4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan dilakukan uji proksimat kulit udang dan penentuan waktu proses perendaman kulit udang dengan larutan HCl yang terbaik. Uji proksimat kulit udang yang dilakukan pada penelitian ini meliputi penentuan kadar air, kadar lemak, kadar protein dan kadar abu. Berdasarkan uji proksimat, kulit udang jerbung memiliki kadar air yakni 72,63% (bb). Produk perikanan umumnya memiliki kadar air yang tinggi. Menurut penelitian Suparno dan Nurcahyo (1984) kulit udang segar memiliki kadar air sebesar 81,6% (bb). Perbedaan kadar air tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jenis udang dan tingkat kekeringan sampel yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan uji proksimat, kulit udang jerbung memiliki kadar lemak sebesar,97% (bk), hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak pada kulit udang tergolong rendah. Menurut literatur kadar lemak pada kulit udang yakni 9,8% (bk) (Ravichandran et al. 29). Perbedaan kadar lemak dipengaruhi oleh jenis udang dan fase hidup udang saat dipanen. Udang pada fase molting mengandung kadar lemak yang lebih tinggi (Cuzon dan Guillaume 21). Hasil analisis kadar protein dan kadar abu kulit udang jerbung (Penaeus merguiensis deman) menunjukkan nilai yang relatif sama dengan hasil penelitian Ravichandran et al. (29). Kadar protein udang jerbung sebesar 3,41% (bk). Menurut literatur kadar protein kulit udang putih (Penaeus indicus) sebesar 32,5% (bk) (Ravichandran et al. 29). Kadar abu pada kulit udang jerbung sebesar 25,32% (bk). Ravichandran et al. (29) menambahkan, kulit udang memiliki kadar mineral sebesar 26,6% (bk). Hal ini menunjukkan jenis udang yang berbeda memiliki kadar abu yang relatif sama. Komposisi kimia kulit udang jerbung hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi kalsium dengan perlakuan waktu perendaman bahan selama jam atau tanpa perlakuan, 24 jam, 48 jam dan 72 jam pada suhu ruang. Waktu proses yang terpilih adalah yang mampu melarutkan kalsium semaksimal mungkin.

2 Tabel 4. Komposisi kimia kulit udang hasil uji proksimat Komposisi Jumlah (%) Jumlah (%) (bk) (bb) Air 72,63 5,61 Lemak,26,97 Protein 8,32 3,41 Abu 6,93 25,32 Keterangan: bb = berat basah, bk = berat kering Hasil perendaman yang memiliki kadar kalsium terbaik akan digunakan pada penelitian utama. Hasil ekstraksi adalah larutan CaCl 2 yang kemudian melalui presipitasi dengan larutan NaOH diperoleh endapan Ca(OH) 2. Endapan Ca(OH) 2 tersebut diabukan dan dipijarkan pada suhu 55 o C sehingga diperoleh tepung hasil recovery. Tepung hasil recovery tersebut, kemudian dianalisis secara kimia melalui uji atomic absorption spectrophotometry (AAS). Mineral memiliki sifat larut asam, sehingga demineralisasi menyebabkan ikatan antara mineral dengan kitin terputus. Oleh karena itu, waktu perendaman (retention time) kulit udang di dalam larutan HCl 1 N akan mempengaruhi penurunan kadar mineral pada proses pembuatan kitin (Mahmoud et al. 27) Rendemen Tepung Hasil Recovery Rendemen merupakan persentase dari perbandingan kadar mineral terhadap bahan baku sebelum mengalami perlakuan. Rendemen tepung hasil recovery dari yang diperoleh dengan perlakuan waktu perendaman HCl 1 N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam berturut-turut sebesar 2,58%; 1,75%; 1,33%; 2,3% (bb). Data rendemen tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 9. Tabel 5. Rendemen tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang Rendemen (%) 1. 2,58 ±, ,75 ±, ,33 ±, ,4 ±,37

3 waktu perendaman HCl 1 N yang berbeda memberikan pengaruh terhadap rendemen tepung hasil recovery tersebut. tanpa perendaman HCl 1 N ( jam) menghasilkan rendemen tertinggi yakni sebesar 2,58%. Hal ini dipengaruhi oleh tepung hasil recovery hasil perlakuan tanpa perendaman dalam HCl 1 N ( jam) memiliki kadar air yang relatif tinggi yakni sebesar 5,9%, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. waktu perendaman HCl 1 N selama 48 jam menghasilkan rendemen terendah yakni sebesar 1,33%. Hal ini dipengaruhi oleh kadar air pada tepung hasil recovery tersebut yang relatif rendah yakni sebesar 2,8%, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Grafik rendemen tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar 8. Rendemen tepung hasil recovery (%) 3 2,5, 2 1,5, 1,5, 2,58 1,75 1,33 2,3 Rendemen (%) jam 24 jam 48 jam 72 jam Waktu perendaman Gambar 8. Grafik rendemen tepung hasil recovery dari 4.3. Komposisi Mineral Tepung Hasil Recovery Analisis kimia tepung hasil recovery dilakukan melalui uji atomic absorption spectrophotometry (AAS). Berdasarkan analisis AAS, tepung hasil recovery dari mengandung komposisi makromineral seperti Ca, Mg, P, K serta mikromineral seperti Mn, Fe, Cu dan Zn. Komponen makromineral dan mikromineral pada tepung hasil recovery dari merupakan mineral utama penyusun kulit udang. Makromineral utama penyusun jaringan kulit udang antara lain

4 kalsium, magnesium, kalium dan fosfor. Mikromineral utama penyusun jaringan kulit udang adalah mangan, tembaga, besi dan seng (Guillaume et al 21) Komponen makromineral (Ca, Mg, K dan P) Kadar kalsium (Ca) pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang berkisar antara 63,32% - 91,1% (bk). Kadar kalsium terendah diperoleh dari perlakuan waktu perendaman HCl 1 N selama jam yaitu sebesar 63,32% (bk). Kadar kalsium terbesar diperoleh dari perlakuan perendaman 72 jam yakni sebesar 91,1% (bk). Kadar kalsium pada produk kalsium komersial American Elements yakni sebesar 99%. Hasil analisis kadar kalsium pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 9. Tabel 6. Kadar kalsium tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang Kadar Ca (%) 1. 63,32 ± 4, ,38 ± 7, ,42 ± 2, ,1± 2,99 Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar kalsium semakin meningkat seiring pertambahan waktu perendaman kulit udang dalam larutan HCl 1 N. Proses perendaman meningkatkan kadar mineral yang terlarut. Menurut Flick et al. (2), perendaman kulit udang dalam asam klorida selama dua hingga tiga hari membantu proses demineralisasi secara maksimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmono (1991) diacu dalam Darmono (1995) kulit udang mengandung 98,5% kalsium dari total mineral. Tepung hasil recovery dari memiliki komposisi utama berupa mineral kalsium. Kalsium merupakan penyusun utama dari kulit udang (Gilberg dan Stenberg 21 diacu dalam Kelly et al. 25). Grafik kadar kalsium pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dapat dilihat pada Gambar 9.

5 Kadar kalsium tepung hasil recovery (%) ,32 67,38 88,42 91,1 Kadar Kalsium jam 24 jam 48 jam 72 jam Waktu perendaman Gambar 9. Grafik kadar kalsium tepung hasil recovery dari Kalsium yang dihasilkan dari proses recovery merupakan jenis kalsium CC. Menurut SNI , jenis kalsium CC adalah kalsium yang dihasilkan dari proses reaksi dan pengendapan (BSN 1989 a ). Tepung hasil recovery dari mengandung kalsium yang memiliki ikatan kimia berupa kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida dikenal dengan nama kapur tohor. Kalsium oksida (CaO) diperoleh dari pemanasan kalsium karbonat (CaCO 3 ) (Igoe dan Hui 21). Kalsium dan magnesium adalah mineral yang terkandung dalam makhluk hidup. Magnesium merupakan salah satu makromineral yang berperan dalam sistem fisiologis hewan yang berhubungan erat dengan kalsium serta fosfor. Magnesium (Mg) sebagian besar berada pada jaringan tulang yakni sebesar 7% dari total Mg pada makhluk hidup (Darmono 1995). Mineral kalsium (Ca), fosfor (P) dan magnesium (Mg) merupakan logam ringan yang berguna untuk pembentukan kutikula pada ikan dan udang (Guillaume et al. 21). Hasil analisis AAS menunjukkan tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dengan perlakuan perendaman HCl 1 N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam memiliki kadar magnesium berturut-turut sebesar 1,35%; 1,78%;,9%; 4,2% (bk). Kadar magnesium pada kulit udang Pandalus borealis sebesar 1,94% dari total mineral (Mahmoud et al. 27). Kadar magnesium pada udang dipengaruhi oleh jenis udang dan sumber pakan.

6 Pakan udang yang banyak mengandung protein dapat meningkatkan daya serap magnesium di dalam tubuh (Kaushik 21). Hasil analisis kadar magnesium pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 1. Tabel 7. Kadar magnesium tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang Kadar magnesium (%) 1. 1,35 ± 1, ,78 ± 2, ,9 ±,1 4. a 72 a 4,2 a ± 1,59 Kadar magnesium terendah diperoleh dari perlakuan perendaman HCl 1 N selama 48 jam yaitu,9% (bk). Hal ini dipengaruhi oleh proses presipitasi yakni penambahan NaOH. Penambahan NaOH pada magnesium klorida (Mg(Cl) 2 ) akan membentuk endapan Mg(OH) 2 (Cotton dan Wilkinson 27). Namun, proses presipitasi yang tidak mencapai tetapan pengendapan (Ksp) magnesium akan menghasilkan kadar magnesium yang rendah. Grafik kadar magnesium pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar 1. Kadar magnesium tepung hasil recovery (%) ,2 1,78 1,35,9 jam 24 jam 48 jam 72 jam Kadar Magnesium (%) Waktu perendaman Gambar 1. Grafik kadar magnesium tepung hasil recovery dari

7 Berdasarkan analisis AAS tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang mengandung mineral kalium (K). Kadar kalium (K) yang dihasilkan dari perlakuan perendaman HCl 1 N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam berturut-turut sebesar,7%;,3%;,3%;,1% (bk). Kadar kalium terendah pada perlakuan waktu perendaman HCl 1 N selama 72 jam. Kadar kalium tertinggi pada perlakuan tanpa perendaman HCl 1 N ( jam). Hasil pengujian kadar kalium tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 11. Tabel 8. Kadar kalium dari tepung hasil recovery demineralisasi kulit udang Kadar kalium (%) 1.,7 ±, ,3 ±, ,3 ±, ,1 ±, Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase kadar kalium semakin menurun seiring dengan pertambahan waktu perendaman kulit udang pada larutan HCl 1 N. Penurunan persentase kadar kalium tersebut berbanding terbalik dengan persentase kenaikan kadar kalsium. Kalium dan kalsium merupakan logam yang berada pada periode 4 pada sistem periodik. Kalium merupakan logam golongan 1A dan kalsium merupakan logam golongan IIA. Kalium lebih mudah terekstrak dibandingkan kalsium, karena memiliki jari-jari atom yang lebih besar dibandingkan kalsium. Hal ini mempengaruhi sifat kelarutan kalium, sehingga menjadi lebih mudah terekstraksi dibandingkan dengan kalsium pada saat proses demineralisasi. Kulit udang Pandalus borealis memiliki kadar kalium sebesar,27% dari total mineral (Mahmoud et al. 27). Kadar kalium hasil penelitian yang berbeda dengan literatur dipengaruhi oleh perbedaan jenis udang dan lingkungan. Komponen kalium pada udang sebagian besar berasal dari lingkungan perairan. Grafik kadar kalium pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dapat dilihat pada Gambar 11.

8 Kadar kalium tepung hasil recovery (%),16,,14,,12,,1,,8,,6,,4,,2,,7,3,3,1 jam 24 jam 48 jam 72 jam Kadar kalium (%) Waktu perendaman Gambar 11. Grafik kadar kalium tepung hasil recovery dari Fosfor secara alami terlarut di perairan. Udang memiliki kemampuan untuk menyerap fosfor dari habitatnya. Udang memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga udang hanya mampu menggunakan jenis fosfor yang berikatan dengan sodium atau potasium seperti potasium monofosfat (Guillaume et al. 21). Berdasarkan analisis AAS tepung hasil recovery dari mengandung fosfor (P). Hasil analisis kadar fosfor pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 12. Tabel 9. Kadar fosfor tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang Kadar fosfor (%) 1. 6,16 ±, ,1 ± 1, ,34 ± 3, ,13 ±,77 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa kadar fosfor pada tepung hasil recovery dari dengan perlakuan waktu perendaman dalam HCl I N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam yakni berturut-turut sebesar 6,16%; 8,1%; 3,34%; 6,13% (bk). Kadar fosfor kulit udang Pandalus borealis sebesar 7,6% dari total mineral

9 (Mahmoud et al. 27). Kadar fosfor hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Mahmoud et al. (27). Hal ini menunjukkan jenis udang yang berbeda memiliki kadar fosfor yang relatif sama. Tepung hasil recovery dari memiliki kadar fosfor (P) terendah pada perlakuan perendaman HCl 1 N selama 48 jam. Kadar fosfor yang rendah disebabkan oleh proses presipitasi oleh NaOH kurang sempurna. Kadar fosfor dalam makhluk hidup juga dipengaruhi oleh kadar magnesium. Magnesium merupakan ko-faktor enzim yang berikatan dengan fosfor seperti enzim fosfat transferase, dekarboksilase dan asil transferase yang berperan selama proses osmoregulasi, sintesis protein dan proses pertumbuhan (Guillaume et al. 21). Grafik kadar fosfor tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dapat dilihat pada Gambar 12. Kadar fosfor tepung hasil recovery (%) ,16 8,1 3,34 6,13 jam 24 jam 48 jam 72 jam Kadar fosfor (%) Waktu perendaman Gambar 12. Grafik kadar fosfor tepung hasil recovery dari Komponen mikromineral (Mn, Cu, Fe dan Zn) Berdasarkan analisis AAS tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang memiliki kadar mangan (Mn) sebesar,1% (bk). Kadar Mn pada kulit udang Pandalus borealis sebesar,4% (Mahmoud et al. 27). Perbedaan kadar mangan tersebut dipengaruhi oleh jenis udang yang berbeda, sehingga mempengaruhi perbedaan kemampuan metabolisme zat mangan. Hail analisis kadar mangan pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 13.

10 Tabel 1. Kadar mangan pada tepung hasil recovery dari Kadar mangan (%) 1.,1 ±, 2. 24,1 ±, 3. 48,1 ±, 4. 72,1 ±, Mangan merupakan logam transisi golongan VIIB yang memiliki sifat reaktif terhadap asam. tanpa perendaman dalam HCl 1 N ( jam) mampu mengekstraksi mangan secara sempurna, sehingga perlakuan perendaman HCl 1 N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar mangan. Grafik kadar mangan pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar 13. Kadar mangan tepung hasil recovery (%),12,,1,,8,,6,,4,,2,,1,1,1,1 jam 24 jam 48 jam 72 jam Waktu perendaman Kadar mangan (%) Gambar 13. Grafik kadar mangan tepung hasil recovery dari Mangan berperan dalam pembentukan jaringan tulang pada hewan. Defisiensi mangan dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang (Leach dan Harris 1997). Mangan (Mn) berfungsi pada proses pembentukan kutikel pada udang, defisiensi Mn dapat menyebabkan pembentukan cangkang menjadi tidak sempurna (Nabryzki 27). Berdasarkan analisis AAS tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang menunjukkan kadar tembaga (Cu) sebesar,1% (bk). Kadar tembaga kulit udang Pandalus borealis sebesar,1% dari total mineral (Mahmoud et al. 27). Hal ini menunjukkan jenis udang yang berbeda memiliki

11 kadar tembaga yang relatif sama. Hasil analisis kadar tembaga pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 14. Tabel 11. Kadar tembaga pada tepung hasil recovery dari Kadar tembaga (%) 1.,1 ±, 2. 24,1 ±, 3. 48,1 ±, 4. 72,1 ±, Tembaga merupakan logam transisi golongan 1B. Logam transisi memiliki kereaktifan yang tinggi terhadap asam, sehingga perlakuan tanpa perendaman HCl 1 N ( jam) mampu mengekstraksi tembaga dengan sempurna. Tembaga (Cu) berfungsi pada proses pembentukan struktur kulit udang dan berperan penting dalam mendukung penyerapan ion besi dan seng (Guillaume et al. 21). Grafik kadar tembaga tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar 14. Kadar tembaga tepung hasil recovery (%),12,,1,,8,,6,,4,,2,,1,1,1,1 jam 24 jam 48 jam 72 jam Waktu perendaman Kadar tembaga Gambar 14. Grafik kadar tembaga tepung hasil recovery dari Berdasarkan analisis AAS tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang pada perlakuan waktu perendaman HCl 1N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam memiliki kadar besi (Fe) berturut-turut sebesar,6 %;,1%;,7%;,8% (bk). Kadar besi pada kulit udang Pandalus borealis memiliki kadar Fe sebesar,59,1% dari total mineral (Mahmoud et al. 27).

12 Hal ini menunjukkan bahwa kadar besi hasil penelitian memiliki kisaran yang sesuai dengan literatur. Hasil analisis kadar besi pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 15. Tabel 12. Kadar besi pada tepung hasil recovery dari Kadar besi (%) 1.,6 ±, ,1 ±, ,7 ±, ,8 ±,2 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa kadar besi tertinggi pada tepung hasil recovery dari diperoleh dari perlakuan waktu perendaman HCl 1 N selama 24 jam yakni,1% (bk). Besi merupakan logam transisi golongan VIB. Sifat besi adalah mudah larut dalam asam mineral, sehingga perlakuan perendaman kulit udang dalam larutan HCl 1 N mampu mengekstraksi besi secara sempurna (Cotton dan Wilkinson 27). perendaman selama 24 jam merupakan perlakuan optimum untuk mengestrak besi. Grafik kadar besi pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang dapat dilihat pada Gambar 15. Kadar besi tepung hasil recovery (%),,25,,2,,15,,1,,5,,1,6,7,8 jam 24 jam 48 jam 72 jam Kadar Besi Waktu perendaman Gambar 15. Grafik kadar besi tepung hasil recovery dari Besi (Fe) di dalam tubuh berikatan dengan protein. Ikatan terpenting antara Fe dan protein adalah hemoglobin (Hb). Besi berperan dalam aktivitas

13 beberapa enzim seperti sitokrom dan flavoprotein (Darmono 1995). Udang tidak memiliki hemoglobin, sehingga peredaran oksigen dalam tubuh udang melalui haemocyanin. Besi (Fe) diperlukan dalam pembentukan haemocyanin. Udang menyerap ion besi dari perairan melalui cangkang, dimana besi mampu berikatan dengan protein pada cangkang udang sebagai metalloprotein (Guillaume et al. 21). Berdasarkan hasil uji AAS tepung hasil recovery dari yang dihasilkan dari perlakuan waktu perendaman dalam HCl 1 N selama jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam memiliki kadar seng (Zn) berturut-turut sebesar,4%;,4%;,3%;,5% (bk). Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dalam HCl 1 N tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar seng. Seng (Zn) berperan penting pada proses pembentukan kulit udang (Guillaume et al. 21). Hasil pengujian kadar seng pada tepung hasil recovery dari, dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 16. Tabel 13. Kadar seng pada tepung hasil recovery dari Kadar seng (%) 1.,4 ±, ,4 ±, ,3 ±, ,5 ±, Seng merupakan logam transisi golongan IIB. Logam seng memiliki kecenderungan untuk melepas elektron sehingga mudah membentuk senyawa baru dengan klorin menjadi ZnCl 2 (Clydesdale 1988). perendaman di dalam larutan HCl 1 N mampu mengekstraksi seng secara sempurna. Kadar seng pada kulit udang dipengaruhi oleh kadar besi dan kadar tembaga. Seng bersama besi dan tembaga berperan dalam pembentukan haemocyanin di dalam tubuh udang (Kaushik 21). Grafik kadar seng tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar 16.

14 Kadar seng tepung hasil recovery (%),6,,5,,4,,3,,2,,1,,4,4 Waktu perendaman Gambar 16. Grafik kadar seng tepung hasil recovery dari Kadar air tepung hasil recovery,3,5 jam 24 jam 48 jam 72 jam Kadar seng Kadar air pada suatu bahan mempengaruhi daya awet dari bahan tersebut. Kadar air pada tepung hasil recovery dari berkisar antara 2,5% - 5,9%. Kadar air pada tepung kalsium komersial yakni,5% (Lee 29). Perbedaan kadar air tersebut dipengaruhi oleh perbedaan metode pembuatan tepung kalsium. Proses pembuatan tepung kalsium pada penelitian menggunakan metode presipitasi. Menurut SNI , pada umumnya tepung kalsium komersial dihasilkan dari proses pengilingan batu kapur (BSN 1989 a ). Hasil pengukuran kadar air pada tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Tabel 14 dan gambar 17. Tabel 14. Kadar air pada tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang Kadar air (%) 1. 5,9 ±, ,5 ±, ,8 ±, ,54 ±,15 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa kadar air terendah dihasilkan dari perlakuan perendaman HCl 1 N selama 72 jam, sedangkan kadar air tertinggi dihasilkan dari perlakuan tanpa perendaman HCl 1 N ( jam). Kadar air dipengaruhi oleh proses pengeringan saat proses recovery mineral. Kadar air

15 mempengaruhi rendemen tepung hasil recovery. Kenaikan kadar air berbanding lurus dengan kenaikan rendemen tepung hasil recovery. Grafik kadar air tepung hasil recovery dari dapat dilihat pada Gambar ,9 Kadar air tepung hasil recovery (%) ,5 2,8 3,54 Kadar Air (%) jam 24 jam 48 jam 72 jam Waktu Perendaman Gambar 17. Grafik kadar air tepung hasil recovery dari 4.4. Penelitian Utama Pada penelitian utama dilakukan proses karakterisasi fisik dari tepung hasil recovery yang dihasilkan dari perlakuan perendaman dalam larutan HCl 1 N selama 72 jam pada suhu ruang. Parameter yang diamati pada penelitian utama meliputi ukuran partikel melalui analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) dan derajat putih SEM (Scanning Electron Microscopy) SEM (Scanning Electron Microscopy) digunakan untuk mengamati morfologi suatu bahan. Prinsip kerja mikroskop SEM adalah sifat gelombang dari elektron berupa difraksi pada sudut yang sangat kecil. Elektron dapat dihamburkan oleh sampel yang bermuatan karena memiliki sifat listrik (Samsiah 29). Hasil pengukuran partikel dengan menggunakan mikroskop SEM dengan perbesaran 2.x menunjukkan bahwa ukuran partikel tepung hasil recovery dari tersebut berkisar antara 5 62,5 nm.

16 Ukuran partikel tersebut menunjukkan tepung hasil recovery memiliki ukuran yang sesuai dengan yang berkisar antara ukuran nanokalsium komersial American Elements 1-8 nm. Partikel tepung hasil recovery dari pada perbesaran 2.x dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Partikel tepung hasil recovery dari limbah demineralisasi kulit udang (perbesaran 2.x) Tepung hasil recovery dari yang sebagian besar terdirii dari kalsium memiliki potensi sebagai suplemen nanokalsium. Nanokalsium merupakan kalsium yang berukuran 1 x 1-9 m. Nanokalsium memiliki bioavaibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kalsium yang berukuran makro, sehingga nanokalsium yang terbuang melalui urin relatif lebih rendah. Gao et al. (27) menambahkan, tikus yang diberi pakan nanokalsium memiliki tingkat buangan kalsium yang rendah pada feces dan urin dibandingkan tikus yang diberi pakan mikrokalsium. Hal ini menunjukkan semakin kecil ukuran partikel, maka tingkat penyerapan kalsium dalam tubuh semakin meningkat Derajat Putih (Blue Reflectance Factor) Analisis derajat putih (blue reflectance factor) menunjukkan bahwa tepung hasil recovery dari memiliki nilai derajat putih sebesar 77,6 %. Hal inii belum sesuai dengan standar tepung kalsium komersial.

17 Tepung kalsium komersial memiliki nilai derajat putih mencapai % (BCCF 27). Komposisi mineral yang beragam pada hasil penelitian ini, mempengaruhi nilai derajat putih. Mineral secara alami memiliki warna yang berbeda. Mineral kation divalen seperti mangan berwarna merah jambu, besi berwarna hijau pucat dan tembaga berwarna hijau kebiruan (Cotton dan Wilkinson 27). Hal inilah yang mempengaruhi penurunan nilai derajat putih pada tepung hasil recovery tersebut. Karakteristik derajat putih tepung hasil recovery dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Karakteristik derajat putih tepung hasil recovery dari Derajat putih merupakan aspek mutu pada bahan tambahan pangan. Pemanfaatan tepung hasil recovery dari dapat dilanjutkan sebagai suplemen nanokalsium dan bahan tambahan pangan untuk memperbaiki kandungan kalsium. Penambahan tepung hasil recovery dari pada bahan pangan tidak mempengaruhi keaslian warna bahan pangan. Hal ini disebabkan oleh kadar kalsium yang lebih tinggi dibandingkan komponen mineral lainnya. Cotton dan Wilkinson (27) menambahkan, kalsium merupakan mineral berwarna putih, sehingga kalsium mempengaruhi warna tepung hasil recovery yakni dominan putih Derajat keasaman (ph) Analisis ph menunjukkan bahwa tepung hasil recovery dari memiliki nilai ph sebesar 9,21. Tepung hasil recovery merupakan senyawa basa karena bersumber dari kalsium karbonat (CaCO 3 ). Kalsium karbonat (CaCO 3 ) memiliki nilai ph berkisar

18 9-9,5 (Igoe dan Hui 21). Nilai ph berkaitan dengan kemampuan tepung hasil recovery dari sebagai bahan tambahan pangan. Mineral diserap dalam tubuh dalam kondisi asam, sehingga sifat basa dari tepung hasil recovery memberikan informasi mengenai bahan penyalut yang sesuai sehingga kemampuan tepung hasil recovery sebagai bahan tambahan pangan lebih optimal. Tepung nanokalsium komersial umumnya ditambahkan pada susu, sehingga berikatan dengan protein kasein. Protein kasein bersifat asam sehingga mampu membentuk ikatan antara kasein dengan nanokalsium. Ikatan antara kasein dengan nanokalsium memudahkan penyerapan nanokalsium di dalam lambung. Bahan penyalut yang umum digunakan pada produk nutrisi adalah vitamin C. Vitamin C memiliki bersifat asam sehingga mampu membentuk ikatan dengan nanokalsium (Suptijah 29).

Gambar 1. Udang jerbung (Penaeus merguiensis deman) Sumber: [Image 2004]

Gambar 1. Udang jerbung (Penaeus merguiensis deman) Sumber: [Image 2004] 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udang Jerbung (Penaeus merguiensis deman) Udang jerbung (Penaeus merguiensis deman) merupakan salah satu jenis udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Udang jerbung memiliki

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2009. Pengujian proksimat bahan baku dilakukan di Laboratorium Biokimia, Pusat Antar Universitas

Lebih terperinci

RECOVERY DAN KARAKTERISASI KALSIUM DARI LIMBAH DEMINERALISASI KULIT UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis deman) ISTIFA RINI C

RECOVERY DAN KARAKTERISASI KALSIUM DARI LIMBAH DEMINERALISASI KULIT UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis deman) ISTIFA RINI C RECOVERY DAN KARAKTERISASI KALSIUM DARI LIMBAH DEMINERALISASI KULIT UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis deman) ISTIFA RINI C34050459 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen serbuk nanokalsium (%)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen serbuk nanokalsium (%) 16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rendemen Nanokalsium Rendemen adalah persentase bahan baku utama (cangkang rajungan) yang diproses menjadi produk akhir (nanokalsium). Besarnya rendemen yang dihasilkan maka

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Kimia Cangkang Kijing Lokal Cangkang kijing yang telah dihancurkan dengan hammer mill menjadi tepung cangkang dianalisis komposisi kimianya. Uji proksimat cangkang

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH KELOMPOK 8 1. NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI (P07134013010) 2. NI KADEK DWI ANJANI (P07134013021) 3. NI NYOMAN SRI KASIHANI (P07134013031) 4. GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 12 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Mei 2011. Preparasi bahan baku dilakukan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Departeman

Lebih terperinci

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN Review II A. ELEKTROLISIS 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 O 4H + + O 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Pada dasarnya air memegang peranan penting dalam proses fotosintesis, respirasi maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam + 6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia belum optimal dilakukan sampai dengan memanfaatkan limbah hasil pengolahan, padahal limbah tersebut dapat diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR SEBAGAI SUBSTRAT PRODUKSI NANOKALSIUM

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR SEBAGAI SUBSTRAT PRODUKSI NANOKALSIUM LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR SEBAGAI SUBSTRAT PRODUKSI NANOKALSIUM BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Disusun Oleh : Dwi Ayu Setianingrum G84100013 2010 Erika

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pengolahan sumberdaya perikanan terutama ikan belum optimal dilakukan sampai dengan pemanfaatan limbah hasil perikanan, seperti kepala, tulang, sisik, dan kulit. Seiring

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT 276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Kualitatif Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel dilakukan dengan reaksi identifikasi dari masing-masing mineral. Pemeriksaan

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC 1 PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Indonesia ABSTRAK Ampas tahu selama ini tidak

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keju Mozzarella Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan penggunaan bahan penggumpal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Terdapat banyak unsur di alam yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, contohnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), fosfor (P), nitrogen (N), kalium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS NUTRIEN D R H. F I K A Y U L I Z A P U R B A, M. S C. 1 4 F E B R U A R I

ANALISIS NUTRIEN D R H. F I K A Y U L I Z A P U R B A, M. S C. 1 4 F E B R U A R I ANALISIS NUTRIEN D R H. F I K A Y U L I Z A P U R B A, M. S C. 1 4 F E B R U A R I 2 0 1 4 SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu menjelaskan: Macam bahan pakan, nutrien, anti

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Mineral 2.1.1. Kalsium Kalsium merupakan golongan mineral yang dibutuhkan oleh ayam petelur untuk pembentukan kerabang telur dan pemenuhan akan zat ini tidak cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan untuk tubuh kita. Mineral bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus mendapatkannya dari luar tubuh

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/03 Desember 2013 Biokimia Waktu : 13.00-14.40 WIB PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si, M.Sc Asisten : Lusianawati, S.Si Resti Siti Mutmainah, S.Si MINERAL Kelompok

Lebih terperinci

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Disusun Oleh : PANDHU BAHARI 2304 100 122 FARID RAHMAWAN 2304 100 115 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Achmad Roesyadi, DEA Laboratorium Teknik Reaksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

KADAR PHOSPOR (P) DAN ZAT BESI (Fe) IKAN TERI ASIN HASIL PENGASINAN MENGGUNAKAN AIR ABU PELEPAH KELAPA

KADAR PHOSPOR (P) DAN ZAT BESI (Fe) IKAN TERI ASIN HASIL PENGASINAN MENGGUNAKAN AIR ABU PELEPAH KELAPA KADAR PHOSPOR (P) DAN ZAT BESI (Fe) IKAN TERI ASIN HASIL PENGASINAN MENGGUNAKAN AIR ABU PELEPAH KELAPA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

Mulai. Studi pustaka. Penyusunan usulan penelitian. Persiapan alat dan pengamatan terhadap pertumbuhan buah jambu air. Percobaan pendahuluan

Mulai. Studi pustaka. Penyusunan usulan penelitian. Persiapan alat dan pengamatan terhadap pertumbuhan buah jambu air. Percobaan pendahuluan 23 Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi pustaka Penyusunan usulan penelitian Persiapan alat dan pengamatan terhadap pertumbuhan buah jambu air Percobaan pendahuluan Buah jambu air berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI Definisi Reduksi Oksidasi menerima elektron melepas elektron Contoh : Mg Mg 2+ + 2e - (Oksidasi ) O 2 + 4e - 2O 2- (Reduksi) Senyawa pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci