabel STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

76 Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan menurut Kecamatan 2010 Kecamatan Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6 Tahun 2008 (diolah sendiri) Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Luas Wilayah Inanwatan Kokoda Kokoda Utara - Kais Matemani - Moswaren Teminabuan Konda - Seremuk Saifi - Wayer Sawiat Fkour - Sorong Selatan Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong Selatan menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2010 Distrik Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Total Inanwatan Kokoda Kokoda Utara Kais Matemani Moswaren Teminabuan Konda Seremuk Saifi Wayer Sawiat Fkour Sorong Selatan STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

77 Tabel 1.3 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Sorong Selatan 2010 Kelompok Umur Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Total Total STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

78 Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 Tahun menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2010 Jenis Kegiatan Utama Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, Sakernas Agustus 2010 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, Sakernas Agustus 2010 Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Total 1. Penduduk Usia Kerja (15+) a. Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran b. Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumahtangga Lainnya TPAK (%) 74,00 58,14 66,50 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) Kabupaten/Kota 4,65 3,16 4,03 Tabel 1.5 Indeks Pembangunan Manusia menurut Komponen dan Kab/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 Komponen IPM AHH AMH MYS PPP (000 Rp) Kab. Fak-Fak Kab. Kaimana Kab. Teluk Wondama Kab. Teluk Bintuni Kab. Manokwari Kab. Sorong Selatan Kab. Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Tabrauw Kab. Maybrat Kota Sorong Papua Barat IPM 61 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

79 Kabupaten/Kota Tabel 1.6 Garis Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin, dan Jumlah Penduduk Miskin Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, Sakernas Agustus 2010 menurut Kab/Kota di Papua Barat Tahun 2009 dan 2010 GK Rp./kap/bln Kemiskinan Tahun 2009 Po % Penduduk Miskin (000) GK Rp./kap/bln Kemiskinan Tahun 2010 Po % Penduduk Miskin (000) Kab. Fak-Fak 289, , Kab. Kaimana 226, , Kab. Teluk Wondama 296, , Kab. Teluk Bintuni 350, , Kab. Manokwari 341, , Kab. Sorong Selatan 209, , Kab. Sorong 223, , Kab. Raja Ampat 221, , Kab. Tambrauw 245, Kab. Maybrat 248, Kota Sorong 402, , Papua Barat 277, , STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

80 Lapangan Usaha Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sorong Selatan 2010 Tabel 1.7 PDRB ADHB dan ADHK menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sorong Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pertanian , , , , , ,96 2. Pertambangan dan Penggalian 4 656, , , , , ,03 3. Industri Pengolahan 1 274, , ,17 875,92 967, ,41 4. Listrik dan Air Bersih 2 678, , , , , ,11 5. Bangunan , , , , , ,47 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , ,26 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , , ,02 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3 752, , , , , ,55 9. Jasa-Jasa , , , , , ,84 Sorong Selatan , , , , , ,63 Tabel 1.8 Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sorong Selatan Lapangan Usaha Pertanian ,57 44,19 43,39 2. Pertambangan dan Penggalian ,59 1,69 1,65 3. Industri Pengolahan ,44 0,44 0,41 4. Listrik dan Air Bersih ,91 0,94 0,91 5. Bangunan ,27 19,02 21,43 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,03 13,74 13,11 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,89 4,62 4,33 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,28 1,37 1,46 9. Jasa-Jasa ,01 13,98 13,30 Sorong Selatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sorong Selatan STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2011

81 Tabel 1.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha Pertanian (6.56) ,69 3,64 4,82 2. Pertambangan dan Penggalian ,52 14,03 6,61 3. Industri Pengolahan ,84 10,50 3,88 4. Listrik dan Air Bersih ,34 14,83 3,41 5. Bangunan ,26 12,66 12,45 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,76 15,18 2,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,79 3,53 1,23 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (12.17) (14.16) ,12 2,65 12,87 9. Jasa-Jasa ,31 11,28 6,99 Sorong Selatan ,95 8,11 6,11 Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sorong Selatan 2010 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN

82

STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN 2014 ISSN : 2303-3479 No. Publikasi : 9106.14.07 Katalog BPS : 1102002.9106 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : x + 65 halaman Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

i STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2013 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN TAHUN 2013 i STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN 2013 ISSN : 2303-3479 No. Publikasi : 9106.13.02

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2010 STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2010 ISSN : - No. Publikasi : 91300.10.13 Katalog BPS : 1101001.9100 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH. DISTRIK WAYER BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG SELATAN

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH.  DISTRIK WAYER BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG SELATAN Katalog BPS : STATISTIK DAERAH DISTRIK WAYER 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SORONG SELATAN STATISTIK DAERAH DISTRIK WAYER 2013 STATISTIK DAERAH DISTRIK WAYER 2013 ISSN : - No. Publikasi : 9106.12.XX

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KEPULAUAN SEMBILAN 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KEPULAUAN SEMBILAN 2013 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN KEPULAUAN SEMBILAN 2013 ISSN : - No. Publikasi : 91080.13.33 Katalog BPS

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : STATISTIK DAERAH DISTRIK INANWATAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK STATISTIK DAERAH DISTRIK INANWATAN 2013 STATISTIK DAERAH DISTRIK INANWATAN 2013 ISSN : - No. Publikasi : 9106.12.XX Katalog

Lebih terperinci

ISSN : - No. Publikasi : 9106.14.55 Katalog BPS : 1102002.9106073 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vii + 21 halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan Gambar Kulit :

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN 2010 STATISTIK DAERAH KABUPATEN SORONG SELATAN ISSN : - No. Publikasi : 9106.10.06 Katalog BPS : 1101001.9106 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2013 STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2013 ISSN : 2089-0214 No. Publikasi : 91080.13.27 Katalog BPS : 1101002.9108 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

K a b u p a t e n S o r o n g S e l a t a n

K a b u p a t e n S o r o n g S e l a t a n K a b u p a t e n S o r o n g S e l a t a n Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa Indonesia yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan

Lebih terperinci

ISSN : - No. Publikasi : 9106.14.47 Katalog BPS : 1102002.9106011 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vii + 24 halaman Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Metamani Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

2 Statistik Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2016 STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2016 ISSN : 2089-0214 No. Publikasi : 91080.1626 Katalog BPS : 1101002.9108 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2014 STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2014 ISSN : 2089-0214 No. Publikasi : 91080.14.27 Katalog BPS : 1101002.9108 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL BARAT 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL BARAT 2014 ISSN : - No. Publikasi : 91080.14.29 Katalog BPS : 1102001.9108.012

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2013 ISSN : 2089-1938 No. Publikasi : 91300.13.11 Katalog BPS : 1101002.91 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 76 Naskah : Bidang Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

i STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT KEPULAUAN 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT KEPULAUAN 2012 ISSN : - No. Publikasi : 91080.12.46 Katalog BPS : 1101001.9108.051 Ukuran Buku : 17.6 cm

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT 2017 ISSN : 2089-0214 No. Publikasi : 91080.1704 Katalog BPS : 1101002.9108 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 70 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

LOGO BPS BADAN PUSAT STATISTIK

LOGO BPS BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : STATISTIK DAERAH DISTRIK TEMINABUAN 2013 LOGO BPS BADAN PUSAT STATISTIK STATISTIK DAERAH DISTRIK TEMINABUAN 2013 STATISTIK DAERAH DISTRIK TEMINABUAN 2013 ISSN : - No. Publikasi : 9106.12.XX

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT 2013 ISSN : - No. Publikasi : 91080.13.44 Katalog BPS : 1101001.9108.050 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT KEPULAUAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT KEPULAUAN 2014 ISSN : - No. Publikasi : 91080.14.46 Katalog

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAIGEO BARAT 2014 ISSN : - No. Publikasi : 91080.14.45 Katalog BPS : 1101001.9108.050

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT 2014 ISSN : 2089-1938 No. Publikasi : 91300.14.17 Katalog BPS : 1101002.91 Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 75 Naskah : Dian Faradila, SST Bidang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Bojongloa Kaler Katalog BPS nomor : 9213.3273.030 Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1536 Katalog BPS : 9213.3273.030

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATANTA SELATAN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATANTA SELATAN w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATANTA SELATAN 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATANTA SELATAN 2012 ISSN : - No. Publikasi : 91080.12.38 Katalog BPS : 1101001.9108.035

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2015).

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 ISSN : No. Publikasi : 918.14.35 Katalog BPS : 1112.918.33

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KOTA BLITAR 2013

STATISTIK DAERAH KOTA BLITAR 2013 STATISTIK DAERAH KOTA BLITAR 2013 No Publikasi : 35725.1102 Katalog BPS : 1101002.3572 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 cm x 25 cm : iv + 30 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN CIBIRU 2015 ISSN / ISBN : - No. Publikasi : 3273.1545 Katalog BPS : 9213.3273.110 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 12 halaman Naskah: Priatna Nugraha Badan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.30 Katalog BPS : 1102001.2171.080 Ukuran Buku: 25 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal.

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

ISSN : - No. Publikasi : 9106.12.XX Katalog BPS : 1101001.9106XXX Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 24 halaman Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Teminabuan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 No.66 /11/ 63 / Th XVIII / 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 1,94 juta orang atau terjadi penambahan sebesar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN MISOOL 2014 ISSN : - No. Publikasi : 91080.14.30 Katalog BPS : 1101001.9108.020 Ukuran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008 No. 04/05/91/Th. II,15 Mei 2008 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Februari 2008 mencapai 344.205 orang, bertambah 48.059 orang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci