HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang menentukan berbagai ukuran atau rata-rata ukuran partikel dalam sampel bubuk. Ukuran distribusi partikel ditetapkan dengan menggunakan hamburan cahaya dinamis. Hamburan cahaya dinamis (juga dikenal sebagai spektroskopi korelasi foton atau hamburan cahaya kuasi-elastis) adalah teknik dalam fisika yang dapat digunakan untuk menentukan profil distribusi ukuran partikel kecil dalam suspensi atau larutan. Pengukuran ukuran partikel sampel serbuk dilakukan dengan PSA dari Malvern Instrumen di kisaran nm. Mikroskop Transmisi Elektron (TEM) (Williams dan Carter 1996) Mikroskop elektron transmisi merupakan difraksi elektron dan mikroskop yang sering digunakan untuk mengamati struktur non-periodik seperti cacat kristal dan dapat mengungkapkan informasi berharga tentang fase intergrowth dan superstruktur. Elektron memiliki muatan karena sinar elektron akan berinteraksi dengan kerapatan elektron dan potensi coulombic dari inti atom yang di atasnya. Elektron berinteraksi sangat kuat dengan bahan maka hamburan elektron dari alat TEM ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan hamburan sinar-x. Elektron yang digunakan dalam transmisi mikroskop elektron ini dihasilkan oleh filamen yang dipanaskan dalam elektron gun termionik kemudian dipercepat melalui beda potensial. Elektron ini difokuskan oleh serangkaian medan elektromagnetik yang disebut sebagai lensa dan digunakan untuk mengendalikan faktor-faktor seperti balok aperture resolusi, pembesaran final dan dapat beralih menjadi gambar langsung dan mode difraksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang tutut kering yang sudah terpisah dari dagingnya, dihaluskan dan dikalsinasi pada suhu 1000 C selama 5 jam dapat dilihat pada Gambar 4. a b c Gambar 4 (a) Cangkang tutut kering, (b) serbuk halus dan (c) serbuk hasil kalsinasi

2 18 Hasil ball-mill cangkang tutut kering berupa serbuk halus berwarna putih kekuningan yang digunakan untuk analisis komposisi. Setelah kalsinasi serbuk berwarna putih yang digunakan sebagai bahan dasar dalam proses sintesis. Analisis Komposisi Cangkang Tutut Sebelum Kalsinasi Analisis sampel kadar air dan kadar abu dalam cangkang tutut belamya javanica kering sebelum kalsinasi menggunakan metode gravimetri, sedangkan analisis komposisi unsur-unsurnya menggunakan spektroskopi serapan atom (AAS) dan UV-Vis yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Hasil pengujian kadar abu menunjukkan bahwa cangkang tutut memiliki kadar abu 54.57%. Dalam proses pembakaran, bahan bahan organik akan terbakar menjadi CO 2 dan logam menjadi oksida logamnya. Bobot yang hilang merupakan bahan organik yang dapat dikonversi menjadi kadar C-Organik setelah dikalikan 0.58, maka hasil perhitungan diperoleh kadar C-Organik sebesar 31.65% (Eviati dan Sulaeman 2012). Cangkang tutut mengandung mengandung senyawa CaCO 3. Hasil analisis sampel serbuk cangkang tutut menunjukkan bahwa kandungan kalsium yang terdapat dalam cangkang tutut adalah 64.73%. Kadar kalsium cangkang keong sawah dalam penelitian Winata (2012) sebesar 52% dan kadar kalsium cangkang keong dari penelitian Lugina (2013) sebesar 68.41% sehingga cangkang tutut yang kaya akan mineral kalsium ini cocok digunakan sebagai sumber kalsium untuk sintesis hidroksiapatit. Tutut hidup di tanah sawah berlumpur, oleh karena selain kalsium yang terdapat dalam cangkang diduga terdapat unsur lain yang terkandung dalam cangkang tutut yaitu magnesium, fosfor, natrium, besi, mangan, tembaga dan seng. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh komposisinya memiliki kadar dibawah 0.05%, sedangkan kadar tertinggi sebesar 0.08% berasal dari unsur besi (Lampiran 4). Kadar ini masih dibawah syarat mutu yaitu 2.00% berdasarkan persyaratan dalam SNI yang mengindikasikan bahwa cangkang tutut ini tidak termasuk limbah organik domestik yang membahayakan. Hasil Analisis XRD dan EDS Cangkang Tutut Sebelum Kalsinasi Kalsium dalam cangkang tutut memiliki satu komposisi fasa yaitu kalsium karbonat (CaCO 3 ). Hasil analisis difraksi sinar-x (XRD) menunjukkan bahwa serbuk cangkang tutut sebelum kalsinasi memiliki fasa utama adalah fasa aragonit (CaCO 3 ) dan fasa calcite (CaCO 3 ), Gambar 5.

3 19 Gambar 5 (a) Difraktogram sinar-x contoh cangkang tutut sebelum kalsinasi, (b) difraktogram sinar-x CaCO 3 dari basis data instrumen Pola difraksi sinar-x fasa utama CaCO 3 (Aragonite) dicirikan oleh puncak difraksi di sekitar sudut berstruktur orthorhombic dengan parameter kisi a = Å, b = Å, dan c = Å. Fasa minor yaitu fasa calcite ditemukan pada sudut berstruktur heksagonal dan parameter kisi a = Å, b = Å, dan c = Å. Analisis difraksi sinar-x terhadap serbuk cangkang tutut menunjukkan bahwa CaCO 3 merupakan komponen utama. Data hasil analisis XRD cangkang tutut sebelum kalsinasi dapat dilihat pada Lampiran 5a dan Gambar sistem kristal dapat dilihat pada Lampiran 6. Analisis unsur menggunakan EDS pada sampel cangkang tutut dilakukan sebelum kalsinasi. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis EDS cangkang tutut sebelum kalsinasi No. Unsur Kandungan % (b/b) 1. Kalsium (Ca) ± Oksigen (O) ± Karbon (C) 0.89 ± 0.3 Kandungan unsur cangkang tutut sebelum kalsinasi yang diukur menggunakan EDS menunjukkan kandungan tertinggi didominasi unsur kalsium (Ca) sebesar 62.96% lalu oksigen (O) % kemudian karbon (C) 0.89%. Pengujian EDS pada suatu titik/spot hanya menghasilkan keluaran dalam bentuk persentase unsur saja (bukan senyawa). Pengujian ini dilakukan untik memastikan bahwa kandungan unsur utama cangkang tutut adalah kalsium, oksigen dan karbon sehingga dapat diindikasikan bahwa terdapat unsur penyusun fasa dari CaCO 3. Hasil Analisis XRD dan EDS Cangkang Tutut Setelah Kalsinasi Proses kalsinasi diperlukan sebelum sintesis hidroksiapatit untuk mengubah kandungan CaCO 3 cangkang tutut menjadi CaO lalu terhidrasi pada suhu ruang menjadi Ca(OH) 2. Hasil pengukuran pola difraksi sinar-x cangkang tutut setelah kalsinasi dapat dilihat pada Gambar 6.

4 20 Gambar 6 Difraktogram sinar-x sampel cangkang tutut kering setelah kalsinasi Hasil analisis difraksi sinar-x (XRD) menunjukkan bahwa fasa utama cangkang tutut serbuk setelah kalsinasi adalah porlandite (Ca(OH) 2 ) yang dicirikan oleh puncak difraksi pada sudut dengan struktur heksagonal dan parameter kisi a = Å, b = Å, dan c = Å. Identifikasi fasa ini merujuk pada literatur Swanson dan Tatge (1953) bahwa pola difraksi sinar-x porlandite atau Ca(OH) 2 berada di sekitar sudut (Lampiran 5b). Dengan demikian cangkang tutut ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan HAp. Analisis unsur menggunakan EDS pada sampel cangkang tutut dilakukan sesudah kalsinasi. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil analisis EDS cangkang tutut setelah kalsinasi No. Unsur Kandungan % (b/b) 1. Kalsium (Ca) ± Oksigen (O) ± Karbon (C) 0.87 ± 0.2 Kandungan unsur cangkang tutut setelah kalsinasi menunjukkan kandungan penurunan kadar Ca menjadi 58.60%, O 40.53% dan C menjadi 0.87%. Tahap kalsinasi cangkang tutut berlangsung ada suhu 1000 C dan waktu selama 5 jam. Kondisi ini menyebabkan seluruh komponen organik cangkang tutut terbakar habis menjadi CO 2 dan H 2 O (Adak dan Purohit 2011). Langkah ini juga dapat membebaskan gas CO 2 dari fasa kalsium karbonat. Dengan demikian di akhir proses kalsinasi, seluruh cangkang tutut diharapkan dapat berubah menjadi CaO. Serbuk CaO yang terbentuk kemudian dibiarkan kontak dengan atmosfer pada suhu kamar selama 12 jam agar terjadi hidrasi sehingga menghasilkan Ca(OH) 2. Sintesis Hidroksiapatit dengan Metode Presipitasi dan Hidrotermal Sintesis nanopartikel HAp yang paling banyak dilakukan adalah metode presipitasi basah atau presipitasi kimia. Metode ini sering digunakan karena jumlah produk HAp yang dihasilkan relatif lebih banyak dan tanpa menggunakan

5 pelarut organik (Cunniffe et al. 2010). Larutan H 3 PO 4 sebagai sumber fosfat bersifat asam, maka diperlukan pemantauan dan penyesuaian ph yang baik agar dapat menghasilkan senyawa hidroksiapatit. Apabila ph larutan turun hingga di bawah 9 atau 7 akan menyebabkan terbentuknya kalsium monofosfat dan kalsium dehidrat yang mudah larut dalam air (Afshar et al. 2003). Oleh karena itu proses ini harus menggunakan ph meter sebagai pemantau ph dan larutan NH 4 OH 1 M digunakan sebagai penyesuai ph sehingga larutan tetap pada ph Proses sintesis HAp menggunakan metode hidrotermal dilakukan melalui reaksi anion PO 4-3 yang mengendap perlahan dalam suspensi kation Ca 2+ pada ph rendah (Santos et al. 2004). H 3 PO 4 diteteskan pada suspensi Ca(OH) 2, agar ion hidroksil pada suspensi Ca(OH) 2 habis bereaksi dengan larutan H 3 PO Hasil Analisis Menggunakan XRD Pengukuran pola difraksi sinar-x dan identifikasi fasa sampel HAp hasil sintesis dengan metode presipitasi (Gambar 7) dicirikan oleh puncak difraksi di antara sudut Gambar 7 Difraktogram sinar-x HAp hasil sintesis metode presipitasi Gambar 7 memperlihatkan pola difraksi sinar-x yang dicirikan oleh munculnya puncak difraksi intensitas sedang pada sudut dan 39 53, dua puncak agak lemah di dan 64 72, tiga puncak yang melebar di antara sudut Hasil analisis dari pola difraksi sinar-x dengan cara pencocokan terhadap data Joint Cristal Powder Diffraction Standard (JCPDS) no (Lampiran 7d) menunjukkan bahwa sampel merupakan fasa tunggal yaitu fasa hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2. Hasil analisis yang dilakukan Lee (2009) menggunakan program general structure analysis system (GSAS) menunjukkan struktur HAp adalah struktur heksagonal. Hasil pengukuran pola difrakasi sinar-x metode hidrotermal dan identifikasi fasa HAp dapat dilihat pada Gambar 8.

6 22 Gambar 8 Difraktogram sinar-x HAp hasil sintesis metode hidrotermal Hasil identifikasi pada Gambar 8 menunjukkan HAp hasil sintesis menggunakan metode hidrotermal terdiri dari dua fasa, yaitu fasa hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 dan fasa lime (CaO). Pembentukan HAp yang dicirikan oleh puncak dengan intensitas sedang di sekitar sudut dan sekumpulan puncak di sudut dua puncak agak lemah di empat puncak yang berdekatan di dengan rasio intensitas umumnya 3:2:2:1, dan dua puncak lemah yang saling berdekatan di sudut Fasa CaO teramati pada sudut dan Menurut Afshar et al dan Santos et al. 2004, fasa yang teramati pada sudut adalah pengotor yang merupakan indikator terhadap kemurnian produk HAp. Hasil analisis menggunakan program GSAS menunjukkan fasa hidroksiapatit memiliki struktur heksagonal dan fasa lime dengan struktur kubik. Sintering perlu dilakukan untuk mendapatkan HAp murni. Selain hidroksiapatit, dapat terbentuk fasa apatit karbonat tipe A (AKA), bahkan masih ada sisa asam fosfat yang belum bereaksi dengan kalsium karbonat. Fase AKA dapat muncul karena adanya gugus hidroksil pada struktur HAp yang ditempati oleh gugus karbonat (Dahlan 2013). Berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan pada kedua metode terlihat perbedaan pada lebar FWHM (Full Weight Half Maximum) yang mengindikasikan adanya perbedaan ukuran kristal dan derajat kristalin (Dahlan 2013). Banyaknya kandungan kristal dalam suatu material diperoleh dengan membadingkankan luasan kurva kristal dengan luasan kurva amorf dan kristal. Derajat kristalinitas yang diperoleh dari metode presipitasi adalah 79.83% sedangkan metode hidrotermal 85.99%. Metode presipitasi memiliki kurva FWHM yang relatif lebih lebar sehingga derajat kristalinnya lebih rendah dibandingkan metode hidrotermal. Derajat kristalinitas yang diperoleh dari hasil penelitian Winata (2012) menggunakan bahan cangkang keong dengan metode presipitasi sedikit lebih rendah yaitu 78.19%. Hasil Analisis Menggunakan EDS Hasil sintesis pada metode presipitasi dan hidrotermal diaanalisis unsurnya menggunakan EDS. Spektrum energi yang dihasilkan menunjukkan unsur mayoritas yang terkandung di dalam sampel HAp hasil sintesis dengan metode hidrotermal dan presipitasi adalah kalsium (Ca), phospor (P), oksigen (O). Kandungan unsur yang ada di dalam sampel cangkang tutut setelah proses sintesis ditunjukkan pada Tabel 6.

7 23 Tabel 6 Hasil analisis unsur cangkang tutut metode presipitasi dan hidrotermal menggunakan EDS No. Unsur Kandungan (wt.%) Presipitasi Hidrotermal 1. Kalsium (Ca) 36,18 ± ± Phospor (P) ± ± Oksigen (O) ± ± 5.6 Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan EDS menunjukkan bahwa rasio molar Ca/P pada sampel hasil sintesis metode presipitasi menghasilkan rasio molar Ca/P sebesar Hal ini menunjukkan bahwa HAp hasil sintesis menggunakan metode presipitasi mengandung unsur kalsium sedikit berlebih dan mendekati stoikhiometri fasa HAp standar. Dengan demikian sampel HAp yang dihasilkan diduga memiliki satu komposisi fasa. Serbuk HAp yang memiliki stoikiometri yang tepat yaitu rasio molar Ca/P sebesar 1.67 dapat menghasilkan sifat mekanis HAp yang unggul (Chow 2009). Sedangkan hasil sintesis menggunakan metode hidrotermal menghasilkan rasio molar Ca/P sebesar Kondisi ini menunjukkan bahwa pada sampel mengandung unsur kalsium yang berlebih sehingga memungkinkan sekali akan terbentuk fasa lain selain fasa HAp. Hal yang sama pernah terjadi pada hasil penelitian Santos et al (2004), bahwa ion hidroksil pada suspensi Ca(OH) 2 diharapakan habis bereaksi dengan larutan H 3 PO 4, namun ternyata ada sejumlah kandungan Ca terperangkap dalam HAp yang mengendap dan membentuk fasa CaO. Hasil Analisis Menggunakan FTIR Analisis spektrum FTIR dilakukan untuk mengetahui gugug fungsi yang terdapat pada senyawa hasil sintesis. Gugus fungsi pada HAp ditandai dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang cm -1. Spektrum infra merah HAp hasil sintesis metode presipitasi dan hidrotermal disajikan pada Gambar 9 dan analisis terhadap puncak-puncak serapannya disajikan pada Tabel 7. Gambar 9 Spektra gugus fungsi HAp hasil sintesis metode (a) presipitasi dan (b) hidrotermal.

8 24 Rasio intensitas sebagai fungsi frekuensi cahaya memberikan spektrum dalam bentuk transmisi, refleksi, dan absorbansi. Banyaknya getaran yang terjadi secara bersamaan menghasilkan spektrum penyerapan yang sangat kompleks dan memberikan karakteristik unik dari kelompok fungsional berupa molekul dan konfigurasi atom. Secara rinci puncak-puncak absorbansi dari spektra FTIR diperlihatkan pada Tabel 7. Presipiasi , , , , , Tabel 7 Puncak-puncak absorbansi dari spektrum FTIR Bilangan gelombang (cm 1 ) Hidrotermal Interpretasi Gugus Fungsi , Gugus kalsium oksida (CaO) (Ji et al.2009) , , , Gugus fosfat (PO 3-4 ) , , , (Destainville et al. 2003) Gugus karbonat (CO 2-3 ) (Meejoo et al. 2006) Gugus karbon dioksida (CO 2 ) (Siva Rama Krishna et al. 2007) , Gugus hidroksil (OH - ) (Raynaud et al. 2002) Puncak-puncak absorbansi gugus fosfat (PO 4 3- ) dicirikan adanya serapan pada bilangan gelombang sekitar 470, , 963, cm -1. Spektrum HAp yang dihasilkan dari metode presipitasi dan hidrotermal menunjukkan serapan pada rentang bilangan gelombang cm -1 yang mengindikasikan adanya vibrasi P O dari gugus PO 4. Metode presipitasi dan hidrotermal menghasilkan spektrum pada bilangan gelombang sekitar cm -1 hal ini sesuai dengan serapan bilangan gelombang untuk gugus fungsi CO 3 2- (Meejoo et al. 2006). Gugus karbonat (CO 3 2- ) yang muncul pada bilangan gelombang cm -1 mengindikasi adanya vibrasi C O dari gugus CO 3. Adanya gugus OH pada HAp hasil sintesis metode presipitasi dan hidrotermal ditunjukkan dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang sekitar cm -1. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan Raynaud et al bahwa gugus OH muncul pada bilangan gelombang cm -1. Adanya gugus OH, PO 4, mengindikasikan telah terbentuk fasa hidroksiapatit dengan baik sedangkan keberadaan gugus CO 3 dalam campuran senyawa berada pada intensitas yang kecil sehingga kemungkinan terbentuk fase amorf. Hasil Analisis menggunakan SEM Pengamatan morfologi menggunakan SEM untuk partikel HAp yang di sintesis mengalami sedikit kendala karena partikel tersebut mengalami aglomerasi sehingga menyulitkan untuk benar-benar mengatahui morfologi dari partikel tunggal HAp. Kristal HAp cenderung aglomerat (Dedourkova et al. 2012) dengan

9 rentang ukur dan rata-rata ukuran kristalnya sekitar 50 nm (Binnaz dan Koca 2009). Untuk lebih memastikan morfologi dari partikel HAp maka dilakukan preparasi sampel untuk uji SEM dengan teknik pelapisan menggunakan emas. Gambar 10 memperlihatkan hasil pengamatan morfologi sampel HAp hasil sintesis metode presipitasi dan hidrotermal menggunakan SEM dengan perbesaran 2500 kali. 25 (a) (b) Gambar 10 Citra SEM HAp hasil sintesis metode (a) presipitasi dan (b) hidrotermal Morfologi pada kedua produk HAp menunjukkan aglomerasi dengan karakteristik partikel tunggalnya cenderung bulat-bulat. Morfologi HAp hasil sintesis metode presipitasi membentuk gumpalan-gumpalan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang dihasilkan dengan metode hidrotermal. Hal ini menunjukkan HAp hasil sintesis metode hidrotermal mengalami aglomerasi partikel, sehingga sangat sulit untuk mendispersikan partikel-partikel tersebut tanpa harus disonikasi terlebih dahulu (Binnaz dan Koca, 2009). Hasil Analisis menggunakan PSA Pengukuran distribusi ukuran partikel menggunakan PSA pada metode presipitasi dan hidrotermal dapat dilhat pada Gambar 11 yang memperlihatkan hubungan antara ukuran partikel tunggal dengan jumlah partikel yang terdistribusi dalam sistem koloid. Secara rinci distribusi ukuran partikel pada sampel HAp hasil sintesis menggunakan metode presipitasi dan hidrotermal diperlihatkan pada Lampiran 8.

10 26 (a) (b) Gambar 11 Distribusi ukuran partikel metode statistik HAp hasil sintesis metode (a) presipitasil dan (b) hidrotermal menggunakan PSA HAp hasil sintesis metode presipitasi memiliki ukuran partikel antara nm sampai nm, sedangkan metode hidrotermal antara nm sampai nm. Suatu partikel dikategorikan sebagai partikel nano jika memiliki ukuran nm (Winarno, 2009). Metode presipitasi menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan metode hidrotermal, dihasilkan HAp dengan ukuran <100 nm sebanyak 50%, sedangkan metode hidrotermal tidak dapat mencapai ukuran tersebut. Namun demikian hasil yang diperoleh ini masih lebih besar dari hasil penelitian Binnaz & Koca (2009) yang melaporkan HAp hasil sintesisnya mencapai ukuran 50 nm Analisis PSA menunjukkan adanya ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel, tidak semua partikel. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan tumbukan yang terjadi antara partikel yang berukuran

11 kecil dengan partikel yang berukuran besar. Resultan tumbukan yang berlangsung dari segala arah ini menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag atau gerak Brown yang diinterpretasikan dalam bentuk distribusi ukuran partikel (Maorters dan Peres 2010). 27 Hasil Analisis menggunakan TEM Hasil pengamatan ukuran partikel HAp hasil sintesis diamati menggunakan TEM dapat dilihat pada Gambar 12. Nampak bahwa HAp hasil metode presipitasi telah memiliki ukuran partikel nano dengan diameter nm dan rata-rata diameter agregat sekitar nm. (a) (b) Gambar 12 Pengamatan partikel HAp hasil sintesis metode (a) presipitasi dan (b) hidrotermal menggunakan TEM HAp hasil sintesis metode presipitasi ini memiliki ukuran partikel lebih kecil dibandingkan dengan ukuran partikel HAp dengan metode yang sama hasil penelitian Cunniffe et al. (2010) dan Dedourkova et al. (2012). Cunniffe et al. (2010) telah melakukan sintesis nanopartikel HAp dengan metode presipitasi yaitu H 3 PO 4 ditambahkan pada Ca(OH) 2 pada suhu kamar dengan pengadukan sonikasi selama10 menit dan ph larutan 9.5 diperoleh ukuran partikel kurang dari 100 nm.

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 12 lebih dingin terjadi proses supersaturasi dan pengendapan kristal (Agustinus 2009). Metode hidrotermal mempunyai beberapa kelebihan, yaitu (Lee et al. 2000) : 1. Temperatur relatif rendah untuk reaksi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Hidroksiapatit

Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Hidroksiapatit 3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian memiliki informasi tentang peluang pemanfaatan cangkang tutut. Cangkang tutut merupakan limbah dari bahan pangan tutut yang akhir-akhir ini banyak dikonsumsi. Kalsium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

Hubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25

Hubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25 Hubungan kristalinitas sampel CaO, CaO pada 0,08 dan CaO pada 0,25 Sampel 2 ( o ) Tinggi Puncak, I (counts) I/Io % Kristalinitas Kristalinitas CaO > CaO pada 0,25 > CaO pada 0,08 CaO 37,34 1248,68* 1 100

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Bahan Baku Limbah sisa produksi fillet ikan nila sebanyak 120 kg diperoleh dari PT. Aqua Farm Nusantara, Semarang dengan kondisi limbah terdiri dari kepala, tulang, sisa

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik, 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik,, dan Laboratorium Penelitian, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan dilakukan uji proksimat kulit udang dan penentuan waktu proses perendaman kulit udang dengan larutan HCl yang terbaik. Uji

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Darah dengan Proses Hidrotermal Variasi Suhu dan ph Bona Tua 1), Amun Amri 2), dan Zultiniar 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2) Dosen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit 3 Uji Mikrostruktur dengan SEM Sampel ditempelkan pada cell holder kemudian disalut emas dalam keadaan vakum selama waktu dan kuat arus tertentu dengan ion coater. Sampel dimasukkan pada tempat sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO Cicik Herlina Yulianti 1 1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan Abstrak Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran Analisis dengan spektrofotometri inframerah (IR) bertujuan mengetahui adanya gugus fungsi pada suatu bahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP : Pengaruh Konsentrasi NaOH/Na 2 CO 3 Pada Sintesis CaOMgO Menggunakan Metode Kopresipitasi TUGAS AKHIR Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP : 1409100015 Dosen Pembimbing : Dr. Didik Prasetyoko., M.Sc. TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt% BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada pembuatan nanofiber Poly(ethylene oxide)(peo)/tio 2, ada beberapa proses yang harus dilewati.

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci